PBB DAN BM.2016 300 pbb dan bm 2016
PAJAK BUMI DAN
BANGUNAN
dan
BEA METERAI
Oleh
Bambang Kesit
2016/2017
(2)
PBB dapat didefinisikan sebagai “pajak negara yang dikenakan terhadap bumi dan/atau bangunan berdasarkan UU No. 12 Tahun 1985 tentang PBB sebagaimana telah diubah dengan UU No. 12 Tahun 1994”
PBB adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak terhutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi/tanah dan/atau bangunan, keadaan subjek (siapa yang membayar) tidak ikut menentukan besarnya pajak
(3)
Objek PBB adalah Bumi dan/atau Bangunan
BUMI : Permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya,
Permukaan bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah Indonesia.
Contoh : sawah, ladang, kebun, tanah, perkarangan, tambang, dll
BANGUNAN : Konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan
Termasuk dalam pengertian bangunan adalah :
-Jalan lingkunagan yang terletak dalam suatu kompleks bangunan seperti hotel, pabrik, dan emplasemennya, dll yang merupakan satu kesatuan dengan
kompleks bangunan tersebut.
-Jalan tol, kolam renang, pagar mewah, tempat olah raga, galangan kapal, dermaga, taman mewah, tempat penampungan atau kilang minyak,air dan gas, pipa minyak, fasilitas lain yang memberikan manfaat.
(4)
1. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum dibidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional yang tidak dimaksudkan memperoleh keuntungan, seperti pesantren, mesjid, gereja, tanah wakaf, rumah sakit umum, sekolah atau madrasah, panti asuhan, candi, dll
2. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala atau yang sejenis dengan itu seperti musium
3. Merupakan hutan lindung, suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah pengembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang belum dibebani suatu hak
4. Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik secara pasif
5. Digunakan oleh badan/perwakilan organisasi internasional yang ditentukan oleh Menkeu
(5)
SUBJEK PBB
Orang atau badan yang secara nyata
mempunyai suatu hak atas bumi,
dan/atau memperoleh manfaat atas bumi,
dan/atau memiliki, menguasai, dan/
(6)
Contoh soal : SUBJEK PAJAK
1. Subjek pajak bernama A yang memanfaatkan atau menggunakan bumi dan/atau bangunan milik orang lain bernama B bukan karena sesuatu hak berdasarkan UU bukan karena perjanjian maka dalam hal demikian A yang memanfaatkan atau meng-gunakan bumi dan/atau bangunan tersebut ditetapkan sebagai Wajib Pajak
2. Suatu objek pajak yang masih dalam sengketa pemilikan di pengadilan, maka orang/badan yang memanfaatkan/mengguna-kan objek pajak tersebut ditetapkan sebagai Wajib Pajak
3. Subjek pajak dalam waktu lama berada di luar wilayah letak objek pajak, sedang untuk merawat objek pajak tersebut dikuasakan kepada orang/badan, maka orang/badan yang diberi kuasa dapat ditunjuk sebagai Wajib Pajak
Penunjukan sebagai Wajib Pajak oleh Dirjen Pajak
(7)
Dasar Pengenaan Pajak adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)
