Tingkat persepsi pacaran yang sehat menurut siswa-siswi kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007 - USD Repository

HALAMAN MOTO

  Sampai hari ini Allah tetap melindungi dan memimpin, Sampai hari ini rencanaNya begitu mulia,

  Sampai hari ini Dia tetap memelihara dengan manis, Ya, pemeliharaanNya berkelimpahan.

  Sampai hari ini Allah tetap melakukan segala sesuatu dengan baik, Sampai hari in Dia tetap menjaga dengan anugerahNya,

  Lalu, mengapa roh dan pikiran harus terguncang, Padahal jalan hidup di masa depan belum kita lalui sekarang?

  ( J. Danson Smith )

HALAMAN PERSEMBAHAN

  Karyaku ini kupersembahkan untuk: Penyelamat dan Pelindungku Yesus Kristus

  Pengantar doa-doaku Bunda Maria Bapakku Antonius Kasidi (Alm) dan Ibukku Partinem yang selalu menyemangatiku dan membiayaku sampai selasai

  Kakakku Mbak Eni, Mas Joko, Mbak Nuri, Mbak Nita, Mbak Ria yang selalu mendorongku dan memberi arahan Adikku Sapto dan Cahyo yang selalu memberi suasana keceriaan

  Mas Sulis, terima kasih atas cinta, semangat dan pengorbananmu selama ini.

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta,18 September 2007 Penulis

  Chatarina Idha R.A

  

ABSTRAK

  Tingkat Persepsi Pacaran Yang Sehat Menurut Siswa-Siswi Kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2006/2007

  Chatarina Idha Ratna Astuti Universitas Sanata Dharma

  Yogyakarta 2007

  Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang persepsi pacaran yang sehat menurut siswa-siswi kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2006/2007.

  Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survey. Populasi penelitian adalah semua siswa siswi kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2006/2007. Jumlah populasi adalah 85 orang yang terdiri dari kelas XI IPS 1 berjumlah 35 anak, kelas XI IPS 2 berjumlah 33 anak, kelas XI

  IPA berjumlah 17 anak.

  Instrumen penelitian adalah kuesioner yang disusun oleh peneliti. Kuesioner yang digunakan memuat 100 pernyataan. Ada 4 aspek pacaran yang sehat, yaitu: aspek fisik, aspek psikis, aspek sosial dan aspek moral. Teknik analisis data yang digunakan adalah Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe I.

  Hasil penelitian adalah (1) siswa yang mempunyai persepsi pacaran yang sehat dengan kategori sangat tinggi berjumlah 2 orang (2,5%); (2) siswa yang mempunyai persepsi pacaran yang sehat dengan kategori tinggi berjumlah 46 orang (57,5%); (3) siswa yang mempunyai persepsi pacaran yang sehat dengan kategori cukup berjumlah 32 orang (40%); (4) siswa yang mempunyai persepsi pacaran yang sehat dengan kategori rendah dan sangat rendah adalah tidak ada (0%)

  

Abstract

  THE PERCEPTION OF HEALTHY-LOVE RELATIONSHIP ACCORDING TO THE STUDENTS IN GRADE XI SMA PANGUDI LUHUR SEDAYU YOGYAKARTA

  ACADEMIC YEAR OF 2006/2007 This research was aimed to obtain the pictures about healthy-love relationship according to the students in grade XI SMA Pangudi Luhur Sedayu academic year of 2006/2007.

  Kind of this research was descriptive research with a survey method. The population of the research was all students in grade XI SMA Pangudi Luhur Sedayu academic year of 2006/2007. the total amounts of population was 85 students, include 35 students in grade XI Social Science Class (IPS) 1, 33 students in grade XI Social Science Class (IPS) II and 17 students in grade XI of Science Class (IPA).

  The instrument of this research was questionnaire which was composed by the recearcher. The questionnaire consisted of 100 questions. There were aspect in healthy love relationship, they were: physical, psychological, social, and moral aspects the data analysis technique that was used by writer was Penilaian Acuan

  Patokan (PAP) Type 1.

  The result of this rearch was 1. there were 2 students (2,5%) have healthy love relationship perception was a very high category, 2. there were 46 students (57,5%) had healthy love relationship perception with high category, 3. there were 32 students (40%) had healthy love relationship perception with adequate category, and there was no student (0%) had healthy love relationship perceptions with low and very low category

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kepada Bapa di surga yang telah melimpahkan kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: Tingkat Persepsi

  

Pacaran Yang Sehat menurut Siswa-Siswi Kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu

Yogyakarta Tahun Ajaran 2006/2007 . Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk

  memperoleh salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini terwujud bukan semata-mata kerja penulis sendiri melainkan berkat bimbingan, arahan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Drs. J. Sumedi selaku dosen pembimbing 1 yang penuh kesabaran dan ketelitian membimbing penulis menyelesaikan skripsi ini.

  2. Drs. Y.B. Adimassana M.A. selaku dosen pembimbing 2 yang selalu membimbing penulis dan memberi semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

  3. Dr. M.M Sri Hastuti M.Si. selaku Kaprodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

  4. Fajar Santoadi, S.Pd. selaku Sekretaris Program Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP USD.

  5. Bapak (Alm) dan Ibu yang selalu memberi semangat dan doa untuk

  6. Mbak Eni, Mas Joko, Mbak Nuri, Mbak Nita, Mbak Ria dan adikku Sapto, Cahyo terima kasih atas doa, semangat, kebersamaan, dan canda tawa untuk penulis.

  7. Benedictus Ambar Sulistyanto (calon suamiku terkasih) yang selalu mencintaiku dengan tulus dan sederhana.

  8. Sahabat-sahabat dekatku ( Ima, Ina, Mega, Arya, Uning, Uthe ) terima kasih atas persahabatan, canda tawa dan kebersamaan selama ini.

