Eksplorasi Umum Agromineral Situbondo
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN TAHUN 2008 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
EKSPLORASI UMUM AGROMINERAL
DI KABUPATEN SITUBONDO, PROVINSI JAWA TIMUR
Ir. Kusdarto, Ir. Ganjar Labaik, Ir. Corry Karangan, Bayu Sayekti, ST
Kelompok Program Penelitian Mineral
SARI
Batuan dan mineral dapat berperan cukup potensial di bidang pertanian, karena di dalam beberapa
mineral dan batuan terkandung nutrisi-nutrisi penting yang dapat digunakan untuk mempertahankan dan
menambah produktivitas lahan maupun hasil pertanian, yang disebut sebagai agromineral. Tanaman
memerlukan nutrien untuk tumbuh, diantaranya nitrogen, fosfat, potassium, kalsium, magnesium, sulfur
dan mikroelemen lain, yang tidak dipunyai oleh tanah yang kurang subur.
Formasi-formasi batuan yang terdapat di daerah penyelidikan yang mempunyai hubungan dengan
keterdapatan bahan galian batuan kalium adalah sebagai berikut : Formasi Ringgit, pada umumnya
menempati sebagian besar daerah penyelidikan dan membentuk satuan morfologi perbukitan, berupa
breksi polimik, laharik, lava dan tufa breksi. Breksi berwarna hitam kecoklatan, fragmen berupa andesit,
basal, batuan leusit, dengan masa dasar pasir vulkanik, fragmen berukuran pasir sampai bongkah. Lava,
bersusunan basal, berwarna, kelabu muda sampai kehitaman, masif berbutir halus seperti yang dijumpai
di anak sungai Arca, utara Kampung Krajan Dua. Tufa breksi berwarna putih kecoklatan sampai
kehijauan, setempat dijumpai bintik-bintik putih, fragmen breksi berukuran kerikil sampai kerakal.
Diperkirakan berupa batuan leusitik. Satuan Batuan Breksi, Hasil Gunungapi Tua, menempati bagian
tengah daerah penyelidikan dengan sebaran barat-timur, menutupi Formasi Ringgit membentuk
punggungan-punggungan. Berupa breksi, retas, dan tufa pasiran. Breksi dengan komponen batuan leusit
dengan masa dasar tufa berbintik putih, berwarna putih kecoklatan setempat sampai kehitaman, fragmen
berbentuk bersudut tajam sampai tanggung; berukuran kerikil sampai kerakal, kemas terbuka. Perekat tufa
pasiran mudah lepas. Pada daerah yang mengalami pelapukan kuat sukar diberdakan antara fragmen dan
masa dasar seperti yang dijumpai di timur laut Bukit Rabunan, Dsn. Ngabinan, Ds. Patemon. Retas
batuan leusitik berwarna abu-abu kehijauan setempat kehitaman berbintik putih, tebal dari 30 cm sampai
1 m, banyak mengandung mineral leusit dan mika, seperti yang dijumpai di jalan antara PatemonNgabinan. Di daerah sekitar Gunung Rabunan, di daerah aliran Sungai Gondang. Tufa pasiran, putih
kotor, kelabu muda sampai kekuningan; berbutir kasar, lunak. Diorit, batuan ini menerobos Formasi
Ringgit, membentuk perbukitan, di daerah setempat disebut Gunung Lucu. Berwarna abu-abu sampai
kehitaman, berbutir kasar, holokristalin. Trakhit, batuan ini menerobos Formasi Ringgit, membentuk
perbukitan yang dikenal dengan Gunung Rabunan. Batuan berwarna putih kecoklatan, dengan bintik
hitam, keras, tampak butir kuarsa (sekunder ?). Dijumpai di daerah sekitar gunung Rabunan, di dusun
Ngabinan. Endapan Aluvial, endapan ini menempati lembah sungai Kesambian, di sekitar Desa Sumber
Tengah dan desa Patemon, berupa endapan sungai dan endapan undak, endapan sungai terlihat pada dasar
sungai yang mengalir, berupa lumpur, pasir, kerikil, kerakal dan bongkah, sedangkan endapan undak
berupa endapan pasir campur kerikil dan endapan kerikil, seperti yang dijumpai pada dinding Sungai
Kesambian, Desa Sumber Tengah.
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN TAHUN 2008 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
PENDAHULUAN
Pelaksanaan
penyelidikan
di
Kabupaten
Situbondo, Provinsi Jawa Timur adalah
melakukan eksplorasi umum bahan galian
agromineral dengan maksud agar diperoleh data
yang lebih optimal, baik secara kualitatif maupun
kuantitatif. Dengan demikian akan diketahui
potensi sumber daya bahan galian serta gambaran
prospek pemanfaatan dan pengembangan di
kabupaten tersebut. Daerah penyelidikan termasuk
dalam komplek Gunung Ringgit-Beser, yang
secara administratif termasuk dalam wilayah Desa
Sumber Tengah dan Desa Patemon, Kecamatan
Bungatan, Kabupaten Situbondo, Provinsi Jawa
Timur (Gambar 1) luasnya lebih kurang 50 km2.
Termasuk dalam lembar peta topografi Lembar
1608-323, 1608-324, 1608-341 dan 1608-342
(Jawa Timur), Skala 1 : 25.000 (Bakosurtanal).
