201608-Seminar Pengadaan Barang & Jasa-23-03-Strategi, Permasalahan & Solusi Pelaksanaan Konstruksi DB

STRATEGI, PERMASALAHAN DAN SOLUSI
PELAKSANAAN KONSTRUKSI DESIGN AND BUILD

Mataram, Agustus 2016

PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN
TERKAIT KONTRAK

Peraturan PerundangUndangan Terkait Kontrak

UNDANG-UNDANG NO 18 TAHUN 1999
PP NO 29 TAHUN 2000

JO PP NO 59 TAHUN 2010
PERPRES NO 54 TAHUN 2010

JO PERPRES NO 4 TAHUN 2015
PERMEN PU NO 19 TAHUN 2015

2


1. UU No. 18/ 1999
Pasal 16 ayat (3)
Layanan
jasa perencanaan,
pelaksanaan,
dan
pengawasan dapat dilakukan secara terintegrasi
dengan memperhatikan
besaran pekerjaan atau
biaya, penggunaan teknologi canggih, serta risiko
besar bagi para pihak ataupun kepentingan umum
dalam satu pekerjaan konstruksi

Penjelasan ayat (3)

 Penggabungan ketiga fungsi tersebut dikenal antara lain dalam
model penggabungan perencana, pengadaan, dan pembangunan
(engineering, procurement, and construction) serta model
penggabungan perencanaan dan pembangunan (design and
build) dengan tetap menjamin terwujudnya efisiensi.


 Pekerjaan konstruksi yang dilaksanakan pada umumnya bersifat

kompleks, memerlukan teknologi canggih serta berisiko besar
seperti: pembangunan kilang minyak, pembangkit tenaga listrik,
dan reaktor nuklir.

 Dalam pemilihan penyedia jasa untuk pekerjaan tersebut di atas,

tetap diwajibkan mengikuti ketentuan pengikatan sebagaimana
diatur dalam
Pasal 17.

2. PP No. 29/ 2000
Pasal 13
(1) Pemilihan penyedia jasa terintegrasi (DB) dilakukan mengikuti
tata cara pemilihan pelaksana konstruksi dengan cara pelelangan
terbatas.
(2) Pekerjaan yang dapat dilakukan layanan jasa konstruksi secara
terintegrasi adalah pekerjaan yang:

a. Bersifat kompleks;
b. Memerlukan teknologi tinggi;
c. Mempunyai risiko tinggi;
d. Memiliki biaya besar
(3) Pemilihan penyedia jasa terintegrasi dilakukan dengan syarat:
a. Diumumkan secara luas memlaui media elektronik dan/ atau
media cetak;
b. Jumlah penyedia jasa terbatas; dan
c. Melalui proses prakualifikasi.

3. Perpres No. 54 Tahun 2010 :
Penjelasan Pasal 54 Ayat 2
Model Kontrak Pengadaan Pekerjaan Terintegrasi antara lain :
1) Kontrak Berbasis Kinerja (Performance Based Contract);
2) Kontrak Rancang dan Bangun (Design and Build);
3) Kontrak Rancang Bangun Konstruksi
(Engineering Procurement
Construction);
4) Kontrak Rancang – Bangun – Operasi – Pemeliharaan
(Design – Build – Operate – Maintenance);

5) Kontrak Jasa Pelayanan (Service Contract);
6) Kontrak Pengelolaan Aset;
7) Kontrak Operasi dan Pemeliharaan.

4. Permen PUPR No. 19/ 2015
Pasal 1 angka 12

Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi Rancang dan
Bangun (Design and Build) adalah seluruh
pekerjaan yang berhubungan dengan pelaksanaan
konstruksi bangunan atau pembuatan wujud fisik
lainnya, dimana pekerjaan perencanaan
terintegrasi dengan pelaksanaan konstruksi .

SKEMA PERBANDINGAN
TIPE KONTRAK
DESIGN BID BUILD

DESIGN BUILD


Pengguna Jasa

Pengguna Jasa

Penyedia Terintegrasi
Design Builder

Penyedia Jasa
Konsultansi

Penyedia Jasa
Konstruksi

Sub-Konsultan

Sub-Kontraktor

Perencanaan Teknis
(Design)


Konstruksi
(Construction)

Sub-Konsultan

Sub-Kontraktor

PROSES PEMILIHAN DAN PELAKSANAAN
KONTRAK BERBASIS KINERJA (PEMBANGUNAN JALAN)

STRATEGI PELAKSANAAN
KONSTRUKSI DB
Pemilihan jenis kontrak terintegrasi Design & Build (Rancang dan
Bangun) harus mempertimbangkan hal-hal sbb:
a. kompleksitas pekerjaan, sesuai ketentuan:
UU no.18/ 1999,
PP no. 29/ 2000 dan perubahannya,
Perpres No. 54/ 2010 dan perubahannya,
Permen PUPR No. 19/ 2015
b.


Memerlukan inovasi teknologi
Penyedia Jasa dituntut mengajukan design, spesifikasi teknik
dan metode pelaksanaan pekerjaan yang berbeda dalam
proses pelelangan, sesuai kebutuhan lingkup pekerjaan.

c. Tingkat risiko pekerjaan sbb:
 risiko hukum
 risiko teknis
 risiko organisasi
 risiko rencana tata ruang
 risiko keuangan
 risiko sosial
 risiko politik
d.

Kemampuan pihak Pengguna Jasa, Penyedia Jasa (Konsultan
dan Kontraktor)

e.


