Eksplorasi Umum Dolomit di Kabupaten Lembata

Eksplorasi Umum Dolomit di Kabupaten Lembata,
Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Djadja Turdjaja, Zulfikar, Corry Karangan

Kelompok Program Penelitian Mineral

SARI
Urut-urutan stratigrafi daerah penyelidikan mulai dari tua sampai muda adalah sebagai berikut
Satuan breksi Formasi Kiro : berupa lava, breksi, aglomerat, setempat bersisipan tufa
berbatuapung, Satuan Batuan Tufa Formasi Kiro, berwarna putih, Satuan Batugamping Formasi
Waihekang, Satuan Batugamping Dolomitan Formasi Waihekang, Satuan Batuan Dolomit
Formasi Waihekang Batuan Gunungapi Tua berupa lava, breksi aglomerat, tufa, pasir gunungapi
dan tufa pasiran berbatuapung, tersebar luas di bagian timur daerah selidikan dan Satuan lava
Andesit, Batuan Gunungapi Tua berupa lava andesit
Endapan dolomit yang dijumpai berupa endapan dolomit berkalsium dan endapan batugamping
dolomitan. Dolomit berkalsium terdapat dalam satuan batuan dolomit dari Formasi Waihekang,
Kandungan MgO di kedua tempat tesebut berkisar antara 11,88,% - 18,59% dan kandungan CaO
berkisar antara 26,56% – 38,44%, tersebar seluas 181 Ha dengan sumber daya tertunjuk sebesar
262.500.000 Ton, kandungan MgO rata-rata 15,31 %, SiO2 rata-rata = 2,62% dan (Al2O3 +
Fe2O3) rata-rata = 3,76 %, melihat hasil analisa tersebut dolomit di daerah ini masuk Mutu Kelas

III.

PENDAHULUAN
Dalam rangka pelaksanaan kegiatan Daftar
Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Tahun
Anggaran 2010 Pusat Sumber Daya Geologi
telah melakukan Eksplorasi Umum Dolomit
di Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa
Tenggara Timur.
Eksplorasi
umum
ini
dilaksanakan
berdasarkan hasil penyelidikan terdahulu,
yaitu inventarisasi dan penyelidikan bahan
galian mineral non logam di daerah
Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara
Timur, pada tahun 2006 yang dilakukan oleh
Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral
(sekarang, Pusat Sumber Daya Geologi) dan

merekomendasikan
untuk
dilakukannya
eksplorasi umum terhadap bahan galian
dolomit di daerah tersebut.

Secara administratif lokasi eksplorasi umum
meliputi Desa Balauring, Desa Lebe, Desa
Dolulolong dan Desa Hingalamawengi,
Kecamatan Omesuri, Kabupaten Lembata,
Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Secara geografis, daerah ini dibatasi oleh
koordinat 123o 41’ – 123o 45’ Bujur Timur
(BT) dan 8o 11’ – 8o 16’ Lintang Selatan (LS).
(Gambar 1).

GEOLOGI DAN BAHAN GALIAN
DOLOMIT
Batuan yang diperkirakan tertua dan
tersingkap di Lembar Lomblen berupa

batuan gunungapi yang terdiri dari lava,
breksi, aglomerat dan bersisipan tufa,
termasuk dalam Formasi Kiro (Miosen Bawah

sampai Awal Miosen Atas). Formasi ini
menjemari dengan Formasi Nangapanda yang
terdiri dari tufa pasiran, breksi tufaan dan
bersisipan batugamping pasiran. Kedua
Formasi ini di beberapa tempat diterobos oleh
granodiorit (Awal Miosen Atas).
Adapun litologi batuan yang dijumpai pada
daerah ini adalah sebagai berikut :
Aluvium berupa kerakal dan kerikil berasal
dan andesit, diorit, granodiorit dan basal,
lumpur dan lanau yang terendapkan dalam
lingkungan sungai dan pantai.
Batugamping Koral berupa batugamping
koral, pejal, putih kekuningan, juga berupa
breksi koral.
Endapan Undak pantai berupa perselingan

konglomerat dan pasir kasar.
Batuan Gunungapi Tua berupa lava, breksi,
aglomerat, tufa, pasir gunungapi dan tufa
pasiran berbatuapung.
Formasi Alor (Tmpa), berupa lava, breksi,
tufa pasiran dan tufa pasiran gampingan.
Formasi ini diduga berhubungan menjemari
dengan Formasi Laka (Tmpl), dan menindih
takselaras Formasi Kiro dan Formasi
Nangapanda.
Formasi Laka berupa tufa pasiran
gampingan, tufa napalan, setempat bersisipan
breksi dan konglomerat. Formasi ini diduga
berhubungan menjemari dengan Formasi Alor
dan Formasi Waihekang; menindih Formasi
Nangapanda secara tak selaras.
Formasi Waihekang berupa batugamping,
batupasir gampingan, setempat bersisipan tufa
gampingan. Formasi ini diduga ditindih tak
selaras oleh batuan Gunungapi Tua,

