BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu - PENGARUH MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PENGGUNAAN PIL KB DI KECAMATAN SOKARAJA - repository perpustakaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian sebelumnya yang dilakukan Pramesti Tiksna Indreswari

  (2014) menyebutkan bahwa tingkat pengetahuan akseptor tentang kontrasepsi oral di kelurahan Baluwarti Surakarta dengan kategori sangat baik sebanyak 20%, kategori baik 26,7%, kategori cukup 13,3%, kategori kurang 33,3% dan kategori sangat kurang 6,7%. Dari hasil tersebut menunjukan tingkat pengetahuan akseptor kontrasepsi oral tentang kontrasepsi oral di kelurahan Buluwarti mayoritas termasuk kategori kurang. Dari Chi-Squere pada tiap variabel di dapatkan hubungan yang signifikan antara karakteristik dengan tingkat pengetahuan sebesar (p<0,05).

  Penelitian sebelumnya tentang audiovisual juga dilakukan oleh Satri Mayu Santri (2014) menyatakan bahwa Setelah diberikan pendidikan kesehatan menggunakan media audiovisual perilaku responden terhadap pencegahan filariasis menjadi lebih tinggi dibandingkan sebelum diberikan pendidikan kesehatan menggunakan media audiovisual dengan nilai p value (0,00) < α (0,05), maka Ho ditolak. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan menggunakan media audiovisual efektif terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat di Kelurahan Sungai Apit, Desa Mengkapan, Desa Teluk Batil dan Desa Harapan mengenai perilaku pencegahan filariasis.

  Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian ini sama-sama menggunakan media audiovisual dan mengukur tingkat pengetahuan ibu tentang penggunaan pil KB. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu pada penelitian kali ini akan digunakan metode audiovisual untuk peningkatan pengetahuan ibu tentang penggunaan pil KB di Kecamatan Sokaraja, untuk pengambilan sempel dilakukan dengan menggunakan rumus kategorik berpasangan.

B. Landasan Teori

  1. Media Audio Visual Media audio visual berasal dari kata media yang berarti bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan atau pendapat sehingga dapat sampai kepada penerima. Media audio visual dipilih untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku pasien, karena pengetahuan yang ada pada seseorang diterima melalui indera. Menurut penelitian para ahli, indra yang paling banyak menyalurkan informasi ke otak adalah indra penglihatan. Kurang lebih 75% sampai 87% dari pengetahuan manusia diperoleh/disalurkan melalui indra penglihatan, 13% indra pendengaran dan 12% lainya tersalur melalui indra yang lain. (Siswanto dkk, 2016).

  Disamping itu audio visual merupakan alat bantu yang paling tepat saat ini. Seiring perkembangan teknologi begitu pesat, pembuatan/ pemakaian media audio visual tidaklah terlalu mahal. Sebagian masyarakat baik diperkotaan maupun dipedesaan memiliki sarana audio visual dirumah masing-masing. Oleh karena itu, penyuluhan dengan media audio visual perlu dikembangkan sebagai jawaban terhadap kebutuhan untuk memberikan konseling secara sistematis kepada masyarakat dengan fokus pada tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku.

  Audio visual memiliki beberapa kelebihan, diantaranya informasi yang akan disampaikan lebih jelas maknanya sehingga akan lebih mudah untuk dipahami, serta penyampaian informasi melalui media audio visual lebih menarik perhatian dan dapat meningkatkan motivasi. Namun penyampaian informasi melalui media audio visual juga mmemiliki kekurangan, diantaranya penggunaan suara dan bahasa yang lebih verbal menyebabkan masyarakat dengan tingkat penguasaan kata dan bahasa yang rendah akan sulit memahami, penyampaian informasi dapat menimbulkan banyak pandangan bagi penerima informasi, biaya yang dikeluarkan mahal.

