PAPER REFLEKSI YANG TELAH DITEMPUH SELAMA 14 PERTEMUAN MENGIKUTI MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Dosen Pengampu : Prof. Dr. Gunawan, M. Pd. Disusun oleh: Rizki Lestari NIM: 2015083008 PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TA

  

PAPER REFLEKSI

YANG TELAH DITEMPUH SELAMA 14 PERTEMUAN MENGIKUTI

MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Gunawan, M. Pd.

  

Disusun oleh:

Rizki Lestari

NIM: 2015083008

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

  

UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMAN SISWA

YOGYAKARTA

2017

  KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan limpahan rahmatNya lah maka kami bisa menyelesaikan sebuah paper yang membicarakan tentang refleksi semua materi mata kuliah Filsafat Ilmu yang meliputi: pengembangan ide berbasis asosiasi spontan, teori

  

kontinum, LFA dan kalimat berbobot, definisi rentang subjektifitas angka

sistemik, visual detail rantai “ why” process detail dengan tepat waktu. Paper ini

  dibuat untuk memenuhi tugas UTS Mata Kuliah Filsafat Ilmu.

  Kami mengucapkan terima kasih kepada Alloh SWT dan semua pihak yang telah membantu sehingga paper ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Dan tak lupa kami memohonkan maaf yang sebesar besarnya bila mana isi dari paper ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak kekurangan atau menyinggung para pembaca yang budiman.

  Dengan ini kami berharap paper ini berguna bagi nusa dan bangsa dan berguna bagi pengembangan wawasan Ilmu Pengetahuan bagi kita semua, Amin

BAB I PENDAHULUAN Filsafat Ilmu adalah salah satu mata kuliah wajib yang harus ditempuh

  oleh mahasiswa Pasca Sarjana program Magister Pendidikan pada semester I ini, khususnya Pendidikan Bahasa Inggris PBI Universitas Sarjana Wiyata Taman Siswa Yogyakarta Tahun Akademik 2015/2016.

  Pada awalnya yang pertama kali muncul adalah filsafat dan ilmu – ilmu khusus merupakan bagian dari filsafat. Sehingga dikatakan bahwa filsafat merupakan indik atau ibu dari semua ilmu. Karena objek material filsafat bersifat umum yaitu seluruh kenyataan, padahal ilmu – ilmu membutuhkan objek khusus.

  Perkataan inggris philosophy yang berarti filsafat bersal dari kata Yunani “ philosophia “ yang lazim diterjemahkan sebagai cinta kearifan. Akar katanya ialah philos ( philia, cinta ) dan sophia ( kearifan ). Menurut pengertianya yang semula dari zaman Yunani Kuno itu filsafat berarti cinta kearifan. Namun, cakupan pengertian sophia yang semula itu ternyata luas sekali.

  Pada intinya bahwa, pengertian filsafat dapat dikatakan bahwa filsafat merupakan ilmu dari segala ilmu pengetahuan. Filsafat berusaha untuk mengatur hasil – hasil dari berbagai ilmu – ilmu khusus ke dalam suatu pandanganhidup dan pandangan dunia yang tersatu padukan, komprehensif, dan konsisten.

  Pada hakikatnya filsafat dan ilmu saling terkait satu sama lain, keduanya tumbuh dari sikap refleksi, ingin tahu, dan dilandasi kecintaan pada kebenaran. Filsafat dengan metodenya mampu mempertanyakan keabsahan dan kebenaran ilmu, sedangkan ilmu tidak tidk mampu mempertanyakan asumsi, kebenaran, metode, dan keabsahanya sendiri.

  Disini sebenarnya ada beberapa pertanyaan yang dapat dijadikan sebagai landasan atau sebagai dasar dibuatnya paper kali ini, yaitu “ apakah perbedaan yang didapat setelah mengikuti perkuliahan filsafat ilmu yang diampu oleh Prof. Dr. Gunawan, M.Pd. “ Di paper ini diharapkan ada keuntungan yang dapat dipetik dari paper ini, sebagai contoh akan menambah wawasan/ pola pikir sehubungan dengan bagaimana perbandingan antara sebelum dan sesudah memperoleh/mengikuti perkuiahan Filsafat Ilmu dari Profesor Gunawan ini.

