HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN PENYESUAIAN SOSIAL MAHASISWA PAPUA YANG KULIAH DI YOGYAKARTA

  

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN

PENYESUAIAN SOSIAL MAHASISWA PAPUA

YANG KULIAH DI YOGYAKARTA

  Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

  

Oleh:

Ladyane Agustin

NIM : 029114095

  PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

  

HALAMAN MOTTO

Kau harus m enjadi dirim u sendiri.

  

Bersikaplah sangat jujur t ent ang siapa dan apa dirim u.

  

Dan jika orang m asih m enyukaim u, it u bagus.

Jika m ereka t idak m enyukaim u, it u m asalah m ereka

  Sting

Kebahagiaan t erbesar dalam hidup adalah keyakinan bahwa kit a dicint ai

dicint ai karena diri kit a sendiri,

atau tepatnya,

dicint ai sepert i apa pun diri kit a

  Viktor Hugo

Bila kit a benar- benar m encint ai dan m enerim a

sert a m engakui diri kit a apa adanya,

m aka sem ua dalam kehidupan ini akan berhasil

  Louise Hay

Hidup adalah anugerah, terimalah

Hidup adalah tantangan, hadapilah

  

Hidup adalah pertandingan, menangkanlah

Hidup adalah teka-teki, pecahkanlah

Hidup adalah kasih, bagikanlah

Hidup adalah kesempatan, gunakanlah

  

Hidup adalah keindahan, bersyukurlah

Bertindak

dan isilah hidupm u bagi

kem uliaanNya

  

Karya sederhana ini, kupersembahkan untuk

Prib a di Mulia ya ng m e nja di Sa ha b a t se ja ti da la m hidupku, Ye sus

Kristus sum b e r Im a n, Pe ng ha ra pa n da n Ka sihku da la m m e ng ha da pi

se g a la ha l...Ka u ya ng te rb a ik, te rinda h da n te rm a nis da la m

hidupku, da n Ka u a la sa n ku untuk hidup

  Alla h tida k p e rna h b e rja nji b a hwa tida k a ka n a da ma sa la h da la m hidup , na mun Dia b e rja nji b a hwa Ia a ka n se la lu b e rsa ma da n me nye rta i kita da la m me la lui ma sa la h kita ..Ka ta Nya ke p a da ku,

  “Marilah kepadaku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadamu” (Matius 11: 28)

  Tuha n me mb ua t se g a la se sua tu ind a h p a d a wa ktuNya (Pe ng kho tb a h 3:11a )

  

Papa Mamaku yang terkasih, yang telah memberikan segenap kasih

dan cinta yang terbaik dalam hidupku. Kalian adalah anugrah

terindah di dalam hidupku

Tuhan Yesus Memberkati kalian selamanya.

  

Sungguh indah rasanya saat ayahmu bukan dewa, melainkan

manusia biasa bagimu_saat ia turun dari gunung dan kau melihatnya

sebagai pria yang juga memiliki kelemahan. Dan kau tetap mencintai

segenap dirinya, bukan hanya sebagai tokoh

  

(Robin Williams)

I love you Pa..

  

Tidak pernah cukup rasa terima kasihku

bagi hatimu, keringatmu, air matamu, doamu

dan beribu-ribu hal yang telah kau lakukan untukku

I love you Ma...

  Jesus Bless You

  

ABSTRAKSI

  HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN PENYESUAIAN SOSIAL MAHASISWA PAPUA YANG KULIAH DI YOGYAKARTA Ladyane Agsutin (029114095)

  Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Penelitian ini merupakan jenis penelitian korelasional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dan penyesuaian sosial mahasiswa

  Papua yang kuliah di Yogyakarta. Mahasiswa Papua sebagai perantau di Yogyakarta harus melakukan penyesuaian sosial dengan masyarakat setempat.. Penyesuaian sosial individu dapat berhasil dilakukan jika didukung oleh konsep diri yang baik.

  Subyek penelitian ini berjumlah 40 mahasiswa Papua yang berusia 18-21 tahun. Alat yang digunakan sebagai pengumpul data adalah skala yaitu skala Konsep Diri dan skala Penyesuaian Sosial. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini berbunyi bahwa ada hubungan yang positif antara konsep diri dan penyesuaian sosial mahasiswa Papua. Semakin tinggi Konsep Diri, maka semakin tinggi pula Penyesuaian Sosial mahasiswa Papua.

  Hasil uji validitas butir skala Konsep Diri diperoleh koefisien korelasi item total yang berkisar antara 0,013-0,636. Koefisien reliabilitasnya sebesar 0,934. Uji validitas butir skala Penyesuaian Sosial menghasilkan koefisien korelasi item total yang berkisar antara -0,298-0,654. Koefisien reliabilitasnya sebesar 0,844. Data penelitian diolah dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment dari

  

Pearson . Koefisien korelasinya sebesar 0,547 dengan probabilitasnya (p) 0,000

  (p<0,01). Hal tersebut berarti hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan positif antara konsep diri dan penyesuaian sosial mahasiswa Papua dapat diterima.

  

ABSTRACTION

RELATION BETWEEN SELF-CONCEPT AND SOCIAL

ADJUSTMENTOF PAPUA STUDENTS THAT TAKE LECTUREIN

YOGYAKARTA

  Ladyane Agustin (029114095) Psychology Faculty of Sanata Dharma University Yogyakarta

  This research is kind of correlation research with aim to know relation between self-concept and social adjustment of Papua students that take lecture in Yogyakarta. Papua Student as emigrate in Yogyakarta must do social adjustment with local society. Social adjustment of individual can be successfully executed if it is supported by good self-concept.

