Pendayagunaan dana CSR (Corporate Social Responsibility) PT.Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Melalui Program Mitra Binaan

(1)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I)

Oleh:

Khilda Kholishoh Nim:106053002006

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYRIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1431 H/2010 M


(2)

Pendayagunaan Dana CSR (Corporate Social Responsibility) PT. Bank Negara Indonesia (Persero)Tbk Melalui Program Mitra Binaan

Corporate Social Responsibility (CSR) adalah komitmen berkelanjutan yang dibangun oleh BNI untuk berperilaku etis dan memberikan kontribusi pada pembangunan nasional sekaligus meningkatkan kualitas hidup komunitas lokal dan masyarakat secara keseluruhan. Hal ini merupakan perwujudan budi baik (goodwill) perusahaan sebagai bentuk apresiasi kepada masyarakat.

Sebagai salah satu bentuk CSR (Corporate Social Responsibility), PT. BNI (Persero) Tbk dalam mendayagunakan dana CSR tersebut di bidang ekonomi yaitu mitra binaan dengan program tendanisasi yang salah satunya diberikan kepada pedagang kaki lima Jl. H Abdul Jalil Jakarta Pusat. Program ini adalah salah satu bentuk keperdulian PT. BNI (Persero) Tbk terhadap masyarakat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendayagunaan dana CSR yang ada pada PT. BNI (Persero)Tbk dan tahapan-tahapan pendayagunaan dana CSR PT. BNI (Persero)Tbk melalui program mitra binaan pada pedagang kaki lima taman tenda 46 Jakarta Pusat. Dan yang menjadi subjek dari penelitian ini adalah PT. BNI (Persero)Tbk, Divisi PKBL dan pedagang kaki lima taman tenda 46 Jakarta Pusat. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kualitatif.

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa pendayagunaan dana CSR PT. BNI (Persero)Tbk melalui program mitra binaan pada pedagang kaki lima taman tenda 46 Jakarta Pusat diberikan dalam bentuk tendanisasi untuk menunjang fasilitas berdagang yang lebih layak bagi para pedagang yang mempengaruhi pendapatan para pedagang sehingga pedagang kaki lima taman tenda 46 dapat meningkatkan kualitas ekonomi keluarganya.


(3)

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kepada Sumber dari suara-suara hati yang bersifat Mulia. Sumber ilmu pengetahuan, Allah SWT yang telah memberikan peneliti kemudahan dalam penyusunan skripsi ini sehingga dapat terselesaikan pada waktu yang diharapkan, sebagai salah syarat akhir untuk meraih gelar Sarjana Komunikasi Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Shalawat serta salam teruntuk Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah mengajarkan ilmu pengetahuan yang dapat kita rasakan dampaknya hingga saat ini.

Di balik terselesaikannya skripsi ini, peneliti sangat sadar bahwa apa yang telah peneliti raih bukanlah suatu hal yang berdiri sendiri. Selain atas ma’unah Allah SWT sebagai Rabbul Jalil, kepedulian, bimbingan dan dorongan serta bantuan dari berbagai pihak juga turut menentukan apa yang peneliti raih. Oleh karenanya dalam kesempatan ini tidak terlalu berlebihan bila peneliti menyampaikan banyak terima kasih kepada yang terhormat:

1. Ibunda dan ayahanda tercinta terima kasih atas doa-doa, kasih sayang dan perhatiannya sejak peneliti masih dalam kandungan sampai saat ini, untaian indah doa-doa ibunda dan ayahanda senantiasa peneliti rindukan. Semoga Allah memberikan kesehatan dan kebahagiaan kepada mereka. 2. Hj. Noni dan H. Rojai, nenek dan kakek tersayang yang juga tidak

bosan-bosan mendoakan cucunya agar menjadi orang yang berguna.


(4)

menuntut ilmu di Fakultas tercinta.

4. Sekertaris Jurausan Manajemen Dakwah sekaligus pembimbing skripsi bapak Drs. Cecep Castrawijaya, MA yang telah membantu, membimbing dan mengajarkan kepada peneliti selama penelitian sehingga skripsi ini dapat terselesaikan pada waktunya.

5. Dosen-dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu tapi tidak mengurang rasa hormat saya, yang telah membagikan ilmu kepada saya, semoga apa yang bapak dan ibu ajarakan kepada saya dapat bermanfaat bagi orang banyak.

6. Kepada para penguji dan sekertaris sidang yang telah memberikan bimbingan dan masukan kepada saya sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

7. Kepada staf perpustakaan yang telah memberikan fasilitas bagi peneliti untuk mencari informasi dan refrensi yang dibutuhkan dalam kelengkapan data.

8. Kepada keluarga besar PT. Bank Negara Indonesia (Persero)Tbk yang telah mengizinkan peneliti untuk melakukan penelitian, khususnya untuk Divisi PKBL bapak Didik Siswantoro, Divisi LPM ibu Eni dan pedagang kaki lima Taman Tenda 46 Jakarta Pusat yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan informasi sebagai kelengkapan data bagi peneliti.


(5)

mendoakanku. Serta sepupu-sepupuku, bibi dan mamangku yang senantiasa mendoakanku. Semoga segala kebaikan yang diberikan dibalas oleh Allah SWT

10.Aaku Galih Dharma Dewangga yang telah memberikan spirit dan membantu penyelesaian penelitian ini.

11.Sehabat-sahabat yang selalu membantu peneliti Fenny, Merliza, Panji, Iwan, Fikah, Umay, Sulis, Rohay, Imas, Beti, Hilda, Wiyan dan anak-anak MD angkatan 2006, semoga apa yang teman-teman cita-citakan dapat tercapai.

Ciputat, 16 Juni 2010

Peneliti

DAFTAR ISI


(6)

DAFTAR ISI... v

DAFTAR GAMBAR... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

D. Metodologi Penelitian ... 5

E. Tinjauan Pustaka ... 8

F. Sistematika Penulisan... 8

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Teori Pendayagunaan 1. Pengertian Pendayagunaan ... 14

2. Sifat dan Bentuk Pendayagunaan ... 15

3. Tujuan Pendayagunaan/Pemberdayaan ... 16

4. Pola Pendayagunaan ... 17

B. Teori CSR (Corporate Social Responsibility) 1. Pengertian CSR (Corporate Social Responsibility)... 19

2. Sejarah dan Perkembangan CSR (Corporate Social Responsibility)... 23

3. Dasar Hukum CSR dan Prinsip-prinsip (Corporate Social Responsibility)... 26


(7)

6. Tahap Penerapan CSR (Corporate Social Responsibility) ... 37 7. Teori Pendayagunaan Dana CSR (Corporate Social

Responsibility)... 46 C. Program Mitra Binaan CSR (Corporate Social Responsibility)

PT. Bank Negara Indonesia (Persero)Tbk

1. Pengertian Program Mitra Binaan ... 47 2. Macam-macam Program Mitra Binaan... 48 3. Tujuan Program Mitra Binaan ... 50

BAB III GAMBARAN UMUM PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk dan PEDAGANG KAKI LIMA TAMAN TENDA 46 JAKARTA PUSAT

A. Sejarah PT. Bank Negara Indonesia (Persero)Tbk... 51 B. Visi, Misi PT. Bank Negara Indonesia (Persero)Tbk ... 56 C. Struktur Organisasi PT. Bank Negara Indonesia (Persero)Tbk ... 57 D. Program CSR (Corporate Social Responsibility) PT. Bank

Negara Indonesia (Persero)Tbk ... 48 E. Visi, Misi dan Tujuan Aktivitas CSR (Corporate Social

Responsibility) PT. Bank Negara Indonesia (Persero)Tbk ... 62 F. Profil Pedagang Kki Lima Taman Tenda 46 Jakarta Pusat... 63

BAB IV ANALISIS PENDAYAGUNAAN DANA CSR (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY) PT. BANK NEGARA


(8)

TENDA 46 JAKARTA PUSAT

A. Analisis Pendayagunaan Dana CSR (Corporate Social Responsibility) PT. Bank Negara Indonesia (Persero)Tbk... 65 B. Analisis Tahapan Pendayagunaan Program Mitra Binaan CSR

(Corporate Social Responsibility) PT. Bank Negara Indonesia (Persero)Tbk pada Pedagang Kaki Lima Taman Tenda 46 Jakarta Pusat ... 74

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 78 B. Saran-saran... 79

DAFTAR PUSTAKA... 80

LAMPIRAN -

DAFTAR GAMBAR


(9)

viii

3. Gambar Steakholders Eksternal ... 27 4. Gambar The Triple Bottom Line of Twentieth Century Business... 28 5. Struktur Organisasi PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk ... 54


(10)

A. Latar Belakang Masalah

Fenomena menarik yang terjadi beberapa tahun terakhir berkaitan keaktifan berbagai perusahaan untuk menyumbang atau menyelenggarakan kegiatan sosial. Keaktifan itu secara gemilang bisa dilihat dari maraknya publikasi seputar aksi sosial perusahaan di media cetak ataupun elektronik. Fenomena ini tentu menggembirakan mengingat sumbangan perusahaan tersebut bisa menjadi dana alternatif untuk menolong bagi mereka yang membutuhkan.1

Kegiatan berderma (filantropi) pada dasarnya telah menjadi tradisi dan kebiasaan masyarakat Indonesia yang terutama dilandasi oleh ajaran agama. Secara kultural pola yang mirip dapat ditemukan pada masyarakat di Asia pada umumnya. Di kawasan ini kegiatan berderma, baik secara material maupun amal harta dan benda maupun sumbangan tenaga sukarela, diperaktikan secara luas di berbagai kegiatan sosial.2

CSR (Corporate Social Responsibility) adalah bukan hanya sekedar kegiatan amal, di mana CSR mengharuskan suatu perusahaan dalam pengambilan keputusannya agar dengan sungguh-sungguh memperhitungkan akibat terhadap seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) perusahaan, termasuk lingkungan hidup. Hal ini mengharuskan perusahaan untuk membuat

1

Zaim Saidi dan Hamid Abidin, Menjadi Bangsa Pemurah: Wawancara dan Praktek Kedermawanana Sosial di Indonesia, cet ke-1. (Jakarta: Piramedia, 2004) h. 45

2

Zaim Saidi, dkk., Membangun Kemandirian Berkarya: Potensi dan Pola Derma, serta Penggalangannya di Indonesia (Jakarta: PIRAC, 2004) h. 2


(11)

keseimbangan antara kepentingan beragam pemangku kepentingan eksternal dengan kepentingan pemegang saham, yang merupakan salah satu pemangku kepentingan internal.

Pelaksanaan community development dapat dimaknai sebagai bentuk pengejawantahan dari CSR (Corporate Social Responsibility) terhadap masyarakat sekitar. Diharapkan pelaksanaan community development ini menjadi sarana pembangunan masyarakat yang sesuai dengan konsep suistanable development dan pengaturan hukum yang respontif.3

Allah SWT berfirman dalam (Al-Qashas : 77) :

Artinya: “Dan carilah apa yang telah di anugrahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negri akhirat, dan jaganganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan dimuka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”.4

Ayat diatas menjadi isyarat bahwa lembaga bisnis harus memiliki landasan filosofi yaitu economic/profesionalisem philosophy yang merupakan pijakan umum sebuah bisnis untuk merealisasiakn tujuan yang bersifat profit

3

Harry Wahyudhy Utama, “Tanggung jawab Sosial Perusahaan, Investasi Bukan Biaya”, Artikel diakses pada 01 maret 2010

4

Departemen Agama Republik indonesia, Al-Juma’natul ‘Ali, Al-Quran dan Terjemahannya. (CV Penerbit J-ART, 2005), hal 375


(12)

oriented. Ini berarti bahwa semua lembaga bisnis harus dikelola secara professional agar menghasilkan keuntungan dan perkembangan yang baik.

