Pemaknaan guru di pedesaan terhadap profesinya : sebuah studi fenomenologi di Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah - USD Repository

  

PEMAKNAAN GURU DI PEDESAAN TERHADAP

PROFESINYA

( Sebuah Studi Fenomenologi di Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri,

  

Jawa Tengah)

Skripsi

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

  Program Studi Psikologi

  

Disusun Oleh :

YOHANES HASTADI KURNIAWAN

NIM : 029114002

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

  

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  Kupersembahkan karya ini untuk Yesus Kristus Sang Raja, atas berkat, kasih dan bimbinganNya

Keluargaku dimana aku mendapatkan kasih, cinta, dan perhatian

selama ini, Bapak, Ibu, Mbak Sri, Mbak Tuti, Mbak Retno dan

adikku tercinta Antu

Seseorang yang selama ini menjadi inspirasi dan pemegang keteguhan

hatiku, Agnes

Semua teman dan semua orang yang selama ini telah memberikan

dinamika di dalam kehidupanku sampai terciptanya karya ini

  

“Kekurangan saya ialah, bahwa saya tidak setuju dengan diri saya

sendiri tentang pertanyaan : apakah yang harus saya lakukan? Yang

saya butuhkan ialah : menemukan ide, yang untuknya saya mau hidup

atau mati.”(Søren Kierkegaard, 1838)

  ) Pahit itu selalu hitam, tetapi manis itu tidak selalu putih (Hastadi See Who I Am Break Through The Surface Reach For My Hand And Shout Out That We Can Free Your Mind And Find A Way The World Is In Our Hands (Within Temptation)

  ABSTRAK Pemaknaan Guru di Pedesaan Terhadap Profesinya (Sebuah Studi Fenomenologi di Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten

Wonogiri, Jawa Tengah)

Yohanes Hastadi Kurniawan

  Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2007

  Desain penelitian fenomenologi ini bertujuan untuk mengetahui pemaknaan guru terhadap profesinya di pedesaan. Peneliti tertarik terhadap fenomena ini karena guru di pedesaan dihadapkan pada masalah ekonomi dan kondisi geografis desa yang kurang mendukung. Keadaan seperti ini ternyata tidak membuat guru menyerah, masih banyak guru yang mengajar dan menjalani profesinya di pedesaan. Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti ingin mengetahui apa sebenarnya makna profesi guru bagi mereka.

  Subjek dalam penelitian ini sebanyak 7 orang guru yang mengajar di wilayah Kecamatan Giriwoyo. Subjek diperoleh dengan teknik theoretical

  

sampling dan saturated. Pengumpulan data diperoleh melalui wawancara yang

  mendalam. Analisis penelitian ini menggunakan modifikasi metode Stevick- Colaizzi-Kenn dari Moustakas (1994). Verifikasi data dilakukan dengan proses

  

intersubjective validity yaitu menguji kembali pemahaman peneliti dengan

  pemahaman subjek melalui interaksi timbal balik atau disebut juga back-and- forth .

  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa makna profesi bagi guru yang mengajar di pedesaaan adalah sebagai bentuk dari aktualisasi diri bagi guru. Aktualisasi diri adalah sebuah pemenuhan keinginan yang unik dan khas yang dimiliki individu (Goldstein dalam Hall & Lindzey (1993)). Jadi aktualisasi diri guru muncul karena adanya perwujudan keinginan yang unik dan khas dari guru tersebut, yaitu keinginan untuk mencerdaskan anak-anak.

  ABSTRACT The Teachers Referential Meaning to Their Proffesion in The Rural

District

(A Phenomenological Research in Sub District Giriwoyo, District

  

Wonogiri, Central Java)

Yohanes Hastadi Kurniawan Faculty of Psychology Sanata Dharma University Yogyakarta 2007

  The aim of this phenomenological research is to know how the teachers mean to their profession at the rural district. The researcher interested to this phenomena because the teachers in the rural district faced by the economical and geographical problems. With these conditions the teachers still work in their proffesion at the rural district. Due to these case, this research wanted to know the meanings of their professions as a teacher.

  The subjects in this resarch were 7 persons and all of the subject had a profession as a teacher in Sub District Giriwoyo. The subjects were gathered by theoretical sampling and saturated method. The data was obtained using the depth interview. The method of data analysis used the analysis was adopted from the modification of Stevick-Colaizzi-Keen method (Moustakas, 1994). The data verification using intersubjective validity process, meaning that the subjects and researcher opinion have tested out with the reciprocal interaction or back-and- forth.

  The result of this research showed that the meaning of the teachers professions who work at rural district as a self actuallization (Goldstein in Hall & Lindzey (1993)). Self actuallization was a individual realization from their unique and typical desires. So, the teachers self actuallization appeared because there were the unique and typical desires realization from the teachers to educate the childrens.

KATA PENGANTAR

  Sembah syukur kepada Bapa di Surga atas rahmat dan kekuatan yang telah diberikan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini. Selesainya penulisan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini ijinkanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada :

  1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberikan perlindungan dalam menjalani hidup.

  2. P. Eddy Suhartanto, S. Psi., M.Si. selaku Dekan Faultas Psikologi atas kesempatan yang telah diberikan selama proses studi.

  3. Titik Kristiyani, S.Psi. dan C. Wijoyo Adi Nuroho, S.Psi. selaku dosen pemimbing akademik, yang banyak memberikan bimbingan, saran dan nasehat-nasehat setiap semester.

  4. P. Henrietta. PDADS.,S.Psi., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan dorongan, bimbingan, saran dan kesabaran selama penulisan skripsi ini.