NJOP ditetapkan setiap 3 tahun oleh Menkeu, kecuali untuk daerah tertentu ditetapkan setiap tahun sesuai perkembangan daerahnya, dengan memperhatikan :
1. Harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar
2. Perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis yang letaknya berdekatan dan telah diketahui harga jualnya
3. Nilai perolehan baru
4. Penentuan Nilai Jual Objek Pengganti
(8)
NJOPTKP adalah batas NJOP atas bumi dan/atau bangunan yang tidak kena pajak
Besarnya NJOPTKP adalah Rp 8.000.000 dengan ketentuan sbb:
1. Setiap WP memperoleh pengurangan NJOPTKP sebanyak satu kali dalam satu tahun pajak
2. Apabila WP mempunyai beberapa objek pajak, maka yang mendapatkan pengurangan NJOPTKP hanya satu objek pajak yang nilainya terbesar dan tidak bisa digabungkan dengan objek pajak lainnya
NJOPTKP untuk DKI mulai tahun 2001 Rp 10.000.000
(berdasarkan masing-masing perdati II)
NILAI JUAL OBJEK PAJAK TIDAK KENA PAJAK
(NJOPTKP
)
(9)
Dasar Penghitungan PBB adalah Nilai Jual Kena Pajak (NJKP)
Besarnya NJKP adalah sebagai berikut :
1. 40% untuk objek pajak perumahan yang WPnya perorangan dengan NJOP sama atau lebih dari Rp 1 M, dan tidak dimiliki, dikuasai atau dimanfaatkan oleh PNS, ABRI, dan para pensiunan termasuk janda/dudanya yang berpenghasilan semata-mata dari gaji atau uang pensiun
2. 20% untuk objek pajak lainnya
TARIF PBB adalah 0.5%
(10)
Tarif PBB-UU No.28/2009
PDRD
Pasal 80 UU No.28/2009 PDRD
1.Tarif PBB Perdesaan dan
Perkotaan ditetapkan paling tinggi
sebesar 0,3%.
2.Tarif PBB Perdesaan dan
Perkotaan ditetapkan dengan
Peraturan Derah
(11)
Contoh 1
Amir memiliki tanah dan bangunan
dengan rincian sbb:
1.Luas Tanah 500m2 ;nilai tanah Rp 90
juta
2.Luas Bangunan 150m2;nilai bangunan
Rp 37.500.000
Hitunglah besarnya PBB atas tanah dan
bangunan pak Amir jika NJOPTKP sebesar
Rp10.000.000.
(12)
Contoh 2
Amir memiliki tanah dan bangunan
dengan rincian sbb:
1.Luas Tanah 500m2 ;nilai tanah Rp
1.750 juta
2.Luas Bangunan 400m2;nilai
bangunan Rp 600.000.000
Hitunglah besarnya PBB atas tanah
dan bangunan pak Amir jika NJOPTKP
sebesar Rp10.000.000.
(13)
Contoh 3
Amir memiliki tanah dan bangunan dengan
rincian sbb:
1.Luas Tanah 1: 3.000m2 ;nilainyaRp 2.100 juta
2.Luas Tanah 2: 5.000m2 ;nilainya Rp3.000 juta
3.Luas Bang 1: 1.500m2 ;nilainya Rp375 juta
4.Luas Bang 2 : 2.000m2;nilainya Rp600 juta
Hitunglah besarnya PBB atas tanah dan bangunan
pak Amir jika NJOPTKP sebesar Rp10.000.000.
(14)
Contoh 4
Amir memiliki tanah dan bangunan
dengan rincian sbb:
1.
Rumah:
a.
Luas Tanah 500m2 ;NJOP Rp 3.745.000
b.
Luas Bang: 300 M2;NJOP Rp 1.516 .000
2.
Toko :
a.
Luas Tanah :500m2 ;NJOP:Rp 4.605.000
b.
Luas Bang :400m2 ;NJOP:Rp 1.833.000
Hitunglah besarnya PBB atas tanah dan
bangunan pak Amir jika NJOPTKP sebesar
Rp10.000.000.
(15)
Contoh 5
Amir memiliki tanah dan bangunan
dengan rincian sbb:
1.Luas Tanah 500m2 ;nilai tanah Rp 90
juta
2.Luas Bangunan 150m2;nilai bangunan
Rp 37.500.000
Hitunglah besarnya PBB atas tanah dan
bangunan pak Amir jika NJOPTKP sebesar
Rp10.000.000.