Sebagai salah satu perusahaan yang besar di Indonesia PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk mempunyai tanggung jawab sosial kepada masyarakat sekitar perusahaan. Corporate Social Responsibility (CSR) adalah komitmen berkelanjutan yang dibangun oleh PT. BNI (Persero) Tbk untuk berperilaku etis dan memberikan kontribusi pada pembangunan nasional sekaligus meningkatkan kualitas hidup komunitas lokal dan masyarakat secara keseluruhan. Hal ini merupakan perwujudan budi baik (goodwill) perusahaan sebagai bentuk apresiasi kepada masyarakat.

Sebagai salah satu bentuk CSR (Corporate Social Responsibility), PT. BNI (Persero) Tbk dalam mendayagunakan dana CSR tersebut di bidang ekonomi yang terdiri dari beberapa program diantaranya program kemitraan yang berfokus pada penyaluran kredit untuk pengembangan produk unggulan daerah, industri kreatif, ketahanan pangan dan capacity building. Dan program bina lingkungan yang berfokus pada program people yaitu pendidikan, kesehatan dan sarana ibadah juga program planet yaitu lingkungan hidup, prasarana dan sarana juga bencana alam.5

Dari program-program tersebut peneliti tertarik untuk mengetahui lebih jauh mengenai program kemitraan. Ketertarikan peneliti untuk mengetahui hal tersebut dikarnakan peneliti ingin mengetahui apakah program kemitraan yang diberikan oleh BNI kepada para pedagang kaki lima juga bisa meningkatkan

5

Wawancara pribadi dengan Divisi PKBL, Didik Siswantoro, Kantor BNI Jakarta Pusat, 24 Mei 2010


(13)

ekonomi dari para pedagang atau hanya sekedar pemberian bantuan tanpa dampak positif yang dirasakan oleh para pedagang kaki lima tersebut. Dan dari program mitra binaan dengan program tendanisasi yang salah satunya diberikan kepada pedagang kaki lima Jl. H Abdul Jalil Jakarta Pusat. Program ini adalah salah satu bentuk keperdulian PT. BNI (Persero) Tbk terhadap masyarakat.6

Hal inilah yang mendorong peneliti untuk meneliti tentang pendayagunaan dana CSR (Corporate Social Responsibility) PT. BNI (Persero) Tbk yang dituangkan dalam sebuah judul:

“Pendayagunaan Dana CSR (Corporate Social Responsibility) PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk melalui Program Mitra Binaan pada Pedagang Kaki Lima Taman Tenda 46 Jakarta Pusat “

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Untuk menjaga agar penulisan skripsi ini lebih terarah dan menghindari kemungkinan pembahasan yang menyimpang dari pokok permasalahan yang hendak diteliti, maka penelitian ini dibatasi pada masalah tentang bagaimana Pendayagunaan Dana CSR (Corporate Social Responsibility) PT. Bank Negara Indonesia (Persro)Tbk.

Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Pendayagunaan Dana CSR (Corporate Social Responsibility) PT. Bank Negara Indonesia (Persero)Tbk melalui program mitra binaan?

6


(14)

2. Bagaimana Tahapan-tahapan Program CSR (Corporate Social Responsibility) PT. Bank Negara Indonesia (Persero)Tbk dalam Pendayagunaan pada Pedagang Kaki Lima Taman Tenda 46 Jakarta Pusat? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan yang telah peneliti rumuskan diatas, maka ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dari penulisan skripsi ini, yaitu:

a. Untuk mengetahui bagaimana Pendayagunaan Dana CSR (Corporate Social Responsibility) PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk melalui program mitra binaan.

b. Untuk mengetahui Tahapan-tahapan Program CSR (Corporate Social Responsibility) PT. BNI (Persero)Tbk dalam Pendayagunaan pada Pedagang Kaki Lima Taman Tenda Jakarta Pusat.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis: penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman mengenai pendayagunaan dana CSR (Corporate Social Responsibility) PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk melalui program Mitra Binaan pada pedagang kaki lima Taman Tenda 46 Jakarta Pusat dan penulis dapat menerapkan teori-teori yang telah dipelajari selama kuliah mengenai ilmu manajemen.


(15)

b. Manfaat Praktis: penelitian ini diharapkan dapat mendorong perusahaan agar dapat lebih peduli terhadap keadaan pedagang kaki lima melalui dana CSR (Corporate Social Responsibility) juga sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi perusahaan untuk menyusun rencana dan kebijakan dimasa yang akan datang.

c. Bagi pembaca: dapat digunakan sebagai bahan bacaan dan refrensi ilmu pengetahuan tentang pendayagunaan dana CSR (Corporate Social Responsibility) pada perusahaan atau organisasi.

D. Metodologi Penelitian

Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu dengan melakukan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. Untuk memahami istilah penelitian kualitatif ini, perlu kiranya dikemukakan teori menurut Bogdan dan Taylor mendefinisikan, ‘Metodologi Kualitatif’ adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.7 Dengan memeilih metode kualitatif ini, peneliti mengharapkan dapat memperoleh data yang lengkap dan akurat.

1. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian yaitu tempat memperoleh keterangan. Dan yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah kantor pusat PT. Bank Negara

7

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitataif (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2000), cet-11, h. 3


(16)

Indonesia (Persero) Tbk dan Taman Tenda 46 Jl. H. Abdul Jalil Jakarta Pusat, data yang didapat dari karyawan Divisi PKBL bapak Didik Siswantoro dan 6 orang pedagang kaki lima Taman Tenda 46 Jl. H. Abdul Jalil Jakarta Pusat, sedangkan yang menjadi objek penelitian ini adalah Pendayagunaan Dana CSR (Corporate Social Responsibility) melalui Program Mitra Binaan pada pedagang kaki lima Taman Tenda 46 Jakarta Pusat.

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Penelitian Lapangan ( Field Research )

Penelitian lapangan (Field Research) adalah merupakan penelitian di lapangan untuk memperoleh data atau informasi secara langsung dan mendatangi responden.8 Dan melalui penelitian lapangan akan diperoleh data-data primer, yang didapat dari Divisi PKBL PT. BNI (Persero) Tbk yaitu bapak Didik Siswantoro. Dimana penelitian tersebut dilakukan dengan cara:

1) Observasi

Observasi merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan peneliti untuk mengamati atau mencatat suatu peristiwa dengan penyaksian langsung dan biasanya peneliti dapat sebagai partisipan atau observer dalam menyaksikan atau mengamati suatu objek peristiwa yang sedang ditelitinya.9

8

Rosady Ruslan, Metode Penelitian: Public relation dan Komunikasi (Jakarta: Rajawali Pers, 2006) hal.32

9


(17)

Dalam penelitian ini peneliti mengamati langsung objek yang akan diteliti, yang dalam hal ini adalah kantor pusat PT. BNI (Persero) Tbk dan Taman Tenda 46 Jakarta Pusat. Waktu observasi adalah pada tanggal 08 Maret samapi 11 Juni 2010. Adapun hal-hal yang diperlukan dalam observasi ini adalah alat perekam dan buku catatan yang digunakan sebagai alat ketika wawancara berlangsung, kamera yang digunakan untuk mengambil dokumen dari para pedagang kaki lima Taman Tenda 46 Jakarta Pusat.

2) Wawancara ( interview )

Interview merupakan suatu alat pengumpulan informasi langsung tentang beberapa jenis data.10 Dalam penelitian ini peneliti langsung mewawancarai Divisi PKBL PT. Bank Negara Indonesia (PERSERO) Tbk bapak Didik Siswantoro dan pedagang kaki lima Taman Tenda 46 Jakarta Pusat. Yang ditanyakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah seputar Pendayagunaan dana CSR yang ada pada PT. BNI (Persero) Tbk melalui program mitra binaan. Waktu wawancara dengan Divisi PKBL adalah pada tanggal 24 Mei 2010 yang bertempat di kantor pusat PT. BNI (Persero) Tbk. Dan wawancara dengan pedagang kaki lima Taman Tenda 46 Jakarta Pusat sebanyak 6 orang pedagang pada tanggal 25 Mei 2010 yang bertempat di Taman Tenda 46 Jl. H. Abdul Jalil Jakarta Pusat. 3) Dokumentasi

10


(18)

Dokumentasi dapat diartikan sebagai bahan tertulis maupun data yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang berupa catatan formal organisasi itu sendiri. Data yang didapat peneliti dalam penelitian ini dari PT. BNI (Persero) Tbk adalah berupa profil PT. BNI (Persero) Tbk dan foto-foto dokumentasi kegiatan CSR BNI. b. Penelitian perpustakaan ( Library Research )

Riset perpustakaan ini adalah dilakukan mencari data atau informasi riset melalui membaca, buku-buku refrensi dan bahan-bahan publikasi yang tersedia di perpustakaan.11 Yang dilakukan di perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, perpustakaan utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan perpustakaan PT. BNI (Persero) Tbk.

3. Teknik Analisa Data

Dari data yang dikumpulkan, kemudian dianalisis dan diinterpretasikan. Adapun dalam menganalisis data, peneliti menggunakan metode analisis deskriptif, yaitu penelitian untuk memberikan penjelasan mengenai karakteristik suatu populasi atau fenomena tertentu, maksudnya adalah cara melaporkan data dengan menerangkan dan memberi gambaran mengenai data yang terkumpul secara apa adanya dan kemudian data tersebut disimpulkan.12

E. Tinjauan Pustaka

11

Ibid, h. 31

12Rosady Ruslan, Metode Penelitian: Public relation dan Komunikasi (Jakarta: Rajawali


(19)

Dalam menentukan judul skripsi ini, peneliti sudah mengadakan tinjauan pustaka di perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan LPN PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Menurut pengalaman peneliti dari observasi yang dilakukan sampai saat ini, skripsi-skripsi yang pernah membahas seputar CSR (Corporate Social Responsibility) diantaranya adalah dengan judul :

“Strategi Pendistribusian Dana CSR (Corporate Social Responsibility) PT. (Persero) Angkasa Pura II Kantor Cabang Utama dalam Upaya Mensejahterakan Masyarakat Sekitar Bandara Soekarno-Hatta” oleh Ika Fitrianti. Skipsi ini berisi tentang strategi pendistribusian dalam upaya mensejahterakan masyarakat sekitar Bandara Soekarno-Hatta.

“Pelaksanaan CSR (Corporate Social Responsibility) pada PT. BAKRIE SWASAKTI UTAMA dalam Perspektif Islam” oleh Noor Rahmah. Skripsi ini berisi tentang pelaksanaan dan karakteristik CSR (Corporate Social Responsibility) pada PT. Bakrie Swasakti Utama, juga manfaat apa saja yang diperoleh masyarakat dan PT. Bakrie Swasakti Utama dalam penerapan CSR tersebut dan seberapa jauh CSR pada PT. Bakrie Swasakti Utama memegang prinsip tanggung jawab sosial dalam islam.

“Konsep dan Strategi CSR (Corporate Social Responsibility) PT. TAKAFUL Indonesia” oleh Sri Subekti Sunaryo. Skripsi ini berisi tetang konsep, strategi dan produk-produk yang ada pada PT. Takaful Indonesia.


(20)

“Strategi CSR (Corporate Social Responsibility) PT. Bank Negara Indonesia dalam program “Ayo Membaca, Ayo Menabung” oleh Adinda Dwilistya. Skripsi ini berisi tentang strategi CSR (Corporate Social Responsibility) PT. Bank Negara Indonesia yang berfokus pada program “Ayo Membaca, Ayo Menabung”.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terdapat pada fokus penelitian yang menggali tentang Pendayagunaan Dana CSR (Corporate Social Responsibility) pada PT. Bank Negara Indonesia (PERSERO) Tbk melalui program Mitra Binaan pada Pedagang Kaki Lima Teman Tenda 46 Jakarta Pusat.

F. Sistematika Penulisan

Sebagai gambaran mengenai penelitian ini, peneliti telah menyusun penulisan ini dalam lima bab. Masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab. Diawali dengan pendahuluan dan diakhiri dengan kesimpulan serta saran-saran. Adapun sistematika penulisan ini sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Memuat tentang Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka, Sistematika Penulisan.

