TEORI PSIKOANALISIS FREUD yang kemudian

TEORI PSIKOANALISIS FREUD
Diajukan sebagai pelengkap tugas kelompok semester III
Mata kuliah pemahaman tingkahlaku
Dosen Pengampu : Ashari, S.Pd

Disusun oleh kelompok 1 kelas III E:
1.

Putri Dewi Candraningrum

(2009-31-007)

2.

Heni Handayani

(2010-31-002)

3.

Tri prasetya Nugraha


(2010-31-010)

4.

Widyaningsih

(2010-31-030)

5.

Juniati Wulandari

(2010-31-052)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2011/2012


KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan pencipta
alam semesta yang menjadikan bumi dan isinya dengan begitu sempurna. Tuhan
yang menjadikan setiap apa yang ada di bumi sebagai penjelajahan bagi kaum
yang berfikir. Dan sungguh berkat limpahan rahmat Allah SWT penulis dapat
menyelesaikan penyusunan tugas ini demi memenuhi tugas mata kuliah profesi
bimbingan dan konseling.
Penyusunan tugas ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan, sehingga dengan segala kerendahan hati kami mengharapkan saran
dan kritik yang bersifat membangun demi lebih baiknya kinerja kami yang akan
datang. Semoga tugas ini dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan
informasi yang bermanfaat bagi semua pihak.

Kudus, September 2011
Penyusun

DAFTAR ISI
Halaman Judul. ............................................................................................i

Kata Pengantar. ............................................................................................ ii
Daftar Isi......................................................................................................iii
Bab 1. Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah ............................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................1
C. Tujuan Penulisan........................................................................2
Bab 2. Pembahasan
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.

Pengertian Psikoanalis...............................................................3
Tingkat-Tingkat Kehidupan Mental...........................................4
Struktur Kepribadian..................................................................6
Dinamika Kepribadian...............................................................9
Mekanisme-Mekanisme Pertahanan Ego...................................11

Aplikasi Teori Psikoanalisis.......................................................13
Teori yang Mempengaruhi.........................................................16

Bab 3. Penutup
A. Kesimpulan................................................................................17
B. Saran...........................................................................................18
Daftar Pustaka..
Kosa Kata

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Dalam dunia konseling sering kali kita jumpai seorang konselor yang
tidak memahami kepribadian kliennya sehingga klien merasa masalahnya
tidak menemukan jalan keluar setelah berkonsultasi dengan konselor. Hal ini
mungkin saja terjadi karena konselor memandang masalah yang dihadapi
klien dari sudut pandang dirinya sendiri sehingga tidak akan cocok jika
diterapkan dalam situasi dan kondisi yang sedang dihadapi klien tersebut.
Oleh karena itu, kita sebagai calon konselor hendaklah mengetahui

tingkah laku dan kepribadian klien kita agar kita dapat memberikan
pelayanan yang tepat pada mereka.
Untuk memahami hal tersebut hendaknya

kita membahas teori

psikoanalisis Sigmund Freud yang merupakan pakar utama dari teori
psikoanalisis.
B. Rumusan Masalah
1.

Apa pengertian psikoanalisis ?

2.

Apa saja tingkat kehidupan mental menurut Freud ?

3.

Apa saja struktur kepribadian menurut Freud ?


4.

Apa saja dinamika kepribadian meurut Freud ?

5.

Apa saja mekanisme-mekanisme pertahanan ego menurut Freud ?

6.

Bagaimana aplikasi teori psikoanalisis ?

7.

Apa saja teori yang mempengaruhi psikoanalisis Freud ?

C. Tujuan
1. Agar mahasiswa mengetahui pengertian psikoanalisis.
2. Agar mahasiswa mengetahui tingkat kehidupan mental menurut Freud ?

3. Agar mahasiswa mengetahui struktur kepribadian menurut Freud ?
4. Agar mahasiswa mengetahui dinamika kepribadian meurut Freud ?
5. Agar mahasiswa mengetahui mekanisme-mekanisme pertahanan ego
menurut Freud ?
6. Agar mahasiswa mengetahui aplikasi teori psikoanalisis ?
7. Agar mahasiswa mengetahui teori yang mempengaruhi psikoanalisis Freud?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Psikoanalisis
Salah satu aliran utama dalam sejarah psikologi adalah teori psikoanalitik
Sigmund

Freud.

Psikoanalisis

adalah

sebuah


model

perkembangan

kepribadian, filsafat tentang sifat manusia, dan metode psikoterapi. Secara
historis psikoanalisis adalah aliran pertama dari tiga aliran utama psikologi.
Yang kedua adalah ‘behaviorisme’, sedangkan yang ketiga adalah psikologi
eksistensial-humanistik.
Penting untuk diingat bahwa Freud adalah pencipta pendekatan
psikodinamika terhadap psikologi, yang memberikan pandangan baru kepada
psikologi dan menemukan cakrawala-cakrawala baru. Ia, misalnya,
membangkitkan

minat

terhadap

motivasi


tingkahlaku.

