Politik kooperatif Sayid Ameer Ali terhadap Kolonial Inggris di India (1877-1913 M).

(1)

“POLITIK KOOPERATIF SAYID AMEER ALI TERHADAP KOLONIAL INGGRIS DI INDIA (1877-1913 M)”

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagia Syarat Memperoleh Gelar Sarjana dalam Program Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Sejarah Peradaban Islam (SPI)

OLEH: Dita Ananta Nim: A0.22.13.023

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

viii

ABSTRAK

Skripsi ini mengkaji tentang sejarah politik yang ada di India pada awal abad ke-20 yang berjudul POLITIK KOOPERATIF SAYID AMEER ALI

TERHADAP KOLONIAL INGGRIS DI INDIA (1877-1913 M). Untuk

mengetahui beberapa permasalahan yang terdapat dalam penelitian tersebut, maka dirumuskan beberapa masalah lain : 1) Bagaimana Sayid Ameer Ali?, 2) Apa Pemikiran Sayid Ameer Ali?, dan 3) Bagaimana Bentuk Politik Kooperatif Sayid Ameer Ali (1877-1913 M)?.

Skripsi ini menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri dari empat tahap yaitu, heuristik (mencari dan mengumpulkan sumber), kritik sumber (yang terdiri dari kritik ekstern dan kritik interen), interpretasi (penafsiran sumber), dan historiografi (penulisan sejarah). Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara studi keputakaan. Skripsi ini menggunakan pendekatan historis dan ilmu politik dan menggunakan teori politik Normative Philosopy.

Hasil penelitian dari skripsi ini adalah, 1) Sayid Ameer Ali adalah seorang penulis, pengacara, dan guru besar hukum Islam. Ia di lahirkan di Calcutta pada tanggal 6 April 1849 dan meninggal pada tahun 1928 di London. Dia juga

merupakan keturunan imam kedelapan Syi’ah dari Ali Ar-Ridha, 2) Sayid Ameer Ali terkenal dengan pemikiran agama rasionalnya yang mencakup pemikiran keagaaman, pemikiran sosial, dan pemikiran politik, dan 3) Bentuk politik kooperatif Sayid Ameer Ali yaitu dengan mendirikan organisasi politik National Muhammaden Association, terlibat dalam dewan The Viceroy’s Council, dan pembentukan liga Muslim cabang London.


(7)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

PEDOMAN LITERASI ... v

MOTTO... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACK ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Kegunaan Penelitian ... 5

E. Pendekatan dan Kerangka Teoritik ... 5

F. Penelitian Terdahulu ... 7

G. Metode Penelitian ... 8

H. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II :BIOGRAFI SAYID AMEER ALI (1849-1928 M) A. Riwayat Hidup Sayid Ameer Ali ... 15

B. Karir Sayid Ameer Ali ... 20

C. Karya Sayid Ameer Ali ... 24

1. The Spirit Of Islam ... 24

2. A Short History Of The Saracens... 26

3. Islamic History Of Culture... 29

4. The Ethical Of Islam... 29

BAB III : PEMIKIRAN SAYID AMEER ALI A. Pemikiran Keagamaan ... 31


(8)

xiv

B. Pemikiran Sosial ... 36

C. Pemikiran Politik ... 42

BAB IV : POLITIK KOOPERATIF SAYID AMEER ALI A. Faktor-Faktor Politik Kooperatif ... 47

1. Faktor Sosial ... 47

2. Faktor politik ... 49

B. Politik Kooperatif Sayid Ameer Ali ... 52

1. National Muhammaden Association... 52

2. The Viceroy’s Council... 55

3. Liga Muslim Cabang London ... 57

C. Pengaruh Politik Kooperatif Sayid Ameer Ali ... 62

BAB V : PENUTUP A. KESIMPULAN ... 66

B. SARAN ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 69 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(9)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pada masa penjajahan Inggris di India, kondisi umat Islam dikategorikan sangat terbelakang. Umat Islam terbelakang dalam kebodohan iptek, kemiskinan ekonomi, ketertinggalan dalam peran-peran politik pemerintahan, bahkan dari sisi agama pun terlihat kejumudan dan kemandegan berfikir, terutama berfikir rasional1. Perlakuan yang diskriminasi yang dilakukan oleh kolonial Inggris mengakibatkan umat Islam tidak mendapatkan pendidikan yang baik, tidak diberi posisi atau dilarang bekerja di instansi pemerintahan dan lain sebagainya.

Sedangkan, kemajuan yang dirasakan oleh masyarakat India merupakan akibat dampak dari peradaban yang dibawah oleh kolonial Inggris. Peradaban tersebut hanya dapat dinikmati umat Hindu, sehingga umat Hindu lebih berkemajuan. Hal itu terlihat dari pendidikan yang layak, ekonomi yang baik, dan pekerjaan kantor-kantor adalah keistimewaan yang diberikan kolonial Inggris pada mereka.

Bagi pemerintahan kolonial Inggris, jika umat Islam menempati posisi startegis akan membahayakann kebijakan kolonialisme yang dapat meruntuhkan dan merongrong kekuasaan mereka di India. Startegi imperialis Inggris merupakan implemantasi dari dendam masa lalu terhadap kekuasaan Islam yang mampu menaklukkan wilayah-wilayah belahan Eropa pada zaman

1

Abdul Sani,Lintasan Sejarah Pemikiran Perkembangan Modern dalam Islam(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998), 135.


(10)

2

keemasan Islam di Cordova, seperti Sevellia, dan belahan negara di Barat lainnya2.

Melihat rezim pemerintahan Inggris kian hari kian bertambah brutal dan semakin menghancurkan umat Islam kepada keterbelakangnan. Maka kalangan ulama yang memiliki kepedulian akan nilai-nilai ajaran Islam pun bangkit dan melakukan perbaikan-perbaikan terutama kepada umat Islam sendiri. Yaitu dengan menginterpretasikan dan menerapkan ajaran Islam dalam menghadapi perubahan zaman. Dengan menjaga Islam dari pengaruh negatif yang berasal dari budaya Barat yang bersifat destruktif, hal ini merupakan semangat yang diemban para ulama saat itu.

Salah satu tokoh ulama yang muncul pada saat itu adalah Sayid Ameer Ali. Ia adalah seorang pemikir dan penulis yang produktif dalam dunia Islam. Sayid Ameer Ali merupakan tokoh pembaharu yang sangat terkenal di Barat dan Timur. Ia bukan hanya seorang sejarawan, pengacara, dan ahli hukum3.

Sayid Ameer Ali memiliki pemikiran dan gerakan khas untuk membuat kesejahteraan umat Islam. Pemikiran dan gerakan yang dilakukan Sayid Ameer Ali membangunkan umat Islam dari ketiduran kemajuan ilmu pengetahuan. Yaitu pemikiran tentang agama rasional. Agama rasional merupakan pemikiraan yang ingin menjelaskan kepada umat Islam di India. Islam bukanlah agama yang membawa kepada kemunduran. Dengan merujuk kepada sejarah kegemilangan umat Islam klasik untuk meningkatkan 2

Ibid., 136.

3

Muktafi Sahal dan Ahmad Amir Aziz,Teologi Islam Modern(Surabaya: Gitamedia Press, 1999),85.


(11)

3

kepercayaan diri dari umat Islam melawan hegemoni Barat. Sayid Ameer Ali dan pemikirannya tentang agama rasional menginginkan agar umat Islam mengembangkan intelektualitas dan humanisme Barat sebagai perkembangan untuk menjadikan puncak peradaban itu sendiri4.

Sayid Ameer ali adalah seorang tokoh apologis5 sejarah Islam. Tulisan-tulisannya yang sifatnya mempertahankan Islam sangat jelas, ia adalah pembela Islam di hadapan opini Barat. Karya-karyanya dan karya para penulis Muslim lainnya telah dipergunakannya untuk mempertahankan Islam di hadapan para Orientalis.

Secara historis pemikiran Sayid Ameer Ali tertuang dalam bukunya

“The Spirit Of Islam” yang berisikan tentang pemikiran agama rasional dan apologi sejarah merupakan pemikiran pembaharuan dalam Islam yang menitiberatkan pada sejarah umat Islam terdahulu. Supaya umat Islam berkembang dan tidak tunduk kepada kebudayaan Barat dan para Orientalis Muslim tidak mengubah ajaran Islam yang sebenarnya6.

Dari pemikirannya tentang agama rasional tersebut didalamnya ada satu hal yang sangat menarik untuk dibahas, dipelajari sebagai pemahaman khazanah keilmuan yang baru yaitu tentang politik kooperatif yang dilakukan Sayid Ameer Ali dalam mengahadapi pemerintahan kolonial Inggris. Politik Kooperatif merupakan bentuk sikap politik yang condong terhadap kerja 4

Muhammad Yasir, “Sayid Ameer Ali: Rekontruksi Islam,Jurnal Ushuluddin Vol.XVI,No.2, (Juli,2010), 206

5

Apologis: Tulisan atau pembicaraan formal yang digunakan untuk mempertahankan gagasan, kepercayaan, dan sebagai pembelaan, dalam http://Kbbi.web.id/kolonial. (06 Februari 2017).

6

Sayid Ameer Ali,The Spirit Of Islam, Terj.H.B. Jassin (Djakarta: PT Pembangunan, cet.2, 1967), 168.


(12)

4

sama tidak melakukan pertentangan terhadap suatu individu ataupun kelompok7. Dimana dalam hal ini aktivitas politik yang dilakukan Sayid Ameer Ali dengan mengambil hati pemerintahan Inggris dengan tidak melakukan pemberontakan yang cendurung Pro terhadap pemerintahan kolonial Inggris. Supaya mengurangi dominasi orang-orang Hindu dan umat Islam bisa lebih kuat.

Hal ini dimulai dengan mendirikan organisasi politik sampai dengan mendirikan organisasi politik Liga Muslim cabang di London. Sehingga umat Islam India bisa mengalami kemajuan dalam hal politik dan pemikiran yaitu dimulai dari tahun 1877-1913 M.

Penelitian ini dikhususkan kepada aktivitas politik kooperatif Sayid Ameer Ali. Bahwasannya Sayid Ameer Ali adalah tokoh pembaharu Islam yang paling tegas sezamannya dalam memajukkan umat Islam di hadapan para Kolonial dan sumbangannya untuk umat Islam sangat luar biasa. Serta beliau juga seorang tokoh pembaharu Islam yang tidak hanya berjuang dalam hal pendidikan namun juga berjuang dibidang politik untuk kesejahteraan umat Islam di India.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis memberikan batasan rumusan masalah yang akan dikaji dalam skripsi ini adalah aktivitas politik yang dilakukan Sayid Ameer Ali terhadap pemerintah kolonial Inggris untuk umat Islam India. Agar lebih jelas dan sistematis. Penulis membatasi

7


(13)

5

persoalan masalah hanya pada aktivitas politik Sayid Ameer Ali. Maka rumusan masalah akan terjawab dengan beberapa pertanyaan berikut :

1. Bagaimana Biografi Sayid Ameer Ali ? 2. Apa pemikiran Sayid Ameer Ali ?

3. Bagaimana bentuk Politik Kooperatif Sayid Ameer Ali (1877-1913 M) ? C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ialah, sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui biografi Sayid Ameer Ali

2. Untuk mengetahui pemikiran Sayid Ameer Ali

3. Untuk mengetahui bentuk politik kooperatif Sayid Ameer Ali D. Kegunaan Penelitian

Sedangkan kegunaan penelitian ini adalah, sebagai berikut :

1. Hasil penelitian dapat dijadikan rujukan bagi upaya pengembangan sejarah pembaharuan Islam abad ke-20

2. Sebagai Inventarisasi untuk mempelajari tokoh pembaharuan pada awal bad ke-20 agar dapat menguraikan dengan tepat dan jelas.