  9. Teman-teman BK angkatan 2002, Bebe, Br. Tony, Mbak Tina, Sr. Kresen, Sr. frenselin, Teti, Oka, Tila, Ema, Emi, Ema Y, Ari, Kak Yo, Anast, Br.

  Teguh, Tiwix, Esti, Br. Edy, Angel, Sisca,Bangun, Yala, Sari dan masih banyak lagi. Terima kasih atas keceriaan kita selama ini.

  10. Terima kasih untuk semua pihak yang terlibat dengan penulis yang tidak sempat penulis sebut satu per satu.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.

  Penulis

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL........................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii HALAMAN MOTO ........................................................................................ iv HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... vi ABSTRAK ....................................................................................................... vii

  

ABSTRACT ....................................................................................................... viii

  KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix DAFTAR ISI.................................................................................................... xi DAFTAR TABEL............................................................................................ xiii DAFTAR GRAFIK.......................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xv

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.......................................................................

  1 B. Rumusan Masalah ................................................................................

  3 C. Tujuan Penelitian .................................................................................

  3 D. Manfaat Penelitian ...............................................................................

  3 E. Definisi Operasional.............................................................................

  4

  B. Pacaran .................................................................................................

  8 C. Pacaran Yang Sehat..............................................................................

  10 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian.....................................................................................

  15 B. Populasi Penelitian ...............................................................................

  15 C. Instrumen Penelitian.............................................................................

  16 D. Prosedur Pengumpulan Data ................................................................

  23 E. Teknik Pengumpulan Data...................................................................

  24 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ....................................................................................

  26 B. Pembahasan..........................................................................................

  28 BAB V RINGKASAN, KESIMPULAN DAN SARAN A. Ringkasan ............................................................................................

  34 B. Kesimpulan ..........................................................................................

  36 C. Saran.....................................................................................................

  36 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

  38 LAMPIRAN.....................................................................................................

  40

  DAFTAR TABEL

  1. Tabel 1 Populasi Penelitian Siswa Siswi Kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2006/2007

  2. Tabel 2 Komposisi Kuisioner Pacaran Yang Sehat

  3. Tabel 3 Komposisi Kuisioner Pacaran Yang Sehat setelah Uji Coba

  4. Tabel 4 Jadwal Pengumpulan Data Penelitian

  5. Tabel 5 Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe I

  6. Tabel 6 Penggelompokkan Persepsi Pacaran Yang Sehat Menurut Siswa-Siswi SMA Pangudi Luhur Sedayu Yahun Ajaran 2006/2007

DAFTAR GRAFIK

  1. Grafik Pengelompokan Tingkat Persepsi Pacaran Yang Sehat Siswa-Siswi SMA Pangudi Luhur Sedayu Yogyakarta Tahun Ajaran 2006/2007

DAFTAR LAMPIRAN

  1. Lampiran 1 Kuisioner Pacaran Yang Sehat Ujicoba

  2. Lampiran 2 Kuisioner Pacaran Yang Sehat Penelitian

  3. Lampiran 3 Tabulasi Data Penelitian

  4. Lampiran 4 Tabulasi Data Ujicoba

  5. Lampiran 5 Analisis Kesahihan Butir

  6. Lampiran 6 Perhitungan Gasal Genap

  7. Lampiran 7 Uji Reliabilitas

  8. Lampiran 8 Penghitungan PAP Tipe 1 9. Lampiran 9 Kategori Persepi Pacaran Yang Sehat.

  10. Lampiran 10 Persentase Persepsi Pacaran Yang Sehat.

  11. Lampiran 11 Surat Ijin Ujicoba

  12. Lampiran 12 Surat Ijin Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Garrison mengatakan tugas perkembangan remaja yang kedua yang

  berhubungan dengan jenis kelamin yang harus dikuasai ialah pembentukan hubungan baru yang lebih matang dengan teman-teman sebaya antara dua jenis kelamin (Mammppaire,1982). Dengan tugas perkembangan tersebut menuntut remaja untuk selalu menjalin relasi dengan lawan jenisnya. Tugas tersebut tidaklah mudah baik bagi remaja laki-laki maupun remaja perempuan, setelah dalam tahun-tahun akhir masa kanak-kanak keduanya mempunyai geng dan minat masing-masing dan laki-laki maupun perempuan mengembangkan sikap saling membenci.

  Pada era yang semakin modern ini perubahan dan perkembangan zaman semakin pesat, seperti halnya pada perkembangan pergaulan remaja masa kini. Dengan perkembangan yang begitu cepat tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan terutama pada pergaulan remaja ini akan membawa dampak yang positif tetapi tetap saja ada dampak negatif. Salah satu dampak negatif adalah cara bergaul dan khususnya gaya berpacaran remaja masa kini.

  Dalam hal ini pergaulan bebas menjadi trend terutama di kota-kota besar seperti kota Jakarta (http//www.Kesehatan Keluarga.com).Tayangan televisi, banyak yang terjerumus dalam pergaulan bebas yang pada akhirnya membawa remaja ke dalam hubungan seks pranikah.