BAB II : TINJAUAN TEORITIS

Memuat tentang Teori Pendayagunaan, yang membahas tentang: Pengertian Pendayagunaan, Sifat dan Bentuk Pendayagunaan,


(21)

Tujuan Pendayagunaan/Pemberdayaan, dan Pola Pendayagunaan, juga memuat tentang Teori CSR (Corporate Social Responsibility), Teori ini membahas tentang: Pengertian CSR, Sejarah dan Perkembangan CSR, Dasar Hukum dan Prinsip-prinsip CSR, Fungsi dan Tujuan CSR, Pola CSR, Tahap Penerapan CSR, dan Pengertian Pendayagunaan Dana CSR, dan Pengertian Pendayagunaan Dana CSR dan Teori Program Mitra Binaan, meliputi diantaranya : Pengertian Program, Macam-macam Program, Tujuan Program, Evaluasi Program dan Komponen Program, Pengertian Mitra Binaan, dan Tujuan Program Mitra Binaan.

BAB III : GAMBARAN UMUM PT. BANK NEGARA INDONESIA (Persero) Tbk dan PROFIL PEDAGANG KAKI LIMA TAMAN TENDA 46 JAKARTA PUSAT

Memuat : Sejarah PT. BNI (Persero) Tbk , Visi, dan Misi PT. BNI (Persero) Tbk, Struktur Organisasi PT. BNI (Persero) Tbk, Program CSR (Corporate Social Responsibility) yang telah dilaksanakan PT. BNI (Persero) Tbk dan Visi, Misi dan Tujuan Aktivitas CSR (Corporate Social Responsibility) PT. BNI (Persero) Tbk, juga Profil Pedagang Kaki Lima Taman Tenda 46 Jakarta Pusat.


(22)

BAB IV : ANALISIS TENTANG PENDAYAGUNAAN DANA CSR PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK MELALUI PROGRAM MITRA BINAAN

Memuat tentang: Analisis Pendayagunaan Dana CSR (Corporate Social Responsibility) PT. Bank Negara Indonesia (Persero)Tbk dan Analisis Tahapan-tahapan Pendayagunaan Program Mitra Binaan CSR (Corporate Social Responsibility) PT. Bank Negara Indonesia (Persero)Tbk pada Pedagang Kaki Lima Taman tenda 46 Jakarta Pusat.

BAB V : PENUTUP

Memuat : Kesimpulan dan Saran-saran DAFTAR PUSTAKA


(23)

A. Teori Pendayagunaan

1. Pengertian Pendayagunaan

Pendayagunaan berasal dari kata “guna” yang berarti manfaat, adapun pengertian pendayagunaan sendiri menurut kamus besar bahasa Indonesia:

a. Pengusahaan agar mampu mendatangkan hasil dan manfaat.

b. Pengusahaan (tenaga dan sebagainya) agar mampu menjalankan tugas dengan baik.1

Sedangkan pemberdayaan adalah terjemahan dari istilah bahasa Inggris yaitu empowerment. Pemberdayaan (empowerment) berasal dari kata dasar power yang berarti kemampuan berbuat, mencapai, melakukan atau memungkinkan. Awalan em berasal dari bahasa latin atau Yunani, yang berarti di dalamnya, karena itu pemberdayaan dapat berarti kekuatan dalam diri manusia, suatu sumber kreativitas. Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata pemberdayaan diterjemahkan sebagai upaya pendayagunaan, pemanfaatan yang sebaik-baiknya denagn hasil yang memuaskan.2

1

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 189

2

Lili bariadi, dkk., Zakat dan Wirausaha (Jakarta, CED: 2005), h. 53


(24)

Maka dapat disimpulkan bahwa pendayagunaan adalah cara atau usaha yang dapat mendatangkan manfaat yang lebih besar serta lebih baik dengan hasil yang memuaskan.

2. Sifat dan Bentuk Pendayagunaan

Ada dua bentuk pendayagunaan atau penyaluran antara lain:3

a. Bentuk sesaat, dalam hal ini berarti bahwa dana CSR (Corporate Social Responsibility) hanya diberikan kepada seseorang satu kali atau sesaat saja. Dalam hal ini juga berarti penyaluran kepada nasabah tidak disertai target terjadinya kemandirian ekonomi dalam diri nasabah. Hal ini dikarnakan nasabah yang bersangkutan tidak mungkin lagi mandiri, seperti pada diri orang tua yang sudah jompo dan orang cacat. Sifat bantuan sesaat ini idealnya adalah hibah.

b. Bentuk pemberdayaan, merupakan penyaluran dana CSR (Corporate Social Responsibility) yang disertai target merubah keadaan nasabah dari kondisi penerima menjadi katagori pemberi. Target ini adalah target besar yang tidak dapat dengan mudah dan dalam waktu yang singkat. Untuk itu, penyaluran dana CSR harus disertai dengan pemahaman yang utuh terhadap permasalahan yang ada pada penerima atau nasabah. Apabila permasalahannya adalah permasalahan kemiskinan, harus diketahui penyebab kemiskinan tersebut sehingga dapat mencari solusi yang tepat demi tercapainya target yang telah direncanakan.

3


(25)

Menurut Widodo yang dikutip dari buku Lili Bariadi dan kawan-kawan, bahwa sifat dana bantuan pemberdayaan ada tiga yaitu:4

a. Hibah, zakat atau bantuan pada asalnya harus diberikan berupa hibah artinya tidak ada ikatan antara pengelola dengan penerima setelah penyerahan zakat atau batuan.

b. Dana Bergulir, zakat atau bantuan dapat diberikan berupa dana bergulir oleh pengelola kepada penerima dengan catatan harus qardul hasan, artinya tidak boleh ada kelebihan yang harus diberikan oleh penerima kepada pengelola ketika pengembalian pinjaman tersebut. Jumlah pengembalian sama dengan jumlah yang dipinjamkan.

c. Pembiayaan, penyaluran zakat atau bantuan oleh pengelola kepada penerima tidak boleh dilakukan berupa pembiayaan, artinya tidak boleh ada ikatan seperti shahibul mal dengan mudharib dalam penyaluran zakat atau bantuan.

3. Tujuan Pendayagunaan/Pemberdayaan

Pemberdayaan merupakan upaya meningkatkan hakikat lapisan masyarakat dan pribadi manusia, upaya tersebut meliputi:5

a. Mendorong, memotivasi, meningkatkan kesadaran akan potensinya, dan menciptakan iklim atau suasana untuk berkembang

b. Memperkuat daya, potensi yang dimiliki dengan langklah-langkah positif memperkembangkannya.

4

Ibid, h. 85-86

5

I. Nyoman Sumaryadi, Perencanaan Pembangunan Daerah Otonom dan Pemberdayaan Masyarakat (Jakarta: Citra Utama 2005), h. 114


(26)

c. Penyediaan berbagai masukan, pembukaan akses kepeluang. Upaya pokok yang dilakukan adalah peningkatan taraf pendidikan, derajat kesehatan, akses kepada modal, teknologi tempat guna, informasi, lapangan kerja dan pasar. Dengan fasilitas-fasilitasnya.

Adapun tujuan pemberdayaan masyarakat pada dasarnya sebagai berikut:6

a. Membantu mengembangkan manusiawi yang otentik dan integral dari masyarakat lemeh, rentan, miskin, marjinal dan kaum kecil, seperti petani kecil, buruh tani, pedagang kecil, masyarakat miskin perkotaan, masyarakat yang ada terbelakang, kaum muda pencari kerja, kaum cacat dan kaum wanita yang disingkirkan atau dikesampingkan.

b. Memberdayakan kelompok-kelompok masyarakat tersebut secara sosio ekonomi sehingga mereka dapat lebih madiri dan dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup mereka, namun snaggup berperan serta dalam pengembangan masyarakat.

4. Pola Pendayagunaan

Pola-pola pemberdayaan ekonomi masyarakat mempunyai cirri-ciri atau unsur-unsur sebagai berikut:7

1) Mempunyai tujuan yang hendak dicapai 2) Mempunyai wadah kegiatan yang terorganisir

3) Aktivitas yang dilakukan terencana, berlanjut, serta harus sesuai dengan kebutuhan dan sumberdaya setempat

6

Ibid, h. 115

7


(27)

4) Ada tindakan bersama dan keterpaduan dari berbagai aspek yang terkait 5) Ada perubahan sikap pada masyarakat sasaran selama tahap-tahap

pemberdayaan

6) Menekannkan pada peningkatan partisipasi mayarakat dalam ekonomi terutama dalam wirausaha

7) Ada keharusan membantu seluruh lapisan masyarakat khususnya masyarakat lapisan bawah. Jika tidak, maka solidaritas dan kerjasama sulit tercapai

8) Akan lebih efektif bila program pengembangan masyarakat pada awalnya memperoleh bantuan dan dukungan pemerintah. Selain itu sumber-sumber organisasi sukarela non pemerintah harus dimanfaatkan.

Dengan demikian pola-pola pemberdayaan ekonomi masyarakat bukan sekedar diartikan sebagai keharusan masyarakat untuk mengikuti suatu kegiatan, melainkan dipahami sebagai kontribusi mereka dalam setiap tahapan yang mesti dilalui oleh suatu program kerja pemberdayaan ekonomi masyarakat. Terutama dalam tahap perumusan kebutuhan yang harus dipenuhi asumsinya bahwa masyarakatlah yang paling tahu kebutuhan dan permasalahan yang mereka hadapi.8

8


(28)

B. Teori CSR (Corporate Social Responsibility)

1. Pengertian CSR (Corporate Social Responsibility)

CSR (Corporate Social Responsibility) atau Tanggung Jawab Sosial Perusahaan saat ini menjadi konsep yang kerap kita dengar, walau definisinya sendiri masih menjadi perdebatan di antara para praktisi maupun akademisi. CSR (Corporate Social Responsibility) atau Tanggung Jawab Sosial Perusahaan merupakan suatu konsep bahwa organisasi atau perusahaan memiliki suatu konsep tanggung jawab sosial terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas, dan lingkungan dalam segala aspek oprasional perusahaan.9

Akan tetapi, The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD), lembaga internasional yang berdiri tahun 1995 dan beranggotakan lebih dari 120 multinasional company yang beranggotakan lebih dari 30 negara itu, dalam publikasinya Making Good Business Sense mendefinisikan CSR, sebagai “Continuing commitment by business to behave ethically and contribute economic development while improving the quality of the workiforce and their families as well as of the local community and society at large”. Maksudnya adalah komitmen dunia usaha untuk terus menerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas. 10

9

“Tanggung Jawab Sosial Perusahaan” artikel diakses pada 01 Maret 2010 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.

10

Yusuf Wibisono, Membedah Konsep dan Aplikasi CSR, cet. II, (Gersik: Fascho Publishing, 2007), h. 7


(29)

Sedangkan the European Commission mendefinisikan CSR sebagai, “Essehtially a concept where by companies decide voluntarily to contribute to better socilty and a cleaner environment”. Komisi Eropa mendefinisikan CSR, bagaimana sebuah perusahaan secara sukarela memberi kontribusi bagi terbentuknya masyarakat yang lebih baik dan lingkungan yang lebih bersih.

