Memahami Jaringan Terorisme Di Indonesia

1

Memahami Jaringan Terorisme
Di Indonesia
Oleh Yan Daryono

Hari Rabu 24 Mei 2017 - pukul 20.30 WIB atau persisnya dua hari sebelum
tanggal 1 Ramadhan 1438 H. Seperti biasa suasana Terminal Kampung Melayu
selalu diramaikan dengan antrean angkot yang mengular, metromini yang ngetem
berebut penumpang, bus-bus kota yang lewat melintas, termasuk juga bus Trans
Jakarta. Bising, sibuk dan macet di mana-mana. Namun tiba-tiba saja masyarakat
yang sedang beraktifitas di sekitar terminal itu seketika dikejutkan oleh dua kali
suara ledakan keras yang beruntun. Orang-orang berhamburan panik, Gumpalan
asap tebal mengepul membumbung ke udara malam.
Ternyata dua orang teroris telah melakukan aksi bom bunuh diri. Akibat
kejadian tersebut 5 (lima) orang tewas di tempat. Mereka yang tewas antara lain dua
orang pelaku bom bunuh diri dan tiga orang anggota Polri yang sedang bertugas di
lokasi kejadian. Peristiwa yang sekejap saja menjadi viral di sosial media itu, telah
menambah deretan rangkaian aksi teror yang pernah terjadi di Indonesia. Sebelum
ini, persisnya di bulan Nopember tahun silam, atau bertepatan dengan aksi unjuk
rasa Bela Islam tanggal 4 Nopember 2016, Densus 88 Polri berhasil menggagalkan

rencana aksi teror peledakan bom panci di Istana Negara – Jakarta. Pada tahun
yang sama juga pernah terjadi serangan teroris terhadap sejumlah anggota Polisi
yang sedang bertugas di depan Mapolsek Tanggerang. Bahkan beberapa waktu
sebelumnya, juga telah terjadi serangan teror bom di Pasaraya Sarinah Jalan
Thamrin – Jakarta Pusat yang menimbulkan korban tewas dan luka-luka. Maka
singkat kata, jika mencermati data rangkaian aksi teror yang pernah terjadi di
Indonesia, dapat dipastikan negeri khatulistiwa ini memang menjadi target para
teroris. Simak saja urutan data di bawah ini :
DATA RANGKAIAN AKSI TERORISME DI INDONESIA
No
1.

TAHUN
2005

KASUS
Penangkapan
&
penggerebekan
pelaku Bom

Bali 1

PELAKU
- CH

LOKASI
Batu, Malang
Jawa Timur

KET
Ditangkap,
ditahan di
Semarang.

Sda
- Dr. Azhari

Tewas
ditembak
DENSUS 88 AT

sda

- Amran
2.

2009

Penangkapan
&
penggerebekan
pelaku Bom
bunuh diri hotel
JW Marriot

- Aris

BejiTemanggung,
Jawa Tengah
Sda


Tewas bom
bunuh diri di
lokasi.
Ditangkap
DENSUS 88 AT
Sda

- Indra
sda

Tewas dalam

2

3

2009

Jakarta


- Ibrohim

Menggagalkan
rencana upaya
peledakan bom
di Istana
Negara dan
kediaman SBY
di Cikeas –
Bogor

- Ahmad Fery

Jati Asih,
Bekasi

- Ari Setyawan

Sda


baku tembak
dengan
DENSUS 88 AT
Ditangkap &
diamankan
DENSUS 88 AT
Tewas dalam
baku tembak
dengan
DENSUS 88 AT
Sda

- Eko Peyang
4.

2009

Penangkapan
&
penggerebekan

pelaku Bom
JW Marriott
Jakarta

- Rohmad
Puji/Bejo

sda
Mojosongo,
Solo

- Urwah

Sda

- Supono

Sda

- Nurdin M Top


Sda

Ditangkap,
diamankan
DENSUS 88 AT
Tewas dalam
baku tembak
dengan
DENSUS 88 AT
Sda
Sda
Sda

- Susilo/Adib
Sda

Sda

Sda


Sda

- Munawaroh
- Aji
5.

6.

7.

2009

2010

2010

Penangkapan
&
penggerebekan

pelaku Bom
Kedubes
Australia Mega
Kuningan –
Jakarta

- Saefudin
zuhri

Penyergapan
pusat pelatihan
teroris di Aceh

Penangkapan
&
penggerebekan
pelaku

sda
Ciputat,

Tangerang
Selatan –
Banten

- Syahrir

Sda

- Fajar

sda

- 56 orang

Aceh &
Jakarta

- 7 orang

Aceh

- Dulmatin
- Ridwan
- Hasan Nur

Pamulang,
Tangsel Banten

Tewas dalam
baku tembak
dengan
DENSUS 88 AT
Sda
Ditangkap,
diamankan
DENSUS 88 AT
Ditangkap di
lokasi dan
diamankan.
Tewas dalam
baku tembak
dengan
DENSUS 88 AT
Tewas dalam
penggerebekan
dan baku
tembak.

3

8.

