Harga diri | Karya Tulis Ilmiah Harga diri

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 18:42:17 2017 / +0000 GMT

Harga diri
LINK DOWNLOAD [30.23 KB]
Pengertian Harga diri
Coopersmith (dalam Harsini, 2008) mengungkapkan bahwa harga diri adalah evaluasi yang dibuat dan biasanya dipegang oleh
individu mengenai dirinya sendiri. Evaluasi ini menyatakan sikap kesetujuan dan ketidaksetujuan, serta menunjukkan sejauh mana
individu percaya bahwa dirinya mampu, berarti, berhasil, dan berharga. Evaluasi diri yang dibuat oleh setiap individu terhadap
dirinya sendiri di mulai dari sangat negatif sampai sangat positif (Baron & Byrne, 2003). Harga diri juga merupakan proses penilaian
yang dibuat dan dipertahankan individu tentang dirinya. Proses penilaian tersebut berasal dari interaksi individu dengan lingkungan
serta menyangkut aspek-aspek seperti penerimaan, perlakuan dan penghargaan orang lain terhadap dirinya (Klass & Hedge dalam
Nugroho, 2010).
Sedangkan menurut Sulistyowati & Warsito (2010) harga diri merupakan kebutuhan yang harus terpenuhi demi memperoleh
keberhasilan hidup dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Branden (dalam Sulistyowati & Warsito, 2010) menyatakan bahwa
harga diri merupakan keyakinan individu terhadap kemampuan dirinya sendiri untuk belajar membuat pilihan dan keputusan yang
layak serta merespon secara efektif terhadap perubahan. Menurut Brem & Kassin (dalam Damayanti & Purnamasari, 2011) harga
diri berkaitan dengan cara seseorang memandang dirinya dalam kehidupan sehari-hari. Individu yang menilai dirinya positif
cenderung bahagia, sehat, berhasil dan dapat menyesuaikan diri. Sebaliknya individu yang menilai dirinya negatif secara relatif tidak
sehat, cemas, tertekan dan pesimis mengenai masa depannya dan cenderung gagal.
Berdasarkan beberapa pengertian harga diri di atas, peneliti menggunakan definisi harga diri menurut Coopersmith (dalam Harsini,

2008), bahwa harga diri adalah evaluasi yang dibuat dan biasanya dipegang oleh individu mengenai dirinya sendiri. Evaluasi ini
menyatakan sikap kesetujuan dan ketidak setujuan, serta menunjukkan sejauh mana individu percaya bahwa dirinya mampu, berarti,
berhasil, dan berharga.
Tingkatan Harga diri
Menurut Coopersmith (dalam Nugroho, 2010) Harga diri dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :

- Individu yang memiliki harga diri yang tinggi, yaitu individu yang afektif ekspresif dan cenderung berhasil dalam bidang
akademis dan sosial dengan rasa percaya diri dan kualitas pribadinya. Mereka yang memiliki ambisi yang tinggi, cita-cita
yang tinggi pada umumnya berasal dari keluarga dengan orang tua yang dapat menerima, memberi perhatian dan kasih
sayang pada anaknya.
- Individu yang memiliki harga diri sedang, yaitu individu yang memiliki ciri-ciri sama dengan individu yang memiliki harga
diri tinggi, hanya mereka cenderung membatasi diri terhadap lingkungan sos
- Individu yang memiliki harga diri rendah, yaitu individu yang diliputi oleh kekhawatiran terhadap interaksi sosial dan tidak
yakin akan keberadaan mereka. Mereka cenderung terisolir, kurang mampu mengekspresikan diri, takut dimarahi orang lain,
didalam kelompok mereka cenderung hanya sebagai pendengar daripada berpartisipasi.
Aspek-aspek Harga diri
Coopersmith (dalam Harsini, 2008) mengidentifikasi adanya empat aspek harga diri yaitu keberartian, kekuatan, kompetensi, dan
kebajikan. Berdasarkan keempat aspek tersebut Coopersmith menyusun alat ukur harga diri yang dikenal dengan nama Self Esteem
Inventory (SEI). Adapun aspek-aspek tersebut adalah :


