BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu - VERIFIKASI ARAH KIBLAT MASJID DI DESA PADAMARA KECAMATAN PADAMARA KABUPATEN PURBALINGGA - repository perpustakaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Masalah tentang arah kiblat sampai saat ini belum kunjung selesai,

  banyak penelitian yang mengkaji tentang arah kiblat. Memang pada dasarnya arah kiblat menarik untuk diteliti karena mempunyai manfaat yang sangat penting bagi umat muslim di seluruh dunia, khususnya dalam hal ibadah. Ketika arah kiblat suatu masjid itu benar maka kegiatan ibadah pun akan sesuai syariat, untuk mendekatkan diri pada Allah SWT.Penelitian tentang arah kiblat yang sudah diteliti antara lain: 1.

  Skripsi Nur Hasbi (STAIN Purwokerto 2009), dengan judul “Verifikasi Arah Kiblat Masjid Di Kecamatan Baturaden Kabupaten Banyumas”, dengan menggunakan GPS, kompas dan teori segitiga bola. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa arah kiblat merupakan syarat syahnya shalat. Dalam skripsi Nur Hasbi ada batasan toleransi untuk menghadap kiblatbatas wilayah Tanah Haram melintang ke utara paling jauh dari ka'bah adalah miqat Dzulhulaifah dan batas wilayah Tanah Haram melintang ke selatan paling jauh dari ka'bah adalah miqat Yulamlam.Dengan demikian kedua wilayah miqat tersebut merupakan sudut toleransi arah kiblat bagi penduduk Indonesia . Dari objek yang diteliti mereka menerima hasilnya dengan baik, tetapi sebagian besar masjid tidak ingin merubah shaf shalatnya untuk menghadap kearah kiblat.

2. Skripsi Dyah Ayu Indrasari(UMP Purwokerto 2012), dengan judul

  “Kesesuaian Arah Kiblat Antara Hasil Perhitungan Dengan Rumus Segitiga Bola, Qibla Locator, Dan Hasil Pengukuran Dengan Theodolit Di Kecamatan Purwokerto Utara”. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dari 6 masjid di Kecamatan Purwokerto Utara yang digunakan sebagai tempat penelitian, sebagian besar arah kiblat masjid belum bersesuaian dengan arah kiblat masjid yang diperoleh dari hasil penelitian.

  Berdasarkan hasil pengukuran arah kiblat yang telah dilakukan pada beberapa masjid jami’ di Kecamatan Purwokerto Utara, diketahui bahwa besar arah kiblat masjid yang sekarang digunakan oleh jamaah, berkisar antara 265° - 296° jika diukur dari arah utara sejati. Sedangkan besar arah kiblat yang diperoleh dari hasil perhitungan segitiga bola adalah 294° 44' serta besar arah kiblat yang diperoleh dari hasil akses qiblalocator dan hasil pengukuran theodolit adalah 294° 53'.

  Dalam masalah ini penelitian Dyah Ayu Indrasari, hasilnya hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Nur Hasbi yaitu tidak semua takmir menerima dengan hasil pengukuran dan penghitungan arah kiblat yang tepat.

  Dari penelitian di atas mempunyai kesamaan dari segi masalah dalam penelitian yaitu arah kiblat dengan menerapkan metode yang berbeda. Namun peneliti akan memfokuskan terhadap metode penghitungan dan pengukuran arah kiblat masjid yang lebih mudah dan dapat diduplikasi oleh masyarakat sekitar. Dengan menggunakan alat bantu GPS, qibla locator dan alat ukur theodolituntuk mengukur arah kiblat masjid langsung ke arah ka’bah. Pada proses menentukan arah kiblat peneliti tidak menggunakan rumus, hanya dengan menggunakan cara alternatif yang lebih praktis untuk mengetahui arah kiblat suatu masjid.

B. Sejarah Arah Kiblat

  Ka’bah adalah bangunan suci kaum muslimin yang terletak di kota Mekkah di dalam Masjidil Haram. Ia merupakan bangunan yang dijadikan sentral arah dalam peribadatan umat Islam yakni shalat dan wajib dikunjungi pada saat pelaksanaan haji dan umrah. Bangunan berbentuk kubus ini berukuran 12 x 10 x 15 meter. Ka’bah menurut bahasa adalah Bait al-Haramdi Mekkah, al-ghurfatu (kamar), kullu murabbain (setiap bangunan yang berbentuk persegi empat. Ka’bah disebut juga dengan Baitullah, Baitul Haram dan Baitul Atiq atau rumah tua yang dibangun kembali oleh nabi Ibrahim dan puteranya nabi Isma’il atas perintah Allah SWT.(Maskufa 2009:129).

  Susiknan Azhari (2007: 41), menerangkan Ka’bah merupakan kiblat dan pusat kaum muslimin merupakan bangunan suci yang terletak di kota Mekkah. Dalam dictonary of Islam dijelaskan bahwa Ka’bah (Baitul Makmur) pertama kali dibangun dua ribu tahun sebelum penciptaan dunia.