9.

2011

2011

10. 2012

11

2012

12

2012

13

2012

14

2012

15

2012

pelatihan
paramiliter
teroris di Aceh
Perampokan &
penembakan
polisi di Bank
BCA palu

- Aryanto
- Rudi

Palu –
Sulawesi
Tenggara

Ditangkap &
diamankan

- Fauzan

Sda

- Dayat
- Imam
Rosyidi
- Hari Kuncoro

sda
Poso

Tewas dalam
baku tembak.
sda
Ditangkap &
diamankan

- Farhan
Mujahid
- Lainnya

Solo

Teror Poso &
pelatihan
paramiliter
teroris di Poso
Teror Poso &
pelatihan
paramiliter
teroris di Poso
Bom Tambora
– Jakarta

- Cahya & istri

Bandung

- Rizky/Udin
- Gede/Ayas
- Naim

Poso

Ditangkap &
diamankan

- Thoriq

Jakarta

Bom Panti
asuhan
Teror Poso &
pelatihan
paramiliter
teroris di Poso

- Anwar

Beji, Depok

- Zipo

Poso

Tewas karena
bom meledak
sendiri.
Luka-luka &
ditahan.
Tewas dalam
baku tembak
dengan
DENSUS 88 AT

Teror Poso &
pelatihan
paramiliter
teroris di Poso
Penembakan
terhadap polisi
di Solo

16

2012

Upaya
pembunuhan
Gubernur
Sulsel Syahrul
Yasin Limpo

17

2013

Penculikan
Polisi di
Tamanjeha
Poso

18

2013

Teror Poso &
pelatihan
paramiliter
teroris di Poso

- Ustad Yasin
- Awaludin
- Jodi

- Kholid
- Abu uswah

- 3 lainnya
- 5 orang

Poso

Poso

Poso

Tewas dalam
baku tembak
dengan
DENSUS 88 AT
Ditangkap &
diamankan.

Ditangkap &
diamankan
Ditangkap &
diamankan

Tewas dalam
baku tembak
dengan
DENSUS 88 AT
Ditangkap &
diamankan
Tewas dalam
baku tembak
dengan
DENSUS 88 AT

4

19

20

2013

2013

Teror Poso &
pelatihan
paramiliter
teroris di Poso

- Abu Roban

Poso

- Belasan
lainnya

Bandung,
Tangerang,
Kendal,
Kebumen,
Lampung.
Jakarta

Perampokan
toko emas di
Tambora
Jakarta

- 4 orang

Tewas dalam
baku tembak
dengan
DENSUS 88 AT
Ditangkap &
diamankan

Ditangkap &
diamankan
Tewas dalam
baku tembak
dengan
DENSUS 88 AT

- 3 orang

21

2013

Bom Panci
Polsek
Rajapolah

- Nurul Haq
- Hendi Albar
- Fauzi

Pondok Aren
- Jakarta

Tewas dalam
baku tembak
dengan
DENSUS 88 AT

22

2014

Teror solo

- Rifky

Indramayu –
Jawa Barat

Ditangkap &
diamankan

23

2014

Teror solo

- Rumuji

24

2014

Teror solo

- Salim/Ustadz
Yahya
- Setiawan

Lamongan –
Jawa Timur
Klaten –
Jawa Tengah

Ditangkap &
diamankan
Ditangkap &
diamankan

25

2014

26

2014

27

2015

Teror Poso &
pelatihan
paramiliter
teroris di Poso
Teror Poso &
pelatihan
paramiliter
teroris di Poso
Teror Poso &
pelatihan
paramiliter
teroris di Poso

-

Arif
Slamet
Rofiah
Arifin
Yusuf
Dodi
Kuncoro

Ditangkap &
diamankan

Sukoharjo –
Jawa Tengah

Ditangkap &
diamankan

- Adi Margono

Banyuwangi
– Jawa Timur

Ditangkap &
diamankan

- Ilham Syafii

Luwu Utara –
Sulawesi
Selatan

Ditangkap &
diamankan

- Saiful Jambi

Sulteng

- Rustam
- Hasan & istri

Poso

5
28

2015

Teror solo

- SF

Sleman

29

2015

- Ibad
- Yz
- 6 orang
lainnya

Solo

30

2015

Perencanaan
pemboman
tempat ibadah
Nasrani &
Konghuchu
serta kantor
polisi 17
Agustus 2015
Teror Poso &
pelatihan
paramiliter
teroris di Poso

