Cerita Anak Sholeh Harun Penyayang Binat

Cerita Anak Sholeh Harun Penyayang Binatang
Di sebuah desa yang terpencil, ada sepasang penggembala suami istri. Mereka sangat menyayangi
binatang ternak yang mereka gembalakan. Hingga pada suatu saat sang istri melahirkan seorang bayi
mungil yang diberi nama Harun. Mereka sangat bahagia sekali karena sudah sekian lama mereka
menunggu seorang anak dan Allah pun menganugerahi mereka seorang anak yang kelak akan menjadi
harapan mereka.
Harun pun kini sudah beranjak dewasa dan selalu membantu kedua orang tuanya mengembala ternak,
Harun merupakan anak yang cerdas karena ia cepat sekali belajar sesuatu yang baru, apalagi dalam hal
mengembala kan ternak. Sang ayah pun sangat bangga memiliki putra yang rajin dan selalu patuh kepada
kedua orang tua. Hingga pada suatu saat sang ayah jatuh sakit dan tidak bisa mengembala kan ternak.
“Harun anakku, ayah tidak bisa mengembala kan ternak karena sakit, maukah kamu mengembala kan
ternak sendiri hingga ayah sembuh?” ucap sang ayah.
“Baiklah ayah, saya akan berusaha sebaik mungkin mengembalakan ternak-ternak ini.” jawab Harun.
Harun pun berangkat menggiring ternak-ternak ke lapangan luas di daerah dekat rumahnya. Sambil
mengawasi sekitar barangkali ada ternak yang ketinggalan, Harun mengamati secara seksama agar tidak
mengecewakan sang ayah. Ternak-ternak itu pun berkumpul di lapangan luas untuk mencari makan, ada
yang berlarian bercanda dengan yang lainnya. Harun duduk di sebuah batu besar sambil mengawasi
ternak-ternak itu, namun tiba-tiba ada sebuah keanehan, ternak-ternak itu tampak ketakutan. Rupanya
ada seekor harimau yang mengamati mereka.
Sadar ternak-ternak itu ketakutan, Harun langsung melompat kebawah dan pandangan Harun tertuju pada
harimau itu.

“Wah, bahaya nih ada harimau. Aku harus tetap waspada”, ucap Harun.
Harimau itu tidak bergerak, ia hanya terdiam. Harun jadi penasaran apa yang terjadi dengan harimau itu.
Pelan-pelan Harun mendekati harimau itu, ternyata harimau itu terluka dan tidak bisa berdiri.
“Ternyata harimau ini terluka, aku harus menolongnya”, ucap Harun.
“Hahhh..dia terkena panah diatas kakinya, kasihan sekali”, imbuhnya.
Tanpa berpikir panjang, Harun mendekati harimau itu dan mencabut anak panah yang menancap di
kakinya. Harimau itu tampak kesakitan, Harun segera mencari daun-daun obat disekitar untuk mengobati
luka harimau itu.
“Walaupun kamu sering memakan hewan-hewan ternak di daerah sini, Namun kamu tetaplah makhluk
ciptaan Allah”, gumam Harun.
Harun mengambil selembar kain dan mengikat luka kaki harimau itu setelah diberi daun-daun obat agar
tidak infeksi, harimau itu hanya terdiam. Tak terasa waktu sudah sore hari, saatnya Harun pulang bersama
ternak-ternaknya.
Setelah sampai dirumah, Harun menceritakan kejadian tadi kepada ayahnya. Sang ayanh pun senang
sekali, ternyata Harun sangat menyayangi semua binatang.
Hikmah yang bisa di ambil dari dongeng ini adalah,
“Saling tolong menolong lah kamu terhadap sesama tanpa memandang suku, ras dan agama.”

Kisah Teladan Islami Anak Yang Berbakti
Berbakti kepada orang tua merupakan kewajiban setiap anak, seperti kisah dongeng berikut