  5. V. Didik Suryo H.,S.Psi., M.Si., selaku dosen penguji skripsi, terima kasih atas masukan dan pengetahuan baru yang telah diperoleh.

  6. MM. Nimas Eki Suparwati, S.Psi.,Psi.,M.Si.,selaku dosen penguji skripsi, terima kasih atas masukan dan pengetahuan baru yang telah diperoleh.

  7. Segenap dosen Psikologi, terima kasih atas ilmu serta dinamika yang saya dapat selama kuliah di Psikologi.

  8. Karyawan Psikologi, Mas Gandung, Mbak Nanik, Pak Gie, Mas Doni, Mas Muji, terima kasih atas bantuannya selama ini, maaf jika selama ini sering merepotkan.

  9. Semua teman-teman Psikologi, baik dari angkatan ’98 sampai ’06 yang tidak bisa ku sebut satu-persatu, terima kasih atas dinamikanya selama ini, aku ada seperti sekarang ini, kalian semualah arsiteknya, dan aku bangga bisa mengenal kalian.

  10. The Tumindak Ngiwo (Kopeto, Barjo, Neri, Windro, Zygote, Ganyong, Yanuar, Eyang, Suko, Itonk, Aconk, Dicksue, Aris, Doni, Meant, Cynthya, dan semua penghuninya) semua pahit yang ada selama aku di sini, tidak akan bisa berubah indah tanpa kalian, kalian tidak hanya teman tetapi keluarga, thanks my brother and my sister.

  11. Jogodayoh crew (Tito, Jacky, Ratih, Siska, Anel, Septa, Nat, Miloy, Wiwin), terima kasih telah merawatku selama sebulan. I Miss that momment…

  12. Anak kos 50C (Abank, Lae Man, Lae Par, Lae Sata, Nomar, Noe, Bonar, Danang, Dani, Arul, Mbah, Joen) terima kasih karena memberiku tempat untuk berteduh selama di Jogja ini, kalian keluargaku yang kesekian selama aku di sini dan di dalam bungker itu aku merasa lebih aman jika ada kalian.

  13. PBSID member ex Jenengan, (Pur Kowok, Yoga, Moko, Doni, Andi), keluargaku yang lain ketika aku butuh tempat untuk minum disaat aku

  14. Anak Kos Krodan, (Teguh, Imam, Arya, Sindu) my newest familly, terima kasih mau menerimaku di istana kalian.

  15. Untuk Bapak, Ibu, adik (Antu), dan kakak-kakakku (Mbak Sri, Mbak Tuti, Mbak Retno) serta semua saudaraku, terima kasih atas segala perhatian, dukungan, doa, fasilitas dan kesabaran yang telah diberikan. There’s not

  only a house but more than a home…I love u all, my lovely family .

  16. Civeana Segna, Agnes. Neng, makasih ya semuanya, halaman ini tidak akan cukup jika aku harus menyebutnya satu-persatu inginku. Maafin aku jika aku banyak bikin susah selama ini. Karena kamu, hitamku akan menjadi berkilauan sampai orang-orang datang untuk melihat betapa beruntungnya aku. Forever shine on….

  17. Buat fasilitas-fasilitas yang sudah dengan setia membantuku selama ini, recorder, komputer handalku P166 yang lemot tapi pasti, monitor samsung merek toyota dan motorku, terima kasih atas hiburan, kekesalan, kebanggan dan kemudahan hingga skripsi ini selesai.

  18. Semua teman yang sudah membantuku membuat skripsi ini, yang tidak bisa aku sebutkan satu-persatu, aku rasa berucap terima kasih masih kurang dibanding apa yang aku dapat dari kalian selama ini.

  Penulis Y. Hastadi Kurniawan

  DAFTAR ISI

  Halaman Judul ........................................................................................................... i Halaman Persetujuan ................................................................................................... ii Halaman Pengesahan ................................................................................................. iii Halaman Persembahan............................................................................................... iv Halaman Motto .......................................................................................................... v Halaman Pernyataan Keaslian Karya......................................................................... vi Abstrak ....................................................................................................................... vii Abstract ...................................................................................................................... viii Kata Pengantar ........................................................................................................... ix Daftar Isi .................................................................................................................... xii Daftar Tabel ............................................................................................................... xv Daftar Bagan .............................................................................................................. xvi Daftar Lampiran......................................................................................................... xvii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................

  1 A. Latar Belakang Masalah..................................................................

  1 B. Rumusan Masalah ...........................................................................

  5 C. TujuanPenelitian…………………………………………………. 5 D. Manfaat Penelitian ..........................................................................

  5 1. Manfaat Teoritis................................................................

  6 2. Manfaat Praktis ..................................................................

  6

  BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................

  17 D. Kerangka Penelitian ......................................................................

  G. Keabsahan Data atau Verifikassi Data............................................. 23

  F. Analisis Data..................................................................................... 22

  21 E. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 22

  21 C. Definisi Operasional......................................................................... 21 D. Subjek Penelitian..............................................................................

  18 B. Variabel Penelitian ...........................................................................

  17 BAB III METODE PENELITIAN..................................................................... 18 A. Jenis Penelitian.................................................................................

  12 C. Profesi Guru di Pedesaan ..............................................................

  7 A. Profesi Guru ....................................................................................

  11 3. Ciri Masyarakat Pedesaan.................................................

  11 2. Jenis Desa..........................................................................

  9 B. Desa dan Masyarakat Desa ........................................................... 11 1. Pengertian Desa ................................................................