sedangkan hubungannya dengan Formasi Alor
diduga menjemari. Lokasi tipe di Kampung
Waihekang.
Formasi Nangapanda berupa tufa dan breksi
tufaan dengan sisipan batupasir tufaan dan
batugamping pasiran. Formasi Nangapanda
menjemari dengan Formasi Kiro.
Formasi Kiro berupa lava, breksi, aglomerat,
setempat bersisipan tufa berbatuapung.
Formasi ini diduga berhubungan menjemari
dengan Formasi Nangapanda tertindih
takselaras oleh Formasi Waihekang.
Batuan terobosan Granodiorit berupa
granodiorit bertekstur kasatmata, kelabu
kehijauan, hablur penuh tersusun oleh

andesin, oligloklas dan piroksen. Piroksen
berukuran kasar sampai menengah, sebagian
piroksen telah menjadi klorit. Satuan ini
tertindih Formasi Alor secara tak selaras.

Berdasarkan kedudukannya umur granodiorit
ini adalah Akhir Miosen Tengah atau Awal
Miosen Atas

POTENSI ENDAPAN BAHAN GALIAN
Berdasarkan data lapangan diketahui bahwa
endapan dolomit dijumpai di daerah sekitar
Lembura, Desa Balauring, Tiuloro dan
Redeng, Desa Dolulolong
Kecamatan
Omesuri, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara
Timur.
Endapan dolomit di daerah penyelidikan
dijumpai di dalam Formasi Waihekang,
melihat bentuk dan sebaran endapan dolomit
tersebut terbentuk akibat leaching, atau
peresapan unsur magnesium dari air laut ke
dalam batugamping Formasi Waihekang, atau
yang
lebih

dikenal
dengan
proses
dolomitisasi, yaitu proses perubahan mineral
kalsit menjadi dolomit.
Bahan galian dolomit di Kecamatan Omesuri,
Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur
terdapat dalam dua bentuk, yaitu berupa
endapan dolomit berkalsium dan endapan
batugamping dolomitan. Dolomit berkalsium
terdapat dalam satuan batuan dolomit dari
Formasi Waihekang, endapannya berwarna
putih krem, krem kekuningan dan abu-abu
krem, bersifat pasiran, klastik, keras,
tersingkap di daerah sekitar Lembura, Desa
Balauring, serta di daerah Tiuloro dan
Redeng, Desa Dolulolong. Kandungan MgO
di kedua tempat tesebut berkisar antara
11,88,% - 18,59% dan kandungan CaO
berkisar antara 26,56% – 38,44%.

Luas sebaran dolomit di kedua daerah tersebut
yang terpetakan sekitar 181 ha atau 1.810.000
m2, dengan ketinggian sekitar 125 meter
(kontur 25 – 150 m), ketebalan rata-rata 50
meter, maka sumberdaya tertunjuk sekitar
90.500.000 m3 atau 262.500.000 ton. (Berat
jenis/BJ dolomit = 2,9).
Sedangkan endapan batugamping dolomitan
terdapat dalam satuan batugamping dolomitan
dari Formasi Waihekang yang umumnya

berwarna krem kekuningan hingga krem
kecoklatan, bersifat pasiran, klastik, dan
keras, tersingkap di daerah antara Tiulewang
Desa Balauring, daerah Soaralaleng Desa
Balauring hingga daerah Bukit Aurleha dan
Baubete Desa Hingalamawengi.
Luas sebaran batugamping dolomitan Formasi
Waihekang di daerah
Soaralaleng, Desa

Balauring, serta daerah Tiulewang dan
Tiuloro Desa Dolulolong yang terpetakan
sekitar 330 ha atau 3.300.000 m2, dengan
ketinggian sekitar 125 meter (kontur 25 - 150
m), ketebalan rata-rata sekitar 50 meter, maka
sumberdaya tertunjuk sekitar 165.000.000 m3
atau 462.000.000 Ton. (Berat jenis/BJ
batugamping dolomitan = 2,8).
Beberapa conto dolomit di daerah tersebut
dianalisa kimia, dari hasil analisa kimia di
daerah Tiuloro dan Redeng, Desa Dolulolong
kandungan MgOnya berkisar antara 11,88%
– 16,97% dan CaO berkisar antara 32,50% –
38,44%, sedangkan hasil analisa conto
dolomit di daerah Lembura
kandungan
MgOnya 12,26% - 18,59% dan CaOnya
26,56% – 31,10%.
Endapan batugamping terdapat dalam satuan
batugamping dari Formasi Waihekang dan

