Dampak pacaran terhadap moralitas remaja menurut pandangan Ustadz Jefri al-Bukhari

(1)

DAMPAK PACARAN TERHADAP MORALITAS REMAJA

MENURUT PANDANGAN USTADZ JEFRI AL-BUKHARI

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam

Oleh Siti Romaeti Nim :106011000023

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTASILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS NEGERI ISLAM SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2011


(2)

(3)

(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Siti Romaeti

Nim : 106011000023

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : “Dampak Pacaran Terhadap Moralitas Remaja Menurut Pandangan Ustad Jefri Al-Bukhari”

Dosen Pembimbing : Rusydi zakaria, M,Ed. M. Phil

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis. Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqosah.

Jakarta,

Mahasiswa Ybs.

Siti Romaeti 106011000023


(5)

ABSTRAK

Siti Romaeti (10601100023) “Dampak Pacaran Terhadap Moralitas Remaja Menurut Pandangan Ustadz Jefri al-Bukhari”. Skripsi jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan . universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menjelaskan konsep pacaran yang melanggar norma dan aturan agama.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif analisis dalam bentuk studi kepustakaan. Model analisis data yang di gunakan metode ini adalah content analysis terhadap buku Jefri Al-Bukhari “Sekuntum

Mawar untuk Remaja.”

Adapun cara pengumpulan data tersebut ditempuh dengan cara : pertama, penulis membaca buku-buku yang fokus dengan penelitian, khususnya buku Jefri Al-Bukhori tentang “sekuntum mawar untuk remaja”. Kedua, penulis membuat kesimpulan dari beberapa artikel dari buku Jefri Al-bukhari yang telah dibaca. Ketiga, mengorganisasikan data artikel, yaitu penulis mencari data yang sesuai dan membuang data yang tidak sesuai dengan penelitian. Keempat, klasifikasi dan kategorisasi data artikel, yaitu penulis mengelompokan data yang ada sesuai dengan tema masing-masing. Kelima, eksplanasi alternatif data, yaitu penulis memberikan keterangan yang masuk akal pada data yang ada. Keenam wawancara, yaitu penulis melakukan wawancara kepada pihak-pihak yang dianggap dapat memberikan informasi, seperti kepada ketua organisasi remaja Islam.

Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan telah ditemukan hasil bahwa dalam Islam tidak mengenal istilah pacaran, yang ada istilah khitbah tetapi masih banyak orang Islam khususnya para remaja melakukan perbuatan pacaran tersebut. Adapun perbedaan antara pacaran dan khitbah adalah pacaran tidak terkait dengan perencanaan pernikahan, sedangkan khitbah merupakan tahapan untuk menuju pernikahan. Dalam khitbah tidak di perkenankan untuk melakukan hal-hal yang di larang oleh agama, sementara dalam praktek pacaran seringkali remaja melampaui batas dari yang di gariskan oleh agama, dan pacaran tidak selalu di kaitkan dengan rencana pernikahan, tetapi dalam khitbah selalu di kaitkan dengan pernikahan. Banyak sekali dampak negatif yang terjadi di kalangan remaja pada saat melakukan pacaran yaitu adanya perzinaan dan prilaku yang dapat merusak moral bangsa dan agama.


(6)

Tiada kata yang paling indah dan bermakna selain untaian kata syukur kehadirat zat yang Maha agung dan Maha Perkasa, yang memberikan nikmat sehat, nikmat iman dan Islam kepada hamba-Nya yang taat.

Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan atas keharibaan Nabi akhirul zaman “Uswatun Hasanah” yang menjadi rahmat bagi seluruh alam, Nabi Muhammad Saw, keluarga, sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman.

Penulis sangat menyadari bahwa selesainya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan saran dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Dekan fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ketua jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta staf-stafnya.

3. Rusydy Zakaria, M. Ed selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya guna memberi bimbingan dan arahan kepada penulis.

4. Bapak dan ibu dosen PAI Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta yang sudah memberikan ilmunya kepada penulis, mudah-mudahan amal dan ibadahnya di terima di sisi Allah, dan mudah-mudahan penulis dapat mengamalkan ilmunya.

5. Pengasuh Pondok Pesanteren Tarbiyatul Mubtadiin Pasirnangka Tigaraksa Tangerang abuya K.H. Nawawi Ghofar beserta almarhumah istri tercinta yang sudah membimbing dan memberikan ilmunya kepada penulis, semoga amal dan ibadahnya di ridhoi Allah Swt.

6. Pimpinan Pondok Pesantren Tarbiyatul Mubtadiin bapak K.H. Ues Nawawi yang sudah membimbing sekaligus mendidik penulis selama di pesantren. 7. Para ustadz dan ustadzah Pondok Pesantren Tarbiyatul Mubtadii

Pasirnangka.

8. Kedua orang tua yang tecinta, yang selalu memberikan semua yang terbaik bagi keberhasilan penulis, semoga Allah Swt membalas semua pengorbanannya.


(7)

9. Kakak, adik serta saudara saya yang tercinta yang telah memberikan support kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

10.Kak gugun yang baik hati yang telah banyak memberikan saran dan kritiknya serta support kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.

11.Teman-teman PAI angkatan 2006 khususnya sahabat-sahabat saya (uni, lina,siti “jingtay”) yang selalu bersama disaat suka maupun duka selama penulis kuliah di UIN syarif hidayatullah Jakarta.

12.Kepala sekolah dan ketua yayasan ibu. Rosida beserta bapak Farid dan guru-guru (ibu ulfah dan ibu wacih) selaku pembimbing TK Al-Firdaus suka mulya cikupa Tangerang, yang sudah memberikan kesempatn kepada penulis untuk mengajar dan mengamalkan ilmu. Semoga apa yang penulis lakukan menjadi amal di akhirat nanti.

13.Teman-teman PPKT (k‟huda, aef, uni, fitri n pepet), yang selalu ada di saat suka maupun duka selama penulis melakukan PPKT, mudah-mudahan amal kita di ridhoi Allah Swt.


(8)

DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 7

C.Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 7

D.Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORI ... 9

A. Pacaran ... 9

1. Pengertian Pacaran ... 9

2. Alasan Berpacaran ... 10

3. Batasan-batasan Pacaran ... 10

4. Pacaran Menurut Pandangan Islam ... 14

5. Dampak Berpacaran ... 17

B. Remaja ... 19

1. Pengertian Remaja ... 19

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi pada Masa Remaja ... 21

3. Problematika Remaja ... 21

C. Moral Agama (akhlak) ... 24

1. Pengertian Moral Agama ... 24

2. Faktor-faktor yang menyebabkan Kemerosotan Moral ... 26

3. Usaha-usaha Mencapai Perbaikan Moral ... 27

4. Pendidikan Moral Guna Menyelamatkan Generasi yang Akan Datang ... 28


(9)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 31

A. Metodologi Penelitian ... 31

B. Tekhnik Pengumpulan Data ... 31

C. Tekhnik Pengolahan Data dan Analisi Data ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN : “Sekuntum Mawar Untuk Remaja” …..34

A.Biografi Ustadz Jefri al-Bukhari . ... 34

B.Deskripsi Pacaran Di Kalangan Remaja Menurut Buku Ustadz Jefri al-Bukhari “Sekuntum Mawar Untuk Remaja” ... 36

1.Membuat Artikel dan Kesimpulan ... 36

2.Mengorganisasikan Data ... 48

3. Klasifikasi dan Kategorisasi Data Arikel ... 49

4.Ekplanasi Alternatif Data ... 51

C. Analisis Data Tentang Pacaran ... 53

1. Pebandinga Buku ... 54

2. komentar ... 55

D. Analisis Data Tentang Dampak Pacaran Terhadap Moralitas ... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

A. Kesimpulan……….58

B. Saran ………...57

DAFTAR PUSTAKA ... 60


(10)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada sebagian masyarakat kita adanya budaya yang menganggap pacaran sebagai sesuatu yang biasa sebelum memasuki jenjang pernikahan. Mulai banyak terjadi hal-hal negatif di kalangan remaja akibat menganut budaya pacaran. Perubahan zaman kemudian dijadikan kambing hitam, kebobrokan moral dianggap zamannya, zina itu modern dan pacaran itu trend. Banyak orang tua masa kini membukakan pintu selebar-lebarnya bagi anak-anak mereka untuk berbuat maksiat. Akibatnya tak sedikit muda-mudi mereka melakukan zina justru dirumah orang tuanya sendiri. Jika hamil orang tua sendiri “bangga” dan segera mempersiapkan anaknya dengan pesta pernikahan yang meriah.1 Seperti tercantum dalam surat Al-A‟raf : 33 yang berbunyi :













































































Artinya :” Katakanlah: "Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan

1


(11)

hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui." (QS,Al- Isra :33).

Sebelum zaman modern, Islam telah berhadapan dengan praktek-praktek yang menyerupai prilaku wanita Barat masa kini dengan segala atribut kebebasannya yang merupakan bukti atas kehancuran nilai-nilai kemanusian dalam kehidupan mereka, kehidupan keluarga, dan kehidupan masyarakat barat pada umumnya. Kehormatan manusia, amanat, kejujuran, dan nilai-nilai yang serupa tidak lagi tampak dalam cerminan tindak-tanduk, pergaulan, hubungan sesamanya khususnya diantara pria dan wanita.

