STUDI DESKRIPTIF MENGENAI ADVERSITY QUOTIENT PADA SISWA SMA KELAS XI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
STUDI DESKRIPTIF MENGENAI ADVERSITY QUOTIENT
PADA SISWA SMA KELAS XI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh :
Theresia Aprilia RahmawatiNIM : 009114082
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
Motto :
“
TITISING TIAS AMARSUDI MARDAWANING
BUDYO TULUS”
Semua manusia mempunyai kewajiban berbudi yang tepat
baik dalam perilaku maupun pembicaraan, semua itu supaya
dapat tepat pada hati semua orang.
“SURODIRO JAYANINGRAT LEBUR DENING
PANGASTUTI”
Yang namanya kekuatan kesaktian bisa hancur karena hasil
dari ulah kita sendiri
Karya sederhana ini aku persembahkan kepada : Yesus dan Bunda Maria ♥ ♥ Kedua orang tuaku
♥ ♥ Keluarga besarku ♥ ♥
ABSTRAK
STUDI DESKRIPTIF MENGENAI ADVERSITY QUOTIENT
PADA SISWA SMA KELAS XI
Theresia Aprilia Rahmawati
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2007
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan Adversity Quotient SiswaKelas XI. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya Siswa Kelas XI sebagai
remaja untuk mempunyai kemampuan menghadapi dan mengatasi masalah,
terlebih dengan banyaknya masalah yang harus dihadapi remaja pada abad ke-21.
Masa remaja adalah masa kritis sebab dalam masa ini remaja dihadapkan dengan
persoalan apakah ia dapat menghadapi dan memecahkan masalah-masalahnya
atau tidak. Kemampuan menghadapi dan mengatasi masalah hidup oleh Stoltz
disebut dengan Adversity Quotient.Subyek dalam penelitian ini adalah remaja putra dan putri yang terdaftar
sebagai siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu sebanyak 62 orang, yang
berusia antara 15 sampai 17 tahun. Metode penelitian ini adalah deskriptif,
dengan menggunakan Skala Adversity Quotient sebagai alat pengumpulan data.
Skala Adversity Quotient terdiri dari 45 aitem, yang dinyatakan sahih dengan
koefisien korelasi yang bergerak antara 0,2022 sampai 0,5499 dan reliabilitas
skala sebesar 0, 8430.Hasil penelitian tentang Adversity Quotient ini menggambarkan bahwa
secara umum subyek penelitian mempunyai tingkat Adversity Quotient yang
tinggi, karena mean empirik (136,45) lebih tinggi dari mean teoritik (112,5). Pada
pengkategorisasian skor Adversity Quotient secara umum diperoleh bahwa
sebanyak 55 subyek mempunyai tingkat Adversity Quotient tinggi, sebanyak 7
subyek mempunyai tingkat Adversity Quotient sedang, dan tidak ada subyek yang
mempunyai tingkat Adversity Quotient rendah.
