View of Implementasi Metode SVM Untuk Pengenalan Citra Pada Bangunan Bersejarah Di Kota Bandung

  INSIGHT

  Volume 1 No. 3 | Agustus 2018 : 246-253

  

Implementasi Metode SVM Untuk Pengenalan

Citra Pada Bangunan Bersejarah Di Kota

Bandung

1 2 3 Andhika Revky Fauzi , Cecep Nurul Alam , Rian Andrian

  1,2,3 Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Jalan A.H. Nasution No. 105, Cipadung, Cibiru, Kota Bandung, Jawa Barat 40614

  1

  2

  3

andhika.revky@gmail.com, cecep@uinsgd.ac.id, rian@uinsgd.ac.id

The machine can classify images into the appropriate class. This capability will be very useful when applied to an application.

  

History is the human and scientific past which is composed scientifically and completely including the sequence of facts of the

period with interpretations and explanations that give understanding and understanding of what is applicable [1]. When it comes

to historic buildings, we can not be separated from the state of the building in the past. The existence of a historic building in the

city of Bandung just be the object take pictures ria, so that people need to know about the building is a historical relic or not and

provide detailed information about the building. SURF feature extraction to find the keypoint on each image. Therefore, the

extraction of surf feature can be used for the classification of the image that is to identify and recognize an image by matching the

data learning based on the results of classification. The purpose of this research is to implement Support Vector Machine (SVM)

and Speed Up Robust Feature (SURF) in order to classify the building image based on the building's name. The dataset is 10

images for each class so that the sum of all classes is 90 images. The image in the form of RGB 120x100 pixels is converted into a

matrix. This test is to extract the characteristics of each image. Then classified by the name of the building. In the research obtained

the results of accuracy of historic building detection system with the result reached 67.44%. Keywords : Building, Historic, Bandung, SURF, Support, Vector, Machine.

Mesin dapat mengklasifikasikan gambar ke dalam kelas yang sesuai. Kemampuan ini akan sangat berguna bila diterapkan pada

sebuah aplikasi. Sejarah adalah adalah masa lalu manusia dan seputarnya yang disusun secara ilmiah dan lengkap meliputi

urutan fakta masa tersebut dengan tafsiran dan penjelasan yang memberi pengertian dan pemahaman tentang apa yang berlaku

[1]. Jika berbicara mengenai gedung bersejarah, kita tidak terlepas dari keadaan gedung itu di masa lampau. Keberadaan gedung

bersejarah di kota bandung hanya menjadi objek berfoto ria, sehingga masyarakat pun perlu tahu mengenai gedung tersebut

merupakan peninggalan sejarah atau bukan dan memberikan informasi detil mengenai gedung tersebut. Ekstraksi ciri SURF itu

untuk mencari keypoint pada setiap gambar. Oleh karena itu, dari hasil ekstraksi ciri surf dapat digunakan untuk klasifikasi

terhadap citra yaitu untuk mengidentifikasi dan mengenali suatu citra dengan mencocokkan dengan data learning berdasarkan

hasil klasifikasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengimplementasikan Support Vector Machine (SVM) dan Speed Up

Robust Feature (SURF) agar bisa mengklasifikasikan gambar gedung berdasarkan nama gedung. Dataset berjumlah 10 citra

untuk tiap kelas sehingga jumlah dari seluruh kelas adalah 90 citra. Citra yang berupa RGB 120x100 piksel diubah menjadi

matriks. Uji coba ini untuk mengekstraksi ciri dari setiap citra. Kemudian diklasifikasikan menurut nama gedungnya. Pada

penelitian didapatkan hasil dari akurasi sistem pendeteksi gedung bersejarah dengan hasil mencapai 67,44%.

  Kata kunci : Gedung, Bersejarah, Bandung, SURF, Support, Vector, Machine

  I. Golongan A terdapat 100 bangunan/kawasan menurut PENDAHULUAN

  Sejarah adalah adalah masa lalu manusia dan Perda Kota Bandung No. 19 tahun 2009 [14], Golongan B seputarnya yang disusun secara ilmiah dan lengkap terdapat 271 bangunan/kawasan menurut Perwal Kota meliputi urutan fakta masa tersebut dengan tafsiran dan Bandung No. 921 tahun 2010 [15] sedangkan Golongan C penjelasan yang memberi pengertian dan pemahaman belum ada/menunggu keputusan dari pemkot. Padahal tentang apa yang berlaku [1]. menurut paguyuban Bandung Heritage terdapat 600