Freud

juga

mengundang banyak kontroversi, eksplorasi, penelitian dan menyajikan
landasan tempat bertumpu sistem-sistem yang muncul kemudian.
Teori dan praktek psikoanalitik mencakup diantaranya :
(1) Kehidupan mental individu menjadi bisa dipahami, dan pemahaman
terhadap sifat manusia bisa diterapkan pada peredaan penderitaan
manusia.
(2) Tingkah laku diketahui sering ditentukan oleh factor-faktor tak sadar.
(3) Perkembangan pada masa dini kanak-kanak memiliki pengaruh yang kuat
terhadap kepribadian dimasa dewasa.
(4) Teori psikoanalitik menyediakan kerangka kerja yang berharga untuk
memahami cara-cara yang digunakan oleh individu dalam mengatasi

kecemasan dengan mengandaikan adanya mekanisme-mekanisme yang
bekerja untuk menghindari luapan kecemasan.

(5) Pendekatan psikoanalisis telah memberikan cara-cara mencari keterangan
dari ketidaksadaran melalui analisis atas mimpi-mimpi, resistensiresistensi, dan transferensi-trasferensi.

B. Tingkat-Tingkat Kehidupan Mental
Kontribusi terbesar freud bagi teori kepribadian adalah eksplorasinya
tentang alam bawah sadar dan penekanannya bahwa manusia dimotivasikan
utamanya oleh dorongan-dorongan yang sedikit disadari atau bahkan tidak
disadari sama sekali.bagi freud kehidupan mental dibagi dua tingkatan alam
bawah sadar(unconscious)dan alam sadar(conscious)alam sadar sendiri
memiliki dua lagi tingkatan yang berbeda,alam bawah sadar sesungguhnya
dan ambang-kesadaran(preconscious).dalam psikologi Freudian,tiga tingkatan
kehidupan mental ini digunakan untuk menentukan proses maupun lokasi
peristiwa.
Alam Bawah Sadar (Unconscious)
Alam bawah sadar mengandung semua dorongan ,desakan atau insting
yang melampui alam sadar kita dan memotivasi sebagian besar kata-kata
,prasaas,dan tindakan kita.meskipun kita bisa sadar dengan perilaku kita yang
tampak namun,sering kali kita tidak menyadari proses-proses kejiwaan yang
terjadi dibaliknya. Contoh seorang laki-laki bisa saja tahu dia merasa tertarik
kepada seorang perempuan namun,ternyata dia tidak memahami sepenuhnya

semua alas an kenapa dia tertarik,yang bahkan beberapa diantaranya mungkin
tampak irasional.
Dorongan-dorongan alam bawah sadar bisa muncul di alam sadar
namun,hanya telah menjalani transformasi tertentu.dua orang mungkin saling
mengekspresikan desakan-desakan erotis atau kekerasan bahwa sadar mereka
denagan merayu atau berkelakar satu sama lain.
Alam bawah sadar tidak pernah menjadi tidak aktif atau tertidur.daya-daya
dalam alam bawah sadar secara konstan berjuang untuk menjadi sadar dan

kebanyakan berhasil,meskipundaya-daya ini tidak lagi tampak dalam
bentuknya yang orisional.contohnya kebencian seorang anak kepada ayahnya
bisa menggunakan topeng berlagak pamer,karena jika kebencian itu harus
diungkapkan secara lugas,dia akan menciptakan terlalu banyak kecemasan
pada diri anak.
Ambang Kesadaran (preconscious)
Tingkat ambang kesadaran dari jiwa mengandung elemen-elemen yang
tidak sadar namun dapat menjadi sadar entah dengan cara yang mudah atau
sulit(freud,1933/1964)isi ambang berasal dari dari dua sumber,yang pertama
berasal dari persepsi-persepsi alam sadar,sedangkan yang kedua berasal dari
imaji-imaji alam bawah sadar.
Sebuah persepsi bersifat sadar hanya selama persepsi itu berada di periode
transitoris namun,dia akan cepat berlalu ke ambang kesadaran ketika focus
perhatian kita berdasar ke ide-ide lain. Ide-ide yang dapat berpindah dengan
mudah antara alam sadar dan ambang kesadaran seperti ini umumnya bebas
dari kecemasan, dan dalam realitasnya banyak mirip dengan imaji-imaji alam
sadar ketimbangan desakan-desakan alam bawah sadar.
Sementara itu, imaji-imaji alam bawah sadar, Freud percaya, dapat
menyelinap dari sensor seketat apapun dan masuk ke ambang kesadaran
dalam bentuk samaran. Berapa imaji ini tidak pernah menjadi alam sadar
karena jika sampai kita mengenal mereka sebagai derivatif-derivatif alam
bawah sadar, maka kita akan mengalami naiknya tingkat kecemasan, yang
pada gilirannya akan mengaktifkan sensor final untuk merepresi imaji-imaji
bermuatan kecemasan ini, memaksa mereka kembali lagi masuk kea lam
bawah sadar. Imaji-imaji lain dari alam bawah sadar memang berasal
mencapai alam sadar namun, hanya karena hakikat mereka yang
sesungguhnya berhasil di samarkan dengan cerdik lewat proses mimpi.
Alam Sadar
Tingkat kehidupan mental inilah yang secara langsung bisa kita akses.ideide dapat mencapaialam sdar melalui dua jalan yang berbeda ,jalan pertama
berasal dari sistem kesadaran mempersepsi(perceptual conscious) yang
memantapkan kedunia luar dan bertidak sebagai medium untuk mempersepsi