ABSTRACT
DESCRIPTIVE STUDIES OF ADVERSITY QUOTIENT
OF STUDENTS CLASS XI
Theresia Aprilia Rahmawati
Sanata Dharma University
Yogyakarta
2007
This research aimed to decribe Adversity Quotient of students class XI.The background of this research was about the necessary of the students class XI
as teenager to have ability to face and correct problems, especially problems
sthappen and must be faced by adolescent in the 21 century. Teenage is a critical
period because in this period adolescent will be confronted with a problem wether
he or she is able to face and solve the problem or not. Ability to face and
overcome problems of life by Stoltz reffered as Adversity Quotient.Subject of this research are 62 students of Pangudi Luhur Sedayu Senior
High School class XI which are 15 to 17 years old. This research used descriptive
method and Adversity Quotient Scale as a means of data collecting. Adversity
Quotient Scale consists of 45 valid items with peripatetic correlation coefficient
between 0.2022 until 0.5499 and realiability scale 0.8430.The result of the research concerning Adversity Quotient shows that
generally the subjects have high level of Adversity Quotient because empiric
mean (136.45) is higher than teoritical mean (112.5). In categorizing the score at
Adversity Quotient, it is found that 55 subjects have high level of Adversity
Quotient, 7 subjects have medium level of Adversity Quotient, and no subjects
have low level of Adversity Quotient.KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur atas berkat Allah Yang Maha Kasih sehingga penulis
dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Studi Deskriptif Mengenai Adversity
Quotient Pada Siswa SMA Kelas XI” yang merupakan tugas akhir di Fakultas
Psikologi. Keberhasilan ini tercapai atas bantuan dari berbagai pihak yang telah
menemani, membimbing bahkan mengorbankan sebagian waktu dan pikiran demi
penulis. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :1. P. Eddy Suhartanto, S.Psi.,M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi yang telah berkenan memberikan surat ijin pelaksanaan penelitian
2. Drs. H. Wahyudi, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik sekaligus Dosen Pembimbing Penyusunan Skripsi yang telah meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan, memberi masukan-masukan serta
memberikan dorongan penulis guna kelancaran penyusunan skripsi
3. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah membagikan ilmunya kepada penulis selama penulis menuntut ilmu di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Mas Muji, Mas Gandung, Bapak Giyono, Mbak Nanik dan seluruh Staf Pengajaran dan Administrasi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma serta seluruh Staf Perpustakaan atas pelayanannya selama penulis menuntut ilmu.
5. Bapak Drs. Markoes Padmonegoro selaku Kepala Sekolah, Bapak R.B.
di SMA Pangudi Luhur Sedayu yang telah memberikan kesempatan dan bantuan kepada peneliti selama pelaksanaan penelitian
6. Seluruh siswa-siswi kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu yang telah
bersedia menjadi responden penelitian
7. Bapak Waribi selaku Pimpinan Paguyuban SM 68 RB dan seluruh anggota
Paguyuban SM 68 RB yang telah berkenan memberikan dorongan dan banyak bantuan sehingga karya sederhana ini dapat selesai.
8. Bapak dan Ibuku yang dengan kerelaan hatinya telah merawat,
membimbing dan mengorbankan waktu dan tenaga selama ini sehingga menjadikanku seorang Sarjana. Terima kasih Pak, terima kasih Bu. Aku sayang kalian.
9. Kakak-kakakku, yang dengan setia selalu memberi perhatian dan
semangat dengan pertanyaan sederhana “Kapan Wisuda ?”. Sungguh aku beruntung memiliki saudara seperti kalian.
10. Sepuluh Ponakanku yang lucu-lucu, kalian telah memberi semangat untuk
terus menatap masa depan. Memberi arti bahwa hidup harus dijalani bagaimanapun beratnya.
11. Seluruh keluarga besar Samigaluh, yang terus memberi dorongan
semangat untuk terus melangkah maju dalam skripsi dan dalam hidup
12. Seluruh karyawan CV. Putra Abadi yang telah dengan tekun bekerja untuk
keluarga kami. Terima kasih karena memperhatikan penulis dengan selalu bertanya “Mbak, kapan to wisuda?” Bagaimanapun juga kita adalah
13. Kukuh, sahabat dan kekasihku yang setia, yang telah menemaniku
melewati hari-hari yang sulit, yang selalu menganggapku berarti sebagai wanita. Semoga bekal kasih dan sayang kita dapat melewati semua tantangan hidup kelak.
14. Dita, Kampret, Trini, Fang-fang dan teman-teman seperjuangan di
Fakultas Psikologi. Terima kasih atas bantuan, semangat dan perhatian yang diberikan khususnya saat-saat akhir kuliah dengan selalu bertanya “Gimana skripsimu ?”
15. Min-min (yang mau mendengarkan keluh kesah dan cerita hidupku), Nila
(yang selalu menghibur dan memberikan warna-warna ceria dengan tingkah lakumu) dan Dian (yang memberikan gambaran dan semangat untuk menata hari esok).
