MAKALAH PPM PENULISAN CERITA ANAK

F -X C h a n ge

PD

F -X C h a n ge

c u -tr a c k

Pr oses Menulis Cer it a Anak 1
Oleh
Else Liliani 2
( FBSUNY)
Pengantar
Setiap or ang memiliki antusiasme untuk mengetahui suatu infor masi, tidak
terkecuali anak. Infor masi ber upa ilmu dan pengetahuan itu dapat diperoleh melalui
ber bagai car a, baik pendidikan for mal maupun informal, ser ta dapat diupayakan
melalui pendidikan yang aktif, r ekr eatif, dan r eflektif. Pola pengajar an demikian
dapat ditemukan dalam sastr a. Karena, sastra tidak saja menyuguhkan sesuatu yang
menghibur , melainkan juga member ikan manfaat ( Teeuw , 2003:55) . Meminjam
kata-kata Hor ace, sastr a member ikan dua fungsi, yakni dulce et utile, atau
ber manfaat dan menyenangkan.

Fungsi dulce et utile tidak terkecuali terdapat dalam cer ita anak. Tragedi
tsunami di Aceh 2004 lalu menyisakan sebuah kepedihan, sekaligus pelajar an yang
sangat mahal dan ber harga. Penduduk Simeuleu sebagian besar diselamatkan oleh
cer ita warisan

nenek

moyang yang intinya adalah

pesan

untuk

seger a

menyelamatkan dir i ke perbukitan ketika bumi ber guncang hebat.. Sehingga, ketika
gempa besar ter jadi, ser ta mer ta mer eka ber lar ian menuju tempat yang lebih tinggi
( per bukitan) . Hasilnya, tidak begitu banyak korban jatuh di Simeuleu!
Dar i peristiw a itu, kita dapat mengambil intisari, bahw a cer ita tidak saja
sekedar alat untuk menghibur . Namun, cer ita dapat dimanfaatkan sebagai media

untuk mendidik dan menyebar luaskan w awasan atau pengetahuan. Lagipula, cer ita
mer upakan salah satu metode pengajaran yang menyenangkan dan lebih mengena
dar ipada metode skolastik yang lebih mengedepankan aspek intelektual ( IQ).
Siapa Saja Penulis Cerita Anak Itu?

1

Makalah disampaikan dalam kegitan pelatihan PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan
Menyenangkan) bagi guru TK ABA se-Kabupaten Sleman di SMA Muhammadiyah Sayegan Sleman,
pada 27 November 2006
2
Staf pengajar di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS UNY, pengampu mata kuliah
Kajian Sastra Anak

1

.d o

o


.c

m

C

m

w

o

.d o

w

w

w


w

w

C

lic

lic
k

k

to

to

bu

bu

y

y

N

N

O
W

O
W

!

!

PD


c u -tr a c k

.c

F -X C h a n ge

PD

F -X C h a n ge

c u -tr a c k

Sastr a (baca: cer ita anak) tidak jatuh dar i langit. Sastr a itu ‘mengada’. Yang
‘mengadakan’ adalah penulis-penulisnya. Siapa pun dapat menjadi penulis cer ita
anak. Nenek moyang kita adalah ( juga) pencer ita yang ulung. Ter bukti, hampir
setiap daer ah memiliki cer ita r akyat yang beragam. Kita sendir i, dengan demikian,
dapat pula menjadi seor ang penulis.
Menulis kr eatif ( cr eative w r iting) , ter masuk di dalamnya adalah sastr a,
bukan sekedar persoalan bakat atau tidak bakat. Menulis lebih mer upakan kegiatan
yang memer lukan kerja keras, disiplin, kreatif, imajinasi, tidak mudah menyer ah,

paham bahasa, waw asan, dan menguasai aspek kebahasaan. Banyak persyar atan
memang, untuk menjadi seor ang penulis (yang handal) . Namun, pada dasar nya
menulis bukan suatu hal yang sulit. Menulis pada hakikatnya adalah sebuah pr oses
yang dapat dipelajari.
Menulis Cerita: Persoalan Proses
Sebagai sebuah pr oses, menulis dilakukan melalui beber apa tahapan.
Tahapan-tahapan ter sebut antar a lain:
1. tahap pra-penulisan;
2. t ahap penulisan dr af;
3. tahap r evisi;
4. tahap penyuntingan, dan
5. publikasi.
Tahap pra-penulisan dilakukan oleh seor ang penulis ketika dia hendak
membuat sebuah cer ita. Dalam tahapan ini, penulis per lu menentukan topik yang
akan ditulisnya. Misalnya, apakah akan membuat cer ita yang mengedepankan aspek
pendidikan mor al, atau pendidikan kemanusiaan, seper ti: mencintai dan suka
menolong ter hadap sesama, menumbuhkan semangat kesetiakaw anan sosial,
menumbuhkan sikap toleransi ter hadap agama, kesukuan, dsb.
Berangkat dar i topik yang sudah ditentukan, maka seorang penulis per lu
menyiapkan sejumlah bahan yang akan dipergunakannya untuk membuat sebuah