E. Pendekatan dan Kerangka Teoritik

Dalam penelitian kajian pustaka ini, peneliti menggunakan pendekatan historis dan politik. Pendekatkan historis dimaksudkan untuk mengungkapkan biografi Sayid Ameer Ali serta mengungkap bagaimana sikap Sayed Ameer Ali terhadap kolonial Inggris di India, dengan menulusurinya lewat sumber


(14)

6

karya-karyanya dan tokoh-tokoh yang sezaman dengannya dan lain sebagainya8.

Sementara pendekatan politik akan sangat membantu dalam memahami bagaimana Sayid Ameer Ali dalam menjalankan segala aktifitas politik kooperatifnya yang berhubungan dengan kolonial Inggris di India serta faktor sosial dan faktor politik yang mempengaruhi aktfitas politiknya.

Sudut pandang yang dilihat dari ilmu politik, bahwasannya Sayid Ameer Ali melakukan pendekatan negara dalam politik, yaitu melalui gejala-gejala politik yang terjadi pada masayarakat India. Karena negara merupakan instansi politik yang kuat, yang mempunyai kehendak sendiri dan memiliki otonomi dalam masyarakat9. Dalam hal ini India yang menjadi negara jajahan pemerintah kolonial Inggris maka pemerintah Inggris yang menguasai segala kekuasaan India.

Maka dalam menganalisis aktivitas politik Sayid Ameer Ali terhadap pemerintahan kolonial Inggris di India, berdasarkan klasifikasi prespektik historis maka peneliti menggunakan teori politik Normative Philoshopy10. Normative Philoshopy merupakan teori politik yang berisikan tentang cara seseorang harus berbuat dan menyesuiakan diri agar cita-citanya secara individu maupun kelompok dapat tercapai. Dalam hal tersebut Sayid Ameer Ali melakukan politik kooperatif dengan kolonial Inggris di India karena untuk mengurangi diskriminasi yang di terima umat Islam dan agar umat Islam mendapatkan kedudukan lebih tinggi dari umat Hindu di India.

8 9

Ibid., 13.

10


(15)

7

F. Penelitian Terdahulu

Sebagai seorang tokoh agama sekaligus negarawan, kehidupan dan pemikiran Sayid Ameer Ali cukup banyak mendapatkan sorotan dari beberapa kalangan pelajar mahasiswa ataupun ilmuan. Khususnya mereka yang minat atau tertarik dengan pemikiran dan pembaharuan Islam masa lampau. Adapun antara lain penelitian terdahulu yang membahas Sayid Ameer Ali :

1. Sriyati, “Pemikiran Apologi Sayid Ameer Ali Menurut Pandangan

H.A.R. Gibb”, Skrips, (1998). Skripsi ini membahas : Kritik terhadap pemikiran Sayid Ameer Ali yang dipandang sebagai apologi oleh H.A.R. Gibb. Dimana ia merupakan seorang tokoh orientalis yang dalam kajiannya cenderung obyektif bila dibandingkan dengan tokoh orientalis lainnya.

2. Muhammad Yasir,” Sayid Ameer Ali : Rekontruksi Islam”, Jurnal,

(2010). Jurnal ini membahas : Perjuangan Sayid Ameer Ali sebagai tokoh pembaharu Islam yang berasal dari India yang telah membangunkan umat Islam dari ketidurannya.

3. Machun Husein , “Sayid Ameer Ali dan Pemikiran teologinya” , Jurnal,

(1991). Jurnal ini membahas : Pemikiran-pemikiran Sayid Ameer Ali dalam Teologi Islam yang diuraikan lewat karya-karya Sayid Ameer Ali yaitu (1) A History of Sarancens, (2)The Spirit of Islam,dan (3)Islamic History and Culture.


(16)

8

Dengan demikian, penelitian ini berbeda dengan tulisan-tulisan tentang Sayid Ameer Ali yang diatas . Penelitian Ini lebih menekankan pada aktivitas politik dari Sayid Ameer Ali terhadap umat Islam di India. Meskipun kesemuanya tetap akan bersinggungan dengan biografi dan pemikiran dari Sayid Ameer Ali. Namun demikian, hal itu hanya berfungsi sebagai pendukung dan penyempurna dalam usaha memahami aktivitas politik yang dilakukan Sayid Ameer terhadap rezim pemerintahan Inggris. G. Metode Penelitian

Metode adalah suatu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu pengetahuan, sedangkan mengguankan metode sejarah hendaknya diartikan secara luas, tidak hanya pelajaran mengenai analisis kritis, melainkan meliputi usaha sintesa dari data yang ada, sehingga penyajian dan kisah sejarah dapat dipercaya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis, yaitu proses menguji dan menganalisis secara mendalam setiap rekaman peritiwa masa lampau berdasarkan data yang telah diperoleh11. Adapun langkah-langkah dalam metode historis ialah sebagai berikut:

1. Heuristikatau Pengumpulan dan Pencarian Sumber

Heuristik atau pengumpulan sumber yaitu proses yang dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan sumber-sumber, data-data atau jejak sejarah. Adapun sumber-sumber data penelitian ini diperoleh dari;

11


(17)

9

a. Data Primer

1) Buku Sayid Ameer Ali The Spirit Of Islam. Dalam buku tersebut berisikan pokok pemikiran Sayid Ameer Ali yaitu, pemikiran agama rasional. Buku didapatkan dari perpustakaan umum UIN Sunan Ampel.

2) Buku Sayid Ameer Ali A Short Of The Saracens. Buku ini pendukung dalam penulisan skripsi ini, khususnya bab ke-2. Sebagai bentuk hasil karya dari Sayid Ameer Ali. Buku ini didapatkan dari internetGooglebook.

3) Buku Sayid Ameer Ali The Ethics Of Islam. Buku tersebut menjelaskan pemikiran keagamaan dan pemikiran social, Filsafat, Psikologi, Akhlaq Filasafat, dan Etika dan Islam. Buku ini didapatkan dari intertet Ebook.com.

b. Data Sekunder

1) Buku terjemahan The Spirit Of Islam, Api Islam dari H.B. Jassin. Buku tersebut merupakan buku pendukung dalam penelitian skripsi ini, karena buku asli dari Sayid Ameer Ali berbentuk bahasa Inggris maka buku terjemahan bahasa Indonesia telah membantu dalam proses penelitian ini. Buku ini diperoleh dari perpustakaan Universits Negeri Malang.

2) Jurnal Machun Husain yang berjudul “ Sayid Amir Ali dan Pemikiran Teologiknya” sebagai tinjauan terdahulu dalam


(18)

10

teologi saja. Jurnal tersebut diperoleh dari Digital UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

3) Disetasi dari Anis Ahmad yang berjudul “ Two Approches to Islamic History: A Critique Of Shibi-li Nu’mani’s And Sayid Ameer Ali’s Intreprettions Of History”. Disertasi ini banyak sekali

mengungkapkan latar belakang Sayid Ameer Ali serta peran-perannya, sehingga banyak sekali membantu dalam penelitian skripsi ini. Disertasi Anis Ahmad diperoleh dari internet.

4) Buku Abdul Sani Lintasan Sejarah Pemikiran dan Pembaharuan Modern dalam Islam. Buku juga sebagai penyunjang dari buku-buku primer. Buku ini diperoleh dari perpustakaan UIN Sunan Ampel.

5) Buku Ensiklopedi Islam yang berjudul “ Suplemen” berisikan

ringkasan singkat liga muslim yang pernah diikuti Sayid Ameer Ali. Buku ini diperoleh dari perpustakaan umum UIN Sunan Ampel.

6) Buku Mukti Ali yang berjudul “ Alam Pikiran Islam Modern India dan Pakistan” berisikan pembaharuan modern yang dilakukan

Sayid Ameer Ali. Sehingga buku tersebut telah sedikit banyak telah digunakan dalam penelitian ini. Buku ini diperoleh dari perpustakaan UIN Sunan Ampel.

Selain dari beberapa sumber primer dan sekunder diatas. Penulisan skripsi ini juga menggunakan beberapa sumber yang masih ada


(19)

11

kaitannya dengan pembahasan skripsi ini. Penulis memperoleh sumber penunjang lainnya dalam bentuk buku, interner, jurnal, dan beberapa sumber lainnya yang penulis dapatkan dari berbagai tempat.

2. Kritik Sumber

Suatu kegiatan untuk meneliti sumber-sumber yang diperoleh agar memperoleh kejelasan apakah sumber itu kredibel atau tidak, dan apakah sumber itu otentik apa tidak. Pada proses ini dalam metode sejarah biasa disebut kritik intern dan kritik ekstern. Kegiatan untuk menilai data-data yang telah diperoleh dengan tujuan agar mendapatkan data yang autentik dan data yang kredibilitasnya dapat dipertanggungjawabkan12. Metode ini dimaksdkan agar memperoleh fakta yang dapat mengantarkan kepada kebenaran ilmiah. Adapun perbedaan kritik intern dan kritik ekstern yakni sebagai berikut:

a. Kritik ekstern

Kritik ekstern digunakan untuk keaslihan suatu sumber sejarah dengan melihat sisi luarnya. Adapun dalam skripsi ini penulis melakukan kritik ektern terhadap beberapa sumber berupa buku-buku dan jurnal yang mendukung politik kooperatif Sayid Ameer Ali terhadap colonial Inggris di India tahun 1877-1913. Dengan kritik ektern ini penulis mencoba mencari tahu secara fisik tentang sumber yang penulis peroleh apakah layak dan memang mempresentasikan sumber primer yang sesunggunya.

12


(20)

12

b. Kritik intern

Kritik intern digunakan untuk menentukan apakah sumber dapat memberikan informasi yang dapat dipercaya atau tidak13. Adapun kritik intern juga penulis terapkan dalam penulisan skripsi ini, setelah sumber-sumber sejarah telah dianalisis dengan kritik ekstern. Maka dianalisis lagi dengan kritik intern. Dengan cara membandingkan beberapa sumber-sumber yang telah diperoleh dengan sumber-sumber lainnya. Dengan tujuan agar dapat diketahui bahwa isi sumber tersebut dapat dipercaya.

3. Interpretasi (Penafsiran Sumber)

Tahap selanjutnya ialah interpretasi, perhatian utama dalam tahap ini adalah untuk menempatkan bahwa sumber yang penulis gunakan ini reliable14. Apakah sumber tersebut mencerminkan realitas historis serta seberapa reabelkan informasi yang terkandung didalamnya informasi yang terdapat dalam sumber tersebut dibandingkan dengan buku-buku yang lain, yakni informasi yang terkandung dalam sumber primer seperti yang telah disebutkan diatas dengan bukti-bukti lain yang mempunyai hubungan dengan politik kooperatif Sayid Ameer Ali terhadap kolonial Inggris di India.

13

Nugroho Noto Susanto,Norma-Norma Dasar Penelitian dan Penulisan Sejarah(Jakarta: Pertahanan Keamanan Press, 1992) , 21.

14


(21)

13

4. Historiografi (Penulisan Sejarah)

Setelah melakukan pengumpulan data melalui kegiatan heuristic , kritik, dan interpretasi. Maka tibalah saatnya untuk memaparkan hasilnya dalam bentuk laporan ilmiah atau historiografi. Dalam langkah ini penulis dituntut untuk menyajikan dengan bahasa yang baik, yang dapat dipahami oleh orang lain dan dituntut untuk menguasai teknik penulisan karya ilmiah. Penulisan hasil penelitian sejarah politik ini memberikan gambaran yang jelas mengenai proses penelitian sejak dari awal sampai dengan prosedur yang peneliti gunakan. Dalam penulisan kembali atau rekontruksi sejarahnya15. Penulis menggunakan pendekatan diakronik dan sinkronik, diamana pembahasannya secara tematik dan menurut perkembangan waktu yang terjadi.

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam proposal ini terdiri dari lima bab dengan perincian sebagai berikut :

BAB I pendahuluan yang terdiri dari uraian mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, pendekatan dan kerangka teori, penelitian terdahulu,metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II membahas mengenai bagaimana biografi Sayid Ameer Ali. Berisi Riwayat hidupnaya dari kelahiran, kematian, latar belakang keluarga,

15


(22)

14

dan pendidikannya. Karir-karir Sayid Ameer Ali selama hidupnya beserta karya-karyanya dan semua hal yang berkaitan dengannya.