16. Saudara-saudaraku di Mapasadha, di tempat itulah aku belajar dan ditempa
bagaimana menjalani hidup, bagaimana dapat survive apapun yang terjadi dan bagaimana aku bertahan menghadapi berbagai hal. Aku beruntungkarena aku telah menjadi saudara dalam Mapasadha.Viva Mapasadha !!!
17. Mudika Stasi Pringgolayan, Ricki, Dian, Yayan dan teman-teman Mudika lain yang telah memberikan tuntunan dalam menjalani hidup.
18. Teman-teman Musisi Jalanan Alkid yang bersedia menemani dalam hari-
hari sulitku. Thanks Guys, dari kalianlah aku belajar banyak hal tentang hidup.PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.Yogyakarta, November 2007 Penulis Th. Aprilia Rahmawati
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………….……...i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………….…….ii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………iii
HALAMAN MOTTO…………………………………………………………….iv
HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………….……..v
ABSTRAK………………………………………………………………………..vi
ABSTRACT…………………………………………………………………..…...vii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………..viii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………………………………………….xi
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..xii
DAFTAR TABEL………………………………………………………….……xvi
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……………………………………………………………...1
B. Rumusan Masalah …………………………………………………………..5
C. Tujuan Penelitian …………………………………………………………...5
D. Manfaat Penelitian ………………………………………………………….5
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA A. Adversity Quotient1. Adversity Quotient …………………………………………………...…6
2. Karakter Individu dalam Adversity Quotient …………………………...9
B. Perkembangan Psikologis Siswa Kelas XI
4. Kebutuhan Khas Remaja ……………………………………………...26
D. Adversity Quotient Siswa Kelas XI … …………………………………….30
3. Sejarah Singkat SMA Pangudi Luhur Sedayu ………………………...30
2. Visi dan misi Yayasan Pangudi Luhur ……………………………….. 29
1. Sejarah Yayasan Pangudi Luhur Pusat ………………………………..27
C. SMA Pangudi Luhur
5. Pergaulan Remaja ……………………………………………………...27
3. Tugas Perkembangan Remaja …………………………………………24
1. Perkembangan Kognitif ……………………………………………….16
2.5 Masa Remaja sebagai Masa yang Tidak Realistik ………………...23
2.4 Masa Remaja sebagai Masa Ketidakstabilan ...……………………23
2.3 Masa remaja sebagai usia bermasalah …………………………….19
2.2. Masa remaja sebagai masa belajar ……………………………….18
2.1. Masa remaja sebagai masa peralihan ……………………………..18
2. Ciri Khas Masa Remaja
BAB III: METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian …………………………………………………………….35
B. Subyek Penelitian ………………………………………………………….36
C. Variabel Penelitian ………………………………………………………...36
D. Definisi Operasional ……………………………………………………….36
E. Metode Pengumpulan Data ………………………………………………..37
1. Validitas Alat Ukur ……………………………………………………42
2. Seleksi Aitem dan Uji Reliabilitas Alat Ukur
2.1 Uji Kesahihan Skala Uji Coba …………….…………..…………..43
2.2 Reliabilitas Skala Uji Coba ………………………..………………47
2.3 Uji Normalitas Skala Uji Coba ……………………………..……..47
G. Analisis Data ………………………………………………………………48
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi Kancah Penelitian
1. Kondisi Gedung SMA Pangudi Luhur Sedayu ……………………… 50
1. Reliabilitas Skala Penelitian …………………………………………...53
2. Uji Normalitas Skala Penelitian ………………………………….........53