  2. Pil KB Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti melawan atau mencegah dan konsepsi merupakan pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma yang dapat mengakibatkan kehamilan. Oleh karena itu, kontrasepsi merupakan pencegahan untuk menghindari terjadinya kehamilan karena adanya pertemuan antara sel telur matang dengan sel sperma (Suratun, 2008).

  Pil KB merupakan salah satu alat kontrasepsi hormonal berbentuk pil atau tablet yang terdiri dari hormon estrogen dan progesteron atau hanya terdiri dari hormon progesteron. Pil KB ini bekerja dengan mencegah lepasnya sel telur wanita dari indung telur, mengentalkan lendir mulut rahim sehingga sprema sulit masuk kedalam rahim, dan menipiskan lapisan endometrium. Penggunaan pil KB memiliki efektifitas yang tinggi dengan angka kegagalan 1-8% untuk pil kombinasi antara hormone estrogen dan progesteron, serta angka kegagalan 3-10% untuk pil hormon progesterone saja.

  Kandungan dan mekanisme kerja pil kontrasepsi menurut Setya, dkk (2009) dalam Irmawati (2012) adalah sebagai berikut:

  a. Mekanisme kerja Esterogen Estrogen mempunyai khasiat kontrasepsi dengan jalan mempengaruhi ovulasi, perjalanan ovum, atau implantasi. Ovulasi dihambat melalui pengaruh estrogen terhadap hipotalamus dan selanjutnya menghambat FSH dan LH. Ovulasi tidak selalu dihambat oleh pil kombinasi yang mengandung estrogen 50 mikrogram atau kurang. Kalaupun daya guna preparat ini tinggi (95-98% menghambat ovulasi), hal itu adalah pengaruh progesteron di samping estrogen. Implantasi telur yang sudah dibuahi dihambat oleh estrogen dosis tinggi (dietil stilbestrol, etinil estradiol) yang diberikan pada pertengahan siklus haid. Jarak waktu diantara konsepsi dan implantasi rata-rata 6 hari. Biopsi endometrium yang dilakukan sesudah pemberian estrogen dosis tinggi pasca-konsepsi menunjukkan efek antiprogesteron yang dapat menghambat implantasi. Perjalanan ovum dipercepat dengan pemberian estrogen pasca konsepsi b. Mekanisme kerja progesteron

  Fungsi progesteron ialah menyiapkan endometrium untuk implantasi dan mempertahankan kehamilan. Disamping itu, progesteron mempunyai khasiat kontrasepsi, sebagai berikut: 1) Lendir serviks mengalami perubahan menjadi lebih pekat, sehingga penetrasi dan transportasi sperma lebih baik. 2) Kapasitasi sperma dihambat oleh progesteron. Kapasitas diperlukan oleh sperma untuk membuahi sel telur dan menembus rintangan di sekeliling ovum. 3) Jika progesteron diberikan sebelum konsepsi, maka perjalanan ovum dalam tuba akan terhambat. Implantasi dihambat bila progesteron diberikan sebelum ovulasi. Walaupun ovulasi dapat terjadi, produksi progesteron dari korpus luteum akan berkurang, sehingga implantasi dihambat. 4) Penghambatan ovulasi melalui fungsi hipotalamus-hipofisis ovarium. Menurut Irnawati (2012) penggunaan Pil KB berdasarkan waktu :

  a. Setiap saat selagi haid, untuk meyakinkan kalau wanita tersebut tidak hamil.

  b. Hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid.

  c. Boleh menggunakan hari ke-7 sampai hari ke

  • –8, tetapi perlu menggunakan metode kontrasepsi yang lain (kondom) mulai hari ke
  • –8 sampai hari
  • –14 atau tidak melakukan hubungan seksual sampai menghabiskan paket pil KB tersebut.

  d. Setelah melahirkan.

  e. Setelah 6 bulan memberi ASI eksklusif.

  f. Setelah 3 bulan tidak menyusui

  g. Pasca keguguran (segera atau dalam waktu 3 hari) h. Pil dapat segera dikonsumsi tanpa perlu menunggu haid, bila berhenti menggunakan kontrasepsi injeksi. Jenis

  • – jenis kontrasepsi hormonal

  a. Suntikan Dua kontrasepsi suntikan berdaya kerja lama yang sekarang banyak dipakai adalah : 1) DMPA (Depot Medroxprogesterone asetat) = Depo-Provera.