  Fenomena pacaran pada masa sekolah menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan karena sebagian remaja saat ini banyak gaya berpacarannya sudah melampaui batas atau norma-norma yang ada dalam masyarakat, dapat dikatakan seperti itu karena banyak remaja yang hamil diluar nikah dan remaja tersebut masih berada dalam bangku sekolah. Di kalangan remaja pacaran bukan lagi sesuatu yang tabu bahkan menjadi trend. Mereka bangga jika dapat mengekspresikan cintanya dengan cara berhubungan intim. Hal ini merupakan salah satu bukti dari cinta di masa pacaran (http//www.Kesehatan Keluarga.com)

  Apakah masa pacaran harus dibumbui dengan hubungan seks? Tentunya tidak. Ada beberapa macam cara dan makna yang dapat mengungkapkan dan menghayati cinta di masa pacaran dari pada hanya berhubungan seks yang jelas hal itu tidak seharusnya dilakukan oleh orang yang belum menikah apalagi masih berada dalam bangku sekolah karena hal tersebut hanya diperbolehkan bagi pasangan suami istri yang telah menikah.

  Konselor sekolah berkewajiban membekali siswa dengan pengetahuan dan pemahaman mengenai pacaran yang sehat untuk mengurangi dampak negatif yang akan terjadi selama pacaran. Penulis tertarik untuk mengetahui lebih dalam bagaimana pacaran remaja saat ini khusunya remaja yang duduk

  3 B. Rumusan Masalah Bagaimanakah tingkat persepsi tentang pacaran yang sehat menurut siswa-siswi kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu Yogyakarta tahun ajaran

  2006/2007 ?

  C. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat persepsi pacaran yang sehat menurut siswa siswi kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007.

  D. Manfaat Penelitian

  Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

  1. Bagi staf bimbingan SMA Pangudi Luhur Sedayu Yogyakarta Dengan mengetahui persepsi pacaran siswanya, maka pihak bimbingan diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pacaran yang sehat baik melalui bimbingan klasikal maupun seminar remaja dengan topik pacaran yang sehat.

  2. Bagi peneliti Dengan mengetahui persepsi pacaran siswa, peneliti mendapat pengetahuan mengenai pacaran yang sehat, dan dapat dijadikan bekal sebagai salah satu topik bimbingan apabila kelak menjadi seorang guru

  3. Bagi para pendamping remaja Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi dan pengetahuan dalam mendampingi remaja.

E. Definisi Operasional

  1. Persepsi adalah pandangan,tanggapan, dan penilaian yang diberikan siswa terhadap pernyataan dalam kuesioner yang diwujudkan dengan memilih salah satu jawaban yang tersedia dalam kuesioner.

  2. Pacaran adalah suatu proses penjajagan antara dua individu yang berbeda jenisnya untuk kemudian dikekalkan dalam pernikahan (Lies, 2004)

  3. Sehat adalah keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan/cacat

  4. Pacaran yang sehat adalah suatu proses penjajakan antara dua individu yang berbeda jenisnya yang dalam prosesnya tetap dalam batas atau norma-norma yang berlaku dalam masyarakat

  5. Siswa adalah peserta didik dalam suatu institusi pendidikan, dalam hal ini adalah semua orang yang terdaftar sebagai murid-murid kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Siswa SMA Sebagai Remaja

  1. Siswa Sekolah Menengah Atas Siswa menengah atas umumnya berumur 15-17 tahun. Hurlock

  (1980: 206) mengatakan bahwa awal masa remaja berlangsung kira-kira dari umur tiga belas tahun sampai enam belas tahun atau tujuh belas tahun dan akhir masa remaja bermula dari usia enam belas atau tujuh belas tahun sampai delapan belas tahun, yang usia matang secara hukum. Dengan demikian akhir masa remaja merupakan periode yang singkat. Pada awal masa remaja sampai akhir masa remaja ditandai dengan perubahan eksternal dan perubahan internal. Biasanya masa remaja ini berada dalam bangku sekolah menengah atas.

  2. Ciri-ciri Perkembangan Siswa Sekolah Menengah Atas Siswa SMA sebagai remaja memiliki ciri-ciri (Gunarsa 1986) sebagai berikut : a. Kecanggungan dan kekakuan dalam gerakan akibat perkembangan fisik, menyebabkan timbulnya perasaan rendah diri. Tetapi juga terlihat perilaku “berlebihan” (overacting) untuk menutupi perasaan tersebut dan memenuhi kebutuhan bergaul. akan diri pribadi remaja. Bahkan terkadang remaja juga tidak mengerti dirinya sendiri.

  c. Perombakan pandangan dan petunjuk hidup yang telah diperoleh pada masa sebelumnya, meninggalkan perasaan kosong di dalam diri remaja. Hal ini sering menyebabkan remaja menjadi umpan dan mangsa bagi mereka yang tidak memiliki rasa tanggung jawab atas kesejahteraan orang lain.

  d. Sikap menentang dan menantang orang tua dan orang dewasa lainnya.

  Karena adanya keinginan remaja untuk lepas dari pengaruh mereka dan ingin bersikap mandiri.

  e. Pertentangan di dalam dirinya menjadi pangkal berbagai pertentangan dengan orang tua dan anggota keluarga lainnya.

  f. Banyak fantasi, khayalan dan bualan-bualan.

  3. Tugas Perkembangan Siswa Sekolah Menengah Atas Sebagai Remaja Tugas perkembangan setiap fase berbeda, pada fase perkembangan remaja individu memiliki tugas perkembangan yang khas. Tugas perkembangan remaja menurut Garrison (Mammppiare, 1982) adalah :

  a. Menerima keadaan jasmaniah Remaja mengalami perubahan fisik yang cepat dan dibarengi dengan perkembangan sikap dan citra diri. Remaja sering membandingkan dirinya dengan teman-temannya. Remaja pada umumnya khawatir bila

  7

  b. Memperoleh hubungan baru yang lebih matang dengan teman-teman sebaya antara dua jenis kelamin.

