281561330 Artikel Evaluasi Standar Penilian Suharji 1

EVALUASI PELAKSANAAN STANDAR PENILAIAN JENJANG SEKOLAH DASAR
DI KECAMATAN KALASAN KABUPATEN SLEMAN D. I. YOGYAKARTA
Oleh :
Drs. Suharj, M.Pd
Widyaiswara LPMP D.I. Yogyakarta
email : suharjilpmp@yahoo.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan: a). untuk mengetahui pemahaman pendidik terhadap penilaian
pembelajaran

kurikulum

2013,

b).untuk

mengetahui

kendala

pelaksanaan


penilaian

pembelajaran kurikulum 2013 yang dilakukan pendidik jenjang sekolah dasar di Kabupaten
Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi, dengan model pendekatan Instalasi
Desaint-proses-Produk. Data dikumpulkan dengan angket, observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Lokasi penelitian adalah sekolah dasar yang melaksanakan kurikulum 2013 di
Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta, dengan subjek penelitian guru kelas. Data penelitian yang
terkumpul dianalisis secara deskriptif.
Hasil penelitian adalah sebagai berikut : hasil evaluasi instalasi desain: a). pemahaman
standar penilaian pada perencanaan terutama dalam merencanakan ulangan harian atau
formatif pencapaiannya 52% kualifikasi cukup, masih sangat perlu ditingkatkan, b).
pengembangan metode penilaian proses dan hasil belajar nilai capaiannya 71% kualifikasi
cukup, masih sangat perlu ditingkatkan. Evaluasi proses : evaluasi proses capaiannya 73%
dengan kualifikasi cukup sangat perlu ditingkatkan. Evaluasi produk: a). evaluasi pengambilan
keputusan berdasarkan hasil penilaian pemahaman peserta didik capaiannya 80% dengan
kualifikasi baik, perlu ditingkatkan. 2). pemanfaatan hasil penilaian uintuk pelaporan terhadap
orang tua cukup membanggakan nilai capaiannya 90% dengan kualifikasi amat baik, perlu
dipertahankan. Kendala pendidik dalam melaksanakan standar penilaian yang ditemukan dalam

penelitian ini adalah pemahaman tentang kegunaan analisis hasil penilaian proses,
pengkoleksian nilai proses dan hasil belajar, penilaian autentik, serta pendeskripsian laporan
belum sepenuhnya dipahami dengan baik oleh pendidik.
Kata Kunci : Evaluasi, Standar penilaian

1

I.

PENDAHULUAN
Standar Nasional Pendidikan “berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional
yang bermutu”. Standar Nasional Pendidikan terdiri atas 8 (delapan) standar, salah satunya
adalah Standar Penilaian yang bertujuan untuk mengendalikan mutu hasil pendidikan: (a)
perencanaan penilaian peserta didik sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan
berdasarkan prinsip prinsip penilaian, (b) pelaksanaan penilaian peserta didik secara
profesional, terbuka, edukatif, efektif, efisien, dan sesuai dengan konteks sosial budaya, dan
(c) pelaporan hasil penilaian peserta didik secara objektif, akuntabel, dan informatif.
Standar