  Nabi Adam AS dianggap sebagai peletak dasar bangunan Ka’bah di bumi.

  Batu-batu yang dijadikan bangunan Ka’bah saat itu diambil dari lima sacred

  

mountains, yakni : Sinai, al-Judi, Hira, Olivet, dan Libanon. Setelah Adam AS

  wafat, bangunan itu diangkat ke langit. Lokasi itu dari masa ke masa diagungkan dan disucikan oleh umat para nabi.

  Sedangkan Moh.Murtadho (2008: 134) menjelaskan Ka’bah sebagai tempat peribadatan yang paling terkenal dalam Islam, biasa disebut dengan Baitullah.

  Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Ka’bah merupakan kiblat umat Islam dan bangunan suci yang terletak di kota Mekkah di dalam Masjidil Haram, sebagai tempat peribadatan yang paling terkenal dalam Islam, yang biasa disebut dengan Baitullah. Bangunan Ka’bahberbentuk kubus yang memiliki ukuran 12 x 10 x 15 meter.Batu-batu yang dijadikan bangunan Ka’bah saat itu diambil dari lima sacred mountains, yakni : Sinai, al-Judi, Hira, Olivet, dan Libanon

  Dalam pembangunan rumah ibadah nabi Ismail as menerima Hajar Aswad (batu hitam) dari malaikat Jibril di jabal Qubais, lalu meletakkannya di sudut tenggara bangunan. Bangunan itu berbentuk kubus yang dalam bahasa Arab disebut muka’ab. Dari kata inilah muncul sebutan Ka’bah. Ketika itu Ka’bah belum berdaun pintu dan belum ditutupi kain. Orang pertama yang membuat daun pintu Ka’bah dan menutupinya dengan kain adalah raja Tubba’ dari Dinasti Himyar (pra Islam) di Najran (daerah Yaman). (Murtadho 2008:135-136)

  Sampai saat ini Hajar Aswad di agungkan oleh umat muslim dan mereka menciumnya ketika melaksanakan ibadah haji karena merupakan sunah yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Warna hitam kelam bagi sebagian ulama berpendapat bahwa warna tersebut ternoda dengan dosanya umat Islam, yang sebelumnya Hajar Aswad memiliki sinar yang sangat terang.

  Pada masa masih di Mekkah atau sebelum hijrah ke Madinah Nabi Muhammad SAW. dan kaum muslimin dalam shalatnya menghadap ke Baitullah. Setelah Hijrah ke Madinah kiblat dipindahkan ke arah Bait al- Maqdis di Yerusalem. Perpindahan arah kiblat ini dengan tujuan agar kaum Yahudi Bani Israil bisa tertarik kepada ajaran Nabi Muhammad akan tetapi yang terjadi justru sebaliknya. (Maskufa 2009: 131)

  Perubahan arah kiblat dari Bait al-Maqdis di Yerusalem ke Ka’bah di Mekkah terjadi pada tahun ke 2 H, setelah nabi Muhammad SAW. melihat kenyataan bahwa perubahan kiblat ke arah Bait al-Maqdisdalam rangka menarik hati bani Israil yakni agar dengan kesamaan kiblat itu mereka bersedia mengikuti ajaran Islam kerena Bait al-Maqdis dibangun oleh Nabi Sulaeman AS. leluhur Bani Israil yang sangat mereka kagumi selama setahun setengah lebih Nabi Muhammad SAW. dan kaum muslimin mengarahkan kiblatnya ke Bait al-Maqdis akan tetapi orang-orang Yahudi tetap dalam agamanya bahkan bersikap memusuhi Nabi Muhammad SAW dan kaum muslimin. Sehingga terbetik dalam hati Nabi SAW. keinginan untuk kembali mengarah ke Ka’bah kerena Ka’bah Baitullah adalah rumah peribadatan pertama yang dibangun oleh manusia jauh sebelum dibangunnya Bait al- Maqdis. (M. Quraish Shihab 2002: 344).

  Pemindahan kiblat dari Baitul Maqdis ke Masjidil Haram mengakibatkan keributan dan menimbulkan berbagai macam komentar, baik dari orang Islam yang lemah imannya, maupun dari orang diluar Islam. Mereka mengatakan bahwa Muhammad berfikir kurang matang, sebentar menghadap kesana sebentar menghadap kemari. Ada pula yang mengatakan bahwa Muhammad kembali keajaran nenek moyangnya sebab di sekitar Baitullah pada saat itu masih banyak terdapat barhala. Bahkan ada orang yang baru masuk Islam dan belum kuat imanya kembali menjadi kafir.

  Pada awal tahun gajah, Abrahah Alasyram penguasa Yaman yang berasal dari Habsyah atau Ethiopia, membangun gereja besar di Sana’a dan bertujuan untuk menghancurkan Ka’bah, memindahkan Hajar Asswad ke Sana’a agar mengikat bangsa Arab untuk melakukan Haji ke Sana’a. Abrahah kemudian mengeluarkan perintah ekspedisi penyerangan terhadap Mekkah, dipimpin olehnya dengan pasukan gajah untuk menghancurkan Ka’bah. Beberapa suku Arab menghadang pasukan Abrahah, tetapi pasukan gajah tidak dapat dikalahkan.

