Penyelamatan Simbol Negara GARUDA melalu

Penyelamatan Simbol Negara “GARUDA”

melalui Pelepasliaran Kembali Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) hasil sitaan di Kawasan Kawah Ijen dalam rangka Peningkatan Populasi Spesies Prioritas

Terancam Punah di Jawa Timur

Disusun Oleh: Fajar Dwi Nur Aji

Asman Adi Purwanto Warsono Sulis Kristiyanto Dewi Sasmita Heru Cahyono Johan Nuary Alii Fitriana Rokhmah

Surabaya, 2013

Penyelamatan Simbol Negara “GARUDA” melalui Pelepasliaran Kembali Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) hasil sitaan di Kawasan Kawah Ijen da- lam rangka Peningkatan Populasi Spesies Prioritas Terancam Punah di Jawa Timur

Penyusun Fajar Dwi Nur Aji Asman Adi Purwanto Warsono Sulis Kristiyanto Dewi Sasmita Heru Cahyono Johan Nuary Alii Fitriana Rokhmah

Penyunting Ir. Ludvie Achmad Ir. Dadang Wardana MSc Ir. Sunandar Trigunajasa N. Zaini Rakhman Gunawan

Kontributor Sukarelawan East Java Saving Garuda Program

Kutipan Aji, F.D.N., Purwanto, A.A., Warsono, Kristiyanto, S., Sasmita,D., Cahyo- no, H., Nuary, J. dan Rokhmah, A.F. 2013. Penyelamatan Simbol Negara “GARUDA” melalui Pelepasliaran Kembali Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) hasil sitaan di Kawasan Kawah Ijen dalam rangka Peningkatan Populasi Spesies Prioritas Terancam Punah di Jawa Timur- Laporan. BBKSDA JATIM- -Raptor Indonesia, Surabaya.

PENGANTAR

Spesies Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) merupakan burung endemik yang hanya dapat dijumpai di Pulau Jawa. Spesies ini termasuk yang menghadapi resiko kepunahan karena berkurangnya habitat yang telah banyak berubah peruntukannya serta masih maraknya perburuan untuk perdagangan. Di ingkat global, satwa ini dimasukan dalam datar Appendik II CITES, dikategorikan ke dalam satwa ”terancam punah” (endangered) di Buku Data Merah IUCN.

Upaya pelestarian Elang Jawa diawali sejak ditetapkannya Peraturan Menteri Pertanian Nomor 421/Kpts/Um/8/1970, tanggal 26 Agustus 1970, selanjutnya diperkuat dengan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayai dan Ekosistemnya dan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa).

Perhaian pemerintah terkait elang jawa juga dituangkan dalam Keputusan Presiden 4 tahun 1993 tentang bunga dan satwa nasional, dimana elang jawa ditetapkan sebagai spesies kebanggaan nasional. Disamping itu, elang jawa juga dimasukkan kedalam spesies prioritas inggi untuk dikonservasi sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.57/ Menhut-II/2008 tentang Arahan Strategis Konservasi Spesies Nasional.

Berdasarkan hal tersebut di atas, dalam merealisasikan upaya pelestarian elang jawa tersebut ditetapkan melalui Keputusan Direktur Jenderal PHKA nomor :

• SK.181.IV-Set/2010, tanggal 18 Nopember 2010 tentang Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal PHKA tahun 2010-2014 yang merupakan dasar bagi komitmen bersama untuk Pencapaian Indikator Kinerja Utama

Ditjen PHKA dalam Peningkatan Populasi Spesies Prioritas Terancam (empat belas) spesies prioritas utama terancam punah di Jawa Timur, dengan Punah sebesar 3 %.

tujuan untuk :

• SK.132/IV-KKH/2011 telah ditetapkan Empat Belas Spesies Terancam

1. Meningkatkan potensi konservasi jangka panjang terhadap spesies dan Punah Yang Dijadikan Spesies Prioritas Utama Untuk Peningkatan Populasi

kawasan

3% Pada Tahun 2010-2014 dimana elang jawa merupakan salah satu dari

2. Mengembalikan peran dan fungsi ekologis dan biologis satwa yang empat belas spesies tersebut.

dilepasliarkan

• SK.109/IV-KKH/2012, tanggal 19 Juni 2012 tentang Peta Jalan Peningkatan Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak telah berparisipasi Populasi 14 (empat belas) spesies prioritas utama terancam punah.

akif dalam kegiatan pelepasliaran elang jawa ini ke habitat alaminya mulai pra Tanggal 15 Januari 2013 menjadi releksi bagi Balai Besar KSDA Jawa Timur

pelepasliaran, pelepasliaran sampai dengan monitoring pasca pelepasliaran. dalam memperingai 20 Tahun (tepatnya tanggal 10 Januari 1993 ditetapkan-

Kesamaan persepsi dan kerjasama para pihak dalam pelestarian populasi satwa nya elang jawa (Spizaetus bartelsi) sebagai simbol nasional karena kemiripan-

ini dari kepunahan sangat memegang peranan pening dalam menentukan nya dengan “Burung Garuda” Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia.

ke-suksesan upaya konservasi elang jawa di Indonesia.

Balai Besar KSDA Jawa Timur bekerja sama dengan Raptor Indonesia (RAIN),

Surabaya, Februari 2013

Perum Perhutani Unit II Jawa Timur (KPH Banyuwangi Barat), serta rekan-

Kepala Balai Besar KSDA Jawa Timur,

rekan voulenir dari beberapa perguruan inggi di Jawa Timur (PEKSIA – Biologi Universitas Airlangga, Kelompok Minat Profesi Veteriner Pet & Wild – FKH Universitas Airlangga, PECUK – Biologi Insitut Teknologi 10 Nopember

Ir. Ludvie Achmad

Surabaya, KELAWAR – FKH Universitas Brawijaya, MAPALIPMA – Insitut

NIP. 19541115 198203 1 005

Pertanian Malang, MALANG EYES LAPWING - Biologi Universitas Negeri Malang, ZOOTHERA – Biologi Universitas Brawijaya Malang, Mapala Politeknik Negeri Banyuwangi untuk melepasliarkan elang jawa sitaan dari hasil operasi represif di Kabupaten Sidoarjo pada tanggal 28 September 2012 ke habitat alaminya di site monitoring elang jawa di sekitar Cagar Alam/Taman Wisata Alam Kawah Ijen.

Kegiatan pelepasliaran yang dilaksanakan merupakan implementasi dari kegia- tan pokok sebagaimana tertuang dalam peta jalan peningkatan populasi 14

Sylvia, Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) di kandang Habituasi menggunakan Wingmarker pada sayap kiri dengan Kode Jatim 01 yang artinya elang jawa pertama yang dilepasliarkaan di Jawa Timur. Foto oleh: Asman Adi Purwanto

Tim sukarelawan dan Staf Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Timur berfoto bersama sesaat setelah pelepasliaran (15/01/2013) . Foto: Doc BBKSDA Jaim.