C. Persiapan Analisis Data Statistik Hasil Penelitian
E. Kategorisasi Tingkat Adversity Quotient
1. Kategorisasi Adversity Quotient ……………………………………….56
2. Kategorisasi Aspek Adversity Quotient
2.1 Aspek Control ……….....................................................................58
2.2 Aspek Origin dan Ownership …………..………………………….59
2.3 Aspek Reach ………………………………….……………………60
2.4 Aspek Endurance ………………………………….………………62
B. Pelaksanaan Penelitian …………………………………………………….51
2. Kondisi Siswa SMA Pangudi Luhur Sedayu …...……………………..50
D. Deskripsi Data ……………………………………………………………..54
F. Pembahasan
1. Adversity Quotient secara umum ……………………………………...63
2. Aspek-aspek Adversity Quotient
2.1 Aspek Control ……………………………………………………..68
2.2 Aspek Origin dan Ownership ……………………………...………70
2.3 Aspek Reach ……………………………………………………….73
2.4 Aspek Endurance ………………………………………………….76
BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan ……………………………………………………………...79 B. Saran
1. Bagi Sekolah ………………………………………………………...81
2. Bagi Peneliti Lain ……………………………………………………81
C. Keterbatasan Penelitian ………………………………………………….82
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………...83
LAMPIRAN I : Skala PenelitianA. Skala Uji Coba …………………………………………………………..85
B. Skala Penelitian ………………………………………………………….86 LAMPIRAN II : Data Penelitian A. Data Pelaksanaan Uji Coba ……………………………………………...87
B. Data Pelaksanaan Penelitian …………………………………………….88 LAMPIRAN III : Seleksi Aitem Skala Uji Coba A. Hasil Uji Reliabilitas Skala Uji Coba ……………………………………89
LAMPIRAN IV : Persiapan Analisis Data
A. Hasil Uji Reliabilitas Skala Penelitian …………………………………..92
B. Hasil Uji Normalitas Skala Penelitian …………………………………...94
LAMPIRAN V : Deskripsi Data Penelitian ……………………………………..95
LAMPIRAN VI : Kategorisasi dan Deskripsi Skor SubyekA. Skor Adversity Quotient …………………………………………………96
B. Skor aspek-aspek Adversity Quotient ……………………………………99
LAMPIRAN VII : Surat Keterangan Penelitian ……………………………….111
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 : Susunan butir Skala Uji Coba Adversity Quotient ……………...…...39Tabel 3.2 : Blue Print Skala Uji Coba Adversity Quotient ……..……………….40Tabel 3.3 : Skor jawaban pernyataan favorable dan unfavorable Skala Adversity Quotient ……………………………………………41Tabel 3.4 : Aitem gugur skala Adversity Quotient ……………………………...45Tabel 3.5 : Aitem sahih skala Adversity Quotient ………………………………46Tabel 3.6 : Hasil Uji Normalitas Skala Uji Coba ……………………………….48Tabel 3.7 : Tabel Norma Kategorisasi .…………………………………...……..49Tabel 4.1 : Hasil Uji Normalitas Skala Penelitian ……………………………....53Tabel 4.2 : Rangkuman Deskripsi Data Penelitian ……………………………...54Tabel 4.3 : Deskripsi Data Adversity Quotient ………………………………….56Tabel 4.4 : Norma kategorisasi Adversity Quotient …………………………......56Tabel 4.5 : Norma kategorisasi Adversity Quotient dengan batasan angka …......57Tabel 4.6 : Kategorisasi Adversity Quotient …………………………………….57Tabel 4.7 : Deskripsi Data Aspek Control ………………………………………58Tabel 4.8 : Norma kategorisasi Aspek Control dengan batasan angka …….……58Tabel 4.9 : Kategorisasi aspek Control ………………………………………….59Tabel 4.10 : Deskripsi Data aspek Origin dan Ownership .……………………...59Tabel 4.11 : Norma kategorisasi Origin dan Ownership dgn batasan angka …...59Tabel 4.12 : Kategorisasi aspek Origin dan Ownership ………………………...60Tabel 4.14 : Norma kategorisasi Aspek Reach dengan batasan angka ………….61Tabel 4.15 : Kategorisasi aspek Reach ………………………………………….61Tabel 4.16 : Deskripsi Data aspek Endurance ………………………………….62 Tabel 4.17 : Norma kategorisasi Aspek Endurance dengan batasan angka ……..62 Tabel 4.18 : Kategorisasi aspek Endurance …………………………………….63