(16)
1. Tahun pajak adalah jangka waktu satu
tahun takwin
2. Saat yang menentukan pajak yang
terhutang adalah menurut keadaan objek
pajak pada tanggal 1 Januari
SAAT TERUTANGNYA SERTA TEMPAT
YANG MENENTUKAN PAJAK TERUTANG
(17)
Contoh Soal :
Dasar Pengenaan Pajak :
1. Seorang WP hanya mempunyai objek pajak berupa bumi sbb :
NJOP Bumi Rp 3.000.000
NJOPTKP Rp 8.000.000 –
Tidak dikenakan PBB
WP mempunyai dua objek pajak bumi dan bangunan masing- masing di desa A dan B
Desa A : NJOP Bumi Rp 8.000.000
NJOP Bangunan Rp 5.000.000 +
NJOP sbg DPP Rp 13.000.000
NJOPTKP 8.000.000
NJOP u/pengh. Pjk Rp 5.000.000
Desa B : NJOP Bumi Rp 5.000.000
NJOP Bangunan Rp 3.000.000 +
NJOP sbg DPP Rp 8.000.000
NJOPTKP - -_____
(18)
2. WP mempunyai dua objek pajak berupa bumi dan bangunan pada satu Desa
Objek I : NJOP Bumi Rp 4.000.000
NJOP Bangunan Rp 2.000.000 + NJOP sbg DPP Rp 6.000.000
NJOPTKP 8.000.000
Tidak dikenakan PBB
Objek II: NJOP Bumi Rp 4.000.000
NJOP Bangunan Rp 1.000.000 + NJOP sbg DPP Rp 5.000.000
NJOPTKP - -____ NJOP u/pengh. pjk Rp 5.000.000
(19)
BEA METERAI
(20)
Dasar Hukum
• Undang-undang Nomor 13 Tahun 1985;
• Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2000;
• KepMenKeu 476/KMK.03/2002 tentang Pemeteraian
Kemudian;
• Kep-122B/PJ./2000 tentang Pelunasan Bea Meterai
dengan Mesin Teraan Meterai;
• Kep-122C/PJ./2000 tentang Pelunasan Bea Meterai
dengan Teknologi Percetakan;
• Kep-122D/PJ./2000 tentang Pelunasan Bea Meterai
dengan Sistem Komputerisasi;
(21)
BEA METERAI
“Pajak atas dokumen yang disebut
dalam undang-undang Bea Meterai”.
(22)
Pengertian Dokumen
“Kertas yang berisikan tulisan yang mengandung arti dan maksud tentang perbuatan, keadaan, atau kenyataan bagi seseorang dan atau pihak-pihak yang berkepentingan”.
Pasal 1 (2) UU Bea Meterai :
Kamus Besar Bhs Indonesia :
• Surat yang tertulis atau tercetak yang dapat dipakai sebagai bukti keterangan;
• Barang cetakan atau naskah karangan yang dikirim melalui pos; atau
• Rekaman suara, gambar di film, dsb yang dapat dijadikan sebagai bukti keterangan;
(23)
1.
1.
Surat perjanjian dan surat-surat lainnya (a.l. Surat
Surat perjanjian dan surat-surat lainnya (a.l. Surat
Kuasa, Surat Hibah, Surat Pernyataan) yang dibuat
Kuasa, Surat Hibah, Surat Pernyataan) yang dibuat
dengan tujuan untuk digunakan sebagai alat pembuktian
dengan tujuan untuk digunakan sebagai alat pembuktian
mengenai perbuatan, kenyataan/ keadaan yang bersifat
mengenai perbuatan, kenyataan/ keadaan yang bersifat
perdata;
perdata;
2.
2.
Akta-akta Notaris termasuk salinannya;
Akta-akta Notaris termasuk salinannya;
3.
3.
Akta-akta yang dibuat oleh PPAT termasuk rangkap-
Akta-akta yang dibuat oleh PPAT termasuk
rangkap-rangkapnya;
rangkapnya;
4.
4.
Surat yang memuat jumlah uang;
Surat yang memuat jumlah uang;
5.
5.
Surat berharga seperti wesel, promes, aksep;
Surat berharga seperti wesel, promes, aksep;
6.