Lokasi ini dibatasi 113º 48’ 27,371’’ - 113º 53’
7,728’’ BT dan 7º 43’ 20,017’’ - 7º 46’ 58,058’’
LS, terletak lebih kurang 15 km arah barat Kota
Situbondo, dapat dicapai dengan kendaraan roda
empat melalui jalan negara, dan ke selatan di
Bungatan melalui jalan kabupaten lebih kurang 5
km.
GEOLOGI DAN BAHAN GALIAN BATUAN
KALIUM
Wilayah Eksplorasi Umum Agromineral Di
Kabupaten Situbondo, Provinsi Jawa Timur ini
berdasarkan pembagian lembar Peta Geologi
Bersistem Indonesia skala 1 : 50.000 dari Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi, sebagian
besar termasuk ke dalam liputan Peta Geologi
Lembar Besuki (Pendowo. B., 1991).
Formasi-formasi batuan yang terdapat di daerah
penyelidikan yang mempunyai hubungan dengan
keterdapatan bahan galian agromineral adalah
sebagai berikut : Formasi Ringgit, pada
umumnya menempati sebagian besar daerah
penyelidikan dan membentuk satuan morfologi
perbukitan, berupa breksi polimik, laharik, lava
dan tufa breksi. Breksi berwarna hitam
kecoklatan, fragmen berupa andesit, basal, batuan
leusit, dengan masa dasar pasir vulkanik, fragmen
berukuran pasir sampai bongkah. Lava,
bersusunan basal, berwarna, kelabu muda sampai
kehitaman, masif berbutir halus seperti yang
dijumpai di anak sungai Arca, utara Kampung
Krajan Dua (KS.18 dengan kandungan K2O
6,69%). Tufa breksi berwarna putih kecoklatan
sampai kehijauan, setempat dijumpai bintik-bintik
putih, fragmen breksi berukuran kerikil sampai
kerakal. Diperkirakan berupa batuan leusitik
(KS.23 dengan kandungan K2O 6,26%). Satuan
Batuan Breksi, Hasil Gunungapi Tua,
menempati bagian tengah daerah penyelidikan
dengan sebaran barat-timur, menutupi Formasi
Ringgit membentuk punggungan-punggungan.
Berupa breksi, retas, dan tufa pasiran. Breksi
dengan komponen batuan leusit dengan masa
dasar tufa berbintik putih, berwarna putih
kecoklatan setempat sampai kehitaman, fragmen
berbentuk bersudut tajam sampai tanggung;
berukuran kerikil sampai kerakal, kemas terbuka.
Perekat tufa pasiran mudah lepas (KS.29 dengan
kandungan K2O 4,62%). Pada daerah yang
mengalami pelapukan kuat sukar diberdakan
antara fragmen dan masa dasar seperti yang
dijumpai di timur laut Bukit Rabunan, Dsn.
Ngabinan, Ds. Patemon (KS.07 dengan
kandungan K2O 2,02% - 7,03%). Retas batuan
leusitik berwarna abu-abu kehijauan setempat
kehitaman berbintik putih, tebal dari 30 cm
sampai 1 m, banyak mengandung mineral leusit
dan mika, seperti yang dijumpai di jalan antara
Patemon-Ngabinan [KSA.04 (K2O 6,33%);
KSA.05 (K2O 8,35%); KSA.06 (K2O 2,74%);
KSA.07 (K2O 8,90%); KSA.10 (K2O 3,57% 6,86%)]; KSA.11 (K2O 5,30 - 7,88%). Di daerah
sekitar Gunung Rabunan [KS.02 (K2O 6,19%);
KS.03 (K2O 5,83% - 6,47%)], di daerah aliran
Sungai Gondang [KS.30 (K2O 4,93% - 8,55%);
KS.34 (K2O 3,29%); KS.36 (K2O 1,00% 7,54%)]. Tufa pasiran, putih kotor, kelabu muda
sampai kekuningan; berbutir kasar, lunak KSA.15
(K2O 6,83%). Diorit, batuan ini menerobos
Formasi Ringgit, membentuk perbukitan, di
daerah setempat disebut Gunung Lucu. Berwarna
abu-abu sampai kehitaman, berbutir kasar,
holokristalin. Trakhit, batuan ini menerobos
Formasi Ringgit, membentuk perbukitan yang
dikenal dengan Gunung Rabunan. Batuan
berwarna putih kecoklatan, dengan bintik hitam,
keras, tampak butir kuarsa (sekunder ?). Dijumpai
di daerah sekitar gunung Rabunan, di dusun
Ngabinan [KS.05 (K2O 3,72%)]. Endapan
Aluvial, endapan ini menempati lembah sungai
Kesambian, di sekitar Desa Sumber Tengah dan
desa Patemon, berupa endapan sungai dan
endapan undak, endapan sungai terlihat pada
dasar sungai yang mengalir, berupa lumpur, pasir,
kerikil, kerakal dan bongkah, sedangkan endapan
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN TAHUN 2008 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
undak berupa endapan pasir campur kerikil dan
endapan kerikil, seperti yang dijumpai pada
dinding
Sungai Kesambian, Desa Sumber
Tengah.