BAB III membahas mengenai pemikiran Sayid Ameer Ali yang dilihat dari segi keagamaan, politik, dan lain-lainnya.

BAB IV membahas mengenai politik kooperatif yang dilakukan Sayid Ameer Ali terhadap pemerintahan kolonial Inggris untuk kepentingan dan kesejahteraan umat Islam di India. Yaitu dari Faktor-faktor yang mempengaruhi sikapnya, bentuk sikap politik kooperatifnya, dan respon umat Islam terhadap politik kooperatif Sayid Ameer Ali.

BAB V Penutup, yang berisi kesimpulan dari jawaban permaslahan masalah dalam skripsi ini dan di akhiri dengan saran yang ditunjukkan civitas kampus.


(23)

(24)

BAB II

BIOGRAFI SAYID AMEER ALI (1877-1913 M) A. Riwayat Hidup Sayid Ameer Ali

Sayid Ameer Ali adalah keturunan imam ke delapan Syiah di India, keturunan Ali Al-Ridha yang menetap di wilayah Khurasan, Persia Timur Laut16. Kakeknya bernama Ahmad Afzal Khan, ia adalah seorang perwira angkatan darat pada masa Nadir Syah (1756-1857 M) dan komandan pasukan di wilayah Khurasan yang menyerbu Delhi, ibukota kerajaan Mughal saat itu. Ketika Nadir Shah melakukan invasi ke India, Ahmad Afzal Khan berada didalam komando kesatuan Khurasan. Raja Mughal mengharapkan agar Ahmad Afzal Khan untuk tetap tinggal i India. Sehingga, Ahmad Afzal dengan 7000 orang pasukan berkudanya berada dalam kesatuan pengawal Muhammad Shah..

Namun saat kota Delhi diserang oleh pasukan Marhattus, Ahmad Afzal Khan juga sudah melakukan tugasnya yang terbaik untuk mempertahankan ibukota tapi pasukan Marhattus sudah mengetahui kelemahan dari pasukan Mughal. Sehingga, Ahmad Afzal Khan gugur dalam medan perang.

Ahmad Afzal Khan memiliki seorang putra yang bernama Muhammad Thahir, ia mengungsi ke Lahore wilayah utara bersama dengan

Syuja’ud Daulah seorang penguasa Oudh. Muhammad Thahir mempunyai seorang putra yaitu Munawir Ali Khan , ia bertugas sebagai pengumpul pajak

6

Anis Ahmad,“Two Approach to Islamic History: A Critique of Shibi-li Nu’mani’s and Sayed Ameer Ali’s Intrepretations of History”, (Disertasi, Temple University, New Delhi, 1980), 54.


(25)

✁6

bersama dengan Nawab Asaf ud Daulah dari Oudh. Selanjutnya, Munawir

khan mempunyai seorang putra yang bernama Sa’adat Ali Khan yaitu ayah dari Sayid Ameer Ali.

Sa’adat Ali Khan tidak aktif dalam bidang militer dan pemerintahan. Dia adalah seorang dokter yang selalu melakukan perjalanan ke seluruh wilayah India, sebelum akhirnya menetap di Cuttack, Orissa. Dimana Sayid Ameer Ali lahir di kota tersebut17. Perpindahan yang dilakukan Sa’adat Ali Khan merupakan kesadarannya bahwa waktu itu telah berubah, maka ia mengingkan putranya memasuki sekolah yang terbaik sekolah milik Inggris. Dengan demikian menyebabkan dia pindah ke Calcutta.

Sayid Ameer Ali lahir pada 6 April 1849 di Cuttack, Orissa India. Sayid Ameer Ali mempunyai saudara laki-laki (kakak) dan seorang adik. Ketika ia dan saudara-saudaranya belajar di Calcutta lama-kelamaan Sa’adat Ali Khan merasa tidak senang melihat kota tersebut. Namun berkat ajakan teman akrabnya Sayid Keramat Ali Mutawalli (Pengelolah Masjid Syiah), akhirnya mereka sekeluarga pindah ke Hoogly. Sa’adat Ali Khan memberikan pendidikan Islam tradisional dan menggaji seorang guru maulvi (sarjana) untuk mengajar ank-anaknya didalam bahasa Persia, Urdu dan ajaran-ajaran Islam yang fundamental18.

Sejak masa mudanya Ameer Ali sudah gemar membaca buku-buku berbahasa Inggris dari para penulis kenamaan seperti Gibbon, Shakespeare, Litton, dan lain-lain. walaupun kadang-kadang dia tidak begitu memahami

17

Mukti Ali,Alam Pikiran Islam Modern India dan Pakistan(Bandung: Mizan, 1998), 150.

18

Mu’in Umar, Historiografi Islam Pada Awal Abad Ke-20 (Yogyakarta: Digital Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga, 2008), 11.


(26)

✂ ✄

apa yang dibacanya. Minatnya terhadap buku-buku sejarah dan sastra ini sejak semasa kanak-kanak, terutama buku Decline and Fall karangan Gibbon. Dalam memmornya dia menuliskan;

I was a varacious reader, and had finished most of Gibbon’s Decline and Fall (of Roman Empire) before I was twelve. Although many parts were too difficult for me to understand, and I needed to read them over and over again later, the picture of the Roman Empire and its development and the march of the conquering legions enthralled me. But the sixth volume in which the historian describes the rise of the Saracenic power I found especially fascinating19.

“Saya seorang yang suka dengan membaca, dan pada akhirnya saya paling suka baca karya dari Gibbon’s yang berjudul Delice and Fall

(kekaisaran Romawi) yang selesai saya baca sebulum usia dua belas tahun. Meskipun banyak sekali bagian-bagian dari buku tersebut yang kurang saya pahami, dan saya membutuhkan buku-buku tersebut untuk saya baca berulang-ulang kali. Buku tersebut menggambarkan dari kekaisaran Romawi dan perjuangan pasukan mereka dalam menaklukkan itu sungguh memikat saya. Tapi jilid keenam dimana ahli sejarah menerangkan kebangkitan sejarah Arab muslim yang memiliki kekuatan sendiri dalam membuat itu lebih spesial dan mempesonasaya”.

Pertemuan Sayid Ameer Ali untuk pertama kali dengan karya-karya sejarah dan kesustraan dapat membentuk dirinya untuk menjadi seorang ahli sejarah. Ia juga menceritakan bahwa ayahnya adalah seseorang yang memiliki reputasi tinggi sebagai seorang ahli dalam bahasa Arab dan Persia.

Sayid Ameer Ali mempunyai hubungan yang erat dengan teman ayahnya Sayid Keramat Ali. Dia sering mengadakan diskusi dengan Keramat Ali mengenai berbagai mengenai berbagai macam masalah intelektual agama. Bagi Sayid Ameer Ali, Keramat Ali adalah guru spiritualnya. Ia juga telah menerjemahkan buku karya Sayid Keramat Ali mengenai asal-usul ilmu

☎9


(27)

✆8

pengetahuan (Makhaz-i-‘ulum)20. Sayid Keramat Ali juga bangga terhadap karya Sayid Ali yang berjudul Critical Examination Of The Life And Teaching Of Muhammad, ini merupakan karya pertamanya bersama sang ayah dan diterbitkan sebelum ia pulang dari belajar di Inggris.

Sayyid Amir Ali memperoleh pendidikanya di perguruan tinggi Hoogly (Muhsiniyyah21 college) dekat kalkuta (calcutta). Disanalah ia mempelajari bahasa Arab, bahasa Inggris, sastra Inggris, serta hukum Inggris. Selain itu ia juga belajar kepada seseorag maulvi (ulama Islam) ke rumahnya untuk mengajarkan agama Islam serta bahasa-bahasa Persia dan Urdu22.

Pada tahun 1867, Ia mendapatkan ijazah di Universitas Calcutta dalam jurusan hukum. Pada tahun 1868, Ia telah memperoleh gelar sarjana pada jurusan sejarah. Pada tahun 1869, Sayid Ameer Ali mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan sekolah dalam bidang hukum Inggris. Setelah mencapai Bachelor dalam Hukum dan Master dalam sejarah dengan nilai tinggi. Ameer Ali memperoleh beasiswa untuk studi yang lebih tinggi dalam bidang hukum Inggris.

Pada tahun 1873, Ia sudah memperoleh gelar magisternya dalam bidang hukum23. Setelah menamatkan pendidikan di Inggris, Ia kembali ke

20

Mu’in Umat,Historiagrafi Islam(Yogyakarta: Perpustakaan digital UIN Kalijaga, 2008), 13

21

Abdul Sani,Lintasan Sejarah Pemikiran dan Pembaharuan Modern dalam Islam(Jakarta: Raja Grafindo, 1998), 154.

22

Anis Ahmad, “Two Approaches to Islamic History: A Critique of Shibi-li Nu’mani’s and Sayid Ameer Ali’s Intrepretations of History”, (Disertasi, Temple University, New Delhi,

1980), 57.

23


(28)

✝9

India. Di India diangkat menjadi pegawai pemerintah Inggris, pengacara, hakim, dan guru besar dalam hukum Islam.

Sayyid Amir Ali juga merupakan salah satu dari murid Sayyid Ahmad Khan. Ia adalah tokoh pembaharu Islam dalam hal pendidikan. Dalam perjalanan kehidupanya ia pernah mengenyam pendidikan di akademi (sekolah) Aligarh24, Yakni sebuah akademi yang didirikan oleh Sayyid Ahmad Khan dengan nama Muhammedan Anglo Oriental College (M.A.O.C). Sekolah tersebut merupakan pusat dari gerakan Aligarh, gerakan yang berusaha menyebarkan ide-ide dari Sayyid Ahmad Khan. Sebuah gerakan yang menjadi penggerak utama dan berpengaruh besar bagi terwujudnya pembaharuan dikalangan umat Islam India, termasuk Amir Ali25. Pemikiran Sayid Ameer Ali banyak yang sejalan dengan Sayid Ahmad Khan.

Empat tahun setelah kepulangannya dari Inggris, Sayid Ameer Ali mendirikan suatu organisasi atau perhimpunan khusus umat Islam. Organisasi itu bernama National Muhammadan Association26. Organisasi ini merupakan wadah bagi umat Islam India untuk belajar politik, pendidikan, dan kebudayaan umat Islam. Pendidikan dan kebudayaan berfungsi sebagai suatu gerakan pembaharuan Islam di India. Organisasi tersebut menarik perhatian

✞ ✟

Jamaluddin Miri, 11 Tokoh Pembaharuan dan Pemikiran Islam Modern (Surabaya: Diatama, 2009), 90.

✞✠

Yusran Asmuni, Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia Islam(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995), 65.

✞6

Imam Munawir, Kebangkitan Islam dan Tantangan yang Dihadapi Dari Masa ke Masa (Surabaya: Bima Mandiri, 1989), 156.


(29)

✡ ☛

genarasi muda Muslim India27 pada masanya dan juga mendapatkan dukungan dari Sayid Ahmad Khan.

Sebagai orang yang dilahirkan dan dibesarkan dari kalangan keluarga Syiah, sayid Ameer Ali sedikitnya terpengaruh juga oleh pemikiran-pemikiran Syiah. Hal ini terlihat dengan salah satu sikapnya yang cenderung acuh tak acuh terhadap masalah khilafah Usmani yang pada dasawarsa 1930an terancam penghapusan. Namun sayid Ameer Ali juga tidak selalu sepaham dengan Syiah. Hal itu terlihat ketika berbicara tentang poligami dalam Islam.

Sayid Ameer Ali sebagaimana sama dengan Sayid Ahmad Khan begitu patuh dan setia kepada pemerintahan Inggris. Tampaknya karena sikapnya tersebut beliau diangkat menjadi anggota Judical Comittee of Privacy Council di Inggris pada tahun 1909. Lima tahun setelahnya, ia berhenti bekerja di Mahkamah Tinggi Bengal. Dia kemudian menetap di Inggris karena telah beristrikan wanita asli Inggris.

