Komunikasi Verbal dan non verbal (1)

KOMUNIKASI VERBAL
Tujuan Belajar:
Setelah menyelesaikan bab ini peserta mata kuliah diharapkan memahami definisi,
sejarah asal usul bahasa, jenis, fungsi, dan hambatan dalam komunikasi verbal.
Pemahaman tentang komunikasi verbal akan membantu mahasiswa dalam
menyusun pesan yang efektif dan efisien.
Pada bagian akhir akan ada tes yang harus dikerjakan oleh peserta mata kuliah
sebagai persyaratan menuju bab selanjutnya.
Pendahuluan
“The limits of my language mean the limits of my world” (Ludwig Wittgenstein)
Perhatikan sekeliling, kemudian tuliskan satu persatu yang anda temukan di
sekitar anda. Adakah satu benda yang tak bernama? Mungkin anda akan menuliskan
tembok, bangku, kertas, pensil, nama teman di sebelah anda, computer, gawai, dan
sebagainya. Bahkan orang memberikan nama pada berbagai konsep yang tak
memiliki wujud, seperti: jatuh cinta, marah, benci, demokrasi, penjajahan, dan
sebagainya.
Begitu pentingnya peranan bahasa dalam kehidupan manusia, sehingga tak
ada satu pun di dunia ini yang tak bernama. Dunia penuh dengan materi-materi
yang kita beri nama. Tanpa nama, maka sesuatu tak akan ada.
Penamaan adalah fungsi utama dari komunikasi verbal. Dahulu manusia gua
menggunakan simbol-simbol untuk memahami lingkungannya, mereka

menggoreskan gambar-gambar di dinding-dinding gua. Di kawasan Maros, Sulawesi
Selatan ditemukan banyak lukisan tangan dan karakter hewan yang diperkirakan
berusia paling tidak 40.000 tahun, dan menjadi lukisan gua tertua di dunia. 1 Para
nenek moyang kita, manusia purba neadhertal membuat lukisan tersebut untuk
mengambarkan hewan-hewan yang mereka buru pada masa itu. Mereka melukis
babi hutan dan tangan-tangan yang berusaha meraihnya, sebab mereka tak memiliki
kata “babi” dan “berburu” untuk menyampaikan pesan dimaksud.
A. DEFINISI KOMUNIKASI VERBAL
Proses pertukaran informasi maupun pemaknaan selalu melibatkan pesan
verbal dan non verbal. Lantas yang menjadi persoalan apakah yang membedakan
antara pesan verbal dan non verbal?
Menurut Steve Duck & David T. McMahan, pesan verbal meliputi seluruh jenis
bahasa. Bahasa sendiri memiliki definisi sekumpulan simbol yang dapat disusun
1 Berita “Temuan lukisan gua berusia 40.000 tahun di Sulawesi” tanggal 9 OKtober 2014 di
laman http://www.bbc.com/indonesia/majalah/2014/10/141008_iptek_gua_sulawesi

berdasarkan aturan-aturan tertentu.2Pendapat lain mengatakan pesan verbal identik
dengan wicara (speech) dan bahasa tulis, sementara pesan nonverbal berkaitan
dengan bahasa tubuh (gerak-gerik) yang dilakukan saat komunikasi berlangsung.
Dapat disimpulkan bahwa pesan verbal adalah seperangkat kode-kode yang