Halimah namanya, ia adalah seorang anak sangat sayang dan berbakti kepada orang tuanya. Sang ayah
telah pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya semenjak ia masih di dalam kandungan. Kini ia hanya
hidup berdua dengan ibunya di rumah yang sangat sederhana sekali.
Halimah duduk di kelas 5 Sekolah Dasar. Sebelum berangkat sekolah, Halimah selalu membantu ibunya
mencuci pakaian, mencucui piring, bahkan membuat pisang goreng untuk dijual esok hari. Saat halimah
berangkat sekolah, ia juga membawa pisang goreng untuk dititipkan ke kantin sekola. Halimah termasuk
anak yang pintar, ia selalu mendapat rangking pertama di kelasnya.
“Halimah, nanti habis jualan sepulang sekolah, tolong antar pisang goreng ini ke tempat Bu Marni” suruh
ibu.
“Iya bu” jawab Halimah.
Itulah yang dikerjakan Halimah sepulang sekolah, ia membantu ibunya jualan pisang goreng keliling
kampung sekitar. Halimah tak pernah malu melakukan ini, karena membahagiakan sang ibu adalah citacita utamanya.
“Nak, Ibu bersyukur sekalu memiliki anak seperti kamu. ini adalah anugrah yang Allah berikan kepada Ibu”
bisik sang Ibu.
“Halimah juga bersyukur sekali menjadi anak ibu. Halimah selalu berterima kasih kepada Allah dan berdoa
untuk Ibu” jawab Halimah.
Dengan berlinang air mata, Halimah memeluk Ibu erat-erat. Lalu Halimah berbisik kepada ibunya.
“Ibu, suatu saat Halimah ingin sekali memberangkatkan ibu ke tanah suci” bisik Halimah.
“Ibu sangat terharu nak, semoga Allah mengabulkan apa yang kamu cita-citakan” jawab ibu.
Sungguh besar bakti Halimah kepada ibunya, setiap sholat 5 waktu, Halimah tak lupa berdoa semoga citacita yang sangat mulia itu terkabul.

Tak terasa berjalan begitu cepat, 10 tahun sudah berlalu. Kini Halimah menjadi seorang wanita yang cukup
sukses, ia merintis pisang goreng ibunya dengan sabar dan telaten, hingga sekarang ia berhasil
mengembangkan usaha pisang goreng ibunya dan mempunyai beberapa cabang warung pisang goreng di
daerahnya.
Ketika Halimah menjadi orang sukses, ia tetap rendah hati dan tak lupa membantu fakir miskin dan
tetangga yang membutuhkan. Akhirnya, apa yang di cita-citakan Halimah dikabulkan oleh Allah SWT. Ia
dan ibunya berangkat ke tanah suci untuk melakukan ibadah haji.
Dari dongeng kisah teladan Islami ini kita bisa mengambil hikmahnya.
Berbaktilah kepada orang tuamu, janganlah kau menyia-nyiakan mereka. Orang tua adalah orang yang
tetap ada disisimu disaat orang lain meninggalkanmu. Ketika anak-anak memiliki waktu untuk memikirkan
orang tuanya, kebanyakn pada saat itu, orang tua mereka sudah tak ada lagi di dunia ini.

Dongeng Anak Islami Miskin Tapi Dermawan
Di sebuah kampung yang jauh dari perkotaan, hiduplah sebuah keluarga yang miskin, namun keluarga itu
selalu bersyukur kepada Allah SWT. mereka dipenuhi dengan rasa kasih sayang kepada sesama. Keluarga
kecil yang bahagia walau serba kekurangan. Banyak sekali cobaan datang silih berganti menimpa keluarga
ini, mereka tetap sabar dan ikhlas menjalaninya.
Pada suatu ketika, keluarga itu sedang dalam kesulitan. “Pak, persediaan makanan kita habis, mungkin
cuma cukup untuk nanto sore. Ibu sudah tidak mempunyai simpanan uang lagi.” kata istri. “Iya bu, nanti
bapak carikan uang, bapak pergi ke pasar dulu ya, bu.” jawab bapak. “Pak, sekalian jual ini ya pak, buat