- Daeng Koro

Poso

Ditangkap &
diamankan
Ditangkap &
diamankan

Tewas dalam
baku tembak

Setelah mencermati urutan data di atas, tentu akan muncul pertanyaan ;
Kenapa Indonesia menjadi target teroris ? Apa sebenarnya tujuan teroris itu
melakukan aksinya di negeri ini ? Dan masih banyak lagi pertanyaan yang mungkin
bermunculan di benak kita.
Bahkan di sebagian kalangan masyarakat umum, masih ada yang tidak yakin
bahwa aksi teror tersebut adalah murni aksi teroris. Misalnya ada dugaan bahwa
aksi-aksi teror itu hanyalah rekayasa pemerintah untuk mengalihkan isu-isu politik
yang sedang berkembang. Sehingga mereka tidak percaya bahwa aksi teror
tersebut murni aksi para teroris. Keberhasilan Densus 88 Polri dan TNI dalam
meringkus dan menindak para teroris itu dinilai sebagai upaya pencitraan
pemerintah untuk melanggengkan kekuasaannya. Pemikiran yang sangat naif
tentunya.
Maka agar tidak terjadi simpang siur penafsiran yang salah terhadap aksiaksi teror tersebut, tentu diperlukan penjelasan umum untuk diketahui masyarakat
luas ; Siapa dan bagaimana para teroris dengan aksi-aksinya yang berbahaya itu ?
Dengan tujuan, masyarakat luas dapat memahami keberadaan para teroris serta
ancamannya yang membahayakan keselamatan masyarakat, merongrong
kedaulatan NKRI dan menodai citra bangsa di mata dunia internasional. Sehingga
masyarakat umum dapat mengetahui dan memahami apa dan bagaimana para
teroris tersebut, kemudian masyarakat ikut berpartisipasi secara aktif membantu
pemerintah menanggulangi bahaya terorisme.

Pengaruh paham Islam radikal
Munculnya kelompok-kelompok teroris di Indonesia, berawal dari
berkembangnya paham Islam radikal di sebagian kelompok masyarakat yang aktif
dalam berbagai kegiatan keagamaan di mesjid, pesantren atau lain sebagainya.
Yakni
ketika para penceramah atau uztad yang memberi tauziah kepada
jama’ahnya dengan formula pandangan Islam radikal. Para penceramah atau
uztad tersebut ada yang tumbuh dari kalangan radikal lokal seperti mantan tokohtokoh DI/TII atau generasi penerusnya, namun ada pula yang membawa pengaruh
Islam radikal transnasional dalam bentuk mazhab-mazhab tertentu dari luar wilayah
NKRI. Misalnya paham yang dianut oleh Wahabi, Mujahidin, Ikhwanul Muslimin,

6

Hizbut Tahrir dan sebagainya. Pengaruh-pengaruh Islam radikal lokal dan
transnasional itulah yang kemudian menggeser paham Islam tradisional dan kultural
yang terkandung dalam organisasi massa seperti Nahdlatul Ulama ( NU ) dan
Muhammadiyah.
Aksi teror yang pernah dilakukan oleh kelompok DI/TII ialah ketika terjadi
serangan lemparan granat ke arah mobil yang ditumpangi Presiden Soekarno saat
melintas di Jalan Tjikini Raja – Jakarta. Peristiwa tersebut kemudian dikenal dengan
sebutan “Peristiwa Tjikini”. Namun aksi pelemparan granat itu gagal dan Presiden
Soekarno berhasil diselamatkan.
Sejak SM Kartosuwiryo mengumumkan mendirikan Negara Islam Indonesia
pada tahun 1949, gerakan Islam radikal mulai merambah di berbagai wilayah
Republik Indonesia yang baru merdeka. Doktrin-doktrin radikalisme itu kian merasuk
di berbagai lembaga pesantren dan menjadikan para santri sebagai kader-kader
militan. Dalam kata pengantar buku Dr.Asep Zaenal Ausop, M.Ag. : Ajaran dan
Gerakan NII Kartosuwiryo NII KW IX & Ma’had Al Zaytun, Prof.Dr.Miftah Faridl
menjelaskan hubungan gerakan Islam dan politik di Indonesia 1 yang terbagi
menjadi dua
kategori
pemikiran. Pertama, gagasan negara Islam hanya
menjadikan negara sebagai “alat” untuk menegakkan undang-undang Ilahi, baik
dalam kehidupan individu mau pun dalam bentuk kelompok masyarakat. Dasar
pemikiran ini ialah bertumpu pada keyakinan bahwa paham agama Islam meliputi
seluruh bagian kehidupan, termasuk kematian, pikiran, perasaan dan tindakan
manusiawi lainnya. Ke dua, Islam sebagai dasar negara akan menempatkan Al
Qur’an dan Hadist Nabi sebagai pedoman dalam mengelola negara. Kedua kategori
pemikiran itulah yang menjadi bahan indoktrinasi kelompok DI/TII dalam
membangun paham radikal di kalangan umat Islam masa itu.
Konsep pemikiran membentuk dan membangun Negara Islam Indonesia itu
terus diwariskan dari generasi demi generasi berikutnya. Sehingga meskipun
Pemerintah telah menumpas seluruh gerakan DI/TII, namun pemikiran ideologinya
terus ditularkan kepada generasi-generasi penerusnya sebagai doktrin permanen.
Refleksi pemikiran itulah yang kemudian melahirkan kelompok-kelompok radikal
baru di masa Orde Baru. Misalnya Komando Jihad, Laskar Jihad, Islam Jama’ah dan
sebagainya. Generasi pewaris doktrin tersebut berusaha untuk mewujudkan cita-cita
pendahulunya membentuk Negara Islam Indonesia.
Maka pada masa Orde Baru tercatat pernah terjadi beberapa peristiwa teror
seperti pembajakan pesawat Garuda Indonesia Woyla, Peristiwa Penyerbuan Polsek
Cicendo – Bandung oleh kelompok Salman Hafidz, keterlibatan Laskar Jihad
pimpinan Jafar Umar Sadiq dalam konflik Sara di Ambon dan seterusnya. Namun
upaya-upaya tersebut berhasil diredam oleh aparat keamanan Orde Baru, sehingga
aksi-aksi mereka tidak bisa berkembang dengan baik.
Namun di saat bergulirnya reformasi 98, gerakan kelompok radikal itu pun
seolah mendapat ruang untuk tumbuh dan berkembang biak dengan pesat. Terlebih
pada masa ini pengaruh-pengaruh Islam radikal transnasional juga mulai merambah
di tengah masyarakat muslim Indonesia. Seiring itu pula gerakan radikal tersebut
mulai melembaga dalam bentuk partai politik mau pun ormas-ormas yang beraneka
ragam. Contohnya Hizbut Tahrir. Organisasi ini pertama kali dibentuk sebagai partai
politik Islam pada tahun 1953 di Al-Quds atau Yerusalem di wilayah Palestina. Kota
Al-Quds termasuk kota suci di dunia karena di situ terdapat dua tempat suci agama
Islam dan Yahudi. Selanjutnya, karena sifatnya yang internasional, Hizbut Tahrir
1