disusun berdasarkan aturan tertentu sehingga memiliki arti dan disepakati dalam
sebuah kelompok masyarakat. Semisal kode “R”, “M”, “U”, “H”, dan “A” apabila disusun
menjadi “RUMAH”, “MURAH”, atau “HARUM” maka akan memiliki arti tertentu yaitu
tempat tinggal, harga terjangkau, dan aroma wangi. Itulah yang disebut dengan
penyusunan berdasarkan aturan tertentu. Namun, apabila kita menyusun kode-kode
tersebut dengan serampangan menjadi “AHUMR” atau “MUHAR” susunan tersebut
tak membawa arti apapun, sebab tak mengikuti konsensus masyarakat Indonesia.
Bagi orang Inggris, tentu berbagai kombinasi tersebut tak memiliki arti sebab
mereka memiliki aturan dan kesepakatan tersendiri.
Berbagai definisi yang diberikan oleh para ahli mengenai komunikasi verbal,
merujuk pada apa yang disebut dengan bahasa. Bahasa dengan bermacam variannya
digunakan berdasarkan seperangkat aturan tertentu dan disepakati oleh masyarakat
tertentu. Bahasa Indonesia memiliki aturannya sendiri seperti kalimat lengkap yang
terdiri dari Subyek (S) + Predikat (P) + Obyek (O) + Keterangan (K). dalam bahasa
Indonesia juga dikenal dengan adanya kalimat majemuk, frasa, dan sebagainya.
Bahkan, untuk mempelajari berbagai aturan ketatabahasaan ada cabang ilmu
pengetahuan khusus, yaitu semantis.
Seringkali orang salah mengartikan komunikasi verbal sebagai pesan yang
diucapkan (lisan) saja. Definisi ini mempersempit cakupan Menurut … pesan verbal
itulah yang disebut dengan bahasa dan tak ada perbedaan diantara keduanya.

Bahkan, bahasa isyarat yang biasanya digunakan oleh tuna rungu juga merupakan
komunikasi verbal, meskipun dalam penggunaannya tidak menggunakan simbol
bunyi yang berasal dari mulut. Surat yang anda terima dari seorang kawan, meski
tidak terucap oleh kawan anda, namun tulisan yang anda baca adalah bentuk dari
komunikasi verbal.
B. FUNGSI BAHASA
Begitu banyak fungsi bahasa dalam kehidupan manusia. Hampir setiap waktu
kehidupan manusia tak terlepas dari penggunaan bahasa. Jika dibuat rumusan,
menurut Larry R. Barker bahasa memiliki 3 fungsi, yaitu:
1. Penamaan (Labelling)
2. Interaksi
3. Transmisi informasi
Fungsi penamaan adalah fungsi utama dari bahasa. Pada bagian pengantar
bab ini, anda diminta menuliskan nama-nama benda yang ada disekitar anda, maka
dengan mudah anda mengenali benda-benda dan menyebutkan. Nama-nama
tersebut bukanlah sebuah ilham yang tiba-tiba muncul di kepala anda, namun
karena sosialisasi dan internalisasi bahasa yang dilakukan mulai dari seseorang
lahir. Kita tahu bahwa perempuan yang selalu menggendong dan menyusui adalah
2 Duck, Steve & David T. McMahan. 2013. Communication in Everyday Life: A Survey
of Communication. Sage Publication


“ibu’ atau “mama” atau “bunda”, seorag bayi selalu mendengar kata “ mik” ketika
saatnya minum ASI, maka ketika ia mulai bisa berkata-kata, ia akan mengatakan
“mimik” untuk menunjukkan ia perlu minuman, ketika usianya bertambah ia mulai
bisa meminta susu, air putih, atau es teh.
Tidak terbayangkan apabila bahasa tidak hadir ditengah-tengah manusia dan
kita harus menggunakan gambar untuk menyampaikan maksud. Berapa banyak
gambar yang anda butuhkan untuk mengenali teman-teman sekelas anda? Dengan
nama yang mereka miliki, maka mudah bagi kita untuk mengenali dan
menghapalkan nama mereka.
Fungsi kedua adalah interaksi. Bahasa menjadi bagian tak terpisahkan dari
proses interaksi manusia. Hampir mustahil bagi kita untuk berinteraksi dengan
orang lain tanpa kehadiran bahasa. Untuk menanyakan nama, alamat, hobi, diskusi
tentang cuaca, tukar pendapat tentang materi perkuliahan, menunjukkan rasa
marah, menyatakan cinta semuanya membutuhkan kata-kata yang tersusun rapi
dalam kalimat, dan itulah bahasa.
Fungsi terakhir bahasa adalah transmisi informasi. Buku yang anda baca,
penyiar berita televisi, dosen yang mengajarkan perkuliahan di kelas, berita yang
anda nikmati dari portal berita online semuanya menggunakan bahasa untuk
menyampaikan informasi tertentu kepada kita. Itulah yang dimaksud dengan fungsi

