Catatan Pembagian Urusan Kewenangan Anta

Catatan Pembagian Urusan
Kewenangan Antara Pusat dan
Daerah di Sektor Kehutanan
Grahat Nagara
Peluang dan Tantangan Implementasi UU 23/2014 terhadap Perwujudan
Perhutanan Sosial 19 Okt. 15

Catatan
1. Barusan baca perita suku rimba di Jambi mengungsi ke Pekanbaru
kemudian tersasar. Tidak pecah tapi hilang, negara kesatuan di
mana?
2. Otonomi seluas-luasnya (Pasal 18 UUD45), frasa “kecuali diatur khusus
dalam UU” dikaitkan dengan azas homogenitas/validitas hirarkis
(ciri yang membedakan dengan federal)
3. Secara teoritik diterimanya bahwa negara tidak hannya menjadi pengawas
tetapi juga mengurus kesejahteraan masyarakat – kompleksitas urusan
pemerintahan
4. UU 23/2014 peningkatan dan mempercepat pelayanan publik, efisiensi
dan efektivitas penyelenggaraan pemerintah (tidak bisa hanya dapat
dijawab dengan dekonsentrasi).
a. Berbeda dengan UU 23/2014, kewenangan langsung dijelaskan di

dalam lampiran, bukan di dalam PP 34/2007.
5. Otonomi zelfwetgeving – Indonesia menganut otonomi zelfbestuur
(tidak hanya tindakan hukum tetapi meliputi tindakan material, tidak
hanya dibidang privat tetapi juga dibidang publik)
6. Pembagian urusan secara materiil (setiap urusan rumah tangga dibagi
habis di dalam peraturan perundang-undangan – (kalau formil hanya jenis
urusannya saja, bukan faktuil)
7. Dalam konteks kehutanan sudah terjadi resentralisasi sejak PP
34/2002 (moderator menyebutkan tahun 2005) – terutama yang menjadi
sumber penerimaan.
8. Ada persoalan-persoalan dalam pelaksanaan otonomi daerah
a. Gagal diantisipasi
b. Tidak dipertimbangkan
c. Kelemahan dari pilihan karakteristik
9. UU 23/2014 menegaskan resentralisasi (urusan ekologis), lanskap
kabupaten dinilai terlalu kecil untuk berbicara ekologis, (unit tata
pemerintah terlalu kecil untuk mengurusi hal besar, terlalu besar untuk
mengurusi hal kecil – keluar UU Desa). Banyak perizinan misalnya tadi
melanggar batas, termasuk wilayah.


10.

Bagaimana dengan perhutanan sosial?
a. Penyelenggaraan urusan kehutanan tidak hanya meliputi
tindakan hukum membagi tahapan urusan dari perencanaan
hingga ke pengelolaan dan pengawasan – tapi tidak bisa saling
dilepaskan, KPH misalnya tidak hanya di hutan negara tetapi juga
mengatur perencanaan alokasi ruang diseluruhnya – pembinaan –
pengelolaan. Setiap urusan seringkali dibangun secara hirarkis
sampai ke Pusat. Misalnya, perencanaan hutan dari tingkat tapak
hingga ke provinsi.
b. Kehutanan merupakan urusan konkuren pilihan. Apa artinya,
penggunaan anggaran daerah, pesonil daerah, dan struktur daerah.
Tetapi tidak berarti harus diambil oleh pemda.
c. Perhutanan sosial lintas sektor, tidak hanya urusan kehutanan,
ada urusan keagrariaan, ada urusan kewarganegaraan, juga urusan
lingkungan hidup. (tadi disebutkan tujuannya tidak sinkron).
d. Perhutanan sosial lebih banyak fungsi pelayanan publik
ketimbang fungsi penerimaan – tetapi berdampak pada
penerimaan negara (c.q. bagaimana misalnya pembinaan

kehutanan terhadap hutan hak?) – mengingat kita menganut
materiil – azas legalitas formil. Perimbangan keuangan tetap ke
daerah.
e. UU 23/2014 membagi 6 jenis sub urusan kehutanan. Tidak
disebutkan secara spesifik perhutanan sosial. Pemanfaatan di dalam
hutan negara, dan pengelolaan hutan hak.
i. Penyelenggaraan / atau pelaksanaan? Apa bedanya.
11.Peralihan bagaimana? Tahapannya seperti apa? Pemetaan urusan (Psl.
24), bagaimana melaksanakannya?

Persoalan tentang pembagian kewenangan dalam pengaturan otonomi
sebelumnya
Tujuan atau visi
-

Efektivitas dan efisiensi pelayanan publik
Fleksibilitas pengambilan keputusan oleh pemerintah
o Tidak hanya dekonsentrasi
o Pengambilan keputusan yang efektif


Gagal diantisipasi
-

Biroraktisasi – pengambilan keputusan tidak banyak di daerah
Fragmentasi kewenangan
Kekosongan birokrasi
Perubahan struktur rente tidak dapat diambil oleh negara (moral hazzard)
Asimetri informasi (disparitas informasi - Dishut Lebak)

Apa yang tidak dipertimbangkan
-

Ketersediaan infrastruktur (informasi – dan sebagainya)
Beban kemampuan pelaksanaan administratif – pemetaan urusan

-

Mekanisme horizontal tidak diatur – ditarik ke pusat, tetapi tidak
menyelesaikan masalah di daerah
Keregangan pembagian kewenangan dengan anggaran (ada kegiatan

yang anggarannya tidak masuk ke daerah)
Mekanisme akuntabilitas

Karakteristik
-

-

Desentralisasi material (kelemahannya kalau dinamis jadi banyak hal yang
tidak diatur menyebabkan kerancuan pelaksanaan/ overlap)
Istilah pembagian kewenangan (seolah negara federal, Boenyamin
Hoessein)
o Tidak ada penyerahan kewenangan (kewenangan sudah ada di
daerah – mencirikan federalisme)
Azas homogenitas / validitas hirarkis (banyak ketentuan daerah yang
bertentangan)
Belum sesuai dengan desentralisasi fiskal
Sentralisasi sumber-sumber penerimaan