  Jika berbicara mengenai gedung bersejarah, kita tidak bangunan/kawasan cagar budaya. Artinya ada sekitar 229 terlepas dari keadaan gedung itu di masa lampau. Jika anda bangunan/kawasan cagar budaya yang tidak dilindungi ingin melihat wajah sebuah kota pada masa lampau, secara hukum. Dari sini ada potensi penghilangan, lihatlah gedung-gedung bersejarahnya. Kota Bandung penyalahgunaan, pemugaran yang tidak sesuai dengan memiliki banyak sekali bangunan bersejarah mulai dari aturan pemerintah, seperti eks bangunan Palaguna Gedung Merdeka, Museum Asia Afrika, Gedung Sate dll. dirobohkan dan digunakan untuk kepentingan komersil Bangunan/kawasan cagar budaya kota Bandung dibagi seperti mal, hotel atau rumah sakit. Diharapkan dari dalam 3 golongan, yaitu golongan A (Utama), golongan B pemerintah sendiri ada langkah hukum untuk melindungi (Madya), dan golongan C (Pratama).

  • –konsep unggulan dalam bidang pattern recognition.

  Pada umumnya untuk masalah yang ada dalam domain dunia nyata, kebanyakan bersifat non linier. Algoritma Support Vector Machine (SVM) dimodifikasi dengan cara memasukkan fungsi kernel kedalam non liniar SVM, dengan cara yang pertama yaitu data xi dipetakan ke dalam fungsi

  (3)

  

  ( , ) f(x) 1, , i i i n a y K x x b i x eSV

  Φ ( ҃ i) pada dot product dengan menggunakan dua vector yang menunjukkan feature dari atribut sehingga dapat di hitung dengan baik pada feature space. Selanjutnya feature space akan dibuat sebuah fungsi linear yang mewakili fungsi dari non-linear pada input space. Di dalam input space tidak bisa dipisahkan secara linear, namun input space bisa dipisahkan di feature space dan dapat membantu proses klasifikasi menjadi lebih mudah. Untuk mendapatkan solusi pada fungsi klasifikasi dari data (x), didapatkan rumus berikut :

  (2) Fungsi dari nilai

     

  , , , x y x y v d d d d =

    = ( )

  ( , ) ( ). ( ) i j i j K x x x x

  (1) Dikarenakan transformasi Φ pada umumnya tidak diketahui, oleh karena itu fungsi dari Kernel Trick dapat digantikan sesuai rumus berikut):

  d : R d < q Rq  →

  Φ ( ) ke ruang vector yang memiliki ukuran dimensi tinggi. Notasi matematika dari mapping akan ditunjukkan seperti pada rumus berikut

  Kernel Trick

  Tingkat akurasi pada model yang akan dihasilkan oleh proses peralihan dengan SVM sangat bergantung terhadap fungsi kernel dan parameter yang digunakan (Siagian, 2011) Berdasarkan dari karakteristiknya, metode SVM dibagi menjadi dua, yaitu SVM Linier dan SVM Non- Linier. SVM linier merupakan data yang dipisahkan secara linier, yaitu memisahkan kedua class pada hyperplane dengan soft margin. Sedangkan SVM Non-Linier yaitu menerapkan fungsi dari kernel trick terhadap ruang yang berdimensi tinggi.[2]

  Pengertian Support Vector Machine (SVM) yaitu sistem pembelajaran yang menggunakan ruang hipotesis berupa fungsi –fungsi linier dalam sebuah fitur yang berdimensi tinggi dan dilatih dengan menggunakan algoritma pembelajaran yang didasarkan pada teori optimasi. SVM pertama kali diperkenalkan pada tahun 1992 oleh Vapnik sebagai rangkaian dari beberapa konsep

  Support Vector Machine

  Klasifikasi merupakan suatu proses yang bertujuan untuk menentukan suatu obyek kedalam suatu kelas atau kategori yang sudah ditentukan sebelumnya. Klasifikasi adalah proses dari pembangunan terhadap suatu model yang mengklasifikan suatu objek sesuai dengan atribut- atributnya. Klasifikasi data ataupun dokumen juga dapat dimulai dari membangun aturan klasifikasi tertentu yang menggunakan data training yang sering disebut sebagai tahapan pembelajaran dan pengujian digunakan sebagai data testing. Beberapa tugas dari klasifikasi yang melibatkan proses pembangunan terhadap model yang dibentuk untuk melakukan prediksi target atau variabel dari data set yang sudah jelas, ataupun variabel independen. Klasifikasi juga dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode atau berbagai jenis pengklasifikasian. Beberapa metode yang sering digunakan pada klasifikasi yakni decision-tree, rule based, ANN, nearest-neighbor, dan naive Bayesian[2].