Definisi CSR juga telah dikemukakan oleh banyak pakar. Diantaranya adalah definisi yang dikemukakan oleh Magnan dan Ferrel yang mendefinisikan CSR sebagai “A business acts in socially responsible manner when is decision on account for and balance diverse stake holder interst”. Definisi ini menekankan kepada perlunya memberikan perhatian secara seimbang terhadap kepentingan berbagai stakeholders yang beragam dalam setiap keputusan dan tindakan yang diambil oleh para pelaku bisnis melalui prilaku yang secara sosial bertanggung jawab.11

Menurut definisi yang dikemukakan The Jakarta Consulting Group tanggung jawab social ini diarahkan baik ke dalam (internal) maupun keluar (eksternal) perusahaan. Ke dalam tanggung jawab ini diarahakan kepada pemegang saham dalam bentuk profitabilitas dan pertumbuhan. Seperti diketahui, pemegang saham telah menginvestasikan sumber daya yang dimilikinya guna mendukung berbagai aktivitas operasional perusahaan, dan oleh karenanya mereka akan mengharapkan profitabilitas yang optimal serta pertumbuhan perusahaan sehingga kesejahteraan mereka di masa depan juga akan mengalami peningkatan. Oleh karenanya perusahaan harus berjuang

11

A. B. Susanto, A Strategic management Approach CSR (Jakarta: The Jakarta Consulting Group, 2007), h. 21


(30)

keras agar memperoleh laba yang optimal dalam jangka panjang serta senantiasa mencari peluang bagi pertumbuhan di masa depan.12

Di samping kepada pemegang saham, tanggung jawab social internal ini juga diarahkan kepada karyawan. Karena hanya dengan kerja keras, kontribusi karyawanlah perusahaan dapat menjalankan berbagai macam aktivitasnya serta meraih kesuksesan. Oleh karenanya perusahaan dituntut untuk memberikan kompensasi yang adil serta memberikan peluang pengembangan karir bagi karyawannya.

Ke luar, tanggung jawab sosial ini berkaitan dengan peran perusahaan sebagai pembayar pajak dan penyedia lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan dan kompetensi masyarakat, serta memelihara lingkungan bagi generasi mendatang. Pajak diperoleh dari keuntungan yang diperoleh perusahaan. Oleh karenannya perusahaan harus dikelola dengan sebaik-baiknya agar mampu memperoleh laba yang maksimal. Demi kelancaran aktivitas perusahaan dalam usaha mencapai tujuannya, perusahaan membutuhkan banyak tenaga kerja. Seiring dengan tumbuh kembangnya perusahaan, kebutuhan akan tenaga kerja ini akan mengalami peningkatan. Perusahaan berkewajiban untuk ikut berpartisipasi menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat. Perusahaan juga memiliki kewajiban untuk berpartisipasi dalam usaha-usaha untuk meningkatkan kesejahteraan dan kompetensi masyarakat, baik yang berkaitan dengan perusahaan maupun tidak. Perusahaan juga bertanggung jawab untuk memelihara kualitas

12


(31)

lingkungan hidup masyarakat dalam jangka panjang, baik untuk generasi saat ini maupun bagi generasi penerus. 13

Pandangan lebih komperhensif mengenai CSR dikemukakan oleh Carrol (1996) dalam Teori Paradigma Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Menurutnya, tanggung jawab perusahaan dapat dilihat berdasarkan empat jenjang (ekonomi, hukum, etis dan filantropis) yang merupakan satu kesatuan. 14

Piramida Tanggung Jawab Sosial Perusahaan15

Ec o no mic Re sp o nsb ility Be Pro fita b le Le g a l Re sp o nsb ility

Ob e y the La w Phila ntro p hic

Re sp o nsb ility Be a Go o d Ethic a l Re sp o nsib ility

Be e thic a l

Untuk memenuhi tanggung jawab ekonomis, sebuah perusahaan haruslah menghasilakan laba sebagai pondasi untuk mempertahankan eksistensinya dan berkembang. Tanggung jawab ekonomis ini merupakan

13

Ibid, h. 24-25

14

Archie B. Carrol, Business and Society: Ethics and Steakeholders Management (Ohio: South Western College Publishing, 1996), h. 39

15


(32)

hasrat paling natural dan primitif dari perusahaan sebagai organisasi bisnis untuk mendapatkan keuntungan (laba). Namun demikian, dalam mencapai tujuan mencari laba, sebuah perusahaan juga harus bertanggung jawab secara hukum dengan menaati ketentuan hukum yang berlaku. Upaya melanggar hukum demi memperoleh laba harus ditentang sehingga perusahaan tidak menggunakan atau menghalalkan segala cara.

Perusahaan juga harus bertanggung jawab secara etis. Ini berarti sebuah perusahaan berkewajiban memperaktikan hal-hal yang baik dan benar sesuai dengan nilai-nilai etis. Oleh karena itu, nilai-nilai dan norma-norma masyarakat harus menjadi rujukan bagi perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya sehari-hari. Lebih dari itu, perusahaan juga mempunyai tanggung jawab filantropis yang mensyaratkan agar perusahaan dapat memberikan kontribusi kepada masyarakat, agar kualitas hidup masyarakat meningkat sejalan dengan operasi bisnis sebuah perusahaan. 16

2. Sejarah dan Perkembangan CSR (Corporate Social Responsibility)

Tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat bermula di Amerika Serikat, yaitu pada zaman permulaan perkembangan perusahaan besar di akhir abad ke-19. Saat itu, perusahaan-perusahaan besar menyalahgunakan kekuasaan mereka dalam hal diskriminasi harga, menahan buruh dan prilaku lainnya yang menyalahi moral kemanusiaan. Ini menyebabkan protes masyarakat dan sebagai akibatnya pemerintah melakukan perubahan peraturan perusahaan untuk mengatasi masalah

16

Fajar Nursahid, Tanggung Jawab Sosial BUMN: Analisis terhadap Model

Kedermawanan Sosial PT Krakatau Steel, PT Pertamina dan PT Telekomunikasi Indonesia


(33)

tersebut. Fase kedua evolusi tanggung jawab sosial perusahaan tercetus pada tahun 1930-an yang diikuti gelombang resesi dunia secara besar-besaran yang mengakibatkan pengangguran dan banyak perusahaan yang bangkrut. Pada masa ini dunia berhadapan dengan kekurangan modal untuk input produksinya. Buruh terpaksa berhenti bekerja, pengangguran sangat meluas dan merugikan pekerjanya. Saat itu timbul ketidakpuasan terhadap sikap perusahaan yang tidak bertanggung jawab terhadap pekerjanya.17

Gema CSR semakin terasa pada tahun 1950-an. Pada waktu itu, persoalan-persoalan kemiskinan dan keterbelakangan yang semula terabaikan mulai mendapatkan perhatian lebih luas dari berbagai kalangan. Beberapa kalangan bahkan menyebutkan bahwa buku yang bertajuk Sosial Responsibilities of the Businessman karya Howard R. Bowen yang ditulis pada tahun 1953 merupakan literature awal yang menjadi tonggak sejarah modern CSR. Dan karna karyanya itu Bowen diganjar denagn sebutan Bapak CSR. 18 suasana tidak puas masyarakat terhadap golongan pengusaha memuncak di tahun 1960-an yang melibatkan perjuangan konsumen yang dipimpin oleh tokoh karismatik bernama Ralph Nader.

Sejalan dengan bergulirnya wacana tentang keperdulian lingkungan, kegiatan kedermawanan perusahaan terus berkembang dalam kemasan philanthropy serta Community Development (CD). Pada dasawarsa ini, terjadi perpindahan penekanan dari fasilitasi dan dukungan pada sektor-sektor produktif kearah sektor-sektor social. Latar belakang perpindahan ini adalah

17

Sadono Sukirno. dkk, Pengantar Bisnis, Jakarta: Prenada Media, 2004, h. 352.

18


(34)

kesadaran bahwa peningkatan produktivitas hanya akan dapat terjadi manakala variabel-variabel yang menahan orang miskin tetap miskin, misalnya pendidikan dan kesehatan dapat dibantu dari luar. Berbagi program populis kemudian banyak dilakukan seperti seperti penyediaan sarana dan prasarana pendidikan, kesehatan, air bersih dan kegiatan lain.

Di era 1980-an makin banyak perusahaan yang menggeser konsep pilantropisnya kearah Community Development (CD). Kegiatan kedermawanan berkembang kearah pemberdayaan masyarakat. Dasawarsa 1990-an adalah dasawarsa yang di awalai dengan beragam pendekatan seperti pendekatan integral, pendekatan stakeholder maupun pendekatan civil society. Beragam pendekatan tersebut telah mempengaruhi praktek CD. CD menjadi suatu aktivitas yang lintas sektor karena mencakup baik aktivitas produktif maupun sosial dan juga lintas pelaku sebagai konsekuensi berkembangnya keterlibatan berbagai pihak. 19 Pada tataran global, tahun 2000 dibentuk Global Compact oleh sekjen PBB Kofi Anan. Tujuannya adalah menyusun prilaku standar korporasi global. Ada 10 aturan Global Compact, mencakup soal HAM, bisnis harus menghormati HAM, standar perburuhan, lingkunagn hidup dan anti korupsi. Gaung CSR makin bergema setelah diselenggarakannya World Summit on Sustainable Devlopment (WSSD) tahun 2002 di Johannesburg Afrika Selatan.20

19

Ibid, h. 6.

20

Khudori, Korupsi dan Tanggung Jawab Sosial, dalam Amin Wijaya Tunggal, edisi ke- Corporate Social Responsibility (Jakarta: Harvarindo, 2008), h. 165.


(35)

3. Dasar Hukum dan Prinsip-prinsip CSR (Corporate Social Responsibility) a. Dasar Hukum CSR (Corporate Social Responsibility)

Undang-undang Perseroan Terbatas pasal 74: Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan

1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial (Corporate Social Responsibility) dan lingkungan.

2) Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya pereroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab social dan lingkungan diatur dengan peraturan pemerintah.21

b. Prinsip-prinsip CSR (Corporate Social Responsibility)

Menurut Organization For Economic Cooperation And Development (OECD) pada saat pertemuan para mentri Negara-negara anggotanya di paris tahun 2000 menyepakati pedoman bagi perusahaan multinasional dengan kebijakan umum tentang perinsip-prinsip CSR yaitu:

21


(36)

1) Member kontribusi untuk kemajuan ekonomi, sosial dan lingkungan berdasarkan pandangan untuk mencapai pembangunan berkelanjutan. 2) Menghormati hak-hak asasi manusia yang dipengaruhi kegiatan yang

dijalankan perusahaan tersebut sejalan dengan kewajiban dan komitmen pemerintah dan di Negara tempat perusahaan beroperasi. 3) Mendorong pembangunan kapasitas lokal melalui kerjasama yang erat

dengan komunitas lokal, termasuk kepentingan bisnis selain menggambarkan kegiatan perusahaan di pasar dalam negeri dan pasar luar negeri.

4) Mendorong pembentukan modal tenaga kerja, khususnya melalui penciptaan kesempatan kerja dan memfasilitasi pelatihan bagi para karyawan.

5) Menahan diri untuk tidak mencari untuk tidak menerima pembebasan dari luar yang dibenarkan secara hukum yang terkait dengan sosial, lingkungan, keselamatan kerja, insentif financial dan isu-isu lain. 6) Mendorong dan memegang teguh prinsip Good Corporate Governance

(GCG) serta mengembangkan dan menerapkan praktik tata kelola perusahaan yang baik.

7) Mengembangakn dan menerapakan praktek-praktek sistem manajemen yang mengatur diri sendiri secara efektif guna menumbuh kembangakn relasi saling percaya antara perusahaan dengan masyarakat tempat operasi perusahaan.


(37)

8) Mendorong kesadaran pekerja sejalan dengan kebijakan perusahaan melalui penyebarluasan informasi tentang kebijakan-kebijakan pada pekerja termasuk melalui program-program pelatihan.22

Stakeholder yang terkait dengan sebuah perusahaan akan bervariasi sesuai dengan sektor bisnis, dan lokasi dimana perusahaan tersebut beroperasi. Variasi pada sektor bisnis dan lokasi akan membedakan prioritas stakeholders dalam program CSR. Dalam cakupan implementasi program CSR stakeholders digolongkan ke dalam dua bagian yaitu stakeholders internal yaitu karyawan, keluarga karyawan dan shareholders.

Gambar Steakholders Internal23

Dan stakeholders eksternal yaitu costomer, lingkungan hidup dan supplier.

22

Yusuf Wibisono, Membedah Konsep dan Aplikasi CSR, h. 32

23


(38)

Gambar Steakholder Eksternal24

Dunia usaha berperan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang sehat dengan mempertimbangakan faktor lingkungan hidup. Kini dunia usaha meliputi aspek sosial (people), aspek lingkungan (planet), aspek ekonomi (profit) yang biasa disebut Triple Bottom Line.