Perkembangan baru pada usia remaja yang perlu diperhatikan adalah mulai timbulnya rasa senang atau ketertarikan pada lawan jenis. Bahkan rasa ketertarikan itu tidak sebatas senang memandang atau senang bercengkerama dengan lawan jenis, melainkan juga, seiring dengan pertumbuhan fisik yang mulai sempurna dan organ-organ seks mulai berfungsi, timbul keinginan pada remaja untuk melepaskan hasrat seksual.2

Masa remaja adalah masa pubertas di mana terjadi perubahan-perubahan yang pesat secara fisik maupun mental. Banyak hal yang terjadi pada masa taransisi remaja dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Satu proses masa yang semua anak manusia telah, sedang dan akan terjadi dalam sebuah proses tumbuh kembang remaja. Salah satu hal yang menarik dan terjadi dalam dunia remaja adalah trend pacaran yang digemari sebagian remaja walau tidak sedikit juga orang dewasa gemar melakukannya. Bahkan ada rumor yang menarik, bahwasanya bila ada remaja yang belum punya pacar berarti belum mempunyai identitas diri yang lengkap. Memang tidak dapat dipungkiri bila

“remaja” merupakan fenomena tersendiri di kalangan remaja, dan kalaupun dicari satu definisi tersendiri pacaran maka akan sulit. Sebagian orang mendefinisikan pacaran adalah ajang untuk mendapatkan kepuasan libido

seksual, atau pacaran hanya sebagai label ”saya punya pacar dan dapat

2

Jefri Al-Bukhori, Sekuntum Mawar unt Remaja, ( Jakarta: Pustaka Al-Mawardi, 2008), h. 1


(12)

mendongkrak percaya diri”. Bagi sebagian orang, pacaran adalah suatu hal yang penting karena dengan pacaran kita punya seseorang yang bisa membantu kita dalam mengatasi persoalan hidup dan untuk definisi pacaran tentu akan ada banyak yang lainnya.3

Namun, dalam jiwa manusia itu ada sesuatu kekuatan yang menilai apakah sesuatu itu baik apabila dia kerjakan, sehingga menjadi budi pekerti yang mulia, dan apabila dia tidak senang perbuatannya itu diketahui oleh orang, terhadap perbuatan dirinya. Kekuatan di dalam jiwa itu dapat menilai apakah perbuatan itu patut dilakukan atau tidak.

Masalah moral seperti pergaulan bebas antar lawan jenis, ciuman, pelukan, pemakai obat-obatan bahkan kejahatan, adalah masalah yang sekarang ini sangat banyak minta perhatian, terutama dari para pendidik, alim ulama, pemuka masyarakat dan orang tua. Tidak henti-hentinya kita mendengar keluhan orang tua yang kebingungan menghadapi anak-anaknya yang sukar patuh, keras kepala dan nakal. Usaha untuk menanggulagi kemerosotan moral itu telah banyak dilakukan, baik oleh lembaga keagamaan, pendidikan, sosial dan instansi pemerintah. Namun hasil pembendungan arus yang berbahaya itu belum tampak, bahkan yang terjadi adalah sebaliknya. Di mana-mana dekadensi moral semakin menjadi-jadi tidak saja terbatas kepada kota besar, akan tetapi telah menjalar sampai kepelosok tanah air, ke kota kecil dan desa terpencil.4

Krisis akhlak yang melanda sebagian remaja saat ini merupakan salah satu akibat dari perkembangan global dan kemajuan IPTEK yang tidak diimbangi dengan kemajuan moral akhlak. Prilaku remaja yang cenderung lekas marah, kurang hormat tehadap orang tua, kurang disiplin dalam beribadah, menjadi pemakai obat-obatan, terjerumus dalam prilaku seks bebas serta prilaku yang menyimpang lainnya telah melanda sebagian besar kalangan remaja.

H.M.Arifin berpendapat bahwa dampak-dampak negatif dari teknologi modern telah mulai menampakan diri dari depan mata kita, yang pada

3

http/www.gogle.com

4

Zakiah Daradzat, Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1977, h.26


(13)

prinsipnya berkekuatan melemahkan daya mental spiritual yang sedang tumbuh dan berkembang dalam berbagai bentuk dan penampilannya. Kondisi-kondisi inilah yang salah satunya mengakibatkan terjadinya berbagai pemyimpangan para remaja.5

Penyimpangan tersebut misalnya melalui layar kaca, masyarakat umum dapat menikmati sajian-sajian hiburan dari mulai adegan percintaan (pacaran), pemerkosaan, perampokan, pornografi, minuman keras, penjualan narkotika, dan lain sebagainya. Adegan-adegan tersebut tidak mustahil banyak dilakukan oleh kalangan masyarakat khususnya para remaja (ABG).

Remaja yang terlibat dalam perbuatan yang tidak bermoral dan tidak mengamalkan ajaran agama akan menimbulkan akibat yang tidak baik dan meresahkan orang tua, masyarakat dan bangsa. Perbuatan tersebut akan menimbulkan efek negatif lainnya yang dapat merugikan dirinya sendiri. Dengan demikian pengamalan ajaran islam sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari untuk menjadi sandaran agar tidak terperosok kedalam kesesatan, karena dengan mengamalkan ajaran islam ia akan memperolek kebahagian dunia dan akhirat.

Untuk itu, remaja mestinya tahu apa alasan untuk berpacaran, bagaimana pacaran yang salah kaprah, apa dasar memilih pacaran, apa yang perlu dipikirkan sebelum serius untuk berpacaran, pacaran dimana dan berbuat apa, apa batasan-batasan pacaran, bagaimana memahami tipe laki-laki dan apa aturan-aturan tentang seks yang perlu dihayati. Agar cinta tak membuat merana.6

Usia remaja memang usia yang sangat rawan, anak-anak dalam usia pertumbuhan seperti ini biasanya akan merasakan perubahan fisik, terutama anak-anak di zaman sekarang ini yang tampaknya lebih cepat dewasa. Perubahan yang paling penting ketika baligh adalah munculnya naluri seks. Pada awalnya ketertarikan kepada lawan jenis ini tidak jelas, ia seperti menginginkan sesuatu tapi belum paham apa sebetulnya yang diinginkannya

5

HM.Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum, (Jakarta: Bumi Aksara:1995), h.8

6


(14)

itu. Ia merasa bimbang, bingung apa yang dirasakan dan menjadi hasratnya. Setelah sekian waktu disadari bahwa muncul di dalam dirinya rasa ketertarikan terhadap lawan jenis, ia mulai menyukai, asyik melihat wajah dan mendengar suaranya, ia ingin dekat, ingin mengobrol dengannya, dan mualailah jatuh cinta. Itulah awal mula hasrat kepada lawan jenis (jatuh cinta), siapapun tidak bisa menolak bila hasrat itu hinggap di dalam dirinya. Terkadang totalitas kehidupan remaja baligh hanyalah memikirkan masalah seks dan cinta saja, tidak ada lagi hal lain yang layak dipikirkan.7

Salah satu faktor yang paling berpengaruh dalam perubahan perilaku remaja dalam urusan seks adalah masuknya budaya Barat yang rusak ke negara berkembang seperti Indonesia. Banyaknya media remaja yang gencar menyajikan budaya Barat semakin mendekatkan remaja pada kehidupan serba boleh (permissif) alias bebas berbuat selama tidak ganggu orang lain. termasuk dalam urusan seks.

Sikap permissif remaja dalam urusan seks juga dikampanyekan oleh film-film remaja produksi luar negeri. Produksi perfilm-filman luar negri ini dengan gamblang mengupas budaya mesum di kalangan remaja Amerika. Prilaku permissif remaja dalam masalah seks berawal dari proses pacaran. Masuknya budaya luar lewat hiburan, bikin remaja kian bebas dalam berpacaran. Berdasarkan penelitiannya, perilaku remaja laki-laki menjadi jauh lebih agresif dibandingkan dengan remaja perempuan. Mereka tak hanya terbiasa dengan ciuman bibir, tapi sudah berani melakukan hal-hal yang lebih jauh, mulai dari meraba dada, hingga akhirnya melakukan seks pranikah.8

Oleh karena itu, Islam sudah menjelaskan supaya menjauhi aktivitas

“pacaran” sebelum menikah dalam arti “mendekati zina”. Padahal jelas-jelas Allah Swt telah mengingatkan kepada umatnya dalam surat al-Isra : 32



























7

Ibrahim Amini, Agar Tak Salah Mendidik, (Jakarta, Al-Huda:2006), h. 283-284

8


(15)

Artinya:”Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.(Q.S.Al-isra:32)

Di era modern ini, jatuh cinta dan pacaran telah menjadi lifestyle yang sangat lumrah di kalangan remaja Islam. Memang pada prinsipnya, cinta adalah fitrah manusia. Salah satu bentuk ekspresinya adalah pacaran. Namun, fitrah itu kini tampil sangat mengerikan lantaran ekspresi cinta telah dilakukan acara peluk-pelukan, cium-ciuman, raba-rabaan, dan sebagainya. Rupanya ekspresi fitrah cinta macam inilah yang sangat menguasai kehidupan para remaja masa kini, mulai dari pelosok kampung hingga jantung kota, tanpa menghiraukan nilai-nilai moral agama.