  Klasifikasi

  Kelebihan dari metode SVM adalah mempunyai kemampuan mengklasifikasikan pola dengan baik, pengimplementasian yang cukup mudah. Oleh karena itu metode SVM adalah salah satu metode dan algoritma yang tepat digunakan untuk mempermudah pengguna dalam mencari informasi mengenai peninggalan bangunan bersejarah di kota Bandung.

  Pengertian Support Vector Machine (SVM) yaitu sistem pembelajaran yang menggunakan ruang hipotesis berupa fungsi –fungsi linier dalam sebuah fitur yang berdimensi tinggi dan dilatih dengan menggunakan algoritma pembelajaran yang didasarkan pada teori optimasi.

  Dengan beroperasinya kembali bus bandros Bandung memberikan peluang untuk meningkatkan pemanfaatan potensi wisata khususnya kawasan/bangunan cagar budaya di kota Bandung. Dengan pemanfaatan kemajuan teknologi ini, diharapkan akan memberikan pengalaman baru bagi wisatawan dalam menikmati keindahan kota Bandung khususnya peninggalan cagar budayanya.

  Menurut berita yang diposting di pikiran-rakyat.com pada tanggal 28 Desember 2016, di kota Bandung, terdapat 60% bangunan asli sudah mengalami perubahan dari bentuk aslinya dan juga banyak bangunan cagar budaya yang dijual dan diberi pagar tinggi. Hal itu dikhawatirkan akan menghilangkan keberadaan bangunan cagar budaya. Dengan dibangunnya kawasan komersil di kawasan cagar budaya akan mengganggu kawasan cagar budaya tersebut. Kawasan cagar budaya seharusnya dimanfaatkan sebagai tempat kebudayaan, bukan dikomersialisasi. Masyarakat pun kurang kesadaran dan rasa tanggung jawab dalam penyelenggaraan kegiatan pengelolaan cagar budaya, dikarenakan kurangnya informasi yang berkaitan dengan pengelolaan serta pemugaran dan pemulihan kawasan dan/atau bangunan cagar budaya kepada masyarakat.

  Perda Kota Bandung No. 19 tahun 2009 atau menerbitkan peraturan walikota (Perwal).

  ISSN 2620-5467 (Online) 247 kawasan/bangunan cagar budaya dengan merevisi

  INSIGHT

II. METODE PENELITIAN

  • =

  K x x x x c = +

  = −  

  f x y x x b x data x data ns banyak

  dengan yang akan diprediksi kelasnya (data testing) support vector, s=1,2, ...ns data support vector ns t s s s t s t s

  ( ) 1 .

  Data training dengan terletak pada hyperplane disebut support vector. Data training yang tidak terletak pada hyperplane tersebut mempunyai αi = 0. Setelah solusi permasalahan quadratic progamming ditemukan (nilai αi), maka kelas dari data yang akan diprediksi atau data testing dapat ditentukan berdasarkan nilai fungsi berikut.

  

  = =

  y

  dengan batasan, αi  0, i = 1,2,... , n dan 1 n i i j

     = =

  = + =

  L y y x x

  1 max 2 n n T d i i j i j i j i j

  1

  1

  dan diperoleh dual problem

  = −   

     = = =

  2 n n n T d i i j i j i j i i j L y y x x

  1

   =

  = =

  1

  Banyak teknik data mining atau machine learning yang dikembangkan dengan asumsi kelinieran, sehingga algoritma yang dihasilkan terbatas untuk kasus-kasus yang linier. SVM dapat bekerja pada data non-linier dengan menggunakan pendekatan kernel pada fitur data awal himpunan data. Fungsi kernel yang digunakan untuk memetakan dimensi awal (dimensi yang lebih rendah) himpunan data ke dimensi baru (dimensi yang relatif lebih tinggi). Macam-macam fungsi kernel diantaranya: 1.

  ( ) ( ) ( ) . d i j i j

  Kernel Polynomial

  − = − 2.

  x x K x x

  2 i j i j

  exp(

  ( ) 2 2

  Kernel Gaussian Radial Basic Function (RBF)

    =

  

  dengan syarat persamaan (2.12) dan 0, 1, 2,... i i n

  =

  w w C

  2 n T i i

  1

  Sehingga persamaan (2.6) menjadi meminimalkan 1

   

  ( ) . 1 , 1, 2,..., T i i i y w x b i n

  Pada kasus linier non-separable beberapa data mungkin tidak bisa dikelompokkan secara benar atau terjadi misclassification. Sehingga persamaan dimodifikasi dengan menambahkan variabel slack. Variabel slack ini merupakan sebuah ukuran kesalahan klasifikasi Berikut ini adalah pembatas yang sudah dimodifikasi oleh Gunn (1998) untuk kasus non-separable:

  1

  1

  Solusi untuk mengoptimasi oleh Vapnik (1995) diselesaikan dengan menggunakan fungsi Lagrange sebagai berikut

  sehingga menurut Vapnik dan Cortes (1995) diperoleh persamaan

  dengan syarat

  2 T w w

  Hastie et al (2001) menjadi sebagai berikut

  1

  Mencari hyperplane terbaik dapat digunakan metode Quadratic Progamming (QP) Problem yaitu meminimalkan

  w

  2 || ||

  Untuk mendapatkan hyperplane terbaik adalah dengan mencari hyperplane yang terletak di tengah-tengah antara dua bidang pembatas kelas dan untuk mendapatkan hyperplane terbaik itu, sama dengan memaksimalkan margin atau jarak antara dua set objek dari kelas yang berbeda (Santosa, 2007). Margin dapat dihitung dengan

  dengan, xi = himpunan data training, i = 1,2,...n dan yi = label kelas dari xi

   

  ( ) ( ) i i . 1 untuk y +1 . 1 untuk y = -1 T i T i w x b w x b

  ( ) T f x w x b = + .

  ( ) . 1, i=1,2,3,...n T i i y w x b + 

  (4) SVM memiliki prinsip dasar linier classifier yaitu kasus klasifikasi yang secara linier dapat dipisahkan, namun SVM telah dikembangkan agar dapat bekerja pada problem non-linier dengan memasukkan konsep kernel pada ruang kerja berdimensi tinggi. Pada ruang berdimensi tinggi, akan dicari hyperplane yang dapat memaksimalkan jarak (margin) antara kelas data. Hyperplane klasifikasi linier SVM dinotasikan :

  = = =  

  X eSV X eSV  

  dimana w= 1, , 1, , i i i i i i n a y X X i n a y K X X i

  INSIGHT | Volume 1 No. 3 | Agustus 2018 : 246-253 Implementasi Metode SVM Untuk Pengenalan Citra Pada Bangunan Bersejarah Di Kota Bandung 248 ( ). ( ) ( , )

  ( ) ( ) 1 1 1

  1 , , .

  2 n n n T T i i i i i i i i i L w b a w w y w x b y   

  = = = = − − +

    

  (3) Berdasarkan persamaan (2), maka persamaan (3) oleh

  •  =    
  •  −   .
  •  − =  

  ( ) ( )

   =

  (2) Untuk menyederhanakannya persamaan (1) harus ditransformasikan ke dalam fungsi Lagrange Multiplier itu sendiri, sehingga menurut Santosa (2007) persamaan (1) menjadi

  =     

   =  =  

    = =

  L y b L w y w

  Nilai minimum dari fungsi lagrange tersebut diberikan oleh 1 1 n i i i n i i i

  W L w b a  

    1

  ( ) ( ) ( ) , max max min , , w b

  Nilai optimal dapat dihitung dengan memaksimalkan L terhadap αi, dan meminimalkan L terhadap w dan b. Hal ini seperti kasus dual problem

  (1) dengan αi = pengganda fungsi Lagrange dan = 1,2,..., n

  

  =   = − + −  

  2 n T T i i i L w b a w w w x b

  1

  1 , , .

  Karena ada dua fitur (x1 dan x2), maka w juga akan memiliki 2 fitur (w 1 dan w 2 ). Formulasi yang digunakan adalah sebagai berikut:

  • -2 -1
  • 1 2 -2 -1 1 2

      Dalam metode SVM, tujuan utamanya adalah mencari

        = −  

      (2)

      Deskriptor Keypoint dan Proses Matching

      Deskriptor merupakan daerah piksel disekitar keypoint yang dihasilkan. Deskriptor menggambarkan distribusi intesitas piksel tetangga di sekitar keypoint.

      Proses pertama yang dilakukan adalah mencocokkan orientasi yang dihasilkan berdasarkan informasi dari daerah yang berbentuk lingkaran disekitar piksel yang menjadi keypoint.

      Kemudian proses berikutnya membuat daerah berbentuk kotak pada orientasi yang terpilih dan mengekstrak deskriptor SURF dari daerah tersebut. kemudian proses matching fitur antara dua gambar dilakukan. Berikut ini dua proses perhitungan deskriptor

      keypoint yang akan dijelaskan lebih detail[4].

      hyperplane

      diinterpolasi, ditemukan dengan mencari turunan dari fungsi diatas dan diberi nilai nol, sehingga: 2 2

      terbaik yang berfungsi sebagai pemisah dua kelas data serta support vector untuk membentuk model yang akan digunakan dalam proses klasifikasi. Disini ada contoh data pada tabel berikut :

      Tabel 1 Contoh data

      x1 x2 Kelas(y)

      1

      1

      1 1 -1 -1

      Gambar 2 Visualisasi Contoh Data

      ˆ H H x x x

      x  =

      INSIGHT

      Lokalisasi keypoint dilakukan dengan beberapa proses. Proses pertama, menentukan treshold untuk terdeteksi lebih kecil begitu pun sebaliknya. Oleh karena itu, treshold bisa disesuaikan pada setiap aplikasi[4].