Sumber dana

PEMILIHAN JENIS KONTRAK
Tingkat resiko Sumber Dana

rendah

pemerintah

sedang - tinggi
sedang - tinggi
sedang - tinggi
sedang - tinggi

pemerintah
pemerintah
pemerintah
pemerintah


sedang - tinggi

swasta

Tipe Kontrak

Kontrak Tradisional
Kontrak Rancang - Bangun
(DB)
Kontrak EPC
Kontrak Turnkey
Kontrak Rancang, Bangun,
Pemeliharaan (PBC)
Kontrak Bangun, Operasi dan
Transfer (BOT), PPP

Tradisional Terintegrasi Lifecycle
X

X

X
X

X
X

PERMASALAHAN PELAKSANAAN
KONSTRUKSI DB
1. Proses Pemilihan Penyedia jasa (1)
Pada proses pelelangan pekerjaan konstruksi terintegrasi D&B:

a. PPK menyiapkan dokumen yang diperlukan untuk dokumen
lelang antara lain:
 HPS
 Ketentuan Pengguna Jasa (Employer’ s Requirements)
 Konsep disain (basic design):
 Daftar Kuantitas Keluaran dan Harga
 Rancangan kontrak
b. Pokja menyiapkan dokumen lelang berdasarkan dokumen
yang diterima dari PPK dan melakukan evaluasi terhadap

penawaran dari peserta lelang berupa proposal teknis dan
harga.

PERMASALAHAN PELAKSANAAN
KONSTRUKSI DB
1. Proses Pemilihan Penyedia jasa (2)
c.

Dalam evaluasi, PPK dan Pokja akan dihadapkan pada
proposal teknis (yang berbeda-beda) dan tidak sederhana
(kompleks) dari peserta lelang, berupa disain dan metode
pelaksanaan pekerjaan yang dimungkinkan adanya inovasi
teknis baru.

d.

Perlu adanya Tenaga Ahli Manajemen Konstruksi yang
membantu:
 PPk pada tahap pesiapan dan pelaksanaan kontrak
 Pokja pada tahap pelelangan.

2. Jenis Kontrak

PERMASALAHAN PELAKSANAAN
KONSTRUKSI DB

Pada kontrak D&B , apakah jenis kontrak Gabungan Lump Sump
dan Harga Satuan dapat digunakan ?
a. kontrak D&B memiliki risiko (unforseen) tinggi yang ditanggung
Penyedia Jasa, sehingga semua perbedaan antara pelaksanaan
dengan design dan gambar di lapangan menjadi tanggung
jawab Penyedia Jasa.
b. Bila menggunakan kontrak gabungan Lump Sum dan Harga
Satuan, bila terjadi perbedaan antara pelaksanaan dengan
design dan gambar di lapangan pada bagian pekerjaan yg
termasuk Harga Satuan, akan menjadi risiko Pengguna Jasa.
Pada kontrak D&B lebih tepat mengunakan kontrak Lump Sum.

PERMASALAHAN PELAKSANAAN
KONSTRUKSI DB
3. Variasi/ Penyesuaian
a. Kontrak DB adalah pekerjaan konstruksi:
 bersifat kompleks
 tahun jamak dengan masa konstruksi > 12 bulan
 lump sum
b. Sesuai Perpres 54/ 2010,
 pasal 51:
bahwa pada kontrak lump sum tidak boleh ada penyesuaian
harga dan pekerjaan tambah.
 Penjelasan ps 51 ayat (1) angka 3:
bahwa Pengadaan Barang/ Jasa yang dapat dilaksanakan
dengan kontrak lump sum antara lain:
3. konstruksi bangunan sederhana, seperti ruang kelas

PERMASALAHAN PELAKSANAAN
KONSTRUKSI DB
3. Variasi/ Penyesuaian (1)
c. PP No. 29/ 2000, penjelasan pasal 21 (1)
bahwa Kontrak lump sum adalah kontrak jasa atas penyelesaian
seluruh pekerjaan dalam jangka waktu tertentu dengan jumlah
harga yang pasti dan tetap serta semua resiko yang mungkin
terjadi dalam proses penyelesaian pekerjaan yang sepenuhnya
ditanggung penyedaia jasa sepanjang gambar dan spesifikasi
tidak berubah.
d.

Fidic General Condition of Contract, buku kuning DB, pasal 13
variasi dan penyesuaian:
 pasal 13.1: bahwa variasi dapat diprakarsai oleh Enjinir (PPK)
 Pasal 13.2: bahwa Penyedia Jasa dapat mengusulkan rekayasa
nilai

PERMASALAHAN PELAKSANAAN
KONSTRUKSI DB
3. Variasi/ Penyesuaian
 pasal 13.7:

(2)

bahwa kontrak harus disesuaikan dengan memperhitungkan
penembahan ataupun pengurangan biaya akibat perubahan
Hukum di negara tersebut(termasuk pengenalan Hukum baru dan
pencabutan atau perubahan Hukum yang ada)
 Pasal 13.8:
bahwa ketentuan penyesuaian harga mungkin dibutuhkan
apabila Penyedia jasa dianggap tidak selayaknya menanggung
resiko kenaikan biaya akibat inflasi.
Apabila akan diberlakukan penyesuaian harga maka dalam dokumen
kontrak harus ditetapkan rumusan dan tabel data penyesuaian.

PENGATURAN
KONTRAK TERINTEGRASI
1.

