UJIAN KOMPETENSI GURU DITINJAU DARI ASPE

UJIAN KOMPETENSI GURU DITINJAU DARI ASPEK PENILAIAN,
PENGUKURAN, DAN EVALUASI

A. Latar Belakang
Guru merupakan tenaga professional yang bertanggung jawab terhadap mutu
pendidikan. Pada Undang-undang no 14 tahun 2005 dinyatakan bahwa professional
adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber
penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang
memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi
(LPMP, 2012).
Istilah professional mempunyai dampak ikutan terhadap pemilik gelar tersebut.
Semua pendidik profesional baik pegawai negeri sipil ataupun yayasan akan
mendapatkan sumber penghasilan tambahan setiap bulan. Mereka diharapkan dapat
memperbaiki kualitas pendidikan dengan menjadi pendidik yang professional. Keahlian,
kemahiran, dan kecakapan mereka sangat berguna bagi perkembangan peserta didik,
sehingga mampu mencapai standar mutu atau norma tertentu.
Kebijakan pemerintah mengadakan ujian kompetensi guru (UKG) mulai pada tahun
2012 merupakan suatu kemajuan bagi usaha peningkatan mutu pendidikan. Sebagaimana
yang dinyatalan dalam undang-undang di atas, professionalism berkaitan dengan
keahlian, kemahiran, dan kecakapan guru untuk mencapai standar mutu. Bagaimana
pemerintah bisa memantau semua kriteria profesional jika tidak ada ujian. Selama ini

guru professional ditentukan melalui portofolio dan diklat; meskipun banyak yang tidak
lulus pada portofolio, tapi setelah mengikuti diklat meskipun berulang-ulang, akhirnya
lulus juga. Akibatnya, kemajuan pendidikan di Indonesia tidak begitu signifikan
meskipun jumlah guru yang professional sudah cukup banyak. Mestinya, makin banyak
guru professional, makin tinggi mutu pendidikan di Indonesia.
Dengan adanya UKG bagi guru-guru yang akan disertifikasi, diharapkan mutu guru
professional sesuai dengan yang diharapkan oleh undang-undang. UKG merupakan
tantangan bagi guru supaya meningkatkan kualitas mereka. Untuk bisa lulus, mereka
harus mempersiapkan diri dengan banyak belajar dan berlatih.
1

Salah satu dampak yang jelas dari pelaksanaan UKG terhadap guru yang akan
disertifikasi terlihat pada saat diklat. Berdasarkan pantauan penulis saat menjadi
instruktur pada sertifikasi guru, kompetensi guru yang mengikuti diklat pada tahun 2012
lebih tinggi dari yang sebelumnya Ini mungkin karena yang mengikuti diklat adalah
mereka yang sudah lulus UKG.
UKG untuk guru yang sudah disertifikasi juga penting dilaksanakan. Guru
sebagai pendidik tidak mungkin mampu melaksanakan pendidikan dengan benar jika
tidak memiliki keahlian, kemahiran, dan cakap melaksanakan tugasnya. Mereka harus
selalu mengasah keahliannya dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, sehingga

terampil dan cakap dalam melaksanakan tugasnya.
Nanun pelaksanaan UKG pun harus sesuai dengan prinsip penilaian, pengukuran,
dan evaluasi. Jika tidak, tentu saja kegiatan ini hanya akan menghabiskan uang, dan tidak
memberikan kontribusi terhadap mutu pendidikan di negara ini. Untuk itu pada makalah
ini, penulis akan meninjau UKG dari sisi penilaian, pengukuran, dan evaluasi.