  .

  Al-Qur’an menginformasikan bahwa Abrahah pernah bermaksud menghancurkan Ka’bah di Mekkah dengan pasukan gajah. Namun, pasukannya itu lebih dahulu dihancurkan oleh tentara burung yang melempari mereka dengan batu dari tanah berapi sehingga mereka menjadi sepeti daun yang dimakan ulat yang diterangkan dalam QS.al-Fil.

  Ka’bah sebagai bangunan pusaka purbakala semakin rapuh dimakan waktu, sehingga banyak bagian-bagian temboknya yang retak dan bengkok. Beberapa tahun sebelum bi’sah, Mekkah dilanda banjir hingga menggenangi Ka’bah sedemikian rupa sehingga meretakkan dinding-dinding Ka’bah yang memang sudah rusak. Pada saat itu orang Quraisy berpendapat perlu diadakan renovasi bangunan Ka’bah untuk memelihara kedudukannya sebagai tempat suci. (Susiknan Azhari 2007: 42).

  Ketika sampai ke tahap peletakan Hajar Aswad, mereka berselisih tentang siapa yang akan meletakkannya. Kemudian pilihan mereka jatuh ke tangan seseorang yang dikenal sebagai al-Amin (yang jujur dan terpercaya), yaitu Muhammad bin Abdullah (yang kemudian menjadi Rasulullah SAW). setelah penaklukan kota Mekkah (fath Mekkah), pemeliharaan Ka’bah dipegang oleh kaum muslimin. Dan berhala-berhala sebagai lambang kemusyrikan yang terdapat disekitarnya dihancurkan oleh kaum muslimin. (Murtadho 2008: 138).

C. Pengertian Arah Kiblat

  Kata kiblat yang berasal dari bahasa Arab, diambil dari kata yang berarti muwajahah, artinya menghadap.Sehingga kata qiblah

  muqabalah

  sendiri artinya hadapan, yaitu suatu keadaan (tempat) dimana orang-orang pada menghadap kepadanya.Secara harfiah, qiblat berarti al-Jihah yakni arah atau disebut syathrah.

  Menurut Mochtar Effendy dalam buku Moh. Murtadho (2008: 125) mengartikan bahwa arah kiblat sebagai arah shalat, arah Ka’bah di kota Mekkah.

  Pada hakikatnya, kiblat yang bermakna arah dan tempat, makna tersebut ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan.Sehingga jika menyebut kata kiblat pasti kedua makna tersebut sudah terkandung di dalamnya.

  Masalah kiblat tiada lain adalah masalah arah, yakni arah Ka’bah di Mekkah. Arah Ka’bah ini dapat ditentukan dari setiap titik atau tempat di permukaan bumi dengan melakukan perhitungan dan pengukuran. Oleh sebab itu, perhitungan arah kiblat pada dasarnya adalah perhitungan untuk mengetahui guna menetapkan ke arah mana Ka’bah di Mekkah itu dilihat dari sudut tempat di permukaan bumi ini, sehingga semua gerakan orang yang sedang melaksanakan ibadah shalat, baik ketika berdiri, ruku’, maupun sujudnya selalu berimpit dengan arah yang menuju Ka’bah.

  Dalam buku Pedoman Hisab Muhammadiyah (2009: 26) arah kiblat adalah arah yang ditunjukkan oleh busur lingkaran besar pada permukaan bumi yang menghubungkan tempat shalat dengan Ka’bah. Sedangkan menurut Moh. Murtadho (2008: 126) definisi arah kiblat antara lain:

1. Suatu arah yang wajib dituju oleh umat Islam ketika melakukan ibadah shalat dan ibadah-ibadah yang lain.

  2. Arah kiblat adalah arah Ka’bah atau wujud Ka’bah, maka orang yang berada didekat Ka’bah tidak sah shalatnya kecuali menghadap wujud Ka’bah (ain al-Ka’bah), dan oarang yang jauh dari Ka’bah (tidak melihat) maka baginya wajib berijtihad untuk menghadap kiblat (ke arah/jurusan Ka’bah).

  Dalam bukunya Muhyiddin Khazin (2004:50), mengartikan arah kiblat sebagai jarak terdekat sepanjang lingkaran besar yang melewati kota Mekkah (Ka’bah) dengan tempat kota yang bersangkutan.

  Dari berbagai definisi di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa arah kiblat adalah arah terdekat dari sepanjang lingkaran besar yang melawati kota Mekah (Ka’bah) yang wajib dituju oleh umat Islam ketika melakukan ibadah shalat dan ibadah-ibadah yang lain.

D. Dasar Hukum Arah Kiblat 1. Dasar Hukum Dari Al-Qur’an

  Dasar diperintahkannya shalat menghadap kiblat adalah bersumber pada firman Allah SWT, dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 144, 149 dan 150.