  Diberikan sekali setiap-3bulan dengan dosis 150 mg. 2) NET-EN (Norethindrone enanthate) = Noristerat. Diberikan dalam dosis 200mg sekali setiap 8 minggu atau sekali setiap 8 minggu untuk 6 bulan pertama (= 3 x suntikan pertama ) kemudian selanjutnya sekali setiap 12 minggu.

  b. Pil Oral Kombinasi Pil Oral Kombinasi (POK) adalah pil yang mengandung 20-35 mg estrogen dan kurang dari 1 mg progesteron.Yang termasuk jenis ini adalah Pil KB Microgynon 30 (PT Schering) atau kimia farma Lisensi Schering dan Pil KB Marvelon (PT Organon).

  Pil kombinasi antara estrogen dan progesteron terdiri dari 3 jenis : 1) Monofasik : Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/progesteron (E/P) dalam dosis yang sama, dan

  7 tablet tanpa hormon aktif. 2) Bifasik : Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/progesteron (E/P) dengan dua dosis yang berbeda dan 7 tablet tanpa hormon aktif. 3) Trifasik : Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/progesteron (E/P) dengan tiga dosis yang berbeda dan 7 tablet tanpa hormon aktif.

  c. Pil Mini Pil Mini adalah pil yang mengandung hormon progesterone kurang dari 1 mg. Yang termasuk jenis ini adalah Pil KB Exluton. Pil mini diminum secara terus menerus setiap hari, meskipun sedang dalam keadaan menstruasi (Hartono, 2004 dalam Irmawati, 2012) Menurut Irmawati (2012) keuntungan penggunaan pil KB adalah reversibilitasnya tinggi, mudah menggunakannya, mengurangi rasa sakit pada waktu menstruasi, mencegah anemia defisiensi zat besi, mengurangi kemungkinan infeksi panggul dan kehamilan ektopik, mengurangi resiko kanker ovarium, cocok sekali digunakan untuk menunda kehamilan pertama dari PUS muda, tidak mempengaruhi produksi ASI pada pil yang mengandung progesteron antara lain exluton/mini pil, dan tidak mengganggu hubungan seksual.

  Disamping keuntungan yang ada, pil mempunyai beberapa kekurangan antara lain memerlukan disiplin dari pemakai, harga pil relatif lebih mahal, dapat mengurangi ASI pada pil yang mengandung estrogen, dapat meningkatkan resiko infeksi klamidia, nyeri payudara, amenorea, kenaikan berat badan, perubahan emosi,berhenti haid, mual, dapat meningkatkan tekanan darah, dan tidak dianjurkan pada wanita yang berumur diatas 30 tahun karena akan mempengaruhi keseimbangan metabolisme tubuh.

  Indikasi penggunaan pil adalah siklus haid tidak teratur, umur subur, telah mempunyai anak atau yang belum mempunyai anak, anemia karena haid yang berlebihan, nyeri haid yang hebat, wanita yang menginginkan kontrasepsi oral dengan keefektifan yang tinggi, riwayat hamil ektopik dan riwayat keluarga yang menderita kanker ovarium.Adapun kontraindikasi pil adalah menyusui kecuali pil mini, pernah sakit jantung, tumor/keganasan, kelainan jantung, varises dan darah tinggi/hipertensi (> 160/90 mmHg), perdarahan pervagina, migraine, penyakit Hepatitis, wanita yang berumur > 40 tahun, dan perokok berat (> 15 batang per hari) yang berumur > 35 tahun.