Dr.Asep Zaenal Ausop, M.Ag : “ NII KW IX & Ma’had Al-Zaytun tafakur ( Kelompok Humaniora ) 2011.

7

terbentuk di berbagai negara meskipun tidak sedikit pula negara yang telah
melarang pembentukan organisasi tersebut. Di Indonesia, Hizbut Tahrir eksis
dengan nama Hizbut Tahrir Indonesia ( HTI ) dan berpusat di Jakarta.
Awalnya Hizbut Tahrir diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1980-an oleh
Pimpinan Pesantren Al-Gazhali di Bogor yaitu KH Abdullah bin Nuh atau biasa
disebut Mamak, seorang tokoh dan pejuang dari kalangan Islam. Ada pun KH
Abdullah bin Nuh mengenal Hizbut Tahrir ketika mengikuti ceramah aktifis Hizbut
Tahrir di Sydney – Australia yaitu Syekh Abdurrahman Al-Bagdadiy. Isi ceramahnya
saat itu tentang kewajiban persatuan umat dan kewajiban menegakkan khilafah
untuk melawan hegemoni penjajahan dunia. Rasa ketertarikan KH Abdullah bin Nuh
itu pula yang mendorongnya untuk memboyong Syekh Abdurrahman Al-Bagdadiy ke
Indonesia lalu melakukan sosialisasi tentang konsep Hizbut Tahrir tersebut ke
berbagai pesantren dan kampus-kampus di Indonesia. Begitulah awalnya Hizbut
Tahrir diperkenalkan pada masyarakat muslim di Indonesia ini.
Belum lama berselang, Pemerintah RI mengumumkan akan membubarkan
organisasi Hizbut Tahrir Indonesia karena dianggap bertentangan dengan ideologi
Pancasila dan berusaha mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi Islam.
Rencana pemerintah itu pun seketika pula menjadi polemik. Ada yang pro dan ada
pula yang kontra. Lantas seperti apakah Hizbut Tahrir sehingga pemerintah perlu
membubarkannya seperti di banyak negara di dunia yang menolak
pembentukkannya. Berikut adalah gambaran singkat tentang profil Hizbut Tahrir
Indonesia ( HTI )2 :
“ Hizbut Tahrir memandang, suatu negara yang menjalankan syariat Islam dan
keimanannya dijamin oleh kaum muslim, adalah negara Islam. Namun negara itu
bukanlah theokrasi yang dikuasai para padri yang memerintah atas nama Tuhan.
Negara Islam adalah negara dunia yang dihuni orang secara heterogen, muslim atau
bukan. Dalam Negara Islam, meski kedaulatan ada pada syara namun kekuasaan
ada pada rakyat, sedang manfaatnya ditujukan kepada seluruh alam. Kemudian
tentang Khalifah. Hizbut Tharir memandang Khalifah bukan sekedar pemimpin
jama’ah. Namun Khalifah adalah Kepala Negara dan Pemerintahan. Khalifah juga
bukan jabatan yang bisa diwariskan, karena ia semacam kontrak sosial. Ada pun
yang terjadi di masa lalu harus dikaji secara jernih, dan pula sejarah bukanlah dalil
hukum yang mengikat. Hizbut Tharir membedakan syura dengan demokrasi. Proses
pengambilan keputusan dibagi tiga yaitu: 1) Untuk masalah hukum, syura
dilakukan untuk memilih pendapat yang terkuat argumentasinya bukan
terbanyak pendukungnya. 2) Untuk masalah teknis, serahkan pada ahlinya,
bukan pendapat mayoritas. 3) Yang diserahkan pendapat mayoritas adalah halhal optional yang sama-sama mubah, misalnya memilih pejabat yang paling
akseptabel, setelah semua sama-sama memenuhi syarat. Meski bekerja secara
lokal, tidak berarti Hizbut Tharir setuju dengan nasionalisme dan patriotisme. Bahwa
Hizbut Tharir akan berdiri di garis depan bila negerinya diserang orang-orang kafir,
itu pasti, Namun ini bukan karena merasa pengabdian tertinggi adalah pada bangsa
dan negara, melainkan karena Hizbut Tharir yakin membela negeri Islam dari
serangan orang-orang kafir adalah kewajiban syara. Hizbut Tharir berpikir lebih
kosmopolit dan global, karena syara setiap bicara tentang umat Islam tidaklah
spesifik hanya untuk muslim di negeri tertentu saja. Demikian juga cita-cita
mendirikan Khilafah Islam sebagai cikal bakal suatu superstate tidak tertuju hanya di
wilayah teritorial tertentu saja, melainkan di mana saja yang memang paling kondusif
untuk itu, disanalah cita-cita itu akan direalisasi.....”
2