     

     

    

  Artinya: sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, Maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai.

  Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu berada, Palingkanlah mukamu ke arahnya. dan Sesungguhnya orang- orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.(Q.S. al-Baqarah: 144).

     

     

     

  

   

  Artinya: dan dari mana saja kamu keluar (datang), Maka Palingkanlah

  

wajahmu ke arah Masjidil haram, Sesungguhnya ketentuan itu benar-

benar sesuatu yang hak dari Tuhanmu. dan Allah sekali-kali tidak lengah

dari apa yang kamu kerjakan.

Dan dari mana saja kamu (keluar), Maka Palingkanlah wajahmu ke arah

Masjidil Haram. dan dimana saja kamu (sekalian) berada, Maka

Palingkanlah wajahmu ke arahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia

atas kamu, kecuali orang-orang yang zalim diantara mereka. Maka

janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku (saja). dan

agar Ku-sempurnakan nikmat-Ku atasmu, dan supaya kamu mendapat petunjuk. (Q.S. al-Baqarah: 149-150).

  Berkaitan dengan kewajiban menghadap kiblat yang terilhami dari perintah agama, maka ilmu pengetahuan berupaya untuk menyelaraskan apa yang dimaui oleh nash itu dengan melihat fenomena alam dalam hal ini adalah keadaan bumi yang relatif bulat. Implikasinya adalah ke manapun muka seseorang dihadapkan akan bertemu juga dengan Ka’bah.

  Para ahli astronomi menggunakan arah dalam pengertian jarak terdekat dari suatu tempat ke Mekkah, yang diukur melalui lingkaran besar. Maka, menurut Hasbi Ash-Shiddieqy, setelah menafsirkan kiblat pada ayat 144 QS.al-Baqarah dengan arah kiblat. Kaum muslimin harus mengetahui posisi Baitul Haram dengan cara mempelajari ilmu bumi dan ilmu falak. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang ilmu falak atau astronomi maka menentukan arah kiblat bagi suatu tempat di muka bumi bukan merupakan sesuatu yang sulit dilakukan. (Maskufa,2009:129).

2. Dasar Hukum Menurut Hadist

  Dalam wacana fiqh, menghadap kiblat merupakan syarat sahnya shalat. Kecuali pada dua keadaan: pertama pada keadaan yang sangat takut, dan kedua shalat sunah di atas kendaraan dalam suatu perjalanan. Hal ini didasarkan pada al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 239, dan juga hadits riwayat Bukhari dari Jabir bin Abdillah:

  ﺄِﻬﻠﻟاِﺪْﺒَﻌَـﻨْـﺑِﺮِﺒَﺠﱠﻧَﺎِﻨَﻤْﺣﱠﺮﻟاِﺪْﺒَﻌِﻨْﺑِﺪﱠﻤَﺤُﻤﻨَﻌﻴْﺤَﻴﻨَﻌُـﻧﺎَﺒْﻴَﺷﺎَﻨَـﺛﱠﺪَﺤَﻟﺎَﻘِﻤْﻴَﻌُـﻧْﻮُـﺑَأﺎَﻨَـﺛﱠﺪَﺣ ِﺔَﻠْـﺒَﻘْﻟاِﺮْﻴَﻐﻴِﻔٌﺒِﻛاَرَﻮُﻫَﻮَﻋﱡﻮَﻄﱠﺘﻟﺎﯩﱢﻠَﺼُﻴَـﻧﺎَﻜَﻤﱠﻠَﺳَﻮِﻬْﻴَﻠَﻌُﻬﻠﻟﺎﯩﱠﻠَﺼﱠﻴِﺒﱠﻨﻟﺎﱠﻧَﺎُﻫَﺮَـﺒْﺧ ( ) ىرﺎﺨﺒﻟﺎﻫاور

  Artinya: <=> Abu Nu’aim <=> Syaiban <=> Yahya <=> Muhammad

  

bin Abdur-Rahman: S esungguhnya Jabirbin Abdillah menceritakan

padanya “Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW shalat sunnah, dan

beliau sedang naik kendaraan yang tidak menghadap kiblat”. (H.R.

  Bukhari). Selain itu, ada juga hadits HR. Baihaqi dari Abu Hurairah R.A. seperti di bawah ini :

   ِﻞْﻫَﻷ ٌﺔَﻠْـﺒِﻗ ُماَﺮَﺤْﻟاَو،ِماَﺮَﺤْﻟا ِﻞْﻫَﻷ ٌﺔَﻠْـﺒِﻗ ُﺪِﺠْﺴَﻤْﻟاَو ،ِﺪِﺠْﺴَﻤْﻟا ِﻞْﻫَﻷ ٌﺔَﻠْـﺒِﻗ ُﺖْﻴَـﺒﻟا ﻰِﺘﱠﻣُأ ْﻦِﻣ ﺎَﻬِﺑِرﺎَﻐَﻣَو ﺎَﻬِﻗِرﺎَﺸَﻣ ﻲِﻓ ِضْرَﻷا ( ةﺮﻳﺮﻫ ﻮﺑا ﻦﻋ ﻰﻘﻬﻴﺒﻟا ﻩاور) Artinya:”Baitullah adalah kiblat bagi orang-orang di Masjidil Haram.