B. Pembahasan
1. Pandangan umum tentang Ujian kompetensi Guru UKG)
UKG merupakan cara penilaian dengan menggunakan alat, yaitu tes yang
berguna untuk memperoleh informasi tentang kompetensi guru. Sebelum tahun 2012,
alat yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang kompetensi guru adalah
portofolio. Namun, karena tidak efektif menggambarkan keahlian, kemahiran dan
kecakapan guru dalam melaksanakan tugasnya, maka mulai tahun 2012, alat yang
digunakan adalah tes untuk menguji kompetensi guru., yang diberikan kepada guru
yang akan dan sudah disertifikasi.
Rencana pemerintah mengadakan UKG bagi para guru yang sudah disertifikasi
awalnya ditolak oleh guru dengn berbagai alasan. Namun Gultom, Kepala Badan
Sumber Daya Manusia, sebagaimana yang dilaporkan oleh Zustiyantoro (Sabtu, 16
Juni 2012) menyatakan penolakan guru untuk UKG adalah karena kurang paham.
Tidak ada kaitannya dengan finansial seperti pemberhentian tunjangan profesi. Oleh

2

karena itu perlu dicari payung hukumnya. Dikatakannya juga bahwa hasil UKG
termasuk guru yang bersertifikat adalah awal dari penilaian kinerja dan pembinaan
guru yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan setiap guru. Dia menambahkan
bahwa UKG dilakukan untuk kepentingan pembinaan guru agar lebih baik. Para guru
yang tidak mendapatkan standar minimal akan dibina dan dilatih pada tahun 2013
dengan sistem on line.
Zainuddin

(31 Juli 2012) menyampaikan bahwa rencana pemerintah

mengadakan UKG menimbulkan reaksi dari guru. Para guru mengeluh karena tidak
semua cakap dalam menggunakan teknologi internet dan ada pula yang sudah tua,
tapi belum disertifikasi. Jadi dia mengusulkan agar Kementrian Pendidikan kembali
mengkaji sistem sertifikasi yang sudah dipakai selama ini. Selanjunya dia
menyatakan agar pemerintah menunda pelaksanaan uji kompetensi hingga
keadaannya kondusif. Namun dia menyadari niat baik pemerintah untuk
meningkatkan mutu pendidik dan tenaga kependidikan, tapi perlu memperkuat sistem
pelaksanaan yang kredibel dan transparan. Selanjutnya, dia meminta guru yang sudah

disertifikasi untuk tidak takut menghadapi ujian. Kalau punya kompetensi, kenapa
takut, katanya lagi.
Kompetensi guru pada uji kompetensi awal terhadap calon guru yang akan
disertifikasi secara nasional sangat rendah. Rata-rata nilai mereka adalah 42,25, guru
TK (58,87), guru SD (36,86), guru SMP (45,15), SMA (51,35), SMK (49,07, (dan
pengawas (32,58) Kompas, com).

Data ini menimbulkan keprihatinan berbagai

pihak terutama orang tua. Bagaimana orang tua berharap anak mereka akan pandai
jika diajar oleh guru yang kompetensinya seperti yang digambarkan di atas. Kalau
guru saja kompetensinya seperti demikian, berapa kompetensi yang mungkin dicapai
oleh anak?
Namun sebaliknya Sulistiyo, Ketua PGRI seperti yang dilaporkan Latief
(Kompas. Com, 28 desember 2012)) menyatakan bahwa pelaksaan sertifikasi tidak
memiliki konsistensi, justru mengabaikan tindak lanjut untuk menjaga dan
meningkatkan kompetensi guru pascasertifikasi. Misalnya ujian kompetensi awal dan
UKG dinilainya sebagai kebijakan yang tiba-tiba tanpa persiapan yang matang dan
3


tindak lanjut yang jelas. Janji pemerintah untuk melaksanakan diklat pasca UKG
sampai saat ini belum jelas konsep dan rencananya. Bahkan PGRI mencatat
pembinaan guru, baik profesi maupun karir di kabupaten dan kota tidak dilakukan
dengan benar, karena tidak konsisten untuk menunjang kualitas guru.
Dari beberapa pandangan di atas, terlihat pro kontra pelaksanaan UKG. Pihak
guru cendrung menyalahkan pemerintah dan kurang mengakui kelemahan mereka.
Sementara

pemerintah

mempunyai

misi

untuk

perbaikan

mutu,


namun

perencanaannya kurang jelas dan sampai saat ini sosialisasinya kepada guru juga
belum ada. Akhirnta, saling salah menyalahkanpun terjadi. Untuk itu penulis
mencoba meninjaunya dari sisi penilaiansi, pengukuran, dan evaluasi.