transmisi informasi.
Senada dengan Barker, Cassandra L. Book dalam bukunya Human
Communication: Principles, Context, and Skills juga menyatakan bahasa memiliki tiga
fungsi, yaitu:
1. Untuk mengenal dunia sekitar. Fungsi ini hampir sama dengan fungsi
penamaan (labeling). Kita mempelajari dunia dan isinya dari bahasa. Kita
dapat berbagi pengalaman maupun informasi dengan orang lain juga melalui
bahasa. Tanpa bahasa, maka ilmu pengetahuan tidak akan berkembang
demikian pesat seperti saat ini
2. Berhubungan dengan orang lain. Jika kita ingin berhubungan dengan orang
lain, maka bahasa-lah yang menjadi penyambungnya. Bahasa memungkinkan
kita untuk berbagi perasaan senang, menunjukkan kemarahan atau
ketidaksetujuan, menyatakan cinta, dan sebagainya. Bahasa bisa membantu
kita membangun hubungan yang lebih baik dengan orang lain atau justru
merusaknya
3. Untuk menciptakan koherensi dalam kehidupan
Bahasa membantu kita mengenali perasaan-perasaan kita, mengkategorikan
pengalaman-pengalaman supaya lebih mudah kita pahami, maupun
mengintegrasikan beragam informasi supaya kita lebih mudah menghadapi
kehidupan.

C. KARAKTERISTIK & KETERBATASAN BAHASA
Ilmu bahasa atau semantik yang pertama kali diperkenalkan oleh Alfred
Korzybski dan dikembangkan oleh Wendell Johnson memfokuskan pengamatannya
pada bahasa dan keterkaitannya dengan kesuksesan hidup dan kesehatan mental

manusia3. Mereka menyatakan bahwa dalam penggunaan bahasa seringkali ditemui
kesalahan penggunaan. Dan semakin seseorang berbahasa dengan baik dan benar,
maka akan semakin baik kehidupannya.
Ilmu semantik merumuskan beberapa karakteristik bahasa yang harus
diketahui oleh penggunanya agar terhindar dari kesalahan penggunaan bahasa
dalam kehidupan sehari-hari. Adapun karakteristik yang dimaksud adadalah:
1. Bahasa statis; realitas dinamis
Rhea sudah lima belas tahun meninggalkan kota Surabaya dan merantau ke
Jakarta. Pada 2015 Rhea kembali ke Surabaya untuk pertama kalinya, ia
terkagum-kagum pada sudut kota yang gemerlap dan taman kota yang
demikian apik tertata. Ia seolah melihat kota yang berbeda dengan yang ia
tinggali bertahun lalu. Namun, Surabaya tetaplah Surabaya, meski orangorangnya telah berganti, lingkungannya berubah, Rhea (dan juga kita) tak
menyebutnya sebagai Surabaya 2 atau dengan nama lain. Sejak dulu namanya
tetap menjadi Surabaya. Inilah yang disebut dengan bahasa statis, sementara
realitas selalu berubah atau dinamis.

Karakteristik ini sering menimbulkan persoalan karena orang melupakan
sifat dinamis realitas. Misal, ketika anda mengingat seorang kawan lama yang
sangat menyukai bunga mawar, maka ketika anda bertemu dengannya
setelah sekian lama tak berjumpa, anda bermaksud menyenangkan hatinya
dengan memberi ia mawar. Namun, kawan anda ternyata orang yang
berbeda, ia tak lagi menyukai mawar (dan bahkan mungkin, tak lagi
menyukai anda). Meski demikian, apakah anda akan mengganti nama kawan
anda? Tentu tidak. Ia akan tetap disebut dengan nama yang anda kenal, hanya
saja sebagai sebuah realitas ia adalah sosok yang berbeda.
Untuk menghindari hal ini, anda bisa menggunakan penanda periode atau
waktu, sehingga orang bisa memprediksi atau mengartikan dengan tepat.
Rhea bisa mengayakan, “Surabaya tahun 2000 lalu demikian kotor, tak
seperti Surabaya yang sekarang”. Atau, anda bisa mengatakan pada kawan
anda yang menanyakan tarif bus Malang_Surabaya “sepuluh tahun lalu harga
bus Malang-Surabaya cukup tujuh ribu rupiah saja”, bayangkan bila anda tak
memberikan keterangan tahun, dan kemudian ia hanya menyiapkan uang
sejumlah yang anda sebutkan, padahal saat ini harga bus patas telah
mencapai 25 ribu rupiah.
2. Bahasa terbatas; realitas tidak terbatas
Karakteristik kedua, berkaitan dengan kompleksnya realitas yang ada di