dijumpai di daerah Tanjung Lohu, Balauring
Timur, Balauring Barat, Desa Balauring,
Sumberdaya batugamping dihitung dari luas
sebaran kali tinggi rata-rata, ketinggian
dihitung dari permukaan jalan atau daerah
datar di sekitarnya, batugamping yang
terdapat di bawah permukaan jalan atau
dibawah permukaan datar di wilayah
sekitarnya tidak dihitung, kaitannya untuk
mencegah penambangan yang menghasilkan
lubang-lubang
besar.
Luas
sebaran
batugamping di daerah Tanjung Lohu,
Balauring Timur, Balauring Barat, Desa
Balauring, yang terpetakan sekitar 413 ha atau
4.130.000 m2, dengan ketinggian sekitar 505
m (kontur antara 37,5 m - 62,5 m), ketebalan
rata-rata 25 meter, maka sumberdaya

tertunjuknya sekitar 103.250.000 m3 atau
278.775.000 ton (Berat Jenis/BJ batugamping
= 2,7), kandungan CaOnya = 38,09% - 54,16
%.
Selain dolomit, didaerah penyelidikan
tersingkap juga fespar dan andesit. Luas
sebaran felspar, di daerah Soaralaleng,

Lembura, Desa Balauring dan daerah Lebe,
Desa Lebewala yang terpetakan sekitar 249 ha
atau 2.490.000 m2, dengan ketinggian sekitar
37,5 m (kontur 12,5 – 50 m), ketebalan ratarata 25 meter, maka sumberdaya tertunjuk
sekitar 62.250.000 m3 atau 155.625.000. Ton.
(Berat Jenis/BJ felspar = 2,5). Luas sebaran
andesit, di daerah Ramu Desa Dolulolong
dan Desa Hingalamawengi yang terpetakan
sekitar 109 ha atau 1.090.000 m2, dengan
ketinggian sekitar 50 m (kontur 25 - 75 m),
ketebalan rata-rata 25 meter, maka
sumberdaya tertunjuk sekitar 27.250.000 m3
atau 68.125.000 Ton. (Berat Jenis/BJ andesit
= 2,5).

KESIMPULAN DAN SARAN
Dilihat dari hasil analisa kimia, Mgo rata-rata
15,31%, SiO2 rata-rata = 2,62% dan (Al2O3 +
Fe2O3) rata-rata = 3,76%, melihat hasil analisa
tersebut dolomit di daerah ini masuk Mutu
Kelas III dan mungkin dapat ditingkatkan
mutunya menjadi Kelas II dengan cara
benefisiasi, diharapkan potensi dolomit di
daerah ini dapat memberikan sumbangan
kebutuhan akan dolomit pada industri di
Indonesia. Apalagi pengamatan di lapangan
memperlihatkan bahwa keberadaan sebaran
dolomit terdapat dalam kawasan lahan yang
kurang produktip.
Sebaran dolomit di daerah Omesuri,
Kabupaten Lembata, NTT dapat diajukan
sebagai daerah prospek yang perlu ditindak
lanjuti oleh kegiatan berikutnya yang lebih
rinci lagi, karena dari
hasil analisa
laboratorium menunjukkan, bahwa dolomit di
daerah tersebut dapat digunakan sebagai
bahan berbagai industri seperti : Industri
refraktori, pupuk, cat sebagai pengisi, kaca,
plastik, kertas, industri ban, Ply wood, obatobatan dan komestik, campuran makanan
ternak, keramik dan bahan penggosok
(abrassive) setelah dilakukan pengolahan
terlebih dahulu.

DAFTAR PUSTAKA

1. Tisna Sutisna, dkk., 2006, Inventarisasi
dan Penyelidikan Mineral Non Logam
di Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa
Tenggara
Timur,
Direktorat
Inventarisasi Sumber Daya Mineral,
Bandung;
2. S. Koesoemadinata, dan Y. Noya., 1989,
Peta Geologi Lembar Lomblen, Nusa
Tenggara, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi Bandung;
3. Suhala, S. dan Arifin, M., 1997, Bahan
Galian Industri, PPTM, Bandung;
4. ………………..,
2009,
Kabupaten
Lembata Dalam Angka, Kantor
Statistik
Kabupaten Lembata,
Lewoleba.

Gambar 1. Lokasi Eksplorasi Umum Dolomit di Kec. Omesuri Kab. Lembata
Prov. Nusa Tenggara Timur

Gambar 2. Peta Geologi dan Sebaran Bahan Galian di Kec. Omesuri Kab. Lembata, NTT