Istilah tripel bottom line dipopulerkan oleh Jhon elkington pada tahun 1997 melalui bukunya “Cannibal With Forks, The Triple Bottom Line Of Twentieth Century Business”. Ia mengembangkan konsep Triple Bottom Line yang member pandangan bahwa perusahaan yang ingin berkelanjutan harus memperhatikan “3P” selain mengejar profit, perusahaan juga mesti memperhatikan dan terlibat pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people), dan turut berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet) hubungan ini kemudian dalam bentuk segitiga sebagai berikut.

24


(39)

Gambar The Triple Bottom Line of Twentieth Century Business25 Profit

People Planet

a. Profit (keuntungan)

Profit merupakan unsur terpenting dan menjadi tujuan utama dalam kegiatan usaha, tak heran bila fokus utama dari seluruh kegiatan dalam perusahaan adalah mengejar profit atau mendongkrak harga saham setinggi-tingginya, baik secara langsung ataupun tidak langsung.

b. People (masyarakat)

Menyadari bahwa masyarakat merupakan stakeholders terpenting bagi perusahaan. Karena dukungan mereka, terutama masyarakat sekitar sangat diperlukan bagi keberadaan, kelangsungan hidup dan perkembangan perusahaan. Maka sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan masyarakat, perusahaan perlu berkomitmen untuk berupaya memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada mereka. Selain itu perlu disadari bahwa oprasi perusahaan berpotensi memberikan dampak kepada masyarakat, karenanya perlu perusahaan untuk melakukan berbagai kegiatan yang menyentuh kebutuhan

25


(40)

masyarakat. Intinya, jika ingin eksis dan akseptable perusahaan harus menyertakan puala CSR secara sosial.

Tidak bisa dipungkiri adanya anggapan bahwa CSR bukanlah aktivitas utama bagi pelaku bisnis. Fokus utama adalah mendongkrak laba. Namun, diyakini, penganut aliran pemikiran ini tidak masuk akal dan tidak sesuai keyataan. Kondisi keuangan tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan. Keberlanjutan perusahaan akan terjamin apabila perusahaan memperhatikan dimensi sosial.26

Untuk memperkokoh komitmen dalam CSR ini perusahaan memang perlu memiliki pandangan bahwa CSr adalah linvestsi masa depan, artinya CSR bukan lagi dilihat sebagai sentra biaya, melainkan sentra laba di masa datang, karena melalui hubungan yang harmonis dan citra yang baik, timbale baliknya msyarakat juga akan ikut menjaga eksistensi perusahaan.

c. Planet (lingkungan)

Unsur yang ketiga yang mesti diperhatikan juga adalah planet (lingkungan), jika perusahaan ingin eksis dan akseptable, maka harus disertakan pula tanggung jawab kepada lingkungan. Perusahaan peduli terhadap lingkungan hidup dan keberlanjutan keragaman hayati.27Lingkungan adalah sesuatu yang terkait dengan seluruh bidang kehidupan kita. Sebagian besar dari kita masih kurang peduli dengan lingkungan sekitar. Hal ini antara lain disebabkan karena tidak ada keuntungan langsung didalamnya. Keuntungan merupakan inti dari dunia bisnis dan itu merupakan hal yang

26

Ibid, h. 35

27

Wawancara pribadi dengan Didik Siswantoro, Kantor Pusat BNI 46 Jakarta Pusat, 24 Mei 2010


(41)

wajar. Banyak pelaku dunia usaha yang hanya mementingkan bagaimana menghasilakan uang sebanyak-banyaknya tanpa melakukan upaya memperoleh keuntungan yang lebih, terutama dari sisi kesehatan, kenyamanan, ketersediaan, sumber daya yang lebih terjamin kelangsungannya.

Kurangnya kepedulian terhadap lingkungan kerap harus dibayar dengan mahal, dengan timbulnya berbagai macam penyakit, bencana lingkungan atau kerusakan alam lainnya. Mendongkrak laba dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi memang penting, namun tidak kalah pentingnya juga memperhatikan kelestarian lingkungan. Disinilah perlunya penerapan konsep Triple Bottom Line (3BL), yakni profit, people dan planet. Dengan kata lain, “jantung hati” bukan hanya profit (keuntungan) saja, tetapi juga people (masyarakat) dan planet (lingkungan).28

Masih banyak perusahaan yang tidakk mau menjalankan program-program CSR karena melihat hal tersebut hanya sebagai pengeluaran biaya. CSR memang tidak memberikan hasil secara keuangan dalam jangka pendek. Namun, program-program CSR lebih tepat digolongkan sebagai investasi dan harus menjadi strategi bisnis dari suatu perusahaan.

Program CSR sebagai bahan dari strategi bisnis, maka akan dengan mudah bagi unit-unit usaha yang berada dalam suatu perusahaan untuk mengimplementasikan rencana kegiatan dari program CSR. Yang dirancangnya dilihat dari sisi pertanggung jawaban keuangan atas setiap

28


(42)

investasi yang dikeluarkan. Dari program CSR menjadi lebih jelas dan tegas, sehingga pada akhirnya keberlanjutan yang diharapakan akan dapat terimplementasi berdasarkan harapan semua stakeholders.

Banyak perusahaan di Indonesia khususnya perusahaan besar yang telah melakukan berbagai bentuk kegiatan CSR, umumnya kegiatan-kegiatan Community Development, charity maupun filanthropy, yang saat ini mulai berkembang di bumi Indonesia masih merupakan kegiatan yang bersifat pengabdian kepada masyarakat ataupun lingkungan yang berada tidak jauh dari lokasi tempat dunia usaha melakukan kegiatannya. Dan seringkali kegiatannya belum dikaitkan dengan tiga elemen yaitu profit, planet dan people (Triple Bottom Line) yang menjadi kunci dari pembangunan berkelanjutan. Namun hal ini adalah langkah yang perlu dikembangkan dan diperluas hingga benar-benar dapat dijadikan kegiatan CSR yang benar-benar berkelanjutan.

4. Fungsi dan Tujuan CSR (Corporate Social Responsibility) a. Fungsi bagi individu karyawan

1) Belajar metode alternatif dalam berbisnis

2) Menghadapi tantangan pengembangan dan bisa berprestasi dalam lingkungan baru

3) Mengembangkan keterampilan yang ada dan keterampilan baru.

4) Memperbaiki pengetahuan perusahaan atas komunitas lokal dan memberi kontribusi bagi komunitas.


(43)

b. Fungsi bagi penerima program

1) Mendapatkan keahlian dan keterampilan profesional yang tidak dimiliki organisasi atau tidak memiliki dana untuk mengadakannya. 2) Mendapat keterampilan manajemen yang membawa pendekatan yang

segar dan kreatif dalam memecahkan masalah. 3) Memperoleh pengalaman dari organisasi besar. c. Fungsi bagi perusahaan

a. Memperkaya kapabilitas karyawan yang telah menyelesaikan tugas bekerjasama komonitas.

b. Meningkatkan pengetahuan tentang komunitas lokal.

c. Peluang untuk menanamkan bantuan praktis pada komunitas.

d. Meningkatkan citra dan profil perusahaan karena para karyawan menjadi duta besar bagi karyawan.

Tujuan program CSR (Corporate Social Responsibility) 1. Meminimalisasi resiko sosial

2. Membangun harmonisasi dengan masyarakat.

3. Peran aktif dalam memperbaiki masyarakat dengan melibatkan perusahaan pada masyarakat sekitar.

4. Pengembangan bisnis perusahaan.

5. Menumbuhkembangkan kepercayaan masyarakat dan mitra bisnis.

6. Meningkatkan harapan masyarakat agar perusahaan mengejar sasaran sosial dan ekonomis.


(44)

5. Pola CSR (Corporate Social Responsibility)

Menurut Saidi dan Abidin setidaknya ada empat model atau pola CSR (Corporate Social Responsibility) yang umumnya diterapkan di Indonesia.29 a. Keterlibatan langsung

Perusahaan menjalankan CSR secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Untuk menjalankan tugas ini, sebuah perusahaan biasanya menugaskan salah satu pejabat seniornya, seperti Corporate Secretary or Public Affair Manager atau menjadi bagian dari tugas pejabat Public Realation.

b. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan

Perusahaan mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau groupnya. Biasanya perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin atau dana abadi yang dapat digunakan secara teratur bagi kegiatan yayasan. c. Bermitra dengan pihak lain

Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui kerjasama dengan lembaga sosial atau organisasi non pemerintah, universitas atau media massa. Baik dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya. d. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium

Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Dibandingakn dengan modal lainnya, pola ini lebih berorientasi pada pemberian hibah

29

Edi Suharto, Pekerjaan Sosial Di Dunia Industri ‘Memperkuat Tanggung Jawab Social Perusahaan (CSR), (Bandung: Refika Aditama, 2007), h. 106


(45)

perusahaan yang bersifat “hibah pembangunan” pihak konsorsium atau lembaga semacam itu yang dipercayai oleh perusahaan-perusahaan yang mendukungnya secara produktif mencari mitra kerjasama dari kalangan lembaga operasional dan kemudian mengembangkan program yang disepakati bersama.

Bidang kegiatan yang dibantu perusahaan juga mencakup berbagai bidang. Dari jumlah dana yang disalurkan, bidang yang paling banyak hingga yang paling sedikit menerima sumbangan dari perusahaan berturut-turut adalah pendidikan dan penelitian, pelayanan sosial, kesehatan, musibah mendadak, pembangunan dan prasarana perumahan, seni dan pariwisata serta ekonomi produktif dan lingkungan. Namun dari frekuensi bidang yang disumbang secara berturut mulai dari yang paling sering dilakukan adalah pelayanan sosial, pendidikan dan pelatihan, kesehatan, musibah mendadak, lingkungan hidup, ekonomi produktif, seni olah raga dan pariwisata, dan pengembangan prasarana perumahan.30

Kedermawanan social juga berhubungan dengan beberapa hal, antara lain adalah motivasi yang mendorong perusahaan untuk melakukan kedermawanan sosial. Cara pengambilan keputusan dan nilai-nilai yang akan dicapai dalam memberikan sumbangan. Hal-hal tersebut merupakan hal yang penting untuk diketahui dalam rangka menggali potensi dana karena selama ini ada kecenderungan dana local lewat dana social perusahaan tersalurkan dalam area yang sangat variatif sesuai dengan keinginan perusahaan penyumbang.

30


(46)

Di Indonesia, kebiasaan perusahaan dalam meyumbang pada dasrnya tidak sepopuler dengan kebiasaan individu yang menjadi pemilik atau eksekutif puncak perusahaan tertentu. Bahkan kadang kala sulit membedakan apakah sumbangan yang diberikan oleh perusahaan adalah sumbangan yang secara sengaja dan terencana menjadi program perusahaan, atau justru karena program atau motivasi dari pemilik perusahaan.31

6. Tahap Penerapan CSR (Corporate Social Responsibility) a. Tahap perencanaan

Perencanaan terdiri atas tiga langkah yaitu:

1) Awareness building, merupakan langkah awal untuk membangun kesadaran mengenai arti penting CSR dan komitmen manajemen. Upaya ini dapat dilakukan antara lain melalui seminar, lokakarya dan lain-lain.

2) CSR assessement, merupakan upaya untuk memetakan kondisi perusahaan dan mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu mendapatkan prioritas perhatian dan langkah-langkah yang tepat untuk membangun struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan CSR yang efektif. 3) CSR manual building, penyusunan manual CSR dibuat sebagai acuan,

pedoman dan panduan dalam pengelolaan kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan yang dilakukan oleh perusahaan. Penyusunan manual

31

Zaim Saidi Dan Hamid Abidin, Sumbangan Social Perusahaan ‘Profil Dan Pola Distribusinya Di Indonesia’: Survey 226 Perusahaan di 10 kota. cet. Ke-1 (Jakarta: PRIAMEDIA, 2003), , h. 15


(47)

ini dapat dilakukan dengan meminta bantuan tenaga ahli independen dari luar perusahaan. 32

Prinsip dasar yang bisa dijalankan pedoman untuk perencanaan CSR secara umum adalah:33

1) Menetapkan visi

Penetapan visi ini merupakan langkah penting dalam penyusunan program CSR, karena visi merupakan gambaran dari sesuatu yang ingin dicapai pada masa yang akan datang. Adapun visi yang dibuat meski ada dalam kordinator SMART, specific, measurable (terukur), achieveable (dapat digapai), realistic (masuk akal), dan time-bound (alokasi waktu).