  

Masjidil Haram adalah kiblat bagi penduduk tanah haram (Mekah), dan

Tanah Haram adalahkiblat bagi semua umatku di muka bumi, baik di

  (HR Baihaqi dari Abu Hurairah R.A.).

  Barat maupun di Timur.”

  

َنﺎَﻛ ُلْﻮُﻘَـﻳ ﱠيِﺪَﻋﺎﱠﺴﻟا ٍﺪْﻴَﻤُﺣﺎَﺑَا ُﺖْﻌِﻤَﺳ َلﺎَﻗٍءﺎَﻄَﻋ ِﻦْﺑوِﺮْﻤَﻋ ُﻦْﺑُﺪﱠﻤَﺤُﻣﺎَﻨَـﺛﱠﺪَﺣ

ِﻪْﻳَﺪَﻳ َﻊَﻓَرَوَﺔَﻠْـﺒِﻘﻟْا َﻞَﺒْﻘَـﺘْﺳا ِة َﻼﱠﺼﻟا ﻰَﻟِا َم ﺎَﻗاَذَا َﻢﱠﻠَﺳَو ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﷲا ﻰﱠﻠَﺻ ِﷲا ُلْﻮُﺳَر .( ﻪﺟﺎﻣ ﻦﺑا ﻩور) . ُﺮَـﺒْﻛَا ُﷲا َلﺎَﻗَو

  Arinya : Muhammad bin ‘Amr Ibn ‘Ata’, ia berkata : Saya mendengar

  

Abu Humaid as-Sa’idi berkata bahwa jika Rasulullah saw. akan

mendirikan shalat, beliau menghadap kiblat, mengangkat tangan, lalu

mengucapkan Allah Akbar. (H.R. Ibnu Majah).

  ﻰَﻟِا َﺖْﻤُﻗاَذِا َلﺎَﻗ ِﷲا َلْﻮُﺳَر ﱠنَا ... ُﻪْﻨَﻋ ُﷲا َﻰِﺿَرَةَﺮْـﻳَﺮُﻫ ْﻲِﺑَا ْﻦَﻋ ( ﻢﻠﺴﻣو ىرﺎﺨﺑ ﻩور) ... ْﺮﱢـﺒَﻜَﻓ َﺔَﻠْـﺒِﻘﻟْا ِﻞِﺒْﻘَـﺘْﺳا ﱠﻢُﺛَءْﻮُﺿُﻮﻟْا ِﺦِﺒْﺳَﺎَﻓِةَﻼﱠﺼﻟا

  Artinya : Dari Abu Hurairah r.a. ... Bahwasannya Rasulullah saw

  

bersabda apabila kamu hendak shalat maka sempurnakan wudu kemudian

menghadap kiblat lalu takbir... (H.R. al-Bukhari dan Muslim).

  Ahmad Musonnif (2011: 84-85), menerangkan bahwa ketika perintah menghadap kiblat turun, nabi berada di kota Madinah yang menurut posisi geografisnya berada di sebelah utara kota Mekkah. Sehingga nabi harus menghadap kearah selatan. Dalam hal ini belum dikenal sistem koordinat geografis yang akurat, maka Nabi memberi petunjuk bahwa arah kiblat itu antara timur dan barat. Tetapi kalau memungkinkan untuk mengusakannya, maka seharusnya berusaha untuk lebih bersungguh-sungguh mencari arah kiblat yang sebenarnya.

  Para ulama sepakat bahwa bagi orang-orang yang melihat Ka’bah wajib menghadap ‘ain ka’bah dengan penuh keyakinan. Sementara itu, bagi mereka yang tidak bisa melihat ka’bah maka para ulama berbeda pendapat. Pertama, jumhur ulama selain Syafi’iyah berpendapat cukup dengan menghadap jihah ka’bah. Kedua, Syaifi’iyah berpendapat bahwa diwajibkan bagi yang jauh dari Mekkah untuk mengenai ‘ain ka’bah yakni wajib menghadap ka’bah sebagaimana yang diwajibkan pada orang-orang yang menyaksikan ‘ain Ka’bah.(Maskufa, 2009:128).

  Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwaKa’bah merupakan kiblat bagi orang-orang muslim di seluruh dunia, menghadap kiblat merupakan salah satu syarat syahnya shalat. Ketika dalam keadaan tidak mengetahui arah, sedang naik kendaraan, berperang dan menghadapi bencana alam diperbolehkan tidak menghadap kiblat karena dalam keadaan seperti itu tidaklah mungkin seseorang mengetahui arah kiblat yang pasti.