Unsur kalium/potassium (K) sangat penting bagi
pertumbuhan tanaman secara umum, bersama
dengan nitrogen (N) dan fosfor (P). Sumber K
(kalium/potassium) alam untuk produksi pupuk
umumnya berasal dari endapan potas sedimenter
yang terdiri dari silvit (KCl) atau senyawa
kompleks (K, Mg)-klorit dan sulfat.
Pupuk-K ini larut air, sehingga cocok untuk
bertindak sebagai pupuk-K dan K-Mg. Tanaman
sendiri menyerap K secara alamiah dari pelapukan
mineral K, kompos dan sisa tumbuhan. Akan
tetapi mineral pembawa K yang paling umum
adalah K-felspar, leusit, biotit, phlogopit dan
glaukonit, serta mineral lempung (illit), sedangkan
batuan silikat kaya-K yang cepat lapuk adalah
batuan volkanik pembawa leusit.
Banyak sumber K yang mudah larut
diperdagangkan sebagai pupuk-K, misalnya
”muriate of potash” (KCl), akan tetapi garam
tersebut dapat menimbulkan masalah pada jenis
tanaman yang peka terhadap garam. Sedangkan
penggunaan mineral pembawa-K yang berstruktur
silikat lebih dianjurkan, karena pupuk alam akan
melepaskan nutrisi secara lambat untuk jangka
panjang, termasuk di dalamnya adalah batuan
leusit, fosfat, biotit dan phlogopit yang secara
berangsur melepaskan unsur K dan Mg. Jika
perlu, kecepatan pelepasan nutrisi dapat
dipercepat, tetapi untuk beberapa tanaman yang
memerlukan potassium dalam jumlah besar
(pisang, kelapa dan karet) pelepasan unsur K yang
lambat tersebut sangat menguntungkan.
Endapan batuan pembawa unsur kalium di daerah
eksplorasi umum, adalah dari jenis batuan
volkanik pembawa leusit yang berupa retas
leusitit, basal leusit serta breksi laharik yang
terdiri dari breksi berkomposisi basanit, leusitit
dan basalt yang dijumpai pada Formasi Ringgit.
yang mengandung leusit. Breksi leusit berwarna,
kehijauan sampai coklat memperlihatkan bintikbintik putih. Retas dengan tebal bervariasi dari 30
cm sampai 1 m, berwarna abu-abu kehijauan,
setempat kehitaman, berbintik putih dan banyak
mengandung mineral mika. Tufa pasiran,
berwarna putih kekuningan sampai kecoklatan
berbintik putih.
Di daerah ini endapan batuan yang diperkirakan
mengandung kalium dijumpai meliputi Kampung
Gebangan, Ngabinan dan Patemon,
Desa
Patemon dengan luas sebaran mencapai 126,8
hektar.
Dari data di atas sumber daya batuan yang
mengandung kalium dengan ketebalan rata-rata
kurang lebih 45 m, diperkirakan sumber dayanya
mencapai 57.060.000 m3.
PROSPEK
PEMANFAATAN
PENGEMBANGAN BAHAN GALIAN
DAN
Pemanfaatan batuan pembawa unsur kalium dapat
digunakan sebagai bahan baku pupuk kalium
alam. Kalium terdapat dalam jumlah yang relatif
banyak pada sebagian besar tanah. Rata-rata
kandungan kalium adalah sekitar 1,9%.
Konsentrasi kalium dalam tanah umumnya
bervariasi antara 0,5% sampai 2,5% dan pada
keadaan tertentu dapat mencapai 12%. Di daerah
tropis seperti Indonesia, kalium mudah hilang
karena penguraian dan pencucian akibat curah
hujan dan temperatur yang tinggi.
POTENSI ENDAPAN BAHAN GALIAN
Sumber K Dalam Tanah
Diluar yang ditambahkan dari pupuk, kalium yang
dikandung tanah berasal dari proses disintegrasi
dan dekomposisi batuan yang mengandung
mineral pembawa kalium. Mineral-mineral yang
umumnya dianggap sebagai sumber asli dari
kalium, diantaranya adalah leusit [K (AlSi2O6)],
biotit [K (Mg,Fe)3 AlSi3O10], kalium feldspar
ortoklas dan mikrolin (KAlSi3O8). Kalium dalam
tanah juga ditemukan dalam mineral sekunder
atau mineral liat (illit; vermikulit; khlorit).
Setelah dilakukan eksplorasi umum dan evaluasi,
baik hasil lapangan serta hasil kajian dari berbagai
sumber pustaka, batuan mengandung kalium di
Desa Patemon dan sekitarnya, Kecamatan
Bungatan, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur
terdapat dalam satuan batuan breksi, Hasil
Gunungapi Tua. Endapan yang diperkirakan
mengandung kalium, adalah breksi dengan
fragmen batuan leusitik, retas leusitik dan tufa
Penggunaan Pupuk Kalium
Penelitian maupun implementasi pupuk kalium
tunggal (KCl-Muriate of Potash-silvit) sudah
umum digunakan dan pengaruhnya terhadap
pertumbuhan tanaman serta peningkatan unsur K
dalam tanah sudah terbukti. Tetapi K dalam
bentuk pupuk majemuk (PK) alam masih dalam
taraf penelitian (sumber pupuk K alam yang
digunakan adalah K-felspar). Pada beberapa hasil
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN TAHUN 2008 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
penelitian pemupukan K alam dengan pupuk
majemuk masih belum memberikan hasil yang
dapat disimpulkan. Peningkatan ketersediaan K
dalam tanah dan peningkatan hasil tanaman akibat
dari hasil pemberian pupuk K alam masih belum
jelas.