2. Landasan UKG
Ada tiga aspek yang mendasari dilaksanakannya UKG menurut BPSD MPK,
yaitu landasan filosofis, aspek teoritis pedagogis, dan aspek empirik social. Masingmasing diurakan sebagai berikut.
a. Landasan Filosofis, yang terdiri atas:
1). Hak masyarakat dn peserta didik untuk mendapatkan pendidikan yang
Berkualitas
2). Diperlukan guru yang berkualitas untuk mendapatkan pendidikan yang
berkalitas
3) peserta didik harus terhindar dari pendidikan yang tidak berkualitas
4) membangun budaya mutu bagiguru
5) Uuntuk memastikan kelayakan guru dalam melksanakan tugas sesuai dengan
standar yang ditetapkan
6). Hakekat sebuah profesi


b. Aspek Teoritis Pedagogis
1). Penilaian kinerja adalah penilaian dari tiap butir kegiatan tugs utama guru
dalam rangka pembinaan karir kepangkatan dan jabatannya.

4

2).Pembinaan dan pengembangan profesi guru hanya dapat dlakukan secara
efektif jika berbasis pada pemetaan kompetesi guru.
3).Uji kompetensi guru berfungsi sebagai pemetaan kompetensi guru
4) Untuk membangun eksistensi dan martabat sebuah profesi diperlukan mutu dan
kualitas para anggota yang tergabung dalam anggota profesi
5) Ukuran kinerja dapat dilihat dari kualitas hasil kerja , ketepatan waktu
menyelesaikan pekerjaan, prakarsa dala menyelesaikan pekerjaan, kemapuan
menyelesaikan dan mebina kerjasama dengan pihak lain
6). Pengembangan keprofesian berkelanjutan merupakan upaya peningkatan
profesionalitas guru yang didasarkan atas penilaian kinerja guru dan uji
kompetesi guru

c. Aspek Empirik Sosial
1). Pembinaan dan pengembangan profesi guru tanpa didasri atas bukti empiric

atas kompetensi dasar guru dpat membuat penyelenggaraan pengembangan
keprofesian berkelanjutan dalam bentuk pelatihan akan kehilangan fukus
2). Beberapa studi membuktikan bahwa UKG berdampak positif pada perbaikan
kinerja guru dan peningkatan kualitas pendidikan
3). Kepercayaan masyarakat terhadap harkat dan martabat guru smakin tinggi
dihubungkan dengan kinerja guru dan dampaknya terhadap kualitas pendidikan

4. UKG dan Penilaian
BPSD MPK (2012:1) menyatakan bahwa ujian kompetensi guru (UKG)
dilaksanakan untuk mengetahui peta penguasaan guru pada kompetensi pedagogic dan
kompetesi professional. Peta penguasaan tersebut akan digunakan sebagai dasar
pertimbangn dalam pemberian program pembinaan dan pengembangan profesi guru.
Tujuan UKG berikutnya adalah untuk entry point penilaian kinerja guru dan sebagai alat
kontrol pelaksanaan penilaian kinerja guru. Sedangkan outputnya adalah identifikasi
kelemahan guru dalam pengusaan kompetensi pedagogik dan professional.