  Pada masa ini remaja mengadakan hubungan sosial terutama dengan lawan jenis. Penting bagi remaja memperoleh teman-teman baru dan menjadi matang dalam berhubungan dengan teman sebaya lawan jenis dalam kelompok mereka. Remaja yang mendapatkan penerimaan dari kelompok teman sebaya lawan jenis maupun sesama jenis akan merasa dirinya berharga dan dibutuhkan.

  c. Menerima keadaan sesuai jenis kelamin dan belajar hidup seperti kaumnya Remaja mengalami perubahan bentuk tubuh yang cepat. Perubahan bentuk tubuh yang cepat ini seringkali kurang diterima remaja, terutama bila bentuk tubuhnya tidak memuaskan. Remaja diharapkan dapat menerima keadaan dirinya sebagai pria atau wanita dengan sifat dan tanggungjawab sebagai kaumnya.

  d. Memperoleh kebebasan emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya.

  Tugas perkembangan penting yang dihadapkan pada remaja adalah bebas dari ketergantungan pada orang tua dan dewasa lainnya. Remaja memiliki kebebasan emosional akan dapat menemukan rencananya sendiri dan bertanggungjawab terhadap pilihannya sendiri.

  Remaja diharapkan dapat belajar sedikit demi sedikit terlepas dari bantuan ekonomis orang tua dengan mendapat pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk memasuki lapangan kerja, serta memiliki ketrampilan dalam pengaturan pengeluaran uang, memilih prioritas dalam belanja, serta mengatur penggunaan barang yang dibeli.

  f. Mendapat perangkat nilai dan falsafah Pada umumnya remaja tertarik pada persoalan yang menyangkut kehidupan dan falsafah hidup, serta soal-soal keagamaan. Remaja membutuhkan seperangkat nilai dan falsafah hidup sebagai kemudi dalam mengendalikan hidupnya sehingga hidupnya dapat terarah dan bahagia. Agar para siswa SMA sebagai remaja mampu menghadapi dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dengan baik khususnya dalam hal bersosialisasi dan pergaulannya dengan lawan jenisnya, maka orang tua atau orang dewasa lainnya diharapkan mampu mendampingi, membantu dan mengarahkan remaja agar berhasil dalam tugas-tugas perkembangannya, terutama dalam bersosialisasi dengan lawan jenis dalam hal ini bisa disebut dalam masa pacaran agar tidak terjerumus pergaulan yang bebas.

B. Pacaran

  1. Pengertian Pacaran dikekalkan dalam pernikahan. Proses penjajakan tersebut termasuk saling mengerti, memahami, saling mengisi kekurangan, saling percaya, saling setia serta hal-hal yang dapat menunjang hubungan tersebut.

  Gilarso (2002) menjelaskan hubungan yang semula sebagai teman biasa menjadi hubungan istimewa atau mengkhusus. Pacaran dalam arti sebenarnya mengandung pengertian bahwa si pemuda dan si pemudi mulai memproses hubungan mereka, untuk secara serius menjajaki dan memikirkan kemungkinan mereka melestarikan hubungan sampai pada jenjang pernikahan. Tahap pacaran ini kemudian akan berlanjut dengan

  

“steady going” (pacangan/pacaran tetap). Steady going merupakan

  hubungan yang sudah berlanjut ketika pasangan remaja sudah cukup serius, walaupun ada yang berhubungan tanpa komitmen apapun dan ada pula yang sudah membuat komitmen hingga ke pernikahan.

  Konsep pacaran dijelaskan oleh Keith Davis (Devito; dalam Ellywati, 2003 ) dengan memaparkan dua komponen cinta yang ada dalam hubungan pacaran, yaitu :

  1.Passion cluster yang meliputi daya tarik yang kuat, eksklusivitas dan hasrat seksual.

  2.Caring cluster yang meliputi keinginan memberi yang terbaik, saling melayani dan mendukung pasangan.

  Dari pengertian tersebut di atas penulis menyimpulkan bahwa pacaran adalah suatu proses penjajakan antara pria dan wanita yang lama kelamaan mengarah pada jenjang pernikahan. Pacaran hendaknya saling menguntungkan bagi kedua belah pihak, tetapi bukan berarti mencari kesenangan saja. Maksudnya adalah pasangan tersebut bisa saling memberikan samangat, motivasi sehingga mereka mendapatkan manfaat dari pacaran, jangan sampai pacaran membuat hidup menjadi kacau dan prestasi menurun sebab dalam hal ini siswa SMA sebagai pelajar yang sedang berpacaran.

  Persepsi tentang pacaran untuk tiap orang berbeda-beda, di mana akhir-akhir ini gaya pacaran remaja sudah semakin keluar jalur dan melanggar etika yang berlaku. Sudah banyak kejadian remaja putri hamil di luar nikah bahkan saat ini remaja banyak yang melakukan hubungan seks saat berpacaran (Lies, 2004). Dalam berpacaran ciuman, pelukan, sudah bukan hal yang asing lagi. Pacaran tidak harus diisi hal-hal yang dapat merugikan diri sendiri, maupun orang lain, apalagi remaja masa depannya masih sangat panjang.

C. Pacaran yang Sehat

  Pacaran merupakan salah satu pilihan kehidupan remaja. Kapan seseorang bisa mulai pacaran adalah relatif. Hal yang perlu diperhatikan dalam pacaran adalah adanya komitmen yang jelas dan pertimbangan-

  11 aktivitas yang lain, tidak bertentangan dengan norma-norma masyarakat, tidak menghambat perkembangan pribadi, dan sebagainya.

  Pacaran yang baik adalah pacaran yang sehat. Menurut Rahman dan Hirmaningsih (1997), pacaran yang sehat mencakup sehat secara fisik, psikis dan sosial.