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siswa kelas XI termasuk dalam usia remaja menurut pembagian rentangan
usia yang dikemukakan oleh Hurlock (1997) yaitu antara 13-18 tahun. Masa
remaja merupakan masa yang penting dalam rentang kehidupan, suatu periode
peralihan, suatu masa perubahan, usia bermasalah, saat dimana individu mencari
identitas, usaha yang menakutkan, masa tidak realistik dan ambang dewasa.Masa remaja juga disebut sebagai usia bermasalah. Masalah remaja sering
menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh remaja laki-laki maupun remaja
perempuan. Mappiare (1982) mengemukakan bahwa dalam masa remaja banyak
masalah yang harus dihadapi oleh remaja. Terlebih pada abad ke-21 yang
menyodorkan lingkungan sosial yang sangat berbeda dengan lingkungan sosial,
ekonomi, budaya dan teknologi pada abad sebelumnya. Perubahan teknologi yang
sangat cepat dan disertai adanya semangat globalisasi akan membawa perubahan
cara hidup masyarakat. Dalam perubahan itu, persoalan yang dihadapi oleh remaja
Indonesia menjadi semakin beragam. (Suyanto dan Hisyam, 2000) Mappiare (1982) mengungkapkan bahwa masa remaja adalah masa yang kritis.Dikatakan kritis sebab dalam masa ini remaja akan dihadapkan dengan
persoalan apakah ia dapat menghadapi dan memecahkan masalah-masalahnya
Soesilowindradini (2006) mengungkapkan bahwa remaja merasa dirinya
menghadapi masalah yang banyak sekali dan sukar untuk diselesaikan. Beberapa
masalah yang dihadapi oleh remaja antara lain masalah-masalah yang
berhubungan dengan pendidikan, nilai-nilai yang diyakini dan pergaulan.Remaja menghadapi banyak masalah yang berhubungan dengan pendidikan.
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan
kegiatan yang paling pokok bagi siswa namun aktivitas belajar bagi setiap siswa
tidak selamanya dapat berlangsung secara lancar. (Ahmadi dan Supriyono,1991) Remaja juga menghadapi masalah yang berhubungan dengan nilai-nilaiyang diyakininya. Remaja menganggap bahwa yang benar ialah kesesuaian antara
ideal dengan prakteknya. Namun, dengan banyaknya ketidaksesuaian yang
dilakukan oleh masyarakat sendiri menyebabkan sering muncul konflik-konflik
dalam diri remaja ketika menilai benar dan salahnya suatu perbuatan. Remaja
mulai menyangsikan konsep benar dan salah yang dikemukakan oleh orang
dewasa.(Mappiare,1982)Selain masalah yang berhubungan dengan pendidikan dan nilai-nilai yang
diyakini, remaja juga sering menghadapi masalah yang berhubungan dengan
pergaulan. Pergaulan dianggap penting bagi remaja, dan kesulitan-kesulitan di
bidang itu menimbulkan kekecewaan dan gangguan emosional yang besar artinya.
Remaja sering dihadapkan pada persoalan penerimaan atau penolakan teman
sebaya terhadap kehadirannya dalam pergaulan. (Brouwer,1981)Bila remaja dapat menghadapi masalah-masalah tersebut dengan baik, maka
dewasa. Kemampuan remaja dalam menghadapi masalah-masalah hidup inilah
yang oleh Stoltz disebut dengan Adversity Quotient.