  2. Guru ................................................................................. 8 3. Profesi Guru .....................................................................

  1. Profesi ............................................................................. 7

  7

  BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 24

  B. Hasil Penelitian ................................................................................

  25 1. Deskripsi Subjek Penelitian ...............................................

  25 2. Hasil Analisis Data Penelitian ...........................................

  29

  a. Apa yang dialami oleh guru yang mengajar di pedesaan dan bagaimana hal tersebut dialami .................

  29 b. Sintesis data pengalaman .............................................

  34 c. Pembahasan Penelitian.................................................

  36 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 41

  A. Kesimpulan ...................................................................................... 41

  B. Saran................................................................................................. 41 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 43 LAMPIRAN ………................................................................................................... 45

  DAFTAR TABEL

  Tabel 1. Pengalaman Guru..................................................................................... 30 Tabel 2. Sintesis Data Pengalaman ........................................................................ 35

  DAFTAR BAGAN

  Bagan 1. Proses Pengolahan Data ..................................................................... 46

  DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1. Proses Perolehan dan Pengolahan Data ............................................. 45 Lampiran 2. Verbatim Subjek 1 ............................................................................. 47 Lampiran 3. Horizonalization Subjek 1 ................................................................. 51 Lampiran 4. Tekstural Subjek 1 ............................................................................. 53 Lampiran 5. Struktural Subjek 1 ............................................................................ 54 Lampiran 6. Informed Consent Form Subjek 1......................................................

  55 Lampiran 7. Panduan Wawancara ..........................................................................

  56 Lampiran 8. Data Demografi Subjek......................................................................

  57

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan tidak lepas dari tenaga pengajar yang mengabdi di

  dalamnya yaitu guru. Guru yang profesional di dalam pekerjaannya, memiliki tugas untuk mendidik, mengajar dan melatih (Suparwoto, 2004). Secara profesional guru dituntut untuk memajukan kualitas pendidikan di Indonesia (Ni’mallatif, 2004). Pada waktu menjalankan profesinya, profesionalisme dan kesejahteraan bagi guru adalah kata kunci yang harus dimiliki seorang guru untuk dapat menjalankan sistem pendidikan dan mewujudkan tujuan pendidikan secara optimal. Agar profesional, maka kesejahteraan harus terpenuhi. Hak-hak akan kesejahteraan ini tercantum dalam UU Sisdiknas pasal 41 ayat (1) tentang Pendidikan Nasional yang isinya adalah hak-hak guru untuk memperoleh penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial, memperoleh pembinaan karier, memperoleh penghargaan, menggunakan sarana prasarana dan fasilitas pendidikan, serta memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugasnya (Taruna, 2003).

  Muncul pertanyaan bagaimana bisa profesional jika di benak para guru masih berputar-putar segudang kecemasan memikirkan isi perut dan periuk keluarga. Dengan kata lain, untuk mencukupi kebutuhan keluarga saja mereka terpaksa mencari sumber penghasilan lain di luar profesinya. Tak perlu waktu di tengah kesibukannya menjadi pendidik, demi mendapatkan kesempatan “menambal” lobang isi perut dan periuknya. Bahkan sampai ada yang terkantuk- kantuk keesokan harinya di depan kelas, setelah semalaman berganti fungsi sebagai tukang ojek atau lainnya (Sudharto, 2002).

  Sebenarnya ada beberapa program pemerintah mengenai peningkatan kesejahteraan guru, seperti yang dinyatakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, bahwa gaji guru akan naik 30-35% (http://www.kompas.com/kompas-cetak//060225.htm). Walaupun sudah ada program-program dari pemerintah, tapi masih banyak pula guru yang harus memiliki pekerjaan sampingan untuk mencukupi kebutuhan keluarganya sehari- hari, misalnya ada yang menjadi tukang ojek dan ada pula yang harus jualan koran (http://www.kompas.com/metro/news/0602/22/085319.htm). Kondisi seperti ini juga banyak ditemui di desa, banyak guru yang mempunyai pekerjaan lain di luar profesinya sebagai pengajar (Karmin, wawancara, 3 Mei 2006).

  Desa merupakan suatu bentuk kehidupan bersama dari sejumlah orang yang hampir semuanya saling mengenal. Secara geografis desa juga merupakan daerah agraris dan sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani, nelayan atau yang langsung menggantungkan kehidupannya terhadap alam (Soetrano, 1994). Fasilitas yang ada di pedesaan tidak secanggih dan sehebat perkotaan. Bahkan kadang kedaaan geografis desa kurang mendukung dan sangat sulit untuk dilalui sarana transportasi. Masih banyak juga desa yang jalannya belum beraspal dan masih belum memiliki alat transportasi antar desa seperti yang ada di kota. dan menjalankan tugasnya ke sekolah masing-masing, baik sarana dan prasarananya (Karmin, wawancara, 3 Mei 2006).

  Salah satu contohnya adalah di Kecamatan Giriwoyo Kabupaten Wonogiri, daerah ini masih termasuk daerah yang agak kurang berkembang dalam hal transportasi dan komunikasi, hal ini disebabkan sulitnya kondisi geografis desa yang berbukit-bukit. Kecamatan Giriwoyo merupakan salah satu kecamatan yang terletak di bagian selatan Kabupaten Wonogiri dan hampir berbatasan dengan Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Seperti pada umumnya daerah pegunungan, masih banyak desa-desa yang ada di kecamatan ini yang belum terjangkau transportasi umum, hal ini disebabkan kondisi geografis yang berbukit- bukit dan berada di dalam gugusan pegunungan seribu. Kondisi yang berbukit- bukit dan banyak jalan yang belum diaspal menimbulkan kesulitan bagi para guru di daerah ini. Banyak guru di Giriwoyo yang harus bertugas jauh ke pelosok desa, ada yang berjarak 7 kilometer bahkan ada pula yang sampai 30 kilometer dari tempat tinggalnya, dengan kondisi jalan yang berbukit dan belum diaspal.