Bagi remaja, masa depan harus menjadi orientasi utamnya. Apapun yang di lakukan harus dipikirkankan secara matang apakah akan merugikan masa depan ataukah menguntungkan. Karena itu, agar remaja tidak menyesal di masa yang akan datang, baik dalam kehidupan dunia maupun akhirat, remaja

harus memiliki prinsip “mendahulukan yang lebih dperlukandari pada yang

perlu”. Mungkin pacaran perlu (secara biologis), tetapi menggapai masa depan

yang gemilang adalah lebih diperlukan.9

Dari latar belakang di atas, penulis terinspirasi untuk megangkat masalah tentang “Pacaran Di Kalangan Remaja Menurut Ustadz Jefri Al-Bukhari”

9


(16)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka timbul beberapa masalah, antara lain:

1. Adanya sebagian remaja yang menganggap pacaran sebagai sesuatu yang lumrah.

2. Rendahnya pemahaman dan penghayatan remaja terhadap nilai-nilai moral agama (akhlak)

3. Banyak remaja yang melanggar aturan-aturan agama dalam pergaulan antar jenis

4. Kurang selektifnya remaja dalam menerima informasi-informasi dari kemajuan IPTEK

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Memperhatikan banyaknya masalah yang teridentifikasikan, maka penulis memberikan pembatasan masalah dalam skripsi ini yang dibatasi pada aspek pacaran dan nilai-nilai moral agama, diantaranya yaitu:

a. Analisis pacaran terhadap pandangan Jefri al-Bukhari “Sekuntum

Mawar Untuk Remaja”

b. Dampak pacaran yang di lakukan remaja c. Model pacaran di kalangan remaja 2. Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalah tersebut diatas, maka rumusan masalahnya dibatasi pada:

a. Bagaimana pandangan Jefri al-Bukhari tentang model pacaran di kalangan remaja

b. Bagaimana pandangan Jefri al-Bukhari tentang dampak pacaran di kalangan remaja

c. Bagaimana solusi yang di tawarkan Jefri al-Bukhari untuk mengatasi remaja dalam berpacaran


(17)

d. Sejauhmana tingkat otoritas pandangan Jefri al-Bukhari yang di tulis

dalam bukunya yang berjudul “Sekuntum mawar untuk Remaja” D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini yaitu, Untuk mengidentifikasi dan menjelaskan konsep pacaran yang melanggar norma dan aturan agama menurut buku ustadz Jefri al-Bukhari.


(18)

BAB 11 KAJIAN TEORI

A. Pacaran

1. Pengertian Pacaran

Menurut kamus besar bahasa Indonesia pacar adalah kekasih atau teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan batin berdasarkan cinta-kasih. Berpacaran adalah bercinta; berkasih-kasihan. Memacari adalah mengencani; menjadikan dia sebagai pacar. 10

Dalam berpacaran laki-laki dan perempuan saling mencintai. Kata cinta tersebut menurut Drs. Abdul Mujib merupakan padanan kata dari bahasa inggris

love atau dari bahasa arab al-hubb atau al-mahabbah. Cinta sebenarnya sulit diungkapkan apalagi didefinisikan, sebab jika didefinisikan maka semakin membatas ruang lingkupnya. Cinta dapat dirasakan oleh setiap individu, tetapi tidak menjamin masing-masing individu tersebut mampu mengungkapannya dalam bahasa verbal11.

Begitu banyak definisi cinta,sehinga masing-masing definisi sulit

disintesiskan dalam satu kalimat yang sangat sederhana. Namun, kiranya dapat dipahami bahwa cinta itu merupakan reaksi dan ekspresi emosi yang kompleks, sekomplek kehidupan manusia itu sendiri. 12

Sebagai prinsip umum kiranya dapat di katakana bahwa masa pacaran adalah masa untuk belajar saling mencintai dengan harapan kelak akan menjadi

10

Frista Artmanda W, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, PT. Lintas Media Jombang. h. 863

11

Abdul Mujib, Risalah Cinta, Jakarta: Raja Grafindo Persada:2004, hal. 1

12


(19)

suami istri bahagia. sehingga kedua muda-mudi yang sedang berpacaran mempunyai hak dan kewajiban untuk semakin saling mengenal dan menyayangi. Tentu saja kasih sayang itu bukan hanya di bicarakan dan dirasakan, melainkan juga diungkapkan dan diwujudkan. Ungkapan dan perwujudan kasih sayang antara laki-laki dan perempuan pada umunya memuat juga kemesraan, kehangatan , rasa tertarik, bahkan juga hawa nafsu seksual.

2. Alasan Berpacaran

Fenomena pacaran di kalangan remaja Indonesia memang sudah menjadi trend, seorang yang tidak pacaran akan dikatakan kurang gaul, kurang funky atau nggak laku. Bagi sebagian remaja pacaran hukumnya wajib alias fardhu

„ain bagi mereka. umumnya para remaja berpacaran karena tidak ingin dikatakan oleh temannya sebagai orang yang tidak laku, dan terus dikatakan bahwa nggak gaul kalau belum pacaran.Biasanya nggak mau kalau terus dikatakan sebagai jomblo. Bagi remaja jomblo adalah sebagai kutukan yang harus dihilangkan.Sebenarnya lajang bukanlah sebagai sesuatu yang harus dibenci oleh kalangan remaja.

3. Batasan-batasan Pacaran

Hal yang paling ditakuti orang tua dari dua remaja yang sedang pacaran adalah kalau sampai dua insan yang dimabuk asmara itu melakukan hubungan seks. Tindakan yang sampai ke hubungan seks ini memang menimbulkan banyak kerugian dan efek negatif. Pertama, ini melanggar aturan agama. Agama manapun melarang hubungan seks yang dilakukan bukan suami istri. Otomatis, remaja yang melakukannya akan dikejar rasa berdosa. Kedua, ini malanggar norma. Norma masyarakat umumnya sampai sekarang tetap menganggap kegadisan itu perlu dipertahankan sampai malam pengantin tiba. Artinya, gadis yang kehilangan keperawanan sebelum itu dianggap tidak suci lagi.

Kedua hal ini menimbulkan efek psikologis bagi seorang perempuan seandainya pun tidak ada yang tahu, meskipun dia tidak hamil, dia akan merasa dirinya kotor dan berdosa. Lebih gawat lagi kalau dia sampai hamil, si gadis


(20)

dan keluarga akan merasa malu. Boleh jadi dia akan dikawinkan. Berarti, masa depan akan terputus. Itu kalau dikawinkan, kalau laki-lakinya kemudian kabur, anak akan lahir tanpa ayah. Berarti mereka menorehkan aib dalam hidup dan masa depan anak yang tidak berdosa itu. Anak itu digugurkan sebalum lahir, itu berarti kita membunuh. Membuat dosa baru di atas dosa yang sudah dilakukan.13

Untuk itu dalam menghadapi semua ini, hendaklah pergaulan itu didasari oleh sikap saling hormat menghormati antara laki-laki dan perempuan. Abdurrahman Al-Mukaffi telah memberikan batasan-batasan dalam pergaulan sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh agama, diantaranya:

a) Menjaga Pandangan Mata

Mata adalah satu karunia Allah yang amat cepat jangkauannya. Memelihara mata cukuplah dengan menundukan sebagian pandangan mata bila berhadapan dengan wanita atau pria yang bukan muhrim. Jangan menatap mata kita kepada mereka, dan janganlah memandangnya berulang-ulang. .

Firman Allah Swt:



































































Artinya:”Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka

13


(21)

Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. (QS. An-nur:30-31).

Seperti diketahui, matalah yang menikmati kelezatan memandang untuk kali yang pertama. Sementara hati atau kalbu yang menikmati keberhasilan dalam mencapai sesuatu. Karena itu keduanya merupakan mitra dalam mengumbar atau meredam nafsu.

b) Menjauhi Pergaulan Bebas

Pergaulan bebas termasuk akhlak yang paling buruk, bahkan sedikitpun hal itu tidak termasuk akhlak wanita muslim. Wanita muslim harus mengetahui prinsip pergaulan bebas, tujuan, dan akibat buruknya. Sesungguhnya kerugian yang paling besar dari pergaulan bebas ini adalah hilangnya rasa malu yang merupakan lambang kesucian bagi perempuan. Lady Cook seorang penulis perempuan dari Inggris mengatakan bahwa “pergaulan bebas adalah sesuatu yang diciptakan oleh para laki-laki. Oleh karena itu, wanita cenderung pada sesuatu yang berlawanan dengan kesucian, dan berdasarkan kadar banyaknya pergaulan bebas, akan banyak pula anak-anak yang lahir dari hasil

perzinahan, dan ini adalah bencana besar bagi wanita.”14

Pergaulan bebas yang akibatnya sudah pasti dapat menimbulkan hal-hal negatif yang tidak diinginkan. Ini semua telah dilukiskan oleh mereka dibelahan bumi Barat, yang dulu mengagung-agungkan kebebasan dalam segala hal, termasuk kebebasan seks. Akibatnya, keluarga sebagai sendi masyarakat runtuh. Kemudian terjadilah dekadensi moral. Wabah AIDS menebarkan kengerian dan ketakutan.

Dekadensi moral dalam masyarakat mengharu biru. Angka kumpul kebo begitu tinggi, zina sudah merupakan hal yang lumrah dan banyak remaja-remaja sejak usia dini telah melakukan eksperimen seksual.

14

Karya Majdi Sayyid Ibrahim penerjemah Miqda Turkan, 50 Nasihat Rosulullah untuk Kaum Wanita, (Bandung: Mizan, 1999), cet 1. h. 140-141


(22)

Padahal Allah Swt dan Rosul-Nya telah menetapkan rambu-rambunya dalam pergaulan laki-laki dan perempuan yang bukan muhrimnya.

Firman Allah Swt:



























Artinya:”Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu

adalah suatu perbuatan yang keji, dan suatu jalan yang

buruk”.(QS. Al-Isra: 32).

Sudah begitu gamblang seruan Allah dan Rosul-Nya dalam perkara ini. Tapi sayang semua dianggap angin lalu, memang didengar, namun tidak dilaksanakan sedikitpun oleh pemuda-pemudi Muslim yang tengah larut dan terbuai dalam kenikmatan semu yang menghanyutkan.