5

Dari tujuannya dapat disimpulkan bahwa UKG sama halnya dengan penilaian yang
mempunyai dua tujuan, yaitu penilaian untuk mempelajari kebutuhan yang dinilai

sehingga pembelajaran sesuai dengan kebutuhan. Pemetaan dan identifikasi kelemahan
guru bermanfaat untuk mengetahui kebutuhan mereka sehingga pelatihan bisa difokuskan
untuk memperbaiki kelemahan tersebut.
Penilaian untuk tujuan ini oleh Gardner (2005:3) disebut assessment for learning,
memiliki beberapa tujuan, yaitu: merupakan bagian dari perencanaan yang efektif, fokus
pada bagaimana cara belajar siswa, pusat belajar, kunci keahlian professional, sensitive
dan konstruktif, meningkatkan motivasi, memberikan pemahaman akan tujuan dan
kriteria, membantu siswa mengetahui cara meningkatkan kemampuan, mengembangkan
kapasitas untuk penilaian diri, dan mengenal pencapaian hasil belajar.
Ada beberapa tujuan di atas yang bisa dicapai melalui UKG, yaitu bagian dari
perencanaan yang efektif. Hasil UKG dapat digunakan oleh pemerintah sebagai pemetaan
kompetensi guru, sehingga bisa dibuat perencanaan yang sesuai dengan kebutuhan.UKG
juga bersifat sensitif dan konstruktif bagi guru. Guru akan malu jika memiliki kompetensi
yang rendah sehingga berusaha mempersiapkan diri sebelum ujian. Guru juga akan lebih
termotivasi belajar karena mereka mengetahui kisi kisi yang akan dipelajari. Selanjutnya,
dengan adanya UKG guru tentu saja akan menyadari tingkat penguasaan kompetensinya,
sehingga dapat membuat perencanaan untuk pengembangan diri secara individual.
Tujuan penilaian UKG yang kedua sama dengan penilaian sumatif, yaitu untuk
mencek penguasaan kompetensi guru, dalam hal ini penilaian kinerja guru. Penilaian ini
berlangsung pada saat proses terjadi, sehingga jangka penilaian bisa lebih lama. Guru

yang baik keinerjanya, tentu saja mempunyai kompetensi yang baik, sebaliknya guru
yang mempunyai kompetensi yang rendah tidak mungkin mempunyai kinerja yang
bagus. Penilaian ini sebagaimana yang disampaikan di atas bisa dijadikan sebagai bahan
pertimbangan untuk peningkatan karir atau kenaikan pangkat guru (Weedon, et al :
2002:13).
5. UKG dan Pengukuran
Istilah pengukuran merupakan proses pemberian angka terhadap individu atau
terhadap karakteristik individu menurut aturan tertentu. Pengukuran membutuhkan
penggunaan angka, tapi tidak membutuhkan pemberian keputusan dari angka yang
diperoleh. Misalnya cara mengukur pencapaian siswa adalah dengan menggunakan tes,
6

dengan menghitung jumlah soal yang dapat dijawab dengan benar. Pengukuran berguna
untuk mendeskripsikan tingkat kemampuan tertentu dari individu Ebel dan Fresbie (1991:
25).
Instrument yang digunakan pada UKG awal terdiri atas kisi-kisi dan butir soal. Soal
UKG dikembangkan oleh tim ahli dengan bentuk soal objektif tes jenis pilihan ganda
dengan 4 pilihan jawaban. Tes berisi 30 % kompetensi pedagogik dan 70 % kompetensi
professional dengan waktu 120 menit. Selanjutnya, kisi-kisi dijabarkan berdasarkan
Peraturan mentri Pendidikan Nasional Nomor 16 tahun 2007, tentang standar kualitas

akademik, No 22 Tahun 2006 tentang standar isi, sekolah tempat tugas, program studi
dan nama perguruan tinggi setingkat D I,/D II/D III/S 1.
Pengukurn yang baik adalah yang menggunakan instrumen yang baik pula.
Instrument yang baik menurut Yusuf (2011: 62-97) adalah yang memenuhi bebarapa
kriteria, yang antara lain bersifat valid, reliabel, objektif, praktis, dan norma. Masingmasing akan diuraikan secara ringkas.
Kata valid menurut bukan langsung ditujukan langsungpada tes, tetapipada
kesimpulan yang kita ambil dari tes. Kesimpulan yang diambil berdasarkan hasil tes yang
dicapai siswa. Apakah kesimpulan yang diambil berdasarkan skor yang dicapai sudah
valid?
Lebh jauh dia membagi validitas kedalam 3 bagian yaitu professional organizations:
(1) criterion-related evidence, (2) constructrelated evidence, and (3) content-related
evidence.