  Keseharian mereka yang bertugas jauh ini biasanya harus berangkat dari rumah pagi-pagi sekali agar tidak terlambat masuk jam kerja (Karmin, wawancara, 3 Mei 2006).

  Pengorbanan guru seperti ini kadang tidak sebanding dengan balas jasa yang diperoleh per bulannya tetapi guru-guru ini masih tetap menjalani profesinya meskipun mereka tahu bahwa segi finansial menjalani profesi guru tidaklah begitu menguntungkan (Karmin, wawancara, 3 Mei 2006). Apalagi ditambah dengan lingkungan dan kondisi geografis yang sulit bagi mereka untuk menjalani profesi tersebut.

  Keadaan tersebut merupakan contoh kecil dari dinamika guru yang menjalani profesinya sebagai guru di pedesaan. Salah satu ciri profesi guru adalah, mereka harus memiliki kompetensi, sebagaimana dituntut oleh disiplin ilmu pendidikan (pedagogi) yang harus dikuasainya. Mengenai kompetensi guru ini, Direktorat Tenaga Kependidikan telah memberikan definisi kompetensi sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Lebih lanjut dijelaskan bahwa kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan perbuatan secara profesional dalam menjalankan fungsi sebagai guru (Supriadi (dalam Suparlan, 2006)). Kompetensi ini tidak hanya bersifat kompetensi di dalam akdemik saja, bahkan mungkin ada tuntutan yang lebih dari pada itu yaitu kemampuan di dalam sosial dan menjalani kehidupan bermasyarakat. Karena selain sebagai pengajar dan pembimbing, di pedesaan profesi sebagai guru masih dianggap sebagai suatu profesi yang memiliki arti penting bagi kehidupan bermasyarakat

  Berdasarkan berbagai teori dan fakta-fakta yang ada di lapangan, peneliti mencoba mengetahui apa makna profesi guru bagi mereka yang berkarya di pedesaan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode fenomenologi untuk mengetahui makna profesi guru bagi mereka yang mengajar di pedesaan.

  Melalui penelitian fenomenologi, fenomena berperan sebagai central phenomenon (Creswell, 1998). Fenomenologi yang dikedepankan oleh Hussler (dalam mencari kebenaran terhadap dunia sekitar manusia, karena di dalam kehidupannya manusia selalu berhubungan dengan dunia di luarnya. Oleh karena itu di dalam fenomenologi, pemaknaan terhadap fenomena menjadi subjek utama penelitian, yang dalam penelitian ini adalah bagaimana guru memaknai profesinya sebagai guru di saat mereka dihadapkan pada permasalahan yang ada di pedesaan. Hal ini dapat muncul karena adanya suatu proses pengalaman yang pernah dirasakan oleh guru sehingga memunculkan suatu sikap tersendiri sebagai salah satu wujud dari pemaknaan mereka terhadap profesi sebagai guru di pedesaan.

  Melihat adanya suatu keunikan dimana masih adanya guru yang mengajar di desa meskipun dengan gaji kecil dan kondisi alam yang kurang menguntungkan, peneliti ingin melihat proses pemaknaan guru-guru tersebut terhadap profesi yang mereka jalani. Melalui penelitian inilah mereka dapat merefleksikan secara menyeluruh mengenai proses pemaknaan mereka akan pengalamannya yaitu profesi sebagai guru di pedesaan.

B. Rumusan Masalah

  Apa makna profesi guru bagi guru yang mengajar di pedesaan ? C.

   Tujuan Penelitian

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui makna profesi guru bagi guru yang mengajar di pedesaan.

D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah sebagai penyajian fakta- fakta, wacana dan referensi untuk perkembangan ilmu di bidang sosial, baik untuk Psikologi Pendidikan maupun Psikologi Sosial.

  2. Manfaat Praktis

  a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan refleksi guru itu sendiri dan juga bagi rekan guru yang lain untuk dapat memahami profesi mereka sebagai guru.

  b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai refleksi bagi rekan-rekan guru yang mempunyai kehidupan dan penghargaan yang lebih dibanding dengan guru-guru yang berprofesi di desa, sehingga memunculkan rasa solidaritas antar guru.

  c. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai evaluasi bagi pemerintah khususnya bagi pihak yang menangani masalah pendidikan agar dapat lebih memperhatikan nasib guru di pedesaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Profesi Guru 1. Profesi Profesi berasal dari kata Latin professare, yang berarti deklarasi

  keyakinan seseorang sesuai dengan pengetahuan, pengalaman, dan tata nilai yang dimilikinya. Kata ini juga menunjukkan adanya keterbukaan untuk diuji telik oleh pihak lain untuk menjamin kebenarannya (Alwasilah, 2006). (Supriadi (dalam Suparlan (2006)) menjelaskan secara sederhana tentang ciri- ciri atau karakteristik suatu profesi, yaitu : a. Profesi itu memiliki fungsi dan signifikansi sosial bagi masyarakat.