UCAPAN TERIMA KASIH

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ir. Ludive Achmad (Kepala Balai Besar KSDA Rasa terima kasih kami sampaikan kepada rekan-rekan Raptor Indonesia, Iwan Jawa Timur), Ir. Dadang Wardhana, M.Sc.(Kepala Bidang Teknis Balai BEsar KSDA Jawa

Febrianto (Surabaya) Heru Cahyono (Malang), Kisma D. Wijaya (Banyuwangi) Alii Timur), Ir. Sunandar Trigunajasa N. (Kepala Bidang KSDA Wilayah III Jember), Agus

Fitriana R, Sita Yusi Azizah, Topan Cahyono, Okie Kristyawan, Ma’ruf Erawan (Jogja), Arianto, S.Hut. (Kepala Seksi Perlindungan, Pengawetan dan Perpetaan), Ir. Thomas

Zaenal Mutaqien, Tedi Seiadi, Ade Rahmat, Muhammad Haif (Bandung), Gunawan, Suryo Utomo (Kepala Seksi Konservasi Wilayah V Banyuwangi), R.M. Wiwied Widodo,

Hendry Pramono dan Djamaludin (Suaka Elang) atas masukan dan dukungannya. S.Hut (Kepala Seksi Konservasi Wilayah III Surabaya), Resia Hindriatni S.Hut (Polhut

Ucapan terima kasih banyak yang idak terhingga kepada rekan-rekan sukarelawan BBKSDA JATIM), Agus Irwanto, SP, Penyidik PNS Balai Besar KSDA Jawa Timur, Polisi

atas dedikasi dan pengorbanan dalam mendukung kegiatan ini; Faradlina Muti, Mas Kehutanan Seksi Konser-vasi Wilayah III Surabaya, dan seluruh staf BBKSDA Jawa

Untung, Nova Ika R.S, Wizarotul Haqqoniyah (Biolaska Universitas Islam Negeri Sunan imur yang telah menginisisasi dan memfasilitasi rangkaian kegiatan dalam upaya

Kalijaga-Yogyakarta); M. Rosyid Ridho, Zulikar Abdullah. Zulqarnain Assiddiqi, Prajawan peneliian dan konservasi Elang Jawa di Jawa Timur, serta Sutris Sumiarno (Mas Nano),

Kusuma Wardana, Arellea Revina Dewi, R. Arif Alfauzi, Imam Kholil (Bionic-Universitas yang telah menjaga dan merawat serta memberi pakan Elang Jawa selama proses Negeri Yogyakarta); Samsul Ma’arif (KP3 FKT UGM); Afwan Fitra A, Arif Budiawan, rahabilitasi di kandang observasi Balai Besar KSDA Jawa Timur.

Arif Rahmatullah, Bagas Christanta A, Evris Hikmat IS, Gilang Romadhon, Hammam Kepada Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga, Surabaya yang telah

Shardi M.S., Isma Prastani (Kelawar - Universita Brawijaya); Ari Bagus Prasetya, Gavrila membantu dalam pelaksanaan tes medis terhadap elang jawa yang akan dile-

Ama-dea, Happy Ferdiansyah, I Wayan Andama, Nur Hidayain Ni’mah, Randi Saga pasliarkan.

siousman, Sindhuranu, Yuanisia Shally (KMPV PW Universitas Airlangga); Agus Uwais Al Qorni, Andre Wahyu Prayogo, Ficka Handyan Rahman, Guna Hari Subaki, Mas Aji

Kepada Kejaksaan Tinggi Provinsi Jawa Timur yang telah membantu proses peradilan Priambodo, Syafa’at, Syaifur Rahman dan Yunia Nanta (Mapala Poliwangi-Universtas

dan penegakan hukum bagi satwa-satwa dilindungi khususnya di daerah Jawa Timur. Politeknik Banyuwangi); Alimaji Sidqi Fathoni, Emanuel Naiio, Muhlisin Rosyidi, Rio,

Kepada Administratur Perum Perhutani KPH Banyuwangi Barat, Perum Perhutani Triyono Efendi, Wiwit Suliantono, Yohanes Ama Kayouwan (MAPALIPMA); Ana Sa’adah, Unit II Jawa Timur yang telah mengizinkan wilayahnya digunakan untuk membangun

Asmaul Husna, Charina Ramadhani, Diany Ragiel M., Haris Eka, Welly Eka Sandika (MEL kandang habituasi bagi Elang Jawa yang akan dilepasliarakan.

Universitas Negeri Malang); Ahmad Yanuar, Ahmada Dian Nur Ilma, Aisyah Asy Syaik, Rasa hormat dan terima kasih kami haturkan kepada Ir. Darori, MM (Direktur Jenderal

Aisyah Maulida Ha-num, Andreas Wim Kurniawan, Citra Fitrie Riani, Niki Habibi, Nur PHKA - Kementerian Kehutanan); Dr. Ir. Novianto Bambang W., M.Si. (Direktur

Sita Hamzai, Sidratu Ainiyah, Sii Arofah, Sofyan Aris, Anindyah Tri Asinengseh, Cholis Konservasi Konservasi Keanekaragaman Hayai – Ditjen PHKA), Ir. Agus S.B. Suito,

Mukhlisin, Muhammad Ali Sofani, Albi Hamdani (Pecuk Insitute Teknologi Surabaya); M,Sc., Nunu Anugerah,S.Hut.,M.Sc. dan Ikeu Sri Rejeki, S.Hut. (Direktorat Konservasi

Alexander Kurniawan S.P., Ayu Dewi R., Dewi Sasmita, Hening Swasi-kaningrum, Konservasi Keanekaragaman Hayai – Ditjen PHKA), Prof. Johan Iskandar Ph.D.

Johan Nuari Widyatmoko, Nurul Ayu D., Ratna Sulika, Riris Da-mayani, Syaiful Yahya, (Universitas Padjadjaran-Bandung) dan Dr. Dewi M. Prawiradilaga (LIPI) atas dukungan

Akhmad Kharish Fahmi (Peksia Universitas Airlangga); Muhammad Rizky K. Triesha moral dan masukan keilmuan yang idak terhingga selama menjalankan program ini.

Retno Astari (Zoothera- Universitas Brawijaya) dan teman-teman lainnya.

Daftar Isi

49 UCAPAN TERIMA KASIH

PENGANTAR 3 Perkembangan Perilaku

51 PENDAHULUAN

7 Penangkapan Elang Jawa Paska Pelepasliaran

53 ALL ABOUT GARUDA

9 Psoses Pemulihan dan Pelepasliaran kembali

61 Pameran foto dan Penyebaran informasi Elang Jawa

11 MONITORING PASCA PELEPASLIARAN KEDUA

62 Pendapat publik tentang Elang Jawa dan Garuda

13 KESIMPULAN DAN DISKUSI

64 Kesimpulan dan Diskusi

14 CATATAN MEDIA

68 PELEPASLIARAN ELANG JAWA

24 LEMBAGA PENDUKUNG

70 Pemeriksaan Medis Elang Jawa

27 TIM SUKARELAWAN

71 Pelaihan untuk Sukarelawan

28 DAFTAR PUSTAKA

Proses Rehabilitasi

Survey lokasi pelepasliaran

Pembangunan Kandang Habituasi

Proses Habituasi

Pelepasliaran

MONITORING PASCA PELEPASLIARAN

PENDAHULUAN

Siapa yang tak kenal dengan Garuda? Hampir seluruh warga Indonesia mengenalnya, sebagai lambang negara yang berisikan prisip negara ini.

Pertama kali lambang Garuda Pancasila diresmikan pemakaiannya sebagai lambang negara pada tanggal 10 Februari 1950. Sekelumit penggambaran

tentang Garuda ini menjadi daya tarik tersendiri terhadap mitos dan filosofinya. Keberadaannya telah menyatukan seluruh perbedaan suku,

ras dan agama yang ada di negeri ini. Namun mencuatkan pertanyaan “Darimana mana para pendiri bangsa

Indonesia mendapatkan inspirasi garuda yang nampak mirip dengan Elang Jawa?”, tidak banyak yang mengetahui hal tersebut.

Kemudian Pemerintah Indonesia mendeklarasikan Elang Jawa sebagai satwa nasional karena kemiripan jenis ini dengan Garuda-Lambang Negara Indonesia.

Apakah seluruh masyarakat di Indonesia mengetahui tentang hal ihwal Elang Jawa? Sesuatu yang sulit mendapatkan jawabannya.