  Menurut Irmawati (2012) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan pil KB : a. Umur Masa kehidupan reproduksi wanita pada dasarnya dapat dibagi dalam tiga periode yaitu, reproduksi muda (15-19 tahun), reproduksi sehat (20-35 tahun) dan reproduksi tua (36-45 tahun). Pembagian ini didasarkan atas data epidemiologi yang menyatakan bahwa risiko kehamilan dan persalinan baik bagi ibu maupun bagi anak lebih tinggi pada usia kurang dari 20 tahun, paling rendah pada usia 20-35 tahun, dan meningkat setelah usia lebih dari dari 35 tahun. Jenis kontrasepsi yang digunakan sebaiknya disesuaikan dengan tahap masa reproduksi tersebut. Umur merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan perilaku seseorang termasuk dalam penggunaan alat kontrasepsi.

  Mereka yang berumur tua mempunyai peluang kecil untuk menggunakan alat kontrasepsi dibandingkan dengan yang muda.

  b. Pendidikan Pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang untuk bertindak dan mencari solusi dalam hidupnya.Tingkat pendidikan ibu merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan baik buruknya status kesehatan keluarga dan dirinya.Dengan berbekal pengetahuan yang cukup, seorang ibu akan lebih banyak memperoleh informasi yang dibutuhkan, dengan demikian mereka dapat memilih serta menentukan alternatif yang terbaik untuk kepentingan keluarganya. Orang yang mempunyai pendidikan yang lebih tinggi biasanya akan bertindak lebih rasional, sehingga akan lebih mudah untuk menerima gagasan baru. Demikian juga halnya dengan menentukan pola perencanaan keluarga dan penggunaan kontrasepsi serta peningkatan kesejahteraan keluarga. Dengan pendidikan yang tinggi seseorang dapat lebih mudah untuk menerima ide atau masalah baru seperti penerimaan, pembatasan jumlah anak, dan keinginan terhadap jenis kelamin tertentu. Pendidikan juga meningkat kesadaran wanita terhadap manfaat mempunyai jumlah anak sedikit. Wanita yang berpendidikan lebih tinggi cenderung membatasi jumlah kelahiran dibandingkan dengan yang tidak berpendidikan atau berpendidikan rendah.

  c. Pengetahuan Pengetahuan (kognitif) merupakan faktor yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang, karena perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih lama (long lasting) dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

  d. Pekerjaan Pekerjaan dari peserta KB dan suami akan mempengaruhi pendapatan dan status ekonomi keluarga. Suatu keluarga dengan status ekonomi atas terdapat perilaku fertilitas yang mendorong terbentuknya keluarga besar. Status pekerjaan dapat berpengaruh terhadap keikutsertaan dalam KB karena adanya faktor pengaruh lingkungan pekerjaan yang mendorong seseorang untuk ikut dalam KB, sehingga secara tidak langsung akan mempengaruhi status dalam pemakaian kontrasepsi.

  e. Jumlah Anak Kemungkinan seorang ibu untuk menambah kelahiran tergantung kepada jumlah anak yang telah dilahirkannya. Seorang ibu mungkin menggunakan alat kontrasepsi setelah mempunyai jumlah anak tertentu dan juga umur anak yang masih hidup. Semakin sering seorang ibu melahirkan anak, maka akan semakin memiliki risiko kematian dalam persalinan. Hal ini berarti jumlah anak akan sangat mempengaruhi kesehatan ibu dan dapat meningkatkan taraf hidup keluarga secara maksimal.

  f. Ketersediaan Pelayanan Alat Kontrasepsi Ketersediaan pelayanan alat kontrasepsi terwujud dalam bentuk tersedia atau tidaknya fasilitas atau sarana kesehatan (tempat pelayanan kontrasepsi). Untuk dapat digunakan, pertama kali suatu metode kontrasepsi harus tersedia dan mudah diperoleh. Promosi metode kontrasepsi melalui kontak langsung oleh petugas program KB, oleh dokter dan sebagainya dapat meningkatkan secara nyata pemilihan metode kontrasepsi.