E. Hisab Arah Kiblat

  Hisab arah kiblat adalah perhitungan untuk mengetahui jarak yang terpendek antara suatu tempat dengan Ka’bah, yaitu suatu arah yang wajib dituju oleh umat Islam ketika melakukan shalat. (Maskufa 2009:125).

  Persoalan kiblat adalah persoalan azimut, yaitu jarak dari titik utara ke lingkaran vertikal melalui benda langit atau melalui suatu tempat diukur sepanjang lingkaran horison menurut arah perputaran jarum jam. Dengan demikian, persoalan arah kiblat erat kaitannya dengan letak geografis suatu tempat, yakni berapa derajat jarak suatu tempat dari khatulistiwa yang lebih dikenal dengan istilah lintang( ) dan beberapa derajat letak suatu tempat dari

  φ garis bujur ( λ ) kota Mekkah. (Jamil 2009: 109). Dalam menyoroti permasalahan hisab arah kiblat setiap muslim hendaknya memahami secara komprehensif. Artinya tidak tepaku pada orang- orang dahulu kala. Karena seorang muslim diperintahkan oleh al-Qur’an untuk mempergunakan akal pikirannya dan meluruskan anggapan-anggapan yang salah terhadap permasalahan arah kiblat, hanya mengikuti orang-orang tua dan nenek moyang tanpa memperhatikan apa yang sebenarnya mereka lakukan.

  Dalam hubungannya dengan penentuan arah kiblat, mengingat arah kiblat ini berkaitan dengan lintang dan bujur Mekkah, maka untuk keseragaman digunakan pedoman Keputusan Badan Hisab dan Rukyat o Departemen RI, yang menetapkan lintang kota mekkah 21 25 utara dan o bujurnya adalah 39

  50 ′ timur. (Jamil 2009:109). Secara historis cara penentuan arah kiblat di Indonesia mengalami perkembangan sesuai dengan kualitas dan kapasitas intelektual dikalangan kaum muslimin. Perkembangan penentuan arah kiblat ini dapat dilihat dari perubahan besar di masa KH. Ahmad Dahlan. (Susiknan Azhari 2007:44).

  Mementukan arah kiblat (arah Ka’bah) ada beberapa metode yang sebenarnya bisa digunakan, diantaranya dengan menggunakan alat bantu GPS dan qibla locator: 1.

   GPS GPS (Global Positioning System) adalah sistem satelit

  navigasi dan penentuan posisi yang dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat.Sistem ini didesain untuk memberikan posisi dan kecepatan tiga- dimensi serta informasi mengenai waktu, secara kontinyu di seluruh dunia tanpa bergantung waktu dan cuaca, bagi banyak orang secara simultan.Saat ini GPS sudah banyak digunakan orang di seluruh dunia dalam berbagai bidang aplikasi yang menuntut informasi tentang posisi, kecepatan, percepatan ataupun waktu yang teliti.GPS dapat memberikan informasi posisi dengan ketelitian bervariasi dari beberapa millimeter (orde nol) sampai dengan puluhan meter.

  Beberapa kemampuan GPS antara lain dapat memberikan informasi tentang posisi, kecepatan, dan waktu secara cepat, akurat, murah, dimana saja di bumi ini tanpa tergantung cuaca. Hal yang perlu dicatat bahwa GPS adalah satu-satunya sistem navigasi ataupun sistem penentuan posisi dalam beberapa abad ini yang memiliki kemampuan handal seperti itu. Ketelitian dari GPS dapat mencapai beberapa mm untuk ketelitian posisinya, beberapa cm/s untuk ketelitian kecepatannya dan beberapa nanodetik untuk ketelitian waktunya. Ketelitian posisi yang diperoleh akan tergantung pada beberapa faktor yaitu metode penentuan posisi, geometri satelit, tingkat ketelitian data, dan metode pengolahan datanya.i akses 10 Mei 2013). Menentukan arah kiblat masjid dengan bantuan GPS bisa dilakukan dengan cara seperti di bawah ini : a.

  Tentukan masjid yang akan di ukur arah kiblatnya. b.

  Hidupkan GPS dengan menekan tombol light, tunggu beberapa saat GPS akan siap digunakan.

  c.

  Cari menu “Mark Waypoint” lalu tekan tombol enter.

  d. ° 22 ′ 57.52 ″ dan E. 109 ° 19 ′ 16.23 ″ , S Catat data location misalnya S. 07 merupakan lintang tempat dan E merupakan bujur tempat.

  e. ° 22 ′ 57.52 ″ dan E. 109 ° 19 ′ 16.23 ″ ke Hisab Masukan data S. 07

  Muhammadiyah setelah itu hitung maka akan muncul hasil azimuth kiblat dari masjid tersebut.

2. Qibla Locator

  Qibla Locator adalah aplikasi yang termuat dalam situs web

  Berfungsi sebagai alat untuk mengetahui posisi tempat yang akan diukur dan dihitung arah kiblat dari suatu tempat menuju Ka’bah.