Efisiensi Pemupukan Kalium Alam
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pemupukan kalium adalah tekstur tanah, kapasitas
tukar kation (KTK), oksidasi-reduksi, curah hujan
dan cara pemupukan. Hal ini didasarkan pada K
yang mudah tercuci dan mudah larut. Pada tanah
yang berpasir maka pemupukan sebaiknya tidak
sekaligus. Jika tanah mempunyai nilai KTK
rendah maka perlu pemberian bahan organik atau
sisa tanaman untuk meningkatakan KTK tanah
agar K dapat ditahan sebagai K-dd. Perubahan
oksidasi dan reduksi akan meningkatkan K-dd
terutama pada tanah-tanah dengan tipe liat 2 : 1
(Monmorilonit), sedangkan pada curah hujan
tinggi maka K akan banyak tercuci. Walaupun
demikian, masih diperlukan penelitian mengenai
pemupukan kalium alam dalam jangka panjang
pada berbagai jenis tanah utama.
Pemupukan kalium sebaiknya tidak disertai
dengan pemupukan magnesium (MgO alam) dan
atau kalsium (Kalsium alam). Hal ini dikarenakan
kalsium dan magnesium berkompetisi dengan
kalium dalam memasuki tanaman. Kalsium dan
magnesium yang tinggi pada larutan tanah dapat
menyebabkan penyerapan kalium menurun.
Potensi Pemupukan Kalium
Kekahatan kalium dalam tanah pada umumnya
terjadi pada tanah-tanah yang telah melapuk lanjut
dengan kandungan mineral kaolinit yang tinggi.
Mineral tipe 1 : 1 seperti kaolinit tidak menfiksasi
kalium sehingga kalium mudah tercuci. Tanahtanah yang mengandung mineral kaolinit yang
tinggi diantaranya adalah Ultisols, Inceptisols,
Andisols, dan Oksisols.
Syarat Mutu Pupuk Kalium
Dalam perdagangan pupuk kalium alam adalah
berupa pupuk majemuk lengkap (NPK) dan
tunggal. Walaupun sudah diperdagangkan, karena
penggunaannya masih terbatas dan pengaruh
belum jelas maka sampai saat ini belum mendapat
sertifikat SNI. Dalam bidang perdagangan
sumber K alam diambil dari K-Felspar dengan
kandungan K>15%. Pupuk NPK alam ini pada
dasarnya lebih menekankan pada pemupukan
fosfat alam karena kandungannya fosfatnya
mencapai
50%.
Pupuk
NPK
organik
diperdagangkan dalam bentuk butiran dan pupuk
NPK organik lainnya dengan merek dagang
Novelgro. Pupuk KCl telah mendapat sertifikat
SNI dengan No SNI 02-2805-2005 dan produk
KCl yang diperdagangkan harus mencantumkan
No SNI-nya, sesuai dengan Keputusan Menteri
Perindustrian dan Perdagangan No.140/MPP.
Kep/3/2002.
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN TAHUN 2008 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
PUSTAKA
1. Agustiyanto, D.A. dan S. Santoso, 1993, Peta Geologi Lembar Situbondo, Jawa Timur , Pusat
Penelitian Dan Pengembangan Geologi, Bandung.
2. Hutabarat, J., 2004, Himpunan Batuan Vulkanik Kalium Tinggi Komplek Ringgit Beser, BondowosoSitubondo, Jawa Timur (Studi Petrologi dan Geokimia Batuan), Thesis Pasca Sarjana Teknik Geologi
ITB, Bandung,
3. Pendowo, B., 1991, Peta Geologi Lembar Besuki, Jawa Timur , Pusat Penelitian Dan Pengembangan
Geologi, Bandung.
4. Van Straten, Peter, 2002, Rocks for Crops, Agrominerals of Sub Saharan Afrika, International Centre
for Research in Agroforestry (ICRAF), University of Guelph, Canada.