  1. Sehat secara fisik berarti dalam berpacaran tidak membahayakan secara fisik, seperti: menyebabkan kehamilan yang tidak direncanakan, terkena penyakit menular seksual, penganiayaan atau kekerasan, sakit, kelelahan, dan sebagainya.

  2. Sehat secara psikis berarti dalam berpacaran tidak menghambat perkembangan pribadi masing-masing, tidak mengganggu jiwa (menimbulkan perasaan tertekan, terpaksa, gelisah, takut), serta dapat saling menghormati dan saling berbagi tanggung jawab.

  3. Sehat secara sosial berarti dalam berpacaran mampu mempertimbangkan nilai-nilai atau norma-norma yang berlaku dalam masyarakat (agama, budaya, dan lingkungan) tempat kita hidup dan berinteraksi sosial. Manusia adalah makhluk sosial sehingga apapun yang ia lakukan akan berpengaruh dan dipengaruhi oleh orang lain. Ada hal-hal tertentu yang merupakan hak sosial dalam hidup bermasyarakat. Sebagai contoh saat berkunjung kerumah pacar kita perlu memperhatikan batasan

  12 Pontianak post (7 Desember 2006) mengemukakan bahwa pacaran yang sehat berarti pacaran yang tidak “bikin penyakit”. Maksudnya pacaran yang bertanggungjawab, tujuannya jelas, dan tidak merugikan satu sama lain. Lebih rinci lagi pacaran sehat adalah sebagai berikut :

  1. Sehat secara psikologis Pacaran biasanya bertujuan untuk saling mengenal satu sama lain.

  Untuk usia remaja pacaran identik dengan suatu kesenangan. Bisa saling mengekspresikan rasa sayang, cinta, saling mendukung dan ada teman untuk diajak pergi ke mana-mana. Pacaran menjadi tidak sehat apabila ada paksaan, cemburu yang berlebihan, terlalu posesif, berantem terus menerus, bukan untuk kesenangan melainkan menimbulkan stress, tertekan, terpaksa.

  2. Sehat secara fisik Biasanya yang paling ditakutkan orangtua kalau pacaran adalah bahwa kita tidak bisa menjaga diri kita agar “tetap utuh”. Karena orangtua tahu dan masih ingat bahwa yang namanya remaja itu sangat bergejolak, selalu ingin coba-coba, dan mudah terpengaruh.

  Banyak remaja perempuan hamil karena ingin mencoba dan tidak bisa menolak bujukan pacar. Akhirnya karena keduanya tidak mempunyai “kekuatan” untuk menjadi diri sendiri akhirnya tergelincir dan mencoba melakukan hubungan seksual dan yang ada hanya penyesalan dan kehamilan sebagai salah satu resiko, belum lagi terkena PMS . Pacaran yang sehat salah satunya adalah tidak menimbulkan kehamilan yang tidak diinginkan, penyakit, dan gangguan fisik lainnya.

  3. Sehat secara sosial Kita hidup didalam masyarakat yang memiliki norma masyarakat dan adat istiadat, kita harus menghargai norma yang berlaku.

  Contohnya waktu berkunjung tempat pacar harus ada batasan jam kunjungnya. Selain itu ada juga norma agama yang menjadi patokan. Agama juga memberi batasan-batasan bagi kita dalm menjalin hubungan dengan lawan jenis.

  Menurut Info-Sehat dalam situs Kesehatan Keluarga mengemukakan bahwa pacaran yang sehat harus diterapkan oleh para remaja agar tidak terkena akibatnya. Pacaran yang sehat adalah sebagai berikut:

  1. Sehat fisik sehat secara fisik berarti tidak ada kekerasan dalam berpacaran.

  Biarpun laki-laki lebih kuat bukan berarti laki-laki bisa menindas perempuan.

  2. Sehat emosional hubungan kita dengan oranglain akan terjalin dengan baik apabila ada rasa nyaman, saling pengertian, dan juga keterbukaan. Kita

  14 orang lain. Yang paling penting ialah bagaimana kita mengungkapkan dan mengendalikan emosi dengan baik.

  3. Sehat sosial pacaran sebaiknya bersifat tidak mengikat, artinya hubungan soisial dengan yang lain tetap harus dijaga dan kita tidak harus selalu fokus dengan pacar saja.

  4. Sehat seksual secara biologis, kaum remaja mengalami perkembangan dan kematangan. Tanpa disadari pacaran juga mempengaruhi kehidupan seksual seseorang. Kedekatan secara fisik dapat mendorong keinginan untuk melakukan kontak fisik yang lebih jauh. Jika hal tersebut diteruskan dan tidak terkontrol maka dapat menimbulkan hal-hal yang beresiko.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif. “Penelitian deskriptif

  dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian dilakukan” (Furchan, 1982:415). Sukardi (2003:157) mengartikan penelitian deskriptif merupakan “Metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan obyek sesuai dengan apa adanya”. Penelitian ini berada dalam ruang lingkup pendidikan, khususnya bidang Bimbingan dan Konseling. Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui persepsi pacaran yang sehat menurut siswa-siswi kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu Yogyakarta Tahun Ajaran 2006/2007.