stimulus-stimulus eksternal.dengan kata lain apa yang kita persepsi lewat
organ-organ indra kita,jika tidak terlalu mencekam.yang kedua elemenelemen sadra berasal dari dalam sruktur mental dan meliputi ide-ide dari
ambang kesadaran yang tidak mengancam,dan imaji-imaji alam bawah sadar
yang berbahaya namun,sudah disamarkan.seperti kita dah lihat ,imaji-imaji
yang berhasil lolos ke ambang kesadaran ini menutupi dirinya dari seolaholah menjadi elemen yang tidak berbahaya yang sanggup mengelabui sensor
primer.dan semakin mereka mencapai system alam sadar imaji-imaji semakin
banyak terdistorsi dan terkamuflase,bahkan sering mengambil bentuk
perilaku definsif atau elemen-elemen mimpi.
Freud(1917/1963,hal.295-296)mambandingkan alam bawah sadar dengan
sebuah ruang tunggu yang besar yang didalamnya banyak orang yang
berbeda-beda,energik dan citra buruk saling bersangkutan tumpang-tindih
satu sama lain,dan berjuang keras tanpa kenal lelah untuk bisa lolos kedalam
ruang tamu yang lebih kecil.namun seorang penjaga pintu yang selalu
waspada melindungi ambang pintu antara ruang tungguyang besar dan ruang
tamu yang kecil.penjaga ini memiliki dua metode untuk mencegah orangorang yang tidak diinginkan lolos dari ruang tunggu,entah dengan mengusir
langsung mereka dari depan pintu atau menarik keluar mereka yang diamdiam menyelinap keruang tamu.efek dari dua metode tindakan ini sama
orang-orangyang berbahaya dan menyimpang dicegah untuk menyamar
sebagai tamu penting yang diperoleh duduk bahkan sampai jauh didepan
layar.
C. Struktur Kepribadian
Menurut pandangan psikoanalitik, struktur kepribadian terdiri dari tiga
sistem: id, ego, dan superego. Ketiganya adalah nama bagi proses-proses
psikologis dan jangan dipikirkan sebagai agen-agen yang secara terpisah
mengoprasikan kepribadian; merupakan fungsi-fungsi kepribadian sebagai
keseluruhan ketimbang sebagai tiga bagian yang terasing satu sama lain.
Id

The Id (Das Es) adalah Aspek biologis dan merupakan sistem original,
suatu realitas psikis yang sesungguhnya (The true psychic reality) dunia Batin
atau subyektif manusia dan tidak memiliki koneksi secara langsung dengan
realitas obyektif. The Id berisi hal-hal yang dibawa sejak lahir (unsur-unsur
biologis), libido seksualitas, termasuk juga instink-instink organisme. Id
berorientasi pada prinsip kesenangan (pleasure principle) atau prinsip reduksi
ketegangan. Id merupakan sumber energi psikis. Maksudnya, bahwa id itu
merupakan sumber dari instink kehidupan (eros) atau dorongan – dorongan
biologis (makan, minum, tidur, bersetubuh, dsb.) dan instink kematian/instink
agresif (tanatos) yang menggerakkan tingkah laku.
Selain tidak realistas dan hanya mencari kesenangan, id juga tidak logis
dan dapat melayani secara bersamaan ide-ide yang tidak bersesuaian.
Contohnya, seseorang perempuan mungkin menunjukan rasa kasih yang
disadari terhadap ibunya sementara mengharapkan tanpa sadar kehancuran
sang ibu. Hasrat-hasrat yang saling bertentangan ini dapat muncul karena id
tidak memiliki moralitas di dalamnya, artinya dia tidak membuat penentuan
nilai atau membedakan baik dan buruk. Namun begitu, id bukannya immoral
(menyalahi moral), tepatnya dia amoral (tidak bersangkut paut dengan moral).
Semua energi id dihabiskan untuk satu tujuan saja yaitu mencari kesenangan
tanpa peduli apa yang pantas atau benar (Freud, 1923/1961a, 1933/1964).
Ego
Ego memiliki kontak dengan dunia eksternal dari kenyataan. Ego adalah
eksekutif dari kepribadian yang memerintah, mengendalikan, dan mengatur.
Ego juga dapat dikatakan satu-satunya wilayah jiwa yang berhubungan
dengan realitas. Misalnya adalah ego seorang perempuan mungkin secara
sadar memotivasi dia untuk memilih pakaian yang rapid an dijahit dengan
baik karena dia merasa nyaman jika mengenakan pakaian yang bagus. Pada
waktu yang bersamaan dia bisa saja menyadari secara samar-samar (yaitu
secara ambang sadar) mengenai pengalaman-pengalaman sebelumnya yang
membuatnya dihargai karena memilih pakaian-pakaian bagus. Selain itu, dia
juga bise termotivasi oleh bawah sadarnya untuk menjadi sangat rapid an