Selebaran Hizbut Tahrir Indonesia Cabang Kota Bandung yang dibagikan kepada masyarakat luas di kota
Bandung.

8

Uraian di atas menggambarkan sekilas pandangan organisasi Hizbut Tharir
internasional yang juga dianut oleh Hizbut Tharir Indonesia ( HTI ). Walau pun
keberadaan organisasi ini di Indonesia berstatus sebagai ormas, ia tetap
mengemban tujuan dan cita-cita politik untuk mendirikan negara khilafah Islam.
Maka bukan tidak mungkin tentunya, jika organisasi ini diberi kesempatan tumbuh
berkembang di negeri ini, ia tidak akan mengambil peran dalam mewujudkan citacita perjuangannya. Betapa pun Hizbut Tharir itu memiliki tujuan yang pasti yaitu
mendirikan negara Khilafah Islam dimana saja, khususnya di tempat yang
memberinya kesempatan tumbuh dan berkembang, termasuk tentunya bagi HTI.
Pandangan paham Wahabi yang datang dari Saudi Arabia, Ikhwanul Muslimin
dari Mesir, Mujahidin dari Afghanistan dan seterusnya, kurang lebih sama dengan
pandangan yang dimiliki oleh Hizbut Tharir. Mereka semua memiliki tujuan yang
sama yaitu mendirikan negara Khilafah Islam di berbagai negara di belahan dunia
ini, apa pun dan bagaimana pun cara yang akan ditempuh. Dalam konsep pemikiran
mereka, dunia ini haruslah dipimpin oleh seorang Khalifah Islam yang akan
menegakkan hukum-hukum Islam serta mengelola pemerintahan berdasarkan
ketentuan Islam yang bertumpu kepada kitab suci Al-Qur’an dan Hadist Nabi. Oleh
sebab itu sikap mereka sangat jelas menolak konsep demokrasi dalam kehidupan
bernegara dan menganggapnya sebagai produk kaum kafir. Mereka juga menolak
konsep nasionalisme dan patriotisme kebangsaan, karena prinsip mereka adalah
semata-mata membela dan menegakkan pemerintahan Khilafah Islam.
Jaringan terorisme transnasional
Dalam memperjuangkan tujuan cita-citanya itu, mereka menempuh berbagai
cara. Ada yang melakukannya dengan gerakan sosial atau melalui kelembagaan
politik di suatu negara dan juga dengan cara-cara kekerasan yaitu terorisme seperti
yang dilakukan oleh organisasi Al-Qaeda di Afghanistan dan ISIS di Suriah-Irak
sebagai organisasi induk terorisme transnasional yang kerap membuat kekacauan di
berbagai negara di dunia.
Aksi terorisme transnasional mulai marak di Indonesia paska reformasi 98,
lebih tepatnya setelah terjadi serangan 11 September 2001 yang meruntuhkan dua
bangunan menara WTC di New York – Amerika Serikat. Serangan yang dilakukan
oleh organisasi Al-Qaeda pimpinan Osama bin Laden itu, menjadi inspirasi bagi
gerakan terorisme di Indonesia.
Menurut Ensiklopedia Indonesia edisi tahun 2000, terorisme diartikan sebagai
tindak kekerasan atau ancaman kekerasan yang diperhitungkan sedemikain rupa,
untuk menciptakan suasana ketakutan dan bahaya dengan tujuan
menarik
perhatian nasional mau pun internasional terhadap suatu aksi atau tuntutan para
teroris itu. Kemudian
Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi tahun 1991,
menyebutkan bahwa pengertian teror ialah rasa takut yang ditimbulkan oleh
orang atau sekelompok orang 3. Di sisi lain, Kamus Umum Bahasa Indonesia edisi
tahun 1985 menjelaskan bahwa terorisme adalah suatu tindakan atau praktek teror
yang menggunakan kekerasan untuk menimbulkan ketakutan dalam usaha
mencapai suatu tujuan, terutama tujuan politik 4 Tidak jauh berbeda dengan
penjelasan di dalam Webster Student Dictionary yang menegaskan bahwa terorisme
adalah suatu metode dalam mengontrol kondisi politik dengan cara menimbulkan
3
4