2) Memformulasikan misi

Misi mendeskripsikan alasan mengapa perusahaan melakukan program CSR. Misi mengembangkan harapan pada karyawan dan mengkomunikasikan pandangan umum dari perusahaan. Misi menginformasikan tentang perusahaan dan apa yang dilakukan perusahaan untuk program CSR. Misi merupakan cara untuk mendapatkan visi yang diinginkan.

3) Menetapkan tujuan

Tujuan merupakan hasil akhir atau wujud kongkret dari sebuah visi. Tujuan merumuskan apa yang akan diselesaikan oleh perusahaan dan kapan akan diselesaikan.

32

Yusuf Wibisono, Membedah Konsep Dan Aplikasi CSR, h. 127

33


(48)

4) Menetapakan kebijakan

Kebijakan perusahaan merupakan pedoman umum sebagai acuan pelaksanaan program CSR yang akan dijalankan. Kebijakan CSR pada sebuah perusahaan meliputi:

1) CSR merupakan investasi sosial perusahaan 2) CSR merupakan strategi bisnis perusahaan

3) CSR merupakan upaya untuk memperoleh Licence To Operate perusahaan dari masyarakat

4) CSR merupakan bagian dari risk management 5) Merancang struktur organisasi

Pelaksanaan program CSR dapat ditempatkan pada posisi yang berbeda pada masing-masing perusahaan. Banyak perusahaan yang menempatkan program CSR pada struktur eksisting, namun tidak sedikit pula yang membentuk sebuah struktur organisasi yang secara khusus menangani program CSR, bahkan dibawah salah satu CEO atau direksi perusahaan tersebut. Hal ini tergantung dari:

a) Komitmen manajemen

b) Besar kecilnya dana atau kegiatan yang dikelola c) Harapan dan kebutuhan

Di samping itu ada juga perusahaan yang ingin mendayagunakan program CSR-nya dengan membentuk yayasan yang dikelola sendiri di luar struktur organisasi.


(49)

6) Menyediakan SDM

Keberhasilan pelaksanaan program CSR tidak dapat dilepaskan dari peran SDM yang terlibat di dalamnya. SDM merupakan aset perusahaan yang sangat berharga. Menilai aset SDM tidak cukup hanya menyebutkan jumlah karyawan, rincian jenjang pendidikan karyawan dan lain-lain. Ada hal yang lebih penting dari hal tersebut yaitu, tingkat kualitas SDM.

Corporate Forum for Community Devlopment (CFCD) mengidentifikasi keterampilan pokok SDM yang perlu dimiliki pelaku CSR diantaranya adalah:34

a) Keterampilan berkomunikasi dan mempengaruhi orang lain b) Keterampilan bekerja dengan atau di dalam tim

c) Keterampilan menyediakan sumber daya yang diperlukan

d) Keterampilan memotivasi, membangun antusiasme dan menggerakan orang

e) Keterampilan mengelola konflik f) Keterampilan melakukan advokasi 7) Merencanakan program operasional

Program CSR sedapat mungkin diupayakan pada: a) Program berbasis sumber daya local

b) Program pemberdayaan masyarakat

c) Mengutamakan program yang berkelanjutan d) Linked dengan core business perusahaan

34


(50)

8) Membagi wilayah

Agar lebih focus pada sasaran, perusahaan terlebih dulu membuat pembagian wilayah. Dasar pembagian wilayah ini sangat fleksibel, bisa berdasarkan lokasi, dampak, jenis, ukuran dan dana yang disediakan perusahaan. Pembagian wilayah ini sangat membantu perusahaan untuk menentukan prioritas program-program CSR.

9) Mengelola dana

Implementasi program CSR sangat tergantung dari dana yang disediakan oleh perusahaan. Program yang sangat bagus tidak akan ada artinya jika tidak didukung oleh pendanaan yang memadai. Pengelolaan dana CSR pun harus dikelola dengan baik, karena tanpa pengelolaan yang baik dana besar sekalipun yang dialokasikan untuk kegiatan CSR tidak akan memberikan benefit yang optimal.35

b. Tahap implementasi

Tahap implementasi ini terdiri atas tiga langkah utama yaitu:

1) Sosialisasi diperlukan untuk memperkenalkan kepada komponen perusahaan mengenai berbagai aspek yang terkait dengan implementasi CSR khususnya mengenai pedoman penerapan CSR. Tujuan utama sosialisasi ini adalah agar program CSR yang akan diimplementasikan mendapat dukungan penuh dari seluruh komponen perusahaan, sehingga dalam perjalanannya tidak ada kendala serius yang dapat dialami oleh unit penyelenggara.

35


(51)

2) Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan sejalan dengan pedoman CSR yang ada, berdasarkan roadmap yang telah disusun.

3) Internalisasi adalah tahap jangka panajang. Internalisasi mencangkup upaya-upaya untuk memperkenalkan CSR di dalam seluruh proses bisnis perusahaan misalnya melalui manajemen kinerja, prosedur pengadaan, proses produksi, pemasaran dan proses bisnis lainnya.

Implementasi program CSR dapat dikelola berdasarkan pola sebagai berikut:36

1) Program sentralisasi

Perusahaan sebagai pelaksana atau penyelenggara utama kegiatan. Begitupun tempat, kegiatan berlangsung di areal perusahaan. Pada peraktiknya, pelaksanaan kegiatan bisa bekerja sama dengan pihak lain misalnya event organizer atau institusi lainya sejauh memiliki kesamaan visi dan tujuan.

2) Program desentalisasi

Kegiatan CSR dilaksanakan di luar area perusahaan. Perusahaan berperan sebagai pendukung kegiatan tersebut baik dalam bentuk bantuan dana, material maupun sponsorship.

3) Program kombinasi

Pola ini dapat dilakukan terutama untuk program-program pemberdayaan masyarakat, dimana inisiatif, pendanaan maupun pelaksanaan kegiatan dilakukan secara partisipatoris dengan beneficiaries.

36


(52)

Untuk melakuakn program CSR perusahaan dapat memilih alternatif pengelolaan yaitu dengan melakukan self managing, artinya perusahaan melakukan sendiri kegiatan-kegiatan CSR-nya dengan menugaskan beberapa karyawannya untuk menangani program CSR. Alternative selanjutnya adalah melalui outsourching dimana perusahaan dapat meminta bantuan kepada pihak ketiga yang mempunyai kemampuan untuk melakukan kegiatan yang diprogramkan oleh perusahaan.

Ada dua pola umum digunakan perusahaan dalam melakukan kegiatan CSR secara self managing, yaitu pola keterlibatan secara langsung dan melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan. Perusahaan yang melakukan sendiri kedermawanannya secara langsung bisa membentuk sendiri unit pengelola pada struktur perusahaan atau menggunakan corporate secretary/public affair manager/biro humas. Pembentukan yayasan perusahaan dalam menjalankan kegiatan sosialnya merupakan pengadopsian model yang lazim digunakan perusahaan-perusahaan di Negara maju.

Bagi perusahaan yang melakukan outsourhcing ada beberapa alternative pola yang bisa dilakukan. Pola pertama, bermitra dengan pihak lain, misalnya lembaga professional, LSM, instansi pemerintah, universitas, dan media masa. Kedua, bergabung atau mendukung kegiatan bersama baik yang berjangka pendek misalnya kepanitiaan atau berjangka panjang seperti konsorsium.


(53)

c. Tahap evaluasi

Tahap evaluasi adalah tahap yang perlu dilakukan secara konsisten dari waktu ke waktu untuk mengukur sejauh mana efektifitas penerapan CSR. Langkah ini tidak terbatas pada kepatuhan terhadap peraturan dan prosedur operasi standar tetapi juga mencakup pengendalian resiko perusahaan. Fungsi evaluasi adalah membantu perusahaan untuk memetakan kembali kondisi dan situasi serta capaian perusahaan dalam implementasi CSR sehingga dapat mengupayakan perbaikan-perbaikan yang perlu berdasarkan rekomendasi yang telah diberikan.

Aspek-aspek yang perlu dinilai dalam program CSR:37 1) Persiapan program atau kegiatan

2) Kemungkinan tidak lanjut, perluasan atau penghentian program 3) Kemungkinan modifikasi program

4) Temuan tentang dukungan masyarakat, kekuatan politik atau kelompok profesi terhadap program

5) Temuan tentang hambatan program yang berasal dari masyarakat, kelompok politik atau profesi

6) Hasil program atau kegiatan

Untuk melihat sejauh mana program CSR, diperlukan parameter atau indikator untuk melakukannya. Ada dua indikator keberhasilan yang dapat digunakan, yaitu:

37


(54)

1) Indikator internal, hal ini dapat dilihat dari meminimalkan perselisihan atau konflik, potensi konflik antara perusahaan dengan masyarakat, dengan harapan terwujudnya hubungan yang harmonis dan kondusif, asset perusahaan yang terdiri dari pemilik atau pimpinan perusahaan, karyawan, pabrik dan fasilitas pendukungnya terjaga dan terpelihara dengan aman, dan seluruh kegiatan perusahaan berjalan dengan aman dan lancar.

2) Indikator eksternal, hal ini dapat dilihat dari indikator ekonomi berupa tingkat pertambahan kualitas sarana dan prasarana umum, tingkat peninhgkatan kemandirian masyarakat secara ekonomis dan tingkat peningktan kualitas hubungan sosial antara perusahaan dengan masyarakat dan tingkat kepuasan masyarakat.

d. Pelaporan

Pelaporan diperlukan dalam rangka membangun sistem informasi baik untuk proses pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan informasi material dan relevan mengenai perusahaan. Khusus untuk praktik dan pelaporan CSR sejumlah institusi di Eropa sudah cukup lama mengeluarkan pedomannya. Misalnya, the Accounting standards steering committee of the institute of charactered accountant di Inggris pada tahun 1975 mengeluarkan pedoman bagi perusahaan untuk membuat pelaporan yang berisi informasi tentang aktifitas sosial dan lingkungannya.

Tahun 1990-an reporting ini mulai popular setelah stakeholders kian menuntut perusahaan tidak hanya membuat laporan yang berkaitan dengan kinerja keuangannya, namun juga laporan yang informative


(55)

mengenai aktifitas perusahaan terkait dengan aspek sosial dan lingkungan. Maka terciptalah beragam cara perusahaan dalam membuat laporan. Laporan-laporan tersebut umumnya berkaitan dengan informasi seputar aktifitas perusahaan dalam berinteraksi dan berkontribusi terhadap masyarakat, ataupun menyajikan informasi seputar tanggung jawab sosial perusahaan sesuai dengan definisi tanggung jawab sosial perusahaan yang dirujuk. Umumnya mencakup seluruh aspek triple bottom line yang meliputi: aspek ekonomi, aspek lingkungan dan aspek social.

Walaupun sukarela, sebaiknya perusahaan berusaha membuat laporan mengingat kalangan stakeholders kian melihat aktifitas CSR sebagai barometer untuk menilai potensi berkelanjutan suatu perusahaan. Bila suatu perusahaan tidak mempunyai laporan tentang CSR, dimungkinkan stakeholders menganggap perusahaan tersebut tidak melakukan tanggung jawab socialnya. Jadi sekalipun sukarela pelaporan sangatlah bermanfaat untuk masa depan.

7. Teori Pendayagunaan Dana CSR (Corporate Social Responsibility)

Menurut keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian dari Pendayagunaan Dana CSR (Corporate Social Responsibility) adalah cara atau usaha suatu perusahaan dalam menjalankan konsep tanggung jawab sosialnya terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan yang beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya agar dapat mendatangkan manfaat yang lebih besar serta baik dengan hasil yang memuaskan.