  This research subject amounts to 40 students Papua having age 18-21 years. Equipment applied as data compiler is scale i.e. Self-Concept and Social Adjustment Scale. Hypothesis applied in this research say that there is relationship which are positive between Self-Concepts and social adjustment of Papua student. Higher Self-Concept, hence Social Adjustment of Papua student also higher.

  Validity test result item of Self-Concept is obtained by total item correlation coefficient ranging from 0,013-0,636. The reliability coefficient is 0,934. Validity test item Social Adjustment Scale yields ranging total item correlation coefficient - 0,298-0,654. The reliability coefficient is 0,844. Research data process by using Product Moment of Pearson correlation technique. Its correlation coefficient 0,547 with the probability (p) o,oo (p<0,01 ). The means hypothesis expressing that there is positive relationship between self-concepts and social adjustment of Papua student is acceptable.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang karena kasih karunia dan kemurahanNyalah, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dan oleh pertolongan serta penyertaan Roh Kudus senantiasa, yang telah memampukan penulis dalam menjalani perkuliahan selama di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Penulis sangat menyadari bahwa selama perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini, penulis penuh dengan keterbatasan dan tidak terlepas dari bantuan dan dukungan orang- orang dan komunitas yang ada di sekitar penulis, baik dukungan moril, spiritual, maupun materi. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang mendalam dan penghargaan kepada :

  1. ‘Bu Arie (ML. Anantasari, S. Psi, M. Si) selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. ‘Bu, makasih banyak untuk semua bantuan, masukan dan dukungan yang tidak pernah berhenti kepada penulis, meskipun di tengah begitu banyak kesibukan, Ibu tetap bersedia mendampingi penulis selama waktu pembimbingan skripsi yang cukup panjang. Semoga Tuhan memberkati Ibu sekeluarga.

  2. Bpk. Eddy Suhartanto, M. Si selaku Dekan Fakultas Psikologi USD, atas bantuan dan kesempatan yang diberikan kepada penulis selama menjalani masa studi. Trima kasih juga karena telah menjadi dosen penguji yang sangat mendukung penulis dengan memberikan masukan dalam perbaikan skripsi. 3. ‘Bu Agnes selaku dosen penguji skripsi, karena telah menjadi dosen penguji yang sangat mendukung penulis dalam menyempurnakan skripsi ini. Makasih ya ‘Bu..

  4. Para dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah membimbing dan membekali penulis dengan berbagai ilmu Psikologi sebagai bekal dalam menjalani masa yang akan datang.

  5. Papa ‘n Mama terkasih, T. Karel Tania dan L. Levina Dimalouw, untuk segala kasih sayang, dukungan dan pengorbanan yang dilimpahkan kepada penulis, baik dalam dukungan doa, perhatian maupun materi. Kedua kakakku tersayang, Cici Grace ‘n Koko Gerald atas semua perhatian dan kasih sayang yang tercurah untuk penulis. Thanx a lot...GBU ALL..

  6. Keluarga besar Tania dan Dimalouw di manapun berada, atas segala perhatian dan dukungan kepada penulis selama ini. Special thanx to ‘Ama’ nenekku tercinta yang telah mengasihi dan mendoakan penulis selama ini. GBU ALL..

  7. Sodaraku Berto yang sangat membantu penulis dalam melakukan penelitian. Thanx a lot ‘bro..Semoga Tuhan memberkatimu dalam setiap pelayananmu dan juga studimu. Thanx juga buat Jack, yang juga telah banyak membantu dalam penelitian ini, God Bless u ‘bro..Tak lupa my sister ‘Noni’ yang cantik tapi tomboy, thanx untuk bantuannya dalam banyak hal, selama pengeditan skripsi ini..GBU Sista..

  8. Brother ‘n sister di “Impact”, thanq untuk semua doa dan dukungan yang besar bagi penulis. Keep on fire guys, “nyatakan kemuliaan dan kasihNya dalam setiap langkahmu“ Jesus Bless Us...

  9. Sahabat-sahabat terbaikku Eyen ‘n Ty atas persahabatan ‘n semua kebersamaan yang indah. Thanx untuk bantuan, dukungan dan perhatian kalian bagi penulis, banyak hal yang telah penulis belajar dari kebersamaan kita selama ini, thanq sista. Wish u all the best...GBU

  10. Donat, Ei, Ira, yang selama ini telah banyak membantu dan mendukung penulis, ‘n temen-temen PSF ‘Angel Voice’, thanq untuk semua keceriaan dan kebersamaannya. Good luck ya...GBU

  11. Pace Mace di Asrama Serui, Asrama Manokwari dan semua anak-anak Papua yang telah bersedia membantu penulis dalam penelitian ini.

  GBU...

  12. Guru Sekolah Minggu GKJ Sawokembar terutama K’Vj, K’Ika, Shenly, M’Wita, M’Neni, dan Miss Purple M’Dian (‘Dian Group’ ;) ) thanx untuk semua dukungan doanya juga pengertiannya selama penulis melakukan penelitian. “Jangan pernah lelah kerja di ladangnya Tuhan, Semoga Tuhan menyertai dan memberkati pelayanan kalian”.

  13. P’Gie, M’Gandung, M’Muji (Mr. Beckham), M’Nani, n M’Doni untuk semua pelayanan dan bantuannya kepada penulis. Semua yang telah penulis capai hingga saat ini, tidak terlepas dari semua kerjasama dan bantuan kalian...Trima Kasih...GBU

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak terlepas dari kekurangan, oleh karena itu penulis terbuka terhadap kritik dan saran. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua yang membaca.