      ISSN 2620-5467 (Online) 249 xi dan xj adalah pasangan dua data training. Parameter

      , c, d > 0 merupakan konstanta. Fungsi kernel mana yang harus digunakan untuk subtitusi dot product di feature space sangat tergantung pada data karena fungsi kernel ini akan menentukan fitur baru di mana hyperplane akan dicari (Santosa, 2007). Pada awalnya SVM dikembangkan untuk persoalan klasifikasi dua kelas, kemudian dikembangkan kembali untuk klasifikasi multikelas. Dalam klasifikasi kasus multikelas, hyperplane yang terbentuk adalah lebih dari satu[3].

      SURF

      Fitur SURF ini merupakan keypoint dari sebuah gambar. Keypoint adalah titik-titik dari sebuah gambar yang nilainya tetap ketika mengalami perubahan skala, rotasi, blurring, pencahayaan, dan juga perubahan bentuk. Perubahan bentuk ini bisa terjadi karena bentuk gambar query yang tidak utuh atau tidak sesempurna gambar yang ada didalam database gambar tersebut. Gambar query yang tidak utuh mungkin karena objek lain yang menutupi, atau pengambilan gambar yang tidak sempurna, atau keadaan objek itu sendiri yang mengalami perubahan. Agar invarian terhadap perubahan skala maka proses yang dilakukan pertama kali adalah membuat ruang skala (scale space)[4].

      Ruang Skala (Scale Space)

      Scale space terbagi kedalam bilangan yang disebut octave. Setiap octave merepresentasikan respon filter yang diperoleh dengan melakukan proses konvolusi gambar yang diinputkan dengan ukuran filter yang menaik[4].

      Lokalisasi Keypoint

      Proses berikutnya non-maxima suppresion, proses ini dilakukan untuk mencari sekumpulan calon keypoint dengan membandingkan tiap-tiap pixel gambar pada scale

      ˆ (x, y, )

      space dengan 26 tetangga. 26 tetangga pixel itu terdiri atas

      8 titik di scale asli dan 9 titik di tiap-tiap scale diatas dan dibawahnya. Proses inilah yang menghasilkan keypoint dari suatu gambar. Gambar 2.2 menunjukkan non-maxima suppresion [4].

      Gambar 1 Non Maxima Suprresion

      Proses terakhir yaitu proses mencari lokasi keypoint menggunakan interpolasi data yang dekat dengan keypoint hasil proses sebelumnya. Ini dilakukan dengan mencocokan quadratic 3D yang diajukan oleh Brown [4]. H(x, y, σ) adalah determinan Hessian, didefinisikan sebagai berikut [3]: 2 2

      1 (x) H

      2 T T H H H x x x x x

        = + +  

      (1) Lokasi ekstrim yang

    • 1 1 -1
    • 1 -1 -1 Dan pada Gambar berikut adalah visualisasi data dalam bentuk grafik

    •  =
    •  = = = − + −  = − = = −
    • −  = − = − = − Setelah itu menjumlahkan persamaan (1) dengan (2) untuk mencari nilai w 2 :
    •  − + −  = =
    •  − −  = = .

      1

      1 2 1 2 Maka

      1 w w b w w b w w

      Dan terakhir, untuk mendapatkan nilai b dengan menjumlahkan persamaan (2) dengan (3)

      ( ) ( ) 1 2 1 2

      1

      1

      2

      1 w w b w w b b

      − + −  − −  − = = −

      Maka didapatlah persamaan hyperplane sebagai berikut : 1 1 2 2 2

      1 0

      1 w x w x b x x x x

      1

      Sehingga dari persamaan hyperplane diatas dapat divisualisasikan dalam bentuk grafik pada Gambar :

      Gambar 3 Visualisasi Data III.

      Implementasi Antarmuka

      Implementasi antarmuka pengguna merupakan proses tahapan yang dilakukan pada analisis atau design yang diimplementasikan menjadi bentuk aplikasi yang akan dipakai oleh user.

      1. Tampilan form menu utama Pada tampilan form menu utama, user dapat memilih beberapa menu, diantaranya menu kamera atau galeri. User diberikan pilihan mengambil gambar dari kamera langsung atau dari galeri. Adapun tampilan form menu utama dapat dilihat pada Gambar 4.

      Gambar 4 Tampilan form menu utama 2.