(56)

C. Teori Program Mitra Binaan

1. Pengertian Program Mitra Binaan a. Pengertian Program

Program adalah sederetan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh seorang atau sekelompok organisasi, lembaga bahkan Negara. Jadi seseorang, sekelompok organisasi, lembaga bahkan Negara mempunyai suatu program.

Suharsimi Arikinto mengemukakan program sebagai: 38

“Program adalah sederetan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai suatu kegiatan tertentu.”

Kegiatan yang sudah dilaksanakan bukan lagi suatu program dan kegiatan yang tidak direncanakan walaupun sudah terjadi bukan merupakan suatu program.

b. Program Mitra Binaan PT. Bank Negara Indonesia(Persero)Tbk

Program Mitra Binaan adalah salah satu program yang ada pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero)Tbk yang di jalankan oleh divisi PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan) yang memiliki arti program pemberdayaan usaha mikro dan usaha kecil yang dilakukan BUMN dalam bentuk pemberian pinjaman dalam rangka perkuatan modal usaha yang disertai dengan kegiatan pendampingan. Kegiatan pendampingan diberikan dalam bentuk bantuan manajerial, bantuan produksi, dan bantuan pemasaran.39

38

Suharsimi Arikunto, Penilaian Program Pendidikan (Yogyakarta: Bina Aksara, 1988), h. 1

39

Wawancara pribadi dengan Didik Siswantoro, Kntor Pusat BNI 46 Jakarta Pusat, 24 Mei 2010


(57)

2. Macam-macam Program Mitra Binaan

a. Macam atau jenis program dapat bermacam-macam wujud, jika ditinjau dari berbagai aspek. Program ditinjau dari:

1) Tujuan, ada program yang bertujuan mencari keuntungan (kegiatan komersial). Jika program tersebut mencari keuntungan, maka ukurannya adalah seberapa banyak program tersebut telah memberikan keuntungan dan jika program tersebut bertujuan sukarela maka ukurannya adalah seberapa banyak program tersebut bermanfaat bagi orang lain.

2) Jenis, ada program pendidikan, program koperasi, program kemasyarakatan dan sebagainnya. Klasifikasi tersebut tergantung dari isi program bersangkutan.

3) Jangka waktu, ada program jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.

4) Keluasan, ada program sempit, dan ada program luas. Program sempit hanya menyangkut program yang terbatas sedangakan program luas menyangkut banyak variabel.

5) Pelaksanaannya, ada program kecil dan ada program besar. Program kecil hanya dilaksanakan beberapa orang sedangakn program besar dilaksanakan oleh banyak orang.

6) Sifatnya, ada program penting dan ada program kurang penting. Program penting yang dampaknya masyarakat orang banyak, menyangkut hal-hal yang vital. Sedangkan program kurang penting adalah sebaliknya. 40

40


(58)

b. Macam-macam Program Mitra Binaan

Program komunikasi bagi perubahan sosial harus bersifrat altruistic (mementingkan orang lain), mempromosikan hal-hal sosial yang baik, bermanfaat, dan berorientasi pada pelayanan pablik. Namun demikian, program komunikasi bagi perubahan sosial harus lebih dari sekedar pelayanan pablik semata yang hanya berfokus pada “telling (menceritakan)” dan pendistribusian informasi di mana kebutuhan akan informasi tersebut ditentukan oleh orang-orang yang berasal dari luar komunitas. Sering terjadi pesan komunikasi datangnya dari “atas”, di mana pemahaman tentang realitas yang ada di “tingkat bawah (ground)” sangat terbatas.41

1) Pengembangan UKM melalui penyaluran kredit kemitraan, yang meliputi: Kampung BNI, yang berkembang di wilayah sekitar kantor cabang dan kantor wilayah BNI.

2) Capacity Building, meliputi: pelatihan mitra binaan dan pelatihan petugas BNI. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas para mitra binaan BNI dan karyawan PT. BNI (Persero) Tbk itu sendiri. 3) Pendampingan mitra binaan dan program ini meliputi: pameran UKM

di dalam dan luar negeri, website mitra binaan dan Koran mitra binaan.42

41

Adi Riyanto Suprayitno, Komunikasi, Pembangunan, Perubahan Sosial, diakses pada 30 Mei 2010

42

Wawancara pribadi dengan Didik Siswantoro, Kantor Pusat BNI 46 Jakarta Pusat, 24 Mei 2010


(59)

3. Tujuan Program Mitra Binaan

Tujuan adalah sasaran atau maksud yang harus dicapai dalam proses pelaksanaan kegiatan yang direncanakan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto sebagai berikut:

“ Tujuan program merupakan suatu yang pokok dan harus dijadikan pusat perhatian oleh evaluator. Jika suatu program tidak mempunyai tujuan atau tujuan yang tidak bermanfaat maka program tersebut tidak perlu dilaksanakan. Tujuan menentukan apa yang akan diraih. Tujuan program dibagi menjadi dua bagian yaitu tujuan umum dan tujaun khusus. Tujuan umum biasanya menunjukan dari program jangka panjang sedangakan tujuan khusus out putnya jangka pendek.43

Dan dari tujuan dari program mitra binaan adalah “Mendorong kesejahteraan masyarakat dan perbaiakn lingkungan.”44

43

Suharsimi Arikunto, Penilaian Program Pendidikan (Yogyakarta: Bina Aksara, 1988) h. 35

44

Wawancara pribadi dengan Didik Siswantoro, Kantor Pusat BNI 46 Jakarta Pusat, 24 Mei 2010


(60)

KAKI LIMA TAMAN TENDA 46 JAKARTA PUSAT

A. Sejarah PT. Bank Negara Indonesia (Persero)Tbk1

BNI yang dahulu dikenal sebagai Bank Negara Indonesia berdiri tanggal 5 Juli 1946. BNI merupakan bank pertama yang didirikan dan dimiliki oleh Pemerintah Indonesia yang bertanggungjawab menerbitkan dan mengelola mata uang Republik Indonesia. BNI mulai mengedaratkan alat pembanyaran resmi pertama yang dikeluarkan Pemerintah Indonesia, yakni ORI (Oeang Republik Indonesia), pada malam menjelang 30 Oktober 1946, hanya beberapa bulan setelah pembentukannya. Hingga kini, tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Keuangan Nasional, sementara hari pendiriannya yang jatuh pada tanggal 5 Juli ditetapkan sebagai Hari Bank Nasional.

Menyusul penunjukan De Javsche Bank yang merupakan warisan dari Pemerintah Belanda sebagai Bank Sentral pada tahun 1949, Pemerintah membatasi peranan BNI sebagai bank sirkulasi atau bank sentral. BNI lalu ditetapkan sebagai bank devisa, dengan akses langsung untuk transaksi luar negeri. Sehubungan dengan penambahan modal pada tahun 1955, status BNI diubah menjadi bank komersial milik Pemerintah dengan penetapan secara yuridis Undang-undang Darurat No. 2 tahun 1955. Perubahan ini melandasi

1

Wawancara pribadi dengan Didik Siswantoro, Kantor Pusat BNI 46 Jakarta PUsat, 24 Mei 2010


(61)

peayanan yang lebih baik dan luas bagi sektor usaha nasional. Di tahun yang sama, BNI membuka cabang pertamanya di luar negeri, yaitu di Singapura.

Sejalan dengan penggunaan tahun pendirian sebagai bagian dari identitas perusahaan, nama ‘Bank Negara Indonesia 46’ resmi digunakan mulai akhir tahun 1968. Perubahan ini menjadikan Bank Negara Indonesia lebih dikenal sebagai ‘BNI 46’. Pada tahun 1986, Bank Negara Indonesia 1946 melakukan rekonstruksi oprasional dengan menyusun Performance Improvement Program (PIP) agar lebih dinamis dalam menghadapi lingkungan yang senantiasa berubah. Program ini mencakup beberapa aspek, termasuk pembenaha visi dan misi perusahaan, penyempurnaan rencana strategis, serta pengembangan teknologi dan sumber daya manusia.

Menandai tekad Bank Negara Indonesia 1946 untuk tampil dengan sikap dan citra baru, sesuai dengan cita-citanya yang ingin mendunia dan menjawab tantangan globalisasi, BNI menganti lambang identitas perusahaan dengan logo ‘Bahtera Berlayar’ serta memperkenalkan nama panggilan singkat ‘Bank BNI’ pada tahun 1988. Dikeluarkannya Undang-undang No. 7 tahun 1992, membuka peluang bagi bank-bank pemerintah untuk berubah menjadi Perusahaan Perseroan. Dengan perubahan status hukum ini, nama Bank BNI berganti menjadi ‘PT. Bank Negara Indonesia (Persero)’.

Pada tahun 1996, keputusan Bank BNI untuk menjadi perusahaan publik diwujudkan melalui penawaran saham perdana kepada masyarakat melalui pasar modal. Bank BNI merupakan bank pemerintah pertama di Indonesia yang mencatatakan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek


(62)

Surabaya. Nama Bank BNI mendapat tambahan menjadi ‘PT. Bank Negara Indonesia (Persero)Tbk’ yang menandakan statusnya sebagai perusahaan publik atau terbuka.

Kemampuan BNI untuk beradaptasi terhadap perubahan dan kemajuan lingkungan, sosial-budaya serta teknologi dicerminkan melalui penyempurnaan identitas perusahaan yang berkelanjutan dari masa ke masa. Hal ini juga menegaskan dedikasi dan komitmen BNI terhadap perbaikan kualitas kinerja secara terus-menerus.

Pada tahun 2004, Bank BNI terus melakukan pembenahan untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat dan memperbaiki kinerjanya. Identitas perusahaan yang diperbaharui mulai digunakan untuk menggambarkan prospek masa depan yang lebih baik, setelah keberhasilan mengarungi masa-masa yang sulit. Sebutan ‘Bank BNI’ dipersingkat menjadi ‘BNI’, sedangakn tahun pendirian ‘46’ digunakan dalam logo perusahaan untuk meneguhkan kebanggaan sebagai bank nasional pertama yang lahir pada era Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berangkat dari semangat perjuangan yang berakar pada sejarahnya, BNI bertekad memberikan pelayanan yang terbaik bagi negeri, serta senantiasa menjadi kebanggaan Negara.

1. Values

Kenyamanan dan Kepuasan 2. Filosofi Logo Baru

Identitas baru BNI merupakan hasil desain ulang untuk menciptakan suatu identitas yang tampak lebih segar, lebih modern,


(63)

dinamis, serta menggambarkan posisi dan arah organisasi yang baru. Identitas tersebut merupakan ekspresi brand baru yang tersusun dari simbol “46” dan kata “BNI” yang selanjutnya dikombinasikan dalam suatu bentuk logo baru BNI.

3. Huruf BNI

Huruf “BNI” dibuat dalam warna turquoise baru, untuk mencerminkan kekuatan, otoritas, kekokohan, keunikan dan citra yang lebih modern. Huruf tersebut dibuat secara khusus untuk menghasilkan struktur yang orisinal dan unik.

4. Simbol ‘46’

Angka 46 merupakan simbolisasi tanggal kelahiran BNI, sekaligus mencerminkan warisan sebagai sebagai bank pertama di Indonesia. Dalam logo ini, angka “46” diletakkan secara diagonal menembus kotak berwarna jingga untuk menggambarkan BNI baru yang modern.

5. Palet Warna

Palet warna korporat telah didesain ulang, namun tetap mempertahankan warna korporat yang lama, yakni turquoise dan jingga. Warna turquoise yang digunakan pada logo baru ini lebih gelap, kuat mencerminkan citra yang lebih stabil dan kokoh. Warna jingga yang baru lebih cerah dan kuat, mencerminkan citra lebih percaya diri dan segar.