  Yogyakarta, 27 Agustus 2007 Penulis

  

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL............................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................ii HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. iii HALAMAN MOTTO ......................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... v HALAMAN KEASLIAN KARYA ....................................................................vii ABSTRAKSI ..................................................................................................... viii ABSTRACT........................................................................................................ ix KATA PENGANTAR ......................................................................................... x DAFTAR ISI...................................................................................................... xiii DAFTAR TABEL.............................................................................................. xvi DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xvii BAB. I PENDAHULUAN

  A. Latar Belakang Masalah........................................................................... 1

  B. Rumusan Masalah .................................................................................... 5

  C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 5

  D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 5 BAB. II LANDASAN TEORI

  A. Konsep Diri

  2. Aspek-Aspek Konsep Diri ..................................................................8

  E. Identitas Mahasiswa Papua .....................................................................29

  1. Konsep Diri .......................................................................................36

  C. Definisi Operasional

  B. Identifikasi Variabel Penelitian ...............................................................36

  A. Jenis Penelitian ........................................................................................36

  BAB. III METODE PENELITIAN

  G. Hubungan antara Konsep Diri dan Penyesuaian Sosial Mahasiswa Papua .............................................31 H. Hipotesis .................................................................................................35

  F. Budaya Jawa ...........................................................................................30

  D. Identitas Diri Orang Papua .....................................................................26

  3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri ..............................10

  C. Mahasiswa ..............................................................................................24

  4. Tanda-Tanda Kemampuan Penyesuaian Sosial ................................23

  3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyesuaian Sosial ..................20

  2. Aspek-Aspek Penyesuaian Sosial .....................................................18

  1. Pengertian Penyesuaian Sosial ..........................................................16

  B. PENYESUAIAN SOSIAL

  4. Karakteristik Orang yang Memiliki Konsep Diri Positif dan Negatif .............................................................................12

  2. Penyesuaian Sosial ............................................................................37

  E. Metode Dan Alat Pengumpulan Data .....................................................40

  F. Validitas Dan Reliabilitas .......................................................................44

  G. Teknik Analisis Data ..............................................................................46 BAB. IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

  A. Persiapan Penelitian

  1. Pelaksanaan Uji Coba .......................................................................47

  2. Hasil Uji Coba ...................................................................................48

  B. Pelaksanaan Penelitian ............................................................................51

  C. Deskripsi Subyek Penelitian ...................................................................51

  D. Deskripsi Data Penelitian ........................................................................52

  E. Analisis Data Penelitian

  1. Uji Asumsi ........................................................................................55

  2. Uji Hipotesis .....................................................................................56

  F. Pembahasan .............................................................................................58 BAB. V PENUTUP

  A. Kesimpulan .............................................................................................65

  B. Saran ........................................................................................................65 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

  DAFTAR TABEL

  Halaman Tabel 1. Tabel Penyebaran Item Skala Konsep Diri Mahasiswa Papua ................................................................................. 42 Tabel 2. Tabel Nilai Jawaban Favorabel dan Unfavorabel

  Skala Konsep Diri Mahasiswa Papua .................................................. 42 Tabel 3. Tabel Penyebaran Item Skala Penyesuaian Sosial Mahasiswa Papua ................................................................................. 43 Tabel 4. Tabel Nilai Jawaban Favorabel dan Unfavorabel

  Skala Penyesuaian Sosial Mahasiswa Papua ....................................... 44 Tabel 5. Penyebaran Item Skala Konsep Diri Mahasiswa Papua Setelah Uji Coba .................................................................................. 49 Tabel 6. Penyebaran Item Skala Penyesuaian Sosial Mahasiswa Papua Setelah Uji Coba .................................................................................. 50 Tabel 7. Tabel Data Penelitian ............................................................................ 52 Tabel 8. Tabel Norma Kategorisasi Konsep Diri dan Penyesuaian Sosial ........................................................................ 53 Tabel 9. Tabel Norma Kategorisasi Konsep Diri................................................ 54 Tabel 10. Tabel Norma Kategorisasi Penyesuaian Sosial................................... 55 Tabel 11. Tabel Normalitas................................................................................. 56

  

DAFTAR GAMBAR

  Halaman Gambar 1. Skema Alur Penelitian ......................................................................34

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yogyakarta adalah sebuah kota yang dijuluki sebagai Kota Pelajar

  dimana setiap tahunnya didatangi oleh berbagai pelajar dari segala penjuru tanah air yakni dari Sabang sampai Merauke. Sebagian besar pelajar yang datang ke Daerah Istimewa Yogyakarta bertujuan untuk melanjutkan pendidikan di jenjang Perguruan Tinggi dan pada umumnya mereka di kenal dengan nama mahasiswa.

  Rata-rata mahasiswa strata 1 berusia antara 18 hingga 24 tahun. Dalam sudut pandang perkembangan, usia 18 hingga 21 tahun termasuk dalam masa remaja. Pedoman umum yang digunakan di Indonesia sebagai batasan usia remaja adalah umur 11 tahun hingga 24 tahun (Sarwono, 2006). Dengan demikian, mahasiswa dalam rentang usia tersebut berada dalam masa remaja. Pada masa ini, mahasiswa harus melakukan penyesuaian dalam berbagai hal yang salah satunya adalah mengembangkan hati nurani, tanggung jawab, moralitas dan nilai-nilai yang sesuai dengan lingkungan dan kebudayaan (Carballo dalam Sarwono, 2006). Proses menyesuaikan diri dengan lingkungan di sekitarnya lebih dikenal dengan istilah penyesuaian sosial.