  g. Dukungan Keluarga Program KB dapat terwujud dengan baik apabila ada dukungan dari pihak-pihak tertentu. Ikatan suami isteri yang kuat sangat membantu ketika keluarga menghadapi masalah, karena suami/isteri sangat membutuhkan dukungan dari pasangannya. Hal itu disebabkan orang yang paling bertanggung jawab terhadap keluarganya adalah pasangan itu sendiri. Dukungan tersebut akan tercipta apabila hubungan interpersonal keduanya baik. Masyarakat di Indonesia khususnya di daerah pedesaan sebagai peran penentu dalam pengambilan keputusan dalam keluarga adalah suami, sedangkan isteri hanya bersifat memberikan sumbang saran. Metoda kontrasepsi tidak dapat dipakai istri tanpa kerjasama suami dan saling percaya.Keadaan ideal bahwa pasangan suami istri harus bersama memilih metoda kontrasepsi yang terbaik, saling kerjasama dalam pemakaian, membiayai pengeluaran kontrasepsi, dan memperhatikan tanda bahaya pemakaian.

C. Kerangka Konsep

  1. Variabel dependen, yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen, dalam hal ini yang menjadi variabel dependen yaitu penggunaan pil KB

  2. Variabel independen, yaitu variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain (variabel dependen), yang termasuk variabel independen dalam penelitian ini adalah karakteristik responden, pengetahuan, media audio visual, kerangka konseptual penelitian sebagai berikut:

  Variabel independen Variabel dependen

  Karakteristik responden Umur

  Pekerjaan Penggunaan PIL KB

  Tingkat Pengetahuan dengan Metode Media Audio Visual

Gambar 2.1 Kerangka Konsep D. Hipotesis

  Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian sudah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan (Sugiono, 2013). Hipotesis pada peneltian kali ini adalah : Ha : Ada pengaruh media audio visual terhadap peningkatan pengetahuan PIL

  KB di Kecamatan Sokaraja Ho : Tidak ada pengaruh media audio visual terhadap peningkatan pengetahuan PIL KB di Kecamatan Sokaraja

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ketahanan Fisik - HUBUNGAN KETAHANAN FISIK TERHADAP PENGETAHUAN IBU TENTANG ISPA PADA BALITA DI WILAYAH PUSKESMAS 1 MADUKARA KABUPATEN BANJARNEGARA - repository perpustakaan

0 0 31

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu - IMPLEMENTASI ALGORITME A* PADA PROTOTIPE ROBOT TEMPAT SAMPAH - repository perpustakaan

0 1 34

GAMBARAN TINGKAT PENDIDIKAN, UMUR DAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANEMIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS II SOKARAJA - repository perpustakaan

0 0 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bimbingan Klinik - PENGARUH BIMBINGAN KLINIK TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SKILL DASAR MAHASISWA PRAKTEK DI IGD RSUD BANYUMAS - repository perpustakaan

0 0 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Perilaku 1. Definisi Perilaku - STUDI FENOMENOLOGI PEMANFAATAN SUNGAI SEBAGAI MEDIA MCK DI DESA SOKARAJA KULON KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 1 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGETAHUAN - HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KADER DENGAN PERAN KADER TENTANG POSYANDU MENURUT IBU BALITA DI DESA BANYUMUDAL KECAMATAN MOGA KABUPATEN PEMALANG TAHUN 2014 - repository perpustakaan

0 0 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu - Khiqmah Yuliani BAB II

0 0 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu - AULIA MUZAFAROH BAB II

0 0 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu - VALIDASI METODE ANALISIS PENETAPAN KADAR TABLET FLOATING GLIBENKLAMID DENGAN SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET VISIBLE - repository perpustakaan

0 2 10

PENGARUH MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PENGGUNAAN PIL KB DI KECAMATAN SOKARAJA

0 0 15