Karenanya, „pacaran‟ yang dilarang keras dalam Islam, menjadi

lumrah dengan adanya kebiasaan apel mingguan atau wakuncar (waktu kunjung pacar).15

Islam tidak hanya melarang perzinaan, tetapi juga memberikan sangsi keras terhadap para pezina. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah:

































































Artinya:” Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada

15

Abdurrahman Al-Mukaffi, Pacaran Dalam Kaca Mata Islam, Jakarta: Media Da‟wah, 1999, hal.79-85


(23)

Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman. (QS.An-Nur:2).16

Demikian tegas larangan dan ancaman terhadap para pelaku zina dalam islam. Namun sayangnya masih banyak kalangan remaja yang tidak mengindahkannya. Padahal akibat pezinahan sangat merugikan baik di dunia maupun di akhirat. 17

4. Pacaran Menurut Pandangan Islam

Tema konsep pacaran dalam islam, tentu mengundang berbagai versi pertanyaan yang setidaknya menimbulkan rasa keingintahuan setiap yang

membacanya, pertanyaan itu dapat saja diungkapkan, “benarkah islam memiliki konsep berpacaran atau benarkah ajaran islam terkandung didalamnya aturan

pacaran?.”

Tema seperti tersebut di atas, tidak bermaksud hendak mengatakan bahwa Islam mengatur secara implisit dan eksplisit tentang “pacaran”. Sesungguhnya konsep tersebut hendak mengarahkan kaum muslimin kepada aturan yang semestinya dilakukan bagi kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian konsepsi yang diprasangkakan sebagai “pacaran”

sesungguhnya penjabaran pergaulan islami yang mengatur dan memfasilitasi muda-mudi muslim untuk membina rumah tangga sakinah, mawaddah, dan warahmah.18

Istilah pacaran sebenarnya tidak dikenal dalam Islam. Untuk istilah hubungan percintaan antara laki-laki dan perempuan pranikah, islam

mengenalkan istilah “khitbah (meminang)”.19

16

Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung, CV Penerbit Diponegoro

17

Ust. Jefri Al-Bukhori, Sekuntum Mawar untuk Remaja, (Jakarta: Pustaka Al-Mawardi,2008, h. 5-6

18

Ahmad Sudirman Abbas, Problematika Pernikahan dan Solusinya, (wakaf dana alumni, PT. Prima Heza Lestari, 2006), cet. h. 42-52

19


(24)

Khitbah (meminang) yaitu pihak laki-laki mengajukan lamaran terhadap pihak wanita, dalam khitbah boleh melihat wanita itu secara teliti.20 Ketika seorang laki-laki menyukai seorang perempuan, maka ia harus mengkhitbahnya dengan maksud akan menikahinya pada waktu dekat. Selama masa khitbah, keduanya harus menjaga agar jangan sampai melanggar aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Islam, seperti berduan, memperbincangkan aurat, menyentuh, menyium, memandang dengan nafsu, dan melakukan hubungan selayaknya suami istri.

Ada perbedaan yang mencolok antara pacaran dengan khitbah. Pacaran tidak berkaitan dengan perencanaan pernikahan, sedangkan khitbah merupakan tahapan untuk menuju pernikahan. Persamaannya keduanya merupakan hubungan percintaan antara dua insan berlainan jenis yang tidak dalam ikatan perkawinan.

Dari sisi persamaannya, sebenarnya hampir tidak ada perbedaan antara pacaran dan khitbah. Keduanya akan terkait dengan bagaimana orang mempraktikannya. Jika selama masa khitbah pergaulan antara laki-laki dan perempuan melanggar batas-batas yang telah ditentukan islam, maka itupun haram. Demikian juga pacaran, jika orang dalam berpacaran melakukan hal-hal yang dilarang oleh islam, maka hal itu haram.

Firman Allah:

























































Artinya:” Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.(QS. Ar-Ruum:21).

20


(25)

Menurut Dr. H. Abd. Rahman Ghazaly dalam bukunya “Fiqh Munakahat” menjelaskan bahwa khitbah (melamar) merupakan pendahuluan perkawinan,

disyari‟atkan sebelum ada ikatan suami istri dengan tujuan agar waktu memasuki

perkawinan didasarkan kepada penelitian dan pengetahuan serta kesadran masing-masing pihak.

Adapun perempuan yang boleh dipinang adalah yang memenuhi syarat sebagai berikut :

1. Tidak dalam pinangan orang lain

2. Pada waktu dipinang tidak ada penghalang syar‟i yang melarang dilangsungkannya pernikahan.

3. Perempuan itu tidak dalam masa iddah karena talaq raj‟i.

4. Apabila perempuan dalam masa iddah karena talaq ba‟in, hendaklah meminang dengan cara sirry (tidak terang-terngan).21

Dalam Islam, melihat perempuan yang akan dipinang itu diperbolehkan selama dalam batas-batas tertentu, berdasarkan sabda Nabi Saw :

ا رير يب ا ع جرع اا ع ا ح ب يحي ب حم كل ا ع يحي ع ي ث ح

يخ ا بط ي لع مك ح ا طخ ل اق ملسو يلع ها لص ه ا ل سر

(

كللم اور

)

Artinya :”Telah menceritakan kepadaku Yahya dari Malik dari Muhammad bin Yahya bin Habban dari Al A'raj dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shalla Allahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Janganlah salah seorang dari kalian melamar pinangan saudaranya”.(HR.Malik)22

Banyak orang yang keliru memahami konsep khitbah. Pada prinsipnya khitbah tidak merubah ketentuan yang sebelumnya dilarang oleh syara‟ menyangkut komunikasi antara lawan jenis. Khitbah hanyalah proses menentukan pilihan calon istri atau suami, bukan aqad nikah, dan belum

21

Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta, Kencana, 2006), h. 74


(26)

mergubah status keduanya menjadi hubungan halal, selain tidak boleh di khitbah oleh orang lain. Maka, dalam proses khitbah tetap haram berdua-duaan tanpa ditemani mahram-nya, saling berpandangan dan bermesraan, bergandengan tangan, jalan-jalan bersama tanpa mahram dan hal yang menyangkut komunikasi lawan jenis.23

Allah telah menjadikan rasa cinta dalam diri manusia baik pada laki-laki maupun perempuan. dengan adanya rasa cinta, manusia bisa hidup berpasang-pasangan. Adanya pernikahan tentu harus didahului rasa cinta. 24

5. Dampak Berpacaran

Cinta itu merupakan anugrah Tuhan. Maka ia menjadi milik semua orang. Dan remaja pun lumrah saling taksir-mentaksir dan pacaran. Namun, ini repotnya, cinta itu juga suka dijahili setan. Sehingga ada cinta yang salah jalan, salah kaprah, kelewat batas, dan membuat menderita.25

Akibatnya segala yang dilakukan atas nama cinta menjadi bentuk zina yang terang-terangan. Mata berzina, telinga berzina tangan berzina, dan seluruh anggota badan lainnya berzina termasuk kemaluan yang merupakan zina yang paling besar dosanya. Di era modern kini, cinta yang berarti zina ini telah membudaya sehingga menjadi malapetaka yang mengancam eksistensi manusia sebagai makhluk yang beradab.

Yang paling klasik, muncul budaya pacaran yang sesungguhnya bukan pacaran melainkan perzinahan yang disebut dalam hadits di atas. Jika pacaran yang asalnya untuk saling mengenal, maka kini berubah menjadi upaya saling melampiaskan nafsu hewani. Jadilah manusia itu binatang, bahkan lebih sesat dari binatang.26

Pacaran itu jalan syetan yang lurus (menuju neraka). Karena fitnah seksual adalah symbol saithan yang paling efektif. Setiap orang memiliki nafsu birahi. Nafsu ini sengaja ditunggu oleh syetan agar manusia dapat melampiaskannya

23

Abu Al-Ghifari, Pacaran yang Islami Adakah?,…, h. 72

24

Jefri Al-Bukhori, Sekuntum Mawar untuk Remaja,…, h. 12-13

25 Nestro Rico Tambunan, Reamaja Mandiri 2,…,hal.74 26


(27)

diluar jalur Islam. Di antara cara syetan menunggangi nafsu birahi ini adalah dengan pacaran. Saat berduan dengan sang pacar, syethan menjadi pihak paling aktif membisikan pada mereka berdua agar menghabiskan waktunya dengan penuh kemesraan.

Setan terus menerus membisikan kenikmatan semu, sehingga dua insan itu larut dalam kenikmatan berpacaran yang menghantarkan pada jurang kehinaan. Akibatnya, dia tidak berpikir akan ada akibat yang muncul kemudian. Setelah berzina, lantas hamil, kemudian aborsi atau membunuh bayi yang baru dilahirkan, dosa itu bertumpuk memenuhi kehidupannya. Itulah syethan yang tak henti membisikan kenikmatan semu.27

Firman Allah Swt:























Artinya:”Syaitan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, Padahal syaitan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka. (QS. Annisa:120).

Jalan yang menghantarkan seseorang menuju zina yaitu khlawat dan ikhtilat. Khlawat yaitu dua lawan jenis yang bukan muhrim berduan ditempat yang sepi. Sedangkan ikhtilat adalah campur baurnya antara lawan jenis tanpa pemisah sehingga menimbulkan kontak fisik. Dua hal itu jelas diharamkan dalam islam.

Menyatakan cinta sebagai kejujuran hati tidak bertentangan dengan syariat Islam. Karena tidak ada satu pun ayat atau hadist secara eksplisit atau implicit melarangnya. Islam hanya memberi batasan-batasan antara yang boleh dan yang tidak boleh dalam hubungan laki-laki dan perempuan yang bukan suami istri.