Sejauh ini, Elang Jawa masih mendapatkan perlakuan yang tidak diharapkan dari penetapan statusnya. Kenyataannya ancaman langsung berupa penangkapan untuk perdagangan masih terus berlangsung dan semakin berkurangnnya hutan di Jawa sebagai habitat utama jenis ini. Sebuah dilema yang dihadapi oleh Elang Jawa dengan statusnya sebagai Burung Nasional kerena kelangkaan dan kemiripannya dengan Garuda- simbol Negara Indonesia, jenis ini semakin banyak diminati dalam rantai perdagangan satwa liar baik di dalam dan luar negeri.

Kanan: Individu remaja elang jawa. Foto oleh: Irawan Subingar.

Selain itu masih kuat melekat di sebagian besar masyarakat sebuah pandangan bahwa memelihara satwa liar adalah salah satu bagian dari konservasi, karena akan mempertahankan keberadaan satwa itu. Namun jarang sekali dari mereka yang memelihara satwa liar berpikir tentang kondisi satwa dan habitatnya apalagi memiliki program untuk mengembalikannya ke alam.

Upaya penelitian dan pelestarian jenis ini telah dan sedang dilakukan oleh para peneliti dan pemerhati burung pemangsa di Indonesia. termasuk salah satunya adalah apa yanwg kami lakukan di Jawa Timur ini melalui sebuah rangkaian kegiatan dalam upaya penyelamatan Elang Jawa yang dikemas dalam program “East Java-Saving Garuda Program ”

Salah satunya adalah mengembalikan kembali Elang Jawa yang seharusnya berada di alam, sehingga ia dapat berperan dalam

menjaga lingkungan alami yang sehat tempat manusia dan hidupan liar bias hidup berdampingan. Bila hal tersebut tercapai, Elang Jawa

akan menjelma menjadi Garuda yang melindungi baik alam maupun kehidupan masyarakat di Indonesia. Sehingga semangat Garuda dapat

dipertahankan. Semoga Elang Jawa terbang terus di birunya langit Indonesia!!

Menggapai Garuda Foto : Reni Purnama Sari

All About Garuda

“Aku adalah Garuda, burung milik Wishnu, yang membentangkan sayapnya, Menjulang tinggi diatas kepulauanmu”

Bait sajak R.M. Soeroto yang dibacakan oleh President Soekarno ketika diminta memberikan nama untuk maskapai penerbangan Indonesia

Berawal dari obrolan “warung kopi” diantara para sukarelawan yang peduli 2012, bertempat di Taman Bungkul Surabaya. Taman Bungkul Surabaya dengan nasib Elang Jawa hasil sitaan Balai Besar KSDA Jawa Timur yang akan

merupakan taman yang berada di Jl Raya Darmo Surabaya dimana ruas jalan dilepasliarkan kembali ke alam. Obrolan ini berkembang sehingga muncul

diareal taman tersebut seiap hari minggu sengaja ditutup untuk kegiatan pertanyaan : “Apakah seluruh masyarakat di Indonesia mengetahui tentang

“Car Free Day” sehingga pada hari minggu Taman Bungkul banyak dikunjungi hal ihwal Elang Jawa?”

oleh warga Surabaya dan sekitarnya untuk menghabiskan waktunya dengan jalan-jalan, bersepeda, olahraga, rekreasi dan kegiatan lainnya.

Untuk itu munculah gagasan untuk mengadakan sebuah kegiatan kampanye dan pendidikan lingkungan mengenai nilai pening keberadaan Elang Jawa

Sebanyak 39 orang sukarelawan bergabung dalam kegiatan ini untuk sebagai Burung Garuda.

membantu pelaksanaan kegiatan dengan menjelaskan kepada para pengunjung mengenai nilai pening keberadaan Elang Jawa dan upaya

Kegiatan ini dikemas dalam sebuah tema “All about Garuda” sebuah rang-

pelestarian jenis dan habitat elang tersebut.

kaian kegiatan mengenai penyadartahuan dan pendidikan lingkungan dalam rangka upaya pelestarian Elang Jawa sebagai Satwa langka Nasional dan juga Burung Nasional.

Maksud dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran kriis dengan membangun pemahaman dan kepedulian masyarakat umum akan nilai

pening keberdaan Elang Jawa sebagai Simbol Negara dan habitatnya, idak hanya untuk lingkungan di Indonesia tapi juga untuk lingkungan Global di Asia.

Kegiatan “All About Garuda” dilaksanakan pada hari Minggu, 26 Desember

Suasana Kampanye All About Garuda di Taman Bungkul Surabaya Foto : Dok. BBKSDA-Raptor Indonesia

Pameran foto dan Penyebaran informasi mengenai nilai penting konservasi Elang Jawa

Selama ini isu keberadaan dan konservasi Elang Jawa hanya berkembang di kalangan terbatas yaitu pada kalangan akademisi dan LSM serta sedikit di kalangan kebijakan. Bahkan masyarakat umum mungkin belum mengenal

atau mengetahui seperi apakah wujud Elang Jawa yang dijadikan Burung Nasional karena kemiripannya dengan Garuda-Lambang Negara Indonesia, apalagi dengan kondisi keberadaan Elang Jawa yang semakin memprihainkan dimana populasinya semakin berkurang drasis dari tahun ke tahun karena berbagai faktor seperi kerusakan hutan sebagai habitat dan perburuan untuk perdagangan.

Pendapat publik tentang Elang Jawa dan Garuda

“All About Garuda” dapat dijadikan wadah aspirasi masyarakat dalam Lima pertanyaan dasar yang diajukan diantaranya adalah: menyam-paikan pernyataan dan pendapatnya mengenai upaya peneliian

1. Apakah anda mengetahui Elang Jawa ditetapkan sebagai satwa nasional

dan pelestarian Elang Jawa dalam sebuah panel yang akan disediakan.

karena kemiripannya dengan Garuda?

Sebanyak 200 orang koresponden sebagai contoh acak (random sample) 61% menjawab “Ya” dengan berbagai ingkat dan variasi ingkat pengeta- dimintai pendapat dengan pendekatan metoda wawancara semi tersruktur

huan mereka. 38% menjawab “Tidak” dengan berbagai faktor salah (semi structural interview) dan mengisi lembar pertanyaan yang diajukan oleh

satunya adalah minimnya informasi dan kegiatan kampanye. sukarelawan untuk mengetahui pendapat publik mengenai upaya konservasi

Walaupun 61% dari 200 koresponden mengetahui akan penetapan Elang Elang Jawa dan Habitatnya di Jawa Timur.

Jawa sebagai satwa nasional karena kemiripiannya dengan Garuda, akan Hampir sebagian besar adalah dari kalangan golongan umur 20 tahun keatas tetapi hampir sebagian besar mereka belum mengetahui wujud asli dari dengan perimbangan 20 tahun setelah penetapan Elang Jawa sebagai simbol Elang Jawa tersebut.

nasional melalui Keputusan Presiden Nomor 4 tahun 1993. Graik 01 Pengetahuan publik bahwa Elang Jawa adalah burung Garuda

Pengetahuan Publik mengenai Penetapan Elang Jawa

sebagai Garuda (N=200 Koresponden) Ragu-ragu

Tidak mengetahui

Mengatahui

Pengunjung sedang mendokumentasikan foto Elang Jawa yang dijadikan Simbol Negara karena kemiripannya dengan Garuda Foto : Dok BBKSDA JATIM-RAIN

Graik 02 Pengetahuan Publik mengenai Endemisitas Elang Jawa

2. Apakah anda mengetahui bahwa Elang Jawa adalah satwa endemik Jawa?

Pengetahuan Publik mengenai Endemisitas Elang Jawa

69 % menjawab “Ya” dengan berbagai ingkat dan variasi ingkat

pengetahuan mereka. 29 % menjawab “Tidak” dengan berbagai faktor 3% salah satunya adalah minimnya informasi dan kegiatan kampanye. Walaupun 69% dari 200 koresponden mengetahui bahwa Elang Jawa

Ragu-ragu

Tidak

adalah satwa endemik jawa, akan tetapi hampir sebagian besar mereka mengetahui lebih cenderung mengetahuinnya berdasarkan pada penamaan Elang Jawa

yang berari Elang yang ada Jawa, seperi halnya Apel Malang yang arinya Mengetahui

buah apel dari Malang atau Dodol Garut arinya Dodol dari Garut. Tapi hampir sebagian besar dari pengunjung belum mengetahui persebaran ekologi jenis elang tersebut yang hanya dapat ditemui di kawasan hutan

yang ada di Pulau Jawa saja, idak dibelahan dunia lainnya.