  Schneiders (1964) mengatakan bahwa penyesuaian sosial merupakan kemampuan untuk bereaksi secara adekuat terhadap kenyataan, situasi, dan oleh sebagian remaja yang melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi. Dengan status yang baru, mahasiswa akan dihadapkan pada berbagai persoalan dalam pergaulan maupun studi. Persoalan pergaulan terjadi karena mahasiswa akan bertemu dengan teman-teman yang baru dan memulai hubungan-hubungan baru yang lebih matang, sedangkan persoalan studi terjadi karena mahasiswa mengalami perbedaan kurikulum antara SMU dan Perguruan Tinggi (Gunarsa & Gunarsa, 2001). Persoalan menjadi lebih banyak bagi mahasiswa yang berasal dari luar kota, dalam hal ini di luar Daerah Istimewa Yogyakarta yang salah satunya adalah dari Papua.

  Papua adalah wilayah paling timur dari Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berbentuk seekor burung raksasa. Ilmu suku bangsa tidak menggolongkan penduduk asli pulau tersebut ke dalam ras Melayu seperti bangsa Indonesia pada umumnya (Boelaars, 1986). Papua dan Daerah Istimewa Yogyakarta berada dalam negara yang sama, namun memiliki cukup banyak perbedaan seperti budaya, adat istiadat, bahasa, gaya hidup maupun nilai-nilai kehidupan lainnya karena didasari oleh perbedaan ras diantara keduanya.

  Perbedaan-perbedaan tersebut akan menjadi benturan dalam interaksinya dengan masyarakat jika mahasiswa Papua tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya di Yogyakarta. Berdasarkan pengamatan peneliti, sebagian mahasiswa Papua belum mampu menyesuaikan dengan baik terhadap kehidupan masyarakat Yogyakarta dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Mahasiswa Papua yang demikian akan menerima respon yang buruk bahkan penolakan dari masyarakat.

  Beberapa kasus pertikaian pernah terjadi antara mahasiswa Papua dengan masyarakat Yogyakarta maupun dengan mahasiswa dari daerah lain.

  Peneliti melihat bahwa hal tersebut dipicu oleh beberapa faktor yang salah satunya adalah ketidakmampuan mahasiswa Papua untuk menyesuaikan diri dan berbaur dengan masyarakat setempat sehingga mudah terjadi kesalahpahaman. Dalam hal ini, mahasiswa Papua sebagai perantau dituntut untuk melakukan usaha yang lebih banyak sehingga dapat menyesuaikan diri dengan baik dan diterima oleh lingkungan sosial setempat. Penyesuaian sosialpun menjadi hal yang penting untuk diperhatikan sehingga tidak terjadi lagi pertikaian di antara mahasiswa Papua dan masyarakat setempat karena benturan kebiasaan dan budaya. Persoalan mahasiswa baru Papua pun meluas bukan hanya dalam pergaulan dan studi di Perguruan Tinggi, tetapi juga penyesuaian dengan lingkungan sosial setempat.

  Usaha seseorang dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya dapat berhasil dan juga gagal, begitu juga dengan mahasiswa Papua.

  Bernard dan Huckins (dalam Purwaningsih, 1989) mengemukakan bahwa hal tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor yang antara lain adalah kepribadian, jenis kelamin, dan inteligensi. Faktor yang akan diuraikan lebih jauh adalah faktor kepribadian atau lebih tepatnya inti dari pola kepribadian yaitu konsep diri (Hurlock, 1980). Konsep diri menjadi hal yang penting untuk dibahas seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungan (Fitts, dalam Agustiani 2006).

  Konsep diri merupakan gambaran mental yang dimiliki oleh seseorang mengenai dirinya dan selalu berpengaruh terhadap tingkah lakunya serta menjadi dasar terbentuknya mekanisme penyesuaian tertentu (Surakhmad, 1980). Konsep diri biasanya bertambah stabil dalam periode masa remaja dan memungkinkan remaja memandang diri dalam cara yang konsisten (Hurlock, 1980).

  Remaja yang matang lebih awal mengembangkan konsep diri yang menyenangkan sehingga dapat menyesuaikan diri dengan baik (Hurlock, 1980). Pendapat yang serupa juga dikemukakan oleh Mu’tadin (2002) bahwa untuk membantu tumbuhnya kemampuan penyesuaian diri, maka seseorang harus diajarkan sejak anak-anak untuk lebih memahami dirinya sendiri baik kekurangan maupun kelebihannya agar ia mampu mengendalikan dirinya dan berlaku secara wajar dan normatif. Hal ini menunjukkan bahwa konsep diri mempunyai keterkaitan dengan penyesuaian diri seseorang, khususnya dalam hal ini adalah penyesuaian sosial ( www.e-psikologi.com ).

  Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penelitian ini bertujuan untuk membuktikan hubungan konsep diri dengan penyesuaian sosial mahasiswa Papua. Subyek penelitian adalah mahasiswa-mahasiswa yang berasal dari Papua dan sedang kuliah di Yogyakarta. Peneliti sengaja memilih subyek dari Papua karena peneliti melihat bahwa banyak perbedaan antara maupun nilai-nilai kehidupan lainnya. Perbedaan yang ada tentu saja menuntut kemampuan yang baik dalam menyesuaikan diri sebagai pendatang di Yogyakarta yang harus berinteraksi dengan masyarakat setempat sehingga mahasiswa Papua dapat diterima dengan baik sebagai anggota masyarakat.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya adalah apakah ada hubungan antara konsep diri dengan penyesuaian diri mahasiswa Papua yang kuliah di Yogyakarta.

C. Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dan penyesuaian sosial mahasiswa Papua yang kuliah di Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat Teoritis Memberikan sumbangan dalam bidang Psikologi Perkembangan, terutama dalam hal konsep diri dan hubungannya dengan penyesuaian sosial remaja.