penilaian

pendidikan

pendidik, satuan pendidikan, dan

ini

pemerintah

disusun
pada

sebagai acuan

satuan

penilaian bagi

pendidikan untuk


jenjang

pendidikan dasar dan menengah. Kemampuan atau profesionalisme guru (pendidik) sangat
menentukan prestasi siswa baik dalam kelas maupun diluar kelas seperti yang diatur dalam
Permendikbud no 66 tahun 2013 yaitu standar penilaian, karena guru sebagai orang yang
bertugas menjadi fasilitator untuk para peserta didik dalam belajar dan dalam
pengembangan kemampuan serta potensi dasar yang dimilikinya secara maksimal. Untuk
mengetahui tingkat kemampuan dan prestasi siswa maka guru harus melakukan penilaian
kepada siswa sehingga guru mampu menyimpulkan siswa itu mengalami perkembangan
yang positif atau tidak. Penilaian kelas adalah suatu bentuk kegiatan guru yang terkait
dengan pengambilan keputusan tentang pencapaian kompetensi atau hasil belajar peserta
didik yang mengikuti proses pembelajaran tertentu. Untuk itu, diperlukan data sebagai
informasi yang diandalkan sebagai dasar pengambilan keputusan berhubungan dengan
sudah atau belum berhasilnya peserta didik dalam mencapai suatu kompetensi.
Data yang diperlukan dapat dijaring dan dikumpulkan selama pembelajaran
berlangsung melalui prosedur dan alat penilaian yang sesuai dengan kompetensi yang akan
dinilai, sehingga diperoleh potret/profil kemampuan peserta didik dalam mencapai sejumlah
kompetensi dasar yang tercantum dalam kurikulum. Penilaian dilakukan secara holistik
meliputi aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan untuk setiap jenjang pendidikan, baik

selama pembelajaran berlangsung (penilaian proses) maupun setelah pembelajaran usai
dilaksanakan (penilaian hasil belajar). Pada jenjang pendidikan dasar, proporsi pembinaan
karakter lebih diutamakan dari pada proporsi pembinaan akademik.
Dalam juknis petunjuk penilaian yang dikeluarkan Kemdikbud (2009), Berdasarkan
laporan hasil pelaksanaan kegiatan bimtek pada tahun 2009 diperoleh data dan informasi

2

antara lain sebagai berikut: 1) sebagian besar sekolah belum melakukan analisis standar
penilaian, meskipun dalam penyiapan perangkat dan pelaksanaan penilaian sudah
mengacu pada berbagai ketentuan yang ditetapkan dalam standar penilaian; 2) sebagian
besar guru belum memahami manfaat/kegunaan hasil analisis standar penilaian. Selain itu,
mereka juga belum memahami tata cara pelaksanaan analisis standar penilaian; dan 3)
belum ada naskah panduan/petunjuk teknis yang dapat dijadikan acuan bagi sekolah untuk
melakukan analisis standar penilaian secara benar dengan hasil yang optimal.
Hasil diskusi dengan teman sejawat atau kolegial yang se-profesi sesama
Widyaiswara yang berjumlah 18 orang, pada hari rabu, tanggal 1 April 2015 semuanya
menyatakan guru mengalami kesulitan dalam menyusun instrument, melakukan penilaian
proses dan menindaklanjuti hasil penilaian khususnya untuk penilaian sikap. Hasil diskusi
peniliti sebelum melakukan penelitian dengan beberapa guru yang melaksanakan

kurukulum 2013 pasa saat FGD dengan guru Instruktur Nasional (IN) menyatakan,
mengalami kesulitan dalam merencanakan, melaksanakan dan melaporkan untuk penilaian
sikap.
Hasil kajian pustaka dari internet, angket terhadap guru di semarang yang diadakan
oleh FMIPA UNNES diperoleh data: angket yang dibagikan terhadap guru, 87 % (20 dari 23
guru) mengalami kesulitan dalam memahami cara penilaian, 70% (16 dari 23 guru)
kesulitan dalam pembuatan instrumen observasi, 66 % (15 dari 23 guru) kesulitan dalam
memahami model-model pembelajaran, dan 79% (18 dari 23 guru) mengalami kesulitan
membuat instrumen penilaian. Ini artinya guru (pendidik) di sekolah belum dapat melakukan
prinsip, prosedur dan teknik penilaian hasil belajar.
Dalam Web Kemdikbud yang dirilis pada tgl 30 Januari 2014 menyatakan: Salah
satu hal yang berubah dalam Kurikulum 2013 adalah pola penilaian rapor siswa yang tidak
lagi menggunakan angka, melainkan melalui penilaian otentik dalam bentuk deskriptif. Pola
penilaian semacam ini diyakini dapat menilai secara utuh seluruh kompetensi siswa yang
meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Terkait dengan itu kepala SD Negeri
Kleco I No. 7, Surakarta, Jawa Tengah, Gitono mengungkapkan, pola penilaian baru
tersebut telah diterapkan di sekolahnya untuk siswa kelas 1 dan 4. SD Negeri Kleco I No. 7
merupakan sekolah sasaran implementasi Kurikulum 2013 tahun pelajaran 2013/2014 yang
lalu. Gitono mengungkapkan, meski guru harus bekerja lebih untuk penilaian siswa ini,
namun guru tetap senang melakukannya, demi mewujudkan generasi emas Indonesia di