tertib karena pengalaman-pengalaman pada masa kanak-kanak awal. Kalau
begitu, keputusannya untuk mengenakan pakaian yang rapi lahir dari ketiga
tingkatan kehidupan mentalnya.
Menurut Freud (1933/1964), ego menjadi terbedakan dengan id. Untuk
membandingkan ego dan id, Freud menggunakan analaogi seseorang yang
sedang menunggangin seekor kuda. Si penunggang sanggup mengendalikan
dan mengarahkan kekuatan kuda yang jauh lebih besar darinya namun, jika si
kuda menunjukkan kemurahhatian untuk menuruti perintahnya. Dengan cara
yang sama, ego harus mengendalikan dan mengarahkan implus-implus id,
namunhalmitu dapat terjadi hanya jika da kemurahhatian dari id yang jauh
lebih kuat darinya namun jauh lebih tidak terorganisir.
Seperti halnya anak-anak yang mendapatkan hadiah dan hukuman dari
orang tua, mereka mulai belejar apa yang harus dilakukan untuk memperoleh
kesenangan dan menghindari rasa sakit. Di usia yang masih belia ini,
kesenangan dan rasa sakit merupakan fungsi-fungsi ego yang utama karena
anak-anak masih belum mengembangkan suara hati nurani dan ide al-ego
(superego). Ketika anak-anak memasuki usia 5 atau 6 tahun, mereka mulai
mengidentifikasi diri dengan orang tua mereka dan belajar apa yang boleh
dan tidak boleh dilakukan.
Superego
Super ego merupakan komponen moral kepribadian yang terkait dengan
standar atau norma masyarakat mengenai baik dan buruk, benar dan salah.
Superego berfungsi untuk (1) merintangi dorngan – dorongan id, terutama
dorongan seksual dan agresif, kareena dalam perwujudannya sangat dikutuk
oleh masyarakat, (2) mendorong ego untuk menggantikan tujuan –tujuan
realistik dengan tujuan – tujuan moralistik, dan (3) mengejar kesempurnaan
(perfection).
Superego mempunyai dua subsistem, suara hati nurani dan ideal ego.
Untuk beberapa orang superego tidak tumbuh setelah masa kanak-kanak,
sementara bagi yang lain, superego mendominasi kepribadian dengan
memunculkan rasa bersalah dan rasa rendah hati.
D. Dinamika Kepribadian

1. Dorongan-Dorongan ( Drives )
Menurut

Freud

(

1933/1964

)

beragam

dorongan

dapat

dikelompokkan menjadi dua kubu utama : seks atau Eros, dan agresif,
distraksi atau Thanatos. Dorongan-dorongan ini berakar dalam Id.
Namun, mereka tunduk pada pengontrolan Ego. Dorongan memiliki
bentuk energy psikisnya sendiri : Freud menggunakan kata Libido untuk
energy dorongan seksual. Namun, energy bagi dorongan agresif masih
belum dinamainya.
a. Seks
Tujuan dari dorongan seksual adalah kesenangan namun,
kesenangan ini tidak terbatas hanya pada kesenangan genital semata.
Tujuan akhir dorongan seksual ( pengurangan tegangan seksual ) tidak
dapat diubah namun, jalan untuk mencapai tujuan ini bisa beragam.
Fleksibilitas objek seksual atau pribadi seksual dapat mengenakan
samara Eros yang lebih jauh. Objek erotis dapat ditransformasikan
atau dipindahkan dengan mudah. Sebagai contoh, seorang bayi yang
dipaksa terlalu cepat untuk lepas dari putting ibunya sebagai objek
seksual mungkin akan menggantinya dengan jempol tangan sebagai
objek kesenangannya. Namun, seks sendiri dapat mangambil banyak
bentuk yang lain, seperti Narsisisme, cinta, sadisme, dan masokhisme.
Dua yang terakhir ini memiliki komponen dorongan agresif.
b. Agresi
Tujuan

dari

dorongan

destruktif,

menurut

Freud,

adalah

mengembalikan organism pada kondisi anorganis. Dorongan agresif
juga menjelaskan kebutuhan atas penghalang-penghalang yang sudah
dibangun manusia untuk mengendalikan agresi.
Contohnya perintah seperti “kasihilah sesamamu seperti kamu
mengasihi dirimu sendiri”.