beli makanan.” ucap ibu sambil mengambil radio buntut yang sudah usang. “walaupun cuma laku sedikit,
bisa buat menyambung hidup pak.” tambah ibu. “Iya. bu. bapak berangkat ke pasar dulu.
Assalamualaikum” ucap bapak. “Wa’alaikum salam. Hati-hati dijalan pak.” jawab ibu.
Berangkatlah bapak ke pasar untuk menjual radio buntut itu. “Radionya dijual pak,” tanya salah satu
pedagang. “Iya, pak. laku berapa ya kira-kira?” jawab bapak. “Paling cuma 20 ribu, pak. radio ini sudah
lama, apalagi antena nya juga sudah patah.” kata pedagang. “Ya sudah, tidak apa-apa mas. Ini radionya.”
jawab bapak dengan menyerahkan radionya. Pedagang itu mengambil uang dam membayar radio bapak.
Dengan rasa syukur bapak berjalan menuju warung untuk membeli makanan.
Dalam perjalanan, tiba-tiba ada seorang wanita yang menggendong anak kecil menghampiri bapak.
“Tolong, pak. Kami seharian belum makan, anak saya juga kelaparan, kami tidak mempunyai apa-apa
pak.” rintih wanita itu. Anaknya menangis kelaparan, wanita itu pun meneteskan air mata karna bingung
harus berbuat apa lagi. Dengan rasa iba bapak berkata dalam hati. “Ya Allah, segala puji bagiMu. ternyata
masih ada yang lebih kelaparan dari keluargaku,” ucap bapak dalam hati penuh rasa syukur.
Setelah itu, bapak mengambil uang hasil jual radio tadi dan diberikan kepada wanita itu untuk membeli
makanan. Wanita itu mengucapkan terima kasih. “Alhamdulillah, terima kasih pak. Semoga Allah SWT
membalas kebaikan bapak.” doa wanita itu. “Amin. Cepat dibelikan makanan bu, kasihan anak ibu sudah
kelaparan.” ucap bapak. Lalu bapak berjalan pulang kerumah, ditengah perjalanan bapak bergumam
dalam hati. “Bagaimana dengan keluargaku?, alasan apa yang harus kuberikan kepada istriku jika aku
pulang tidak membawa makanan?”.
Sesampainya dirumah, bapak menceritakan semua kejadian yang di alaminya di pasar tadi. istri bapak

mendengar dan kemudian tersenyum, ia tidak menyalahkan suaminya, justru ia memuji suaminya. “Pak,
apa yang bapak lakukan tadi sangat mulia, dan ini merupakan kabar baik. Semoga Allah memberi jalan
kepada kita.” kata ibu. “sekarang bapak bisa memancing, siapa tahu dapat ikan besar buat kita makan
hari ini.” tambah ibu. Dengan semangat bapak pergi ke kali untuk memancing.
Dengan sabar bapak memancing dan menunggu umpan dimakan ikan, setelah beberapa lama belum juga
dapat ikan. waktu hampir sore, akhirnya bapak berencana untuk pulang, tiba-tiba ada ikan besar
memakan umpannya. Bapak menarik kalinya. Dengan hati yang gembira dan rasa syukur, bapak pulang
kerumah, sapmai dirumah istrinya menyambut dengan gembira. Saat membelah perut ikan, ada sebuah
mutiara didalamnya, alangkah terkujutnya mereka berdua.
Esok harinya, bapak membawa mutiara itu ke pasar dan menjualnya ke toko emas. Alakngkah kagetnya
bapak ketika mutiara itu terjual dengan harga tiga ratus juta rupiah. Secepatnya bapak pulang ke rumah
dan memberitahu istrinya. “Alahamdulillah, Allah telah memberi kita nikmat yang luar biasa” ucap istri
bapak. Setelah itu mereka kemudian membagikan sebagian uang kepada fakir miskin dan anak-anak
yatim. Kemudian bapak teringat kepada wanita yang dibantunya dulu di pasar. Setelah tanya sana sini,
akhirnya bapak bertemu dengan wanita itu dan mengajaknya pulang. Mereka di angkat menjadi keluarga
bapak dan memberikan modal kepada wanita itu untuk berdagang.

“Setiap pertolongan yang kita berikan adalah benih yang kita tanam. Suatu saat akan menghasilkan buah
yang manis dan memberi kita kebahagiaan.”