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN TAHUN 2008 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
Uraian
Satuan
Persyaratan
Kadar Kalium sebagai K2O
Min. 60
%
Kadar air
Maks. 1
%
Catatan : Persyaratan K2O dihitung atas dasar bahan kering (adbk)
Tabel 1. Syarat Mutu Pupuk Kalium Khlorida SNI 02-2805-2005
Gambar 1. Peta Geologi Kabupaten Situbondo, Provinsi Jawa Timur
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN TAHUN 2008 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
Gambar 2. Peta Satuan Morfologi Daerah Eksplorasi Umum Agromineral
1100 m
1050 m
1000 m
950 m
900 m
850 m
800 m
750 m
700 m
650 m
600 m
550 m
500 m
450 m
400 m
350 m
300 m
250 m
200 m
150 m
100 m
50 m
Gambar 3. Blok Diagram Morfologi Daerah Eksplorasi Umum Agromineral
EKSPLORASI UMUM AGROMINERAL
DI KABUPATEN SITUBONDO, PROVINSI JAWA TIMUR
Ir. Kusdarto, Ir. Ganjar Labaik, Ir. Corry Karangan, Bayu Sayekti, ST
Kelompok Program Penelitian Mineral
SARI
Batuan dan mineral dapat berperan cukup potensial di bidang pertanian, karena di dalam beberapa
mineral dan batuan terkandung nutrisi-nutrisi penting yang dapat digunakan untuk mempertahankan dan
menambah produktivitas lahan maupun hasil pertanian, yang disebut sebagai agromineral. Tanaman
memerlukan nutrien untuk tumbuh, diantaranya nitrogen, fosfat, potassium, kalsium, magnesium, sulfur
dan mikroelemen lain, yang tidak dipunyai oleh tanah yang kurang subur.
Formasi-formasi batuan yang terdapat di daerah penyelidikan yang mempunyai hubungan dengan
keterdapatan bahan galian batuan kalium adalah sebagai berikut : Formasi Ringgit, pada umumnya
menempati sebagian besar daerah penyelidikan dan membentuk satuan morfologi perbukitan, berupa
breksi polimik, laharik, lava dan tufa breksi. Breksi berwarna hitam kecoklatan, fragmen berupa andesit,
basal, batuan leusit, dengan masa dasar pasir vulkanik, fragmen berukuran pasir sampai bongkah. Lava,
bersusunan basal, berwarna, kelabu muda sampai kehitaman, masif berbutir halus seperti yang dijumpai
di anak sungai Arca, utara Kampung Krajan Dua. Tufa breksi berwarna putih kecoklatan sampai
kehijauan, setempat dijumpai bintik-bintik putih, fragmen breksi berukuran kerikil sampai kerakal.
Diperkirakan berupa batuan leusitik. Satuan Batuan Breksi, Hasil Gunungapi Tua, menempati bagian
tengah daerah penyelidikan dengan sebaran barat-timur, menutupi Formasi Ringgit membentuk
punggungan-punggungan. Berupa breksi, retas, dan tufa pasiran. Breksi dengan komponen batuan leusit
dengan masa dasar tufa berbintik putih, berwarna putih kecoklatan setempat sampai kehitaman, fragmen
berbentuk bersudut tajam sampai tanggung; berukuran kerikil sampai kerakal, kemas terbuka. Perekat tufa
pasiran mudah lepas. Pada daerah yang mengalami pelapukan kuat sukar diberdakan antara fragmen dan
masa dasar seperti yang dijumpai di timur laut Bukit Rabunan, Dsn. Ngabinan, Ds. Patemon. Retas
batuan leusitik berwarna abu-abu kehijauan setempat kehitaman berbintik putih, tebal dari 30 cm sampai
1 m, banyak mengandung mineral leusit dan mika, seperti yang dijumpai di jalan antara PatemonNgabinan. Di daerah sekitar Gunung Rabunan, di daerah aliran Sungai Gondang. Tufa pasiran, putih
kotor, kelabu muda sampai kekuningan; berbutir kasar, lunak. Diorit, batuan ini menerobos Formasi
Ringgit, membentuk perbukitan, di daerah setempat disebut Gunung Lucu. Berwarna abu-abu sampai
kehitaman, berbutir kasar, holokristalin. Trakhit, batuan ini menerobos Formasi Ringgit, membentuk
perbukitan yang dikenal dengan Gunung Rabunan. Batuan berwarna putih kecoklatan, dengan bintik
hitam, keras, tampak butir kuarsa (sekunder ?). Dijumpai di daerah sekitar gunung Rabunan, di dusun
Ngabinan. Endapan Aluvial, endapan ini menempati lembah sungai Kesambian, di sekitar Desa Sumber
Tengah dan desa Patemon, berupa endapan sungai dan endapan undak, endapan sungai terlihat pada dasar
sungai yang mengalir, berupa lumpur, pasir, kerikil, kerakal dan bongkah, sedangkan endapan undak
berupa endapan pasir campur kerikil dan endapan kerikil, seperti yang dijumpai pada dinding Sungai
Kesambian, Desa Sumber Tengah.
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN TAHUN 2008 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
PENDAHULUAN
Pelaksanaan
penyelidikan
di
Kabupaten
Situbondo, Provinsi Jawa Timur adalah
melakukan eksplorasi umum bahan galian
agromineral dengan maksud agar diperoleh data
yang lebih optimal, baik secara kualitatif maupun
kuantitatif. Dengan demikian akan diketahui
potensi sumber daya bahan galian serta gambaran
prospek pemanfaatan dan pengembangan di
kabupaten tersebut. Daerah penyelidikan termasuk
dalam komplek Gunung Ringgit-Beser, yang
secara administratif termasuk dalam wilayah Desa
Sumber Tengah dan Desa Patemon, Kecamatan
Bungatan, Kabupaten Situbondo, Provinsi Jawa
Timur (Gambar 1) luasnya lebih kurang 50 km2.
Termasuk dalam lembar peta topografi Lembar
1608-323, 1608-324, 1608-341 dan 1608-342
(Jawa Timur), Skala 1 : 25.000 (Bakosurtanal).