2. Kecemasan ( anxiety )

Kecamasan adalah suatu keadaan tegang yang memotivasi kita
untuk berbuat sesuatu. Freud ( 1933/1964 ) menekankan bahwa ini adalah
kondisi yang tidak menyenangkan, bersifat emosional, dan sangat terasa
kekuatannya, disertai sebuah sensasi fisik yang memperingatkan
seseorang terhadap bahaya yang sedang mendekat.
Ada tiga macam kecemasan :
a. Kecemasan Neurotis
Kecemasan neurotis adalah ketakutran terhadap tidak terkendalinya
naluri-naluri yang menyebabkan seseorang melalkukan suatu tindakan
yang bisa mendatangkan hukuman bagi dirinya sendiri. Contohnya
adalah seseorang akan mengalami kecemasan ini karena kehadiran
seorang guru, majikan, atau figure otoritas lain.
b. Kecemasan Moralistis
Kecemasan moralistis adalah katekutan terhadap hati nurani
sendiri. Kecemasan ini bersal dari konflik antara ego dan superego.
Kecemasan moralistis contohnya, akan muncul dari godaan seksual
jika seorang anak percaya bahwa menyerah pada godaan akan
membuat dirinya keliru secara moral. Namun, kecemasan moralistis
juga bisa muncul akibat kegagalan untuk bersikap secara konsisten
dengan apa yang dianggap benar secara moral, contohnya gagal
merawat orang tua yang sudah lanjut usia.
c. Kecemasan Realiatis
Kecamasan realistis adalah ketakutan terhadap bahaya dari dunia
eksternal, dan taraf kecemasannya sesuai dengan derajat ancaman
yang ada. Contohnya, kita dapat mengalami kecemasan realistis ketika
berkendara di lalu lintas yang padat dan bergerak cepat di sebuah kota
yang belum kita kenal. Kecemasan realistis ini berbeda dari rasa takut
karena rasa takut tidak perlu malibatkan suatu objek spesifik yang
menakutkan, contohnya jika sepeda motor kita tiba-tiba terpeleseta
dan lepas kendali di atas sebuah jalan tol yang bersalju.

Kecemasan berffungsi sebagai mekanisme penjagaan ego karena
dia memberi sinyal bahwa bahaya tertentu sedang mendekat ( Freud,
1933/1945 ). Contohnya, sebuah mimpi kecemasan yang memberi sinyal
kepada sensor kita mengenai bahaya yang sedang mendekat akan
mengambil bentuk samaran imaji-imaji mimpi sebaik-baiknya.
E. Mekanisme-Mekanisme Pertahanan Ego
1. Represi ( Represion )
Represi adalah melupakan isi kesadaran yang traumatis atau bisa
mengakibatkan kecemasan. Represi akan selalu terjadi di sepanjang hidup
manusia contohnya, seorang gadis muda mungkin akan merepresi secara
permanen kebencianyat erhadap adik perempuannya karena perasaanperasaannya kebenciannya itu terlalu banyak kecemasan.
Dorongan-dorongan yang terrepresi bisa disamarkan sebagai
simtom-simtom fisik, contohnya impotensi yang menimpa laki-laki
lantaran parasaan bersalah seksual.
2. Pembentukan Reaksi ( Reaction Formation )
Pembentukan reaksi adalah melakukan tindakan yang berlawanan
dengan hasrat tak sadar. Perilaku reaktif dapat dididentifikasikan oleh
cirinya yang berlebih-lebihan dan oleh bentuk obsesif dan kompulsifnya.
Contohnya seorang ibu yang memiliki perasaan menolak terhadap
anaknya karena adanya perasaan berdosa, ia menampilkan tingkah laku
yang sangat berlawanan, yakni terlalu melindungi atau terlalu mencintai
anaknya. kecemasan Jadi, seorang ibu tersebut berusaha menutupi dan
perasaan-perasaan negativenya.
3. Pengalihan ( displacement )
Pengalihan adalah mengarah energy kepada objek atau orang lain
apabila objek asal atau orang yang sesungguhnya, tidak bisa dijangkau.
Contohnya seorang perempuan yang marah kepada teman sekamarnya

bisa mengakibatkan kemarahannya itu kepada pegawainya, kucing
peliharaannya, atau hewan-hewan yang sudah diawetkan.
Freud ( 1926/1959a ) juga menggunakan istilah pengalihan untuk
mengacu kepada pengalihan yang lainnya. Contohnya sebuah desakan
kompulsif untuk bermasturbasi bisa dialihkan dengan tindakan cuci
tangan yang kompulsif.
4. Fiksasi ( fixation )
Fiksasi adalah menjadi terpaku pada tahap-tahap perkembangan
yang lebih awal karena mengambil langkah-langkah selanjutnya bisa
menimbulkan

kecemasan. Contohnya anak yang terlalu bergantung

menunjukkan pertahanan berupa fiksasi ; kecemasan menghambat anak
belajar mandiri.
5. Regresi ( regretion )
Regresi adalah malangkah mundur ke fase perkembangan yang
lebih awal tuntutannya yang tidak ter;lalu besar. Contohnya, seorang anak
yang takut sekolah memperlihatkan tingkah laku infantile seperti
menangis, mngisap ibu jari, bersmbunyi, dan menggantungkan diri pada
guru. Atau, ketika adiknya lahir seorang anak kembali menunjukkna
bentuk-bentuk tingkah laku yang kurang matang.
6. Proyeksi (Projection)
Proyeksi adalah melihat pada diri orang lain perasaan atau
kecenderungan yang tidak bisa diterima padahal sesungguhnya hal-hal itu
berada dibawah sadarnya sendiri (Freud, 1915/1975b). Contohnya,
seorang laki-laki mungkin menginterprestasikan secara konsisten
tindakan-tindakan perempuan yang usianya lebih tua darinya sebagai
upaya-upaya rayuan.
7. Introyeksi (Introjection)
Jika proyeksi menempatkan implus yang tidak diinginkan kepada
objek eksternal, maka maka introyeksi adalah mekanisme pertahanan ego

bagi seseorang yang memasukkan kualitas-kualitas positif orang lain ke
dalam

egonya

sendiri.