Para Sukarelawan menjelaskan kepada para pengunjung mengenai upaya

konservasi Elang Jawa di Jawa Timur Foto : Dok BBKSDA JATIM-RAIN

Para Sukarelawan menjelaskan kepada para pengunjung mengenai upaya konservasi Elang Jawa di Jawa Timur Foto : Dok BBKSDA JATIM-RAIN

3. Apakah anda mengetahui bahwa status Elang Jawa terancam punah di

Graik 03 Pengetahuan Publik mengenai Status Elang Jawa

dunia?

Pengetahuan Publik mengenai Status Elang Jawa N = 200 Koresponden

88 % menjawab “Ya” dengan berbagai ingkat dan variasi ingkat pengeta- huan mereka. 10 % menjawab “Tidak” dengan berbagai faktor. Ragu-ragu

Tidak Mengetahui

Walaupun 88% dari 200 koresponden mengetahui bahwa status Elang Jawa terancam punah, hal ini berdasarkan pada informasi yang mereka terima mengenai ingginya ingkat kerusakan hutan dan lingkungan di Pulau Jawa serta perdagangan elang jawa yang kadang mereka jumpai dibeberapa tempat atau melalui perdagangan melalui internet.

Hampir sebagian besar dari koresponden belum mengetahui mengenai ari

Mengetahui 88%

status “Gening/ Endangered” yang ditetapkan oleh IUCN (Internaional Union for Conservaion of Nature), lembaga PBB (Perserikatan Bangsa- Bangsa) yang memasukan Elang Jawa dalam datar jenis yang memiliki potensi punah dalam 20 tahun apabila idak ada upaya perlindungan dan

pelestarian.

Para Sukarelawan menjelaskan kepada para pengunjung mengenai upaya

konservasi Elang Jawa di Jawa Timur Foto : Dok BBKSDA JATIM-RAIN

Para Sukarelawan menjelaskan kepada para pengunjung mengenai upaya konservasi Elang Jawa di Jawa Timur Foto : Dok BBKSDA JATIM-RAIN

4. Menurut anda, perlukah konservasi sebagai upaya pelestarian Elang Jawa ?

94 % menjawab “Ya” dengan berbagai ingkat dukungan dan pendapat me-reka. 4 % menjawab “Tidak” dengan berbagai alasan kriis bahwa dan 3% idak menjawab karena keidaktahuan mereka.

Dari prosentase hasil ini menunjukan bahwa mereka menyadari akan per- lunya upaya pelestarian Elang Jawa berdasarkan dari status keberadaan

Elang Jawa, baik itu status keterancaman elang tersebut atau status elang tersebut sebagai simbol nasional karena kemiripannya dengan Garuda.

Graik 04 Pendapat Publik mengenai nilai pening konservasi Elang Jawa

Pendapat Publik mengenai perlunya konservasi Elang Jawa

N=200 Koresponden

Tidak Perlu

Perl u

Seorang anak sangat senang mendapatkan buku komik mengenai Elang Jawa Foto : Dok BBKSDA JATIM-RAIN

Para Sukarelawan menjelaskan kepada para pengunjung mengenai upaya konservasi Elang Jawa di Jawa Timur Foto : Dok BBKSDA JATIM-RAIN

5. Bersediakah anda bergabung dalam konservasi Elang Jawa ?

Graik 05 Pendapat Publik mengenai peran publik dalam konservasi Elang Jawa Jawaban dari pertanyaan diatas yang secara idak langsung

Pendapat publik untuk bergabung dan berkontribusi dalam konservasi Elang

mempertanyakan komitmen akan keterlibatan para koresponden dalam Jawa upaya konservasi Elang Jawa, 62 % menjawab “Ya” dengan berbagai

ingkat dukungan dan ketertarikan mereka. 26 % menjawab “Tidak”

dengan berbagai alasan dan pendapat mereka. dan 12% idak menjawab. 12% Mereka menyadari akan perlunya upaya konservasi untuk pelestarian Elang

Ragu-ragu

Jawa, namun menganggap bahwa indakan tersebut adalah tugas instansi

Tidak bersedia

pemerintah terkait saja, dalam hal ini adalah kementerian kehutanan atau Bersedia

Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA). Karena kesibukan sehari- hari serta kurangnya pemahaman akan konsep konservasi sebagai upaya pelestarian Elang Jawa menjadi perimbangan yang sulit bagi mereka untuk bergabung dalam upaya konservasi Elang Jawa.

Berbagai bentuk ketertarikan dan kesediaan mereka untuk bergabung atau berkontribusi dalam upaya konservasi Elang Jawa adalah memberikan kon-tak mereka yang bisa dihubungi agar dapat bergabung dalam kegiatan konservasi berikutnya. Beberapa koresponden membeli buku tentang Elang Jawa dan Raptor secara umum sebagai langkah awal untuk mengenal Elang Jawa serta upaya konservasinya.

Para Sukarelawan menjelaskan kepada para pengunjung mengenai upaya

konservasi Elang Jawa di Jawa Timur Foto : Dok BBKSDA JATIM-RAIN

Pengunjung sedang menuliskan pendapat dan dukungannya akan upaya konservasi Elang Jawa di Jawa Timur

Foto : Dok BBKSDA JATIM-RAIN

Kesimpulan dan Diskusi

• Secara garis besar, dari jawaban pertanyaan 1 dan 2 mengenai keberadaaan • Kegiatan kampanye dan penyadartahuan terhadap masyarakat umum Elang Jawa yang diajukan kepada 200 koresponden, menunjukan bahwa

perlu diteruskan dan dilakukan secara terus-menerus melalui berbagai sebenarnya masyarakat telah mengetahui akan keberadaan Elang Jawa

media atau kegiatan untuk semakin meningkatkan ingkat kesadaraan, baik itu sebagai jenis elang yang dijadikan Simbol negara maupun sebagai

pemahaman ser-ta keterlibatan para pihak akan nilai pening keberadaan jenis elang yang hanya ada di pulau Jawa. Selain itu, koresponden juga

Elang Jawa dan habitatnya di Indonesia.

mengetahui status keterancaman Elang Jawa, berdasarkan kondisi kerusakan hutan dan lingkungan di pulau jawa. Hal ini dilihat ingginya

Graik 05 Pendapat Publik mengenai Elang Jawa

jawaban yang mengetaui hal tersebut yakni 88 %. Akan tetapi, hampir sebagian besar dari koresponden belum mengetahui mengenai ari status

Pendapat Masyarakat

“Gening/ Endangered” bagi Elang Jawa.