Lokasi ini dibatasi 113º 48’ 27,371’’ - 113º 53’
7,728’’ BT dan 7º 43’ 20,017’’ - 7º 46’ 58,058’’
LS, terletak lebih kurang 15 km arah barat Kota
Situbondo, dapat dicapai dengan kendaraan roda
empat melalui jalan negara, dan ke selatan di
Bungatan melalui jalan kabupaten lebih kurang 5
km.
GEOLOGI DAN BAHAN GALIAN BATUAN
KALIUM
Wilayah Eksplorasi Umum Agromineral Di
Kabupaten Situbondo, Provinsi Jawa Timur ini
berdasarkan pembagian lembar Peta Geologi
Bersistem Indonesia skala 1 : 50.000 dari Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi, sebagian
besar termasuk ke dalam liputan Peta Geologi
Lembar Besuki (Pendowo. B., 1991).
Formasi-formasi batuan yang terdapat di daerah
penyelidikan yang mempunyai hubungan dengan
keterdapatan bahan galian agromineral adalah
sebagai berikut : Formasi Ringgit, pada
umumnya menempati sebagian besar daerah
penyelidikan dan membentuk satuan morfologi
perbukitan, berupa breksi polimik, laharik, lava
dan tufa breksi. Breksi berwarna hitam
kecoklatan, fragmen berupa andesit, basal, batuan
leusit, dengan masa dasar pasir vulkanik, fragmen
berukuran pasir sampai bongkah. Lava,
bersusunan basal, berwarna, kelabu muda sampai
kehitaman, masif berbutir halus seperti yang
dijumpai di anak sungai Arca, utara Kampung
Krajan Dua (KS.18 dengan kandungan K2O
6,69%). Tufa breksi berwarna putih kecoklatan
sampai kehijauan, setempat dijumpai bintik-bintik
putih, fragmen breksi berukuran kerikil sampai
kerakal. Diperkirakan berupa batuan leusitik
(KS.23 dengan kandungan K2O 6,26%). Satuan
Batuan Breksi, Hasil Gunungapi Tua,
menempati bagian tengah daerah penyelidikan
dengan sebaran barat-timur, menutupi Formasi
Ringgit membentuk punggungan-punggungan.
Berupa breksi, retas, dan tufa pasiran. Breksi
dengan komponen batuan leusit dengan masa
dasar tufa berbintik putih, berwarna putih
kecoklatan setempat sampai kehitaman, fragmen
berbentuk bersudut tajam sampai tanggung;
berukuran kerikil sampai kerakal, kemas terbuka.
Perekat tufa pasiran mudah lepas (KS.29 dengan
kandungan K2O 4,62%). Pada daerah yang
mengalami pelapukan kuat sukar diberdakan
antara fragmen dan masa dasar seperti yang
dijumpai di timur laut Bukit Rabunan, Dsn.
Ngabinan, Ds. Patemon (KS.07 dengan
kandungan K2O 2,02% - 7,03%). Retas batuan
leusitik berwarna abu-abu kehijauan setempat
kehitaman berbintik putih, tebal dari 30 cm
sampai 1 m, banyak mengandung mineral leusit
dan mika, seperti yang dijumpai di jalan antara
Patemon-Ngabinan [KSA.04 (K2O 6,33%);
KSA.05 (K2O 8,35%); KSA.06 (K2O 2,74%);
KSA.07 (K2O 8,90%); KSA.10 (K2O 3,57% 6,86%)]; KSA.11 (K2O 5,30 - 7,88%). Di daerah
sekitar Gunung Rabunan [KS.02 (K2O 6,19%);
KS.03 (K2O 5,83% - 6,47%)], di daerah aliran
Sungai Gondang [KS.30 (K2O 4,93% - 8,55%);
KS.34 (K2O 3,29%); KS.36 (K2O 1,00% 7,54%)]. Tufa pasiran, putih kotor, kelabu muda
sampai kekuningan; berbutir kasar, lunak KSA.15
(K2O 6,83%). Diorit, batuan ini menerobos
Formasi Ringgit, membentuk perbukitan, di
daerah setempat disebut Gunung Lucu. Berwarna
abu-abu sampai kehitaman, berbutir kasar,
holokristalin. Trakhit, batuan ini menerobos
Formasi Ringgit, membentuk perbukitan yang
dikenal dengan Gunung Rabunan. Batuan
berwarna putih kecoklatan, dengan bintik hitam,
keras, tampak butir kuarsa (sekunder ?). Dijumpai
di daerah sekitar gunung Rabunan, di dusun
Ngabinan [KS.05 (K2O 3,72%)]. Endapan
Aluvial, endapan ini menempati lembah sungai
Kesambian, di sekitar Desa Sumber Tengah dan
desa Patemon, berupa endapan sungai dan
endapan undak, endapan sungai terlihat pada
dasar sungai yang mengalir, berupa lumpur, pasir,
kerikil, kerakal dan bongkah, sedangkan endapan
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN TAHUN 2008 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
undak berupa endapan pasir campur kerikil dan
endapan kerikil, seperti yang dijumpai pada
dinding
Sungai Kesambian, Desa Sumber
Tengah.