  Memang ada beberapa cara untuk menemukan arah kiblat yang tepat dan akurat. Cara pertama, masyarakat dengan menggunakan panduan matahari dan pakar ilmu falak. Sayangnya, cara ini tentunya cukup rumit bagi sebagian masyarakat. Cara kedua menggunakan kompas. Khusus cara ini tingkat akurasi dan ketepatan arah masih dipertanyakan. Lantas dengan cara apa masyarakat mendapatkan panduan yang mudah tapi tetap mengedepankan tingkat akurasi dan ketepatan arah kiblat.

  Tepat tahun 2006, peneliti asal Universitas Waterloo di Ontario, Kanada, Hamed Zarrabi Zadeh bersama Ibn Mas'ud menemukan alternatif cara menentukan arah kiblat. Cara tersebut berbasis teknologi aplikasi komputer. Aplikasi ini kemudian diberi namaqibla locator.

  Aplikasi ini memanfaatkan piranti peta digital milik qoogle.Dengan

  

qiblalocator yang berbasis google earth ini dapat diketahui arah kiblat

dari mana pun umat berada.

  Kendati memanfaatkan piranti teknologi, aplikasi ini juga memperhitungkan perhitungan astronomi berdasarkan bayangan matahari.Pada saat itu matahari yang tampak dari semua penjuru bumi dapat dijadikan penunjuk lokasi Ka’bah.Begitu pula bayangan benda tegak pada waktu itu, juga dapat menjadi menentu arah ke kiblat.

  Cara menggunakannya pun cukup mudah.Layaknya penggoperasian peta digital google, pengguna cakup memasukan nama lokasi, alamat atau nama jalan, kode pos, dan negara atau garis lintang dan garis bujur. Setelah dimasukan, otomatis sisi kanan gambar peta akan muncul besaran arah kiblat atau Ka’bah dan jaraknya dari titik lokasi yang anda masukkan. Untuk lebih jelasnya, perhatikan petunjuk gambar berikut ini :

  Gambar 1. Tampilan awal qibla locator. Setelah mengakses situsmaka akan muncul tampilan seperti di atas. Kemudian pada kotak di sebelah kiri “Ketik lokasi yang diinginkan”dapat diisi dengan lokasi, alamat, nama jalan, atau negara suatu tempat. Setelah alamat diisikan, maka tampilan akan berubah sebagai berikut : Gambar 2. Tampilan setelah alamat diinput.

  Untuk lebih memudahkan visual, pada default tampilan dapat dipilih satellite. Kemudian tampilan dapat diperjelas dengan menaikkan indikator tingkat pembesar yang berada disebelah kiri. Selanjutnya tampilan akan berubah sebagai berikut :

  .

  Gambar 3. Arah Kiblat dengan qibla locator Istilah huruf yang tertera pada gambar antara huruf U,T,S dan B, adalah sebagai istilah arah ,mata angin antara utara, timur, selatan, dan barat. Garis warna merah pada gambar di atas menunjukan arah kiblat dari lokasiyang diketikkan pada kotak “Ketik lokasi yang diinginkan”.

  Sedangkan alat ukurnya menggunakan theodolit: 1.

   Theodolit Theodolit adalah alat ukur opstis untuk mengukur sudut vertikal

  dan horizontal, merupakan alat untuk meninjau dan merencanakan kerja.Dengan berpedoman pada posisi dan pergerakan benda-benda langit misalnya matahari sebagai acuan atau dengan bantuan satelit-satelit GPS maka,theodolit akan menjadi alat yang dapat mengetahui arah secara presisi hingga skala detik busur.Thedolitmodern terdiri atas telsekop yang dapat dipindah-pindahkan terpasang dalam dua tegak lurus axes the horisontal atau trunnion poros, dan poros vertikal. Diakses 16 Mei 2013).

  Dalam menentukan arah kiblat dengan menggunakan theodolit dan aplikasi qiblalocatorkeduanya sangatlah berkaitan karena qiblalocator sebagai aplikasi untuk mengetahui posisi suatu tempat menuju Ka’bahdengan data arah kiblat yang sudah tercantum didalam aplikasi tersebut. Sedangkan theodolit sebagai alat untuk menentukan arah kiblat sesungguhnya dengan memasukan data arah kiblat suatu tempat dari aplikasi qiblalocator.

  Pengukuran arah kiblat dengan theodolit.

  a.

  Persiapan b.

  Pengukuran arah kiblat untuk suatu tempat atau kota dengan theodolit dan data astronomis “Ephemeris Hisab Rukyat”, maka yang dilakukan terlebih dahulu adalah : 1) Menentukan masjid yang akan diukur arah kiblatnya. 2) φ p) dan bujur tempat ( λp ) dari

  Menyiapkan data lintang tempat ( GPS.

  3) Membawa jam petunjuk waktu yang akurat atau menghubungi pusat pelayanan waktu RRI “kode kota-103” misalnya 0281103.

  4) Menyiapkan laptop serta modem untuk on line internet. 5) Sediakan scientific kalkulator.

  6) Menyiapkan theodolit.

  c.