Pekerjaan Konstruksi yang dilaksanakan secara Terintegrasi
Design and Build harus memenuhi ketentuan berikut ini:
a. Memilki risiko tinggi pada kondisi lapangan yg tidak dapat
diperkirakan sebelumnya (unforeseen risks);
b. Bersifat kompleks, memerlukan teknologi tinggi, mempunyai
risiko tinggi, dan/ atau memiliki biaya besar;
c. Telah tersedia Ketentuan Pengguna Jasa (Employer’ s
Requirements);
d. Telah tersedia:
 dokumen perencanaan awal (basic design) pada tahapan
konsep desain
 dokumen aspek persyaratan lingkungan
 tenaga ahli pengawasan (Manajemen Konstruksi) pada
tahapan perencanaan dan pelaksanaan konstruksi

PENGATURAN
KONTRAK TERINTEGRASI
Persyaratan yang harus dipenuhi untuk penyelenggaraan Pekerjaan
Konstruksi Secara Terintegrasi Design and Build adalah:
a. Tersedia dokumen yang sekurang-kurangnya terdiri atas:
1. Dokumen konsep desain, meliputi;
a) data peta geologi teknislokasi pekerjaan;
b) referensi data penyelidikan tanah untuk lokasi pekerjaan(soil
test);
c) penetapan lingkup pekerjaansecara jelas dan terinci, kriteria
desain, standar/ code pekerjaan yang berkaitan, dan standar
mutu, serta ketentuan teknis pengguna jasa lainnya;
d) identifikasi dan alokasi risiko proyek;
e) identifikasi dan kebutuhan lahan;
f ) gambardasar,gambar skematik, gambar potongan-potongan
tipikal dan gambar lainnya yang mendukung lingkup pekerjaan;

PENGATURAN
KONTRAK TERINTEGRASI
2. Dokumen-dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan
Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) untuk pekerjaan yang
memerlukan AMDAL atau dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan
(UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) untuk pekerjaan
yang tidak memerlukan AMDAL;
3. Tersedia dokumen usulan DI PA/ DPA yang memuat pagu anggaran;

b. Tersedia konsultan Manajemen Konstruksi yang bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan manajemen pelaksanaan mulai tahapan
perencanaan, pengadaan dan pelaksanaan konstruksi;
c. Tersedia alokasi waktu yang cukup untuk Penyedia dalam menyiapkan
dokumen penawaran, paling kurang 45 (empat puluh lima) hari
kalender yang dimulai 1 (satu) hari kerja setelah pemberian
penjelasan.

PENGATURAN
KONTRAK TERINTEGRASI
d. Penetapan alokasi waktu pada huruf c dilakukan dengan
memperhatikan:
(1) Lingkup pekerjaan;
(2) Persyaratan perizinan;
(3) Penyelidikan tanah;
(4) Pengembangan desain;
(5) I dentifikasi risiko;
(6) Penyusunan metode pelaksanaan konstruksi;
(7) Perhitungan harga penawaran; dan/ atau
(8) I nformasi lain yang diminta oleh pengguna.

PENGATURAN
KONTRAK TERINTEGRASI
2. Identifikasi dan Pemilihan Metode Pengadaan
Pemilihan metode pemilihan Penyedia Jasa:
a. Pemilihan Penyedia Jasa dengan mempertimbangkan:
o Jenis, sifat dan kompleksitas pekerjaan
o Nilai jasa
o Jumlah penyedia jasa
b. Pemilihan Penyedia Jasa dengan:
• Metode pelelangan terbatas
• Prakualifikasi
• Metode Pemasukan Dokumen Penawaran Dua Sampul
• Sistem nilai
• Tanpa Penyetaraan

PENGATURAN
KONTRAK TERINTEGRASI
3. Penyusunan Dokumen Pengadaan (1)
a. Penyusunan dokumen pengadaan oleh Pokja ULP sebelum
proses Pelelangan
b. Pekerjaan konstruksi DB dengan kontrak tahun jamak:
 Penyelesaian pekerjaan memerlukan > 1 TA dan dari rupiah
murni (APBN/APBD)
 Secara teknis pekerjaan tidak dapat dipecah dan/atau
penyelesaian pekerjaan > 12 bulan dan/atau dalam rangka
efektifitas pencapaian target
 Paket pekerjaan telah mendapatkan persetujuan kontrak
tahun jamak dari Menkeu (APBN) atau Kepala Daerah (APBD)
 Pelelangan paket secara sekaligus keseluruhan biaya
pelaksanaan (bukan berdasarkan anggaran tersedia di TA
pertama).

PENGATURAN
KONTRAK TERINTEGRASI
3. Penyusunan Dokumen Pengadaan (2)
c. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan Dokumen
Pengadaan untuk kontrak Lump Sum
 Tidak boleh ada penyesuaian harga dan pekerjaan tambah
(Perpres 54/2010, penjelasan pasal 51 ayat (1)
 Pengumuman harus mencantumkan:
o Sumber pendanaan
o Tahun anggaran
o Jangka waktu pelaksanaan

Dokumen Kontrak
1.

Dokumen-dokumen berikut merupakan satu-kesatuan dan bagian
yang tidak terpisahkan dari Kontrak ini:
a. adendum Surat Perjanjian (apabila ada);
b. pokok perjanjian;
c. surat penawaran;
d. syarat-syarat khusus Kontrak;
e. syarat-syarat umum Kontrak;
f. Ketentuan Pengguna Jasa;
g. gambar-gambar; dan
h. dokumen lainnya seperti: jaminan-jaminan, SPPBJ, BAHP, BAPP.

2.

Dokumen Kontrak dibuat untuk saling menjelaskan satu sama lain, dan
jika terjadi pertentangan antara ketentuan dalam suatu dokumen
dengan ketentuan dalam dokumen yang lain maka yang berlaku adalah
ketentuan dalam dokumen yang lebih tinggi berdasarkan urutan hirarki
sebagaimana dimaksud pada angka 1.

Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan
1. Selama berlangsungnya pelaksanaan pekerjaan, PPK jika
dipandang perlu dapat mengangkat Pengawas Pekerjaan yang
berasal dari personil PPK atau konsultan pengawas. Pengawas
Pekerjaan berkewajiban untuk mengawasi pelaksanaan
pekerjaan.
2. Dalam melaksanakan kewajibannya, Pengawas Pekerjaan selalu
bertindak untuk kepentingan PPK. Jika tercantum dalam SSKK,
Pengawas Pekerjaan dapat bertindak sebagai Wakil Sah PPK.

Persetujuan PPK/Pengawasan Pekerjaan
1. Semua pekerjaan konstruksi permanen maupun sementara, yang akan
dilaksanakan dilapangan harus mempunyai gambar desain yang telah
mendapatkan persetujuan dari PPK atau Pengawas Pekerjaan.
Persetujuan atas gambar desain pekerjaan permanen maupun
sementara tidak melepaskan penyedia dari tanggung jawabnya sesuai
kontrak.
2. Jika dalam pelaksanaan pekerjaan ini diperlukan terlebih dahulu ada
pekerjaan sementara maka penyedia berkewajiban untuk
menyerahkan spesifikasi dan gambar usulan pekerjaan sementara
tersebut untuk mendapatkan persetujuan dari PPK atau Pengawas
Pekerjaan.
3. Penyedia berkewajiban untuk melaksanakan semua perintah Pengawas
Pekerjaan yang sesuai dengan kewenangan Pengawas Pekerjaan
dalam Kontrak ini.

Serah Terima Lokasi Pekerjaan
1.

2.
3.

4.

JEMBATAN

PPK berkewajiban untuk menyerahkan lokasi kerja sesuai dengan
kebutuhan Penyedia Jasa yang tercantum dalam rencana kerja
yang telah disepakati oleh para pihak untuk melaksanakan
pekerjaan tanpa ada hambatan kepada Penyedia sebelum SPMK
diterbitkan.
Penyerahan dilakukan setelah dilakukan pemeriksaaan lapangan
bersama. (hasilnya diuangkan dalam Berita Acara).
Bila dalam pemeriksaan lapangan bersama ditemukan hal hal
yang dapat mengakibatkan perubahan isi kontrak, maka
perubahan tersebut harus dituangkan dalam adendum kontrak.
Bila PPK tidak dapat menyerahkan lokasi kerja sesuai kebutuhan
penyedia yg tercantum dalam rencana kerja yg telah disepakati
dan terbukti merupakan suatu hambatan, maka kondisi ini
ditetapkan sebagai peristiwa kompensasi.

Surat Perintah Mulai Kerja

JEMBATAN

1. PPK menerbitkan SPMK selambat-lambatnya
14 (empat belas) hari sejak tanggal tanda tangan
kontrak.
2. Dalam SPMK dicantumkan saat paling lambat
dimulainya pelaksanaan kontrak oleh penyedia.

Rapat Persiapan
Pelaksanaan Kontrak (PCM)
1. Selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sejak diterbitkannya SPMK dan sebelum
pelaksanaan pekerjaan, PPK bersama dengan penyedia (termasuk unsur
perencanaan), dan unsur pengawasan, harus sudah menyelenggarakan
rapat persiapan pelaksanaan kontrak.
2. Beberapa hal yang dibahas dan disepakati dalam rapat persiapan
pelaksanaan kontrak . meliputi:
a. program mutu;
b. rencana K-3 Konstruksi;
c. organisasi kerja;
d. tata cara pengaturan pelaksanaan pekerjaan;
e. jadwal pelaksanaan pekerjaan, yang diikuti uraian tentang metode kerja
yang memperhatikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi;
f. jadwal pengadaan bahan/ material, mobilisasi peralatan dan personil;
g. penyusunan rencana dan pelaksanaan pemeriksaan lokasi pekerjaan

Unit Pengendali Mutu
1.

Penyedia Jasa harus melengkapi dalam struktur organisasinya sendiri
Unit Pengendali Mutu (UPM) yang merupakan suatu unit tertentu
beranggotakan personil yang memenuhi syarat, mempunyai tugas
untuk mengevaluasi secara terus menerus pemenuhan mutu
pekerjaan yang disyaratkan.

2.

Unit Pengendali Mutu bertanggung jawab untuk menghasilkan dan
menyajikan informasi yang diperlukan oleh direksi pekerjaan meliputi
rincian data hasil pengujian mutu, kelengkapan informasi status
pekerjaan, memberikan seluruh informasi yang diperlukan tentang
pengelolaan mutu pekerjaan.

3.

Unit Pengendali Mutu harus membuat laporan pengendalian mutu
kepada PPK dan Direksi Pekerjaan setiap pelaksanaan dan
penyelesaian pekerjaan sebagaimana telah ditentukan dalam kontrak.

Program Mutu
1. Penyedia berkewajiban untuk menyerahkan program mutu pada
rapat persiapan pelaksanaan kontrak untuk disetujui oleh PPK.
2. Program mutu disusun paling sedikit berisi:
a. informasi mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan
sesuai penawaran;
b. organisasi kerja penyedia;
c. jadwal pelaksanaan pekerjaan perencanaan teknis;
d. jadwal pelaksanaan pekerjaan konstruksi;
e. rencana penjaminan mutu pekerjaan;
f. prosedur pelaksanaan pekerjaan konstruksi;

Program Mutu
3.

Program mutu dapat direvisi sesuai dengan kondisi lokasi
pekerjaan.

4.

Penyedia berkewajiban untuk memutakhirkan program mutu
jika terjadi adendum Kontrak dan Peristiwa Kompensasi.

5.

Pemutakhiran program mutu harus menunjukkan
perkembangan kemajuan setiap pekerjaan dan dampaknya
terhadap penjadwalan sisa pekerjaan, termasuk perubahan
terhadap urutan pekerjaan. Pemutakhiran program mutu harus
mendapatkan persetujuan PPK.