sekitar kita. Bahkan ada pepatah yang mengatakan: “realitas berkembang
seperti deret ukur, sementara bahasa berkembang seperti deret hitung”.
Dalam industri cetak ketika anda menyebut warna hijau, maka ada sederet
kemungkinan warna hijau yang muncul, bergantung komposisi kuning dan
cyan
yang
membentuknya.
Meski
sebagian
orang
berusaha
menngklasifikasikan bermacam hijau dengan sebutan: hijau tua, hijau muda,
3 Severin, Werner J & James W. Tankard, Jr. 1997. Communication Theories: Origins, Methods,
and Uses in The Mass Media. 4th ed. Longman Publisher: UK

hijau tosca, hijau daun, hijau botol, hijau army, hijau natal, hijau lumut. Akan
tetapi, semua nama itu tak cukup untuk merepresentasikan seluruh
kemungkinan warna hijau yang ada di dunia.
Contoh lain, bagaimana anda membedakan anggota rombongan bebek yang
ada di sawah? Anda akan tetap menyebut satu persatu bebek tersebut

dengan sebutan “bebek”, meski sebenarnya itu adalah bebek yang berbeda
(dari berat badan, tinggi bebek, diameter sirip kaki, atau bahkan jumlah bulu
yang dimiliki).
Untuk menghindari kesalahan persepsi orang, maka kita bisa menambahkan
kalimat “menurut saya…” atau semacamnya. Seperti, “menurut saya, warna
baju yang ia kenakan adalah hijau tosca”, mungkin saja orang yang anda ajak
bicara menyebutnya dengan hijau telur asin atau bahkan menyebutnya
dengan biru tosca, namun anda sudah mmberikan batasan dan menghindari
perdebatan dengan menyatakan bahwa hijau tosca adalah pendapat pribadi
anda terhadap warna pakaian yang dimaksud
3. Bahasa Abstrak
S.I Hayakawa mengembangkan sebuah diagram yang menunjukkan
karakteristik bahasa yang abstrak. Bagi Hayakawa, apabila bahasa yang
digunakan semakin abstrak, maka akan semakin jauh dari realitas yang
diwakilinya. Karakteristik ketiga ini berkaitan dengan sifat bahasa yang
terbatas untuk mewakili seluruh realitas yang ada. Untuk memudahkan
penggunaannya, maka bahasa digunakan dalam berbagai tingkat abstraksi.
Abstraksi sendiri merujuk pada proses menyeleksi beberapa detail dan
meninggalkan detail lainnya.
Diagram Hayakawa menunjukkan pada kita bagaimana abstraksi bekerja,

seperti yang tampak pada gambar 1.1.
Hayakawa membuat perumpamaan seekor sapi yang ada di peternakan, pada
level abstraksi paling rendah (1) sapi yang diketahui oleh mayarakat pada
umumnya adalah sebuah materi di alam semesta, seperti materi lain maka ia
tersusun dari atom, electron, dan proses-proses kimia fisika di dalamnya.
Level abstraksi berikutnya (2) mulai meninggalkan detail-detail proses
tersebut, pada level ini pengalaman dan interaksi dengan obyek (sapi) yang
menjadi fokus. Materi yang bisa kita sentuh dan rasakan, tanpa
mempedulikan proses kimiawi dalam tubuhnya. (3) nama “Bessie” yang kita
berikan pada seekor sapi – katakanlah yang paling gemuk diantara sapi yang
ada di peternakan – kita bisa membedakan “Bessie” dengan yang lain, karena
massa tubuhnya yang paling besar dibandingkan sapi yang lain, tetapi kita
meninggalkan detail-detail lain seperti panjang ekor sapi, warna yang
dimiliki, usia, bahkan proses atomik yang terjadi didalamnya. Pada level (4)
ada kata “sapi” yang derajat abstraksinya lebih tinggi, kata “sapi” mewakili
obyek hewan yang berkaki empat, menghasilkan susu perah, mamalia,
memakan rumput, memamah biak, dan memiliki bunyi “moo”. Level (5) kita
megkategorikan sapi sebagai hewan ternak, bersama dengan unggas,
kambing, domba, dan sebagainya. Detail yang ditinggalkan semakin banyak,
detail yang dipilih untuk kategorisasi hanyalah “hewan yang dipelihara dan