Contohnya,

seorang

remaja

mungkin

mengintroyeksi atau mengadopsi beberapa cara, nilai atau gaya hidup
seseorang bintang film.
8. Sublimasi (Sublimation)
Sublimasi adalah menggunakan jalan keluar yang lebih tinggi atau
yang secara social lebih dapat diterima bagi dorongan-dorongannya.
Contohnya, dorongan agresif yang ada pada seseorang disalurkan
kedalam aktivitas bersaing dibidang olahraga sehingga dia menemukan
jalan bagi pengungkapan perasaan agresifnya, dan sebagai tambahan dia
bisa memperoleh imbalan apabila berprestasi dibidang olah raga itu.
F.

Aplikasi Teori Psikoanalisis
Pertama, konsep kunci bahwa ”manusia adalah makhluk yang memiliki
kebutuhan dan keinginan”. Konsep ini dapat dikembangkan dalam proses
bimbingan, dengan melihat hakikatnya manusia itu memiliki kebutuhankebutuhan dan keinginan-keinginan dasar. Dengan demikian konselor dalam
memberikan bimbingan harus selalu berpedoman kepada apa yang
dibutuhkan dan yang diinginkan oleh konseli, sehingga bimbingan yang
dilakukan benar-benar efektif. Hal ini sesuai dengan fungsi bimbingan itu
sendiri. Mortensen (Yusuf Gunawan, 2001) membagi fungsi bimbingan
kepada tiga yaitu: (1) memahami individu (understanding-individu), (2)
preventif dan pengembangan individual, dan (3) membantu individu untuk
menyempurnakannya. Memahami individu. Seorang guru dan pembimbing
dapat memberikan bantuan yang efektif jika mereka dapat memahami dan
mengerti persoalan, sifat, kebutuhan, minat, dan kemampuan anak didiknya.
Karena itu bimbingan yang efektif menuntut secara mutlak pemahaman diri
anak secara keseluruhan. Karena tujuan bimbingan dan pendidikan dapat
dicapai jika programnya didasarkan atas pemahaman diri anak didiknya.
Sebaliknya bimbingan tidak dapat berfungsi efektif jika konselor kurang

pengetahuan dan pengertian mengenai motif dan tingkah laku konseling,
sehingga usaha preventif dan treatment tidak dapat berhasil baik. Preventif
dan pengembangan individual. Preventif dan pengembangan merupakan dua
sisi dari satu mata uang. Preventif berusaha mencegah kemorosotan
perkembangan anak dan minimal dapat memelihara apa yang telah dicapai
dalam perkembangan anak melalui pemberian pengaruh-pengaruh yang
positif, memberikan bantuan untuk mengembangkan sikap dan pola perilaku
yang dapat membantu setiap individu untuk mengembangkan dirinya secara
optimal. Membantu individu untuk menyempurnakan. Setiap manusia pada
saat

tertentu

membutuhkan

pertolongan

dalam

menghadapi

situasi

lingkungannya. Pertolongan setiap individu tidak sama. Perbedaan umumnya
lebih pada tingkatannya dari pada macamnya, jadi sangat tergantung apa yang
menjadi kebutuhan dan potensi yang ia miliki. Bimbingan dapat memberikan
pertolongan pada anak untuk mengadakan pilihan yang sesuai dengan potensi
dan kemampuan yang dimilikinya. Jadi dalam konsep yang lebih luas, dapat
dikatakan bahwa teori Freud dapat dijadikan pertimbangan dalam melakukan
proses bantuan kepada konseling, sehingga metode dan materi yang
digunakan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan individu.
Kedua, konsep kunci tentang “kecemasan” yang dimiliki manusia dapat
digunakan sebagai wahana pencapaian tujuan bimbingan, yakni membantu
individu supaya mengerti dirinya dan lingkungannya; mampu memilih,
memutuskan

dan

merencanakan

hidup

secara

bijaksana;

mampu

mengembangkan kemampuan dan kesanggupan, memecahkan masalah yang
dihadapi dalam kehidupannya; mampu mengelola aktivitasnya sehari-hari
dengan baik dan bijaksana; mampu memahami dan bertindak sesuai dengan
norma agama, sosial dalam masyarakatnya. Dengan demikian kecemasan
yang dirasakan akibat ketidakmampuannya dapat diatasi dengan baik dan
bijaksana. Karena menurut Freud setiap manusia akan selalu hidup dalam
kecemasan, kecemasan karena manusia akan punah, kecemasan karena tidak
dapat bersosialisasi dengan lingkungan dan banyak lagi kecemasan-