6.

Persetujuan PPK terhadap program mutu tidak mengubah
kewajiban kontraktual penyedia.

Program Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (1)
1. Penyedia berkewajiban untuk menyerahkan program K3 pada rapat
persiapan pelaksanaan kontrak untuk disetujui oleh PPK.

2. Program K3 disusun paling sedikit berisi:
a. Kebijakan K3;
b. Organisasi K3;
c. Jadwal Pelaksanaan Program K3;
d. Pemenuhan Peraturan K3;
e. I dentifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan Pengendalian K3;
f. Program Pengendalian K3;
g. Prosedur dan I nstruksi terkait K3.

Program Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (2)
3. Program K3 dapat direvisi sesuai dengan kondisi lokasi
pekerjaan.
4. Penyedia berkewajiban untuk memutakhirkan program K3 jika
terjadi addendum kontrak dan peristiwa kompensasi.
5. Pemutakhiran program K3 harus mendapatkan persetujuan PPK.
6. Persetujuan PPK terhadap program K3 tidak mengubah
kewajiban kontraktual penyedia

PENANGANAN DARURAT (1)
1. Pekerjaan Darurat adalah perbaikan pekerjaan termasuk dalam
kontrak yang disebabkan fenomena alam yang tidak dapat
diperkirakan atau tak terduga atau pekerjaan yang dilaksanakan
untuk pencegahan keselamatan / perlindungan masyarakat,
guna memulihkan kembali fungsi jalan.
2. Fenomena Alam yang tidak dapat diperkirakan adalah kejadian
alam yang tidak dapat diperkirakan dengan akibat-akibat yang
tidak dapat diperhitungkan yang mempunyai pengaruh langsung
terhadap pekerjaan dan dalam Kontrak.

PENANGANAN DARURAT (1)
Jenis dan Batasan Fenomena Alam
Jenis Fenomena Alam
yang tidak dapat diperkirakan

Nilai-nilai Batas

Banjir dengan kenaikan permukaan air di
atas suatu batas maksimum tertentu

Permukaan air melebihi catatan resmi
Permukaan Banjir 10 tahunan atau
permukaan air banjir dapat menggenangi
struktur jembatan lebih dari 72 jam dan
berdampak terhadap kerusakan struktur
bangunan.

Gempa bumi di atas suatu intensitas
tertentu

Terjadinya gempa bumi yang dapat
mengakibatkan kerusakan struktur
bangunan.

Dalam rangka pencegahan bencana untuk
keselamatan / perlindungan masyarakat

Terjadinya kerusakan infrastruktur
bangunan yang dapat menghentikan
kegiatan pelayanan publik/umum.

PENANGANAN DARURAT (2)
Jika Penyedia Jasa memutuskan untuk mengusulkan suatu
permohonan untuk pekerjaan-pekerjaan darurat, maka Penyedia
harus :
1. Segera memberitahukan PPK untuk melakukan penanganan
pekerjaan, melalui surat pemberitahuan selambat lambatnya
48 jam sejak kejadian;
2.

Membuktikan kebenaran keadaan-keadaan kejadian tak
terduga atau hambatan artifissial yang mengakibatkan
kerusakan-kerusakan, dengan foto-foto, video, dan cara-cara
lainnya yang sesuai;

PENANGANAN DARURAT (3)
3. Menyiapkan permohonan tertulis, yang menyatakan jenis
pekerjaan-pekerjaan yang diperlukan, lokasi-lokasinya, dan
perkiraan
kuantitas dan
biaya-biaya,
termasuk
foto
dokumentasi.
PPK, atas penerimaan permohonan tersebut dan selambatlambatnya dalam waktu 48 jam setelah menerima permohonan
bersama direksi teknis (jika perlu), akan mengevaluasi permohonan
yang dibuat oleh Penyedia Jasa berdasarkan suatu peninjauan
lokasi, dan mengeluarkan suatu perintah untuk melaksanakan
pekerjaan darurat.

TANGUNG JAWAB DESAIN (1)
1.

Sebelum pelaksanaan pekerjaan konstruksi, Penyedia Jasa harus
menyiapkan detail desain berdasarkan:
a. usulan/ proposal desain dalam penawaran teknis
b. ketentuan Pengguna Jasa
c. kriteria desain yang ditetapkan.
setelah melakukan survai dan investigasi lapangan secara detail untuk
semua pekerjaan utama, pelengkap dan penunjang serta memenuhi
spesifikasi teknis yang diusulkan.

2.

Penyedia Jasa bertanggungjawab dan meneliti dengan cermat atas
keakuratan dan kelengkapan informasi yang digunakan dalam
pembuatan detail desain termasuk perhitungannya.
Semua perbedaan, kesalahan atau kelalaian dalam pembuatan detail
desain merupakan tanggungjawab Penyedia Jasa walaupun telah
mendapatkan persetujuan dari Direksi Teknis dan/ atau PPK.

TANGUNG JAWAB DESAIN (2)
3. Semua desain, dokumen teknis dan pekerjaan konstruksi yang
diselesaikan harus memenuhi Norma, Standar, Pedoman dan
Manual (NSPM) serta ketentuan lingkungan yang berlaku dan
standar lain yang ditetapkan dalam dokumen kontrak.
Apabila terdapat standar baru yang diberlakukan setelah
pemasukan penawaran, Kontraktor harus menyampaikan usulan
perubahan kepada Pengguna Jasa sebagai pemenuhan standar
desain dengan ketentuan:
a. Pengguna Jasa menentukan bahwa perubahan ketentuan
tersebut diperlukan; dan/ atau
b. Usulan untuk perubahan tersebut merupakan suatu variasi
kontrak.