Criterion-related evidence of validity menekankan apakah tes benar-benar

dapat memprediksi apa yang ingin diprediksi. Validitas instrument ini biasanya
dilaksanakan pada tingkat SMA kemudian dilanjutkan di perguruan tinggi untuk melihat
apakah prediksi dari sebuah tes tepat. Kubiszyn (2003:300) menambahkan bahwa
criterion-related validity terbagi atas dua macam yaitu concurrent validity dan predictive
validity. Concurrent validity yaitu keterkaitan antara skor yang diperoleh dengan kriteria

eksternal (dua instrument yang diberikan pada waktu yang bersamaan yang dicari
korelasnya). Sementara predictive validity adalah kemampuan tes memprediksi perilaku
atau kondisi yang akan dating. Terakhir construct validity dibuktikan dengan adanya
hubungan tes dengan informasi lain yang sesuai dengan teori.
7

Construct-related evidence of validity dianggap oleh para ahli sebagai validitas yang

paling menyeluruh, karena mecakup semua krteria validitas, yang diawali dengan
konstruksi hipotesis. Content-related evidence of validity merupakan bentuk bukti tes
yang baik karena kesimpulan yang diambil didasarkan atas soal yang mewakili materi
yang tepat untuk menetapkan keputusan (Popham 2003: 45-47). Kubiszyn (2003: 300)
menambahkan bahwa validitas isi didapat jika tes menguji tujuan instruksional. Bagi
Yusuf (2011: 65) konsep aliditas berkaitan dengan kesesuaian, kebermanaan, dan
kebergunaan kesimpulan yang dibuat berdasarkan skor yang diperoleh.
Jika dilihat dari pembutan instrument pada UKG di atas, dapat dissimpulkan bahwa
UKG bisa dikatakan memiliki validitas isi karena dibuat berdasarkan kisi-kisi yang
dijabarkan atas beberapa aturan yang digambarkan di atas. Selain itu, instrument ini juga
dibuat oleh tim ahli, yang tentu saja berdasarkanteori membuat tes. Namun ada bebarap
criteria validitas yang tidak bisa dilakukan seperti concurrent validity.
Kriteria berikutnya dari sinstrumen yang baik adalah reliabel. Reliabilitas instrument
adalah ketepan, konsistensi, atau stabilitas instrument /pengukuran tertentu. (Yusuf,
2011:63). Reliabilitas instrument terbagi atas tiga macam, yaitu stabilitas instrument,
yaitu pengukuran yang dilakukan lebih dari satu kali, tetapi hasilnya stabil yang terlihat
dari korelasi antara kedua hasil tes. Bentuk reliabilitas yang kedua adalah bentuk tes
alternative, yaitu neeentuk tes yang equivalen dengan tes yang ada dan diberikan kepada
kelompok yang sama, dan dikorelasikan hasilnya. Sementara yang terakhir disebut
internal konsistensi, yaitu membagi tes ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok ganjil
dan genap, dan masing-masing dicari rata-rata skornya dan dikorelasikan. Reliabilitas ini
disebut juga dengan splithalf (Yusuf, 2011: 63; Popham, 2003:52-53); Kubiszyin,
2003:312-13).
Panduan UKG tidak memberikan penjelasan bahwa instrument telah diujicobakan,
dan tidak satupun keterangan tentanguji coba. Jadi reliabilitas instrument tidak
dipertimbangkan dalam UKG. Jadi skor yang dicapai guru bisa saja diakibatkan oleh cara
ujian yang asing bagi guru, terutama bag mereka yang belum pernah berhubungan
dengan internet.