kecemasan lain yang dialami manusia. Jadi bimbingan ini dapat merupakan
wadah dalam rangka mengatasi kecemasan.
Ketiga, konsep psikolanalisis yang menekankan pengaruh masa lalu (masa
kecil) terhadap perjalanan manusia. Walaupun banyak para ahli yang
mengkritik, namun dalam beberapa hal konsep ini sesuai dengan konsep
pembinaan dini bagi anak-anak dalam pembentukan moral individual. Dalam
sistem pembinaan akhlak individual, Islam menganjurkan agar keluarga dapat
melatih dan membiasakan anak-anaknya agar dapat tumbuh berkembang
sesuai dengan norma agama dan sosial. Norma-norma ini tidak bisa datang
sendiri, akan tetapi melalui proses interaksi yang panjang dari dalam
lingkungannya. Bila sebuah keluarga mampu memberikan bimbingan yang
baik, maka kelak anak itu diharapkan akan tumbuh menjadi manusia yang
baik. Dalam hal ini sebuah hadis Nabi menyatakan bahwa “Setiap anak yang
dilahirkan dalam keadaan fitrah, hingga lisannya fasih. Kedua orangtuanyalah
yang ikut mewarnainya sampai dewasa.” Selain itu seorang penyair
menyatakan bahwa “Tumbuhnya generasi muda kita seperti yang dibiasakan
oleh ayah-ibunya”. Hadis dan syair tersebut di atas sejalan dengan konsep
Freud tentang kepribadian manusia yang disimpulkannya sangat tergantung
pada apa yang diterimanya ketika ia masih kecil. Namun tentu saja terdapat
sisi-sisi yang tidak begitu dapat diaplikasikan, karena pada hakikatnya
manusia itu juga bersifat baharu.
Keempat, teori Freud tentang “tahapan perkembangan kepribadian
individu” dapat digunakan dalam proses bimbingan, baik sebagai materi
maupun pendekatan. Konsep ini memberi arti bahwa materi, metode dan pola
bimbingan harus disesuaikan dengan tahapan perkembangan kepribadian
individu, karena pada setiap tahapan itu memiliki karakter dan sifat yang
berbeda. Oleh karena itu konselor yang melakukan bimbingan haruslah selalu
melihat tahapan-tahapan perkembangan ini, bila ingin bimbingannya menjadi
efektif.
Kelima, konsep Freud tentang “ketidaksadaran” dapat digunakan dalam
proses bimbingan yang dilakukan pada individu dengan harapan dapat

mengurangi impuls-impuls dorongan Id yang bersifat irrasional sehingga
berubah menjadi rasional.

G. Teori Yang Mempengaruhinya
Pemahaman Freud tentang kepribadian manusia didasarkan pada
pengalaman-pengalaman dengan para pasiennya, analisis tentang mimpinya,
dan bacaannya yang luas tentang beragam literature ilmu pengetahuan dan
kemanusiaanya. Pengalaman-pengalaman ini menyediakan data yang
mendasar bagi evolusi teorinya.
Dalam teori psikoanalisis freud dipengaruhi oleh pengalaman, sudut
pandang dari diri pribadi S. Freud, dan mengacu pada teori-teori sebelumnya.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Psikoanalisis adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat
tentang sifat manusia, dan metode psikoterapi. Secara historis psikoanalisis
adalah aliran pertama dari tiga aliran utama psikologi. Yang kedua adalah
‘behaviorisme’, sedangkan yang ketiga adalah psikologi eksistensialhumanistik.
2. Bagi freud kehidupan mental dibagi dua tingkatan alam bawah
sadar(unconscious)dan alam sadar(conscious).
3. Menurut pandangan psikoanalitik, struktur kepribadian terdiri dari tiga
sistem: id, ego, dan superego.
4. Dinamika kepribadian menurut Freud adalah dorongan dan kecemasan.
5. Mekanisme pertahanan ego menurut Freud adalah : represi, pembentukan
reaksi, pengalihan, fiksasi, regresi, proyeksi, introyeksi, dan sublimasi.
6. Aplikasi teori psikoanalisis antara lain mencakup :
a. Manusia adalah makhluk yang memiliki kebutuhan dan keinginan.
b. Kecemasan
c. Menekankan pengaruh masa lalu (masa kecil) terhadap perjalanan manusia
d. Tahapan perkembangan kepribadian individu

e. Ketidaksadaran
7. Dalam teori psikoanalisis freud dipengaruhi oleh pengalaman, sudut
pandang dari diri pribadi S. Freud, dan mengacu pada teori-teori
sebelumnya.

B. Saran
Setelah kita mengetahui garis besar dari teori psikoanalisis Sigmund
Freud, seharusnya kita dapat lebih mengetahui strukutur kepribadian dalam
diri kita. Setelah kita mengetahuinya, hendaknya kita dapat menerapkannya
dalam kehidupan kita sehari-hari sesuai peran kita masing-masing.
Selain itu, jika kita mengetahui strukutur kepribadian kita pastilah kita
juga mengetahui struktur kepribadian dalam diri orang lain karena pada
dasarnya struktur kepribadian setiap individu itu sama, yang beda hanyalah
proporsi dari masing-masing struktur ada yang menonjol.
Di samping itu, kita juga seharusnya lebih memahami tingkah laku
masing-masing individu karena tidak ada individu yang bersifat sama. Dalam
satu invidu pun, jika di hadapkan dalam situasi dan kondisi yang berbeda,
pastinya akan bersikap yang berbeda pula.
Sebagai seorang konselor alangkah bagi kita mengetahui dan memahami
sifat-sifat klien kita agar kita dapat memberikan bimbingan sesuai dengan
kabutuhan klien kita.