KRITERIA UMUM DESAIN (1)

(Contoh: Pekerjaan Konstruksi Jembatan)

JEMBATANEMBATAN

Ketentuan perencanaan teknis, harus mengacu pada peraturan dan
ketentuan umum perencanaan jalan dan jembatan yang ditetapkan
dibawah ini:
1. Kelaikan fungsi jalan berdasarkan peraturan dan perundang
undangan;

Standar
Bridge
Management System ( BMS) , Direktorat Jenderal Bina Marga;
2. Standar pembebanan jembatan, struktur beton dan standar
perencanaan ketahanan gempa untuk jembatan mengacu pada
Perencanaan

jembatan

mengacu

Standar Nasional I ndonesia (SNI );

pada

KRITERIA UMUM DESAIN (2)

JEMBATANEMBATAN

3.

Desain Konstruksi pondasi berdasarkan hasil pengujian tanah
sesuai standar;

4.

Manual Desain
Perkerasan Jalan Direktorat Jenderal Bina Marga;
Desain

perkerasan

jalan

mengacu

pada

Penyedia Jasa dalam usulan penawarannya untuk perencanaan teknis
jembatan disarankan melakukan pengambilan data kondisi lapangan
sendiri;
Penyedia jasa dalam

usulan

penawarannya dapat

mengusulkan
pelengkap atau

tambahan pekerjaan konstruksi bangunan
lainnya yang tidak termasuk dalam lingkup pekerjaan, namun sangat
diperlukan untuk mendukung struktural fungsi jembatan.

KRITERIA UMUM DESAIN (3)

JEMBATAN

Kriteria umum desain jembatan sekurang kurangnya harus memenuhi:
1. Standar fungsi, kapasitas jembatan harus sesuai dengan fungsi jalan.
2. Standar kenyamanan , Pengguna lalulintas tidak perlu merubah
kecepatan ketika melalui jembatan, pengguna lalulintas tidak merasa
terganggu perjalanannya dan tidak menimbulkan kemacetan lalulintas.
3. Standar Keamanan, lalu lintas aman, tidak terjadi kecelakaan lalulintas
yang disebabkan oleh adanya jembatan.
4. Standar kekuatan dan kestabilan, Jembatan kuat dan stabil dalam
menahan beban baik beban lalulintas, aksi lingkungan atau beban
khusus
5. Standar ekonomi, secara ekonomi jembatan menguntungkan, dapat
menumbuhkan ekonomi daerah.
6. Mudah dalam pelaksanaan, peralatan konstruksi tidak lebih mahal
dari jembatannya.

KRITERIA UMUM DESAIN (4)

JEMBATAN

Kriteria Desain Utama , namun tidak terbatas dengan kriteria
tersebut dibawah ini, Penyedia Jasa dapat melengkapi kiteria sejauh
untuk melengkapi, yaitu:
1. Kriteria Desain Pondasi Jembatan ;
2. Kriteria Desain Bangunan Baw ah Jembatan ;
3. Kriteria Desain Bangunan Atas Jembatan ;
4. Kriteria Desain Bangunan Pengaman Jembatan ;
5.

Kriteria Desain Geometrik dan Perkerasan jalan pendekat
jembatan;

6. Kriteria Desain Rambu, Marka dan Alat Pemberi I syarat Lalu
Lintas (API LL).

KRITERIA UMUM DESAIN (5)

1.

JEMBATAN
Kriteria Dimensi Bagian – Bagian Jembatan terdiri dari :

a. Lebar Jalur Lalu Lintas sekurang kurangnya ….. x ….. meter.
b. Lebar Trotoar sekurang-kurangnya (1 + 1) meter atau lebih pada
lokasi yang tersedia lahannya, kecuali pada lokasi yang lebarnya tidak
memungkinkan karena lahan yang tersedia.
c. Lebar Median ………….. meter. (jika ada).

2. Kriteria Desain Jembatan antara lain:
a. Ruang bebas vertikal (clearance) minimal……………… meter dan
ruang bebas horizontal minimal …………..meter.
b. Ruang bebas vertikal terhadap muka air tertinggi (Freeboard)
minimal…..
c. Struktur Bangunan Bawah dengan Tipe ………
d. Struktur Bangunan Atas Tipe ………………….. dengan Bentang (Span)
Minimal…….meter.
e. Kemiringan vertikal maksimum ………..% .

KRITERIA UMUM DESAIN (6)

1.

JEMBATAN
Kriteria Dimensi Bagian – Bagian Jembatan terdiri dari :
a. Lebar Jalur Lalu Lintas sekurang kurangnya ….. x ….. meter.

b. Lebar Trotoar sekurang-kurangnya (1 + 1) meter atau lebih pada lokasi
yang tersedia lahannya, kecuali pada lokasi yang lebarnya tidak
memungkinkan karena lahan yang tersedia.
c. Lebar Median ………….. meter. (jika ada).

2. Kriteria Desain Jembatan antara lain:
a. Ruang bebas vertikal (clearance) minimal……………… meter dan ruang
bebas horizontal minimal …………..meter.
b.

Ruang bebas vertikal
minimal…..

terhadap

muka air

c.

Struktur Bangunan Bawah dengan Tipe ………

tertinggi

(Freeboard)

d. Struktur Bangunan Atas Tipe ………………….. dengan Bentang (Span)
Minimal…….meter.
e. Kemiringan vertikal maksimum ………..% .

Pemilihan Struktrus Atas

JEMBATAN

Rekapitulasi Daftar
Kuantitas Keluaran
No.