BAB II ISI Refleksi Terhadap Perkuliahan

   Pengembangan Ide Berbasis Asosiasi Spontan Pada perkuliahan yang pertama pada studi S2 PBI ini diajarkan bagaimana mengembangkan ide secara spontan dalam waktu yang sangat singkat, disini kita juga bisa menguak segal hal yang menurut kita sangat baru dalam hidup kita. Dari hal yang kita dengar, kita lihat, kita ketahui, ataupun kita rasakan ternyata kita selalu melakukan sesuatu yang bersifat spontan dan secara tidak sadar kita akan mengaitkanya dengan sesuatu hal yang lainya. Dan hal itulah yang dinamakan Primary Association. Dikarenakan adanya perbedaan antara yang satu dengan yang lainya maka inilah yang disebut dengan nama teori eksistensi, yaitu sebagai contoh, saya ada karena mereka ada, jika mereka tidak ada maka saya pun tidak ada. Sebagai contoh lain, kita memperoleh satu kata “ Korupsi “, dengancepat kita bisa menurunkan 50 kata dari kata “ Korupsi “ dan menurunkanya menjadi “ Kalimat “ dan kalimat itu bisa dikembangkan menjadi “ Paragraf “ yang deskripsi pengembanganya “Logis“.

  Jika kita sering melakukan pengembangan ide berbasis asosiasi spontan ini kita belum pernah dan merasa tidak tahu bahwa kita mampu berfikir secara spontan dan secepat itu bisa menemukan ide – ide dengan lanjutanya masing masing. Jadi pada intinya kita merasa bahwa hidup manusia itu penuh dengan insprasi yang tidak pernah kita sadari, dan tidak pernah mau menyadarinya,maka dari pada itu kita harus menyadarinya dengan menggunakan kelebihan itu dan menikmatinya dengan lebih baik.

   Refleksi Terhadap Perkuliahan Teori Kontinum Pada perkuliahan yang kedua ini saya tidak tahu apa itu teori kontinum, sesuatu yang menurut saya sangat asing sekali, setelah mendapatkan penjelasan saya baru mengetahui dan mulai berpikir tentang teori itu, yaitu sesuatu yang tidak ada batasnya dan berlangsung terus menerus, berkelanjutan dan tiada henti. Teori kontinum disini menyadarkan kepada saya bahwa ternyata banyak hal yang terjadi di sekitar kita dan ternyata tidak perlu cepat kita akui keberadaanya. Perlu ditelaah, dan dipikirkan dari berbagai segi, contohnya kaya, miskin, cantik, jelek. Dan saya sangat ingat sekali atas ajaran Prof. Gun..anda yang sekarang bukanlah anda yang sekarang, butuh waktu seharian penuh bagi saya untuk menelaah kalimat tersebut, karena menurut saya sangat berat, karena saya tidak pernah mendapatkan ilmu seperti itu sebelumnya dalam hidup saya. Dari sini saya mulai berfikir ke depan bahwa seberapa waktu yang diberikan, bahkan sepersekian detik pun semua akan dengan cepat bisa berubah, maka saya harus menjadi orang yang berguna dan lebih bijaksana lagi.

   Refleksi Terhadap Perkuliahan LFA dan Kalimat Berbobot Dalam perkuliahan Prof. Gunawan menggunakan metode LFA, yaitu pengembang kemampuan memandang dan memecahkan masalah secara akuntabel. Akuntabel yang artinya sampai kapanpun bisa dikejar. Dilatih untuk berfikir secar logika dan berani mengungkapkan sesuatu tanpa takut merasa salah. Pada sesi ini serasa LFA melatih untuk membuka wacana, mengelola ide, dan sekaligus mendalami cara berpikir orang lain. Pada kesempatan ini juga menyadarkan saya bahwasanya manusia itu diciptakan oleh Tuhan dengan sangat sempurna, namun kadang manusia itu sendiri yang kurang menyadari tentang hal itu dan bangkit kembali setelah menerima penjelasan panjang lebar tentang itu semua untuk lebih bersemangat lagi dalam melahirkan karya yang berbobot dan tidak lekang oleh ruang dan waktu.  Refleksi Terhadap Definisi rentang subjektifitas angka