cer ita. ‘Bahan-bahan yang per lu diolah’ itu ber angkat dar i

sejumlah ide atau

gagasan yang akan dituangkan dalam sebuah kar ya.

2

.d o

o

.c

m

C

m


w

o

.d o

w

w

w

w

w

C

lic


lic
k

k

to

to

bu

bu
y

y

N

N


O
W

O
W

!

!

PD

c u -tr a c k

.c

F -X C h a n ge

PD

F -X C h a n ge

c u -tr a c k

Ide atau gagasan dapat berbentuk apa saja, dan dapat digali melalui beberapa
car a. Membaca adalah car a yang efektif untuk menjar ing ide. Semakin kaya bacaan
kita, tentulah semakin kaya ide-ide kita. Kar enanya, seor ang penulis dituntut untuk
memper kaya bacaannya agar ide cer itanya semakin banyak, dan tidak monoton.
Selain dengan membaca, hasil pengalaman dan pengamatan juga dapat
dipergunakan sebagai bahan untuk menulis. Per istiw a-peristiw a yang ter jadi di
sekeliling kita, t ent u menar ik untuk diangkat menjadi sebuah cer ita. Pengalaman
sebagai or ang tua dan guru, pengamatan ber interaksi dengan peser ta didik, dan
ber bagai fenomena yang dapat dijangkau oleh pancainder a kita tentulah akan
menjadi sumber penulisan yang tak akan ker ing.
Setelah topik ditentukan, maka yang tak kalah penting adalah menentukan
siapa ‘calon pembaca’ kita. Ini penting, kar ena dengan mengetahui siapa calon
pembaca ( atau penyimak cerita) itu, kita dapat menentukan cara ‘bagaimana’
supaya cer ita kit a sampai kepada mereka.
Anak-anak TK masuk dalam tahapan pra-oper asional ( 2-7 tahun). Mereka
yang ter masuk dalam tahapan ini memiliki beberapa karakteristik ( Mitchelle,
2003:11) . Beberapa kar akter istik tersebut, antara lain adalah adanya sikap yang

self-orientation atau melihat sesuatu hanya dalam perspektifnya. Anak dalam
kategor i ini sudah mulai dapat memahami apa yang ter jadi di dunianya,
meningkatkan pemahaman atas dir inya sendir i, lalu or ang-or ang di sekitar nya, dan
mulai membangun kompetensi nalar -berpikirnya. Kemampuan dalam penguasaan
bahasa pada anak-anak dalam tahapan ini cukup pesat, dan perlahan-lahan akan
mulai menanggalkan keegosentr isannya. Pada tahapan inilah, anak-anak mulai
mengumpulkan

keahlian,

pemahaman,

dan

berbagai

strategi

yang

akan

ber pengar uh pada tahapan ber ikutnya ( concrete operat ional stage dan for mal

operational stage) .
Berdasar kan karakteristik anak pada tahapan pra-operasional itu, maka
buku-buku yang laik untuk diber ikan kepada mereka adalah buku-buku atau cer ita
sehar i-har i yang mudah diidentifikasikan ( ter jangkau) oleh anak. Misalnya: cer ita
yang menggambar kan hubungan kekeluar gaan, per sahabatan, dan komunitaskomunitas ter tentu dengan menggunakan bahasa yang alami dan otentik ( jujur ,

3

.d o

o

.c

m

C

m

w

o

.d o

w

w

w

w

w

C

lic

lic
k

k

to

to

bu

bu
y

y

N

N

O
W

O
W

!

!