Pusat Bahasa Indonesia – Balai Pustaka 1961
WJS Poerwadarminta – Balai Pustaka 1985

9

ketakutan di kalangan pihak pemerintah selain juga sebagai alat kaum opisisi dalam
menggunakan rencana jahat untuk menyebabkan ketakutan dan kepanikan di
kalangan pemerintah yang sedang berkuasa 5. Begitu pula yang tercantum dalam
Undang-Undang RI No.15 – tahun 2003 tentang Terorisme yang menyatakan bahwa
yang dimaksud dengan terorisme adalah aksi atau tindakan kriminal yang tertera
dalam Peraturan Pemerintah No.2 - tahun 2002 sebagai pengganti Peraturan
Pemerintah No.1 – tahun 2002 tentang aksi terorisme kriminal. Sementara menurut
Konvesi PBB tahun 1989, disepakati tentang rumusan terorisme ialah sebagai suatu
bentuk tindak kejahatan yang ditujukan langsung kepada negara dengan maksud
menciptakan teror terhadap orang-orang tertentu atau kelompok orang atau bisa
juga suatu masyarakat luas 6
Dalam bukunya “ Isu-Isu Global Kontemporer “ ( 2011) 7, Prof.Drs.Budi
Winarno, M.A. PhD menjelaskan bahwa terorisme di seluruh dunia memiliki
karakteristik yang sama yaitu menggunakan kekerasan dalam setiap aksinya.
Perbedaan terorisme dengan perbuatan kriminal lainnya, ialah tindakannya
mengandung
muatan
politik. Demikian pula menurut Prof. DR.Ir. HM.
Hendropriyono ( mantan Kepala BIN ) yang mengibaratkan kegiatan terorisme
seperti sebatang pohon yaitu teroris diumpamakan sebagai daunnya, organisasi
teroris sebagai batang dan ranting, ideologi politis sebagai akarnya lalu habitat
sosial sebagai tanah tempat pohon itu tumbuh. Oleh karena itu kegiatan teroris
dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal seperti kondisi global yang diumpamakan
sebagai matahari yang mempengaruhi kelangsungan hidup pohon tersebut.
Selanjutnya kondisi geopolitik global adalah pupuk yang menyuburkan pohon itu dan
gesekan atau konflik antarperadaban sebagai atmosfer. Sedangkan menurut Mark
Reibling8 “ Terrorism is warfare “ yaitu sebagai perang modern yang harus dilawan
dengan kekuatan secret warriors. Dalam perspektif inilah kekuatan militer dengan
pasukan anti terornya, aparat intelijen serta aparat teritorial, perlu dilibatkan untuk
menghadapi gerakan terorisme tersebut.
Maka dari uraian sejumlah definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan terorisme merupakan perbuatan melawan hukum yang dilakukan
secara sistematis dengan tujuan untuk menghancurkan kedaulatan bangsa dan
negara. Yaitu dengan cara membayahakan bagi badan, nyawa, moral, harta benda
dan kemerdekaan orang, atau menimbulkan kerusakan umum atau suasana teror
dan rasa takut secara meluas, sehingga terjadi kehancuran pada obyek-obyek vital
yang strategis, kebutuhan pokok rakyat, lingkungan hidup, moral dan peradaban,
perekonomian secara menyeluruh dan sebagainya seperti tertera pada Bab 1, Pasal
1 – Undang-Undang RI No.15 – tahun 2003 tentang Terorisme. Singkatnya,
terorisme adalah suatu perbuatan kejahatan yang teroganisir dan terencana untuk
menimbulkan bahaya bagi nyawa manusia dan kehancuran fisik, sehingga memberi
pengaruh buruk bagi perkembangan ekonomi, politik dan stabilitas suatu negara.
Kemudian dari apa yang telah disimpulkan barusan, terorisme juga bisa
dikategorikan sebagai suatu tindak kekerasan politis ( political violence ) yang
dilakukan oleh suatu organisasi atau kelompok teroris dalam upaya melawan
pemerintah penguasa. Namun secara umum dapat juga disimpulkan bahwa
terorisme dan aksi teror, semata-mata bertujuan untuk menarik perhatian
pemerintah atau dunia internasional. Yaitu dengan cara menimbulkan gangguan
5

A merriam webster, American Book Company - 1962
Ahmad Reza Syaiful – Tesis FISIP UI 2010
7
Prof.Drs.Budi Winarno, MA.PhD – Yogyakarta Caps – 2011.
8
Mark Reibling dalam Marthen Luther, terorisme dan TNI, Jakarta : CMB Press,2013.
6