Unsur kalium/potassium (K) sangat penting bagi
pertumbuhan tanaman secara umum, bersama
dengan nitrogen (N) dan fosfor (P). Sumber K
(kalium/potassium) alam untuk produksi pupuk
umumnya berasal dari endapan potas sedimenter
yang terdiri dari silvit (KCl) atau senyawa
kompleks (K, Mg)-klorit dan sulfat.
Pupuk-K ini larut air, sehingga cocok untuk
bertindak sebagai pupuk-K dan K-Mg. Tanaman
sendiri menyerap K secara alamiah dari pelapukan
mineral K, kompos dan sisa tumbuhan. Akan
tetapi mineral pembawa K yang paling umum
adalah K-felspar, leusit, biotit, phlogopit dan
glaukonit, serta mineral lempung (illit), sedangkan
batuan silikat kaya-K yang cepat lapuk adalah
batuan volkanik pembawa leusit.
Banyak sumber K yang mudah larut
diperdagangkan sebagai pupuk-K, misalnya
”muriate of potash” (KCl), akan tetapi garam
tersebut dapat menimbulkan masalah pada jenis
tanaman yang peka terhadap garam. Sedangkan
penggunaan mineral pembawa-K yang berstruktur
silikat lebih dianjurkan, karena pupuk alam akan
melepaskan nutrisi secara lambat untuk jangka
panjang, termasuk di dalamnya adalah batuan
leusit, fosfat, biotit dan phlogopit yang secara
berangsur melepaskan unsur K dan Mg. Jika
perlu, kecepatan pelepasan nutrisi dapat
dipercepat, tetapi untuk beberapa tanaman yang
memerlukan potassium dalam jumlah besar
(pisang, kelapa dan karet) pelepasan unsur K yang
lambat tersebut sangat menguntungkan.
Endapan batuan pembawa unsur kalium di daerah
eksplorasi umum, adalah dari jenis batuan
volkanik pembawa leusit yang berupa retas
leusitit, basal leusit serta breksi laharik yang
terdiri dari breksi berkomposisi basanit, leusitit
dan basalt yang dijumpai pada Formasi Ringgit.
yang mengandung leusit. Breksi leusit berwarna,
kehijauan sampai coklat memperlihatkan bintikbintik putih. Retas dengan tebal bervariasi dari 30
cm sampai 1 m, berwarna abu-abu kehijauan,
setempat kehitaman, berbintik putih dan banyak
mengandung mineral mika. Tufa pasiran,
berwarna putih kekuningan sampai kecoklatan
berbintik putih.
Di daerah ini endapan batuan yang diperkirakan
mengandung kalium dijumpai meliputi Kampung
Gebangan, Ngabinan dan Patemon,
Desa
Patemon dengan luas sebaran mencapai 126,8
hektar.
Dari data di atas sumber daya batuan yang
mengandung kalium dengan ketebalan rata-rata
kurang lebih 45 m, diperkirakan sumber dayanya
mencapai 57.060.000 m3.
PROSPEK
PEMANFAATAN
PENGEMBANGAN BAHAN GALIAN
DAN
Pemanfaatan batuan pembawa unsur kalium dapat
digunakan sebagai bahan baku pupuk kalium
alam. Kalium terdapat dalam jumlah yang relatif
banyak pada sebagian besar tanah. Rata-rata
kandungan kalium adalah sekitar 1,9%.
Konsentrasi kalium dalam tanah umumnya
bervariasi antara 0,5% sampai 2,5% dan pada
keadaan tertentu dapat mencapai 12%. Di daerah
tropis seperti Indonesia, kalium mudah hilang
karena penguraian dan pencucian akibat curah
hujan dan temperatur yang tinggi.
POTENSI ENDAPAN BAHAN GALIAN
Sumber K Dalam Tanah
Diluar yang ditambahkan dari pupuk, kalium yang
dikandung tanah berasal dari proses disintegrasi
dan dekomposisi batuan yang mengandung
mineral pembawa kalium. Mineral-mineral yang
umumnya dianggap sebagai sumber asli dari
kalium, diantaranya adalah leusit [K (AlSi2O6)],
biotit [K (Mg,Fe)3 AlSi3O10], kalium feldspar
ortoklas dan mikrolin (KAlSi3O8). Kalium dalam
tanah juga ditemukan dalam mineral sekunder
atau mineral liat (illit; vermikulit; khlorit).
Setelah dilakukan eksplorasi umum dan evaluasi,
baik hasil lapangan serta hasil kajian dari berbagai
sumber pustaka, batuan mengandung kalium di
Desa Patemon dan sekitarnya, Kecamatan
Bungatan, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur
terdapat dalam satuan batuan breksi, Hasil
Gunungapi Tua. Endapan yang diperkirakan
mengandung kalium, adalah breksi dengan
fragmen batuan leusitik, retas leusitik dan tufa
Penggunaan Pupuk Kalium
Penelitian maupun implementasi pupuk kalium
tunggal (KCl-Muriate of Potash-silvit) sudah
umum digunakan dan pengaruhnya terhadap
pertumbuhan tanaman serta peningkatan unsur K
dalam tanah sudah terbukti. Tetapi K dalam
bentuk pupuk majemuk (PK) alam masih dalam
taraf penelitian (sumber pupuk K alam yang
digunakan adalah K-felspar). Pada beberapa hasil
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN TAHUN 2008 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
penelitian pemupukan K alam dengan pupuk
majemuk masih belum memberikan hasil yang
dapat disimpulkan. Peningkatan ketersediaan K
dalam tanah dan peningkatan hasil tanaman akibat
dari hasil pemberian pupuk K alam masih belum
jelas.