      Tampilan form kamera Pada tampilan form kamera, disini hanya dihadapkan pada 1 tombol yaitu untuk mengambil gambar. Adapun tampilan form kamera dapat dilihat pada Gambar 5.

      Gambar 5 Tampilan form kamera

      Pada form kamera, user dapat menginputkan citra yang akan dideteksi oleh sistem dengan memotret bangunan tersebut lewat kamera smartphone.

      3. Tampilan form galeri Tampilan form galeri adalah mengambil gambar yang sudah tersimpan dalam memori hp untuk dideteksi gedung apakah yang dimaksud. Adapun tampilan form galeri dapat dilihat pada Gambar 6

      Gambar 6 Tampilan form galeri

      Pada form galeri, user dapat menginputkan citra yang akan dideteksi dengan mengambil gambar yang sudah ada

    • -2 -1
    • 1 2 -2 -1 1 2

        1

        2

        1 2. 1, untuk 1, 1,

        1

        ( ) 2 2 2 1 2

        1

        1

        2

        2

        w w w

        = + Dengan syarat :

        ( ) . 1, 1, 2,3,..., i i y w x b i n

        Sehingga didapatkan beberapa persamaan berikut :

        ( ) ( ) ( ) ( ) 1 2 1 1 2 1 2 2 1 2 1 2 3 1 2 1 2 4 1 2

        1. 1, untuk 1, 1,

        1 3. 1, untuk 1, 1,

        1 4. 1, untuk 1, 1,

        1

        w w b y x x w w b y x x w w b y x x w w b y x x

        − −  = − = − =

        ( ) ( ) 1 2 1 2 2

        1

        1 2 2 2 Maka

        1 w w b w w b w w

        Untuk mendapatkan nilai w 1 dengan cara menjumlahkan persamaan (1) dengan (3) :

        ( ) ( )

        1

        2

        INSIGHT | Volume 1 No. 3 | Agustus 2018 : 246-253 Implementasi Metode SVM Untuk Pengenalan Citra Pada Bangunan Bersejarah Di Kota Bandung 250

      2 Maka b

      • =
      • − = = −

      HASIL DAN PEMBAHASAN

        INSIGHT

        1

        3 6.173 KB 159 6 5.825 KB 150 9 5.825 KB 150 5 10 BENAR SALAH TIDAK TERDETEKSI UKURAN DATA TRAINING 3 6 9

        Tabel 3 Pengujian ukuran file dan row terkecil UKURAN DATA UKURAN FILE UKURAN ROW TERKECIL

        Untuk setiap proses learning disimpan dalam file xml, kemudian diuji dengan cara mendeteksi 9 gedung yang berbeda, hasil pengujian disajikan dalam tabel tersebut

        Pada pengujian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara jumlah data training, ukuran file, dan ukuran row terkecil. Hal ini dilakukan untuk membandingkan berapa jumlah data training yang ideal dan mencari ukuran file data learning terkecil. Karena pada nantinya jika data training yang diperoleh cukup besar akan membebani aplikasi yang dibuat atau device yang akan dipakai

        Pengujian hubungan antara jumlah data training, ukuran file, dan ukuran row terkecil

        Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa, semakin besar jumlah data training semakin besar pula kemungkinan akurat, karena jika jumlah data training semakin banyak, maka sistem pun semakin terbiasa mengenali setiap gedung yang akan diuji

        2 Gambar 9 Grafik Pengujian data training

        7

        9

        3

        6

        6

        5

        ISSN 2620-5467 (Online) 251 di memori smartphone. User tinggal memilih gambar mana yang akan dideteksi olek aplikasi 4.

        3

        3

        Tabel 2 Pengujian jumlah data training UKURAN HASIL BENAR SALAH TIDAK TERDETEKSI

        Untuk setiap proses learning disimpan dalam file xml, kemudian diuji dengan cara mendeteksi 9 gedung yang berbeda, hasil pengujian disajikan dalam tabel tersebut

        Pada pengujian ini dilakukan pada IDE Eclipse Java, untuk memperoleh jumlah data training yang akan dimasukkan. Dalam hal ini akan diuji cobakan dengan jumlah data training yang berbeda, yaitu 3, 6, 9 buah. Hal ini dilakukan untuk mencari jumlah data training yang ideal agar pendeteksian citra gedung akurat.

        Pengujian pengaruh jumlah data training

        Jika user memilih tombol deskripsi pada form hasil deteksi, inilah tampilan form deskripsi. Disini ada foto gedung pada masa tempo dulu dan beberapa informasi singkat mengenai gedung tersebut. Serta terdapat sedikit cerita sejarah tentang gedung tersebut.