DAFTAR PUSTAKA
Feist, Jess dan Gregory J. Feist. 2008. Theories Of Personality. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar
Sigmund Freud. 2002. Ageneral Introduction To Psychoanalisis. Yogyakarta :
Ikon Teralitera
Corey, Gerald. 1988. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. PT ERESCO
: Anggota IKAPI
Diakses

di

http://www.trigonalworld.com/2010/12/teori-kepribadian-

psikoanalisis-sigmund.html. pada tanggal 21 september 2011. jam 11.45
WIB
Di Akses di

http://diarad08.student.ipb.ac.id/2010/06/18/teori-psikoanalisis-

freud/. Pada Jam 11. 49 WIB. Tanggal 21 September 2011
Diakse di http://www.indonesiaindonesia.com/f/76497-mekanisme-pertahananego-psikoanalisa-sigmund-freud/. Pada Jam 11. 49 WIB. Tanggal 21
September 2011

KOSA KATA
Distori

: pemutar balikan suatu fakta, aturan, dsb.

Libido

: nafsu berahi yg bersifat naluri.

Eros

: Membantu manusia maupun dewa dalam upaya urusan
percintaan.

Agresif

: Menyerang sesuatu yang dipandang sebagai hal atau situasi yang
mengecewakan, menghalangi, atau menghambat.

Distraksi

: Memusatkan perhatian menjauhi dari situasi yang tidak
diinginkan.

Sadisme

: Kekejaman, Kebuasan, keganasan, kekasaran.

Destruktif

: Merusak, memusnahkan, atau menghancurkan.

Masokhisme : kekejaman atau kekerasan yg memberikan kepuasan seksual pd
yg menerimanya (bentuk kelainan seksual).
Infantile

: Kekanak-kanakan.

Treatment

: Pengobatan

Prefentif

: Bersifat mencegah

Evolusi

: Perubahan secara berangsur-angsur dan perlahan-lahan.

Psikoterapi

: cara pengobatan dng mempergunakan pengaruh (kekuatan batin)
dokter atas jiwa (rohani) penderita, dng cara tidak mempergunakan
obat-obatan, tetapi dng metode sugesti, nasihat, hiburan, hipnosis,
dsb.

Cakrawala

: (1) lengkung langit; (2) langit (tempat bintang-bintang);
(3)peredaran bintang di langit (kerap pula berarti sbg bintang di
langit); (4) kaki langit; tepi langit; batas pemandangan; horizon; (5)
ki jangkauan pandangan: mahasiswa harus memperluas -pengetahuan; (6) ki khazanah; kekayaan: dl acara -- Budaya
Nusantara akan ditampilkan kesenian daerah Yogyakarta

Kontroversi

: (1) perdebatan; (2) persengketaan; pertentangan

Eksplorasi

: (1) n penjelajahan lapangan dng tujuan memperoleh pengetahuan
lebih banyak (tt keadaan), terutama sumber-sumber alam yg
terdapat di tempat itu; penyelidikan; penjajakan: -- sumber minyak
di daerah lepas pantai sedang giat dilakukan; (2) Dik kegiatan
untuk memperoleh pengalaman baru dr situasi yg baru; (3) Pet
penyelidikan dan penjajakan daerah yg diperkirakan mengandung
mineral berharga dng jalan survei geologi, survei geofisika, atau
pengeboran untuk menemukan deposit dan mengetahui luas
wilayahnya.

Insting

: (1) pola tingkah laku yg bersifat turun-temurun yg dibawa sejak
lahir; naluri; garizah; (2) Zool kecenderungan pd tingkah laku yg
diwarisi dr nenek moyang dan kebiasaan pd binatang jenis tertentu
tanpa pengalaman sebelumnya atau tanpa tujuan yg mendasar (spt
pembuatan tempat tinggal yg khas, mendapat dan menyimpan serta
mencernakan makan-annya yg mungkin dapat dimanfaatkan pd
musim hujan); (3) Psi daya dorong utama pd manusia bagi
kelangsungan hidupnya (spt nafsu berahi, rasa takut, dorongan

untuk berkompetisi); dorongan untuk secara tidak sadar bertindak
yg tepat
Persepsi

: (1) tanggapan (penerimaan) langsung dr sesuatu; serapan: perlu
diteliti -- masyarakat thd alasan pemerintah menaikkan harga bahan
bakar minyak; (2) proses seseorang mengetahui beberapa hal
melalui pancaindranya.

Sensor

: (1) pengawasan dan pemeriksaan surat-surat atau sesuatu yg akan
disiarkan atau diterima (berita, majalah, buku, dsb);
(2) yg menyensor
elemen yg mengubah sinyal fisik menjadi sinyal elektronik yg
dibutuhkan computer.

Derivatif

: berasal dr dasar kata (yg memperoleh imbuhan)