dikembangbiakkan untuk kepentingan ekonomi”. Level (6) kata “asset
peternakan” yang mengkategorikan hewan ternak sebagai salah satu aset
sama seperti benda-benda lain yang memiliki nilai jual di dalam sebuah
peternakan. Level (7) Bessie bisa jadi adalah “aset”, sebuah kata yang
memiliki tingkat abstraksi tinggi, bukan hanya aset peternakan, tetapi juga
aset secara umum, yaitu segala kepemilikan barangg yang memiliki nilai
ekonomi. Level tertinggi (8) ada kata “kemakmuran” yang memiliki derajat
abstraksi palig tinggi”, kata ini sudah sangat jauh dari realtias “Bessie” di
lapangan dan berbagai pengalaman kimia fisiologis di dalam tubuh Bessie.
Namun, bicara tentang “Bessie” juga bicara tentang “kemakmuran”.
Bisa jadi seorang kawan petani yang kebetulan berkunjung ke peternakan
dan melihat Bessie, maka ia akan berkata pada pemilik peternakan “wah,
anda makmur sekali ya” kata tersebut demikian abstrak, bandingkan dengan
“wah, anda memiliki aset peternakan yang luar biasa” atau “wah, sapi-sapi
ini sungguh sehat dan menakjubkan. Tapi, sapi yang di didepanku rupanya
yang terbesar.” Semua kalimat tersebut bisa jadi dimaksudkan untuk
membincangkan tentang “Bessie”, namun pemilihan kata menunjukkan
derajat asbtraksi yang berbeda.
4. Bahasa Mengandung Asumsi
Bahasa menunjukkan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat dan asumsiasumsi yang berkembang di kelompok tersebut. Dalam masyarakat
patriarkal, anda akan banyak menemukan kata-kata maskulin untuk
merepresentasikan bidang pekerjaan publik, dan anda akan sulit
menemukan padanan kata untuk perempuan yang bekerja di ranah yang
sama, seperti: negarawan, cendekiawan, ilmuwan, gerilyawan, dan
sebagainya. Untuk menyatakan kepemilikian pun menyandarkan pada akhirn
“-wan” yang maskulin seperti: jutawan, hartawan karena asumsi yang
dikandung didalamnya, kepemilikan ada pada laki-laki, merekalah yang bisa
memiliki penghasilan dan harta dan bukan perempuan.
Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia, dalam bahasa Inggris kata-kata yang
bias gender juga banyak ditemukan seperti: cameraman, policeman, fireman,
officeman, postman, da sebagainya. Meskipun saat ini mereka mulai
mereduksi dan mencari kata-kata lain yang lebih ramah perempuan semisal:
camera person, officer, police officer,, dan sebagainya.
Negara-negara timur yang penuh etika dan memiliki budaya “diam” maka
memiliki lebih banyak pepatah yang berkaitan dengan diam ketimbang
bangsa yang suka berbicara atau terbuka. Di Indonesia saja, ada lebih dari
lima pepatah yang berkait dengan kehati-hatian dalam berbicara: diam itu
emas, mulutmu harimaumu, lidah tak bertulang, lebih baik diam daripada
berbicara tak bermanfaat, tajamnya pedang tak setajam lidah, dan
sebagainya.