Keberartian (significance)
Menunjukkan adanya penilaian individu terhadap dirinya sendiri yaitu penilaian terhadap keberartiannya, keberhargaannya
termasuk penerimaan dan rasa berarti yang didapat dari lingkungannya, yang ditunjukkan dengan adanya kepe-dulian, perhatian, dan
afeksi serta ekspresi cinta yang diterima individu dari lingkungan sosial-nya. Penerimaan dari lingkungan ditandai de-ngan adanya
kehangatan, respon yang baik dari ling-kungan dan ketertarikan lingkungan terha-dap individu serta menyukai individu
sebagai-mana adanya diri sendiri.

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 1/4 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 18:42:17 2017 / +0000 GMT

Kekuatan (power)
Menunjukkan adanya kemampuan indi-vidu untuk bisa mengatur dan mengontrol ting-kah lakunya sendiri dan mendapatkan
penga-kuan dari orang lain atas tingkah lakunya tersebut. Power ini dinyatakan dengan adanya pengakuan dan penghormatan yang
diterima in-dividu dari orang lain serta adanya kualitas atas opini yang diutarakan individu yang diakui oleh orang lain. Dampak dari
adanya pengakuan pada diri anak akan membantu anak untuk me-ngembangkan penilaian yang positif terhadap pan-dangannya
sendiri dan mampu untuk ber-tahan dari tekanan buruk dari lingkungan dan dari keinginan-keinginan serta kebutuhan yang bersifat

negatif dari anak.

Kompetensi (competence)
Menunjukkan adanya performansi yang tinggi untuk memenuhi keutuhan pencapaian prestasi dimana level tugas-tugas tersebut
ter-gantung pada variasi usia individu. Apabila in-dividu merasa telah mencapai tujuan atau mam-pu mencapai suatu hasil yang
diharap-kannya, ma-ka individu tersebut akan memberi-kan pe-nilaian yang positif pada dirinya.

Kebajikan (virtue)
Ditandai dengan adanya suatu ketaatan untuk mengikuti standar moral, etika, dan aga-ma dimana individu akan menjauhi tingkah
laku yang harus dihindari dan melakukan ting-kah laku yang dibolehkan atau diharuskan oleh moral, etika, dan agama.
Faktor-faktor yang Memengaruhi Harga Diri
Harga diri dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :

- Faktor fisik : Penampilan fisik secara khusus berkontribusi terhadap harga diri remaja (Harter dalam Santrock, 2007).
Gambaran tubuh, penampilan fisik merupakan salah satu segi dari gambaran diri. Oleh karena itu, gambaran tubuh membawa
pengaruh pada harga diri. Orang yang puas dengan keadaan fisiknya, pada umumnya memiliki kepercayaan diri yang lebih
tinggi daripada yang tidak. Orang yang berpenampilan menarik cenderung menghargai diri lebih tinggi daripada orang yang
berpenampilan membosankan (Paul, 1993).
- Jenis Kelamin : Beberapa penelitian menunjukkan bahwa remaja putri mudah terkena gangguan citra diri dibandingkan
dengan remaja putra. Secara khusus, harga diri remaja putri rendah, tingkat kesadaran diri mereka tinggi, dan citra diri