PD

c u -tr a c k

.c

F -X C h a n ge

PD

F -X C h a n ge

c u -tr a c k

lugas) . Selain itu, ada baiknya jika cer ita-cer ita yang disuguhkan kepada mereka
adalah cer ita yang memungkinkan penyimak atau pembacanya dapat melakukan
sejumlah pr ediksi dan memunculkan beberapa r espons, seper ti dr ama, gambar ,
percakapan, dan menulis.
Tahap penulisan dr af dilakukan dengan menulis gambar an kasar dar i cer ita
yang akan ditulis. Aspek konten ( isi cer ita) lebih ditekankan dalam tahapan ini,
bukan pada unsur mekaniknya. Aspek konten itu antar a lain:

siapa saja tokoh-

tokoh yang ber main dalam cer ita itu, masalah apa yang akan diangkat, bagaimana
alur nya –maju atau mundur ( biasanya, unt uk cer ita anak, plot yang dipilih adalah
jenis plot maju) , set ting ( latar ) cer ita ter jadi di mana, penentuan ending cer ita, apa
temanya, dst.
Tahap revisi dilakukan dengan membagi hasil pengembangan dr af yang
sudah jadi itu dengan r ekan sejaw at. Hasil tulisan per lu didiskusikan, misalnya,
untuk mengetahui apakah cer ita itu sudah dibangun dengan konsistensi alur dan
penokohannya ( nama, kar akter ) , ser ta mengetahui r espons dar i cer ita yang kita
buat. Respons itu diper lukan untuk mengetahui kelayakan cer ita. Masukan atau
r espons terhadap cer ita dapat dimanfaatkan untuk membuat per ubahan-per ubahan
yang memungkinkan, sejauh itu diper lukan dan tidak melenceng dar i r encana atau
maksud penulisan cer ita.
Tahap editing atau penyuntingan adalah sebuah pr oses yang diper lukan
untuk melihat apakah komposisi, teknik penulisan, bahasa ser ta kalimat yang kita
per gunakan sudah tepat atau belum. Hal-hal yang sifatnya mekanis per lu
diperhatikan, kar ena membuat cer ita toh tetap memer lukan waw asan kebahasaan.
Tahap publikasi adalah tahapan yang ter akhir dalam pr oses menulis.
Publikasi ini per lu dilakukan untuk melihat bentuk apresiasi yang muncul ter hadap
karya yang telah kita buat. Publikasi memer lukan kepercayaan dir i. Boleh jadi, karya
yang kita kir im ke media massa tidak langsung dimuat. Bahkan, penulis-penulis
ter nama pun per nah melew ati tahapan seper ti ini. Bisa jadi, tulisan ki ta yang belum
dimuat itu disebabkan kar ena beber apa kekurangan. Jika tulisan kita akan dikir im
ke media massa, maka kita memer lukan sejumlah pengetahuan akan media massa
itu.

4

.d o

o

.c

m

C

m

w

o

.d o

w

w

w

w

w

C

lic

lic
k

k

to

to

bu

bu
y

y

N

N

O
W

O
W

!

!

PD

c u -tr a c k

.c

F -X C h a n ge

PD

F -X C h a n ge

c u -tr a c k

Pr ofesionalisme Penulisan Cer ita Anak: Sebuah Lahan yang Menjanjikan
Menulis bisa jadi kar ena hobi. Tapi jika hobi itu kita tekuni, maka menulis
dapat menjadi sebuah profesi.

Basino ( 2003:82) menyajikan sejumlah fakta

mengenai kemungkinan dijadikannya penulisan cer ita ini sebagai sebuah pr ofesi.
Beber apa fakta itu antara lain:
1.

Sebuah pener bit ter besar di Indonesia dengan omzet Rp 20 miliar , 80%
ber asal dar i buku cer ita anak.

2.

Dari 80% itu, tiga perempatnya berjenis komi k (biasanya komik impor
dar i Jepang).

3.

Penulis cer ita anak dalam neger i yang masih langka, yang dapat
memenuhi kr iter ia penerbit ( kualitas dar i segi isi, penulisan, pesan cer ita
yang jelas, naskah yang market oriented ) .

4.

Saat ini, buku bacaan anak menempati posisi yang paling lar is ( best

seller ) . Ber agamnya jenis buku dengan for mat yang ber beda semakin
membuat cer ita anak menjadi ter jangkau ber bagai kalangan.
5.

Semakin banyaknya kor an atau majalah yang memberikan r uang bagi
cer ita anak.