Uraian

I.
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
1.7
1.8

Pekerjaan Konstruksi Jembatan
Pondasi Jembatan
Bangunan Abutmen
Bangunan Pilar
Bangunan Atas Jembatan
Lantai Jembatan
Pekerjaan Perlengkapan Jembatan
Bangunan Pengaman Jembatan
Pekerjaan Jalan Pendekat (Oprit)

II.
2.1
2.2

Pekerjaan Lain Lain
Provisional Sum
Pengadaan Peralatan

A

Jumlah Harga Keluaran

B

Pajak Pertambahan Nilai =(10%xA)

C

Total Harga Keluaran = A + B

JEMBATAN

Bobot (%)

Jumlah Harga Keluaran
(Rp.)

Perkiraan Biaya Elemen Jembatan
Untuk Evaluasi Ekonomi
No.

Elemen Jembatan

1

Daerah Aliran Sungai

3

Pondasi

11,30

Bangunan Atas

45,80

2
4
5
6
7

Bangunan Pengaman

Kepala Jembatan/Pier
Lantai

Oprit/Tanah Timbunan
Total

JEMBATAN
Umur Elemen

Biaya Elemen Jembatan (%)
3,50
5,60

14,10
14,10
5,60

100,00

50 Tahun
25 Tahun

50 Tahun
50 Tahun
50 Tahun
30 Tahun

50 Tahun

Perubahan Kontrak
1. Perubahan administrasi adalah merupakan perubahan ketentuan
kontrak yang diakibatkan masalah administrasi, dilakukan
berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak (pergantian PPK,
perubahan personil, pihak yang menandatangani kontrak, alamat
korespondesi, perubahan rekening penerima, perubahan nama
Penyedia, dan sebagainya.
2. Perubahan ketentuan pengguna jasa (employers requirement)
dalam tahap pelaksanaan konstruksi dapat dilakukan atas
persetujuan Pengguna Anggaran/ KPA, dalam hal:
a. Perubahan Lingkup Pekerjaan, dan/ atau
b. Perubahan Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
3. Dalam hal terdapat perubahan sebagaimana dimaksud pada
angka 2 dilakukan perubahan kontrak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pembayaran Prestasi Pekerjaan
1. Harga Kontrak terdiri dari harga untuk pelaksanaan pekerjaan
perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
2. Harga kontrak telah memperhitungkan keuntungan, beban pajak dan
biaya overhead termasuk penyelenggaraan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) dan semua perizinan , bea, retribusi, dan
pungutan lain serta biaya asuransi yang harus dibayar oleh penyedia
untuk pelaksanaan paket pekerjaan konstruksi
3. Pembayaran prestasi pekerjaan dilakukan berdasarkan tahapan
penyelesaian pekerjaan keluaran (termin) sesuai ketentuan dokumen
kontrak;
4. Pembayaran prestasi pekerjaan dilaksanakan apabila telah terpenuhi
ketentuan-ketentuan penyelesaian pekerjaan keluaran sesuai yang
diatur dalam ketentuan pengguna jasa (Employer’ s Requirement)

Peristiw a Kompensasi

(1)

1. Peristiwa Kompensasi yang dapat diberikan kepada penyedia
yaitu:
a. PPK mengubah jadwal yang dapat mempengaruhi
pelaksanaan pekerjaan;
b. keterlambatan pembayaran kepada penyedia;
c. PPK tidak memberikan gambar-gambar, spesifikasi dan/ atau
instruksi sesuai jadwal yang dibutuhkan;
d. penyedia belum bisa masuk ke lokasi sesuai jadwal dalam
kontrak;
e. PPK menginstruksikan kepada pihak penyedia untuk
melakukan pengujian tambahan yang setelah dilaksanakan
pengujian ternyata tidak ditemukan kerusakan/ kegagalan/
penyimpangan;

Peristiw a Kompensasi

(2)

f. PPK memerintahkan penundaan pelaksanaan pekerjaan;
g. PPK memerintahkan untuk mengatasi kondisi tertentu yang
tidak dapat diduga sebelumnya dan disebabkan oleh PPK;
h. ketentuan lain dalam SSKK.

2. Jika Peristiwa Kompensasi mengakibatkan pengeluaran
tambahan dan/ atau keterlambatan penyelesaian pekerjaan maka
PPK berkewajiban untuk membayar ganti rugi dan/ atau
memberikan perpanjangan waktu penyelesaian pekerjaan.
3. Ganti rugi hanya dapat dibayarkan jika berdasarkan data
penunjang dan perhitungan kompensasi yang diajukan oleh
penyedia kepada PPK, dapat dibuktikan kerugian nyata akibat
Peristiwa Kompensasi.

Peristiw a Kompensasi

(3)

4. Perpanjangan waktu penyelesaian pekerjaan hanya dapat
diberikan jika berdasarkan data penunjang dan perhitungan
kompensasi yang diajukan oleh penyedia kepada PPK, dapat
dibuktikan perlunya tambahan waktu akibat Peristiwa
Kompensasi.

5. Penyedia tidak berhak atas ganti rugi dan/ atau perpanjangan
waktu penyelesaian pekerjaan jika penyedia gagal atau lalai
untuk memberikan peringatan dini dalam mengantisipasi atau
mengatasi dampak Peristiwa Kompensasi.

Penyesuaian Harga Kontrak

Penyesuaian Harga tidak diberlakukan kecuali adanya
ketentuan lain seperti kebijakan ekonomi/ moneter yang
dinyatakan oleh Pemerintah melalui Menteri Keuangan
dan/ atau Menteri Teknis terkait, perhitungan penyesuaian
harga sesuai dengan peraturan yang berlaku.