Menurut Stoltz (2000), Adversity Quotient mengukur kemampuan seseorang
dalam mengatasi masalah atau kesulitan. Abdilah (2006) juga mengemukakan
bahwa Adversity Quotient adalah kecerdasan mengelola hidup dan mampumelihat kemalangan menjadi peluang. Hal ini didukung Soedarsono (2006)
yang mengungkapkan betapa pentingnya seseorang memiliki Adversity Quotient, yaitu kemampuan seseorang dalam mengubah tantangan bahkan ancaman menjadi peluang.Sebenarnya para remaja memiliki Adversity Quotient atau kemampuan
mengatasi masalah atau kesulitan. Hal ini dikemukakan oleh Gunarsa, S dan
Gunarsa (1991) dimana pemuda pemudi atau para remaja memiliki daya juang,
daya menegakkan diri dan membentuk masa depannya sendiri. Dengan ketekunan
dan daya juang untuk mengatasi rintangan-rintangan diluar dirinya, seseorang
dapat membentuk dan mengarahkan perjalanan hidupnya. Remaja mencoba
menggunakan kemampuan berpikirnya untuk memecahkan problema-problema,
menganalisa kesukaran dan mensitesanya kembali sebagai bahan untuk
merumuskan pengalaman-pengalamannya. (Soejanto,1990)Stoltz (2000), mengemukakan bahwa kesuksesan seseorang terutama
ditentukan oleh cara dia menjelaskan atau merespon peristiwa-peristiwa dalam kehidupan. Bermacam kesulitan yang dihadapi lebih baik dipositifkan.
Mempositifkan kesulitan berarti menjalani kehidupan dengan optimisme. Dengan
Bila remaja dapat menghadapi persoalan-persoalannya, dia akan
mengembangkan rasa percaya pada diri sendiri dan mampu menghadapi segala
sesuatu. Bila tidak, dia akan mengembangkan perasaan gagal dan tidak mampu
menghadapi apa-apa, dimana perasaan itu dapat tetap tinggal dalam dirinya untuk
selanjutnya. (Soesilowindradini, 2006) Berpijak dari uraian di atas yang menyatakan peranan Adversity Quotientyang dapat menentukan kesuksesan dan kegagalan remaja dalam menjalani masa
remajanya dan masa perkembangan selanjutnya, maka peneliti merasa tertarik
untuk melihat tingkat Adversity Quotient yang dimiliki oleh siswa kelas XI
sebagai remaja.B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas maka rumusan masalah
yang diajukan dalam penelitian ini adalah : Bagaimana tingkat Adversity
Quotient siswa SMA kelas XI ?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk melihat tingkat Adversity Quotient siswa SMA kelas XI .
D. Manfaat Penelitian
Manfaat Penelitian ini dibagi menjadi dua bagian , yaitu:
1. Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai sumbangan teoritis di bidang Psikologi Perkembangan mengenai Adversity Quotient remaja.
2. Manfaat Praktis Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai sumbangan praktis yang memberikan informasi yang berkaitan dengan Adversity Quotient.
a. Bagi sekolah, penelitian ini dapat memberikan informasi tentang
Adversity Quotient siswa kelas XI
b. Bagi peneliti sendiri, penelitian ini dapat memperkaya wawasan dan menambah pengetahuan mengenai Adversity Quotient
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Adversity Quotient Pada bagian ini akan diterangkan mengenai definisi Adversity Quotient,
karakter-karakter individu dalam Adversity Quotient dan dimensi-dimensi
Adversity Quotient.1. Adversity Quotient
Menurut Stoltz (2000), hidup ini seperti mendaki gunung. Kepuasan
dicapai melalui usaha yang tidak kenal lelah untuk terus mendaki, meskipun
kadang-kadang langkah demi langkah yang ditapakkan terasa lambat dan
menyakitkan. Kesuksesan dapat dirumuskan sebagai tingkat dimana seseorang
bergerak ke depan dan keatas, terus maju dalam menjalani hidupnya, kendati