Efisiensi Pemupukan Kalium Alam
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pemupukan kalium adalah tekstur tanah, kapasitas
tukar kation (KTK), oksidasi-reduksi, curah hujan
dan cara pemupukan. Hal ini didasarkan pada K
yang mudah tercuci dan mudah larut. Pada tanah
yang berpasir maka pemupukan sebaiknya tidak
sekaligus. Jika tanah mempunyai nilai KTK
rendah maka perlu pemberian bahan organik atau
sisa tanaman untuk meningkatakan KTK tanah
agar K dapat ditahan sebagai K-dd. Perubahan
oksidasi dan reduksi akan meningkatkan K-dd
terutama pada tanah-tanah dengan tipe liat 2 : 1
(Monmorilonit), sedangkan pada curah hujan
tinggi maka K akan banyak tercuci. Walaupun
demikian, masih diperlukan penelitian mengenai
pemupukan kalium alam dalam jangka panjang
pada berbagai jenis tanah utama.
Pemupukan kalium sebaiknya tidak disertai
dengan pemupukan magnesium (MgO alam) dan
atau kalsium (Kalsium alam). Hal ini dikarenakan
kalsium dan magnesium berkompetisi dengan
kalium dalam memasuki tanaman. Kalsium dan
magnesium yang tinggi pada larutan tanah dapat
menyebabkan penyerapan kalium menurun.
Potensi Pemupukan Kalium
Kekahatan kalium dalam tanah pada umumnya
terjadi pada tanah-tanah yang telah melapuk lanjut
dengan kandungan mineral kaolinit yang tinggi.
Mineral tipe 1 : 1 seperti kaolinit tidak menfiksasi
kalium sehingga kalium mudah tercuci. Tanahtanah yang mengandung mineral kaolinit yang
tinggi diantaranya adalah Ultisols, Inceptisols,
Andisols, dan Oksisols.
Syarat Mutu Pupuk Kalium
Dalam perdagangan pupuk kalium alam adalah
berupa pupuk majemuk lengkap (NPK) dan
tunggal. Walaupun sudah diperdagangkan, karena
penggunaannya masih terbatas dan pengaruh
belum jelas maka sampai saat ini belum mendapat
sertifikat SNI. Dalam bidang perdagangan
sumber K alam diambil dari K-Felspar dengan
kandungan K>15%. Pupuk NPK alam ini pada
dasarnya lebih menekankan pada pemupukan
fosfat alam karena kandungannya fosfatnya
mencapai
50%.
Pupuk
NPK
organik
diperdagangkan dalam bentuk butiran dan pupuk
NPK organik lainnya dengan merek dagang
Novelgro. Pupuk KCl telah mendapat sertifikat
SNI dengan No SNI 02-2805-2005 dan produk
KCl yang diperdagangkan harus mencantumkan
No SNI-nya, sesuai dengan Keputusan Menteri
Perindustrian dan Perdagangan No.140/MPP.
Kep/3/2002.
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN TAHUN 2008 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
PUSTAKA
1. Agustiyanto, D.A. dan S. Santoso, 1993, Peta Geologi Lembar Situbondo, Jawa Timur , Pusat
Penelitian Dan Pengembangan Geologi, Bandung.
2. Hutabarat, J., 2004, Himpunan Batuan Vulkanik Kalium Tinggi Komplek Ringgit Beser, BondowosoSitubondo, Jawa Timur (Studi Petrologi dan Geokimia Batuan), Thesis Pasca Sarjana Teknik Geologi
ITB, Bandung,
3. Pendowo, B., 1991, Peta Geologi Lembar Besuki, Jawa Timur , Pusat Penelitian Dan Pengembangan
Geologi, Bandung.
4. Van Straten, Peter, 2002, Rocks for Crops, Agrominerals of Sub Saharan Afrika, International Centre
for Research in Agroforestry (ICRAF), University of Guelph, Canada.
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN TAHUN 2008 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
Uraian
Satuan
Persyaratan
Kadar Kalium sebagai K2O
Min. 60
%
Kadar air
Maks. 1
%
Catatan : Persyaratan K2O dihitung atas dasar bahan kering (adbk)
Tabel 1. Syarat Mutu Pupuk Kalium Khlorida SNI 02-2805-2005
Gambar 1. Peta Geologi Kabupaten Situbondo, Provinsi Jawa Timur
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN TAHUN 2008 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
Gambar 2. Peta Satuan Morfologi Daerah Eksplorasi Umum Agromineral
1100 m
1050 m
1000 m
950 m
900 m
850 m
800 m
750 m
700 m
650 m
600 m
550 m
500 m
450 m
400 m
350 m
300 m
250 m
200 m
150 m
100 m
50 m
Gambar 3. Blok Diagram Morfologi Daerah Eksplorasi Umum Agromineral