Mengenai Konservasi Elang Jawa melalui

acara All About Garuda 2012 di Taman

• Hampir sebagian besar koresponden menyatakan perlunya upaya Bungkul, Surabaya konservasi Elang Jawa, yakni 94 % dari total 200 koresponden. Hal

ini dapat dijadikan indikator peningkatan kesadaran masyarakat akan 90%

nilai pening upaya konservasi Elang Jawa, baik itu Elang Jawa sebagai 26%

salah satu kekayaan keanekaragaman hayai maupun status Elang Jawa

sebagai satwa nasional. Na-mun, bentuk komitmen dan keterlibatan 94% 88% koresponden dalam upaya konservasi Elang Jawa di Jawa imur dari 40%

94 % yang menyatakan perlunya upaya konservasi hanya 62 % yang

menyatakan berkomitmen dan bersedia akan secara akif terlibat dalam

upaya konservasi. 26 % menjawab “Tidak” akan terlibat secara langsung 0%

sedangkan 12% masih ragu.

Ya

Tidak

Absen

Para Sukarelawan menjelaskan kepada para pengunjung mengenai upaya konservasi Elang Jawa di Jawa Timur Foto : Dok BBKSDA JATIM-RAIN

Sylvia, Elang Jawa hasil sitaan BBKSDA JATIM yang akan dilepasliarkan di Kawasan Kawah Ijen, Jawa Timur. Foto : Dok BBKSDA JATIM-RAIN

PELEPASLIARAN ELANG JAWA

Berawal dari adanya sitaan Elang Jawa oleh petugas Balai Besar KSDA Jawa menginfeksi satwa liar yang lain (karena lama dikandang atau domesikasi) (d). Timur pada tanggal 28 September 2012 yang kemudian Elang Jawa tersebut

Sangat sulit untuk mencari lokasi yang cocok dan bisa menjamin kebutuhan- ditempatkan di kandang transit Balai Besar KSDA Jawa Timur.

kebutuhan ekologis. (e). Membutuhkan sumber daya manusia dan dana yang Berdasarkan petunjuk IUCN untuk penempatan satwa hasil sitaan menyatakan cukup.

bahwa mengembalikan satwa sitaan ke alam / habitat alaminya sering Untuk menghindari resiko-resiko tersebut di atas maka Balai Besar KSDA Jawa diperimbangkan sebagai pilihan paling populer bagi suatu lembaga yang

Timur bekerjasama dengan Raptor Indonesia dan beberapa lembaga lainnya melakukan penyitaan dan untuk mendapatkan dukungan publik yang kuat.

merancang dan mempersiapkan pelaksanaan pelepasliaran Elang Jawa ini IUCN menjelaskan bahwa tujuan suatu re-introduksi adalah termasuk kembali ke alam.

mening-katkan kualitas keberlangsungan hidup jangka panjang suatu spesies; (1). Mengembangkan kembali suatu spesies kunci (yang dianggap pening baik secara ekologis atau budaya) dalam suatu ekosistem., (2). Menjaga dan atau mengembalikan keragaman hayai alami secara lokal dan nasional menyediakan keuntun-gan-keuntungan ekonomis jangka panjang. (3). Mempromosikan kepedulian dan kesadaran konservasi atau suatu kombinasi dari tujuan-tujuan di atas.

Namun demikian, kegiatan semacam itu memiliki banyak masalah dan resiko yang nyata dan umumnya memberikan sedikit keuntungan. Jika pelepasan

satwa-satwa kembali ke alam/habitat alaminya idak sesuai dengan prinsip- prinsip dan praktek konservasi. Beberapa resiko yang harus dihadapi dalam pelaksananya, diantaranya, seperi: (a) Tingginya ingkat kemaian satwa yang dilepaskan kembali ke alam. (b). Potensial menjadi hama atau berkembang tanpa terkendali (invasive) akibatnya kehilangan keragaman hayai dan mengganggu keutuhan ekologis habitat. (c). Membawa penyakit atau

Pemeriksaan Medis Elang Jawa

Penanganan awal dari proses rehabilitasi adalah pemeriksaan medis. Pemeriksaan medis ini dilakukan oleh pihak yang berkaitan dan mempunyai kapasitas dalam pemeriksaan medis dalam hal ini dilakukan oleh Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga, Surabaya.

Kajian kesehatan satwa merupakan tahapan awal atau dasar dari pemilihan elang untuk program pelepasliaran kembali ke alam, kajian ini dilakukan oleh dokter hewan/ para medis yang memiliki kapasitas sehingga dapat memberikan rekomendasi mengenai kesehatan satwa tersebut. Kajian ini melipui:

i. Pemeriksaan isik

Pemeriksaan isik melipui pemeriksaan kondisi umum satwa, seperi pemeriksaan alat-alat pernafasan, peredaran darah, pencernaan, dan hal lainnya yang dianggap perlu oleh im medis. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap kelengkapan alat-alat tubuh (indra) baik secara anatomis maupun isiologis.

ii.Pemeriksaan Darah

Pemeriksaan darah dilakukan untuk mengetahui kondisi satwa dengan melihat gambaran darah. Pemeriksaan darah yang dilakukan terutama untuk mengetahui total protein plasma (TPP) dan PCV (packet cell volume).

Dari hasil pemeriksaan medis diketahui bahwa Elang Jawa tersebut dinyatakan sehat dan terbebas dari penyakit yang membahayakan. Hasil tersebut menjadi dasar dalam pengelolaan elang jawa pada tahap selanjutnya, yaitu pelepaslia-ran

Proses pemeriksaan medis dan pengambilan sample darah Elang Jawa untuk dianalisa oleh Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Foto : Dok BBKSDA JATIM-RAIN

Pelatihan untuk sukarelawan

Balai Besar KSDA Jawa Timur bekerjasama dengan Raptor Indonesia

Materi pelaihan

mengadakan pelaihan bagi para penelii dan pemerhai elang di Jawa Timur dengan tujuan untuk menumbuhkan minat dan kepedulian pada generasi

• Informasi umum mengenai Status dan konservasi Elang Jawa muda khususnya dalam upaya peneliian dan konservasi raptor dan habitatnya

• Metodologi Survey lapangan, yang melipui; di Indonesia.

» Teknik Ideniikasi dan Metodologi survey Raptor Adapun tujuan dari pelaihan ini diantaranya adalah; 1). Peningkatan kapasitas » Metodologi analisa data bagi para penelii dan pemerhai elang di Indonesia terutama para penelii

• Program Pelepasliaran

mu-da. 2). Terbentuknya im yang mendukung kinerja pemerintah dalam » Peniliaan perilaku elang yang akan dilepasliarkan hal ini Ba-lai Besar KSDA Jawa Timur dalam mengimplementasikan indikator

» Penilaian habitat lokasi pelepasliaran kinerja utama peningkatkan populasi 3% species prioritas dengan jenis Elang

» Monitoring Paska pelepasliaran

Jawa diwilayah kerja Balai Besar KSDA Jawa Timur.

• Penanangan satwa

Pelaihan tersebut dilaksanakan pada hari Jumat dan Sabtu, tanggal 30 » Handling dan Mophometrik pada elang November sampai dengan tanggal 1 Desember 2012.Materi teori dan praktek

» Pemasangan Wingmarker (Praktek) yang di-laksanakan di Kantor Balai Besar KSDA Jawa Timur dan kunjungan

» Pemasangan Cincin (Praktek)

lapangan serta simulasi pelaihan di Taman Wisata Alam Gunung Baung, Purwodadi, Pa-suruan.

Peserta kegiatan pelaihan ini diikui oleh sekitar 60 orang yang terdiri dari : (1). Petugas Balai Besar KSDA Jawa TImur (2). Anggota Peksia- Fakultas Biologi Universitas Airlangga. (3). Anggota Kirik-kirik- Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga . (4). Anggota Kelawar – Universitas Brawijaya (5). Anggota Mapalipma –Mahasiswa Pecinta Alam Insitute Pertanian Malang. (6). Anggota KMPV Pet and Wild Animal – FKH Unair. (7). Anggota KSDBL

Pecuk – Fakultas Biologi ITS. (8). Anggota MEL- Universitas Negeri Malang.