        Gambar 8 Tampilan form deskripsi

        Berikut ini merupakan tampilan form data uji, dapat dilihat pada Gambar 8.

        Setelah user menginputkan gambar dari kamera ataupun galeri, aplikasi akan menampilkan hasil deteksi berupa nama gedung, serta hasil deteksi surf pada gedung. Bulatan-bulatan kecil yang berwarna warni itulah yang disebut descriptor. Serta ada tombol deskripsi untuk mendapatkan penjelasan lebih lanjut mengenai gedung tersebut.

        Gambar 7 Tampilan form data uji

        Tampilan form hasil deteksi gedung Berikut ini merupakan tampilan form data uji, dapat dilihat pada Gambar 7.

      5. Tampilan form deskripsi

        INSIGHT | Volume 1 No. 3 | Agustus 2018 : 246-253 Implementasi Metode SVM Untuk Pengenalan Citra Pada Bangunan Bersejarah Di Kota Bandung 252

        

        Rata- rata 92,55

        Dari semua percobaan yang dilakukan, hanya gedung sate yang mengalami kesalahan hingga 2 kali. Jika diperhatikan titik keypoint antar gambar cukup berbeda jauh, artinya pada gambar tersebut kurang cocok menggunakan metode SURF. Hal ini dipengaruhi oleh struktur gedung yang cukup kompleks, dan data learning yang kurang cukup sehingga masih ada kesalahan dalam mendeteksi gedung.

        b.

        Pengujian Deteksi Dari Kamera Pada pengujian kali ini hampir sama dengan pengujian dari galeri, hanya saja gambar yang diinputkan diambil dari kamera langsung dan datanya berasal dari data learning. Gambar yang diujikan berasal dari data learning yang diambil secara acak, hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 6.

        Tabel 6 Hasil Pengujian Deteksi Gedung Dari Kamera Gedung ke- Percobaan ke-

        Hasil 1 2 3 4 5 6 Gedung isola   X

        X X

        X

        33 St bandung  X

        X X

        X X

        16 Hotel savoy homann  X  X X 

        50 Smpn 5 bandung X    X

        66 Kantor pos bandung X   X

        83 Gedung merdeka       100 Gedung sate X X    X

        X X

        33 Gereja bethel

        X X

        X X

        X X JUMLA H DATA HASIL UKURAN DATA TRAINING BENA R SALA H

        9

        7

        2

        5.8 MB

        9

        1

        8

        4.5 MB 145 150 155 160 1 UKURAN FILE DAN MIN ROW

        50 Bank bjb syariah       100

        Gereja bethel      X

        Gambar 10 Grafik Pengujian ukuran file dan row terkecil

        Pembahasan Hasil Pengujian Deteksi Gedung a.

        Ukuran file tidak berbeda jauh, namun pada percobaan dengan data training 3 buah, diperoleh file yang lebih besar, hal ini diakibatkan karena min row pada pengumpulan informasi descriptor lebih besar yaitu 159, sedangkan yang lain 150. Ukuran file dipengaruhi oleh besarnya row terkecil yang dihasilkan, hal ini dapat dilihat pada ukuran data training yang berjumlah 6 dan 9 tidak ada perbedaan yang cukup signifikan karena ukuran row terkecilnya pun persis sama.

        Pengujian metode SVM antara linear dengan sigmoid

        Pada dasarnya metode dalam klasifikasi SVM ada dua, yaitu secara linear dan non linear. Sigmoid adalah salah satu metode klasifikasi SVM secara non linear.

        a.

        Hasil Perbandingan Metode Linear dengan Sigmoid Pada pengujian ini dilakukan learning menggunakan bahasa java pada IDE Eclipse untuk memperoleh data training SVM dengan 2 metode yang berbeda yaitu sigmoid dan linear. Kedua metode tersebut diuji untuk menentukan metode terbaik dalam klasifikasi citra gedung menggunakan metode SVM

        Untuk setiap proses learning disimpan dalam file xml, berbeda, hasil pengujian disajikan dalam tabel tersebut

        Tabel 4 Perbandingan Metode Linear dengan Sigmoid

        Berdasarkan Tabel 4, disimpulkan bahwa : 1.

        Dihasilkan kualitas dengan metode linear lebih baik daripada sigmoid,

        2. Hal ini karena dengan metode sigmoid, data tidak bisa tersebar dengan cukup luas, karena fungsinya dipengaruhi oleh fungsi eksponensial.

        3. Ukuran File: Sigmoid lebih kecil daripada linear, karena metode ini diperkirakan menghasilkan

        hyperplane (support vector) dengan dimensi yang

        lebih sedikit 4.