terdapat berbagai rintangan atau bentuk-bentuk kesengsaraan lainnya.Setiap kesulitan merupakan tantangan, setiap tantangan merupakan suatu
peluang, dan setiap peluang harus disambut. Perubahan merupakan bagian dari
suatu perjalanan yang harus diterima dengan baik. Pada umumnya ketika
dihadapkan pada tantangan-tantangan hidup, kebanyakan orang berhenti berusaha
sebelum tenaga dan batas kemampuan mereka benar-benar teruji. Kemampuan
seseorang dalam mengatasi setiap kesulitan hidup disebut dengan Adversity
Quotient. (Stoltz, 2000)
Menurut Stoltz (2000), Adversity Quotient mengukur kemampuan seseorang
dalam mengatasi kesulitan. Abdilah (2006) juga mengemukakan bahwaAdversity Quotient adalah kecerdasan mengelola hidup dan mampu melihat
kemalangan menjadi peluang. Hal ini didukung Soedarsono (2006) yang mengungkapkan pentingnya seseorang memiliki Adversity Quotient, yaitu kemampuan seseorang dalam mengubah tantangan menjadi peluang.IQ tidak cukup untuk mencapai kesuksesan. Pemikiran lama tentang IQ
atau Intelligence Quotient, kecerdasan yang terukur secara ilmiah dan dipengaruhi
oleh faktor keturunan ini telah lama dianggap oleh para orang tua dan guru
sebagai si peramal kesuksesan. Namun banyak orang yang memiliki IQ tinggi tapi
tidak mewujudkan potensinya.Dalam bukunya Emotional Intelligence, Daniel Goleman (dalam Stoltz,
2000) menjelaskan mengapa beberapa orang yang IQ-nya tinggi mengalami
kegagalan, sementara banyak yang lainnya dengan IQ yang sedang-sedang saja
bisa berkembang pesat. Selain IQ, kita semua mempunyai EQ atau Emotional
Intelligence. EQ mencerminkan kemampuan untuk berempati dengan orang lain,
menunda rasa gembira, mengendalikan dorongan-dorongan hati, sadar diri,
bertahan dan bergaul secara efektif dengan orang lain. Goleman mengemukakan
EQ lebih penting daripada IQ, namun seperti halnya IQ tidak setiap orang
memanfaatkan EQ dan potensi mereka sepenuhnya, meskipun kecakapan-
kecakapan yang berharga itu mereka miliki. Karena EQ tidak mempunyai tolok
ukur yang sah dan metode yang jelas untuk mempelajarinya, maka kecerdasan
suksesnya seseorang. Tapi, keduanya memainkan suatu peran dalam pencapaian
keberhasilan. Stoltz (2000), mengajukan konsep yang menjembatani peranan IQ
dan EQ, serta lebih menentukan kesuksesan seseorang yaitu Adversity Quotient.Berdasarkan konsep tersebut, menurut Stoltz (2000) kesuksesan dalam
hidup sebagian besar ditentukan oleh AQ. Stoltz juga mengemukakan bahwa ada
beberapa orang yang mempunyai IQ ataupun EQ yang tinggi tetapi gagal menunjukkan kemampuannya. Pertanyaan yang muncul adalah mengapa ada orang yang mampu bertahan dan berprestasi. Ia mengemukakan bahwa yangmempengaruhi orang yang bertahan tersebut adalah bagaimana seseorang melihat
hambatan-hambatan sebagai peluang. Hal tersebut yang menjadi inti Adversity Quotient. (Prabowo dan Setyorini, 2005)
AQ menjadi demikian penting karena: pertama, AQ menunjukkan
seberapa baik seseorang dapat bertahan menghadapi kesulitan dan mengatasinya.
Penelitian menunjukkan bahwa orang yang sukses adalah orang yang tetap gigih
berusaha meskipun banyak rintangan atau bahkan kegagalan. Tidak ada orang mencapai sukses sejati tanpa merasakan kegagalan sebelumnya. Kedua, AQ merupakan alat ukur yang dapat digunakan untuk memprediksi siapa yang akan mampu mengatasi kesulitan dan siapa yang jatuh. Dimensi-dimensi AQ merupakan faktor signifikan penentu kesuksesan atau kegagalan seseorang.Ketiga, AQ memprediksi siapa yang akan mencapai kinerja sesuai harapan dan potensi dan siapa yang gagal. Semua orang memiliki potensi yang besar untuk menjadi sukses. Tetapi hanya sedikit orang yang menyakini potensi dirinya.