masa datang. Sementara itu, Siti Nurhasanah, guru kelas 4 SD Negeri Kleco I No. 7
Surakarta mengatakan, pola penilaian yang berbeda seiring dengan penerapan Kurikulum

3

2013 di sekolahnya, cukup membuatnya kewalahan. Hal ini karena setiap hari, untuk setiap
kegiatan harus ada penilaiannya. “Ini pekerjaan yang lumayan (berat) juga,” ujarnya. Meski
demikian, Siti mengaku pola pembelajaran Kurikulum 2013 lebih baik dibandingkan
kurikulum sebelumnya. Menurutnya, peserta didik menjadi lebih aktif, kreatif, berani, dan
percaya diri, serta senang karena dalam pembelajarannya sering melibatkan siswa. Hal ini
berbeda dengan kurikulum yang lalu, di mana anak terbebani dengan materi yang begitu
banyak. Lebih lanjut Ibu Siti menyatakan: “Kalau dulu, soal A jawabannya hanya satu.
Sekarang, soal A, jawabannya bisa berbeda-beda dari pemikiran anak. Itu harus kita
tampung semua,” tuturnya. Siti menjelaskan, saat pembagian rapor semester pertama yang
lalu, banyak di antara orangtua siswa yang terkejut dengan pola penilaian baru tersebut. Di
dalam penilaian itu tidak disebutkan berapa nilai yang siswa peroleh untuk tema-tema
pelajaran tertentu. Banyak orangtua yang minta penjelasan kepadanya sebagai wali kelas
anak-anak, mengapa rapornya menjadi seperti yang ia terima model rapor sekarang, lebih
lanjut Bu Siti menjelaskan: “bahwa inilah bedanya penilaian pada Kurikulum 2013,” tambah
Siti yang sudah tujuh tahun mengajar.

Berdasarkan kenyataan-kenyataan di atas maka perlu dilakukan penelitian evaluasi
penilaian pendidikan di SD se-Kabupaten Sleman D.I.Yogyakarta, guna memberikan
informasi yang menyeluruh, obyektif dan akurat tentang kesesuiaan pelaksanaan penilaian
pendidikan dengan standar penilaian pada permendikbud no 66 tahun 2013. Disamping itu,
diharapkan

dapat

mengungkap

berbagai

permasalahan,

kendala,

hambatan

dan


kekurangan yang dialami selama ini oleh guru, dengan demikian dapat diketahui cara
pemecahan masalahnya sehingga pada gilirannya guru akan dapat meningkatkan kualitas
kinerjanya.
a. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi dengan tujuan untuk menggali
informasi mengenai pemahaman dan kendala pelaksanaan standar penilaian oleh
pendidik jenjang Sekolah Dasar (SD) yang melaksanakan kurikulum 2013 yang
berlokasi di Kabupaten Sleman D.I. Yogyakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah
semua

pendidik/guru

kelas

Sekolah

Dasar

(SD)


negeri

dan

swasta

yang

menyelenggarakan kurikulum 2013 yang terdiri dari 14 Sekolah, dengan jumlah guru
responden sebanyak 132 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
total sampling, yaitu semua populasi dijadikan sampel.