Diantara batasan-batasan tersebut ialah; tidak melakukan perbuatan yang dapat mengarahkan kepada zina, tidak menyentuh perempuan yang bukan

27


(28)

mahramnya, tidak berduan dengan lawan jenis yang bukan mahramnya, harus menjaga mata atau pandangan, dan menutup aurat. Selagi batasan-batasan tersebut tidak dilanggar, maka pacaran hukumnya boleh.28

B. Remaja

1. Pengertian Remaja

Menurut Elizabeth B. Hurlock menjelaskan bahwa masa remaja merupakan periode peralihan, sebagai usia bermasalah, masa mencari identitas, masa yang tidak realistik serta sebagai ambang masa depan..

Para ahli psikolog dan pendidikan belum sepakat mengenai usia remaja. Sebagian ahli mengatakan bahwa usia remaja adalah 13-19 tahun, sementara yang lain berpendapat bahwa rentang usia remaja dimulai pada usia 13-21 tahun. Namun yang pasti adalah permulaannya atau mulainya perubahan jasmani pada anak menjadi dewasa, kira-kira usia 12 atau 13 tahun. 29

Dari segi ajaran Islam istilah remaja tidak ada dalam Islam. Di dalam

Al-Qur‟an ada kata (alfiyatu, fityatun) yang artinya orang muda. Terdapat pula kata

baligh yang menunjukan seseorang tidak kanak-kanak lagi, misalnya dalam surat An-Nur: 58 dan 59:



























































































Artinya:”Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum balig di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari) Yaitu: sebelum sembahyang subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian

28

Jefri Al-Bukhori, Sekuntum Mawar untuk Remaja,…, hal.14-16

29


(29)

(luar)mu di tengah hari dan sesudah sembahyang Isya'. (Itulah) tiga 'aurat bagi kamu.(QS. An-Nur:58)























Artinya:” Dan apabila anak-anakmu telah sampai umur baligh, maka hendaklah mereka meminta izin, seperti orang-orang yang sebelum mereka meminta izin. (QS. An-Nur:59)

Pada kedua ayat tersebut terdapat istilah kata baligh yang dikaitkan dengan mimpi. Kata baligh dalam istilah hukum islam digunakan untuk penentuan umur awal kewajiban melaksanakan hukum islam dalam kehidupan sehari-hari. Atau dengan kata lain terhadap mereka yang telah baligh dan berakal, berlakulah seluruh ketentuan hukum islam.30

Sebenarnya sampai sekarang belum ada kata sepakat antara para ahli ilmu pengetahuan tentang batas umur bagi remaja. Karena hal itu bergantung kepada keadaan masyarakat di mana remaja itu hidup, dan bergantung pula kepada dari mana remaja itu ditinjau.31

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi pada Masa Remaja

William Stern, seorang psikologi Jerman terkenal dengan teori konvergensinya mengatakan bahwa perkembangan keadaan manusia ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor luar (eksternal) dan faktor dalam (internal). Di Negara Indonesia kedua faktor tersebut dikenal dengan istilah faktor ajar dan faktor dasar.32 Dalam hal ini Ki Hajar Dewantara menggunakan istilah faktor

30

Heny Narendrany Hidayati, Andri Yudiantoro, Psikologi Agama, (Jakarta: Citra Grafika Desain, 2007), h. 105-106

31

Zakiah Daradzat, Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1977), h.108

32


(30)

ajar bagi faktor ekstern atau eksogen dan istilah dasar untuk faktor indogen atau faktor intern. 33

Faktor ekstern atau dalam istilah dikenal dengan faktor ajar ialah merupakan faktor yang datang dari luar atau lebih dikenal sebagai persekitaran seperti motivasi yang datang dari dalam diri individu (intrinsik) atau yang datang dari lingkungan, Sedangkan faktor intern atau faktor dasar ialah faktor yang ada sejak individu dalam kandungan hingga lahir atau lebih dikenal dengan faktor bawaan seperti fisik dan psikis pada individu.

Sehubungan dengan itu dapat kita pastikan bagaimana besarnya pengaruh kehidupan keluarga terhadap perkembangan anak, justru oleh karena adanya kesengajaan yang di rencanakan keluarga itu dapat mempengaruhi anak.34

3. Problematika Remaja

Umur remaja adalah umur peralihan dari anak menjelang dewasa, yang merupakan masa perkembangan terakhir bagi pembinaan kepribadian atau masa persiapan untuk memasuki umur dewasa, problemnya tidak sedikit. Telah banyak penelitian yang dilakukan orang dalam mencari problema yang umum dihadapi oleh remaja, baik di Negara yang telah maju maupun yang masih berkembang. Pada umumnya hasil yang dicapai oleh para peneliti di bebrbagai Negara itu hampir sama. Di antara problem yang dulu dirasakan dan sekarang semakin tampak dengan jelas ialah: masalah hari depan, masalah hubungan dengan rang tua, serta masalah moral dan agama, 35

Menurut Zakiah Darajat “membina nilai-nilai moral di Indonesia” Secara singkat dapat dibagi bahwa problem yang biasa dihadapi oleh para remaja antara lain:

1. Pertumbuhan jasmani cepat

Biasanya pertumbuhan jasmani cepat terjadi antara umur 13-16 tahun yang dikenal dengan remaja pertama. Pertumbuhan jasmani mencakup pula pertumbuhan orang dan kelenjer seks, sehingga mereka merasakan pula

33

Agus Sujanto, Psikologi Perkembangan,…, h. 238

34

Agus Sujanto, Psikologi Perkembangan,…, h. 243

35


(31)

dorongan-dorongan seksuil yang belum pernah mereka kenal sebelum itu, yang membawa akibat kepada pergaulan.

2. Pertumbuhan emosi

Sebenarnya yang terjadi adalah kegoncangan emosi. Pada masa adolesen pertama, kegoncangan itu disebabkan oleh tidak mampu dan mengertinya akan perubahan cepat yang sedang dilaluinya, di samping kekurang pengertian orang tua dan masyarakat sekitar akan kesukaran yang dialami oleh remaja, waktu itu. Bahkan kadang-kadang perlakuan yang mereka terima dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat, menambah goncangnya emosi yang sedang tidak stabil itu.

3. Pertumbuhan mental

Menurut Alferd Binet seorang Psycholog Prancis yang terkenal dengan mental-test nya, bahwa kemampuan untuk mengerti hal-hal yang abstrak baru sempurna pada umur + 12 tahun. Sedangkan kesanggupan untuk mengambil kesimpulan yang abstarak dari fakta yang ada kira-kira mulai pada umur 14 tahun.

4. Pertumbuhan pribadi dan sosial

Masalah pribadi dan sosial itulah yang paling akhir bertumbuhnya dan dapat dianggap sebagai persoalan terakhir yang dihadapi remaja menjelang masuk kepada dewasa.36

Masa pancaroba yang dialami remaja menimbulkan problem yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Dalam diri remaja seolah-olah terjadi gejolak perasaan yang sulit untuk dikendalikan. Bila seorang gadis tidak dapat tidur nyenyak semalaman, dan tiba-tiba suka bersolek dan menatap wajahnya berlama-lama didepan cermin, gara-gara mendapat kerlingan mata dari seorang pemuda. Teman-teman kamu terlibat perkelahian dengan kelompok siswa

36


(32)

sekolah lain, karean tidak bias menerima kekalahan dalam pertandingan. Seorang cowok nekat meminum obat serangga, karena ditolak cintanya oleh gadis pujaannya. Sekelompok remaja ditangkap polisi pada saat mengadakan pesta sabu-sabu. Setelah diteliti, ternyata pada awalnya mereka hanya ingin mencoba-coba, karena terpengaruhnyaoleh bujuk rayu teman-temannya, namun kemudian menjadi kecanduan pada barang haram tersebut.

Beberapa contoh diatas, menunjukan betapa rentan dan pekanya gejolak emosi kaum remaja. Adapun masalah yang timbul dalam diri remaja dapat disebabkan oleh faktor intern, yaitu faktor yang timbul dari dalam diri sendiri dan faktor ekstern, yaitu masalah yang timbul dari lingkungan masyarakat.37

Di dalam kondisi psikologis seperti ini faktor-faktor luar akan menambah ruwet permasalahan. Menurut para faktor luar itu antara lain; arus informasi dan perubahan teknologi yang begitu cepat, film, VCD porno, dan kekerasan yang begitu mudah didapat sehingga mereka bias melihat sesuatu yang dapat merangsang timbulnya prilaku negatif.38

C.Moral Agama (Akhlak)

1. Pengertian Moral Agama

Moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin, moris yaitu jamak dari kata

mos yang berarti adat kebiasaan. Di dalam kamus umum Bahasa Indonesia dikatakan bahwa moral adalah penentuan baik-baik terhadap perbuatan dan kelakuan. 39

Menurut Coles moral menunjukan arti “akhlak”, tingkah laku yang susila, ciri-ciri khas seseorang atau sekelompok orang dengan prilaku pantas dan baik, dan hukum atau adat istiadat yang mengatur tingkah laku. Sedangkan Bourke mendefinisikan moral (sebagai padanan etika) dengan studi sistematis tentang

37

Sri Ruspita Murni, Kiat Sukses Menjadi Bintang, (Yogyakarta: Amorbook, 2004), cet. 1, hal. 12-13

38

Ali Samil H, Panduan Praktis Bagi Orang Tua Mendampingi Remaja Meraih Sukses, ( Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2000), h. 2

39


(33)

tindakan manusia dari sudut pandang benar atau salah, yang dapat dijadikan sarana untuk mencapai kebahagian puncak. 40

Dari sudut ajaran agama, misalnya agama Islam, maka yang terpenting adalah akhlak (moral), sehingga ajarannya yang terpokok adalah untuk memberikan bimbingan moral dimana Nabi Muhammad Saw bersabda:

ق خ اا ر تا ت عب ا

Artinya:Sesungguhnya saya di utus oleh Tuhan adalah untuk menyempurnakan

akhlak”(H.R.Malik).