  Sebagai contoh, dokter disebut profesi karena memiliki fungsi dan signifikasi sosial untuk memberikan layanan kesehatan bagi masyarakat. Demikian juga guru, memberikan layanan pendidikan bagi anak-anak generasi muda bangsa.

  b. Profesi menuntut keterampilan tertentu yang diperoleh melalui proses pendidikan dan pelatihan yang cukup yang dilakukan oleh lembaga pendidikan yang akuntabel atau dapat dipertanggungjawabkan.

  c.

   Profesi didukung oleh suatu disiplin ilmu tertentu (a systematic body of knowledge). d. Ada kode etik yang dijadikan sebagai satu pedoman perilaku anggota beserta sanksi yang jelas dan tegas terhadap pelanggar kode etik tersebut. Pengawasan terhadap penegakan kode etik dilakukan oleh organisasi profesi yang bersangkutan.

  e. Sebagai konsekuensi dari layanan dan prestasi yang diberikan kepada masyarakat, maka anggota profesi secara perorangan atau kelompok memperoleh imbalan finansial atau material.

2. Guru

  Guru merupakan profesi yang tugasnya berkaitan dengan keahlian, tanggung jawab dan kesejawatan yang meliputi mendidik, mengajar dan melatih (Suparwoto, 2004). Mendidik berkaitan dengan pengembangan kepribadian peserta didik, mengajar lebih ditekankan pada bidang intelektual dan kemampuan berpikir, sedangkan melatih berkaitan dengan pengembangan ketrampilan.

  Menurut Glickman (dalam Suhertian, 1994) tugas profesional guru ini diasumsikan mencakup dua kemampuan dasar, yakni berpikir abstrak (yang berkaitan dengan intelektualitas) serta komitmen. Guru yang memiliki kemampuan berpikir abstrak yang tinggi akan memiliki hubungan yang lebih positif terhadap kebutuhan siswa maupun teman sejawat. Tingkat kemampuan berpikir abstrak yang tinggi ditandai dengan adanya kemampuan melihat berbagai kemungkinan dalam berpikir dan bertindak serta mampu menerapkan berbagai alternatif dalam menetapkan model mengajar. Sedangkan komitmen berkaitan dengan kecenderungan dalam diri seseorang untuk selalu terlibat aktif dengan penuh rasa tanggung jawab (Suparwoto, 2004).

3. Profesi Guru

  Menurut Haryono (2006), profesi guru yang dimuat dalam Undang- Undang tentang Guru dan Dosen harus memiliki prinsip-prinsip profesional seperti tercantum pada pasal 5 ayat 1, yaitu; ”Profesi guru dan dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang memerlukan prinsip-prinsip profesional sebagai berikut: a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme

  b. Memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugasnya.

  c. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya.

  d. Mematuhi kode etik profesi.

  e. Memiliki hak dan kewajiban dalam melaksanakan tugas.

  f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerjanya.

  g. Memiliki kesempatan untuk mengernbangkan profesinya secara berkelanjutan.

  h. Memperoleh perlindungan hukurn dalam rnelaksanakan tugas profesisionalnya. i. Memiliki organisasi profesi yang berbadan hukum”. Suparlan (2006) dalam artikelnya mengenai Guru Sebagai Profesi dan Standar Kompetensinya menyimpulkan bahwa posisi guru sebagai salah satu profesi memang harus diakui dalam kehidupan masyarakat. Guru harus diakui sebagai profesi yang sejajar sama tinggi dan duduk sama rendah dengan profesi-profesi lainnya, seperti dokter, hakim, jaksa, akuntan, desainer interior, arsitektur, dan masih banyak yang lainnya. Salah satu ciri guru sebagai profesi yang amat penting adalah guru harus memiliki kemampuan sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditetapkan.

  Guru di dalam melakukan tugasnya juga memiliki hak yang diatur dalam pasal 41 ayat (1) UU SISDIKNAS yang mencakup (Ni’mallatif, 2003): a. Penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan memadai b. Penghargaan sesuai dengan prestasi kerja

  c. Pembinaan karier sesuai dengan tuntutan pengembangan kualitas

  d. Perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas hasil kekayaan intelektual e. Kesempatan untuk menggunakan sarana prasarana dan fasilitas pendidikan untuk menunjang kelancaran tugas.

  Guru juga memperoleh perlindungan hukum di dalam menjalankan tugasnya, yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah nomor 38 tahun 1992 tentang Tenaga Kependidikan pasal 60 ayat (2) yang meliputi (Suparwoto, 2004) : a. Rasa aman dalam melaksanakan baik tugas mengajar maupun tugas yang lain yang berhubungan dengan tugas mengajar.

  b. Perlindungan terhadap keadaan membahayakan yang dapat mengancam jiwa, baik karena alam maupun perbuatan manusia.

  c. Perlindungan dari pemutusan hubungan kerja secara sepihak yang merugikan guru.

  d. Penyelenggaraan usaha kesejahteraan sosial bagi guru yang sesuai dengan tuntutan tugasnya.

B. Desa dan Masyarakat Pedesaan

1. Pengertian Desa

  Menurut Soetrano (1994), desa merupakan suatu bentuk kehidupan bersama dari sejumlah orang yang hampir semuanya saling mengenal. Desa secara geografis merupakan daerah agraris dan sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani, nelayan atau yang langsung menggantungkan kehidupannya terhadap alam (bermata pencaharian dari alam).