8

Kriteria berikutnya adalah praktis. Instrument dikatakan praktis jika muda
dilaksanakan, mudah diskor, dan diinterpretasikan (Yusuf, 2011: 63). Instrumen UKG
mudah dilaksanakan meskupun melalui internet. Dalam panduan dinyatakan bahwa
bentuk soal adalah pilihan ganda dengan 4 pilihan. Bentuk ssoal ini mudah diskor dan
dinterpretasikan. Jadi instrument UKG memenuhi standar praktis.
Instrmen yang baik juga memilki ciri-ciri objektif. Dikatakan dalam panduan UKG
bahwa instrument terdiri atas kisi-kisi dan butir soal yang berbentuk objektif atau pilihan
ganda, yang mengukur kompetensi dasar tentang bidang studi dan kompetensi pedagogik.
Sebagimana yang disampaikan oleh Yusuf (2011:63) suatu tes dikatakan objektif jika
diskor oleh beberapa orang, hasil akan sama.
Terakhir, instrument yang baik memiliki ciri-ciri norma. Instrument ini memiliki
kriteria ukuran yang digunakan untuk menetapkan standar minimal batas kelulusan.
Norma yangdigunakan bisa norma kelas atau norma acuan mutlak. Jka ingin
meningkatkan mutupembelajaran, maka norma acuan mutlak lebih baik diterapkan.

6. UKG dan Evaluasi
Ebel dan Fresbie (1991:24) mengungkapkan bahwa tujuan evaluasi adalah untuk
membuat keputusan atas kualitas atau nilai sesuatu-program pendidikan, kinerja dan
kemahiran pekerja, atau pencapaian siswa. Sebelum menetapkan keputusan perlu terlebih
dahulu menjawab beberapa pertanyaan seperti seberapa jauh tingkat pencapaian mereka,
seberapa tinggi kinerja, sudah cukupkah pembelajaran, apakah pekerjaan mereka cukup
baik. Produk atau oucome evaluasi bisa dikirimkan kepada orang tua atau kepada kepala
sekolah sebagai pertimbangan untuk menentukan kebijakan atas guru yang bersangkutan
Lebih jauh, evaluasi menurut Gardner (2005:3) terdiri atas proses pengumpulan
informasi secara sistematis dan pengambilan keputusan berdasarkan informasi tersebut.
Informasi yang berharga digunakan untuk keputusan untuk menjalankan sistem
pendidikan atau keputusan melakukan revisi atau perubahan sistem pendidikan.
Sementara monitoring merupakan bentuk evaluasi lanjutan, yang menekankan
keterkaitan antara informasi yang dikumpulkan sebagai dasar untuk

keputusan

manajemen, kebenaran data adminitratif, dan pengukuhan karir atau jabatan.
9

Biasanya kualitas kontrol guru tergantung pada profesionitas dan sertifikasi guru.
Pengontroloan input adalah bentuk pengukuran yang terpenting untuk memperhatikan
kualitas pendidikan untuk jangka panjang, terutama jika digabungkan dengan input
lainnya, yaitu kurikulum (Scheerens, Jaap, et al. 2005: 46)

Model Dasar Sistem Evaluasi

Evaluasi objek didefinisikan menurut input, prosess, output dan konteks. Model ini
digunakan untuk menkategorikan isi pendidikan yang berbeda. Kotak yang di tengah
dianggap sebagai sistem pendidikan nasional, program khusus dari sekolah, kelas,
ataupun siswa. Model ini dinamis yang memandang pendidikan sebagai fungsi produksi:
input pendidikan ditransformasikan menjadi output. Input lain adalah materi pelajaran
dan sumber dana. Karakteristik proses adalah proses dan struktur organisasi dan
pengajaran. Output sekolah berupa skor pada tes dan dan aspek konteks yang relevan,
misalnya target pencapaian yang ditetapkan oleh tingkat administratif yang lebih tinggi.
Model evaluasi baru diterapkan pada langkah awal. Melakukan evaluasi terhadap
guru merupakan salah satu evaluasi input. Selain mengevaluasi guru, kurikulum, sumber
dana, dan fasilitas yang ada termasuk dalam evaluasi input. Sedangkan evaluasi output
adalah berupa skor pada tes dan konteks yang relevan. Jadi evaluasi yang sudah
dilaksanakan baru ebagian dari evaluasi input. Hendaknya evaluasi secara kontiniu perlu
dilaksanakan yang menyangkut semua hal yang mempengaruhi mutu pendidikan. Jika
evaluasi berhenti pada UKG dan pembinaan guru saja, maka kualitas yang diharapkan
juga tidak akan tercapai.
10