4

Instrumen penelitian disusun berdasarkan tujuan penelitian. Adapun tujuan dalam
penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui pemahaman pendidik terhadap penilaian pembelajaran kurikulum
2013 di sekolah dasar di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta
b. Untuk mengetahui kendala pelaksanaan penilaian pembelajaran kurikulum 2013 yang
dilakukan pendidik (guru) di sekolah dasar di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa

Yogyakarta.
Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, komponen yang dievaluasi adalah: 1).
Instalasi desain, gambaran keefektifan standar penilaian dengan realita yaitu: perencanaan
penilaian, pengembangan metode penilaian proses, dan pengembangan metode penilaian
hasil. 2) proses, gambaran keefektifan standar penilaian dengan realita yaitu: pelaksanaan
penilaian evaluasi proses dan evaluasi hasil. 3). Produk, gambaran keefektifan standar
penilaian dengan realita yaitu: pengambilan keputusan hasil penilaian, dan pemanfaatan
hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif. Analisis deskriptif
kuantitatif dilakukan dengan tujuan untuk melihat efektivitas pelaksanaan penilaian
kurikulum 2013 yang dilakukan oleh pendidik yang melaksanakan kurikulum 2013 di
Kabupaten Sleman. Dalam analisis deskriptif kuantitatif data yang diolah berasal dari angket
yang berhasil dikumpulkan, kemudian dianalisis dengan metode persentase. Dari penyajian
data dalam bentuk persentase selanjutnya dideskripsikan dan diambil kesimpulan tentang
masing-masing komponen dan indikator berdasarkan kriteria yang ditentukan.
Besarnya persentase menunjukkan pada kategori tertentu tentang informasi yang
diungkapkan. Dengan perhitungan persentase yang diungkapkan langsung dapat diketahui
posisi masing-masing aspek dalam keseluruhan maupun bagian-bagian masalah yang
diteliti. Semua data yang terkumpul dalam penelitian ini dianalisis dengan teknik analisis
deskriptif.
II. PEMBAHASAN
Kata efektivitas biasanya digunakan dalam kaitannya dengan manajemen dan
pendidikan,

misalnya

keefektifan

pengelolaan,

keefektifan

organisasi,

keefektifan

kepemimpinan, keefektifan program. Secara umum keefektifan dihubungkan dengan
pencapaian sasaran yang telah ditentukan, atau perbandingan antara hasil nyata dengan
ideal ( Cowan, 1985). Menurut Fincher seperti yang dikutip Cowan keefektifan menunjukkan

5

pada evaluasi terhadap proses yang menghasilkan suatu keluaran yang diamati. Dengan
demikian keefektifan dapat diartikan sebagai suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh
tindakan atau usaha mendatangkan hasil dan dapat mencapai tujuan dengan cara yang
tepat. Untuk menentukan keefektifan terhadap sesuatu diadakan evaluasi.
Keefektifan pelaksanaan penilaian oleh pendidik dalam penelitian ini dilihat dari hasil
analisis: pertama efektivitas Instalation Desain, kedua efektivitas proses dan ketiga
efektivitas produk. Untuk menentukan efektif atau tidaknya kegiatan yang telah dilakukan,
maka hasil ketiga evaluasi tersebut dikonfirmasikan dengan kriteria yang telah ditentukan
sebelumnya. Adapun kriteria yang digunakan berdasarkan pada kriteria empiris yang
dikembangkan dilapangan dengan acuan/ pertimbangan dari Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP).
Dari hasil analisis data pada evaluasi Instalation Desain, proses, dan produk dapat
disajikan sebagai berikut:
1. Efektivitas evaluasi Instalation Desain
Keefektifan instalasi desain dilihat dari: (1) pencapaian keberhasilan perencanaan
penilaian, (2). pengembangan metode penilaian proses dan pengembangan metode
penilaian hasil. Dari capaian dan kualifikasi hasil melalui analisis prosentase berdasarkan
kriteria yang tercantum pada bab III, maka hasilnya terlihat pada tabel berikut:
Tabel-1
Rekapitulasi Hasil Evaluasi Instalasi Desain
No.