Rosulullah memberikan contoh dari akhlak yang mulia itu di antara sifat beliau yang terpenting adalah: sidhiq, amanah, tabligh, fathonah dan adil.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, perkataan akhlak sering juga disamakan dengan kesusilaan. Bahkan supaya kedengarannya lebih modern dan

„mendunia‟, perkataan akhlak, budi pekerti, dan lain-lain itu, kini sering diganti dengan kata moral dan etika.41

Oleh karena itu Zahrudin AR dalam bukunya “Pengantar Studi Akhlak” memberikan persamaan antara akhlak, etika, dan moral yaitu menentukan hukum atau nilai perbuatan manusia dengan keputusan baik atau buruk. Adapun perbedaannya terletak ada pada tolak ukurnya masing-masing, dimana akhlak dalam menilai perbuatan manusia dengan tolak ukur ajaran Al-Qur‟an dan sunnah, etika dengan pertimbangan akal pikiran, dan moral dengan adat kebiasaan yang umum berlaku di masyarakat.42

Dilihat dari manapun definisi tentang moral, maka definisi itu akan menunjukan bahwa moral itu sangat penting bagi tiap-tiap orang, bahkan ada seorang penyair Arab yang mengatakan bahwa ukuran suatu bangsa, adalah

40

Abdul Majid, Nuansa-nuansa Psikologi Islam, ( Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada, 2002), cet ke-2, h. 322-323

41

Muhammad Dau Ali, Pendidikan Agama Islam, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), edisi i-6, h. 353

42


(34)

akhlaknya. Jika mereka tidak berakhlak, maka bangsa itu tidak berarti (berharga). 43

Jika kita tinjau keadaan masyarakat Indonesia terutama di kota-kota besar sekarang ini mulai terikat moral sebagian masyarakat telah rusak, atau mulai merosot. Di mana telah terlihat, kepentingan umum tidak lagi yang nomor satu, akan tetapi kepentingan dan keuntungan pribadilah yang menonjol pada banyak orang.

Kejujuran, kebenaran, keadilan dan kebaranian telah tertutup oleh penyelewengan-penyelewengan. Banyak terjadi adu domba, hasad dan fitnah, menjilat, menipu, berdusta, mengambil hak orang sesuka hati, disamping-samping perbuatan-perbuatan maksiat lainnya.

Yang dihinggapi oleh kemerosotan moral itu, tidak saja orang yang telah dewasa, akan tetapi telah menjalar sampai kepada tunas-tunas muda yang menjadi harapan untuk melanjutkan perjuangan membela nama baik bangsa dan Negara Indonesia. Belakangan ini kita banyak mendengar keluhan-keluhan orang tua, ahli pendidikan dan orang-orang yang berkecimpung dalam bidang agama dan social, anak-anak terutama yang sedang berumur belasan tahun dan mulai remaja, banyak yang sukar dikendalikan, nakal, keras kepala, berbuat keonaran, maksiat dan hal-hal yang mengganggu ketentraman umum.

Kenakalan-kenakalan atau kerusakan-kerusakan moral yang disebutkan diatas adalah di antara macam-macam kelakuan anak-anak yang menggelisahkan orang tuanya sendiri dan juga ada yang menggelisahkan dirinya sendiri.44

2. Faktor-faktor yang Menyebabkan Kemerosotan Moral

Masalah moral , adalah suatu masalah yang menjadi perhatian orang dimana saja, baik dalam masyarakat yang telah maju, maupun dalam masyarakat yang masih terbelakang. Karena kerusakan moral seseorang mengganggu ketentraman yang lain. Jika dalam suatu masyarakat banyak orang yang rusak moralnya, maka akan goncanglah keadaan masyarakat itu.

43

Zakiah Daradzat, Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia,..., h.8-9

44


(35)

Faktor-faktor penyebab dari kemerosotan moral (akhlak) dewasa ini sesungguhnya banyak sekali antara lain yang terpenting adalah:

1. Kurang tertanam jiwa agama pada tiap-tiap orang dalam masyarakat. 2. Keadaan masyarakat yang kurang stabil, baik dari segi ekonomi, social,

dan politik.

3. Pendidikan moral (akhlak) tidak terlaksana menurut mestinya, baik dirumah tangga, sekolah maupun masyarakat.

4. Suasana rumah tangga yang kurang baik.

5. Diperkenalkannya secara populer obat-obat dan alat-alat anti hamil. 6. Banyaknya tulisan-tulisan, gambar-gambar, siaran-siaran,

kesenian-kesenian yang tidak mengindahkan dasar-dasar dan tuntutan moral. 7. Kurang ada bimbingan untuk mengisi waktu terluang (leisure time)

dengan cara yang baik, dan yang membawa kepada pembinaan moral. 8. Tidak ada atau kurangnya markas-markas bimbingan dan penyuluhan

bagi anak-anak dan pemuda-pemuda.45

Dalam hal ini, hawa nafsu juga termasuk aspek rohani yang amat berpengaruh pada moral. Moh. Ardani dalam bukunya “Akhlak Tasawuf Nilai-nilai akhlak/budi pekerti dalam ibadah dan tasawuf” mengatakan bahwa hawa nafsu itu berarti kecenderungan nafsu kepada sesuatu yang dapat memberi kepuasan atau kenikmatan kepada syahwat dengan tidak mengindahkan syara. 46

Firman Allah:



























Artinya:”…janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan

kamu dari jalan Allah.( QS. Shaad:26)

Adapun obyek yang menjadi sasaran keinginan nafsu apa yang disebut

syahwat, yaitu “gerak keinginan (cinta) nafsu untuk memperoleh kenikmatan.”

45

Zakiah Daradzat, Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia,…, h. 13

46 Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf “ Nilai

-nilai Akhlak/ Budi Pekerti dalam Ibadah dan Tasawuf, (Jakarta: CV. Karya Mulia, 2005), edisi. 2, h. 98


(36)

Sebenarnya faktor-faktor yang menimbulkan gejala-gejala kemerosotan moral dalam masyarakat modern sangat banyak. Dan yang terpenting diantaranya adalah kurang tertanamnya jiwa agama dalam hati tiap-tiap orang, dan tidak dilaksanakan agama dalam kehidupan sehari-hari, baik oleh individu maupun oleh masyarakat.

Semakin jauh masyarakat dari agama semakin susah memelihara moral orang dalam masyarakat itu, dan semakin kacaulah suasana karena semakin banyak pelanggaran atas hak, hukum, dan nilai moral.47

3. Usaha-usaha Mencapai Perbaikan Moral

Kemerosotan moral yang dialami oleh bangsa Indonesia sekarang ini telah berat, namun jika dibandingkan dengan Negara Barat yang terkenal dengan kemajuan dan kerusakan moralnya itu, memang kita masih berbesar hati, karena belum terlalu berat. Akan tetapi, usaha untuk mengatasi atau menanggulanginya harus segera dilakukan, supaya dapat dicegah meluas dan berkembangnya.

Perlu di sadari bahwa usaha untuk memperbaiki moral itu tidak ringan, karena langsung berhadapan dengan mental secara keseluruhan. Memperbaiki mental, berarti mengadakan pembinaan kembali atas mental yang telah rusak. Perbaikan itu tidak akan berhasil, kalau hanya tehadap penghilangan gejalanya saja, karena ia akan bersifat sementara. Yang jauh lebih penting dari itu, adalah memperbaiki mental yang biasa mendorong kepada perbuatan salah atau tidak baik itu.

Mengingat besar dan hebatnya bahaya kerusakan moral, jika terjadi dikalangan atas, pemimpin dan penguasa, maka penanggulangannya dekadensi moral dewasa ini, harus dilaksanakan dengan sungguh-sungguh oleh pemerintah, pemimpin, pemuka masyarakat, pendidik dan alim-ulama bersama-sama, dan harus dimulai dari kalangan atas, karena itulah yang sangat berbahaya dan sukar menghadapinya.

47

Zakiah Darajat, Peranan Agama Dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: CV. Haji Masa Agung, 1994), cet.12, h. 65-66


(37)

Usaha yang akan dilakukan hendaknya serentak, jangan sampai para pendidik, alim-ulama dan orang tua saja yang disuruh memperbaiki dan mebina moral masyarakat. Supaya usaha penanggulangan dekadensi moral itu dapat segera berhasil.48

Jika generasi muda tidak berakhlak, maka bangsa itu tidak berarti (berharga). Memang moral adalah sangat penting bagi suatu masyarakat, bangsa dan umat, kalau moral rusak, ketentraman dan kehormatan bangsa itu akan hilang. Maka untuk memelihara kelangsungan hidup secara bangsa yang terhormat, Indonesia perlu sekali memperhatikan pendidikan moral bagi generasi yang akan datang.49

4. Pendidikan Moral Guna Meneyelamatkan Generasi yang Akan Datang

Telah di sadari betapa pentingnya pendidikan moral bagi anak-anak, dan betapa pula besarnya bahaya yang terjadi akibat kurangnya moral itu, serta telah diketahui pula faktor yang menimbulkan kemerosotan moral di tanah air belakangan ini. Untuk itu pendidikan moral harus diintensifkan dan perlu dilaksanakan serentak dirumah tangga, sekolah, dan masyarakat.50

Pendidikan moral tidak terlepas dari pendidikan agama yang keduanya harus dilaksanakan dalam praktek hidup, dan pengamalan sehari-hari, di samping pengertian tentang agama dan moral.