Pada tahun 1910, Sayid Ameer Ali mengesahkan masjid pertama di London. Sekaligus juga berjuang bagi kepentingan untuk umat Islam di London. Akhirnya, Ia juga meninggal dunia di Sussex, Inggris pada tanggal 4 Agustus 1928.

B. Karir Sayid Ameer Ali

Sayid Ameer Ali tidak hanya seorang tokoh pembaharu Islam yang memberikan sumbangan pemikiran dan gerakannya. Namun, Ia adalah

☞ ✌

Wilfred Canwell Smith, Modern Islam in India: A Social Analysis (New Delhi: Usha Publications, 2nd Revised editiono, 1946, reprint 1979), 21-22.


(30)

✍ ✎

seorang pemikir, penulis, pengacara, bahkan guru besar hukum Islam di perguruan tinggi. Berikut adalah beberapa karir yang dimiliki Sayid Ameer Ali dalam beberapa bidang selama hidupnya.

Sayid Ameer Ali adalah seorang pemikir Islam. Ia dijuluki oleh para orientalis Barat sebagai seorang tokoh opologis sejarah. Pemikiran serta tulisannya dalam membela umat Islam dihadapan para orientalis Barat sangat tegas. Sayid Ameer Ali merupakan pembela utama ajaran Islam dihadapan pengadilan opini Barat. Sebagai seorang sejarawan dan tokoh pembaharu yang kembali kepada masa lampau, tulisan-tulisannya di tunjukkan dengan fakta-fakta yang logis dan rasionalitas dalam membela ajaran Islam.28

Karir Sayid Ameer Ali sebagai seorang sejarawan sekaligus tokoh apologis sejarah telah memberikan peran bagi umat Islam India saat itu. Mendorong umat Islam untuk berfikir kemajuan29. Oleh karena itu, Ia mengajak kepada umat Islam untuk meninjau kembali sejarah masa lampau, kemudian merealisasikannya agar umat Islam saat itu juga bisa maju.

Dimana dengan diungkapkannya kejayaan umat Islam di masa lampau akan berguna untuk melawan kontroversinal dari Barat dan untuk melindungi kepercayaan diri kaum Muslim dari budaya Barat yang kuat dan semakin luas30. Namun tujuan utama dari tulisan-tulisan serta argumen-argumennya adalah agar umat Islam mengembangkan Intelektualitas dan humanisme Barat

✏8

Muhammad Yasir, “Sayid Ameer Ali: Rekontruksi Islam, Jurnal Ushuluddin Vol.XVI,No.2,(Juli, 2010), 206.

29

John L. Esposito,The Oxford Encyclopedia Of The Modern Islamic Word (New York: Oxford University Press, 1995), 155.

30


(31)

✑✑

sebagai perkembangan yang sebenarnya dari puncak peradaban Islam itu sendiri, bahkan sebagai pesan Islam yang sejati31.

Sayid Ameer Ali tidak ingin terlena akan kejayaan umat Islam masa lampau, hanya saja ia ingin menegaskan bahwa umat Islam dahulu pernah dan bisa meraih kejayaan dalam berbagai bidang bahkan pusat pendidikan di kuasai oleh umat Islam. Sehingga umat Islam masa modern bisa berfikiran lebih maju untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan bahwasannya pintu ijtihad belum tertutup. Umat Islam akan bisa meraih kejayaan seperti masa lampau kalau berusaha untuk bangkit kembali supaya tidak tertinggal dengan umat Hindu dan tergelincir dengan kebudayaan Barat tanpa filtrasi. Jadi untuk menghidupkan kembali umat Islam seperti dulu obatnya ialah dengan cara menghidupkan kembali rasionalitas32.

Sayid Ameer Ali bukan hanya seorang tokoh pembaharu yang ahli dalam bidang sejarah namun beliau juga seorang yang ahli hukum. Hal ini terlihat, Ia selesai menamatkan gelar sarjana S-1 di bidang hukum tahun 1867, di tahun 1869 mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studi S-2 dalam bidang hukum serta menjadi lulusan terbaik. Sekembalinya dari studi di Inggris, Ia diangkat menjadi pegawai pemerintah Inggris, pengacara, hakim, dan guru besar dalam hukum Islam.

✒ ✓

Harun Nasution, Islam ditinjau dari Beberapa Aspek(Jakarta: UI Press, 1986), 106. ✒✔

Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-Aliran Sejarah, Analisis Perbandingan (Jakarta: UI Press, Cet.V, 1986), 54-55.


(32)

✕ ✖

Pada tahun 1874, Ia dilantik sebagai pensyarah33 di Universitas Calcutta, India danpensyarah di Universiti Muslim Aligard✗✘

.Kemudian, juga mengajar undang-undang Islam di Presidency College. Selanjutnya, pada tahun 1874 Sayid Ameer Ali masuk dalam kantor pemerintahan Inggris di pengadilan Bengal. Adapun pada tahun 1881, Ia menjadi Profesor undang-undang di Universitas Calcutta dan pada tahun 1883, Ia masuk dalam Majlis Gabenor Jeneral India.

Pada tahun 1884, ia memberi kuliah hukum di Universitas Calcutta sebagai Tagore Professor of Law. Dalam tahun yang sama, ia muncul sebagai pengacara dan pembela didalam gugatan hukum yang kontroverional. Kemampuan profesionalnya dirangkaikan dengan semangatnya untuk Islam, maka ia memperoleh ketenaran yang sangat luas di seluruh negeri.

Begitu banyak sekali peran yang diberikan Sayid Ameer Ali untuk umat Islam di India. Namun hal yang paling menonjol besar adalah karirnya dalam bidang politik. Aktivitas politik yang Ia jalani dimulai dari tahun 1877 sampai tahun 1913 M. Berawal mendirikan organisasi politik Islam kecil sampai dengan pembentukan lembaga Liga Muslim di London35. Semua hal yang dilakukan Sayid Ameer Ali untuk memberikan contoh bagi umat Islam untuk tidak tertinggal dengan kemajuan yang dimilki oleh umat Hindu.

33

Pensyarah: Pembicara dalam acara seminar atau orang mengajar di perguruan tinggi seperti dosen, dalamhttp://Kbbi.web.id/pensyarah. (19Februari 2017).

34

Jamaluddin Miri, 11 Tokoh Pembaharuan dan Pemikiran Islam Modern (Surabaya: Diatama, 2009), 100

35

Imam Munawir, Kebangkitan Islam dan Tantangan yang di Hadapi dari Masa ke Masa (Surabaya: Bima Mandiri, 1989), 156.


(33)

✙ ✚

Bahwasannya umat Islam mampu bangkit dan memperoleh kemajuannya kembali.

C. Karya-Karya Sayid Ameer Ali

Latar belakang pendidikan dan pengalaman Sayid Ameer Ali dalam menunjukkan bahwa dia bukan saja menguasai beberapa ilmu pengetahuan. Tetapi juga seorang pemikir yang mengungkapkan ide-idenya tidak hanya pandai dalam berargumen namun juga menuangkan semua wawasan dan pemikirannya dalam sebuah buku-buku. Berikut adalah karya beliau dalam beberapa buku yang menjelaskan tentang pemikirannya :

1. The Spirit Of Islam

Buku The Spirit Of Islam merupakan buku revisi atau kelanjutan

dari buku pertamanya dengan sang ayah, Sa’adat Ali Khan. Buku tersebut

berjudul A Critical Exmination of life and Teaching of Muhammed. pembahasan mengenai bukuA Critical Exmination of life and Teaching of Muhammed dimasukkan dalam bagian pertama dalam buku The Spirt of Islam, sedangkan dalam bagian kedua adalah hasil dari pemikirannya sendiri. Bagian pertama buku ini membahas tentang Sirah Rasulullah dan Kebaktiannya yang terdiri dari 10 bab. Bab satu sampai bab ketiga membahas riwayat nabi Muhammad dari menjadi Rasulullah sampai dengan hijrahnya nabi ke Madinah36.

Bab keempat dan kelima membahas mengenai permusuhan antara orang Quraisy dan orang Yahudi serta penyerbuhan Madinah oleh kaum

✛6

Sayed Amee Ali,The Spirit Of Islam A History Of The Evolution and Ideals Of Islam With A Life Of The Prophet(India: Jayyad Press, 1922), 1-55.


(34)

✜ ✢

Quraisy. Kemudian, bab keenam membahas tentang keteladanan Rasulullah. Bab ketujuh sampai bab kesembilan membahas tentang penyebaran agama Islam, tahun perutusan sampai dengan telaksananya tugas Nabi Muhammad Shallā Allāh ‘alayh wa sallam. Adapun bab kesempuluh membahas tentang penggantian Rasulullah sebagaikhalifah.

Bagian kedua buku ini terdiri dari 11 bab yang diberi judul The Spirit Of Islam. Bab pertama membahas tentang pengertian Islam, prinsip-prinsip etika Islam dan Konsepsi Tuhan menurut Alquran37. Bab kedua mencakup pokok-pokok bahasan tentang Sholat, Puasa, Zakat, Haji, serta mengenai definisi agama, kewajiban dan tanggung jawab manusia, dan beberapa aturan etika dalam Islam. Bab ketiga mengenai pokok bahasan konsepsi Islam tentang kehidupan Akhirat dan konsepsi Alquran tentang kebahagiaan di dunia dan di Akhirat. Sedangkan, bab keempat mencakup bahasan mengenai jihad, perang, dan toleransi dalam Islam.

Bab kelima membahas tentang kedudukan perempuan dalam Islam dari status wanita dalam Islam, perkawinan poligami dan monogami, serta poligami yang dilakukan Muhammad Shallā Allāh ‘alayh wa sallam

Adapun bab keenam mengenai perbudakan dan penghapusan perbudakan dalam Islam. Bab ketujuh mengenai semangat politik dalam Islam sejak hijrahnya Nabi ke Madinah dengan ajaran Islam dan pengaruhnya dalam kehidupan berbangsa dengan berbagai macam agama, budaya, dan ras. Sedangkan, bab kedelapan membahas mengenai perpecahan politik dan

✣ ✤


(35)

✥6

agama dalam Islam karena perbedaan kepentingan politik dan kesukaan yang berkembang sampai pada perbedaan pendapat dalam memahami serta menafsirkan ajaran Islam38.

Bab kesembilan membahas tentang semangat sastra dan ilmu dalam Islam. Ajaran nabi Muhammad mendorong minat ummat Muslim terhadap pengembangan ilmu pengetahuan, sejarah perkembangan pemikiran dan ilmu pengetahuan hingga kejayaan Abbasiyah beserta masa kehancurannya. Bab kesepuluh membahas semangat rasionalis dan falsafah Islam yang terdiri dari perkembangan pemikiran teologi Islam dari faham Jabariyah hingga munculnya berbagai madzab, serta kejatuahan atas rasionalisme dan filsafat dalam Islam semenjak kemenangan teologi Asy’ari atas teologi Mu’tazilah39. Selanjutnya, bab kesebelas membahas semangat mistik dan idealisme dalam Islam. Hal ini terdiri dari timbulnya paham tasawuf semenjak zaman Nabi sampai pada pemikiran Neo-Platonisme hingga munculnya berbagai macam Tarikat Sufi hingga sekarang.

2. A Short Histori of The Saracens

BukuA History Of The Saracensditerbitkan pada tahun 1899 M di London. Dalam buku ini membahas tentang laporan singkat dari masa kemajuan dan kemunduran umat Islam pada saat perang salib. Dilihat dari sisi ekonomi, sosial, dan intelektual. Pada zaman dahulu kemunduran umat Islam saat perang salib, dimulai dari kehancuran Bagdad dan

38

Machun Husain, “Sayid Amir Ali dan Pemikiran Teologiknya” (Yogyakarta: Digital UIN

Sunan Kalijaga, 2008), 27.

39


(36)

✦ ✧

pengusiran bangsa Moor dari Spanyol. Buku ini disusun berdasarkan peta konsep dan genealogi sejarah40.