  Secara sosial, masyarakat desa lebih lambat dalam menangkap suatu perkembangan dibandingkan dengan masyarakat kota akan tetapi lebih terbuka terhadap hakikat hidup. Secara ekonomi biasanya hasil produksi masyarakat desa digunakan untuk konsumsi lingkungan sendiri (Soetarno, 1994)

2. Jenis Desa

  Penduduk pedesaan membentuk kira-kira 70 % daripada penduduk lain yang berkaitan dan merupakan 2/3 dari kelompok yang berpenghasilan rendah pada setiap negara sebagai keseluruhan ((Chenery, 1974) dalam (Tjondronegoro, 1999)). Pada umumnya kita juga mempunyai pandangan tentang desa yang terdiri atas pusat-pusat pemukiman yang didiami oleh petani-petani dan hubungan kekeluargaan yang mempengaruhi hubungan lain. Desa juga dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu (Koentjaraningrat (dalam Soetrano,1994)) :

  a. Desa yang didasarkan pada topografinya : ƒ desa pegunungan ƒ desa dataran rendah ƒ desa dataran tinggi ƒ desa pantai

  b. Desa yang didasarkan pada pola pertaniannya : ƒ desa petani sawah menetap ƒ kampung peladang berpindah ƒ desa perkebunan rakyat ƒ desa nelayan

3. Ciri masyarakat Pedesaan

  Masyarakat desa di Indonesia juga mempunyai beberapa ciri-ciri kehidupan yang khas yaitu (Koentjaraningrat (dalam Soetrano,1994)) : a. konflik dan persaingan

  b. kegiatan bekerja d. gotong royong

  e. jiwa musyawarah Kondisi pedesaan tidak lepas dari kehidupan bemasyarakat penduduknya. Ada beberapa karakteristik masyarakat pedesaan yaitu

  (Talidzuhu, 1986) :

  a. Sederhana Sebagian besar masyarakat desa hidup dalam kesederhanaan. Kesederhanaan ini terjadi karena dua hal:

  ƒ Secara ekonomi memang tidak mampu ƒ Secara budaya memang tidak senang menyombongkan diri.

  b. Mudah curiga Secara umum, masyarakat desa akan menaruh curiga pada:

  ƒ Hal-hal baru di luar dirinya yang belum dipahaminya ƒ Seseorang/sekelompok yang bagi komunitas mereka dianggap “asing” c. Menjunjung tinggi “unggah-ungguh”

  Sebagai “orang timur”, orang desa sangat menjunjung tinggi kesopanan atau unggah-ungguh apabila: ƒ Bertemu dengan tetangga ƒ Berhadapan dengan pejabat ƒ Berhadapan dengan orang yang lebih tua ƒ Berhadapan dengan orang yang lebih mampu secara

  ƒ Berhadapan dengan orang yang tinggi tingkat pendidikannya.

  d. Guyub, kekeluargaan Sudah menjadi karakteristik khas bagi masyarakat desa bahwa suasana kekeluargaan dan persaudaraan telah

  “mendarah-daging” dalam hati sanubari mereka.

  e. Lugas “Berbicara apa adanya”, itulah ciri khas lain yang dimiliki masyarakat desa. Mereka tidak peduli apakah ucapannya menyakitkan atau tidak bagi orang lain karena memang mereka tidak berencana untuk menyakiti orang lain. Kejujuran, itulah yang mereka miliki.

  f. Tertutup dalam hal keuangan Biasanya masyarakat desa akan menutup diri manakala ada orang yang bertanya tentang sisi kemampuan ekonomi keluarga. Apalagi jika orang tersebut belum begitu dikenalnya. Katakanlah, mahasiswa yang sedang melakukan tugas penelitian survei pasti akan sulit mendapatkan informasi tentang jumlah pendapatan dan pengeluaran mereka.

  g. Perasaan “minder” terhadap orang kota Satu fenomena yang ditampakkan oleh masayarakat desa, baik secara langsung ataupun tidak langsung ketika bertemu yang cukup besar. Biasanya mereka cenderung untuk diam atau tidak banyak omong.

  h. Menghargai (“ngajeni”) orang lain Masyarakat desa benar-benar memperhitungkan kebaikan orang lain yang pernah diterimanya sebagai “patokan untuk membalas budi sebesar-besarnya. Balas budi ini tidak selalu dalam wujud material tetapi juga dalam bentuk penghargaan sosial atau dalam bahasa Jawa biasa disebut dengan ngajeni”. i. Jika diberi janji, akan selalu diingat

  Bagi masyarakat desa, janji yang pernah diucapkan seseorang atau komunitas tertentu akan sangat diingat oleh mereka terlebih berkaitan dengan kebutuhan mereka. Hal ini didasari oleh pengalaman atau trauma yang selama ini sering mereka alami, khususnya terhadap janji-janji terkait dengan program pembangunan di daerahnya.

  Sebaliknya bila janji itu tidak ditepati, bagi mereka akan menjadi “luka dalam” yang begitu membekas di hati dan sulit menghapuskannya. Contoh kecil: mahasiswa menjanjikan pertemuan di Balai Desa jam 19.00. Dengan tepat waktu, mereka telah standby namun mahasiswa baru datang jam 20.00. Mereka akan sangat kecewa dan selalu mengingat pengalaman itu. j. Suka gotong-royong Salah satu ciri khas masyarakat desa yang dimiliki di hampir seluruh kawasan Indonesia adalah gotong-royong atau kalau dalam masyarakat Jawa lebih dikenal dengan istilah

  “sambatan . Uniknya, tanpa harus dimintai pertolongan, serta

  merta mereka akan “nyengkuyung” atau bahu-membahu meringankan beban tetangganya yang sedang punya “gawe atau hajatan. Mereka tidak memperhitungkan kerugian materiil yang dikeluarkan untuk membantu orang lain. Prinsip mereka:

  “rugi sathak, bathi sanak” . Yang kurang lebih artinya: lebih

  baik kehilangan materi tetapi mendapat keuntungan bertambah saudara. k. Demokratis

  Sejalan dengan adanya perubahan struktur organisasi di desa, pengambilan keputusan terhadap suatu kegiatan pembangunan selalu dilakukan melalui mekanisme musyawarah untuk mufakat. Dalam hal ini peran BPD (Badan Perwakilan Desa) sangat penting dalam mengakomodasi pendapat/input dari warga. l. Religius

  Masyarakat pedesaan dikenal sangat religius. Artinya, dalam keseharian mereka taat menjalankan ibadah agamanya. kegiatan budaya yang bernuansa keagamaan. Misalnya: Tahlilan, Rajaban, Jumat Kliwonan, dll.

  C. Profesi Guru di Pedesaan

  Kondisi kehidupan guru di pedesaan masih dapat dikatakan kurang memperoleh penghargaan yang layak. Hal ini dapat dilihat dari kehidupan mereka yang serba pas-pasan dan pada umumnya dituntut untuk mempunyai pekerjaan tambahan untuk mencukupi kebutuhannya. Keadaan tersebut diperparah dengan kondisi geografis desa yang kurang menguntungkan. Kondisi alam yang kurang bersahabat, menjadi tantangan tersendiri bagi seorang guru untuk dapat melaksanakan tugasanya. Kondisi seperti ini ternyata tidak menjadikan guru untuk mundur dan menyerah dalam menjalankan profesinya.

  Guru tetap mengajar meskipun kondisi ekonomi dan kondisi geografis desa sulit.

  Guru di dalam menjalani profesinya di pedesaan memiliki sebuah pemaknaan tersendiri terhadap profesi mereka, dan pemaknaan ini muncul dari pengalaman mereka. Pengalaman-pengalaman khas yang mereka alami dalam menjalani profesi sebagai guru memiliki arti tersendiri bagi mereka, dan dari sinilah mereka memaknai profesi sebagai sebuah esensi dari pengalaman mereka. Pemaknaan mereka terhadap profesi ini yang membuat mereka bertahan terhadap kondisi yang mereka alami di dalam menjalankan tugasnya di pedesaan.

  D. Kerangka Penelitian

  Untuk mengetahui makna profesi guru bagi guru yang mengajar di pedesaan, grand tour question dalam penelitian ini adalah apa makna profesi guru

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif yaitu

  penelitian yang menekankan pada analisis hubungan antar fenomena yang diamati, dengan menggunakan logika ilmiah, cara-cara berpikir formal dan argumentatif (Anzwar, 1977). Penelitian ini menggunakan penelitian fenomenologi yaitu metode berfikir tanpa suatu prasangka dan tidak bertitik tolak dari suatu teori atau gambaran tertentu dalam mengetahui esensi dari sebuah fenomena (Creswell, 1998).

  Menurut Creswell (1998), penelitian ini dapat dilakukan dalam natural

  

setting , dimana individu tidak terpisahkan dari konteks lingkungannya. Dengan

  demikian penelitian ini dapat digunakan untuk mengeksplorasi dan memahami suatu central phenomenon, seperti suatu proses atau kejadian, suatu fenomena, atau suatu konsep yang terlalu kompleks untuk diuraikan variabel-variabel yang menyertainya. Ada beberapa proses inti dalam penelitian fenomenologi, yaitu (Moustakas, 1994) :

  1. Epoche

  Epoche yang dalam bahasa Yunani berarti menjauh atau menahan

  diri, dalam penelitian ini bererti peneliti menyingkirkan prasangka, bias dan bentuk-bentuk opini tertentu tentang sesuatu di dalam penelitian. Dalam menerima kehidupan (percieving live) memerlukan prasangka peneliti pada apa yang dilihat, dipikirkan, dibayangkan atau dirasakan.

  2. Phenomenological reduction Peneliti menggambarkan dalam bahasa yang terpola (textural

  

language ) mengenai apa yang telah dilihat seseorang baik internal

  maupun eksternal. Seperti pengalaman individu, serta hubungan

  

phenomenon (fenomena yang diteliti) dengan diri sendiri, serta kualitas

  dari pengalaman menjadi fokus utama. Dalam tahap ini ada beberapa langkah yaitu bracketing, dalam hal ini fokus dari penelitian ditempatkan dalam bracket dan hal-hal lain dikesampingkan sehingga hanya pokok penelitian saja yang diambil; horizontaling, setiap pernyataan pada awalnya memiliki kedudukan yang sama. Namun pada akhirnya pertanyaan yang tidak relevan akan dibuang dan dihilangkan sehingga yang tersisa hanya horizons (arti tekstural dan unsur pembentuk dari phenomenon yang tidak mengalami penyimpangan).