D.Kerangka Berpikir

Banyak terjadi hal-hal negatif dikalangangan remaja karena adanya kondisi pergaulan remaja yang bertentangan dengan nilai-nilai norma agama, adanya sebagian remaja yang menganggap pacaran sebagai sesuatu yang lumrah, kurangnya pengetahuan agama dan etika dalam menghadapi masa-masa pubertas, banyak remaja yang melanggar aturan-aturan agama dalam pergaulan antar jenis, kurang selektifnya remaja dalam menerima informasi dari kemajuan IPTEK. Dari sinilah terjadi kemorosotan moral terhadap remaja.

48

Zakiah Daradzat, Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia,…, h.58-60

49

Zakiah Daradzat, Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia,…, h. 9

50


(38)

Dilihat dari kondisi pergaulan remaja yang ada maka hasil yang diharapkan yaitu pergaulan remaja yang sesuai dengan norma agama dan masyarakat sehingga memiliki batasan-batasan dalam pergaulan antar jenis agar tidak terjadi hal-hal yang negatif yang tidak diinginkan.

Masa remaja adalah masa pubertas banyak hal yang terjadi pada masa remaja dan banyak pula masalah yang dihadapi remaja yaitu banyak remaja yang masih menganggap pacaran sebagai sesuatu yang lumrah sehingga melanggar aturan-aturan agama.

Untuk memperbaiki moral anak remaja yang tidak sesuai dengan norma agama dan masyarakat, remaja harus diberikan pembinaan dan pendidikan agama (mengadakan pengajian-pengajian agama) antar remaja, adanya peningkatan pengawasan orang tua dan lingkungan (pemberian nasehat, teguran, dsb), diadakannya kegiatan remaja yang positif (olah raga, seni budaya dan agama), mengaktifkan kegiatan remaja mesjid dengan kegiatan-kegiatan keagamaan.


(39)

Diagram Kerangka Berpikir

Input Proses Out put

Feed Back (Umpan Balik)

Kondisi Pacaran Di Kalangan

Remaja

Adanya pergaulan pacaran remaja yang bertentangan dengan nilai-nilai norma agama.

Adanya sebagian remaja yang menganggap pacaran sebagai sesuatu yang lumrah

Kurangnya

pengetahuan agama dan etika dalam menghadapi masa-masa pubertas kurang selektifnya

remaja dalam menerima informasi dari kemajuan IPTEK

banyak remaja yang melanggar aturan-aturan agama dalam pergaulan antar jenis.

Masalah

Banyak remaja

yang masih

menganggap

pacaran sesuatu

yang lumrah,

sehingga

melanggar aturan-aturan agama.

Strategi

1. Pembinaan pendidikan agama (terbentuknya rohis di sekolah, di adakannya seni rohani, sholawat, MTQ, dsb). 2. Meningkatan

pengawasan orang tua dan lingkungan (pemberian nasehat teguran, melarang anak berdua-duaan, saling bertemu tanpa di damping mahramnya, dsb).

3. Kegiatan remaja yang positif (olah raga, seni budaya dan agama, dsb). 4. Mengaktifkan kegiatan remaja mesjid dengan kegiatan-kegiatan keagamaan.

Hasil yang Diharapkan

Pergaulan remaja yang sesuai dengan norma agama dan masyarakat

sehingga memiliki batasan-batasan

dalam pergaulan


(40)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metodelogi Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analitis dalam bentuk studi kepustakaan. Deskripsi kualitatif dilakukan melalui content analysis terhadap buku Jefri Al-Bukhari “Sekuntum Mawar Untuk

Remaja”. Penulis memilih buku tersebut karena lebih banyak membahas materi yang menjadi fokus penelitian skripsi ini.

Metode yang digunakan adalah analisis isi (content analysis) yakni tekhnik penelitian dalam bentuk pemaparan isi yang dinyatakan (manifest) secara objektif, sistematis, dengan mempertalikan pada makna kontekstual.51

B. Tekhnik Pengumpulan Data

Tekhnik utama dalam pengumpulan data primer ini adalah melalui kajian mendalam tentang nilai-nilai moral yang terdapat dalam buku Jefri Al-Bukhari

(Sekuntum Mawar Untuk Remaja)..

Sedangkan sumber data sekunder terdiri dari bahan-bahan informasi yang dihasilkan dari internet, buletin, berita dari media masa, dan jurnal laporan penelitian, dan melalui studi kepustakaan dan dokumentasi.

51

Afifuddin, Beni Ahmad Saebani, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung, CV. Pustaka Jaya: 2009), h. 177


(41)

Adapun tahapan untuk menggali data adalah melalui langkah-langkah sebagai berikut :

1. Dimulai dengan melihat judul dan daftar isi terlebih dahulu buku tersebut.

2. Membaca dan mengkaji materi dari daftar isi yang membahas topik-topik yang sesuai dengan judul penelitian.

3. Melakukan pengembangan analisis terhadap isu-isu atas aspek-aspek yang penting dari topic-topik yang dikaji.

4. Menarik kesimpulan dari artikel yang telah dibaca/dikaji.

C. Tekhnik Pengolahan Data dan Analisis Data

Pengolahan data dan analisis data akan dilakukan dengan merujuk kepada kerangka kerja yang dikemukakan oleh Afifudin: 52

1. Menarik kesimpulan setiap paragraph maupun setiap bab/pasal. Tujuan penulisan kesimpulan adalah untuk memberikan kesempatan dan informasi kepada para pembaca guna mengetahui secara cepat tentang apa hasil akhir yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan. 2. Mengorganisasi data. Cara ini dilakukan dengan membaca

berulang-ulang data yang ada sehingga peneliti dapat menemukan data yang sesuai dengan penelitiannya dan membuang data yang tidak sesuai.

3. Membuat kategori, menentukan tema dan pola. Mengelompokan data yang ada ke dalam suatu kategori dengan tema masing-masing sehingga pola keteraturan data terlihat secara jelas.

4. Mencari eksplanasi alternatif data, proses berikutnya ialah peneliti memberikan keterangan yang masuk akal pada data yang ada, dan menerangkan data tersebut dengan didasarkan pada hubungan logika makna yang terkandung dalam data tersebut.

52


(42)

Dari beberapa artikel yang terdapat dalam buku Jefri Al-Bukhari “Sekuntum

Mawar untuk Remaja” penulis kemudian menyimpulkan, mengorganisasikan, membuat kategori, dan mengeksplanasi data dari beberapa artikel yang berkaitan dengan topik yang dibahas.


(43)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

“SEKUNTUM MAWAR UNTUK REMAJA”

A. Biografi Ustadz Jefri al-Bukhari

.

Ustadz jefri atau biasa di panggil Uje Lahir di Budi Rahayu, 12 April 1973. Ust H. Jefri anak ke 3 dari 5 bersaudara yang ayahnya bernama Alm. H. Ismail Modal dan umminya bernama Ustz Dra. Hj. Tatu Mulyana. Ust Jefri memiliki kakak yang pertama Alm. Ust. H. Abdullah Riyad, kakak kedua Ust. H. Aswan Faisal, adik yang keempat H. Decky Fajar dan yang kelima Ustz Hj. Nona. Ust Jefri menikah dengan Pipik Dian Irawati pada 7 September 1999 dan mempunyai dua anak yang bernama Adiba Khanza Az-Zahra, Mohammad Abidzar Al-Ghifari, Ayla Azuhro dan Ataya Bilal Rizqullah.

Ketika masa kecilnya Uje sama seperti anak-anak kecil lainnya, diberikan anugerah Allah SWT kemudahan dalam mempelajari dan membaca Al-Quran. Hal ini berkat kerja keras dan bimbingan orang tuanya dalam mendidik anak-anak agar menjadi soleh dan solehah. Hal ini terbukti pada saat Uje duduk di bangku sekolah kelas 3-5 SD meraih prestasi MTQ (Musabaqah Tilawatil


(44)

Qur‟an) sampai tingkat provinsi Uje tamat SD, lalu bersama kedua kakaknya mengikuti Pesantren Modern di Daar el Qolam Gintung, Balaraja Tanggerang selama 4 tahun.

Uje mempunyai dua sisi kepribadiannya pada waktu dulu. Pertama, Uje pada masa sekolah mengikuti kegiatan rohis atau mengikuti pengajian, Kedua Uje terbawa arus dengan teman-teman pemakai narkoba. Pada tahun 1991 Uje pernah menjadi dancer di salah satu club. Setelah bertemu salah satu orang yang tak dikenal mengajak Uje untuk bermain sinteron dan akhirnya mendapatkan prestasi terbaik menjadi aktor dalam sinteron Sayap Patah di TVRI.

Hal yang menyadarkan Uje dari kehidupan semu, ketika Uje diajak umroh beserta ibunda juga bersama kakaknya untuk bertobat dan pada akhirnya

setelah bersandar di Ka‟bah dan membentur-benturkan kepalanya sampai Uje menangis, meminta ampun kepada Allah SWT supaya bisa di ampuni dosa-dosanya yang selama ini dilakukan. berawal dari usaha pertobatan, Uje sempat mendapatkan amanah dari kakak tertuanya alm. Ust. H. Abdullah Riyad, untuk melanjutkan dakwah kakaknya di Jakarta, karena alm Ust. H. Abdullah Riyad mendapatkan kepercayaan dari MUIS (Majlis Ugame Islam Singapura) untuk menjadi Imam besar di Masjid Haji Mohammad Soleh, bersebelahan dengan Maqam Habib Nuh Al Habsyi, Palmer Road, Singapura. Dari situlah Uje mulai berdakwah lewat majelis taklim, mushola, mesjid dan perlahan-lahan bisa seperti sekarang ini, dikenal oleh masyrakat banyak dikagumi oleh seluruh kalangan.