  2. Manfaat Praktis

  a. Bagi Pendidik Apabila terbukti, penelitian ini akan berguna bagi para pendidik yaitu guru dan orang tua agar dapat memahami hubungan antara konsep diri dan penyesuaian sosial dalam lingkungan masyarakat. Dalam hal ini pendidik dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dalam mendidik anak-anaknya.

  b. Bagi Mahasiswa Bagi para mahasiswa Papua khususnya, maupun remaja umumnya yang telah membaca penelitian ini, penelitian ini bermanfaat untuk memberi masukan mengenai keterkaitan antara konsep diri dan penyesuaian sosial.

  c. Bagi Peneliti lain Penelitian ini dapat menjadi bahan acuan bagi peneliti yang penelitiannya terkait dengan konsep diri dan penyesuaian sosial.

BAB II LANDASAN TEORI A. KONSEP DIRI

  1. Pengertian Konsep Diri Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungan. Dasar dari konsep diri individu ditanamkan pada saat-saat dini kehidupan anak dan menjadi dasar yang mempengaruhi tingkah lakunya dikemudian hari (Agustiani, 2006). Hal tersebut memperkuat pendapat Fitts (dalam Agustiani ,2006) bahwa konsep diri merupakan aspek yang penting dalam diri seseorang, karena konsep diri merupakan kerangka acuan bagi seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungan.

  Joan Rais (dalam Gunarsa & Gunarsa, 1986) mengemukakan bahwa istilah konsep diri harus dibedakan dengan istilah kepribadian.

  Kepribadian terbentuk berdasarkan penglihatan orang lain terhadap diri individu, sedangkan konsep diri merupakan sesuatu yang ada di dalam diri individu sendiri. Dengan kata lain kepribadian adalah individu seperti orang lain melihat individu tersebut dan konsep diri adalah individu seperti individu melihat dirinya sendiri. Brooks (dalam Rakhmat, 2001) juga berpendapat yang serupa bahwa konsep diri adalah pandangan dan

  Secara umum, konsep diri dapat didefinisikan sebagai penilaian menyeluruh tentang kepribadian seseorang. Konsep diri berasal dari evaluasi subyektif seseorang tentang perilakunya sendiri sehingga orang cenderung menilai secara subyektif ciri-ciri perilakunya sendiri. Hal inilah yang menyebabkan konsep diri seseorang dapat bersifat positif maupun negatif (Bruno, 1989).

  Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas, maka konsep diri dapat disimpulkan sebagai pendapat dan pandangan serta penilaian individu terhadap dirinya sendiri yang terbentuk melalui interaksi dengan lingkungan dan selanjutnya akan menjadi kerangka acuan dalam berinteraksi dengan lingkungan.

  2. Aspek-Aspek Konsep Diri Fitts (dalam Agustiani, 2006) mengemukakan bahwa aspek-aspek yang terkandung dalam konsep diri, yaitu : a. Diri Fisik aspek ini meliputi persepsi seseorang terhadap keadaan dirinya secara fisik. Dalam hal ini terlihat persepsi seseorang mengenai kesehatan dirinya, penampilan dirinya, dan keadaan tubuhnya.

  b. Diri Keluarga aspek ini mencakup perasaan dan harga diri seseorang dalam kedudukannya sebagai anggota keluarga. Hal ini menunjukkan anggota keluarga, serta terhadap peran maupun fungsi yang dijalankan sebagai anggota suatu keluarga.

  c. Diri Pribadi aspek ini merupakan perasaan atau persepsi seseorang tentang keadaan pribadinya. Hal ini tidak dipengaruhi oleh kondisi fisik atau hubungan dengan orang lain, tetapi dipengaruhi oleh sejauh mana individu merasa puas terhadap pribadinya atau sejauh mana individu merasa dirinya sebagai pribadi yang tepat.

  d. Diri Moral Etik aspek ini meliputi persepsi seseorang terhadap dirinya dilihat dari standar pertimbangan nilai moral dan etika. Hal ini menyangkut bagaimana perasaan seseorang mengenai hubungannya dengan Tuhan, kepuasan seseorang akan kehidupan keagamaannya dan nilai-nilai moral yang dipegangnya, yang meliputi batasan baik dan buruk.

  e. Diri Sosial aspek ini meliputi penilaian seseorang terhadap interaksi dirinya dengan orang lain maupun lingkungan di sekitarnya.

  Berdasarkan beberapa aspek yang dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa konsep diri mengandung aspek diri fisik, diri keluarga, diri pribadi, diri moral etik, dan diri sosial.

  3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri Menurut Hurlock (1980), pembentukan konsep diri pada masa remaja dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut : a. Usia Kematangan

  Remaja yang matang lebih awal dan diperlakukan seperti orang yang hampir dewasa, mengembangkan konsep diri yang menyenangkan sehingga dapat menyesuaikan diri dengan matang.

  b. Hubungan Keluarga Hubungan yang erat dengan keluarga akan membuat remaja lebih mudah untuk mengembangkan pola kepribadiannya melalui identifikasi dengan anggota keluarga tersebut. Remaja dapat mengembangkan konsep diri yang layak untuk jenis kelaminnya, bila ia berhubungan erat dengan anggota keluarga yang sesama jenis.

  c. Penampilan Diri Keadaan fisik merupakan hal yang sangat penting bagi remaja. Cacat fisik menjadi sumber yang memalukan dan menimbulkan perasaan rendah diri. Sebaliknya, daya tarik fisik akan memberikan penilaian yang menyenangkan dan menambah dukungan sosial.

  d. Nama dan Julukan Julukan yang diberikan teman-teman mempengaruhi konsep diri seseorang. Julukan seperti si bodoh, ladang jerawat, dan sebagainya yang bernada ejekan akan mempengaruhi konsep diri. e. Teman-Teman Sebaya Teman sebaya mempengaruhi pola kepribadian remaja dalam dua cara.