        Pengujian Deteksi Dari Galeri Pada pengujian ini dilakukan langsung pada aplikasi android yang telah dibuat. Tujuan dari pengujian ini adalah mengetahui keakuratan deteksi citra.

              100 Kantor pos bandung       100

        Untuk setiap prosesnya gambar diambil dari galeri langsung dilakukan 4 kali pada setiap gedung yang berbeda, untuk gambar yang diujikan berasal dari data

        learning

        yang diambil secara acak, hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.6

        Tabel 5 Hasil Pengujian Deteksi Gedung Dari Galeri Gedung ke- Percobaan ke-

        Hasil

        1

        2

        3

        4

        5

        6 Gedung isola       100 St bandung

              100 Hotel savoy homann

              100 Smpn 5 bandung

        3

      50 Gedung sate

        Pengujian Galeri + Pengujian Kamera rata-rata akurasi 2 92,55 42,33 134,88

        5. Ditambah lagi data learning yang dimiliki agar hasil pendeteksian dapat meningkat

        6. Dapat mendeteksi dalam berbagai kondisi alam, lingkungan, dan perangkat yang dipakai pengguna

        V. REFERENSI [1]

        “Pengertian Sejarah.” [Online]. Available: http://www.artikelsiana.com/2015/08/pengertian- sejarah-para-ahli-menurut.html. [2]

        D. E. Ratnawati and A. W. Widodo, “Klasifikasi Penyakit Gigi Dan Mulut Menggunakan Metode Support Vector Klasifikasi Penyakit Gigi Dan Mulut Menggunakan Metode Support Vector Machine,” Res. Gate, vol. 2, no. March, pp. 802– 810, 2018.

        [3] P. A. Octaviani, Yuciana Wilandari, and D.

        Sehingga hasil akhir dari rata-rata keakurasian aplikasi ini adalah :

        INSIGHT

        Hasil rata rata pengujian yang diambil dengan kamera adalah 42,33%. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu pada saat pengambilan gambar tidak mendapatkan posisi yang tepat, resolusi gambar yang terlalu kecil, dan kualitas kamera yang kurang baik. Memang wajar hasil dari pengujian galeri akan berbeda secara signifikan dari pengujian kamera, tetapi disini dapat membuktikan bahwa metode SVM dan ekstraksi ciri surf dapat bekerja mendeteksi objek gedung dengan cukup baik.

        33 Bank bjb syariah       100 Rata- rata 42,33

        X X X   X

        X X

        Gedung merdeka    X

        ISSN 2620-5467 (Online) 253

        Masih adanya salah deteksi/error yang berakibat pada salahnya pemberian informasi kepada masyarakat awam.

      • = = IV.

        3. Dapat diterapkannya metode SVM untuk mengenali citra bangunan bersejarah di kota Bandung, dalam hal ini mencapai keakuratan sebesar 67,44%.

        Saran

        Pada aplikasi ini masih terdapat banyak sekali kekurangan, maka dari itu diperlukan beberapa pembaharuan sebagai penyempurnaan dari aplikasi ini diantaranya :

        1. Kurangnya data data bangunan sejarah yang dimiliki, terutama foto tempo dulunya dikarenakan dokumentasi pada saat itu masih sulit dan terbatas.

        2. Dapat ditambahkannya fitur lain agar pengguna merasa tertarik untuk menggunakan aplikasi ini

        3. Diharapkannya dengan adanya aplikasi ini dapat menambah pengalaman dalam menjelajahi wisata di kota Bandung, terutama dalam hal cagar budaya 4.

        ” ini adalah: 1. Telah dibuat sebuah aplikasi yang membantu masyarakat/pemkot/dinas/pihak terkait dalam mengawasi serta menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap pengelolaan bangunan cagar budaya di kota bandung.

        Kesimpulan yang dapat diambil dari skripsi yang berjudul “Pengenalan Citra Gedung Bersejarah di Kota Bandung Dengan Metode SVM

        Kesimpulan

        PENUTUP

        2 =

        2

        67, 44

        Ispriyanti, “Penerapan Metode Klasifikasi Support Vector Machine (SVM) pada Data Akreditasi Sekolah Dasar (SD) di Kabupaten Magelang,” J. Gaussian, vol. 3, no. 8, pp. 811– 820, 2014.

        [4] K. D. Tania, F. I. Komputer, and U. Sriwijaya, “Pengenalan Gambar Menggunakan Sebagian Data Gambar,” Univ. Stuttgart, pp. 12–14.

        2. Selain itu dapat memberikan informasi yang singkat, ringkas, dan informatif kepada pengguna mengenai gedung cagar budaya yang dimaksud. Diharapkan dengan adanya ini bisa menumbuhkan rasa cinta dan bangga memiliki kekayaan intelektual sejarah.