Logo “46” dan “BNI” mencerminkan tampilan yang modern dan dinamis. Sedangkan penggunakan warna korporat baru memperkuat


(64)

identitas tersebut. Hal ini akan membantu BNI melakukan diferensiasi di pasar perbankan melalui identitas yang unik, segar dan modern.2

6. Budaya Kerja BNI ”PRINSIP 46” merupakan Tuntunan Perilaku Insan BNI, terdiri dari :

4 (Empat) Nilai Budaya Kerja 1. PROFESIONALISME 2. INTEGRITAS

3. ORIENTASI PELANGGAN 4. PERBAIKAN TIADA HENTI

6 (Enam) Nilai Perilaku Utama Insan BNI

• Meningkatkan Kompetensi dan Memberikan Hasil Terbaik • Jujur, Tulus dan Ikhlas

• Disiplin, Konsisten dan Bertanggungjawab

• Memberikan Layanan Terbaik Melalui Kemitraan yang Sinergis • Senantiasa Melakukan Penyempurnaan

• Kreatif dan Inovatif

Setiap Nilai Budaya Kerja BNI memiliki Perilaku Utama yang merupakan acuan bertindak bagi seluruh Insan BNI, 6 (enam) Perilaku Utama Insan BNI adalah :

2


(1)

6. Berapa penghasilan anda per hari setelah dijalankan program MItra Binaan PT. BNI (Persero) Tbk?

a. < Rp 25.000

b. Rp 25.000 – Rp 50.000 c. > Rp 50.000

7. Apakah dengan pendapatan yang meningkat tersebut, kebutuhan sehari-hari Bapak/Ibu sudah tercukupi?

a. Iya b. Tidak

8. Apakah Bapak/Ibu sudah merasa terpuaskan dengan adanya program Mitra Binaan PT. BNI (Persero) Tbk?

a. Iya b. Tidak

9. Apakah Bapak/Ibu membuat dan menyerahkan laporan keuangan setiap bulannya kepada PT. BNI (Persero) Tbk?

a. Iya b. Tidak

Jika ya, seperti apa laporannya? ……… 10.Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah program Mitra Binaan PT. BNI (Persero) Tbk

sudah tepat kepada orang yang membutuhkannya? a. Iya


(2)

Wawancara

Nama : Didik Siswantoro Jabatan : Divisi PKBL

Lokasi wawancara : Kator PT. BNI (Persero)Tbk Jakarta Pusat Waktu wawancara : 24 Mei 2010

1. Peneliti(P) : Kapan dan bagaimana sejarah berdirinya PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk?

Didik (D): (Sejarah dari BNI terdapat pada BAB III)

2. P : Apa Visi dan Misi dari PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk? D : Visi dari BNI adalah Menjadi Bank yang Unggul, Terkemuka, dan

Terdepan dalam Layanan dan Kinerja. Sedangkan misi dari BNI adalah Memberikan layanan prima dan solusi yang bernilai tambah kepada seluruh nasabah dan selaku mitra pilihan utama (the bank of choice), Meningkatkan nilai investasi yang unggul bagi investor, Menciptakan kondisi terbaik sebagai tempat kebanggaan untuk berkkarya dan berprestasi, dan ini adalah meripakan misi dari Divisi PKBL yaitu Meningkatkan Kepedulian dan Tanggung Jawab Terhadap Lingkungan dan Sosial, dan misi yang terakhir adalah Menjadi acuan pelaksanaan kepatuhan dan tata kelola perusahaan yang baik

3. P : Apakah yang dimaksud dengan CSR menurut Divisi PKBL PT. BNI (Persero)Tbk?

D : Corporate Social Responsibility (CSR) adalah komitmen berkelanjutan yang dibangun oleh BNI untuk berperilaku etis dan memberikan kontribusi pada pembangunan nasional sekaligus meningkatkan kualitas hidup komunitas lokal dan masyarakat secara keseluruhan. Hal ini merupakan perwujudan budi baik (goodwill) perusahaan sebagai bentuk apresiasi kepada masyarakat


(3)

4. P : Apa tujuan dari kegiatan mitra binaan CSR PT. BNI (Persero)Tbk? D : Tujuan dari kegiatan CSR kami adalah Mendorong upaya

peningkatan kualitas hidup masyarakat dan perbaikan lingkungan, dan Memberikan kontribusi positif bagi seluruh masyarakat khususnya di seputar lingkungan perusahaan, serta Menumbuhkan dan memelihara citra positif perusahaan dimata masyarakat

5. P : Bagaimana tahapan-tahapan pendayagunaan dana CSR PT. BNI (Persero)Tbk?

D : Tahapan pendayagunaan dana CSR PT. BNI (persero)Tbk adalah: penetapan visi, memformulasikan misi, menetapkan tujuan, menetapkan kebijakan, merancang struktur organisasi, merancang program operasional, membagi wilayah, mengelola dana, dan sosialisasi.

6. P : Bagaimana penerapan CSR internal dan eksternal PT. BNI (Persero) Tbk?

D : Ada beberapa bagian dalam penerapan CSR baik internal maupun eksternal, diantaranya: pengelolaan internal meliputi pengelolaan hubungan kepegawaian dan pengelolaan branding, sedangkan untuk pengelolaan eksternal meliputi pengelolaan hubungan kepegawaian, pengelolaan hubungan media, dan pengelolaan website

7. P : Aspek apa yang menjadi fokus CSR PT. BNI (Persero) Tbk?

D : Ada tiga hal yang menjadi fokus dari kegiatan CSR kami yaitu: Profit (Keuntungan), People (Masyarakat), dan Planet (Lingkungan)

8. P : Apakah PT. BNI (Persero) Tbk menjalin kerjasama dengan perusahaan atau lembaga lain dalam mendayagunakan dana CSR? D : Ya, didalam menjalankan program CSR kami ada beberapa

program yang kami jalankan sendiri, tapi ada juga beberapa program yang dalam menjalankannya kami bekerjasama dengan pihak pemerintah. Termasuk program mitra binaan pedagang kaki


(4)

lima taman tenda 46 Jakarta PUsat ini, kami bekerjasama dengan pihak Pemda setempat untuk menyalurkan dana CSR kami kepada mereka

9. P : Bagaimana penentuan kriteria terhadap nasabah di daerah yang dilakukan oleh PT. BNI (Persero) Tbk dalam kegiatan CSR ini? D : Untuk program CSR mitra binaan BNI kami tidak menetapkan

kriteria khusus, jika para pedagang telah memenuhi persyaratan yang kami ajukan pada mereka itu artinya mereka telah menjadi nasabah dari program kami

10.P : Syarat-syarat apa saja yang harus dipenuhi oleh para pedagang kaki lima agara dapat menjadi nasabah program CSR mitra binaan BNI? D : Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh para pedagang sangat

mudah, yaitu: photocopy Kartu Tanda Pengenal, Kartu Keluarga dan Rekening Lisrtik, itu saja

11.P : Dimana saja program CSR PT. BNI (Persero)Tbk mitra binaan telah berlangsung?

D : Kegiatan CSR kami itu melibatkan kantor wilayah dan kantor cabang, jadi BNI berfokus pada masyarakat atau lingkungan sekitar kantor terlebih dahulu

12.P : Bagaimana cara pendekatan pihak PT. BNI (Persero)Tbk kepada pedagang kaki lima dalam kegiatan mitra binaan?

D : Pendekatan kami kepada pedagang kaki lima Jl. H. Abdul Jalil ini dengan sosialisasi dengan kordinator dari para pedagang yang akan mempermudah kami dalam menyampaikan tujuan baik dari perusahaan kepada mereka

13.P : Apakah PT. BNI (Persero)Tbk melakukan riset terlebih dahulu dalam penentuan lokasi pada program CSR mitra binaan ?

D : Ya, kami melakukan penelitian terlebih dahulu terhadap lingkungan yang akan kami berdayakan, kami mempertimbangkan apa yang mereka butuhkan dan sebesar apa kebutuhan mereka


(5)

14.P : Berapa besar alokasi dana untuk program CSR PT. BNI (Persero)Tbk?

D : Dana CSR yang kami berikan kepada masyarakat dan lingkungan sekitar berasal dari keuntungan yang kami dapatkan, BNI mengalokasikan 3% dari keuntungannya untuk disalaurkan kepada masyarakat melalui program CSR BNI

15.P : Bagaimana atau dalam bentuk apa pendayagunaan dana CSR PT. BNI (Persero)Tbk yang diberikan kepada pedagang kaki lima taman tenda 46 Jakarta pusat?

D : Untuk program mitra binaan pada pedagang kaki lima taman tenda 46 Jakarta Pusat kami mengalokasikan dana CSR BNI berupa tendanisasi atau fasilitas berdagang yang lebih layak bagi para pedagang

16.P : Adakah laporan tahunan dari pedagang kaki lima taman tenda 46 kepada PT. BNI (Persero)Tbk?

D : Dikarnakan dana yang kami berikan kepada pedagang kaki lima taman tenda 46 Jakarta Pusat merupakan dana hibah, maka tidak ada laporan yang harus mereka berikan kepada kami

17.P : Berapa pedagang yang telah menjadi nasabah dari program Mitra Binaan CSR PT. BNI (Persero)Tbk?

D : Untuk program ini BNI menyediakan 46 gerobak untuk berdagang lengkap dengan tempat pencuci piring, serta meja dan kursi yang dapat digunakan oleh para pengunjung taman tenda 46 Jakarta Pusat

18.P : Upaya-upaya apa saja yang dilaksanakan PT. BNI (Pertsero) Tbk dalam mendayagunakan dana CSR pada pedagang kaki lima Taman Tenda 46 Jakarta Pusat?

D : Bagi pedagang kaki lima yang berjualan di sekitar kantor BNI, kami berikan fasilitas berdagang yang layak bagi mereka, seperti tendanisasi dan gerobak yang lebih layak juga tempat yang lebih nyaman bagi para pengunjung, kami bertujuan dengan fasilitas


(6)

yang kami berikan dapat menambah penghasilan yang mereka dapatkan sehingga mereka dapat mencukupi kehidupan mereka 19.P : Apakah kegiatan CSR yang dilakukan PT. BNI (Persero)Tbk ini

mempunyai dampak positif dari masyarakat yang dapat memberikan image positif mengenai perusahaan?

D : Tujuan BNI dalam menlaksanakan program CSR ini adalah meningkatkan atau memejukan masyarakat agar dapat hidup lebih baik, dan untuk mendapat tanggapan positif dari masyarakat kepada PT. BNI (Persero)Tbk dan syukurlah itu semua telah terwujud. Akan tetapi kami akan terus meningkatkan program CSR BNi agar masyarakat dan lingkungan sekitar BNI dapat berkembang dan lebih maju lagi.


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerialdan Kepemilikan Institusionalserta Pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek Indonesia

1 55 104

Implementasi Program Corporate Social Responsibility (studi pada PT. Arun NGL, Lhokseumawe)

2 59 95

Analisis Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Pertumbuhan Pendapatan Usaha Kecil Dan Mikro (UKM) Binaan P.T. Telekomunikasi Indonesia-TBK. CDC Area Medan

4 53 101

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Pertamina (Persero) Unit Pengolahan II Dumai (Studi Deskriptif: Penerima Program CSR Masyarakat Kelurahan Jaya Mukti, Dumai).

13 105 123

Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Implementasi Corporate Social Responsibility ( Studi pada PT. Jamsostek Kantor Wilayah I Sumatera Utara )

1 34 150

Perbandingan Pengaturan Tentang Corporate Social Responsibility Antara Indonesia Dengan Cina Dalam Upaya Perwujudan Prinsip Good Corporate Governance Di Indonesia

3 83 204

Pengaruh Corporate Social Responsibility Disclosure Terhadap Earning Response Coefficient (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

1 54 90

Dampak Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Toba Samosir (Studi Kasus: Kecamatan Porsea)

17 118 108

Dampak Program Corporate Social Responsibility PT. Telkom tbk Terhadap Akses Mata Pencaharian Masyarakat Peri - Urban Di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang

0 41 151

Analisis Program Corporate Social Responsibility (CSR) pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. AWAL

0 0 16