Proses akivitas Pengukuran bagian tubuh elang jawa, pemasangan wingmarker dan

cincin pada elang jawa yang akan dilepas. Photo: BBKSDA JATIM - RAIN

Proses Rehabilitasi

Selama proses rehabilitasi dalam kandang di Balai Besar KSDA Jawa Timur Dari hasil analisa data kualitatif yang diperoleh, secara umum nilai rata- dilakukan pengamatan dan pemantauan untuk melihat perkembangan

rata penilaian perilaku setiap harinya adalah 70.31. Nilai tersebut berada perilaku elang jawa tersebut.

pada katagori Baik.

Penilaian Perilaku terhadap elang tersebut meliputi: (1). Penilaian Perkembangan perilaku elang jawa yang diamati pada masa proses perilaku harian, yang terdiri dari : (a). bertengger yang meliputi perilaku

rehabilitasi ini bervariasi setiap harinya. Nilai tertinggi dari penilaian ketika bertengger dan penggunaan strata tenggeran; (b). Terbang yang

perilaku per hari adalah 77 sedangkan nilai terrendah adalah 55 (Tabel meliputi intensitas mengepakan sayap (mencoba terbang/latihan

01). Namun, data hasil penilaian per hari pada 3 (tiga) hari pertama terbang), kemampuan terbang dan intensitas terbang. (2). Perilaku

tidak dimasukkan karena data perilaku tersebut diperoleh dari hasil berburu dan makan yang meliputi (a). Pengawasan terhadap mangsa (b).

pengamatan elang dalam kandang observasi 1 (kandang kecil ukuran 4 x Cara menangkap mangsa (c). Akurasi dalam menangkap mangsa (d) porsi

3 x 3 m), dimana perilaku elang sangat terbatas sekali. pakan yang dimangsa. (3). Perilaku Intraksi terutama interasi terhadap manusia .

Masing-masing penilaian tersebut memiliki nilai tersendiri yang didasarkan pada perbandingan dengan perilaku di alam. Data perilaku

elang tersebut kemudian dimasukan dalam lembar data pengamatan, kemudian dianalisa sehingga menghasilkan data kualitatif yang menjadi dasar dari penilaian perilaku elang tersebut serta pengambilan keputusan dalam penangan tindak lanjut terhadap elang tersebut.

Berdasarkan perhitungan dan analiasa data kualitatif elang tersebut, Penilaian perilaku elang dibagi dalam 5 (Lima) katagori, yakni (1). Kurang sekali dengan nilai antara 26-40. (2) kurang dengan nilai antara 41-54. (3). Cukup dengan nilai antara 55-68. (4) Baik dengan nilai antara 69-82. (5). Baik sekali dengan nilai antara 83-95.

Elang jawa “Sylvia” dalam masa rehabilitasi di BBKSDA Jaim.

Photo: Fajar DNA

Tabel. 1. Lembar penilaian perilaku elang

Penilaian Perilaku

Perilaku Berburu

Tengger

Terbang

Parameter Penilaian Jenis

Keterangan

Kredit

Nilai Maks

Nilai Min

Jumlah Maks

Jumlah Min

No Tanggal 1 1-Dec-12

12 18 12 4 2 5 3 9 3 9 77 Johan, Mita, Happy

2 2-Dec-12

6 18 12 4 2 5 3 9 3 9 71 Randi, Happy, Ninik, Ari

3 3-Dec-12

9 18 12 4 2 3 1 3 1 9 62 Aris, Wim

12 18 12 4 2 5 3 9 2 9 76 Rama, Retha, Rima, Mila

12 18 12 4 2 5 3 6 2 9 73 Johan, Ratna, Ayu, Heru

8 7-Dec-12

9 18 12 4 2 5 3 9 3 9 74 Chacha

9 8-Dec-12 12 18 12 4 2 3 2 6 2 9 70 Budi, Gilang, Avwan, Evris 10 9-Dec-12

12 18 12 4 2 3 3 9 3 9 75 Budi, Gilang, Avwan, Evris 11 10-Dec-12

9 18 12 3 2 3 3 9 1 9 69 Aris

12 10-Dec-12

9 9 9 4 2 3 2 6 2 9 55 Chacha, Niki, Dian

13 11-Dec-12

12 18 12 4 2 5 3 6 3 9 74 Mita, Happy, Sita

14 11-Dec-12

12 9 12 4 2 3 2 3 2 9 58 Haris, Rio

12 18 12 1 2 3 2 9 3 9 71 Riris, Uchan, Tika

Nilai Rata-rata

Keterangan Nilai Rata-rata 26-40

kurang sekali

baik sekali

Penjelasan

a. Perilaku Elang Jawa dalam Kandang Observasi 1

• Selama observasi ini dalam kandang ini, elang tersebut terlihat masih terlalu dekat dengan manusia. Hal ini Pengamatan elang jawa dalam kandang obsservasi 1 (berukuran kemungkinan karena latarbelakang elang tersebut panjang 4m x lebar 2m x tinggi 3m.) dilakukan selama 3 hari. yang sudah lama dipelihara dalam kandang

Interaksi

• Salah satu penanganan untuk meminilimasi interaksi Table 02 Ringkasan hasil pengamatan elang dalam kandang observasi

dengan manusia adalah dengan memberikan kain

penutup kandang tersebut.

Rekomendasi

Berdasarkan hasil pengamatan selama dalam kandang

Penjelasan

ini, para pengamat merekomendasikan untuk secepatnya dipindahkan ke kandang yang lebih luas agar dapat melihat

Waktu Observasi • Pengamatan dilakukan selama 3 hari secara intensif perkembangan perilaku elang tersebut. • Pengamatan dilakukan pada jam-jam tertentu

berdasarkan pada waktu akivitas umum elang di alam yakni pukul 09.00 – 12.00 dan 13.00- 15.00

Perilaku Harian Karena keterbatasan ukuran kandang perilaku harian elang jawa ini lebih banyak didominasi oleh perilaku bertengger walaupun terkadang terlihat mencoba terbang dengan

mengepak-mengapakan sayap dan menabrak kandang Perilaku makan

• Selama proses rehabilitasi dalam kandang ini pakan

lebih banyak diberikan berupa ikus • Elang tersebut dapat membunuh mangsa yang menjadi

pakannya • Elang tersebut lebih banyak memakan mangsa dilantai

dasar kandang dasar kandang

Seperti halnya pengamatan perilaku dalam kandang obeservasi sebelumnya, penilaian perilaku dilakukan berdasarkan analisa hasil

• Elang tersebut dapat membunuh mangsa yang

observasi secara deskristif –kualitatif dan rekomendasi hasil diskusi menjadi pakannya antara pengamat.

Perilaku makan

• Elang tersebut lebih banyak memakan mangsa dilantai dasar kandang, tapi terkadang terlihat Kandang observasi 2 ini berukuran 12 meter x 8 meter x 6 meter.

memakan mangsanya dalam tenggera • Interaksi dengan manusia mulai berkurang.

Table 03 Ringkasan hasil pengamatan dalam kandang observasi 2

Interaksi

• Salah satu penanganan untuk meminilimasi interaksi

Penjelasan

dengan manusia adalah dengan memberikan kain penutup kandang tersebut.