Pernyataan

Capaian

Kualifikasi

1

Penyiapan sebelum melakukan penilaian

64%

Cukup

2

Prosedur ulangan harian atau formatif

52%

Kurang

3

Prosedur tugas harian

48%

Kurang

4

Prosedur UTS dan UAS

61%

Cukup

82%

Baik

55%

Baik

dikembangkan pendidik

79%

Baik

8

Bentuk instrumen tes yang dikembangkan:

52%

Kurang

9

Bentuk instrumen non-tes yang

58%

Kurang

5
6
7

Peyampaian bentuk dan kriteria penilaian di
awal semester kepada siswa.
Pendidik membuat kisi-kisi untuk UTS/UAS
Bentuk instrumen penilaian yang

6

61%
(Cukup
)

71%
(cukup)

dikembangkan:
Sebaran instrumen UTS dan UAS yang
10

sebaran soal mudah-sedang-sukar.
11
12
13

14
15
16

Amat

dikembangkan pendidik memperhatikan
88%

Baik
Amat

Keberadaan pedoman penyekoran soal tes.

98%

Baik

Keberadaan penyusunan rubrik non-tes.

77%

Baik

65%

Cukup

Kesesuaian antara instrumen dan kompetensi
yang dinilai.
Kesesuaian penetapan kriteria penskoran hasil

Amat

ulangan/ujian/tugas/projek peserta.

96%

Baik

Penelaahan Instrumen UTS dan UAS.

57%

Kurang

54%

Kurang

Kesesuaian menyusun butir soal dengan
materi yang diajarkan.
Rekap Capaian

66%

Kualifikasi

Cukup

Rekapitulasi capaian hasil evaluasi instalasi desain adalah 66% kualifikasi cukup
yaitu : (1). perencanaan 61% dengan kualifikasi cukup dan (2). pengembangan metode
penilaian proses dan hasil belajar capaiannya 71% dengan kualifikasi cukup.
Berdasarkan kriteria: perencanaan penilaian, pengembangan metode penilaian proses
dan penilaian hasil cukup efektif, untuk itu perlu dikembangkan lagi dalam merencanakan
penilaian, mengembangkan metode penilaian proses dan hasil belajar.
Memperhatikan tabel diatas yang sangat perlu mendapat perhatian untuk
ditingkat adalah: Prosedur ulangan harian atau formatif yaitu tugas yang diberikan
mudah-sedang-sukar dikerjakan sesuai dengan indikator dari muatan pelajaran, ada
variasi dalam mengerjakan yaitu kerja individu dan kelompok, dan perlu dipertahankan
kebiasaan pendidik dalam memberikan motivasi terhadap hasil ulangan harian yang
diberikan pendidik, hal yang sama terhadap prosedur tugas yang diberikan pendidik
terhadap siswa.
Indikator bentuk instrument tes dan non tes kualifikasi capaiannya kurang, untuk
itu perlu ditingkatkan dalam membuat intrumen non tes yaitu: penilaian diri, penilaian
antar teman dan jurnal. Sedangkan untuk tes perlu dikombinasikan dalam pembuatan

7

soal yaitu pilihan ganda, benar salah, menjodohkan, uraian singkat dan uraian terbuka.
Hal yang sama perlu ditingkatkan dalam penelaahan instrument UTS dan UAS dan
dalam menyusun butir soal perlu disesuaikan dengan materi yang diajarkan.
Perlu diperhatikan oleh pendidik dalam pembuatan sebaran instrument UTS dan
UAS

dengan

memperhatikan

sebaran

soal

mudah-sedang-sukar.