B. Populasi Penelitian

  Populasi penelitian adalah siswa-siswi kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007. Siswa kelas XI dipilih sebagai subyek karena siswa kelas XI ialah siswa yang berumur antara 15-17 dan mereka mempunyai tugas perkembangan membentuk hubungan baru dengan teman sebaya antara dua lawan jenis. Populasi penelitian berjumlah 85 siswa, yang terdiri dari siswa kelas XI IPS1, kelas XI IPS2, dan kelas XI IPA. Berdasarkan

  16 Tabel 1

  Populasi Penelitian Siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Yogyakarta Tahun Ajaran 2006/2007 ( N=85) Kelas Jumlah siswa

XI IPA

  17 XI IPS1

  35 XI IPS2

  33 Jumlah seluruh siswa

  85 C. Instrumen Penelitian

1. Kuesioner Pacaran yang sehat

  Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner pacaran yang sehat yang disusun oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek pacaran yang sehat menurut Rahman dan Hirmaningsih (1997). Kuesioner adalah sekumpulan daftar pertanyaan tertulis yang diberikan kepada subyek penelitian (Furchan, 1982:249). Jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner langsung tertutup artinya responden menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan dirinya dan sudah diberikan jawabannya, sehingga responden tinggal memilih jawaban yang telah disediakan dan sesuai dengan dirinya (tertutup). Dengan memberikan tanda cek (V). Instrument penelitian pacaran yang sehat berisi 100 item. Instrumen ini memuat beberapa aspek pada tabel 2, yaitu :

  Tabel 2 Komposisi Kuesioner Pacaran Yang Sehat

  Aspek Indikator Item positif Item negatif Jumlah item fisik

  1. Bahaya kehamilan 1,10,20,30,40 5,15,25,35,45

  10

  17

  4. Kekerasan fisik 11,55,73,110 50,60,75,82

  8 dalam berpacaran.

  5. Perilaku sehat 33,34,39,43 32,37,41,44

  8 yang dilakukan saat berpacaran. Psikis

  1. Pacaran yang tidak 38,51,54 42,53,56

  6 menghambat perkembangan pribadi 46,52,61,65 47,59,63,67

  8

  2. Tidak menimbulkan perasaan tertekan, 27,58,62,66 23,48,64,68

  8 gelisah, takut.

  3. Menciptakan suasana masa 28,69,70,74 36,71,72,76 8 pacaran dengan saling menghormati

  4. Menciptakan masa pacaran dengan saling berbagi tanggungjawab. Sosial

  1. Pandangan 77,80,81,97 78,79,89,90

  8 masyarakat terhadap pacaran 84,88,96,99 86,91,94,101

  8

  2. Norma yang ada dalam masyarakat. 85,92,98,113 87,89,95,111

  8

  3. Memahami batasan saat berpacaran Moral 1. mempertimbangkan 102,107,108 100,104,112

  6 norma agama 2. mempertimbangkan 103,109,114,116 105,115,117,118

  8 adat istiadat 3. mempertimbangkan 6,49,63 24,57,106

  6 harkat dan martabat 59 item 59 item 118 item

  Kuesioner ini memakai skala Likert. Skala Likert adalah suatu instrumen pengukuran sikap yang terdiri dari daftar pernyataan (Hamalik,2003:150). Skala

  18 bobot disamakan dengan kuantitatif 4,3,2,1 untuk pernyataan positif, dan 1,2,3,4 untuk pernyataan negatif (Sukardi,2003:147). Setelah membuat kuesioner peneliti perlu memperhatikan validitas dan reliabilitas alat ukur (kuesioner) tersebut.

2. Validitas dan Reliabilitas

  a. Validitas Validitas menunjuk pada sejauh mana suatu alat ukur mampu mengukur apa yang diukur (Masidjo,1995:242; Furchan,1982:281). Sependapat dengan

  Masidjo dan Furchan, Azwar (2003:5) mengartikan validitas adalah “ sejauh mana ketetapan dan kecermatan pada alat ukur dalam penelitian ini merupakan validitas isi (content validity). Validitas isi adalah “suatu validitas yang menunjukkan sampai di mana isi suatu tes atau alat pengukur mencerminkan hal-hal yang mau diukur atau diteskan.” (Masidjo,1995:243). Pendapat lain, Sukardi (2003:123) menyatakan validitas isi adalah “derajat di mana sebuah tes mengukur cakupan substansi yang ingin diukur.” Instrumen penelitian dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur.

  Kuesioner diujicobakan pada kelas XI IPA dan XI IPS SMA BOPKRI Banguntapan Bantul Yogyakarta Tahun Ajaran 2006/2007, yang berjumlah 40 siswa karena SMA BOPKRI Banguntapan kurang lebih mempunyai karakteristik yang hampIr sama dengan siswa-siswi yang akan dijadikan subyek penelitian. Pengambilan kelas untuk ujicoba kuesioner dilakukan sesuai dengan jam Bimbingan dan Konseling sehingga tidak menganggu mata pelajaran lain dengan bantuan komputer SPS 2000 (Seri Program Statistik 2000). Tabulasi data ujicoba dapat dilihat pada lampiran 4.

  Untuk menguji validitas, teknik yang digunakan adalah korelasi product

  moment dari Pearson, dengan rumus (Masidjo, 1995:246) sebagai berikut: N

  XY  (

X )( Y )

  r xy2 2 2 2

  { N

  X  ( X ) }{ N Y  ( Y ) }    

  Keterangan : r = koefisien validitas item xy X = skor-skor item yang akan diuji validitasnya Y = skor total item per aspek N = jumlah siswa

  Sebagai kriteria penilaian item berdasarkan korelasi skor tiap item dan skor total, digunakan batas minimal 0,30. Jadi, item yang memiliki ≥0,30 dianggap valid/sahih. Setelah dianalisis dengan program Analisis Kesahihan Butir

  Seri Program Statistik (SPS 2000), maka diperolah 90 item valid dan 28 item gugur. Hasil analisis tersebut kemudian disesuaikan dengan penyebaran item agar seimbang pada tiap aspeknya.