6.
Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun;
Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun;
7.
7.
Sekumpulan Efek dengan nama dan dalam bentuk
Sekumpulan Efek dengan nama dan dalam bentuk
apapun yang tercantum dalam surat kolektif;
apapun yang tercantum dalam surat kolektif;
8.
8.
Dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian
Dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian
di muka pengadilan;
di muka pengadilan;
(24)
TARIF BEA METERAI
• Rp. 3.000,00 (Tiga Ribu Rupiah);
• Rp. 6.000,00 (Enam Ribu Rupiah).
(25)
1. OBJEK DAN TARIF
surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuan untuk digunakan sebagai alat pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan atau keadaan yang bersifat perdata;
Rp. 6.000,00
Surat Perjanjian dalam hukum perdata Indonesia dapat diartikan suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal ( mengenai harta kekayaan ).
Surat Perjanjian jual beli, sewa menyewa, tukar menukar, pinjam meminjam, utang piutang / kredit, pemborongan pekerjaan, pertanggungan (Polis Asuransi), dsb.
Surat Perjanjian yang dibuat oleh Pemerintah RI dengan Negara Lain, misal P3B, bantuan keuangan, kerjasama di bidang pemberantasan penyelundupan.
Akta Kelahiran, Surat Izin usaha, Paspor, SIM, STNK, IMB
Bukan Objek Bea Meterai Surat lainnya Surat Kuasa, Surat Hibah, surat pernyataan,
(26)
•akta-akta Notaris termasuk salinannya;
•akta-akta yang dibuat oleh Pejabat
Pembuat Akta Tanah (PPAT) termasuk
rangkap-rangkapnya;
Rp. 6.000,00
2. OBJEK DAN TARIF
(27)
Surat yang memuat jumlah uang, yaitu :
1) yang menyebutkan penerimaan uang (Kuitansi);
2) yang menyatakan pembukuan uang atau penyimpanan uang dalam rekening di Bank (Nota Kredit);
3) yang berisi pemberitahuan saldo rekening di Bank (Saldo Bilyet / Surat Saldo); atau
4) yang berisi pengakuan bahwa hutang uang seluruhnya atau sebagiannya telah dilunasi atau diperhitungkan;
5) Surat berharga, seperti Wesel, Promes, dan Aksep. sebagai berikut :
a. yang mempunyai harga nominal sampai dengan Rp.250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah) Tidak Dikenakan
b. yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp.250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah) sampai dengan Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) Rp. 3.000,00.
c. yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp.1.000.000,00 (satu juta rupiah) Rp. 6.000,00.
(28)
Pengertian
• Wesel :
Surat perintah kepada seseorang untuk membayarkan
sejumlah uang kepada seseorang lain yang berhak atas
pembayaran tersebut.
• Aksep (Surat Sanggup) :
Surat kesanggupan untuk membayar sejumlah uang
kepada seseorang / pihak lain yang ditunjuk, pada hari
yang telah ditetapkan.
• Promes :
Surat janji untuk membayar sejumlah uang tertentu
kepada tertunjuk, pada waktu diperlihatkan pada suatu
waktu tertentu.
(29)
Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun :
a. harga nominal sampai dengan Rp 1.000.000,00 (satu
juta rupiah) Rp. 3.000,00.
b. harga nominal lebih dari Rp 1.000.000,00 (satu juta
rupiah) Rp. 6.000,00.
4. OBJEK DAN TARIF
Efek (UU No.8/1995 ttg Pasar Modal)
Surat Berharga yang dapat diperdagangkan di bursa
efek
Surat pengakuan utang, surat berharga komersial,
saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan
kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek,
Cek dan Bilyet Giro
Rp. 3.000,00
(30)
Dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian di
muka Pengadilan, yaitu :
1)
surat-surat biasa dan surat-surat kerumahtanggaan;
2)
surat-surat yang semula tidak dikenakan Bea
Meterai berdasarkan tujuannya.