• Pengamatan dilakukan selama 12 hari secara intensif Berdasarkan hasil pengamatan selama dalam kandang

ini, para pengamat merekomendasikan untuk dapat Waktu Observasi

• Pengamatan dilakukan pada jam-jam tertentu dipindahkan ke kandang habituasi di lokasi pelepasliaran,

berdasarkan pada waktu akivitas umum elang di alam yakni pukul 09.00 – 12.00 dan 13.00- 15.00 untuk

• Dengan ukuran kandang yang cukup luas membuat Rekomendasi • Melihat interaksi atau adaptasi elang tersebut dengan

elang tersebut memiliki kesempatan untuk

lingkungan alaminya.

melakukan akivitas harian lebih banyak.

• Mengenalkan pakan alami yang ada di sekitar lokasi • Elang tersebut mulai terlihat dapat melakukan

Perilaku Harian pelepasliaran

intensitas terbang yang memadai • Salah satu penanganan untuk meningkatkan

intensitas terbang elang tersebut adalah dengan memberikan variasi tenggeran dan jarak tenggeran.

Graik 06 Diagram perkembangan perilaku elang pada masa rehabilitasi di BBKSDA Jawa Timur.

Perkembangan Perilaku Harian Elang Jawa pada Masa Rehabilitasi di BBKSDA Jawa Timur

Hari

Sylvia, beina muda yang akan dilepasliarkan(Kanan). Photo: Fajar DNA

Survey lokasi pelepasliaran

Mengembalikan satwa sitaan ke alam / habitat alaminya sering diperimbang- nis elang yang merupakan populasi alami di CA/TWA dan HL Kawah Ijen kan sebagai pilihan paling populer bagi suatu lembaga yang melakukan peny -

(Tabel. 04). Beberapa jenis elang yang ditemukan merupakan jenis yang itaan dan untuk mendapatkan dukungan publik yang kuat. Namun demikian,

umum dan yang menarik adalah temuan satu jenis yang menjadi catatan kegiatan semacam itu memiliki banyak masalah dan resiko yang nyata dan

baru untuk kawasan CA/TWA Ijen yaitu Elang-perut Karat (Lophotriorchis kienerii).

umumnya memberikan sedikit keuntungan. Penilaian habitat alami sebelum melakukan kegiatan pelepasliaran merupak -

Tabel. 04 Jenis elang yang dijumpai di kwasah Ijen

an bagian dari rangkaian kegiatan pelepasliaran untuk mengetahui potensi dan daya dukung habitat bagi elang yang akan dilepas.

Nama Jenis

No

∑ Keterangan

Adapun tujuan dari penilaian habitat adalah:

Indonesia

Lain

1. Mengetahui daya tampung CA Kawah Ijen sebagai lokasi pelepasli-

1 Jenis Migrant aran Elang Jawa.

1 Sikep-madu Asia

Pernis pilorhynchus

2 Elang-ular Bido

Spilornis cheela

1 Dewasa

3 Elang-perut Karat

2 Mengetahui ingkat kompeisi baik antar jenis maupun jenis lain, Dewasa dan remaja sumber pakan serta ancaman perburuan pada Elang Jawa yang akan

Lophotriorchis kienerii

1 Dewasa dilepasliarkan.

4 Elang Hitam

Icinaetus malayensis

5 Elang Jawa

Spizaetus bartelsi

2 Dewasa dan remaja

3. Menentukan iik kandang habituasi Elang Jawa yang akan dilepasliar- Sedangkan untuk jenis satwa lain yang ditemukan selama penilaian habitat

kan. adalah 6 jenis Mamalia dan 1 jenis Repilia. Empat dari enam jenis Mama- Dari hasil survey diketahui bahwa Cagar Alam Kawah Ijen cocok sebagai

lia yang ditemukan merupakan sumber pakan utama Elang Jawa dan dua lokasi pelepasliaran Elang Jawa. Hal tersebut didukung oleh daya tam-

jenis lainnya dapat pula dijadikan sumber makanan tetapi bukan termasuk pung populasi elang jawa yang ada serta daya dukung pakan untuk elang

pilihan utama. Namun demikian beberapa sumber menyebutkan elang jawa di Cagar Alam Kawah Ijen.

memangsa anakan Lutung dan Monyet. Selain jenis mamalia dan repil yang Berdasarkan hasil pengamatan ditemukan 62 jenis burung dari 22 Famili.

menjadi sumber pakan yang ditemukan di CA/TWA Kawah Ijen dan Hutan Beberapa jenis burung merupakan sumber pakan dari elang Jawa. Se -

Lindung di sekitar Kawah Ijen beberapa jenis burung yang menjadi sumber dangkan dari jenis yang menjadi kompetitor elang jawa ditemukan 5 je-

pakan Elang Jawa juga ditemukan.(Tabel. 05).

Tabel. 05 Jenis satwa yang dijumpai di kawasan Ijen sebagai potensial pakan Selain untuk mengetahui beberapa parameter pening seperi kelayakan Elang Jawa

habitat, kompeitor dan sumber pakan alami elang jawa di habitat barunya juga untuk menentukan iik/lokasi kandang habituasi. Berdasarkan kandang habituasi hasil kegiatan pelepasliaran elang yang telah dilakukan dari tahun

Nama Jenis

2004 hingga saat ini lokasi kandang habituasi berada diluar hutan alami yang

menjadi habitat pening bagi elang jawa. Pemilihan lokasi yang sedikit terbuka

AVES

lebih men-guntungkan bagi elang yang dilepasliarkan juga bagi im yang akan 1 Ayam Hutan Hijau

melakukan pemantauan pada saat habituasi serta pada saat paska pelepali - 2 Puyuh Gonggong Biasa

Gallus varius

Umum

Arborophila orientalis

Umum

aran.

3 Tekukur biasa

Streptopelia chinensis

Umum

4 Pergam Hijau

Sedangkan untuk lokasi yang berada di area hutan lindung mempunyai krite - 5 Pergam Punggung-hitam

Ducula aenea

Umum

ria yang dimaksud seperi diatas. Lokasi berada pada area terbuka yang men- 6 Walik Kepala Ungu

Ducula lacernulata

Umum

garah ke hutan alami. Kebutuhan habitat pada proses pelepasliaran adalah 7 Punai Gading

Pilinopus porphyreus

Umum

Umum

50% hutan alami, 25% hutan skunder dan 25% hutan bukaan (semak, kebun 8 Uncal Kouran

Treron vernans

Macropygia ruiceps

Umum

dll) dan kriteria tersebut dapat dipenuhi di Cagar Alam/Taman Wisata Alam 1 Lutung Jawa

MAMALIA

Trachypitecus auratus

Umum

Kawah Ijen dan sekitarnya.

2 Monyet Ekor Panjang

Macaca fascicularis

Umum

Selain kondisi habitat yang disebutkaan diatas, sumber daya dukung lain sep- 4 Tupai Terbang

3 Tupai

Tupaia kekes

Umum

eri sumber air yang ada di kawasan tersebut juga memenuhi. Sepanjang ka- 5 Bajing

Petaurista petaurista

Umum

Umum

wasan 7 km ditemukan 3(iga) sumber air yang melintasi kawasan tersebut.

REPTILIA

Elang jawa selama ini diketahui selalu ditemukan berada dikawasan yang sum - 1 Bunglon

Umum

ber airnya cukup bagus dan kriteria tersebut sangat memenuhi untuk tahapan pelepasliaran yang akan dilakukan.

Tipe Habitat di Kawah Ijen, Jawa Timur Foto : Dok. BBKSDA JATIM-RAIN

Pembangunan Kandang Habituasi di Kawah Ijen, Jawa Timur Foto : Dok. BBKSDA JATIM-RAIN

Lokasi Habituasi

Sebelum memasuki tahap pelepasliaran, salah satu bagian dari proses penanganan pre-release adalah proses adaptasi elang terhadap lingkungan barunya atau proses habituasi/adaptasi. Dalam tahapan ini, elang yang akan dilepasliar-kan ditempatkan dalam kandang sementara di lokasi pelepasliaran.