Berikut adalah peta konsep dan genealogi sejarah Muslim Arab pada saat perang salib yang dijelaskan dalam bukuA Short History Of The Saracens dari Alhambra, Granada Damascus from the River . The Grand Mosque of Damascus Gates on the Road to Shiraz General View of Isphahan . Tomb of Tamarlane, Samarkand Interior of a Saracenic Palace (from van Lejtnep) Moslem Lady in Summer Dress (from D'Ohsson) Moslem Lady in Winter Dress (from D'Ohsson) An Arab Gentleman (from van Lennep) Colonnade of the Mihrab, Cordova Pavilion in the Court of Lions, Alhambra, Granada Tombs of the Caliphs, Cairo Mosque in Cairo . MAPS Arabia at the time of Mohammed. Syria, Irak, etc. Spain under the Arabs. General Map of the Saracenic Empire.

List of genealogical tables Genealogical Table of the Apostolical Imams and the Ommeyade Caliphs. of the Abbasside Caliphs. of the Caliphs of Cordova. of the Fatimide Caliphs. of the Samanides. of the Ghaznavides. of the Sultans of Iconium (Rum)41.

Bagian pertama dalam buku ini menjelaskan tentang sejarah Arab muslim pada masa Abdul Mutholib sampai dengan perjuangan khalifah Ar-Rasiddin yang dimulai dari bab satu sampai dengan bab kelima. Bab pertama, menjelaskan geografi bangsa Arab dan kondisi fisik bangsa Arab pada masa dahulu. Selanjutnya, pada bab kedua menjelaskan sejarah awal

★ ✩

Sayid Ameer Ali,A Short History Of The Saracens(London: Acmillano and CO, 1899), 1. ★ ✪


(37)

✫8

muslim Arab yaitu Abdul Mutholib sampai dengan Bani Abbasiyah yang meletakkan hari hijrahnya nabi Muhammad dalam kementerian. Bab ketiga, menjelaskan tentang hijrahnya nabi Muhammad di Madinah dengan beberapa golongan di Madinah sampai dengan piagam madinah dan wafatnya nabi Muhammad di Madinah42.

Kemudian, bab keempat membahas tentang republik pemerintahan Abu Bakar As-Shiddiq dan Umar bin Khattab yang telah memperoleh kemenangan dan kekalahan saat perang dalam merebutkan wilayah kekuasaan. Bab kelima menjelaskan tentang Khalifah Usman bin Affan dan Ali Bin Abi Tholib.

Pada bab keenam sampai dengan bab kedua puluh lima membahas tentang perebutan kekuasan, pemberontakan serta kematian khalifah pada masa Bani Umayyah I. Bab kedua puluh enam sampai dengan bab ketiga puluh satu membahas tentang perjuangan muslim Arab yang ada di Spanyol yang di pimpin oleh Abdurrahman Ad-Dhakil dengan melawan raja Romawi dan perang dengan orang kristiani dengan menegakkan agama Islam di tanah Eropa. Serta kejayaan umat Islam dengan mendirikan kerajaan di Granada43. Adapun Pada bab ketiga puluh dua sampai dengan bab ketiga puluh tiga membahas tentang perjuang muslim Arab di tanah Afrika dalam perang salib.

42

Sayid Ameer Ali,A Short History, 18-27.

43


(38)

✬9

3. Islamic History Of Culture

Buku ini juga diterbitkan setelah beliau wafat, yakni pada tahun 1931 dan tahun 1932. Buku ini memuat tentang kedudukan wanita dalam Islam serta pengaruh dan peranan wanita dalam Islam. Sistem kekhalifahn dan kemajuan Islam, serta negara dan presepsi Islam, kedudukan kebudayaan Islam di India dan membahas tentang kebudayaan Islam dibawah kekuasaan bangsa Mongol44.

Dari ketiga buku yang ditulis, ternyata mempunyai pengaruh yang sangat besar dikalangan pemikir-pemikir Barat dan mereka merasa kagum serta bangga atas tulisan Sayid Ameer Ali yang mempunyai nuansa cerah bagi generasi Islam selanjutnya.

4. The Ethics Of Islam

Buku ini diterbitkan pada tahun 1893, topik pembahasan dalam buku ini mencakup tentang Filsafat, Psikologi, Akhlaq Filsafat, dan Etika dalam Islam. Terdiri dari 49 bab, jumlah halaman 136. Buku ini menjelaskan etika dalam agama Islam yang dimulai dari Arab Muslim sampai dengan pembelajar ajaran agama Islam yang religius dalam segala tindakan dan kebebasan dalam berfikir45.

Buku ini juga sebuah bentuk usaha kecil dari ceramah atau memberi perkulihan pada masyarakat untuk mewujudkan hakekat Islam yang disampaikan genarasi muda kepada atasan atau pengawas yang meberikan pembelajaran mereka. Seperti pendidikan moralitas yang

✭✭

Mukti Ali,Alam Pikiran Islam Modern di India dan Pakistan(Bandung: Mizan, 1998), 160.

✭ ✮


(39)

✯ ✰

dilakukan oleh nabi Muhammad semasa mudanya itu merupakan bentuk penyebaran kebenaran yang bisa dijadikan contoh oleh orang Non-Muslim.

The Ethics Of Islam membahas segala kebiasaan orang Arab Muslim, menjelaskan tentang Islam adalah agama yang damai, serta hal-hal lain kebiasaan umat Islam dalam masalah dunia dan akhirat.


(40)

(41)

BAB III

PEMIKIRAN SAYID AMEER ALI

Sayid Ameer Ali merupakan tokoh pembaharu Islam yang terkenal dengan pemikiran agama rasionalnya. Rasionalitas yang disampaikan Sayid Ameer Ali itu, dengan membawa bukti sejarah lama Islam yang membuktikan Islam adalah agama kemajuan46. Konsep-konsep pembaharuan Sayid Ameer Ali ditekankan pada ajaran-ajaran Islam pada masa lampau harus diperhatikan kembali. Umat Islam harus membuka pintu ijtihad jika ingin maju seperti umat Islam pada masa lampau. Pemikiran agama rasional cukup berpengaruh bagi umat Islam India pada saat itu, serta ia adalah orang yang pertama kali membuat semangat umat Islam di India semakin meningkat untuk memajukkan umat Islam kembali.

A. Pemikiran Keagamaan

Kata “Islam” menurut Sayid Ameer Ali barasal dari kata Salām atau

Salāmah yang mempunyai dua pengertian: (1) tenang, diam, telah

melaksanakan kewajiban, dan telah membayar lunas, serta berada dalam kedamaian yang sempurna, dan (2) ikhlas yang berarti menyerahkan diri kepada Tuhan yang dengan-Nya orang melakukan perdamaian. Sehingga kata

benda “Islam” tersebut berarti damai, selamat, aman, dan keselamatan47. Esensi prinsip-prinsip etika yang ada dalam Islam serta yang membentuknya tertuang dalam AlQuran surat Al-Baqoroh ayat 1-6, yang 46

Harun Nasution,Pembaharuan dalam Islam dan Gerakan(Jakarta: Bulan Bintang, 2003), 81.

47

H.A.R.Gibb,Modern Trends in Islam(Chicago: The University of Chicago Press, 1947), 137-138.


(42)

32

menyimpulkan bahwa landasan pokok agama Islam terdiri dari 5 butir yaitu, (1) Kepercayaan terhadap adanya Allah yang Maha Esa, tidak berupa materi, Maha Kuasa, Maha Pengasih, Maha Pecinta, (2) Kedermewaan dan Persaudaraan diantara sesama manusia, (3) Penakluklakan terhadap berbagai nafsu jahat,(4) Pencurahan rasa syukur kepada Allah yang memberi segala macam kebaikan, dan (5) Pertanggungjawaban atas perbuatan-perbuatan di hari kemudian.

Konsepsi-konsepsi Islam mengenai kekuasaan Allah sesunggunya

semuanya telah dinyatakan dalam Alqurān yang pembahasaannya mencakup

semuanya yang berhubungan dengan Allah, seperti ke-Esaan Allah, imaterialitas, ke-Maha besaran Allah, dan ka-Maha pemurah Allah. Islam sendiri sebenarnya menghimbau kesadaran batin manusia atau akal intuisinya supaya manusia tergerak untuk meningkatkan dirinya dalam rangka memenuhi kewajibannya terhadap Allah melalui pelayanan kepada sesamanya48.

Maka jelaslah bahwa, menurut Sayid Ameer Ali dalam Islam terdapat aspek-aspek kemanusian dan rasional diantara aspek kepercayaan atau dogmatik. Meskipun pembahasan mengenai masalah ke-Esaan Allah atau Tauhid hanya dijelaskan secara eksplisit49.

Dalam pemikiran keagamaannya, ia tergolong rasional. Meskipun sering kali, ia memuji Islam dalam masa-masa yang indah. Namun, ia tidak memungkiri bahwa adanya masa-masa kelabu yang ada pada sejarah Islam. 48

Ibid., 174.

49

Machun Husain, Sayid Ameer Ali dan Pemikiran Teologiknya (Yogyakarta: Digital Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga, 2008), 31.


(43)

33

Sayid Ameer Ali menjelaskan bahwa hal tersebut merupakan konsekuwen alamiah dari setiap kebudayaan50. Untuk lebih jelasnya dalam memahami bagaimana konsep ketauhidan atau ke-Esaan Allah dan Teologi Islam.

Dalam bukunya yang berjudul“The Spirit Of Islam”Sayid Ameer Ali mengatakan:

“Let us now take a brief retrospect of the religious conception of the peoples of the world when the prophet of Islam commenced his preachings. Among the heathen Arabs the idea of godhead varied according to the culture of the individual or of the clan. With some it rose, comparatively speaking, to the “devinisation” or devication of nature; among others it fell to simple fetishism, the adoration of a piece of dough, a stick, or a stone”.

Maksud dari pernyataan di atas adalah “Mari kita sekarang melihat tinjauan kembali gambaran agama-agama lain di dunia. Di antaranya, penyembahan berhala pada masyarakat Arab jahiliyah yang mana Tuhan pada saat itu banyak sekali variasi di antara mereka dalam memahami Tuhan. Pemahaman mereka tentang Tuhan disesuaikan menurut masing-masing individu atau suku. Oleh karena itu pemujaan mereka berbeda antarsuku yang satu dengan suku yang lain. Di antaranya ada yang memuja terhadap segumpal roti, sebuah tongkat, ataupun batu”.

Selanjutnya, Sayid Amir Ali dalam memaparkan argumennya tentang Tuhan, ia lebih cenderung menekankan pada keesaan Tuhan yang di bawah oleh Nabi MuhammadShallā Allāh ‘alayh wa sallam. Menurutnya, Islam adalah agama yang paling sempurna51. Sebab, di dalam agama Islam tidak

50

H.A. Mukti Ali,Alam Pikiran Islam Modern di India dan Pakistan (Bandung: Mizan, 1993), 143.

51


(44)

34

ada penyembahan-peyembahan lain selain Allah subhanahu wa Ta’ālā karena itu Islam adalah satu-satunya agama yang berdiri paling depan untuk menolak adanya penyekutuan terhadap Tuhan dengan makluk lain52. Sebagaimana terdapat dalam surat Al-Ikhlas ayat 1-4.

Surat tersebut jelas, bahwasannya di dalam agama Islam hanya ada satu Tuhan, yakni ”Allah” subhanahu wa Ta’ālā dan tidak ada satupun yang dapat menyetarai-Nya, tidak beranak dan diperanakkan. Beda lagi dalam agama-agama lain misalnya dalam agama Kristen banyak orang-orang Kristen yang mencari pegangan pada seorang-orang manusia yang dianggapnya sebagai Tuhan. Bunda Maria juga disembah sebagai Tuhan dan diberi sesaji berupa kue Collyris.

Jadi, jelaslah bahwa dalam konsep ketuhanan ini, Sayyid Amir Ali lebih menekankan pada ke-Esa-an Tuhan “Allah” dalam agama Islam melalui metode komparatif dengan agama-agama sebelumnya. Ke-Esaan Tuhan dalam agama Islam merupakan Tauhid yang murni. Dengan demikian, Ia menunjukkan bahwa agama Islam adalah satu-satunya agama yang paling benar dan rasional.