BEA METERAI
Rp. 6.000,00
(31)
BUKAN OBJEK BEA METERAI
a. Dokumen yang berupa :
1) surat penyimpanan barang;
2) konosemen (Surat Muatan Kapal, Surat Keterangan/Pengantar barang yang diangkut dengan kapal);
3) surat angkutan penumpang dan barang;
4) keterangan pemindahan yang dituliskan di atas dokumen sbgmn angka 1), 2), dan 3);
5) bukti untuk pengiriman dan penerimaan barang;
6) surat pengiriman barang untuk dijual atas tanggungan pengirim; 7) surat-surat lainnya yang dapat disamakan dengan surat-surat sbgmn angka 1) s.d. 6).
b. segala bentuk Ijazah;
c. tanda terima gaji, uang tunggu, pensiun, uang tunjangan, dan
pembayaran lainnya yang ada kaitannya dengan hubungan kerja serta surat-surat yang diserahkan untuk mendapatkan pembayaran itu;
d. tanda bukti penerimaan uang Negara dari kas Negara, Kas Pemerintah Daerah, dan bank;
(32)
BUKAN OBJEK BEA METERAI
e. kuitansi untuk semua jenis pajak dan untuk penerimaan
lainnya yang dapat disamakan dengan itu dari Kas Negara,
Kas Pemerintahan Daerah dan bank;
f. tanda penerimaan uang yang dibuat untuk keperluan intern
organisasi;
g. dokumen yang menyebutkan tabungan, pembayaran uang
tabungan kepada penabung oleh bank, koperasi, dan
badan-badan lainnya yang bergerak di bidang tersebut;
h. surat gadai yang diberikan oleh Perusahaan Jawatan
Pegadaian;
i. tanda pembagian keuntungan atau bunga dari efek,
dengan nama dan dalam bentuk apapun
(33)
PIHAK DAN SAAT TERUTANG
(Pasal 6 UU BM)
Dokumen Pihak Terutang Saat Terutang
Dibuat oleh Satu Pihak
(Kwitansi) Penerima dokumen Saat dokumen diserahkan Dibuat oleh Dua
Pihak / lebih
Setiap Pihak pembuat dokumen
Saat dokumen selesai dibuat
Akta Notaris (Asli dan
salinan) Pihak-pihak yang mengadakan perjanjian
Saat dokumen selesai dibuat
Dibuat di Luar Negeri Setiap Pihak pembuat
dokumen Saat dokumen digunakan di Indonesia
Jika Pihak-pihak ybs menentukan lain Pihak
yang ditentukan
(34)
CARA PELUNASAN
• Benda Meterai :
- Meterai Tempel (nilai nominal Rp.3.000 dan Rp.6.000);
- Kertas Meterai (Ukuran A3 dan A4 dengan nilai nominal
Rp.6.000).
• Cara lain :
- mesin teraan meterai;
- teknologi percetakan;
- sistem komputerisasi;
- alat lain dengan teknologi tertentu,
(35)
Pelunasan dengan Benda Meterai :
Meterai Tempel :
• Meterai tempel direkatkan di tempat tandatangan pada dokumen; • Ditandatangani dan dicantumkan tanggal, bulan dan tahun, dengan
tinta atau yang sejenis;
• Sebagian tandatangan ada di atas kertas dan sebagian lagi di atas meterai tempel;
• JIka digunakan lebih dari satu meterai tempel, tandatangan harus dibubuhkan sebagian di atas semua meterai tempel dan sebagian lagi di atas kertas;
Kertas Meterai :
• Jika isi dokumen terlalu panjang untuk dimuat seluruhnya di atas dokumen bermeterai, maka untuk bagian isi yang masih tertinggal dapat digunakan kertas tidak bermeterai.