mereka mudah terganggu dibandingkan dengan remaja putra (Rosenberg dalam Ermanza, 2008).
- Pola Asuh : Pola asuh merupakan sikap orangtua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya yang meliputi cara orang tua
memberikan aturan-aturan, hadiah maupun hukuman, cara orangtua menunjukkan otoritasnya, dan cara orangtua memberikan
perhatiannya serta tanggapan terhadap anaknya (Shochih dalam Sriati, 2008). Hasil penelitian Fitriana (2013)
menyatakan bahwa remaja dengan persepsi pola asuh demokratis, sebagian besar memiliki harga diri tinggi. Hal tersebut
dikarenakan teknik-teknik asuhan orang tua demokratis, yang menumbuhkan keyakinan dan kepercayaan diri, maupun
mendorong tindakan-tindakan mandiri, membuat keputusan sendiri, akan berakibat munculnya tingkah laku mandiri yang
bertanggung jawab dimana perilaku-perilaku tersebut terkait dengan harga diri tinggi.
- Faktor inteligensi : Semakin tinggi tingkat inteligensi seseorang, maka semakin tinggi pula harga dirinya dan jelas bahwa
tingkat inteligensinya ternyata mempengaruhi harga diri seseorang dan terlihat adanya hubungan positif diantara keduanya
(Rombe dalam Prastowo, 2012).
- Faktor sekolah : Sekolah merupakan salah satu lingkungan tempat remaja hidup dalam kesehariannya (Ali & Asrori dalam
Tania, 2011). Di dalam sekolah itu sendiri terdiri dari tenaga pengajar, peserta didik, kurikulum, ekstrakurikuler, dan jurusan.
Peran lingkungan yang ada di dalam sekolah tidak dapat diabaikan dalam membentuk harga diri siswa (Farid & Akhtar,
2013).
- Kelas sosial : Hasil penelitian Rice (dalam Ermanza, 2008) menyatakan bahwa remaja dengan kelas sosial menengah ke
atas lebih mempunyai harga diri yang tinggi di bandingkan dengan remaja dengan kelas sosial kebawah. Sosial ekonomi

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com


| Page 2/4 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 18:42:17 2017 / +0000 GMT

(pekerjaan, pendidikan, dan penghasilan) orang tua dari remaja merupakan penentu paling penting dari harga diri remaja
tersebut.
Daftar Pustaka
Arikunto, S. (2002). Prosedur penelitian (Suatu Pendekatan Praktek) (Edisi Revisi V). Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, S. (1997). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
----------- (2008). Penyusunan skala psikologis. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
----------- (2012). Penyusunan skala psikologi edisi 2. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Baron, R. A., & Byrne D. (2003). Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga.
Damayanti, E.S., & Purnamasari. A. (2011). Berpikir Positif dan Harga Diri Pada Wanita yang Mengalami Masa Menopause.
Humanitas Vol. VIII, no 2, 145, 144-154.
Depdiknas (2002) Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Depdiknas.
Eha, F. (2011). Tips Memilih Jurusan di SMA. Available (Online)
http://www.sekolahoke.com/2011/09/tips-memilih-jurusan-di-sma.html. (20 Februari 2013).
Erdyna, N. (2010). Pengembangan paket pelatihan asertivitas untuk meningkatkan harga diri siswa kelas XI-IS di SMA Negeri 3
Malang. Electronic Version]. Skripsi. Malang : Universitas Negeri Malang.