10

keamanan serta ketakutan dan kepanikan masyarakat terhadap aksi-aksi tersebut.
Terlebih bila aksi-aksi teror itu menimbulkan kerusakan dan kehancuran fisik, korban
jiwa serta hal-hal lain yang mengancam keselamatan hidup orang banyak.
Aksi terorisme - pada prinsipnya - merupakan suatu tindak pidana kriminal
tetapi memiliki sifat yang khusus dengan ciri-ciri seperti berikut : a) bergerak dalam
kelompok, b) anggotanya memiliki militansi tinggi, c) beroperasi di bawah
tanah ( gerilya / rahasia ), d) menggunakan perangkat senjata yang canggih
dan mematikan, e) terkait atau berhubungan dengan jaringan terorisme
internasional ( global ), memiliki tujuan-tujuan pemaksaan kehendak dan
publikasi politik yang mengakibatkan korban masyarakat sipil yang tidak
berdosa, dan f) menunjukan hubungan yang erat dengan politik. 9
Menurut J.Bowyer Bell, terorisme adalah senjata kaum lemah tapi justru
senjata yang ampuh untuk mempengaruhi pihak lain yang lebih kuat. Sedangkan
David Fromkin lebih meninjau dari sisi target dan sarana, yaitu terorisme adalah
suatu upaya mempengaruhi pihak lain dengan mengandalkan perubahan psikologis
pihak lain. Terorisme terjebak dalam konflik yang menimbulkan aksi kekerasan dan
sadisme. Keterjebakan itulah yang menjadikan aksinya sebagai crime act secara
universal sehingga tujuan luhur kemudian menjadi pudar karena kurangnya
transparansi.10
Kata “teror” menurut arti bahasa Arab disebut dengan istilah “irhab”. Kamus
Al-Munawwir mendefinisikan Rahiba-Ruhbatan, waruhba- nan, wa rohabban,
rubbanan sebagai khaafa “takut”. Sedangkan Al-irhab diterjemahkan sebagai
intimidasi.11
Istilah teror ( isme ) pertama kali dipopulerkan pada masa Revolusi Perang
Francis ( 1789-1794). Namun praktek terorisme itu sendiri terjadi jauh sebelumnya.
Menurut catatan sejarah, terorisme telah dipraktekan manusia sejak zaman Yunani
kuno, Xenophon ( 431-350 SM ) misalnya, menulis dalam bukunya tentang terorisme
dalam term “ Perang Psikologis” untuk menaklukan musuh. Pada awal abad Masehi
tercatat nama Kaisar Rome Tiberius ( 1437) dan Caligula ( 37-41) yang melakukan
terorisme terhadap lawan-lawan politiknya.
Menurut Dr.Ali Masyar, dosen Fakultas Hukum UNES, istilah teroris oleh para
ahli kontra terorisme dikatakan merujuk kepada para pelaku yang tidak tergabung
dalam angkatan bersenjata ( militer ) yang dikenal atau tidak menuruti ketentuan
angkatan bersenjata tersebut. Aksi terorisme juga mengandung makna bahwa
serangan-serangan teroris yang dilakukan tidak berperikemanusiaan dan tidak
memiliki justifikasi. Oleh karena itu para pelaku teroris layak mendapatkan
pembalasan yang tidak kalah kejam. 12
Akibat makna-makna negatif yang dikandung oleh perkataan “teroris” dan
“terorisme”, para teroris umumnya menyebut diri mereka sebagai separatis, pejuang
pembebasan, pasukan Perang Salib, militan, mujahidin dan lain sebagainya. Ada
pun makna sebenarnya dari jihad, mujahidin adalah jauh dari tindakan terorisme
yang menyerang penduduk sipil padahal mereka tidak terlibat perang. Terorisme
sendiri sering mengatasnamakan agama sebagai pembenaran atas tindakannya.

9

Djelantik, terorisme, november 2016, h.136.

10

Nugroho Notosusanto, Terorisme Berjubah Agama, tanggal 12 Mei 2007, http/kompak.com
Adian Husaini, 2001, Jihad Osama Versus Amerika, Gema Insani Pers, Jakarta, hal 83.
12
Ali Masyhar Dr, Terorisme, Jakarta hal 12.
11