  3. Imaginative variation Tugas dari proses ini adalah untuk mencari makna-makna yang memungkinkan melalui imajinasi, pengelompokan dan pembalikan, serta pendekatan phenomenon dari posisi, peran-peran atau fungsi yang berbeda. Tujuannya adalah untuk mencapai deskripsi struktural pengalaman, fakor-faktor yang mendasar dan mempengaruhi apa yang

  phenomenon menjadi yang seperti sekarang ini. Langkah-langkahnya

  meliputi :

  a. Membuat sistematika dari berbagai kemungkinan semua makna yang tersusun yang mungkin menjadi dasar dari makna tekstural.

  b. Mengenali tema-tema atau konteks-konteks sebagai dasar penyebab munculnya phenomenon.

  c. Mempertimbangkan struktur secara keseluruhan yang dapat menyebabkan terjadinya pengambilan kesimpulan yang terlalu cepat pada perasaan dan pikiran yang berkaitan dengan

  phenomenon , seperti struktur waktu, ruang, perhatian yang

  hanya tertuju pada hal utama, materiality, causality, hubungan dengan diri sendiri maupun juga dengan orang lain.

  d. Mencari ilustrasi sebagai contoh yang dapat memberikan gambaran secara jelas mengenai struktur dari tema-tema yang tidak berubah dan memfasilitasi pengembangan deskripsi phenomenon yang struktural.

  4. Synthesis of meanings and esences Adanya integrasi fundamental dari deskripsi tekstural dan struktural menjadi suatu pernyataan sebagai esensi pengalaman dari

  phenomenon secara keseluruhan. Esensi artinya sesuatu yang umum

  dan universal, dan tidak akan menjadi sesuatu itu sendiri (Husserl merupakan suatu bentuk sintesis tekstural dan struktural yang mendasar yang mewakili esensi waktu dan tempat tertentu dari sudut pandang peneliti mengikuti studi imajinatif dan reflektif dari phenomenon.

  B. Variabel Penelitian

  Variabel yang akan diteliti yaitu makna profesi guru bagi guru yang mengajar di pedesaan.

  C. Definisi Operasional

  Makna profesi guru yang mengajar di pedesaan adalah sebuah esensi dari pengalaman-pengalaman guru baik yang diperbuat, dirasakan dan dipikirkan disaat mereka menjalani profesinya sebagai guru di pedesaan dihadapkan pada kondisi ekonomi dan geografis desa tersebut. Subjek penelitian ini adalah guru yang mengajar di wilayah Kecamatan Giriwoyo. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan metode wawancara yang mendalam. Data yang diperoleh berupa rekaman wawancara yang diubah dalam bentuk verbatim.

  D. Subjek Penelitian

  Subjek Penelitian adalah guru-guru yang mengajar di desa di Kecamatan Giriwoyo. Proses pemilihan subjek menggunakan theoretical sampling, yaitu mencari individu yang dapat memberikan kontribusi dalam penelitian hingga individu ke-n, dimana informasi yang bisa digunakan untuk menjawab pertanyaan secara jelas sudah tidak diketemukan lagi atau dengan kata lain sudah tidak ada keterangan-keterangan baru yang dihasilkan partisipan yang dapat memberikan

  E. Metode Pengumpulan Data

  Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara yang mendalam. Hal ini bertujuan agar keterangan yang diperoleh lebih lengkap dan mendalam. Proses pengumpulan data menurut Creswell (1998) mengikuti pola “zig-zag”. Peneliti ke lapangan mencari informasi, kemudian menganalisis data yang diperoleh, kembali ke lapangan lagi untuk mendapatkan informasi yang lebih banyak, menganalisis data dan seterusnya.

  F. Analisis Data

  Menurut metode analisis dan interpretasi data yang paling sering digunakan adalah modifikasi metode Stevick-Colaizzi-Keen dari Moustakas (1994) :

  1. Memulai dengan deskripsi tentang pengalaman peneliti terhadap phenomenon .

  2. Mencari pernyataan mengenai bagaimana individu mengalami

  phenomenon tersebut, membuat daftar dari pernyataan-pernyataan tersebut (horizonalization) dan perlakuan tiap pernyataan dengan seimbang

  (memiliki nilai yang sama), dan mengembangkan daftar dari pernyataan yang tidak berulang (nonrepetitive) atau tidak tumpang tindih

  (nonoverlaping)

  3. Pernyataan kemudian dikelompokkan ke dalam unit makna-makna

  (meaning units) , buat daftar dari unit-unit ini dan menuliskan deskripsi

  dari tekstur (deskripsi tekstural) dari pengalaman, yaitu apa yang terjadi,

  4. Peneliti kemudian merefleksikan berdasarkan deskripsinya sendiri dan menggunakan imaginative variation atau deskripsi struktural, mencari semua makna yang memungkinkan dan perspektif yang divergen, memperkaya kerangka pemahaman dari fenomena, dan membuat deskripsi dari bagaimana phenomenon dialami.

  5. Peneliti kemudian membuat deskripsi keseluruhan dari makna dan esesnsi dari pengalaman.

  6. Dari deskripsi tekstural-struktural individu, berdasarkan pengalaman tiap partisipan, peneliti membuat composite textural-structural description dari makna-makna dan esensi-esensi pengalaman, mengintegrasikan semua deskripsi tekstural-struktural individual menjadi deskripsi yang universal dari pengalaman yang mewakili kelompok (responden) secara keseluruhan

G. Keabsahan Data atau Verifikasi Data

  Setelah tahap-tahap analisis data maka perlu dilakukan verifikasi data yaitu dengan membagikan salinan deskripsi kepada subjek agar subjek dapat memberikan masukan atau tambahan masukan atau pembetulan. Kemudian dari situ peneliti dapat merevisi lagi pernyataan sintesisnya. Setelah verifikasi selesai, maka peneliti merevisi kembali pernyataan sintesisnya. Proses ini disebut

  

intersubjective validity , yaitu menguji kembali (testing out) pemahaman peneliti

  dengan pemahaman subjek melalui interaksi sosial timbal balik (back-and-forth) (Creswell, 1998).