Dongeng Cerita Anak Ayah Yang Baik Hati
Pak Ahmad dikenal warga kampung sebagai orang yang baik dan suka menolong sesama. Beliau menjadi
sosok yang begitu di hormati di kampung dan menjadi panutan. Walaupun Pak Ahmad termasuk orang
kaya tetapi tidak menonjolkan kekayaannya, beliau hidup sederhana. Setiap orang yang butuh
pertolongannya, beliau selalu siap setiap saat membantu sesusai dengan kemampuannya. Dengan ikhlas
dan tanpa pamrih, Pak Ahmad menjadi sosok yang disegani oleh warga kampung.
Pak Ahmad mempunyai dua orang anak bernama Vera dan Desi, kedua putri Pak Ahmad sangat bangga
kepada ayahnya. Walau mereka anak orang kaya, namun mereka di didik mandiri dan hidup sederhana.
Pak Ahmad secara disiplin mendidik kedua putrinya itu, dalam hal pelajaran, kehidupan maupun
beribadah. Pak Ahmad juga tidak pernah memanjakan Vera dan Desi, bila mereka ingin membeli sesuatu
keperluan mereka sendiri, mereka di ajarkan menabung dan tidak hidup boros.
Vera dan Desi anak yang patuh kepada kedua orang tuanya. “Ayah, uang jajan ku minggu lalu masih
tersisa” kata Vera. “Uang jajanku juga masih, Ayah” sahut Desi. “Lebih baik, sisa uang jajan kalian di
tabung, jangan boros membeli sesuatu, buat jaga-jaga bila sewaktu-waktu kalian ingin membeli sesuatu”
nasehat Pak Ahmad kepada kedua putrinya. “Iya Ayah. akan kami tabung uangnya” jawab Vera dan Desi.
Di sekolah pun Vera dan Desi tetap sederhana, mereka tidak kelihatan seperti anak orang kaya, Mereka
juga tidak sombong kepada teman-temannya. Pernah suati ketika ada seorang teman mereka tidak
membawa uang saku, wajahnya tampak pucat duduk di kelas, dengan ramah Vera menyapa temannya itu.
“Hay Bella, kamu kok pucat?, apa kamu sakit,” tanya Vera. “Tidak kok Vera, saya baik-baik saja. Hanya tadi
saya lupa membawa uang saku, perut saya lapar karena tadi juga belum sarapan” jawab Bella. “Ya ampun

Bella, ayo ke kantin, kita makan. Nanti kamu sakit bila perut kamu kosong” ajak Vera. “Makasih Vera, tapi
gimana ya?” jawab Bella ragu. “Kamu tidak usah sungkan, Bel. Nanti aku yang traktir kamu, pokoknya
perut kamu terisi biar ga sakit.” kata Vera. “Makasih ya Vera” jawab Bella tanda setuju. Itulah hasil didikan
dari Pak Ahmad yang mengajarkan anaknya suka membantu sesama.
Di suatu sore yang cerah, Pak Ahmad sedang berjalan-jalan keliling kampung. ia melihat sekumpulan anak
yang sedang bermain sepakbola di lapangan kampung. Pak Ahmad berhenti sejenak menyaksikan anakanak bermain bola. “Selamat sore Pak” anak-anak menyapa serentak. “selamat sore anak-anak” jawab Pak
Ahmad ramah. “Tampaknya pada semangat bermain sepakbola?” tambah Pak Ahmad. “Iya Pak, untuk
olahraga sekalin menyalurkan hoby” jawab salah satu anak. “Kalian mau tidak jika bapak carikan pelatih
biar sepakbola di kampung kita bisa berkembang dan membentuk bibit-bibit baru?” tanya Pak Ahmad.
“Wah, kami mau banget Pak.. Terima kasih Pak Ahmad” jawab anak-anak.
Esok hari Pak Ahmad menghubungi temanya dulu waktu masih kuliah untuk melatih sepakbola anak-anak
di kampungnya, dan temannya pun menyanggupi permintaan Pak Ahamd. Hari demi hari anak-anak
berlatih sepakbola, banyak yang sudah berkembang dan maju pesat bermain sepakbola. Pada suatu saat
ada perlombaan sepakbola anak-anak antar kampung untuk memperingati hari kemerdekaan Indonesia.
Dengan semangat, anak-anak ikut perlombaan itu dan menjadi juara pertama. Pak Ahmad sangat gembira
melihat kemajuan dan semangat anak-anak dan menjadi juara dalam perlombaan itu.
“Kebahagiaan anda tumbuh berkembang manakala anda membantu orang lain. Namun, bilamana anda
tidak mencoba membantu sesama, kebahagiaan akan layu dan mengering. Kebahagiaan bagaikan sebuah
tanaman, harus disirami setiap hari dengan sikap dan tindakan memberi.”