Sementara orang yang meragukan kemampuan dirinya, bekerja dengan kinerja rendah. Keempat, AQ memprediksi siapa yang akan menyerah dan siapa yang akan menang. Apakah seseorang akan berhasil atau gagal dalam melaksanakan tugas dapat diprediksi dari nilai AQ yang dimiliki. (Nggermanto, 2002)
AQ mempunyai tiga bentuk. Pertama, AQ adalah suatu kerangka kerja
konseptual yang baru untuk memahami dan meningkatkan semua segi kesuksesan.
Kedua, AQ adalah suatu ukuran untuk mengetahui respons terhadap kesulitan.
Terakhir, AQ adalah serangkaian peralatan yang memiliki dasar ilmiah untuk
memperbaiki respons terhadap kesulitan. Gambaran ketiga unsur ini yaitu
pengetahuan baru, tolok ukur dan peralatan yang praktis, merupakan sebuah paket
yang lengkap untuk memahami dan memperbaiki komponen dasar pendakian
sehari-hari dan seumur hidup. (Stoltz, 2000) Definisi Adversity Quotient dalam penelitian ini adalah kemampuanseseorang dalam bertahan dan mengatasi masalah atau kesulitan serta tantangan
hidup yang dihadapi.2. Karakter Individu dalam Adversity Quotient
Menurut Stoltz (2000), dalam pemahaman mengenai AQ diambil analogi pendaki gunung yang melakukan pendakian. Stoltz menjelaskan tiga jenis
orang yang akan dijumpai dalam perjalanan mendaki, orang-orang tersebut memiliki respons yang berbeda-beda terhadap pendakian dan sebagai akibatnya
dalam hidup ini mereka menikmati berbagai macam tingkat kesuksesan dan a. Mereka yang berhenti (Quitters) Quitters atau orang-orang yang berhenti adalah orang yang memilih untuk
keluar, menghindari kewajiban, mundur, dan berhenti. Mereka mengabaikan,
menutupi, atau meninggalkan dorongan inti yang manusiawi untuk mendaki,
dan dengan demikian meninggalkan banyak hal yang ditawarkan oleh kehidupan.b. Mereka yang berkemah (Campers) Berbeda dengan Quitters, Campers sekurang-kurangnya telah menanggapi tantangan pendakian itu. Mereka telah mencapai tingkat tertentu. Perjalanan mereka mungkin memang mudah, atau mungkin mereka telah mengorbankan banyak hal dan telah bekerja dengan rajin untuk sampai ke tempat dimana mereka kemudian berhenti. Pendakian yang tidak selesai itu oleh sementara orang dianggap sebagai “kesuksesan”. Mereka menganggap kesuksesan sebagai tujuan yang harus dicapai, jika dibandingkan dengan perjalanannya.
Campers melepaskan kesempatan untuk maju, yang sebenarnya dapat dicapai jika energi dan sumber dayanya diarahkan dengan semestinya. Mereka tidak memanfaatkan potensi mereka sepenuhnya.
c. Para pendaki (Climbers) Climbers selalu menyambut tantangan-tantangan yang disodorkan kepadanya. Climbers yakin bahwa segala hal bisa dan akan terlaksana, meskipun orang lain bersikap negatif dan sudah memutuskan bahwa jalannya tidak mungkin ditempuh. Mereka bisa memotivasi diri sendiri, memiliki
Kemampuan Quitters, Campers dan Climbers dalam menghadapi
kesulitan. Quitters mempunyai kemampuan yang kecil atau bahkan tidak mempunyai sama sekali, itulah yang menyebabkan mereka berhenti. Campers mungkin telah menghadapi cukup banyak kesulitan sampai menemukan tempat berkemah. Sayangnya, kesulitan ini jugalah yang pada akhirnya mendorongCampers untuk mempertimbangkan resiko-resiko dan imbalan-imbalannya, yang