  sistemik

  Dalam perkuliahan kali ini kita diajarkan oleh Prof. Gun Teori Sistem. Disini kita mengenal 2 (dua) pokok bahasan, yaitu Sistematik dan Sistemik. Dalam hidup ini, khususnya dalam dunia pendidikan, kita dicetak dalam dunia pendidikan pola pikir kita yang sistematik, segala sesuatu terstruktur dan berpola, dan tidak bisa. Sehingga secara tidak sadar menghilangkan pola pikir sistemik, Dengan kebudayaan kita yang dicekokin pola pikir begitu tentu ada factor yang sangat kuat yang menyebabkan demikian. Dengan mengenal pola pikir sistemik kita diharapkan tidak akan terburu-buru dalam mengambil keputusan, karena kita melihat masalah dari berbagai sisi dan berbagai sudut pandang. Karena Pola pikir sitemik adalah pola pikir yang menyeluruh, satu kesatuan, saling membutuhkan. Sebagai contoh: “Bus siap berangkat, semua sudah siap, sopirnya,keneknya, dan penumpang sudah siap berangkat, tetapi jika bus itu tidak ada “dop pada ban”, bus itu tidak bisa berangkat, atau dilihat apa sih dop pada ban, adalah hal yang sepele, tetapi kalau dalam pola pikir sitemik, tidak ada hal yang dianggap sepele dan tidak ada hal yang dianggap terbaik, Karena untuk menjadi yang terbaik saja, kita harus ada minimal 3 (tiga) unsur, baik, lebih baik, dan yang terbaik.

  Dan yang paling penting, setelah kita mengikuti mata kuliah ‘Teori Sistem’ yang ada pola pikir sistematik, dan sistemik, kita harus bisa dan berubah akan pola pikir kita yang awalnya adalah sistematik menjadi sistemik.

   Refleksi Terhadap Perkuliahan Visual Detail, Rantai Why,

  Process Detail

  Ada hal yang baru dan ada sesuatu yang baru, itulah ciri khas dari Prof. Gun. Kali ini belajar menyadari keterbatasan bahkan pada pertanyaan ‘why “ ternyata dari satu kata terdapat ekor yang sangat panjang sekali dan tidak akan pernah habis. Berawal dari sinilah kita diajak terbang santai dengan berfikir tak terbatas melalui kata “ why “. Disitu kita tidak pernah sadar akan banyaknya sesuatu yang banyak kita tidak tahu, yang tidak pernah kita gali, hanya dengan satu kata tersebut. Kita tidak pernah menggali lebih dalam tentang kehidupan,padahal banyak hal yang bisa kita gali dari kata “ Why “ sampai sampai saya pusing untuk menjawabnya. Disini saya juga harus lebih teliti lagi dalam mengamati segala sesuatu di sekeliling saya. Dan semoga setelah mendapat pelajaran ini saya bisa berpikir lebih jauh setiap mau melakukan sesuatu.

   Refleksi Perkuliahan tentang Ajaran Ki hajar Dewantara Dunia pendidikan kini telah banyak terbius oleh berbagai ajaran-ajaran maupun dogma-dogma dari luar negeri yang diajarkan baik dalam pendidikan formal, non-formal maupun informal. Kita tidak menyadari bahwa banyak dogma ataupun ajaran tersebut tidak sesuai dengan budaya negeri ini. Padahal negeri kita telah memiliki sejumlah tokoh pengajar dan pendidik yang luar biasa, salah satunya adalah pengajaran bapak pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara.

  Bila dicermati, berbagai persoalan sosial yang terjadi sekarang adalah akibat lemahnya sikap toleransi antar sesama masyarakat, menurunnya wibawa pemerintah karena berbagai peranan norma dalam mengatur ketertiban masyarakat hingga ketidak percayaan terhadap hukum. Semuanya itu memunculkan berbagai perilaku perilaku anarkis, sadistis, konfrontatif serta berbagai tingkah laku lain yang bertentangan dengan norma sosial, susila, dan agama. Banyak kalangan yang akhirnya bertanya ”Apa yang salah dengan pendidikan nasional sehingga belum berhasil membangun karakter bangsa sebagaimana yang diamanatkan Pancasila, UUD 1945, dan UU NO. 20 Tahun 2003?”. Membuat orang berkarakter adalah tugas pendidikan. Esensi pendidikan adalah membangun manusia seutuhnya, yaitu manusia yang baik dan berkarakter.

  Pengertian baik dan berkarakter mengacu pada norma yang dianut, yaitu nilai-nilai luhur Pancasila yang sepenuhnya terintegrasi ke dalam harkat dan martabat manusia (HMM). HMM yang mengandung nilai-nilai luhur Pancasila inilah yang menjadi basis pendidikan. Dalam hal ini, paradigma pendidikan yang dikembangkan dan diimplementasikan adalah memuliakan kemanusiaan manusia, yang mana kemanusiaan manusia adalah HMM itu sendiri. Pendidikan terwujud melalui proses pembelajaran. Proses pembelajaran ini terjadi tidak hanya sekedar pada tahap transfer pengetahuan (knowledge) semata, melainkan juga pada tahap transfer keterampilan (skill) hingga pada tahap transfer nilai-nilai (values) yaitu nilai-nilai kehidupan pada umumnya dan nilai-nilai spiritual keagamaan. Tahap inilah yang pada akhirnya mengarah kepada pembentukan karakter (character). Pendidikan pada akhirnya adalah pembangunan karakter.