Selanjutnya masalah teologis dalam Islam dimulai setelah wafatnya Rasulullah, tepatnya terjadi saat pada masa pemirintahan Khalifah Ali Bin Abi Tholib. Ketika itu pihak Muawiyah melakukan pemberontakan namun saat kemenangan akan berada ditangan Ali Bin Abi Tholib, Muawiyah

52

Muktafi Sahal dan Ahmad Amir Aziz,Teologi Islam Modern(Surabaya: Gitamedia Press, 1999), 88.


(45)

35

melakukan suatu taktik politik yang licik53. Akhirnya disitulah umat Islam

terpecah belah menjadi tiga golongan Islam dan Politik yaitu, Syi’ah,

Khawarij, dan Murjiah.

Dari penggambaran umat Islam saat itu juga mengakibatkan dunia Islam diseluruh wilayah mengalami kemunduran dan kelemahan dalam pemimpin-pemimin Islam termasuk juga yang terjadi di India. Hal yang menjadi penyebab lemahnya muslim di India yaitu, metode berfikir dalam bidang teologi yaitu, metode berpikir tradisional. Matode berpikir rasional oleh aliran teologi Mu’tazilah sudah lama padam, yang ada adalah metode berpikir tradisional yang dikembangkan oleh aliranAs’ariyah. Meskipun

As’ariyahmendamikan antara pemikiranQodariyahdanJabariyah54.

Aliran Mu’tazilah telah berperan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan rasionalisme dalam Islam. Dalam beberapa abad aliran

Mu’tazilah tersebut telah mempengaruhi umat dan membawa kemajuan

dalam beberapa bidang. Ahli-ahli ilmu pengetahuan, sebagai dokter penyakit, ahli fisika, ahli matematika, ahli sejarah kesemuanya masuk dalam golongan

Mu’tazilah. Ketiga aspek inilah (ijtihad-rasionalisme serta ilmu pengetahuan) yang oleh Amir Ali dianggap akan bisa membawa kejayaan umat Islam sebagaimana telah dialami dan dibuktikan oleh para ilmuan periode awal dinasti Abbasiyah55.

53

Harun Nasution,Sejarah Teologi Islam(Jakarta: UI Press, 2006), 16.

54

Harun Nasution,Pembaharuan dalam Islam dan Gerakan(Jakarta: Bulan Bintang, 2003), 108.

55

Sayid Ameer Ali,The Spirit Of Islam A History Of The Evolution and Ideals Of Islam With A Life Of The Prophet(Delli: Jayyad Press, 1922), 419.


(46)

36

Modern muslim saat itu beranggapan pintu ijtihad telah tertutup. Ijtihad bagi mereka adalah sama halnya dengan perbuatan dosa. Padahal agama Islam tidak bertentangan dengan rasionalitas dan pemikiran filosofis. Islam merupakan ajaran agama yang mula- mula memberikan kebebasan berpikir secara mengagumkan. Jadi untuk dapat menghidupkan umat Islam kembali seperti dulu obatnya ialah dengan cara menghidupkan kembali rasionalitas56.

Agama Islam tidak lagi dipahami hanya dalam pengertian historis dan doktriner , tetapi telah menjadi fenomena yang kompleks. Islam tidak hanya terjadi dari rangkaian petunjuk formal tentang bagaimana seorang individu harus memaknai kehidupannya. Islam telah menjadi sebuah sistem budaya, peradaban, komunitas politik, ekonomi, dan bagian sah dari perkembangan dunia57.

B. Pemikiran Sosial

Sayid Ameer Ali dalam menguraikan argumen-argumen menggunakan metode perbandingan, dimana dalam hal tersebut disertai dengan uraian-uraian yang rasional. Sama seperti saat menjelaskan masalah kedudukan perempuan dan masalah perbudakan. Dimana dalam hal tersebut, ia terlebih dahulu membawa ajaran-ajaran serupa dalam agama lain dan kemudian menjelaskan dan menyatakan bahwa Islam membawa perbaikan terhadap ajaran-ajaran agama sebelumnya serta menjelaskan bahwasannya ajaran agama Islam tidak bertentangan dengan akal.

56

Muhammad Al-Bahiy,Pemikiran Islam Modern(Jakarta: Pustaka Panjimas, 1986), 171.

57

Atho Mudzhar,Pendekatan Studi Islam, dalam Teori dan Praktek(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011) , 15.


(47)

37

Menyangkut masalah kedudukan perempuan, dalam bukunya The Spirit Of Islam pada bab lima tersebut dijelaskan kedudukan perempuan dalam Islam dari status wanita dalam Islam, perkawinan poligami dan monogami, serta poligami yang dilakukan Rasulullah58. Sayid Ameer Ali menjelaskan bahwa sepanjang sejarah sebelum Islam datang, kedudukan wanita sangat rendah bahkan lebih jauh lagi, mereka hanya dijadikan obyek seksual kaum laki-laki. Begitulah pandangan dan perlakuan terhadap kaum perempuan yang dilakukan bangsa-bangsa sebelum Islam datang59. Kemudian, Islam memberikan hak-hak yang sebelumnya tidak wanita punyai, dan diberinya hak-hak yang tidak beda sama sekali dengan kaum laki-laki dalam menjalankan segala kekuasaan hukum dan jabatan.

Selanjutnya, masalah perkawinan poligami dan monogami60. Dalam masalah tersebut Sayid Ameer Ali memandang bahwasannya perkawinan poligami itu seperti suatu yang sudah melembaga. Kaum penguasa (Raja dan Bangsawan) melakukan hal tersebut sebagai suatu yang sakral atau benar. Pandangan tersebut juga telah diikuti oleh beberapa agama dibeberapa negara seperti India, Babilonia, Assyria, Persia, dan Israel61.

Bagi kalangan orang Arab, sistem perkawinan poligami itu suatu hubungan perkawinan sementara dan biasa saja untuk dilakukan. Hal tersebut

58

Ameer Ali,The Spirit Of Islam, 240.

59

Ibid., 241.

60

Poligami: Suatu istem pekawinan yang dilakukan lebih dari ke satu orang atau banyak orang, oleh W.J.S. Poerdarminto, Kamus Umum Besar Bahasa Indonesia, ed.3, Perpustakaan Depetemen Pendirdikan Nasioanal(Jakarta: Balai Pustaka, 2006), 904.

Monogami: Suatu sistem pernikahan yang dilakukan hanya kepada seseorang saja, oleh Musfir Al-Jabrani,Poligami dari Berbagai Presepsi(Jakarta: Gema Insani Press, 1997), 37.

61


(48)

38

menunjukkan betapa rendahnya kedudukan perempuan pada masa itu. Kemudian setelah Islam datang, semua keadaan menjadi berubah Islam mendudukan perempuan pada tempat terhormat.

Perkawinan poligami suatu yang tidak bisa harus dihilangkan. Dalam Islam, pernikahan poligami bisa terjadi karena suatu hal atau tergantung keadaan yang melatar belakanginya, seperti memilahara perempuan tersebut dari kelaparan dan kemiskinan. Perkawinan dalam Islam tidak meletakkan wanita berada dibawah laki-laki. Perempuan diberikan hak yang sama dalam perkawinan itulah bentuk penghargaan Islam terhadap harga diri seorang perempuan cukup tinggi62.

Semakin manusia mempergunakan rasionalitasnya dan semakin maju peradaban yang dimilikinya akan lebih mudah memahami akibat negatif poligami dan arti pelarangannya semakain mudah dipahami. Ameer Ali menyebutkan bahwa dalam pandangan Mu’tazilah yang rasional sangat menentang sistem perkawinan poligami, dan mereka termasuk kalangan menganut monogami yang taat. Menurut Mu’tazilah perkawinan dimaknai sebagai persatuan untuk hidup antara laki-laki dan perempuan dengan menjauhakan yang lainnya63.

Sama seperti dijelaskan diatas, Islam juga membenarkan praktik perkawinan poligami jika melihat keadaan tertentu, seperti halnya praktik poligami yang dilakukan Rasulullah. Nabi Muhammad Shallā Allāh ‘alayh wa sallam melakukan poligami setelah Siti Khadijah meninggal dunia,

62

Ameer Ali,The Spirit Of Islam, 256.

63


(49)

39

karena cinta dan kesetian Rasulullah hanya pada Siti Khadijah. Perkawinan Rasulullah dengan sejumlah perempuan, bukanlah perkawinan yang wajar atau biasa. Hal tersebut karena, perkawinan tersebut tidak menekankan pada hubungan kepuasaan (biologis), namun lebih kepada suatu hubungan kepuasan (psikologis)64.

Perkawinan nabi Muhammad Shallāhu A’laihi Wa’Salaām selain dengan Siti Khodijah memiliki motif dan latar belakang kemanusiaan universal dan demi kepentingan dakwah (Syiar) bagi agama yang dibawahnya. Misalnya, perkawinan dengan Zaynab janda yang dicerai zaid, Juwariyah seorang tawanan yang dimerdekakan Nabi, Safiah seorang wanita Yahudi yang menjadi tawanan dan dimerdekakan Nabi, dan Maimunah seorang wanita tua yang miskin yang dikawini Nabi untuk memberikan nafkah serta kesemuanya tersebut adalah permintaan mereka sendiri untuk dikawini Rasulullah.

Sekalipun praktik pernikahan poligami benar-benar dilakukan Rasulullah, namun sesunggunya Nabi menyuruh untuk berhati-hati dalam melakukan poligami karena pada hakikatnya mengandung unsur yang dapat menyakiti hati seorang perempuan.

Dalam perkembangan sosial, terkadang praktik poligami merupakan suatu hal yang tak bisa dihindari dan dengan sendirinya dibenarkan. Begitu pula, pada masyarakat yang belum maju dan tidak mempergunakan rasionalitasnya serta dalam kondisi tertentu akan memandang poligami 64

Alimuddin, “Api Islam Sayid Ameer Ali: Perdebatan atas wacana poligami, budak, ,

ekstalogi, Jurnal Toleransi: Media Komunikasi Umat Beragama, No.1, (Januari-Juli, 2016), 8.


(50)

40

adalah suatu hal yang terpuji. Karena ajaran yang dibawah oleh Nabi MuhammadShallā Allāh ‘alayh wa sallam berlaku untuk setiap masa.

Menurut Sayid Ameer Ali, poligami bukanlah kejahatan yang harus disesalkan65. Semakin manusia mempergunakan rasionalitasnya dan semakin maju peradaban yang dimilikiny akan lebih mudah memahami akibat negatif poligami dan arti pelarangannya semakin mudah dipahami.

Selanjutnya masalah perbudakan. Sayid Ameer Ali menyatakan praktik perbudakan sudah ada sejak lama, yang dilakukan oleh beberapa bangsa seperti, Yunani, Romawi, dan Jerman. Agama Kristen sebagai suatu sistem dan kepercayaan tidak melakukan protes terhadap praktik perbudakan, tidak memberikan aturan , dan tidak pula mengurangi perbudakan tersebut. Ketika agama Islam datang, mencoba untuk memberikan peraturan perbudakan dan mencoba membebaskan masalah perbudakan yang telah ada66.

Perbudakan merupakan suatu kejadian sosial yang sudah tertanam lama dalam kehidupan masyarakat saat itu. Ketika Islam periode Mekkah yang datang lewat nabi Muhammad masalah perbudakan masih tetap merupakan suatu fenomena dan realitas hidup keseharian. Pada masa tersebut, nabi Muhammad mencoba menerima perbudakan lantaran menjadi tawanan dalam perang. Itu adalah satu-satunya perbudakan yang dapat dibenarkan oleh hukum, karena ketika mereka ditebus dalam tawanan atau

65

Sayid Ameer Ali,The Spirit Of Islam A History Of The Evolution and Ideals Of Islam With A Life Of The Prophet(Delli: Jayyad Press, 1922), 257.