Proses habituasi/ adaptasi Elang Jawa ini dilakukan diiik lokasi berdasarkan pada hasil survey lokasi yang dilakukan sebelumnya, yaitu berada di perbatasan Cagar Alam Kawah Ijen dengan hutan lindung Perum Perhutani KPH Banyuwangi Barat pada koordinat 08,07720 LS dan 114,22297 BT.

Pembangunan Kandang Habituasi

Kandang habituasi merupakan kandang yang berfungsi untuk pemulihan kondisi elang yang akan dilepasliarkan setelah perjalanan translokasi dari

Surabaya ke kawasan CA/TWA Kawah Ijen dan berfungsi untuk proses habituasi/adaptasi elang tersebut sebelum dilepasliarkan.

Kandang habituasi dibuat dengan berpedoman pada Minimum Standar Rehabilitasi (IWRC=Internaional Wildlife Rehabilitaion Council) dan pembelajaran dari proses pelepasliaran sebelumnya. Kandang habituasi dibangun dilokasi yang datar dengan ukuran Panjang 10m X lebar 8 Meter

X Tinggi 4,5 meter dibuat dari Bambu untuk iang pancang dan Jaring Nylon yang dirasa aman bagi elang dan ancaman predator.

Pembangunan kandang habituasi selama 5 hari yang dilakukan oleh sukarelawan dari Mapala Poliwangi (Universitas Politeknik Negeri Banyuwangi) dengan arahan dari Raptor Indonesia.

Proses Habituasi

Proses habituasi dilakukan mulai tanggal 22 Desember 2012 sampai dengan Hasil analisa pengamat perilaku selama masa habituasi, dibagi dalam 5

15 Januari 2013, atau sekitar 25 hari. Waktu atau lama proses habituasi ini katagori, yakni: 1). kurang sekali dengan nilai antara 26-40. 2) Kurang nilai berdasarkan atau tergantung kondisi dan perkembangan perilaku elang

antara 41-54. 3) Cukup dengan nilai 55-68. 4) Baik dengan nilai antara 69-82. terhadap lingkungan barunya. Dari pembelajaran proses habituasi dan

5). Baik sekali dengan nilai antara 83-95.

pelepasliaran yang pernah dilakukan sebelumnya. Jenis Elang Jawa yang Berdasarkan penilaian tersebut, maka elang tersebut dinyatakan CUKUP layak

termasuk dalam Genus Nisaetus/Spizaetus memerlukan waktu rata-rata dalam proses habituasi antara 15-36 hari dengan rata-rata sekitar 26,5 hari. (Rakhman,Z. dkk. 2006. Seiadi, T. dkk. 2010).

Selama di kandang habituasi dilakukan pengamatan, pemeriksaan kesehatan secara umum dan pengobatan apabila ada luka akibat perjalanan pada saat

translokasi dari Surabaya menuju Cagar Alam/TWA Kawah Ijen, Banyuwangi. Selain bertujuan agar elang tersebut dapat memulihkan kondisi tubuh,

kegiatan habituasi juga bertujuan untuk mengetahui kesiapan perilaku yang melipui akiitas pergerakan terbang elang, sensiiitas terhadap manusia

dan pola makan serta adaptasi dengan lingkungan sekitarnya kesiapan elang tersebut sebelum dilepasliarkan. Selama proses habituasi elang tersebut diberikan pakan alami seperi burung puyuh, tekukur dan jenis pakan alami lainnya untuk mengenalkan jenis pakan alami yang ada disekitar lokasi pelepasliaran.

Secara umum, perkembangan perilaku elang salama masa habituasi ini mengalami perkembangan luktuaif (graik 07). Elang tersebut mengalami penurunan akivitas pada awal masuk kandang habituasi kemudian perilaku kembali normal pada hari-hari berikutnya.

Proses hatuasi Sylvia di kandang habituasi di Kawah Ijen, Jawa Timur Foto : Dok. BBKSDA JATIM-RAIN

Sylvia di kandang habituasi memangsa burung Tekukur salah satu bentuk pengenalan pakan alami (Kanan). Foto: Asman A. Purwanto

Graik 07 Perkembangan Perilaku Elang Jawa Pada Masa Habituasi di TWA Kawah Ijen, Jawa TImur

Perkembangan perilaku Sylvia pada masa habituasi di Kawah Ijen, Jawa Timur. Foto : Dok. BBKSDA JATIM-RAIN

Tabel. 05 Perkembangan perilaku Elang Jawa pada masa habituasi

Keterangan

26-40 kurang sekali 41-54 kurang 55-68 cukup 69-82 baik 83-95 baik sekali

untuk dilepasliarkan dengan penilaian yang mencapai angka 65. (Tabel 05)

Pelepasliaran

Salah satu tujuan penyaluran satwa hasil penyitaan adalah pelepasliaran kembali Pelepasliaran satu ekor Elang Jawa beina muda (± 1 tahun 7 bulan) yang ke alam atau habitatnya, pilihan ini adalah pilihan yang paling bisa diterima

dinamai “Sylvia” dilaksanakan pada tanggal 15 Januari 2013. Pelepasliaran oleh kalangan masyarakat dibanding dua pilihan lainnya yaitu euthanasia dan

dilakukan dengan cara memotong tali pintu kandang sehingga pintu dapat penangkaran.

terbuka dan elang tersebut terbang dengan sendirinya. Pelepasliaran dilakukan secara seremonial oleh Kepala Balai Besar Konservasi

Tujuan dari kegitan pelepasliaran ini, diantaranya : • Membuat pernyataan poliis/pendidikan yang kuat tentang nasib satwa dan

Sumber Daya Jawa Timur didampingi oleh petugas dari Kejaksaan Tinggi promosi nilai-nilai konservasi lokal.

Jawa Timur. Seremonial dilakukan bertujuan sebagai bentuk kampanye untuk • Meningkatkan potensi konservasi jangka panjang spesies dan kawasan

upaya pelestarian satwaliar dilindungi undang-undang dan upaya peningkatan • Mengembalikan peran dan fungsi ekologis serta biologis satwa yang

populasi elang jawa satwa prioritas sebesar 3% sampai dengan tahun 2014 di dilepasliarkan.

Jawa Timur.

Kanan: Press Conference pelepasliran elang jawa oleh Kepala Balai Besar KSDA

Jaim, Kejaksaan Tinggi, dan Raptor

Indonesia.

Foto: Dok. BBKSDA JATIM - RAIN

Sylvia terbang keluar dari kandang habuasi setelah Pintu kandang

terbuka(Kiri). Photo: Happy Ferdiansyah.

Pers Release yang digelar oleh Balai Besar KSDA Jawa Timur terkait pelepasliaran elang jawa di CA/TWA Kawah Ijen didampingi oleh Kejaksaan Tinggi dan Raptor

Indonesia(Kanan) .

Bawah (Kiri) . wawancara Ketua Raptor Indonesia/Photo: Sitta Y.A. (Kanan). wawancara pihak Kejaksaan Tinggi Negeri Jawa Timur. Photo: Asman Adi Purwanto.

MONITORING PASCA PELEPASLIARAN

“Pemantauan paska pelepasliaran diperlukan untuk semua individu atau beberapa sampel. Aspek yang paling vital mungkin dengan metoda-metoda langsung (seperi penandaan atau idak langsung (seperi tanda atau jejak, informan) Studi-studi demograis, ekologis dan perilaku sumber spesies (stock) yang dilepaskan harus dilaksanakan”.