Berdasarkan

wawancara dengan pendidik menyatakan pembuatan soal UTS dan UAS dilakukan
dalam kelompok Musyawarh Kerja Kepala Sekolas (MKKS). Kesesuaian penetapan
Prosedur pensekoran hasil ulangan/ ujian/ tugas/ proyek perlu dipertahankan.
2. Efektivitas Evaluasi Proses
Keefektifan proses dapat dilihat dari taraf pencapaian keberhasilan pelaksanaan
penilaian, evaluasi proses dan evaluasi hasil belajar, berikut pembahasannya. Dari capaian
dan kualifikasi hasil melalui analisis prosentase, berdasarkan kriteria yang tercantum pada
bab-III, maka hasilnya terlihat pada Tabel berikut:
Tabel-2. Rekapitulasi Hasil Evaluasi proses

No
1
2
3

Pernyataan

Capaian

Kualifikasi

Melakukan atau menggunakan bentuk atau jenis
penilaian.

68% Cukup

Tindakan setiap melakukan penilaian pendidik

76% Baik

Pembuatan soal selalu memperhatikan tingkat
kemampuan peserta didik.

62% Cukup

4

Betuk Penilaian sehari-hari yang digunakan.

58% Kurang

5

Bentuk penilaian yang biasa digunakan pendidik.

50% Kurang

6
7
8

9

Penilaian yang digunakan pendidik dalam mengajar
kegiatan ketrampilan.

72% Cukup

Aspek saat melakukan penilaian proses.

79% Baik

Memberikan motivasi pada penilaian proses
pembelajaran.

98% Amat Baik

Penekanan penilaian proses pembelajaran yang
dilakukan pendidik.

70% Cukup

10

Pemberian tugas kepaa pendidik/siswa

96% Amat Baik

11

Aspek dalam melakukan penilaian.

93% Amat Baik

8

12

Domain penilaian, yang sering dilakukan pendidik.

60% Cukup

13

Penilaian sikap oleh pendidik.

63% Cukup

14

Penilaian pengetahuan oleh pendidik.

96% Amat Baik

15

Penilaian keterampilan yang dilakukan pendidik.

86% Amat Baik

16

Instrumen penilaian kinerja/unjuk kerja yang disusun
Ibu/Bapak:

58% Kurang

17

Instrumen penilaian projek yang disusun Ibu/Bapak:

64% Cukup

18

Kapan penilaian keterampilan dilakukan?

89% Amat Baik

19

20

21

22

Bentuk instrumen pengetahuan pada ulangan harian
yang dilakukan pendidik

57% Kurang

Aspek yg dinilai pendidik saat mengajar mata pelajaran
yang dominan praktik atau di laboratorium.

68% Cukup

ungkapan kemampuan tingkat tinggi untuk aspek
pengetahuan.

69% Cukup

Teknik yang digunakan untuk melakukan penilaian hasil
pembelajaran pada akhir pembelajaran.

73% Cukup

Capaian

73%

Kualifikasi

Cukup

Mencermati tabel di atas untuk evaluasi proses capaian dan kualifikasi adalah 73%
cukup, sangat perlu untuk ditingkatkan terutama pada indicator : bentuk penilaian seharihari yang digunakan yaitu berupa jurnal persentase capaiannya 32%. Untuk indikator yang
digunakan aspek pengetahuan masih belum menggunakan variasi dari benuk soal untuk
mengukur aspek pengetahuan. Indikator untuk mengukur aspek ketrampilan yaitu penilaian
kinerja masih kurang, masih perlu ditingkatkan terutama untuk penilaian fortofolio. Indikator
ulangan harian yang diakukan pendidik jarang menggunakan penilaian dalam bentuk
pertanyaan lisan. Pertanyaan lisan lebih banyak mengungkap respon siswa baik sikap,
pengetahuan maupun ketrampilan, untuk itu perlu ditingkatkan lagi dalam penggunaan
pertanyaan lisan. Indikataor lain yang perlu juga ditingkatkan adalah indikator yang nilai
capaiannya 60% ≤ x