Ermanza, G. H. (2008). Hubungan Antara Harga Diri dan Citra Tubuh pada Remaja Putri yang Mengalami Obesitas dari Sosial
Ekonomi Menengah Atas. [Electronic Version]. Skripsi. Jakarta : Universitas Indonesia.
Fahey, Insel, & Roth. (2005). Fit and Well, Sixth Edition. The McGraw-Hill Companies.
Farid, M., & Akhtar, M. (2013). Self Esteem of Secondary School Students in Pakistan. Journal of Scientific Research, Vol. 14, No.
10, hlm 1325-1330.
Fitriana, L. B. (2013). Hubungan Persepsi Pola Asuh dengan Harga Diri Remaja di SMAN 2 Kecamatan Pedurungan Kota
Semarang. [Electronic Version]. Jurnal Psikologi. Yogyakarta : Universitas Respati Yogyakarta.
Hadi, S. (2000). Statistik jilid 2. Jogjakarta: Andi.
Harsini, A. (2008). Self Esteem Pada Remaja. Psikovidya Vol. 12, no 2, 114, 112-118.
Kurdiana, Irna (2009). Perbedaan Self Esteem Antara Siswa SMA Negeri dan Siswa Swasta di Kecamatan Turen Kabupaten
Malang. Skripsi (tidak diterbitkan). Malang: BKP FIP Universitas Negeri Malang.
Lentera. (2011). Pengertian Sekolah : Sekolah Menengah Atas. Available (Online) http://lenterakecil.com/pengertian-sekolah/. (22
Februari 2013).
Muhidin, S. A & Abdurahman, M. (2007). Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur dalam Penelitian. Bandung : CV Pustaka Setia.
Novianty, N. (2005). Perbedaan Harga Diri Antara Remaja yang Tinggal dengan Orang Tua dengan Remaja yang Tinggal di Panti
Asuhan (Usia 15-18 Tahun). [Electronic Version]. Skripsi. Yogyakarta : Unika Atma Jaya.
Nugroho, D. R. (2010). Faktor-faktor yang Mendukung Self Esteem pada Mahasiswi yang Menjabat Ketua Umum Lembaga
Kemahasiswaan Universitas Kristen Satya Wacana. Skripsi (tidak diterbitkan). Salatiga: Fpsi Universitas Kristen Satya Wacana.
Paskahandriati & Kuswardani. (2012). Hubungan Antara Harga Diri dan Prestasi Belajar Fisika Pada Siswa STM. [Electronic
Version]. Jurnal Psikologi. Surakarta: Universitas Setia Budi.

Paul, J. C. (1993). Mengapa Rendah Diri?. Yogyakarta : Kanisius.
Prastowo, D. (2012). Harga Diri Siswa Kelas X E SMK PGRI 2 Salatiga dan Implikasinya Terhadap Penyusunan Program BK
Pribadi. [Electronic Version]. Skripsi. Salatiga : Universitas Kristen Satya Wacana.
Pulubuhu, Y. P. (2011). Linguistik Terapan dan Pembelajaran Berbahasa. [Electronic Version]. Jurnal Psikologi. Gorontalo :
Universitas Negeri Gorontalo.
Santrock, J. W. (2007). Remaja Edisi 11. Jakarta : Erlangga.
Setyawan, E. D. (2012). Perbedaan Self Esteem antara Jurusan IPA dan IPS di SMAN 1 Gedonglegi Kabupaten Malang. [Electronic
Version]. Skripsi. Malang: Universitas Wisnuwardhana.
Sindhunata. (2000). Membuka Masa Depan Anak-Anak Kita. Yogyakarta : Kanisius.
Sirnawati, M., (2006) Hubungan minat siswa kelas X SMA Negeri 2 Jekan Raya Palangkaraya Propinsi Kalimantan Tengah
terhadap jurusan Bahasa dengan Prestasi Belajar pada pelajaran Bahasa Indonesia Tahun Pelajaran 2005/2006. Available (Online):
http://re-searchengines.com/0606mega.html. (30 Maret 2013).
Sriati, A. (2008). Harga Diri Remaja. [Electronic Version]. Skripsi. Jatinagor : Universitas Padjadjaran.
Sugiarto. (2003). Teknik Sampling. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 3/4 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah

Export date: Sat Sep 2 18:42:17 2017 / +0000 GMT

Sulistyowati, W., & Warsito, H. (2010). Penerapan Konseling Realita untuk Meningkatkan Harga Diri Siswa. [Electronic Version].
Skripsi. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Suryabrata, S. (1984). Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Tania, R. (2011). Hubungan Persepsi Terhadap Peran Ayah dengan Harga Diri Remaja. [Electronic Version]. Skripsi. Medan :
Universitas Sumatera Utara.
Unwanullah, A. (2008). Evaluasi Program Penjurusan Siswa Menengah Atas di Kabupaten Tuban. [Electronic Version].
Skripsi.Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 4/4 |