Dongeng Anak Terbaru Si Miskin dan Si Kaya
Di sebuah kampung wilayah pinggiran, hiduplah sebuah keluarga kecil bahagia, itulah keluarga Pak
Maman. Beliau memiliki dua orang anak yang bernama Hasan dan Husin. Keluarga mereka sedang
menikmati makan malam bersama-sama, Pak Maman berpesan kepada kedua anaknya. “Kita harus
mensyukuri nikmat dan rezeki dan Tuhan, karena masih banyak orang lain yang dibawah kita,” pesan Pak
Maman. “Ayo nak, dihabiskan makanannya” suruh Bu Maman. “Iya, bu,” jawab Hasan dan Husin sambil
menikmati makanannya.
Sementara itu di kampung yang sama pula, hidup keluarga Pak Reno yang juga merupakan orang terkaya
di kampung. Pak Reno memiliki dua orang anak yang bernama Jery dan Intan. Keluarga Pak Reno terkenal
dengan hidup glamor dan selalu hura-hura. “Makan dimana kita hari ini pak?” tanya Bu Reno. “Kita makan
di restoran paling mewah dan paling mahal di kota ini, bu,” jawab Pak Reno. “Hore, kita makan di restoran
mewah lagi,” teriak Jery dan Intan dengan hati yang senang.
Di acara rapat rutinan kampung bapak-bapak, membahas tentang persiapan menyambut 17 Agustus hari
kemerdekaan Indonesia, mereka mengadakan acara kerja bakti. “Dalam rangka menyambut hari
kemerdekaan Indonesia, kita semua warga akan mengadakan kerja bakti, apakah bapak-bapak setuju
dengan rencana ini?” tanya Pak RT kepada semua yang hadir. Dengan nada menolak Pak Reno
memberikan usul. “Kalo kerja bakti lebih baik kita pakai khas RT untuk membayar orang aja pak,” usul Pak
Reno. “Dalam hal ini, lebih baik kita mengadakan kerja bakti untuk menjalin tali silaturahim dan
kebersamaan warga kampung kita ini pak,” sahut Pak Maman. “Iya, pak kami setuju,” jawab warga secara
serentak.

Kerja bakti pun di mulai, semua warga sangat semangat keluar rumah untuk kerja bakti, suara tanda
kentongan pun dipukul yang menandakan acara kerja bakti segera akan di mulai. Pak Reno yang tidak
setuju acara kerja bakti ini izin tidak ikut kepada Pak RT. “Pak, saya tidak ikut kerja bakti” ucap Pak Reno.
“Tidak bisa ikut kenapa pak, ini kan acara setahun sekali, mohon dengan sangat pak” pinta Pak RT. “Saya
ada acara yang ga bisa di tinggalkan, pak” jawab Pak Reno. “Kalau begitu ya sudah tidak apa-apa pak”
sahut Pak RT.
Kerja bakti pun di mulai dengan membersihkan lingkungan kampung, sementara Pak Reno yang
sebenarnya tidak setuju dengan acara kerja bakti itu malah piknik bersama keluarganya. Entah apa yang
ada di benak Pak Reno?, dengan kekayaannya seolah-olah semua bisa dibeli dengan uang. Berbeda
dengan Pak Maman, walaupun hidupnya miskin, makan apa adanya, namun dia selalu banyak membantu
sesama dan aktif di setiap kegiatan kampung. Tak jarang Pak Maman sering menyediakan makanan ringan
untuk mendukung acara kampung.
“Ada harta kekayaan terbesar yang ada dalam diri manusia yaitu kemauan untuk memberi, keikhlasan,
dan kemampuan dalam berusaha. Jagalah kekayaan itu niscaya engkau akan selamat dunia dan akhirat.”

Dongeng Islami Untuk Anak Kejujuran Ridho
Di sebuah kampung yang jauh, hiduplah sebuah keluarga kecil bahagia, hidup mereka sederhana dan
selalu taat menjalankan Sholat 5 waktu. Itulah keluarga Pak Farhan, keseharian Pak Farhan hidup hanya
bercocok tanam. Mereka makan apa adanya hasil dari bercocok tanam. Ridho anak si mata wayang Pak
Farhan rajin membantu kedua orang tuanya, anak yang rajin, jujur, dan berbakti kepada ke dua orang tua.