  Berdasarkan kriteria penilaian di atas, ada 28 item pernyataan kuesioner yang dinyatakan tidak valid yaitu item 1, 2, 4, 6, 14, 20, 22, 23, 27, 28, 30,32, 33, 34, 38, 39, 43, 46, 50, 54, 56, 72, 73, 83, 90, 107, 108, 115. dan 10 item pernyataan kuesioner pacaran yang sehat yaitu 1, 20, 28, 30, 34, 39, 38, 46, 90,

  

Tabel 3

Komposisi Kuesioner Pacaran Yang Sehat Setelah Ujicoba

  3. Memahami batasan saat berpacaran 64,65,66,81 68,80,83 69,72,75,82

  5

  5

  9

  6 Sosial

  1. Pandangan masyarakat terhadap pacaran

  2. Norma yang ada dalam masyarakat.

  62,63,74,73 70,85,95 71,78,79,94

  49 56,57,59

  8

  6

  8 Moral 1. mempertimbangkan norma agama 2. mempertimbangkan adat istiadat

  84,86,91 87,97,98

  88 89,99,100

  4

  6

  28,33 32,34,54 38,50,51,55 27,58,61

  24,25,96 30,52 45,48,53,29,

  Aspek Indikator Item positif Item negatif Jumlah item fisik

  3,11,22,26,35 2,10,15,20,23 5,12 47,60,67 37,42,46

  1. Bahaya kehamilan diluar pernikahan

  2. Aborsi

  3. Penyakit menular seksual

  4. Kekerasan fisik dalam berpacaran.

  5. Perilaku sehat yang dilakukan saat berpacaran.

  1,7,16,19,31 4,6,13,17,21 9,14 8,43,76,93 36,40,41,92

  10

  4. Menciptakan masa pacaran dengan saling berbagi tanggungjawab.

  10

  4

  7

  7 Psikis

  1. Pacaran yang tidak menghambat perkembangan pribadi

  2. Tidak menimbulkan perasaan tertekan, gelisah, takut.

  3. Menciptakan suasana masa pacaran dengan saling menghormati

  20

  21

  b. Reliabilitas Reliabilitas suatu instrumen adalah taraf sampai di mana suatu tes mampu menunjukkan konsistensi hasil pengukurannya yang diperlihatkan dalam taraf ketetapan dan ketelitian hasil (Masidjo,1995:209). Metode yang digunakan untuk mengukur taraf reliabilitas instrumen dalam uji coba penelitian dengan mengubah skala ordinal menjadi skala diskrit, kemudian memakai Product

  

Moment , metode belah dua (Split–half Method) dengan rumus sebagai berikut:

  XY

  X Y

   

       

  r =

  xy 2 2 2 2

  

  XXYY    

         

  Keterangan : r = Koefisien korelasi antara x dan y

  xy

  X = Jumlah skor untuk item ganjil Y = Jumlah skor untuk item genap N = Jumlah responden yang diteliti Setelah koefisien korelasi antara item ganjil–genap didapatkan, kemudian untuk mencari indeks reliabilitas dikenakan rumus Spearman Brown : gg

  2 r

  r =

  tt gg 1  r

  Keterangan : r tt = Indeks reliabilitas r gg = Koefisien korelasi item–item belahan ganjil dan genap Taraf reliabilitas kemudian ditentukan menggunakan pedoman daftar indeks korelasi reliabilitas yang disusun oleh Pearson sebagai berikut : Koefisien Korelasi Kualifikasi ± 0, 91 – ± 1, 00 Sangat tinggi ± 0, 71 – ± 0, 90 Tinggi ± 0, 41 – ± 0, 70 Cukup tinggi ± 0, 21 – ± 0, 40 Rendah ± 0 – ± 0, 20 Sangat rendah

  Hasil penghitungan uji reliabilitas adalah : gg r gg tt

  Setelah dikoreksi dengan rumus Spearman-Brown, diperoleh koefisien reliabilitas  tt

  ≥0,430) dengan kategori sangat tinggi. Jadi dapat dikatakan bahwa alat ukur yang digunakan dalam penelitian adalah reliabel (handal).

  r 0,96

  (  tt

  

r 0,430. Jadi, taraf reliabilitas yang diperoleh ternyata signifikan pada taraf 1%

   tt

  r 0,96. Atas dasar signifikansi 1% untuk N=40, maka dituntut

  1 =0,96

  r x r

  1 84 ,

   = 92 ,

  2 

  1 92 ,

  2 = 92 ,

  1

   

  22

D. Prosedur Pengumpulan Data

  1. Tahap persiapan

  a. Menyusun Kuesioner Kegiatan yang dilakukan adalah membuat kisi-kisi dengan menentukan aspek-aspek pacaran yang sehat dengan indikatornya yang mendukung, kemudian membuat sejumlah item-item pada masing-masing indikator secara seimbang pada tiap aspeknya. Kisi-sisi kuesioner tersebut kemudian dikonsultasikan pada dosen pembimbing.

  b. Uji coba Alat Kuesioner Hasil dari uji coba kuesioner menyatakan 90 item valid dengan koefisien korelasi

  ≥ 0,30, sedangkan 28 item gugur. Agar penyebaran item per aspek menjadi seimbang atas anjuran dari dosen pembimbing ada 10 item diperbaiki untuk digunakan dalam penelitian. Dengan demikian, banyaknya item untuk penelitian berjumlah 100 item.