66

Harun Nasution,Pembaharuan dalam Islam dan Gerakan(Jakarta: Bulan Bintang, 1987), 186.


(51)

41

menebus kemerdekaannya sendiri lewat upah pekerjaan maka dinyatakan telah merdeka dengan sendirinya tidak lagi ada hubungannya denga tuanya67.

Perbudakan yang ada di kota Mekkah tidak bisa dihapuskan sekaligus karena masalah penghapusan perbudakan bisa menimbulkan gejolak sosial dalam masyarakat Mekkah. Alquran secara bertahap menyikapai hal tersebut dengan mentoleri perbudakan, misal masih dibolehkan praktik-praktik tuan laki-lainya agar menjaga kemaluannya kecuali kepada istri dan budak-budak wanita yang mereka miliki.

Meksipun dibolehkan praktik- praktik seperti ini dikaitkan dengan himbauan moral, menurut alquran demi menjaga kemaluan dan memelihara kehormatan seorang laki-laki. Karenanya, al-Quran sendiri segera menambahkan,yang mencari di balik itu berarti seperti berzina, homoseksual, dan praktik-praktik seksual lain yang terlarang menurut alquran maka mereka itulah orang-orang melampaui batas. Berikut ayat Alquran yang bersangkutan dengan hal tersebut;

“Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya (kehormatannya), kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki,

maka sesunggunya mereka dalam hal ini tiada tercela” (QS: Al-Mu’minun: 5-6).68

Meskipun demikian, dalam kondisi struktur ekonomi masyarakat Mekkah yang timpang; adanya jurang yang terjal antara yang miskin dan kaya serta antara yang kuat dan yang lemah. Alquran acap kali mengkritik 67

Ameer Ali,The spirit Of Islam, 230.

68


(52)

42

kaum bangsawan yang konglomerat karena mereka tidak mau memberikan sebagian rezeki mereka kepada budak-budak yang mereka miliki, agar budak-budak mereka juga turut merasakan rezeki tersebut. Alquran menyebutkan sikap orang-orang kuat dan kaya tersebut sebagai bentuk pengingkaran terhadap nikmat Allah.

C. Pemikiran Politik

Konsepsi pemikiran politik Islam yang ditekankan Sayid Ameer Ali dalam bukunya The Spirit Of Islam terdapat pada bab VII dan VIII bagian kedua, yaitu ada tiga poin penting yang dijabarkannya. Berikut rinciananya: 1. Toleransi dan Persamaan Antar Warga Negara

Makna dari politik Islam adalah sikap toleransi dan persamaan setiap warga negara. Toleransi yang diberikan Islam terhadap pemeluk agama lain meliputi perlindungan terhadap jiwa, agama, dan harta benda69. Pemerintah Islam tidak akan menghalangi pelaksanaan ibadah dan peringatan hari-hari besar bagi pemeluk agama lain, tidak akan mengusir pendeta atau pemuka mereka serta tidak akan pernah menghancurkan salib.

Disamping sikap toleransi dan pemberian persamaan anatarwarga yang dimaksud adalah persamaan hak dan kewajiaban warga negara di mata hukum . Setiap pelaku kejahatan tindak pidana baik yang dilakukan oleh Muslim maupun non-Muslim, penguasah atau rakyat akan ditindak

69


(53)

43

sebagaimana hukum yang berlaku70. 2. Pengaturan Negara

Pengaturan negara Islam memberikan tiga konsepsi yaitu, pertama berlandaskan kepada menjunjung tinggi hak dan kewajiaban. Kedua, hukum harus berdasarkan prinsip persamaan, sederhana dan tepat. Ketiga, kedudukan hukum harus lebih tinggi dari kedudukan kekuasaan71.

Anis Ahmad72 menyimpulkan uraian Ameer Ali tentang pengaturan negara menjadi tiga, yaitu pertama, semua manusia adalah sama, oleh karena mereka mempunyai hak yang sama untuk berpartisipasi dalam politik negara serta tanggungjawab yang sama. Kedua, Islam menolak segala bentuk penindasan serta mengutuk para penindas rakyat, seperti raja yang diktator. Ketiga, sistem politik Islam berdasarkan hukum Allah. Otoritas tetap ditangan rakyat, dengan kata lain rakyatlah yang memegang keputusan dengan bantuan Alquran dan Hadist.

3. Perpecahan Politik

Perpecahan politik umat Islam berasal dari sikap kepentingan politik yang berbeda dan sikap fanatik atau kesukaan yang berlebihan yang berkembang sampai kepada perbedaan pendapat dalam memahami ajaran Islam sendiri. Hal itu terjadi dimulai saat pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Tholib. Pada masa pemerintahannya terjadi pemberontakan dari umat 70

Ameer Ali,Api Islam, 300.

71

Muhammad Sa’id Bustomi, Gerakan Pembaharuan Agama; Antara Modernisasi dan Tajidudin(Bekasi: Wala Press, 1995), 45.

72

Anis Ahmad: Adalah seorang ilmuan Islam berasal dari Pakistan, Profesor dan pernah belajar di Karachi University Temple University International Islamic, dalam disertasinya dia menuliskan tentang pembaharuan yang dilakukan Sayid Ameer Ali, oleh http://dawah.iiu.edu.pk/anis/ahmad.


(54)

44

Islam sendiri, seperti pemberontakan yang dilakukan Muawiyah bin Abi Sofyan dan Siti Aisyah istri Rasulullah.

Dari pemberontakan-pemberontakan tersebut mengakibatkan umat Islam terpecah dalam tiga kaum yaitu, Khawarij, Syi’ah, dan Murjiah. Kesemua kaum tersebut memiliki kepentingan tersendiri dalam politik, sehingga dalam memahami dan menafsirkan ajaran Islam sesuai dengan kehendak masing-masing kaum tidak sesuai dengan ajaran Allah dan Rasul-Nya73.

Setelah periode ke-Khalifahan sahabat Ar-Rasyiddin berakhir diganti dengan ke-Kholifahan yang bersifatmonarchiatau sistem kerajaan semua ajaran Islam yang dibawah dan diteladani oleh para sahabat, berubah menjadike-Khalifahanyang hanya memikirkan kekuasaan semata tanpa melakukan perbaikan-perbaikan untuk kepentingan umat Islam.

Dalam sejarah Islam klasik bentuk pemerintahan dan politik Islam tercatat semenjak kekuasaan Bani Umayyah I telah terjadi pergeseran dan penyimpangan. Dasar-dasar persamaan, toleransi, dan musyawarah telah

ditinggalkan. Semenjak Mu’awiyah memimpin khalifah-khalifah bukan lagi dipilih dengan suara terbanyak. Memaksa rakyat untuk bersumpah setia terhadap setiap penggantian khalifah.

Namun, ada satu pemerintahan dari Bani Umayyah yang patut dijadikan pelajaran bagi masa depan adalah pemerintahan yang dipimpim oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Ia adalah seorang raja yang saleh,

73


(55)

45

pemerintahan yang baik dan seorang Muslim yang takut pada Tuhan. Hidupnya meneladi dari khalifah kedua yaitu Umar bin Khattab.

Selanjutnya, setelah kekuasaan Bani Umayyah berakhir dan diganti dengan pemerintahan Bani Abbasiyah. Keadaan umat Islam yang dulunya merasa mendapatkan pelakuan diskriminasi dari bangsa Arab merasa damai dan merdeka. Bani Abbasiyah merupakan orang-orang yang cakap, mempunyai pandangan kedepan yang luas serta kecakapan sebagai seorang negarawan. Sehingga pada masa kekuasaan Abbasiyah dunia Islam mengalami kemajuan dalam segala bidang seperti, luasnya ilmu pengetahuan, teknologi, serta sumber segala ilmu berasal dari dunia Islam waktu itu74.

Dalam sejarah Islam klasik, Bani Abbasiyah telah memberikan sumbangan besar dalam hal ilmu pengetahuan dan perkembangan peradaban yang besar pada dunia ini. Sistem politik dan administrasi Abbasiyah yang digunakan oleh dinasti-dinasti sesudahnya juga berasal dari kecakapan Mansur yang absolut.

Meskipun tidak dipungkiri juga pada masa keemasan tersebut masih saja ada kekuatan yang ingin memiliki kepentingan sendiri untuk menguasainya. Mengatas namakan agama dan golongan sendiri untuk membenarkan perilakunya. Menurut Sayid Ameer Ali, penyebab utama terpecahnya kekuatan politik Islam berakar pada permusuhan klasik antara susku-suku Arab, serta perasaan cemburu dari suku Quraisy terhadap Bani 74

Ahmad Syalabi,Sejarah dan Kebudayan Islam Jilid 3 (Jakarta: Al-Husna Dzikra, 1997), 80.


(56)

46

Hasyim khususnya75.

Karena perpecahan politik tersebut mengakibatkan ajaran Islam terpecah. Dalam bidang ilmu kalam ada dua madzab yaitu, Syiah dan

Sunni. Dalam ilmu fiqih juga muncul empat madzab yaitu, Hanafi, Syafi’i,

Maliki, dan Hambali. Kesemuanya beranggapan yang mereka percayai adalah yang paling benar.

Semua hal yang terjadi menurut Sayid Ameer Ali merupakan bentuk keserakahan atas kekuasaan duniawi. Ambisi kekuasaan dunia adalah kejahatan paling buruk karena hal tersebut menimbulkan bencana bagi umat manusia. Kejahatan dan kebajikan dipergunakan untuk mencapai ambisi tersebut sehingga tiada bedanya anatara keduanya76. Bahkan agama pun dipaksa mengabdi kepadanya. Ambisi yang berselimutkan agama telah mengakibatkan bencana bagi umat manusia

75

Sayid Ameer Ali,Api Islam,The Spirit Of Islam, Terj.H.B. Jassin (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), 167.

76


(57)

31


(58)

(59)

Bab IV

Politik Kooperatif Sayid Ameer Ali (1877-1913 M) A. Faktor Yang Mempengaruhi Politik Kooperatif Sayid Ameer Ali

Berikut adalah faktor sosial-politik yang mempengaruhi politik kooperatif Sayid Ameer Ali. Sayid Ameer Ali adalah tokoh pembaharu Islam pada awal abad ke-20 M. Ia lebih banyak melakukan pembaharuan dalam bidang politik. Wujud dari pembaharuan yang dilakukannya merupakan respon terhadap kontak hubungan dengan kolonial Inggris sebagai usaha untuk menginterpretasi Islam dalam menghadapi perubahan kehidupan77.

Keterbelakangan yang dialami oleh umat Islam bukan hanya dari masalah pendidikan, ekonomi, namun juga kepada kehidupan sosial masyarakat. Semulah berawal dari sikap diskriminasi pemerintah kolonial Inggris terhadap umat Islam yang tidak memberikan tempat untuk umat Islam untuk menduduki kursi pemerintahan78. Oleh karena itu, ia lebih banyak melakukan pembaharuan di bidang politik. Berikut pemaparan faktor sosial-politik yang mempengaruhinya.

1. Faktor Sosial

Keadaan umat Islam pada masa modern masih berpegang teguh terhadap ajaran ulama abad ke-9. Bahwasannya pintu ijtihad menurut mereka sudah tertutup, yang tentunya ulama pada masa itu tidak mengetahui keadaan yang dialami umat Islam pada masa modern atau 77

Suhermanto, et.al,Pemikiran Modern dalam Islam(Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2013), 7.

78

Abdul Sani,Lintasan Sejarah Pemikiran Perkembangan Modern dalam Islam(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998), 138.


(60)

awal abad ke-2079. Ameer Ali melihat kondisi umat Islam seperti itu, mencoba merubah cara pandang semacam itu dengan menggalakkan semangat berijtihad yang selaras dengan kebutuhan, tuntutan, serta tantangan situasi yang dihadapi saat itu.

Ijtihad merupakan sarana untuk mencapai berbagai penemuan baru dan hal tersebut haruslah bersifat rasional dan semestinya lebih memajukkan umat Islam dalam bidang ilmu pengetahuan. Bertolak dari hal ini Sayid Ameer Ali melihat bahwa kebebasan berkendak manusia yaitu, dengan ijtihad dan ilmu pengetahuan merupakan aspek yang amat rasional dalam Islam. Karena aspek inilah yang akan membawa umat Islam kejayaannya80.