Sejak kecil, Ridho di didik untuk selalu jujur dan bersikap sopan santun kepada orang lain. Pak Farhan
selalu menasehati Ridho dengan sabar jika Ridho berbuat salah.
Setiap berangkat sekolah, Ridho selalu mencium tangan kedua orang tuanya. Uang saku pun sangat
terbatas sekali, namun Ridho tidak pernah mengeluh sedikit pun, ia tetap bersyukur kepada Allah SWT,
atas semua kenikmatan yang dimilikinya sekarang. Ridho tak pernah menuntut orang tua nya jika ia ingin
membeli sesuatu, ia membelinya dengan uang saku yang ia tabung setiap hari. Di sekolah Ridho anak
yang pintar, ia selalu menjadi juara kelas namun dia tetap rendah hati dan tidak sombong. Di mata guruguru, Ridho adalah anak yang jujur dan tidak suka macam-macam.
Suatu siang saat pulang sekolah, Ridho berjalan dengan sendiri. Di tengah jalan yang dia lalui, ada sebuah
dompet yang jatuh. “Ya Allah, dompet siapa ini jatuh di jalan,” kata ridho. Ia mengambil dompet itu dan
membuka untuk melihat KTP siapa pemilik dompet itu. “Alhamdulillah, ada KTP pemilik dompet ini. Inikan
Pak Parto, tetangga kampung sebelah” gumam Ridho ketika membaca KTP itu. “Aku harus mengembalikan
dompet ini sekarang, kasihan Pak Parto” kata Ridho sambil berjalan.
Setelah sampai di rumah Pak Parto. “Assalamualaikum, Pak Parto” ucap salam ridho. “Wa’alaikumsalam, eh
kamu Ridho,mau cari siapa?” jawab Bu Parto. “Pak Parto ada bu?” tanya Ridho. “Iya ada, lagi Sholat,
silahkan masuk Ridho” jawab Bu Parto. “Terima kasih, bu” ucap Ridho sambil masuk rumah Pak Parto.
Ridho duduk di ruang tamu sambil menunggu Pak Parto yang sedang Sholat. “Sebentar ya, Ridho. Ibu
buatkan minuman dulu buat kamu” kata Bu Parto. “Tidak usah repot-repot bu, terima kasih” jawab Ridho.
“Tidak apa-apa, Ridho. Hanya minuman saja kok” sahut Bu Parto.
Setelah beberapa menit, Pak Parto selesai Sholat, dia menemui Ridho di ruang tamu. “Eh kamu Ridho, ada
apa kok tumben mampir ke rumah bapak” sambut Pak Parto. “Iya, Pak Parto. Tadi waktu pulang sekolah,

Ridho di jalan menemukan dompet bapak. Ini dompetnya Pak, mohon diperiksa lagi” jelas ridho.
“Alhamdulillah. Bapak tadi juga bingung cari dompet kok tidak ada di saku celana, ternyata kamu yang
menemukan.” kata Pak Parto. Alangkah senangnya hati Pak Parto, ia memeriksa dompetnya, karena ada
surat-surat penting di dalam dompet itu. “Terima kasih, Ridho. Semua masih utuh. Kamu memang anak
yang jujur.” kata Pak Parto sambil memeluk Ridho. “Sekali lagi bapak ucapkan terima kasih, Ridho.” ucap
Pak Parto

“Iya sama-sama Pak. Dompet ini kan bukan hak Ridho, jadi sudah menjadi kewajiban Ridho
mengembalikan dompet ini.” jelas Ridho. “Ini ada hadiah buat kamu Ridho” kata Pak Parto sambil
mengambil uang. “Tidak usah, Pak. Terima kasih, saya ikhlas kok Pak, bukan karena ingin mengharap
imbalan” tolak Ridho secara halus. “Ini bukan imbalan, Ridho. Ini hadiah dari bapak karena kejujuranmu”
kata Pak Parto. “Tidak, Pak. Terima kasih. Ridho tidak bisa menerima hadiah ini. Ridho pamit pulang dulu
ya, Pak. Orang tua Ridho pasti khawatir menunggu dirumah” jawab Ridho.
Akhirnya Ridho Pulang kerumah diantar Pak Parto naik mobil, karena Pak Parto memang orang kaya di
kampung sebelah. Sampai dirumah, orang tua Ridho kaget melihat Ridho diantar Pak Parto naik mobil. Pak
Parto pun dipersilahkan masuk kerumah Ridho yang sederhana. Setelah mendengar penjelasan Pak Parto,
orang tua Ridho sangat senang dengan kejujuran anaknya, dan yang lebih menggembirakan, Pak Parto
bersedia menjadi orang tua asuh Ridho, ia akan membiayai Ridho sekolah hingga cita-citanya tercapai.
Mendengar berita itu, Pak Farhan dan istrinya sujud syukur dan berterima kasih kepada Allah SWT. Tak lupa
mereka juga mengucapkan terima kasih kepada Pak Parto. Allah SWT mempunyai rencana tersendiri untuk
hambaNya yang taat dan bersabar.
“Kamu tidak bisa mengubah apa yang telah kamu lakukan, namun kamu bisa berkata jujur, meminta
maaf, lalu biarkan Allah yang melakukan sisanya.”