(36)
TANDA TANGAN
T
T
anda tangan sebagaimana lazimnya
anda tangan sebagaimana lazimnya
dipergunakan, termasuk: parap; teraan atau
dipergunakan, termasuk: parap; teraan atau
cap tanda tangan/cap parap; teraan cap
cap tanda tangan/cap parap; teraan cap
nama atau tanda lainnya sebagai pengganti
nama atau tanda lainnya sebagai pengganti
tanda tangan
(37)
• Hanya diperkenankan kepada penerbit dokumen dengan jumlah rata-rata setiap hari minimal 50 dokumen;
• Harus mengajukan permohonan ijin tertulis kepada Kepala KPP, dengan mencantumkan jenis, merk, dan tahun pembuatan, serta melampirkan surat pernyataan jumlah rata-rata dokumen setiap hari; • Menyetor Bea Meterai di muka, minimal Rp.15.000.000,00;
• Ijin berlaku selama 2 tahun sejak tanggal ditetapkannya, dan dapat diperpanjang;
• Menyampaikan laporan bulanan penggunaan mesin teraan kepada Kepala KPP setempat, paling lambat tanggal 15 setiap bulan, bila lewat diterbitkan surat teguran I dan II, serta pencabutan izin;
Pelunasan dengan Mesin
Teraan Meterai
(38)
1. Hanya diperkenankan untuk dokumen berupa cek, bilyet giro, dan efek;
2. Mengajukan permohonan ijin tertulis kepada Direktur Jenderal Pajak dengan menyebutkan :
- Jenis dokumen,
- Jumlah bea meterai terutang dan melampirkan SSP, penerbit dokumen harus membayar bea meterai di muka
sebesar jumlah dokumen yang harus dilunasi bea meterai;
- Perusahaan yang akan melaksanakan pembubuhan tanda
lunas;
Pembubuhan tanda Bea Meterai Lunas dilaksanakan oleh Perum Peruri dan atau perusahaan Sekuriti yang mendapat ijin dari Badan Koordinasi Pemberantasan Uang Palsu (Botasupal);
Pelunasan dengan Teknologi
Percetakan
(39)
• Hanya diperkenankan untuk dokumen berupa surat yang memuat jumlah uang dengan jumlah rata-rata per hari minimal 100 dokumen; • Mengajukan permohonan ijin tertulis kepada Dirjen Pajak dengan
mencantumkan jenis dokumen dan perkiraan jumlah rata-rata setiap hari;
• Membayar Bea Meterai di muka minimal sebesar perkiran jumlah dokumen setiap bulan;
• Ijin berlaku selama saldo bea meterai yang telah dibayar pada saat mengajukan ijin masih mencukupi kebutuhan pemeteraian 1 bulan berikutnya;
• Penerbit dokumen yang mempunyai saldo Bea Meterai kurang dari estimasi kebutuhan satu bulan, harus mengajukan permohonan ijin baru dengan terlebih dahulu melakukan pembayaran Bea Meterai di muka minimal sebesar kekurangan yang harus dipenuhi untuk mencukupi kebutuhan 1 (satu) bulan;
• Menyampaikan laporan bulanan paling lambat tanggal 15 setiap bulan.
Pelunasan dengan Sistem
Komputerisasi
(40)
PEMETERAIAN KEMUDIAN
“Suatu cara pelunasan Bea Meterai yang dilakukan oleh
Pejabat Pos atas permintaan pemegang dokumen yang
Bea Meterainya belum dilunasi sebagaimana mestinya”.