Hasil UKG bisa digunakan sebagai informasi yang berharga bagi pemerintah untuk
dua hal. Yang pertama informasi dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan
kebijakan yang terkait dengan diklat. Selain itu, informasi yang diperoleh dari UKG juga
bermanfaat sebagai monitoring kinerja guru, yang berdampak terhadap peningkatan karir
ataupun pangkat guru.

C. Kesimpulan dan Saran
Usaha pemerintah untuk melaksanakan UKG adalah suatu langkah maju bagi Negara
Indonesia untuk menuju pendidikan yang berkualitas. Jika ingin meningkatkan mutu
pendidikan, maka yang ditingkatkan terlebih dahulu adalah kualitas pendidiknya. Pekerjaan
berat ini tentu saja tidak mudah dilaksanakan dan butuh kerja keras serta kerjasama berbagai
pihak.
Meskipun mempunyai kelemahan, seperti kurangnya sosialisasi, sehingga menimbulkan
reaksi penolakan dari guru, dan pelaksanaan diklat yang sampai sekarang belum juga jalan,
tapi salah satu kegiatan ke arah peningkatan mutu sudah dapat dilaksanakan. Untuk itu,
disarankan agar follow up dari UKG segera dilaksanakan, agar tujuan yang direncanakan
dapat dicapai. UKG dapat meningkatkan motivasi guru agar meningkatkan keahliannya.
Guru yang selama ini tidak mau belajar dan tidak peduli dengan tanggungjawabnya, bisa
lebih termotivasi untuk lebih banyak belajar sehingga lebih siap masuk ke dalam kelas.
Lebih jauh, untuk bisa meningkatkan mutu pendidikan tidak cukup hanya dengan
mengavaluasi guru sebagai salah satu input. Evaluasi proses, konteks, dan ouput perlu
dilaksanakan secara berkelanjutan

11

References
BPSDMPK LPMP. 2012. Pedoman Ujian Kompetensi. Jakarta: BPSDMPK.
Ebel, Robert and David A. Frisbie. 1991. Essentials of Educational Measurement. New
Delhi: Prentice Hall.
Gardner, John R. 2005. Assessment and Learning. London: Sage publication ltd.
Gultom, Syawal. Guru Bersertifikat Wajib Uji Kompetensi. Kepala Badan Sumber Daya
Manusia. Dhoni Zustiyantoro. (pen). Kompas. Com. Sabtu, 16 Juli 2012
Kubiszyn, Tom and Gay Borich. 2003. Educational Testing and Measurement: Classroom
Application and Practice. Hoboken: Jon Willey and Sons, Inc.

Popham, W. James. 2003. Test Better, Teach Better : the Instructional Role of Assessment.
Virginia: ASCD
Scheerens, Jaap, et al. 2005. Educational evaluation, Assessment, and monitoring.
Lisse Abingdon Exton: Swets &Zeitlinger publishes.
Weedon, Paul et al. 2002. Assessment: What is in It for School. London: Routledge
Yusuf, A. Muri.2011. Asesmen dan Evaluasi Pendidikan: Pilar Penyedia Informasi dan
Kegiatan Pengendalian Mutu Pendidikan. Padang: UNP Press
Zainuddin, Ahmad. Mendesak Pemerintah Menunda Uji Komptensi. Anggota Komisi
Pendidikan DPR Tempo, CO. Selasa, 31 Juli 2012.

.

12