Basino menilai, menulis cer ita anak mer upakan pr ofesi yang cukup
menjanjikan. Karena, dar i setiap karya yang muncul di media massa dapat dihar gai
antar a Rp 150.000, 00 sampai Rp 250.000, 00. Jika kar ya diter bitkan oleh pener bit,
maka tinggal dihitung berapa royalti yang akan kita dapatkan: 10 % x har ga buku x
jumlah buku yang dicetak. Jadi, tidak ada r uginya jika kita mencoba mer ambah
lahan itu!!
Beberapa Kiat dan Tips
Steven James, seor ang penulis ar tikel dan cer ita kenamaan di Amer ika,
member ikan beber apa kiat dan tips untuk memompa kr eativitas penulis. Beber apa
hal yang dapat dilakukan unt uk memompa kreativitas kita ant ar a lain dengan:

1. Mengeksplor asi L.I.F.E

5

.d o

o

.c

m

C

m

w

o

.d o

w

w

w

w

w

C

lic

lic
k

k

to

to

bu

bu
y

y

N

N

O
W

O
W

!

!

PD

c u -tr a c k

.c

F -X C h a n ge

PD

F -X C h a n ge

c u -tr a c k

L adalah akronim dar i Liter atur e ( bacaan, sastr a) , I adalah Imagination
( imajinasi) , F adalah Folklor e ( cer ita r akyat) , dan E adalah Exper ience atau
pengalaman. Mengapa L, I, F, E itu per lu dieksplor asi sebanyak mungkin?
Karena, L.I.F.E itu bisa

member ikan kontribusi yang cukup berar ti dalam

pr oses penulisan kita.

2. Ubah Per spektif !
Kr eativitas bukan per soalan melihat apa yang tidak dilihat or ang lain.
Kr eativitas adalah persoalan melihat apa yang akan dilihat orang lain. Ide-ide
akan datang dar i dunia yang kita temui, lew at ber agam kacamata or ang.

3. Biar kan hal-hal yang tak terduga ter jadi
Jika kita mer asa keker ingan ide, maka kita tak per lu st ress. Kita memer lukan
r elaksasi. Khaw atir kar ya kita tak akan selesai hanya akan menambah
per soalan, tidak mengatasi per soalan. Jalan-jalan, menonton film, atau
sejumlah kegiatan r ekr eatif lainnya justr u bisa mendatangkan ide atau
gagasan.

4. Tentukan Tulisannya!
Unt uk mempermudah penulisan cerita, kita per lu menentukan jenis tulisan
yang akan kita buat. Hal ini ter utama dilakukan dalam tahap pr a-penulisan.

5. Mencar i Ungkapan ( parallels or connections betw een things that seem to
have nothing in common)
Ini berkaitan dengan kemampuan penulis untuk menciptakan idiom-idiom
bar u. Ungkapan-ungkapan yang sifatnya bar u ini ter utama ditemukan pada
jenis tulisan sastr a untuk or ang dew asa. Untuk cer ita anak, hal ini mungkin
justr u per lu dihindar i. Gunakan bahasa yang ter jangkau dan sesuai dengan
karak teristik anak-anak.

6. Tanyakan hal-hal yang mungkin ter jadi!

6

.d o

o

.c

m

C

m

w

o

.d o

w

w

w

w

w

C

lic

lic
k

k

to

to

bu

bu
y

y

N

N

O
W

O
W

!

!

PD

c u -tr a c k

.c

F -X C h a n ge

PD

F -X C h a n ge

c u -tr a c k

Cer ita dapat dikembangkan dengan “w hat if?” atau “bagaimana jika…..”.
Dengan mempertanyakan kemungkinan-kemungkinan ini, maka kebuntuan
dalam mengembangkan tulisan akan teratasi.

7. Tanyakan Kembali Ar ahan Mengapa Kita Menulis
Apa tujuan kita menulis, siapa sasar an tulisan kita, apa yang akan kit a
sampaikan, dipublikasikan ke mana karya kita, ber apa tulisan yang akan k ita
buat, mer upakan bberapa per tanyaan yang sangat penting, yang dapat
membantu mengar ahkan tulisan-t ulisan kita.

Bahan Bacaan
Basino, Titis. 2003. “Pr ofesionalisme dalam Penulisan Cer ita Anak” dalam
Teknik Menulis Cer ita Anak . Yogyakar ta:Pinkbooks.
James, Steven. 2002. “Pump Up Your Creativity” dalam The Complete
Handbook of Novel Writing. Ohio: Wr iter ’s Digest Books.
Mitchelle, Diana. 2003. Children’s Liter atur e: An Invitation to the Wor ld.
Boston: AB.
Teeuw , A. 2003. Sastra dan Ilmu Sastr a. Jakar ta: Pustaka Jaya.

7

.d o

o

.c

m

C

m

w

o

.d o

w

w

w

w

w

C

lic

lic
k

k

to

to

bu

bu
y

y

N

N

O
W

O
W

!

!

PD

c u -tr a c k

.c