1. Dokumen yang semula tidak terutang Bea Meterai, namun akan digunakan sebagai alat pembuktian di muka pengadilan;
2. Dokumen yang Bea Meterainya tidak atau kurang dilunasi sebagaimana mestinya;
3. Dokumen yang dibuat di Luar Negeri yang akan digunakan di Indonesia.
(41)
TARIF PEMETERAIAN KEMUDIAN
a. Atas dokumen yang semula tidak terutang Bea Meterai
namun akan digunakan sebagai alat pembuktian di muka
pengadilan sebesar Bea Meterai yang terutang sesuai
dengan peraturan yang berlaku pada saat pemeteraian
kemudian dilakukan.
b. Atas dokumen yang tidak atau kurang dilunasi
sebagaimana mestinya
sebesar Bea Meterai yang
terutang;
c. Atas dokumen yang dibuat di luar negeri yang akan
digunakan di Indonesia
sebesar Bea Meterai yang
terutang sesuai dengan peraturan yang berlaku pada
saat pemeteraian kemudian dilakukan
(42)
DENDA PEMETERAIAN KEMUDIAN
1. Dokumen yang tidak atau kurang dilunasi
wajib membayar denda sebesar 200%;
2. Dokumen yang dibuat di luar negeri dan
pemeteraian kemudian dilakukan setelah
digunakan, wajib membayar denda sebesar
200%;
(43)
TATACARA PEMETERAIAN KEMUDIAN
1. Pemegang dokumen mendatangi Pejabat Pos pada Kantor Pos terdekat;
2. Melunasi Bea Meterai terutang dengan menggunakan meterai tempel atau Surat Setoran Pajak;
3. Lembar ke 1 dan ke 3 SSP harus dilampiri dengan Daftar Dokumen, yang menjadi satu kesatuan tak terpisahkan;
4. Disahkan oleh Pejabat Pos dengan cap “TELAH DIMETERAIKAN KEMUDIAN SESUAI DENGAN UU NO.13/1985”.
(44)
Dokumen Tidak Bermeterai = Tidak Sah ?
•
Bea Meterai = Pajak;
•
Pasal 1320 KUH Perdata ( BURGERLIJK WETBOEK )
yang mengatur tentang syarat-syarat sah
Perjanjian :
1. Adanya persetujuan kehendak antara para pihak
yang membuat perjanjian ( consensus )
2. Adanya kecakapan para pihak untuk membuat
perjanjian ( capacity )
3. Adanya suatu hal tertentu ( Obyek )
(45)
DALUWARSA BEA METERAI
(Pasal 12 UU BM)
“Kewajiban pemenuhan Bea Meterai dan denda
administrasi yang terhutang menurut Undang-undang
ini daluwarsa setelah lampau waktu lima tahun,
(46)
Larangan Bagi Pejabat
a. menerima, mempertimbangkan atau menyimpan dokumen yang Bea Meterai-nya tidak atau kurang dibayar;
b. meletakan dokumen yang Bea Meterai-nya tidak atau kurang dibayar sesuai dengan tarifnya pada dokumen lain yang berkaitan; c. membuat salinan, tembusan, rangkapan atau petikan dari dokumen
yang Bea Meterai-nya tidak atau kurang dibayar;
d. memberikan keterangan atau catatan pada dokumen yang tidak atau kurang dibayar sesuai dengan tarif Bea Meterai-nya
Pejabat Pemerintah, hakim, panitera, jurusita, notaris, dan pejabat umum lainnya, masing-masing dalam tugas atau jabatannya, tidak dibenarkan :
Sanksi Administratif sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
(47)
SANKSI PIDANA
Dipidana sesuai dengan ketentuan dalam KUHP :
a. barangsiapa meniru atau memalsukan meterai tempel dan kertas meterai atau meniru dan memalsukan tanda tangan yang perlu untuk mensahkan meterai;
b. barangsiapa dengan sengaja menyimpan dengan maksud untuk diedarkan atau memasukan ke Negara Indonesia meterai palsu, yang dipalsukan atau yang dibuat dengan melawan hak;
c. barangsiapa dengan sengaja menggunakan, menjual, menawarkan, menyerahkan, menyediakan untuk dijual atau dimasukan ke Negara Indonesia meterai yang mereknya, capnya, tanda-tangannya, tanda sahnya atau tanda waktunya mempergunakan telah dihilangkan seolah-olah meterai itu belum dipakai dan atau menyuruh orang lain menggunakan dengan melawan hak;
d. barang siapa menyimpan bahan-bahan atau perkakas-perkakas yang diketahuinya digunakan untuk melakukan salah satu kejahatan untuk meniru dan memalsukan benda meterai.
