PEMERIKSAAN FESES KELINCI Kelompok 1 P1

Hari/Tgl
Dosen

Laporan praktikum ke 2
Parasitologi

PEMERIKSAAN FESES
KELINCI

Asisten

: 5 Februari 2018
: Dr. drh. Rissa Tiuria MS
Drh Tetty Barunawati Msi
: Mega, A.Md

Kelompok 1/P1 (Pagi)
1.
2.
3.
4.

5.

Aulia F Ramadhita
Resya Zakiyyah
Faris Nurrohman
Faris Mufti H
Nabila Amalia Z

J3P1160
1
J3P216055
J3P1160
3
J3P1160
J3P1160
5

2
4


PROGRAM KEAHLIAN PARAMEDIK VETERINER
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2018

PENDAHULUAN
Parasitologi adalah ilmu yang mempelajari organisme parasit yang hidup di dalam
tubuh atau pada permukaan tubuh organisme lain yang menjadi tempat mendapatkan
makanan untuk mempertahankan hidupnya. Parasit adalah organisme yang termasuk
kelompok hewan yang membutuhkan mahluk hidup lain sebagai sumber makanan sehingga
dapat merugikan kehidupan bahkan dapat menimbulkan kematian induk semang (hospes)
tempatnya menumpang hidup.
Pemeriksaan feses di maksudkan untuk mengetahui ada tidaknya telur cacing ataupun
larva yang infektif. Pemeriksaan feses ini juga di maksudkan untuk mendiagnosa tingkat
infeksi cacing parasit usus pada orang yang di periksa fesesnya. Prinsip dasar untuk diagnosis
infeksi parasit adalah riwayat yang cermat dari pasien. Teknik diagnostik merupakan salah
satu aspek yang penting untuk mengetahui adanya infeksi penyakit cacing, yang dapat

ditegakkan dengan cara melacak dan mengenal stadium parasit yang ditemukan. Sebagian
besar infeksi dengan parasit berlangsung tanpa gejala atau menimbulkan gejala ringan. Oleh

sebab itu pemeriksaan laboratorium sangat dibutuhkan karena diagnosis yang hanya
berdasarkan pada gejala klinik kurang dapat dipastikan (Gandahusada, Pribadi dan
Herry, 2000).

TUJUAN
Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya telur cacing pada feses
kelinci.
METODE
1. Alat dan bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah gelas, objek glass, cover glass, baki,
tabung reaksi dan rak tabung reaksi, saringan teh, sendok, spatula, timbangan digital,
mikroskop, dan gelas beker. Sedangkan bahan yang digunakan adalah feses kelnci, air biasa,
gula, dan garam.
2. Waktu dan Tempat Praktikum
Hari/tgl.
: Sabtu 17 Februari 2018
Tempat: Gg Klinik
Waktu
: 07.00 – 11.00 WIB


3. Cara Kerja

1. Metode apung tanpa disentrifugasi
200 ml NaCl jenuh (33%) dimasukan ke dalam beker glass., 10 gram feses sampel diambil
menggunakan lidi dan di masukan ke dalam larutan NaCl jenuh (33%) kemudian di aduk
sehingga larut. Bila terdapat serat-serat selulosa disaring menggunakan penyaring teh. Hasil
saringan dituangkan ke dalam tabung reaksi sampai cembung pada permukaan tabung reaksi.
Diamkan selama 5-10 menit kemudian ditutup dengan cover glass dansegera diangkat. Cover
glass diletakkan di atas objek glass dengan cairan berada diantaraobjek glass dan cover glass.
Diamati di bawah mikroskop.

2. Metode natif atau langsung
Disiapkan alat dan bahan Diteteskan 1 tetes konsentrat tinja pada kaca benda bersih dan
kering, Ditambah 1 tetes larutan eosin 2%, homogenkan Ditutup dengan kaca penutup
Diamati pada perbesaran lensa objektif 10 x.
3. Metode filtrasi bertingkat
Tinja sebanyak 3 gram ditambahkan ke dalam 50 ml air dan diaduk sampai homogen.
Setelah itu, larutan sampel disaring 2-3 kali. Sampel hasil saringan difiltrasi dengan saringan
bertingkat, berturut-turut 400 μm, 100μm dan 45 μm. Sedimen dari saringan pertama
disemprot dengan sprayer sehingga terkumpul pada saringan ketiga. Sedimen pada saringan

ketiga dimasukkan ke dalam cawan petri hitung dengan cara menyemprotkan sprayer ke arah
cawan petri hitung dengan posisi mulut saringan ke arah cawan. Selanjutnya sedimen
dicampur air secukupnya, lalu diamati dengan mikroskop pada perbesaran 40×.

HASIL

PEMBAHASAN

Dalam praktikum ini, digunakan metode natif, metode apung (tanpa disentrifugasi) dan
metode filtrasi bertingkat. Kelebihan dan kekurangan masing-masing metode yang digunakan
dalam praktikum, yaitu:
1. Pada pemeriksaan identifikasi telur cacing metode natif atau langsung digunakan
untuk pemeriksaan secra cepat dan baik untuk infeksi berat, tetapi untuk infeksi
ringan sulit. Cara pemeriksaan ini menggunakan larutan eosin 2 %. Penggunaan eosin
2 % bertujuan untuk membedakan telur-telur cacing dengan kotoran disekitarnya.
Adapun kekurangan dan kelebihan dari metode ini
Kekurangan

:


:

1)

Dilakukan hanya untuk infeksi berat

2)

Infeksi ringan sulit dilakukan

Kelebihan :
1)

Mudah dan cepat untuk pemeriksaan telur cacing semua spesies

2)

Biaya yang diperlukan sedikit

3)


Peralatan yang digunakan sedikit

2. Metode Apung tanpa Sentrifugasi
a.

Kelebihan

1)

Dapat digunakan untuk infeksi ringan dan berat.

2)

Telur dapat terlihat jelas.

b.

Kekurangan


1)

Menggunakan banyak feses.

2)

Membutuhkan waktu yang lama.

3)

Membutuhkan ketelitian tinggi agar telur di permukaan larutan tidak turun lagi.

DAFTAR PUSTAKA
Gandahusada, S.W. Pribadi dan D.I. Herry. 2000. Parasitologi Kedokteran. Fakultas
Kedokteran UI : Jakarta.

Lampiran

Pewarnaan
Hasil preparat

preparat
ulas
ulas
vagina
vagina

Fiksasi preparat ulas
vagina

Pengukuran gigi marmut

Pewarnaan preparat ulas
vagina

Pembuatan ulas vagina
marmut

Penimbangan marmut

Pengukuran denyut

jantung marmut

Pengukuran
Pengukuranlaju
panjang
napas
tubuh
marmut
marmut

Pengukuran
testis tikus
suhu rektal
marmut

Pengukuran
Pengukuranpanjang
lingkar gigi
kepalatikus
marmut


Pengukuran suhu rektal
tikus

Pengukuran lebar kepala
tikus

Penimbangan tikus

Pengukuran jarak anus-vagina
pada mencit

Pembuatan ulas vagina mencit
Pengukuran panjang ekor tikus
Pengukuran lingkar
kepala mencit

Pengukuran panjang badan
Pengukuran denyut
tikus
jantung mencit