gambar 1.14

4http://www.rijnlandmodel.nl/achtergrond/algemene_semantiek/hayakawa/ch10_abstrac
tion-ladder.gif

TIPS
Karena sifat bahasa yan statis, terbatas, dan abstrak maka seringkali orang-orang
melakukan kesalahan dalam menggunakan bahasa. Berikut adalah empat kesalahan
yang pada umumnya terjadi dan tips menghindarinya
Kesalahan

Definisi & Contoh

Dead Level Orang
umumnya
terjebak
Abstracting
menggunakan bahasa yang tingkat
abstraksinya tinggi secara terus
menerus, atau sebaliknya
Misal:
politisi yang suka menghamburkan
kata-kata demokrasi, efisiensi,
untuk
rakyat,
kemerdekaan,
perjuangan

Undue
Identification

Kegagalan
dalam
melihat
perbedaan antara individu dalam
kelompok.
Bentuk
khususnya
adalah
stereotip.
Misal: semua lelaki pengkhianat,
orang Indonesia ramah, jangan
pernah
percaya
apa
yang
diberitakan media!

Two-valued
Evaluation

Senantiasa berpikir pada titik
ekstrim dua pilihan: ya-tidak,
hitam-putih, gelap-terang. Padahal
diantara keduanya masih ada
kemungkinan-kemungkinan
lain
yang tersedia seperti abu-abu,
suram, redup, dan sebagainya

Unconcsciou
s Projection

Kegagalan
memahami
pesan
karena penggunanaan referensi
pengalaman masa lalu
Misal: Ada seorang lelaki di depan
pagar rumah anda, ia berambut

Solusi
(komunikasi efektif)
Pesan yang efektif apabila
menggabungkan
antara
abstraksi tinggi dengan
disertai
penjelasan
/
detail (abstraksi lebih
rendah)
Misal:
Kemerdekaan
adalah ketika tidak ada
lagi rasa takut untuk
menyuarakan pendapat,
keamanan
dalam
menjalankan ibadah, dan
sebagainya.
Hindari
generalisasi.
Tidak ada dua orang yang
sama persis di dunia ini.
Sebaiknya
gunakan
indeks, atau langsung
merujuk pada individu
Misal: Andi pengkhianat,
Mijil mahasiswa Indonesia
yang ramah, berita X di
koran Y tidaklah benar
Anda bisa menyebutkan
konsep/ kata-kata yang
lebih spesifik tanpa harus
terjebak pada oposisi.
Atau tambahkan kalimat
“menurut saya (kamar itu
gelap” – menurut orang
lain, bisa jadi hanya redup
bukan gelap
Bertanyalah
da
gali
informasi
sebanyak
mungkin.
Bila
dalam
bahasa tulis, anda dapat
menuliskan
“menurut

gondrong, kaos oblong, jeans sobek
yang belel, dan tangan penuh tato,
berdasarkan pengalaman anda pria
demikian adalah preman, maka
anda mulai galak dan defensif.
Padahal, ternyata ia adalah guru
lukis adik anda yang ingin
menemui orang tua anda untuk
diskusi bakat seni yang ada pada
adik anda

pendapat saya..” atau
“dalam persepsi saya” hal
ini untuk menghindari
pembaca terjebak pada
unsconscious projection

Kesimpulan
1. Pesan verbal adalah seperangkat kode-kode yang disusun berdasarkan
aturan tertentu sehingga memiliki arti dan disepakati dalam sebuah
kelompok masyarakat
2. Menurut Larry R. Barker bahasa memiliki 3 fungsi, yaitu: Penamaan
(Labelling), Interaksi, dan Transmisi informasi
3. Ada 4 karakteristik bahasa, yaitu:
- Bahasa terbatas; realitas tak terbatas
- Bahasa statis; realitas dinamis
- Bahasa Abstrak
- Bahasa mengandung asumsi-asumsi
4. kesalahan yang umum terjadi dalam penggunaan bahasa diantaranya:
- dead level abstracting
- undue identification
- two valued evaluation
- unsconsious projection

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24

GANGGUAN PICA(Studi Tentang Etiologi dan Kondisi Psikologis)

4 75 2