  Pertama, konsep diri remaja merupakan cerminan tentang konsep teman-teman terhadap dirinya. Kedua, remaja berada dalam tekanan untuk mengembangkan ciri kepribadian yang diakui kelompok.

  f. Kepatutan Seks Kepatutan seks dalam penampilan diri, minat dan perilaku membantu membentuk konsep diri.

  g. Cita-Cita Cita-cita yang tidak realistik membuatnya mengalami kegagalan dan menyalahkan orang lain atas kegagalannya. Sebaliknya, cita-cita yang realistik cenderung mengalami keberhasilan sehingga membuatnya percaya diri.

  h. Kreativitas Remaja yang sejak kanak-kanak didorong untuk mengembangkan kreativitasnya membuatnya mampu mengembangkan perasaan individualitas dan identitas yang berpengaruh baik terhadap konsep dirinya.

  Berdasarkan faktor yang diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri adalah usia kematangan, hubungan keluarga, penampilan diri, nama dan julukan, teman-teman sebaya, kepatutan seks, cita-cita, dan kreativitas.

  4. Karakteristik Orang Yang Memiliki Konsep Diri Positif dan Negatif Hamachek (dalam Rakhmat, 2001) mengungkapkan bahwa karakteristik orang yang memiliki konsep diri positif yaitu : a. Meyakini betul nilai-nilai dan prinsip-prinsip tertentu serta bersedia mempertahankannya, walaupun menghadapi pendapat kelompok yang kuat. Ia juga merasa dirinya cukup tangguh untuk mengubah prinsip- prinsip itu bila pengalaman dan bukti-bukti baru menunjukkan bahwa ia salah.

  b. Mampu bertindak berdasarkan penilaian yang baik tanpa merasa bersalah yang berlebih-lebihan, atau menyesali tindakannya jika orang lain tidak menyetujui tindakannya.

  c. Tidak menghabiskan waktu yang tidak perlu untuk mencemaskan apa yang akan terjadi besok, apa yang telah terjadi diwaktu yang lalu, dan apa yang sedang terjadi waktu sekarang.

  d. Memiliki keyakinan pada kemampuannya untuk mengatasi persoalan, bahkan ketika ia menghadapi kegagalan atau kemunduran.

  e. Merasa sama dengan orang lain, sebagai manusia tidak tinggi atau rendah, walaupun terdapat perbedaan dalam kemampuan tertentu, latar belakang keluarga, atau sikap orang lain terhadapnya.

  f. Sanggup menerima dirinya sebagai orang yang penting dan bernilai bagi orang lain, paling tidak bagi orang-orang yang ia pilih sebagai sahabatnya. g. Dapat menerima pujian tanpa berpura-pura rendah hati dan menerima penghargaan tanpa merasa bersalah.

  h. Cenderung menolak usaha orang lain untuk mendominasinya. i. Sanggup mengaku kepada orang lain bahwa ia mampu merasakan berbagai dorongan dan keinginan, dari perasaan marah sampai cinta, dari sedih sampai bahagia, dari kekecewaan yang mendalam sampai kepuasan yang mendalam pula. j. Mampu menikmati dirinya secara utuh dalam berbagai kegiatan yang meliputi pekerjaan, permainan, ungkapan diri yang kreatif, persahabatan, atau sekedar mengisi waktu. k. Peka terhadap kebutuhan orang lain, pada kebiasaan sosial yang telah diterima, terutama pada gagasan bahwa ia tidak bisa bersenang-senang dengan mengorbankan orang lain.

  Brooks dan Emmert (dalam Rakhmat, 2001) mengemukakan bahwa orang yang memiliki konsep diri positif ditandai dengan lima hal, yaitu :

  a. Yakin akan kemampuannya mengatasi masalah

  b. Merasa setara dengan orang lain

  c. Menerima pujian tanpa rasa malu

  d. Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat e. Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya.

  Seseorang dengan konsep diri positif akan terlihat lebih optimis, penuh percaya diri dan selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu, termasuk kegagalan yang dialaminya. Kegagalan dipandang sebagai penemuan dan pelajaran berharga untuk melangkah ke depan. Orang yang memiliki konsep diri positif juga mampu menghargai dirinya dan melihat hal-hal positif yang dapat dilakukan demi keberhasilan dimasa yang akan datang (Rini, (2002) www.e-psikologi.com ).

  Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa individu dengan konsep diri positif memiliki karakteristik sebagai individu yang memiliki keyakinan pada kemampuan dan prinsip yang kuat namun mau memperbaiki diri bila memang ada kesalahan, bersikap obyektif dalam menanggapi berbagai hal, bersifat terbuka untuk mengakui perasaannya dan peka terhadap lingkungan sekitarnya serta mampu menikmati segala kegiatan yang dijalani.

  Sebaliknya, orang yang memiliki konsep diri yang negatif merupakan individu yang meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya dan tidak dapat berbuat apa-apa, tidak berkompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan daya tarik terhadap hidup. Orang dengan konsep diri negatif cenderung bersikap pesimistik demikian tidak melihat tantangan sebagai kesempatan, melainkan sebagai halangan. Orang dengan konsep diri negatif akan dengan mudah menyerah sebelum berperang dan ketika gagal akan ada dua pihak yang disalahkan, baik dirinya sendiri ataupun orang lain (Rini, (2002) www.e-

  psikologi.com ).