  Pelaksanaan Setelah segala sesuatu yang diperlukan seperti di atas sudah tersediamaka pengukuran arah kiblat dengan theodolitdilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1) Pasang tripot sebagai penyangga theodolit. 2) Pasangkan theodolit pada tripot. 3)

  Periksa waterpas yang ada padanya agar theodolit benar-benar datar (seimbang).

  4) Berilah tanda atau titik pada tempat berdirinya theodolit (titik A). 5)

  Setelah semuanya siap, catat data tempat yang akan diukur arah kiblatnya dengan menggunakan GPS misal S. 07 ° 22 ′ 57.52 ″ dan E. 109 ° 19 ′ 16.23 ″ hitung dengan memasukan data tersebut dengan Hisab Muhammadiyah sehingga dihasilkan azimuth kiblat 294 °

  51 ′ 40.33 ″. Bulatkan nilai azimuth kiblat setempat ke dalam nilai 10" (detik derajat), karena gradian horisontal maupun vertikal

  theodolit jenis Nikon NE-100 adalah 10", misalnya nilai kiblatnya 294° 51' 40,33" maka dibulatkan ke 294° 51' 40".

  6) Cocokkan waktu dengan waktu RRI di 0281-103. 7)

  Bidik matahari hingga piringan matahari tepat berada di tengah- tengah frame target object, setelah itu catat waktu pembidikkan atau pengamatan.

  8) Setelah waktu pengamatan diketahui, hitung azimuth matahari dengan menggunakan softwarHisab Muhammadiyah sehingga dihasilkan azimuth matahari 56 ° 49 ′ 50 ″.

  9) Jika azimuth matahari sudah diketahui, Buka kunci knop vertikal

  

(vertical clamp cnop) , lalu arahkan teleskop theodolit ke

  permukaan tanah atau lantai dengan obyek target kira-kira 4-5 meter dari theodolit. Lihatlah obyek melalui lup teleskop theodolit, atur focus adjutsman jika obyek terlihat buram atau tidak fokus, sehingga obyek di permukaan tanah atau lantai terlihat dengan jelas lalu berikan tanda dengan menggunakan paku atau spidol sebagai titik azimuth matahari.

  Gambar 4. Kurva untuk menentukan azimuth matahari (AO). Gambar di atas adalah gambar kurva dalam menentukan azimuth matahari, A : azimuth theodolit, AO : azimuth matahari, U : arah utara, S : arah selatan, B : arah barat, dan T : arah timur.

  10) Selanjutnya untuk mengetahui azimuth bayangan kiblat, azimuth kiblat dikurangi dengan 180 ° maka dihasilkan azimuth bayangan kiblat 294 ° 52 ′ 3 ″ - 180 ° = 114 ° 52 ′ 3 ″ dibulatkan menjadi114 ° 52 ′ 00 ″.

  11) Untuk menentukan titik azimuth bayangan kiblat yaitu mengurangkan azimuth bayangan kiblat dengan azimuth matahari.

  Sehingga diketahui jarak antaraazimuth mataharidengan azimuth bayangan kiblat 114 ° 52 ′ 00 ″ - 56 ° 49 ′ 50 ″ = 58 ° 2 ′ 10 ″, lalu nyalakan theodolit putar ke arah kanan sebesar 58 °

  2 ′ 10 ″ setelah itu bidiklah tanah atau lantai dengan menggunakan tongkat sebagai objek bidikan lalu tandai dasar dengan paku atau spidol sebagai tanda azimuth bayangan kiblat.

  Gambar 5. Kurva untuk menentukan azimuth bayangan kiblat. Gambar di atas merupakan gambar untuk menentukan azimuth bayangan kiblat, A ′K : azimuth bayangan kiblat.

  12) Setelah diketahui azimuth bayangan kiblat langkah selanjutnya yaitu menentukan azimuth kiblat dengan cara membalikan teleskop dengan arah yang berlawanan (barat laut) atau diputar 180

  °. Kunci knop horisontal dan buka kunci knop vertikal, kemudian arahkan vertikal theodolit ke lantai masjid bidiklah dua buah titik misal titik A dan B. Buatlah sebuah garis lurus dari kedua titik yang telah dibuat sehingga dihasilkan garis sebagai arah kiblat.

  Gambar 6. Kurva untuk menentukan azimuth kiblat. Gambar di atas merupakan gambar untuk menentukan azimuth kiblat, AK : azimuth kiblat.

  13) Selanjutnya mengetahui selisih dan arah bangunan masjid dengan melihat kurva di bawah ini :

  Gambar 7. Kurva untuk menentukan selisih danarah bangunan masjid. Lihat segitiga Abk, sudut Abk siku-siku besarnya 90 °. Ab = x = absis bk = y = ordinat A = titik koordinat AK = arah kiblat AB = arah bangunan masjid θ = selisih sudut AK dan AB Rumus mencari selisih derajat antara arah kiblat dengan arah bangunan masjid dengan menggunakan rumus : tan θ = θ = shif tan ( : )