(48)
“Barang
siapa
dengan
sengaja
menggunakan cara lain untuk melakukan
pelunasan bea meterai atas dokumen
(sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat
(2) huruf b UU Bea Meterai) tanpa izin
Menteri Keuangan, dipidana dengan pidana
penjara selama-lamanya 7 (tujuh) tahun”.
SANKSI PIDANA
Pasal 14 UU Bea Meterai :
(1)
TATACARA PEMETERAIAN KEMUDIAN
1. Pemegang dokumen mendatangi Pejabat Pos pada Kantor Pos terdekat;
2. Melunasi Bea Meterai terutang dengan menggunakan meterai tempel atau Surat Setoran Pajak;
3. Lembar ke 1 dan ke 3 SSP harus dilampiri dengan Daftar Dokumen, yang menjadi satu kesatuan tak terpisahkan;
4. Disahkan oleh Pejabat Pos dengan cap “TELAH DIMETERAIKAN KEMUDIAN SESUAI DENGAN UU NO.13/1985”.
(2)
Dokumen Tidak Bermeterai = Tidak Sah ?
•
Bea Meterai = Pajak;
•
Pasal 1320 KUH Perdata ( BURGERLIJK WETBOEK )
yang mengatur tentang syarat-syarat sah
Perjanjian :
1. Adanya persetujuan kehendak antara para pihak
yang membuat perjanjian ( consensus )
2. Adanya kecakapan para pihak untuk membuat
perjanjian ( capacity )
3. Adanya suatu hal tertentu ( Obyek )
4. Adanya suatu sebab yang halal ( causa )
(3)
DALUWARSA BEA METERAI
(Pasal 12 UU BM)
“Kewajiban pemenuhan Bea Meterai dan denda
administrasi yang terhutang menurut Undang-undang
ini daluwarsa setelah lampau waktu lima tahun,
(4)
46
Larangan Bagi Pejabat
a. menerima, mempertimbangkan atau menyimpan dokumen yang Bea Meterai-nya tidak atau kurang dibayar;
b. meletakan dokumen yang Bea Meterai-nya tidak atau kurang dibayar sesuai dengan tarifnya pada dokumen lain yang berkaitan; c. membuat salinan, tembusan, rangkapan atau petikan dari dokumen
yang Bea Meterai-nya tidak atau kurang dibayar;
d. memberikan keterangan atau catatan pada dokumen yang tidak atau kurang dibayar sesuai dengan tarif Bea Meterai-nya
Pejabat Pemerintah, hakim, panitera, jurusita, notaris, dan pejabat umum lainnya, masing-masing dalam tugas atau jabatannya, tidak dibenarkan :
Sanksi Administratif sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
(5)
SANKSI PIDANA
Dipidana sesuai dengan ketentuan dalam KUHP :
a. barangsiapa meniru atau memalsukan meterai tempel dan kertas meterai atau meniru dan memalsukan tanda tangan yang perlu untuk mensahkan meterai;
b. barangsiapa dengan sengaja menyimpan dengan maksud untuk diedarkan atau memasukan ke Negara Indonesia meterai palsu, yang dipalsukan atau yang dibuat dengan melawan hak;
c. barangsiapa dengan sengaja menggunakan, menjual, menawarkan, menyerahkan, menyediakan untuk dijual atau dimasukan ke Negara Indonesia meterai yang mereknya, capnya, tanda-tangannya, tanda sahnya atau tanda waktunya mempergunakan telah dihilangkan seolah-olah meterai itu belum dipakai dan atau menyuruh orang lain menggunakan dengan melawan hak;
d. barang siapa menyimpan bahan-bahan atau perkakas-perkakas yang diketahuinya digunakan untuk melakukan salah satu kejahatan
(6)
48