  Pendapat yang serupa dikemukakan oleh Hurlock (1996) mengenai ciri-ciri orang yang memiliki konsep diri negatif bahwa orang yang demikian akan mengembangkan perasaan tidak mampu dan rendah diri. Orang dengan konsep diri negatif menjadi individu yang masih ragu dan kurang pecaya diri sehingga menumbuhkan penyesuaian diri yang buruk, baik secara pribadi maupun sosial.

  Brooks dan Emmert (dalam Rakhmat, 2001) juga mengemukakan bahwa orang dengan konsep diri yang negatif memiliki tanda-tanda sebagai berikut :

  a. Peka terhadap kritik yang diterimanya. Ia mudah marah karena koreksi seringkali dipersepsi sebagai usaha untuk menjatuhkan harga dirinya b. Sangat responsif terhadap pujian. Bersamaan dengan kesenangannya terhadap pujian, ia cenderung bersikap hiperkritis yakni selalu mengeluh, mencela, maupun meremehkan apapun dan siapapun dan tidak sanggup untuk mengungkapkan penghargaan atau pengakuan terhadap kelebihan orang lain.

  c. Cenderung merasa tidak disenangi oleh orang lain. Ia merasa tidak tidak dapat melahirkan kehangatan dan keakraban persahabatan. Ia tidak akan pernah mempersalahkan dirinya, melainkan menganggap dirinya sebagai korban dari sistem sosial yang tidak beres.

  d. Pesimis terhadap kompetisi dan enggan untuk bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi.

  Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa individu dengan konsep diri negatif memiliki karakteristik sebagai individu yang merasa lemah dan tidak berdaya sehingga cenderung pesimis dan mudah menyerah dalam menghadapi berbagai tantangan dalam hidup. Individu juga menjadi rendah diri dan kurang percaya diri karena merasa dirinya tidak menarik dan merasa ditolak oleh orang di sekitarnya sehingga individu mudah tersinggung saat menerima kritikan.

  1. Pengertian Penyesuaian Sosial Kartono (1985) berpendapat bahwa penyesuaian sosial adalah keberhasilan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap kelompok pada khususnya, dimana individu mengidentifikasikan dirinya. Seseorang dipandang memiliki penyesuaian sosial yang baik jika ia memiliki keterampilan sosial dan kemampuan berhubungan dengan orang lain, baik dengan teman ataupun orang yang tidak dikenalnya.

  Schneiders (1964) juga mengemukakan bahwa penyesuaian sosial merupakan kemampuan untuk bereaksi secara efektif terhadap kenyataan, situasi, dan hubungan sosial. Kemampuan tersebut dapat dikembangkan jika individu menghormati hak-hak orang lain, belajar bergaul dengan baik, mengembangkan persahabatan dan berpartisipasi dalam aktivitas- aktivitas sosial.

  Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian sosial merupakan kemampuan individu untuk bereaksi secara efektif terhadap kenyataan, situasi, dan hubungan sosial di lingkungan hidupnya yakni dengan orang lain maupun kelompok dimana individu mengidentifikasikan dirinya, yang dapat dilakukan dengan cara menghormati hak-hak orang lain, belajar bergaul dengan baik, mengembangkan persahabatan dan berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas sosial.

  2. Aspek-Aspek Penyesuaian Sosial Individu yang dapat menyesuaikan diri dengan baik mempelajari berbagai keterampilan sosial seperti kemampuan untuk menjalin hubungan secara diplomatis dengan orang lain, baik teman maupun orang yang tidak dikenal sehingga orang lain bersikap menyenangkan kepada mereka.

  Beberapa aspek yang terdapat dalam penyesuaian sosial antara lain (Hurlock, 1988) :

  a. Penampilan Nyata Penampilan fisik merupakan suatu modal dalam menjalin hubungan dengan lingkungan sosialnya. Individu yang berpenampilan fisik menarik memiliki potensi yang menguntungkan seperti kemudahan dalam berteman. Hal ini terjadi karena individu yang berpenampilan menarik lebih mudah diterima dalam pergaulan dan dinilai lebih positif oleh orang lain dibanding teman-temannya yang kurang menarik. Hal ini memungkinkan individu yang berpenampilan menarik untuk lebih berbahagia dan lebih mudah menyesuaikan diri (Hurlock, 1980).

  Pendapat lain yang mendukung dikemukakan oleh Mappiare (1982) menyatakan bahwa remaja menyadari bahwa penerimaan sosial sangat dipengaruhi oleh kesan keseluruhan yang ditampakkan oleh si remaja kepada sekitarnya baik penampilan fisik seperti bentuk tubuh, tampang, pakaian dan perhiasan maupun perilaku sosial. b. Penyesuaian Diri terhadap berbagai kelompok Penyesuaian diri pada dasarnya bertujuan untuk mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai dan menyenangkan antara diri individu dengan lingkungannya. Tujuan ini dapat dicapai ketika individu mampu memenuhi tuntutan lingkungan sehingga memiliki hubungan yang harmonis antara individu dengan kelompok di mana individu berada (Mu’tadin, (2002) www.e-psikologi.com ). Dalam hal ini individu lebih banyak mengabaikan kepentingan pribadi demi kepentingan kelompok sehingga terjadi hubungan yang lebih sesuai dan menyenangkan antara diri individu dengan kelompok.

  c. Sikap Sosial Sikap sosial ini berupa sikap yang baik dan menyenangkan terhadap orang lain dan berpartisipasi sosial serta memiliki peran dalam kelompok sosial. Individu yang memiliki kesempatan luas untuk mengikuti berbagai kegiatan sosial akan memiliki wawasan sosial yang baik, dan hal ini membuat individu dapat menilai lingkungan sosialnya dengan lebih baik sehingga penyesuaian diri dalam situasi sosial semakin baik (Hurlock, 1980). Keberhasilan individu dalam menyesuaikan diri ditentukan oleh minatnya untuk melibatkan diri dan menyatu dengan orang lain, dan adanya rasa memiliki dan menyatu dengan lingkungan (Agustiani, 2006). d. Kepuasan Pribadi Individu yang mampu menyesuaikan diri dengan baik secara sosial akan memiliki kepuasan terhadap kontak sosialnya dan peran yang dimilikinya dalam situasi sosial. Prestasi yang baik dapat memberi kepuasan bagi individu serta menimbulkan harga diri yang tinggi, dan harga diri yang tinggi sangat mendukung individu dalam menyesuaikan diri. Sebaliknya individu yang tidak puas pada diri sendiri cenderung mempunyai sikap-sikap menolak dirinya sehingga ia tidak mampu menyesuaikan diri dengan baik (Hurlock, 1980).