  Proses pembelajaran yang bermuatan pendidikan karakter itu dapat kita implementasikan dari ajaran pendidikan yang yang diajarkannya, yaitu ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Arti dari semboyan Trilogi pendidikan ini adalah: tut wuri handayani (dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan), ing madya mangun karsa (di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide), dan ing ngarsa sung tulada (di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan yang baik). Sudah waktunya guru-guru meninggalkan metode lama mengajar yang hanya sekadar melaksanakan tuntutan tugas dan mengejar target kurikulum semata, sehingga tidak memiliki idealisme menjadi seorang pendidik. Tinggalkan mengajar tanpa dilandasi hakikat dari mengajar itu sendiri. Guru dituntut untuk kembali seperti yang Ki Hajar Dewantara katakan yakni seorang yang ing ngarso sing tulodo, ing madyo mangun karso dan tut wuri handayani. Guru yang bukan hanya mengajar, tapi juga mendidik.

  Aktualisasi ajaran Ki Hajar Dewantara di era globalisasi ini untuk membangun karakter bangsa, sudah sangat mendesak diterapkan. Kalau itu dilakukan, Indonesia akan bebas dari predikat negara terkorup, birokrasi terburuk, dan lainnya, yang kesemuanya itu disebabkan lemahnya sistem pendidikan yang berkarakter budaya Indonesia. Perlu langkah bersama untuk mewujudkannya, sehingga Indonesia berubah jadi bangsa berkarakter tinggi. (di ambil dari berbagai sumber) .

   Refleksi terhadap perkuliahan Emic dan Ethic melalui perkuliahan ini, saya secara sadar dan jujur mengakui awalnya adalah pusing dan bahkan tidak faham dengan isi dari materi ini. Namun setelah diadakan pertemuan kembali pada hari sabtu jam 1 dilantai 2 pascasarjana, saya lebih faham dan mngerti arti ethic dan emic. Dan dengan gamblang dapat menganalisis apapun dengan dua pisau ini.

BAB III

  

RANGKUMAN

  Dalam Bab III ini penulis menyimpulkan bahwa, paper akademik singkat ini mudah-mudahan berguna bagi penulis untuk lebih bisa menerapkan pengalaman dan pengetahuan yang di dapat dari selama perkuliahan Filsafat Ilmu ini, khususnya untuk melengkapi salah satu tugas mata kuliah Filsafat Ilmu.

  Dalam papar ini terdiri dari Pendahuluan, yang sedikit menguraikan tentang mata kuliah Filsafat Ilmu, dan Isi, yang terdiri dari pengembangan ide

  

berbasis asosiasi spontan, teori kontinum, LFA dan kalimat berbobot, definisi

rentang subjektifitas angka sistemik, visual detail rantai “ why” process detail

Dokumen yang terkait

PERANAN FILSAFAT BAHASA DALAM PENGEMBANGAN ILMU BAHASA

0 0 11

MODUL MATA KULIAH TELAAH KURIKULUM OLEH : Dra. NYIMAS AISYAH, M.Pd DISUSUN UNTUK PERKULIAHAN PADA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWJAYA

0 0 92

MATA KULIAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA “RPP” OLEH : VEFRA YULIANI 14075036 (Kelas A) DOSEN : Prof. Dr. FESTIYED, M.S JURUSAN FISIKA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2014 KATA PENGANTAR - 14175036-VEFRA YULIANI-TUGAS 5

0 2 25

SKRIPSI oleh: DANNY RODIN K1209017 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

0 0 15

PENGARUH PERSEPSI TERHADAP PERILAKU MAKAN PAGI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA, JURUSAN PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN, UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA YOGYAKARTA

0 0 12

PENGEMBANGAN WEBSITE PROGRAM STUDI DALAM UPAYA PENINGKATAN PELAYANAN AKADEMIK MAHASISWA PENDIDIKAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA

0 0 5

MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

1 1 214

PROGRAM STUDI : SISTEM INFORMASI MATA KULIAH : BAHASA PEMROGRAMAN I

0 1 21

PAPER AKU SEBELUM DAN SESUDAH MENGIKUTI PERKULIAHAN BAHASA INGGRIS DI PROGRAM PASCASARJANA UST Budi Sayekti NIM : 2016081082 MATA KULIAH BAHASA INGGRIS PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWAYOGYAKARTA 2017 KATA PENGANTAR - 1706201795249

0 0 15

1806201721353 PAPER PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS

1 10 8