Bakat sebagai penceramah mengalir deras dari ibunya, Ustadzah Dra. Hj. Tatu Mulyana Ismail. Karenanya ustadz yang sempat mencicipi “nikmat semu” dunia narkoba ini mencurahkan sebagian besar waktunya untuk aktifitas dakwah, dalam beberapa tahun belakangan ini. Tidak hanya menyampaikan

ceramah bagi majlis ta‟lim, ia juga aktif menyampaikan materi dakwah


(1)

2. Komentar Terhadap Buku Jefri al-Bukhari “Sekuntum Mawar Untuk Remaja”

Setelah penulis menganalisis kedua buku di atas, penulis ingin memberikan sedikit komentar untuk buku yang di tulis Ustadz Jefri al-Bukhari baik dari segi kekurangan maupun kelebihan buku tersebut. Dari segi kelebihannya, buku tersebut telah banyak menjelaskan tentang pergaulan remaja yang bertentangan dengan norma agama, prilaku remaja yang dapat merusak bangsa dan agama, dampak-dampak negatif dan positif dalam pergaulan antar lawan jenis. Ketika penulis membaca buku tersebut, penulis dapat memahami baik buruknya pergaulan remaja zaman sekarang. Sehingga penulis sebagai calon guru agama terinspirasi ingin meningkatkan pendidikan moral yang ada di Negara kita ini, agar remaja tidak terjerumus kedalam hal-hal negatif. Dari segi kekurangannya, buku tersebut kurang menjelaskan dari segi hukum fiqh, pacaran yang bagaimana yang di bolehkan ajarakan Islam.

Selain itu buku “Sekuntum Mawar Untuk Remaja” yang di tulis oleh Jefri al-Bukhari tidak memberikan uraian tentang bagaimana menangani masalah remaja yang terlibat dalam pacaran, tindakan atau strategi preventif bagi remaja awal agar tidak mudah melakukan pacaran yang melanggar norma agama.

Sebagai solusi untuk melengkapi buku “Sekuntum mawar Uhtuk remaja” yang di tulis oleh Jefri al-Bukhari, penulis menyampaikan beberapa tipe pergaulan anatar lawan jenis, di antaranya :

1. jangan melihat pasangan dari luarnya saja, tetapi harus melihat dari dalam hati juga, apakah dia baik atau tidak, dan apakah dia setia atau tidak. Karena seseorang tidak bisa di lihat dari luarnya saja.

2. Sebelum remaja menjalin hubungan “pacaran” sebaiknya remaja

menjadi teman atau sahabat terlebih dahulu, agar remaja bisa lebih kenal pasangannya.

3. Mengenal identitas pasangan, apakah dia masih single (belum punya pacar) atau bahkan dia sudah berumah tangga.


(2)

4. Jika sudah cocok sebaiknya cepat mengkhitbah kemudian menikah, agar tidak terjadi hal-hal negatif. Karena khitbah merupakan ajaran yang dianjurkanIslam.

D. Analisis Data Tentang Dampak Pacaran terhadap Moralitas

Dalam pengumpulan data mengenai dampak pacaran terhadap moraliatas remaja, penulis melakukan dengan tekhnik membaca beberapa buku yang berkaitan dengan moralitas remaja. Kemudian hasil membaca tersebut penulis analisis, sehingga penulis mendapatkan hasil bahwa moralitas remaja yang ada di Negara ini sudah banyak yang rusak akibat dari melakukan pacaran. Pemerintah, alim ulama, para pendidik, dan orang tua sudah banyak kecolongan oleh remaja yang melakukan hal-hal negatif seperti melakukan seks bebas di luar nikah. Banyak sekali remaja yang sudah melakukan hal tersebut tanpa sepengetahuan orang lain.

Hal tersebut terjadi karena kurang tertanamnya ajaran agama pada diri remaja, remaja tidak berpikir panjang untuk masa depannya nanti, Pendidikan moral (akhlak) tidak terlaksana menurut mestinya, baik di rumah tangga, sekolah maupun masyarakat, suasana rumah tangga yang kurang baik, diperkenalkannya secara populer obat-obat dan alat-alat anti hamil. Hal seperti inilah yang dapat merusak norma agama dan bangsa.

Komentar penulis mengenai buku “Sekuntum Mawar Untuk Remaja” yang di tulis oleh Jefri al-Bukhari, dari sudut ilmiah buku ini kurang ilmiah hanya pendapat pribadi yang tidak di dukung dengan data, dari segi akurasi data buku “Sekuntum Mawar Untuk Remaja” yang di tulis Jefri pendapat dari orang lain dia hanya mengemukakan pendapat pribadi baik dari segi agama maupun pergaulan sosial remaja.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah penulis lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Model pacaran remaja zaman sekarang telah banyak merusak norma agama, seperti telah melakukan pelukan, ciuman, bahkan seks bebas di luar nikah.

2. Banyak sekali dampak pacaran dikalangan remaja kita sedang melakukan pacaran, hamil di luar nikah, sering melakukan seks bebas di luar nikah.

3. Orang tua harus lebih mengawasi anak dengan cara memberikan pendidkan tambahan kepada anak, agar anak menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya.

4. Para pendidik harus dapat meberikan pembinaan dan pengawasan di lingkunga sekolah dengan cara mengadakan kegiatan-kegiatan yang positif agar remaja bisa menggunakan waktuynya sebaik mungkin. 5. banyak sekali remaja yang telah mempertontonkan gaya pacaran dengan


(4)

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat diketahui bahwa telah terjadi kemerosotan moral dikalangan remaja Indonesia akibat melakukan pacaran antara laki-laki dan perempuan. Oleh karena itu ada beberapa saran yang dapat penulis sampaikan agar remaja Indonesia tidak terjerumus kepada hal-hal yang negatif, diantaranya :

1. Orang tua harus lebih mengawasi anak ketika mereka sedang berpacaran, dan juga memberikan nasehat yang baik kepada anak, agar anak tidak melakukan hal-hal negatif.

2. Pihak sekolah sebagai pendidik harus lebih tegas dalam mendidik anak remaja. Pihak sekolah harus bisa mengontrol remaja yang sedang berpacaran, dan memberikan hukuman kepada remaja yang melakukan hal-hal negatif di lingkungan sekolah.

3. Para tokoh masyarakat dapat membentuk kegiatan-kegiatan yang bernilai Islami seperti diadakannya kegiatan-kegiatan rohani (lomba adzan, kalinggrafi, sholawat, nasyid, dsb).

4. Sosialisakan bahaya HIV Aids kepada remajaagar remaja dapat menghindarinya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abbas Sudirman, Ahmad, ProblematikaPernikahan dan Solusinya, Wakaf Dana Alumni, PT. PrimaHeza Lestari, 2006, cet.1

Al-Bukhori, Jefri, Sekuntum Mawar untuk Remaja, Pustaka Al-Mawardi, Jakarta, 2008

Afifuddin, Beni Ahmad Saebani, Metodelogi Penelitian Kualitatif, CV. Pustaka Jaya, Bandung, 2009

Al-Ghifari, Abu, Pacaran yang Islami Adakah?, Mujahid, Bandung, 2005

Al-Mukaffi, Abdurrahman, Pacaran Dalam Kaca Mata Islam, Media Da‟wah, Jakarta, 1999

Ali Daud, Muhammad, Pendidikan Agama Islam, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, edisi ke-6

Amini, Ibrahim, Agar Tak Salah Mendidik, Al-Huda , Jakarta, 2006

Ardani, Moh, Akhlak Tasawuf “ Nilai-nilai Akhlak/ Budi Pekerti dalam Ibadah dan Tasawuf, CV. Karya Mulia, Jakarta, 2005, edisi. 2

Arifin H.M., Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum, Bumi Aksara Jakarta, 1995

AR Zahrudin, Pengantar Studi Akhlak, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004

Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, CV Penerbit. Diponegoro, Bandung

Darajat, Zakiah, Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia, Bulan Bintang, Jakarta, 1977

______________, Peranan Agama Dalam Kesehatan Mental, CV. Haji Masa Agung, Jakarta 1994, cet.12

______________, Ilmu Jiwa Agama, Bulan Bintang, Jakarta, 2005

______________, Puasa Meningkatkan Kesehatan Mental, CV Ruhama, Jakarta 1996


(6)

Harahap, Syahri, Penegakan Moral Akademik di Dalam dan di Luar Kampus, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005

Hidayati Narendrany, Heny dan Yudiantoro Andri, Psikologi Agama, Citra Grafika Desain, Jakarta, 2007

Ibrahim, Sayyid, Majadi penerjemah Miqda Turkan, 50 Nasihat Rosulullah untuk Kaum Wanita, Mizan, Bandung, 1999, cet 1

Echols, M John dan Shadily Hasan, Kamus Inggris Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1976

Ghazaly Rahman, Fiqh Munakahat, Kencana, Jakarta, 2006, Cet ke-2

Mujib Abdul, Risalah Cinta, Raja Grafindo Persada Jakarta, 2004

Murni Ruspita Sri, Kiat Sukses Menjadi Bintang, Amorbook, Yogyakarta, 2004

Majid, Abdul, Nuansa-nuansa Psikologi Islam, PT.Raja Grafindo Persada, 2002, Jakarta, cet ke-2

Nata, Abuddin, Akhlak Tasawuf, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, cet.5

Sururin, Ilmu Jiwa Agama, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004

Sujanto, Agus, Psikologi Perkembangan, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 1996

Samil, Ali H, Panduan Praktis Bagi Orang Tua Mendampingi Remaja Meraih Sukses, Pustaka Populer Obor, Jakarta, 2000