  Berdasarkan aspek-aspek yang diuraikan di atas, maka disimpulkan bahwa penyesuaian sosial mengandung beberapa aspek yaitu penampilan nyata, penyesuaian diri dalam kelompok, sikap sosial, dan kepuasan pribadi.

  3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Sosial Menurut Hurlock (1988), penyesuaian sosial bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, sehingga banyak individu yang kurang mampu menyesuaikan diri dengan baik. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu (Kartono, 1989) : a. Kondisi dan Konstitusi Fisiknya

  Faktor ini meliputi sistem persyarafan, sistem kelenjar, sistem otot dan kesehatan, untuk berinteraksi dengan lingkungan. Individu yang tidak sehingga akan mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri. Hal ini terkait dengan konsep diri individu, karena individu yang tidak dapat menerima kondisi fisiknya akan memandang dirinya dengan negatif dan ia menjadi tidak percaya diri untuk berhubungan dan menjadi anggota dalam suatu kelompok.

  b. Konsep Diri Faktor ini meliputi persepsi, penilaian dan bagaimana reaksi individu dan terhadap dirinya yang menunjukkan suatu kesadaran diri dan kemampuan untuk keluar dari dirinya sendiri untuk melihat dirinya seperti yang dilakukan terhadap dunia di luar dirinya. Konsep diri adalah aspek yang penting dalam diri individu karena merupakan kerangka acuan dalam berinterakasi dengan lingkungan (Fitts, dalam Agustiani 2006). Mappiare (1982) juga mengemukakan bahwa remaja yang memiliki penilaian diri yang kurang dan tidak menerima dirinya akan memproyeksikan penolakan diri terhadap keadaan masyarakat

  c. Kematangan Taraf Pertumbuhan dan Perkembangannya Kematangan yang dimaksud dalam hal ini meliputi kematangan intelektual, kematangan sosial dan moral serta kematangan emosional.

  Individu yang memiliki kematangan-kematangan tersebut akan mampu mengembangkan pola pikir yang lebih dewasa dalam merespon lingkungannya. d. Determinan Psikologis Faktor-faktor psikologis ini meliputi pengalaman-pengalaman, trauma- trauma, situasi-situasi maupun kebiasaan yang berperan sebagai kondisi pendahulu bagi terbentuknya tingkah laku.

  e. Kondisi Lingkungan dan Alam Sekitar Kondisi keluarga, sekolah dan teman-teman turut berperan dalam menentukan keberhasilan individu dalam menyesuaikan diri. Kondisi yang mendukung akan membantu individu untuk mencapai keberhasilan dalam menyesuaikan diri.

  f. Adat istiadat, Norma-norma Sosial, Kepercayaan dan Kebudayaan Faktor ini mengatur perilaku individu dalam lingkungannya, sehingga individu belajar untuk menyesuaikan diri. Individu akan berusaha menyesuaikan diri dengan adat istiadat, norma, kepercayaan dan kebudayaan agar diterima dalam lingkungannya.

  Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian sosial adalah kondisi fisik, konsep diri, kondisi lingkungan sekitar, tingkat kematangan, kondisi psikologis dan kebudayaan.

  4. Tanda-tanda Kemampuan Penyesuaian Sosial Cole (1963) mengemukakan beberapa tanda yang menunjukkan kemampuan dalam menyesuaikan diri, tanda-tanda tersebut antara lain : a. Tanda-tanda kemasakan emosional, antara lain berupa perilaku tidak tergantung pada orang lain, tidak sering meminta bantuan, tidak sering meminta perhatian khusus, tidak berusaha menarik perhatian, menunjukkan perilaku yang bertanggung jawab dan tidak bersikap kekanak-kanakan.

  b. Tanda-tanda kecakapan sosial, antara lain tidak ada perasaan malu yang berlebihan, memiliki rasa percaya diri, suka berkumpul dengan teman-teman, mampu bergaul, tidak menghindari teman dari jenis kelamin lain dan diterima oleh teman-teman, mengikuti acara atau kegiatan di lingkungan sekitarnya, tidak secara terus-menerus merasa tidak aman atau cemas, dan rendah hati.

  c. Tidak memiliki kecenderungan melakukan perbuatan-perbuatan untuk menarik perhatian, antara lain tidak berusaha mentraktir teman-teman agar disukai, menolong teman bila memang dibutuhkan, tidak berlebihan dalam sopan santun dan rasa hormat, tidak selalu menyetujui semua yang dikatakan oleh orang lain, tidak suka membual dengan hal-hal yang berlebihan, bisa menerima kritik, tidak cenderung membenarkan diri sendiri, dan tidak suka pamer.

  d. Tanda-tanda kenormalan emosi, antara lain tidak mudah tenggelam dan murung, tidak mudah sakit hati, tidak peka yang berlebihan terhadap gangguan, dan tidak terlalu khawatir.