  2. Tahap Pelaksanaan Pengumpulan Data Penelitian

  Pengumpulan data dilaksanakan pada hari Selasa (15 Mei 2007), Sabtu (19 Mei 2007) dan hari Kamis (24 Mei 2007) di SMA Pangudi Luhur Sedayu, sesuai dengan jadwal Bimbingan dan Konseling sehingga tidak mengganggu mata pelajaran sekolah. Dalam mengerjakan kuesioner, masing- masing kelas membutuhkan waktu 45 menit. Adapun jadwal pelaksanaan pengumpulan data penelitian di setiap kelas adalah sebagai berikut :

  24 Tabel 4 Jadwal Pengumpulan Data Penelitian

  Kelas Tanggal Waktu Jumlah Jumlah siswa yang siswa yang hadir tidak hadir

  XI IPS1

  15 Mei 2007 12.00-12.45

  33

  2 XI IPA

  19 Mei 2007 10.15-11.00

  15

  2 XI IPS2

  24 Mei 2007 10.15-11.00

  32

  1 Sebelum kuesioner dibagikan, peneliti memberikan penjelasan maksud dan tujuan dari penelitian. Peneliti memberikan penjelasan mengenai petunjuk pengerjaan kuesioner pacaran yang sehat dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum dimengerti.

  Sewaktu mengerjakan kuesioner tentang pacaran yang sehat, suasana masing-masing kelas cukup tenang dan siswa sungguh-sungguh mengerjakan dengan serius, dan ada beberapa siswa yang bertanya mengenai item peryataan yang belum dimengerti. Setelah para siswa selesai mengerjakan, peneliti memeriksa kembali jawaban-jawaban yang diberikan agar tidak ada jawaban yang terlewati atau tidak terisi. Setelah seluruh kuesoner pacaran yang sehat terkumpul kembali, peneliti mengucapkan terimakasih atas kesediaan para siswa untuk mengerjakan kuesioner tentang pacaran yang sehat.

E. Tehnik Pengumpulan Data

  Data yang telah terkumpul kemudian diolah dan dianalisis dengan

  25 2. Peneliti membuat tabulasi data penelitian.

  3. Peneliti menjumlahkan skor total dari masing-masing subyek.

  4. Peneliti membuat kategori pacaran yang sehat berdasarkan PAP tipe I.

  5. Peneliti menghitung skor maksimal yang seharusnya didapat oleh siswa.

  6. Peneliti membuat skor interval skor-skor.

  7. Peneliti menggolongkan skor-skor yang diperoleh setiap subyek kedalam kategori skor persepsi pacaran yang sehat.

  8. Peneliti menghitung persentase persepsi pacaran yang sehat dengan cara membagi jumlah subyek dengan banyak subyek seluruhnya (N) dikalikan 100%.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan hasil

  penelitian. Pembahasan dimulai dari rumusan masalah yaitu: Bagaimanakah tingkat persepsi tentang pacaran yang sehat menurut siswa-siswi kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2006/2007?

A. Hasil Penelitian

  Hasil penelitian tingkat persepsi tentang pacaran yang sehat menurut siswa siswi kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2006/2007 dianalisis dengan menggunakan Panilaian Acuan Patokan (PAP) tipe I. Pengelompokan berdasarkan penilaian Acuan Patokan (PAP) tipe I, dijelaskan pada tabel 5.

  Tabel 5 Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe I

  ( sumber: Masidjo, 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswi Disekolah,kanisius, Yogyakarta)

  Kategori Patokan Sangat tinggi 90%-100%

  Tinggi 80%-89% Cukup 65%-79%

  Rendah 55%-79% Pengelompokan berdasarkan PAP Tipe I terhadap tingkat persepsi pacaran yang sehat menurut siswa-siswi kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2006/2007 dinyatakan menjadi lima kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, cukup, rendah dan sangat rendah yang dijelaskan pada tabel 6, sebagai berikut :

  Tabel 6 Pengelompokan Tingkat Persepsi Pacaran Yang Sehat Menurut Siswa Siswi

  Kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2006/2007 Patokan Rentang Skor Frekuensi Persentase Kategori

  90%-100% 80%-89% 65%-79% 55%-79% kurang dari 55%

  360-400 320-359 260-319 220-259

  Di bawah-219

  2

  46

  32 2,5%

  57,5% 40%

  0% 0%

  Sangat tinggi Tinggi Cukup

  Rendah Sangat rendah

  Rumusan masalah adalah bagaimanakah tingkat persepsi tentang pacaran yang sehat menurut siswa siswi kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2006/007, dijelaskan melalui tabel 6. Tabel 6 menjelaskan bahwa:

  1. Siswa yang mempunyai persepsi pacaran yang sehat dengan kategori sangat tinggi ada 2 orang ( 2,5 %)

  2. Siswa yang mempunyai persepsi pacaran yang sehat dengan kategori tinggi ada 46 orang ( 57,5 %)

  4. Siswa yang mempunyai persepsi pacaran yang sehat dengan kategori rendah tidak ada (0%)

  5. Siswa yang mempunyai persepsi pacaran yang sehat dengan kategori sangat rendah tidak ada (0%)

  Grafik 1

  Penelitian ini bersifat deskriptif artinya memaparkan keadaan apa adanya yang terjadi dalam bidang Bimbingan dan Konseling di SMA Pangudi Luhur Sedayu Yogyakarta.

  Supaya tidak terjadi tumpang tindih didalam pembahasan, maka persepsi pacaran yang sehat yang berkategori sangat tinggi dan tinggi digabungkan menjadi satu, antara persepsi pacaran yang sehat berkategori sangat tinggi dan tinggi hanya dibedakan jumlah skor, sementara teori yang dijadikan sebagai

  Grafik Pengelompokkan Persepsi Pacaran Yang Sehat

  2.50% 57.50%

  40% 0% 0%

  0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00% sangat tinggi tinggi cukup rendah sangat

  Kategori rendah

  28