PENGUJIAN
1. Setelah pekerjaan selesai dan sebelum dilakukan serah terima
pekerjaan, dilakukan pengujian kesesuaian terhadap hasil
pekerjaan oleh Penyedia Jasa disaksikan oleh PPK, Pengawas
Pekerjaan, dan/ atau Pejabat/ Panitia Penerima Hasil Pekerjaan;
2. Jangka waktu pelaksanaan uji kesesuaian berdasarkan karakter
pekerjaan konstruksi yang dilaksanakan dan ketentuan dalam
dokumen perencanaan;
Hasil Pengujian dituangkan dalam berita acara.
3.

Apabila hasil pengujian kesesuaian tidak sesuai dengan
persyaratan yang ditentukan dalam kontrak, maka Penyedia
memperbaiki atau mengganti hasil pekerjaan tersebut dengan
biaya sepenuhnya ditanggung Penyedia.

Keterlambatan
1. Masa keterlambatan pekerjaan dimulai sejak
rencana serah terima awal pekerjaan yang tercantum
dalam kontrak.
2. Dalam hal terjadi keterlambatan, diberlakukan denda
sebesar 1/ 1000 (satu perseribu) dari nilai Kontrak
untuk setiap hari keterlambatan dan paling banyak
sebesar nilai jaminan pelaksanaan.

Serah Terima Pekerjaan (1)
Serah Terima Pekerjaan Pertama
1. PPK menerima pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh Penyedia
Jasa sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam kontrak yang
dinyatakan dalam Berita Acara Serah Terima Awal Pekerjaan
berdasarkan Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan dari PPHP.
2. Setelah pekerjaan selesai dan sebelum dilakukan serah terima
pekerjaan pertama, dilakukan uji fungsi atau pengujian kesesuaian
terhadap hasil pekerjaan oleh Penyedia disaksikan oleh PPK dan
Personilnya, Konsultan Manajemen Konstruksi/ Konsultan
Supervisi, dan Panitia Penerima Hasil Pekerjaan.
3. Masa pemeliharaan bagian pekerjaan yang dilakukan serah terima
pekerjaan secara dimulai dari serah terima hingga akhir masa
pemeliharan keseluruhan yang tercantum dalam kontrak.

Serah Terima Pekerjaan

(2)

Serah Terima Pekerjaan Akhir
1. PPK menerima pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh

Penyedia Jasa setelah masa pemeliharaan berakhir
sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Kontrak,
yang dinyatakan dalam Berita Acara Serah Terima Akhir
Pekerjaan berdasarkan Berita Acara Serah Terima Hasil
Pekerjaan dari PPHP.
2. Dimulainya kewajiban pertanggungan terhadap
kegagalan bangunan, terhitung sejak tanggal
penyerahan akhir pekerjaan.

Keadaan Kahar (1)
1. Keadaan Kahar adalah suatu keadaan yang terjadi
di luar kehendak para pihak dan tidak dapat
diperkirakan sebelumnya, sehingga kewajiban yang
ditentukan dalam kontrak menjadi tidak dapat
dipenuhi.
2. Ketentuan mengenai Keadaan Kahar dalam
Pekerjaan Terintegrasi Rancang dan Bangun
(design and build) mengikuti ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Keadaan Kahar (2)
3. Yang digolongkan Keadaan Kahar meliputi:
a. bencana alam;
b. bencana non alam;
c. bencana sosial;
d. pemogokan;
e. kebakaran; dan/ atau
f. gangguan industri lainnya sebagaimana
dinyatakan melalui keputusan bersama Menteri
Keuangan dan menteri teknis terkait.

Keadaan Kahar (3)
4. Apabila terjadi Keadaan Kahar, maka penyedia
memberitahukan kepada PPK paling lambat 14 (empat belas)
hari sejak terjadinya Keadaan Kahar, dengan menyertakan
pernyataan Keadaan Kahar dari pejabat yang berwenang.

5. Jangka waktu yang ditetapkan dalam Kontrak untuk
pemenuhan kewajiban Pihak yang tertimpa Keadaan Kahar
harus diperpanjang sekurang-kurangnya sama dengan jangka
waktu terhentinya Kontrak akibat Keadaan Kahar.
6. Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan akibat Keadaan Kahar
yang dilaporkan paling lambat 14 (empat belas) hari sejak
terjadinya Keadaan Kahar, tidak dikenakan sanksi.

Keadaan Kahar (4)
7.

Pada saat terjadinya Keadaan Kahar, Kontrak ini akan dihentikan
sementara hingga Keadaan Kahar berakhir dengan ketentuan,
Penyedia berhak untuk menerima pembayaran sesuai dengan
prestasi atau kemajuan pelaksanaan pekerjaan yang telah dicapai.

8.

Bila selama masa Keadaan Kahar PPK memerintahkan secara
tertulis kepada Penyedia untuk meneruskan pekerjaan sedapat
mungkin maka Penyedia berhak untuk menerima pembayaran
sebagaimana ditentukan dalam Kontrak dan mendapat penggantian
biaya yang wajar sesuai dengan yang telah dikeluarkan untuk
bekerja dalam situasi demikian. Penggantian biaya ini harus diatur
dalam suatu adendum Kontrak.

Tangung Jaw ab
Kegagalan bangunan
1. Kegagalan Konstruksi merupakan tanggung jawab
Penyedia.
2. Kegagalan Bangunan merupakan tanggung jawab
Pengguna Jasa dan/ atau Penyedia sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan bidang jasa
konstruksi.

Penyelesaian Sengketa
1. Penyelesaian sengketa Design and Build dapat
ditempuh melalui Pengadilan atau di Luar Pengadilan
berdasarkan kesepakatan antara Pengguna dan
Penyedia Jasa.
2. Penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) mengikuti ketentuan peraturan perundangundangan.