Menurut Sayid Ameer Ali jiwa yang terdapat pada manusia sama dengan jiwa Alquran yang mengacu pada kebebasan yang bertanggung jawab, bukan fatalis. Islam tidak dijiwai olehqadhā’danqadaratau faham

jabariyah, melainkan jiwa qadariyah yang mengacu pada free will and free act81. Melalui faham tersebut, kelompok umat Islam telah berhasil membawa kemajuan ilmu pengetahuan dan filsafat.

Ilmu pengetahuan menurutnya, mempunyai kedudukan yang tinggi dalam Islam. Dengan digambarkannya bagaimana kecintaan, perhatian, dan pengembangan ilmu pengetahuan dimulai semenjak masa Khalifah

ar-79

Muktafi Sahal dan Ahmad Amir Aziz,Teologi Islam Modern(Surabaya: Gitamedia Press, 1999), 90.

80

Hasan Muarif Ambary, et.al. “Suplemen Ensiklopedi Islam”, ed. Azyumardi Azra, et.al.,

(Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996), 29.

81


(61)

Rasyiddin, selanjutnya menemukan momentumnya pada masa pemerintahan Abbasiyah.

Dilihat dari segi kehidupan ekonomi, umat Islam India mengalami berbagai masalah penyakit dan kelaparan karena akibat ekploitasi hasil dari pertanian mereka82. Melihat hal tersebut, Sayid Ameer Ali mencoba membangkitkan mereka dari ketidurannya supaya bertindak dan merubah nasib mereka karena tidak ada yang mampu merubah nasib suatu kaum jika dia sendiri tidak berusaha.

Hal ini sesuai dengan perintah Allah dalam Alquran. Firman Allah

Subhānallahu wa Ta’ālā:

“Bagi manusia dan malaikat-malaikatnya yang selalu mengikutinya bergiliran, dimuka dan dibelakngnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesunggunya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia” (QS: Ar-Ra’d: 11).83

2. Faktor Politik

Inggris menjajah wilayah anak benua India, hal tersebut membuat hak kemerdekaan umat Islam telah dicabut. Inggris menempatkan posisi umat Islam dengan sedemikian rupa. Umat Islam sama sekali tidak diberi tempat dalam pemerintahan. Startegi politik

82

Suwarno,Dinamika Sejarah Asia Selatan(Yogyakarta: Ombak, 2016), 110.

83


(62)

yang dilakukan para kolonialis Inggris merupakan kebijakan politik untuk mencega kekuasaan umat Islam berkembang kembali84.

Melihat sikap diskriminasi yang dilakukan oleh pemerintah Inggris. Sayid Ameer Ali mengmbil taktik untuk menjadikan pemerintahan Inggris sebagai jalan memperoleh kemajuan dalam segala bidang, yaitu dengan pro terhadap kekuasaan pemerintah Inggris.

Pada awal abad ke-20 keadaan umat Islam juga mengalami kemunduran dalam masalah keagamaan, hal tersebut karena berpengaruhnya faham teologi Asy’ariyah. Umat Islam berfikiran apatis, jumud, dan fatalis terhadap nasibnya. Melihat umat Islam seperti itu, Sayid Ameer Ali mencoba menghidupkan kembali rasaniolitas umat Islam dengan cara mengembalikan faham

Mu’tazilah85.

Mu’tazilah merupakan faham yang digunakan dalam

pemerintahan Bani Abbasiyah dan terbuktik pada masa itu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi begitu melesat. Sehingga bahasa Arab dijadikan bahasa dunia serta kota Bagdad disebut kota ilmu86.

84

Abdul Sani,Lintasan Sejarah Pemikiran Perkembangan Modern Dalam Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998), 136.

85

Sayid Ameer Ali, The Spirit Of Islam A History Of The Evolution and Ideals Of Islam With A Life Of The Prophet(Delli: Jayyad Press, 1922), 352.

86

Harun Nasution, Teologi Islam, Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, Cet. 5 (Jakarta: UI-Press, 2010), 78.


(1)

rasional Sayid Ameer Ali cukup berpengaruh terhadap umat Islam India pada saat itu. Ia juga orang yang pertama kali membakar semangat umat Islam di India. Sehingga umat Islam India mengalami kejayaan. Maksud pemikiran agama rasional itu mencakup kedalam tiga aspek; pemikiran, pemikiran keagamaan, pemikiran sosial, dan pemikiran politik.

3. Bentuk politik kooperatif Sayid Ameer Ali adalah dengan mendirikan organisasi politik yang ada di India dengan nama National Muhammaden Association, Liga Muslim cabang London, dan keterlibatannya dalam pemerintahan Inggris di India yaitu The Viceroy’s Council. Berikut adalah politik kooperatif yang dilakukan Sayid Ameer Ali terhadap kolonial Inggris di India:

a. Ia memberikan pendidikan politik kepada umat Islam India, terutama memberikan pengetahuan tentang masalah taktik Eropa.

b. Ia menciptakan kemandirian dan harga diri umat Islam India.

c. Gagasan-gagasan yang disampaikan Sayid Ameer Ali kepada pemerintah kolonial Inggris membuat mereka berubah fikiran mengenai Islam dan kerjasama pemerintah dengan umat Islam India semakin mudah.

B. SARAN

1. Untuk almamater terbaik UIN Sunan Ampel terkhusus Fakultas Adab dan Humaniora jurusan Sejarah Peradaban Islam. Semoga skripsi ini menambah referensi untuk para mahasiswa sejarah tentang tokoh pembaharuan.


(2)

2. Untuk Fakultas Adab Dan Humaniora diharapkan mempertahan setiap potensi mahasiswa yang ada, bila perlu dapat dikembangkan oleh fakultas. 3. Untuk kawan-kawan mahasiswa sejarah semoga skripsi ini memberikan


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Abdilah, Aam.Pengantar Sejarah. Bandung: Pustaka Setia, 2012. Abu, Su’ud.Asia Selatan. Semarang: UNNES Press, 2006.

Ahmad, Amin Husayn. Seratus Tokoh dalam Sejarah Islam. Bandung: Remaja Persada Karya, 1999.

Ahmad, Anis. “Two Approach To Islamic History: A Critique Of Shilbi-li Nu’mani’s and Sayed Ameer Ali’s Interpretations Of History”. Disertasi: Temple University New Delhi, 1980.

Al Bahiy, Muhammad.Pemikiran Islam Modern. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1986.

Alim, Ma’shum Nur.Filsafat Islam Modern. Surabaya: Elkaf, 1996.

Ali, Mukti. Alam Pikiran Islam Modern di India dan Pakistan. Bandung: Mizan, 1987.

Alimuddin. “Api Islam Sayid Ameer Ali: Perdebatan Atas Wacana Poligami, budak, ekstologi, Jurnal Toleransi: Media Komunikasi Umat Beragama, No.1. Januari-Juli, 2016.

Ali, Sayid Ameer.Api Islam, The Spirit Of Islam, Terj. H.B.Jassin. Jakarta: Bulan Bintang, 1978.

______________., The Spirit Of Islam A History Of The Evolution And Ideals Of Islam With A Life Of The Prophet. India: Jayyed Press, 1922.

______________., A Short History Of The Saracens. London: Ac Millano and CO, 1895.

______________., The Ethics Of Islam. Cuttac: Thacker Spink and Company, 1893.

Ambary, Hasan Mu’arif, et.al. “Suplemen Ensiklopedi Islam”, ed. Azyumardi Azra, et.al. Jakarta: Pt Ichtiar Bauve Van Hoeve, 1996. _____________________., “Suplemen Ensiklopedi Islam”, ed. Abdul Aziz

Dahlan et.al. Jakarta: Pt Ichtiar Bauve Van Hoeve, 2001.

Amin, Saidul. Pembaharuan Pemikiran Islam di India. Jurnal Ushuluddin: Vol.XVII No.1, 2012.


(4)

✳0

Amin, Husayn Ahmad. Seratus Tokoh dalam Sejarah Islam. Bandung: Remaja Persada Karya, 1999.

Anonim.Ensiklopedi Islam. Jakarta: PT Icthiar Bauve Van Hoeve, 2005. Asmuni, Yusran. Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan

Dalam Dunia Islam.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995.

Bustomi, Muhammad Sa’id. Gerakan Pembaharuan Agama; Antara Modernisasi dan Tajiduddin. Bekasi: Wala Press, 1995.

Esposito, Jhon L.The Oxford Encyclopedia Of The Modern Islamic World. New York: Oxford University Press, 1995.

Gibb, H.A.R. Islam dalam Lintas Sejarah. Jakarta: Bharata Karya Aksara, 1983.

___________., Aliran-Aliran Modern dalam Islam. Jakarta: Grafindo Persada, 1996.

__________.,Modern Trend in Islam. Chicago: The University Of Chicago Press, 1947.

Hardianti, Siti.Pembaharuan Pemikiran Islam Menurut Sayid Ameer Ali di India.Jurnal Al-Labb: Vol.I No.1, 2016.

Hennessy, Josslyn. India, Pakistan In The World Politics. London: Combridge University Press, 1980.

Husein, Machun.Sayid Ameer Ali dan Pemikiran Teologiknya. Yogyakarta: Digital UIN Sunan Kalijaga, 2008.

Ikram. Muslim Civilization In India. London: Combridge University Press, 1972.

Ilyas, Hasan.Para Perintis Zaman Baru Islam. Bandung: Mizan, 1996. Kardikar, M.A. Islam In Indian Politics. Combridge: Publications Bureau,

1976.

Ma’shum. Pemikiran Teologi Islam Modern. Surabaya:, 2012.

Miri, Jamaluddin. 11 Tokoh Pembaharuan dan Pemikiran Islam Modern. Surabaya: Diatama, 2009.

Mubarok, Jaih. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004.


(5)

✴1

Munawir, Imam. Kebangkitan Islam dan Tantangan yang Dihadapi Dari Masa ke Masa.Surabaya: Bima Mandiri, 1989.

_____________., Mengenal Pribadi 30 Pendekar dan Pemikir Islam Dari Masa ke Masa.Surabaya: Bima Mandiri, 1989.

Nasution, Harun. Pembaharuan dalam Islam dan Gerakan. Jakarta: Bulan Bintang, 2003.

_____________., Islam di Tinjau Dari Beberapa Obyek. Jakarta: UI Press, 1989.

____________.,Sejarah Teologi Islam. Jakarta: UI-Press, 2006.

Rahma, Fahzul. Kebangkitan dan Pembaharuan di dalam Islam. Bandung: Pustaka, 2001.

Sahal, Muktafi dan Ahmad Amiir Aziz. Teologi Islam Modern. Surabaya: Gitamedia Press, 1999.

Sa’id, Bustomi Muhammad. Gerakan Pembaharuan Agama: Ajaran Modernisasi dan Tajidudin. Surabaya: Diatama, 2000.

Smith, Wilfred Canwell. Modern Islam In India: A Social Analysis. New Delhi: Usha Publications, 1946.

Sani, Abdul. Lintasan Sejarah Pemikiran Perkembangan Modern dalam Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998.

Suhermanto, et.al. Pemikiran Modern dalam Islam. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2013.

Suwarno.Dinamika Sejarah Asia Selatan. Yogyakarta: Ombak, 2016. Syarbini, Syahrial, et.al. Pengetahuan Dasar Ilmu Politik. Bogor: Ghalia

Indonesia, 2011.

Syalabi, Ahmad. Sejarah dan Kebudayaan Islam Jilid 3. Jakarta: Al-Husna Dzikra, 1997.

Umat, Mu’in. Historiografi Islam. Yogyakarta: Perpustakaan Digital UIN Kalijaga, 2008.

Yasir, Muhammad.Sayid Ameer Ali: Rekontruksi Islam. Jurnal Ushuluddin: Vol.XVI No.2, 2010.


(6)

✵2

Zed, Mestika. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008.