11

Selain oleh pelaku individual atau kelompok, terorisme juga bisa dilakukan
oleh negara atau dikenal dengan sebutan terorisme negara ( state terrorism ).
Misalnya seperti dikemukakan oleh Noam Chomsky yang menyebut Amerika Serikat
ke dalam kategori itu. Persoalan standar ganda selalu mewarnai berbagai
penyebutan yang awalnya bermula dari Barat. Seperti ketika Amerika Serikat banyak
menyebut teroris terhadap berbagai kelompok di dunia, di sisi lain liputan media
menunjukkan fakta bahwa Amerika Serikat melakukan tindakan terorisme yang
mengerikan hingga melanggar konvensi yang telah disepakati.
Masalah terorisme di dunia, bukan terbilang hal baru. Namun belakangan
kembali menjadi perbincangan aktual ketika terjadi serangan teroris pada tanggal 11
September 2001 di gedung World Trade Center ( WTC ) di New York dan Markas
Pentagon – USA di Washington DC. Yakni para teroris membajak pesawat komersil
perusahaan Amerika lalu menabrakan pesawat tersebut ke gedung menara kembar
WTC dan gedung Markas Pentagon. Peristiwa tersebut dikenal dengan nama
“September Kelabu” yang menimbulkan 3000 orang korban meninggal dunia.
Sebagian pihak menduga serangan tersebut merupakan serangan teroris terhadap
simbol ekonomi Amerika Serikat, padahal tidak sekedar itu. Karena sesungguhnya di
gedung menara kembar tersebut terdapat 430 perusahaan dari 28 negara. Jadi
sesungguhnya para teroris itu tidak cuma menyerang simbol ekonomi Amerika
Serikat, tetapi justru serangan terhadap dunia internasional. Sehingga serangan
“September Kelabu” menjadi perbincangan aktual berbagai negara di dunia dan
menjadi isu global yang mempengaruhi kebijakan politik seluruh negara di dunia,
khususnya dalam mengatasi masalah terorisme tersebut. Terlebih lagi ketika terjadi
serangan teroris di Pulau Bali tanggal 12 Oktober 2002 yang dikenal dengan
sebutan “ Peristiwa Bom Bali I ”, yang menewaskan 184 warga sipil dan korban luka
parah lebih dari 300 orang. Sebagian dari para korban tersebut adalah warga asing
yang sedang berlibur di Bali.
Akibat dari berbagai serangan teroris global tersebut, membuat negaranegara di dunia bersatu di bawah pimpinan Amerika Serikat dan menyatakan perang
terhadap segala bentuk kejahatan terorisme. Pemerintahan Tony Blair di Inggris
misalnya, termasuk yang pertama mengeluarkan anti Terrorism, Crime and Security
Act, December 2001. Kemudian Pemerintah Filipina juga mengeluarkan pernyataan
anti terorisme yaitu anti Terrorism Bill, disusul oleh negara-negara lainnya termasuk
Indonesia.
Menurut M.Cherif Bassioni, ahli Hukum Pidana Internasional, bahwa tidak
mudah untuk merumuskan suatu pengertian yang identik dan dapat diterima secara
universal terhadap makna kata “terorisme” tersebut. Sedangkan menurut Brian
Jenkins, terorisme merupakan padangan subyektif didasarkan kepada siapa saja
yang memberi batasan pada saat dan kondisi tertentu. Sedangkan A.C.Manullang
berpendapat, bahwa pengertian terorisme adalah suatu cara untuk merebut
kekuasaan dari kelompok lain. 13 Kelompok negara Eropa Timur beserta beberapa
negara berkembang, memberi batasan teror dalam dua kategori yaitu; a) teror
individual ( organisasi teror yang dijadikan bisnis / bayaran, untuk mencapai target
yang diinginkan pihak yang membayarnya ) dan b) teror negara ( negara kolonialis
terhadap negara-negara jajahan atau sebaliknya ). 14 Di lain pihak, FBI ( Federal
Bureau of Investigation ) USA mendefinisikan terorisme adalah penggunaan
kekuasaan tidak sah atau kekerasan terhadap seseorang atau harta untuk
mengintimidasi suatu pemerintahan, penduduk sipil dan elemen-elemen lainnya
13
14

A.C.Manullang,200 1. Menguak Tabu Intelijen: Teror, Motif dan Rezim, Panta Rhei. H.151.
Ibid hal 14

12

demi mencapai tujuan sosial dan politik. 15
Sementara itu James Adam
berpendapat, bahwa terorisme itu adalah penggunaan atau ancaman kekerasan fisik
oleh individu-individu atau kelompok-kelompok untuk tujuan politik. Baik untuk
kepentingan atau untuk melawan kekuasaan yang ada, atau jika tindakan-tindakan
terorisme itu dimaksudkan untuk mengejutkan, melumpuhkan atau mengintimidasi
suatu kelompok sasaran yang lebih besar dari pada korban-korban langsungnya. 16
Lain lagi halnya menurut Majelis Ulama Indonesia ( MUI ) yang menyatakan
bahwa terorisme adalah suatu tindak kejahatan terhadap kemanusiaan dan
peradaban yang menimbulkan ancaman serius terhadap kedaulatan negara, bahaya
terhadap keamanan, perdamaian dunia serta merugikan kesejahteraan masyarakat.
Terorisme adalah suatu bentuk kejahatan yang diorganisir dengan baik ( wellorganized ), bersifat transnasional dan digolongkan sebagai kejahatan luar
biasa ( extra ordinary crime ) yang tidak membeda-bedakan sasaran (
indiscriminative ). 17
Maka dengan demikian terorisme adalah kejahatan yang mengancam
kedaulatan negara ( against state / nation ), melawan kemanusiaan ( against
humanity ) yang dilakukan dengan berbagai bentuk kekerasan.
Dua organisasi
teroris yang bermarkas di Timur Tengah yaitu Al Qaeda dan ISIS telah berhasil
membangun jaringan yang sangat solid di berbagai negara di belahan dunia ini.
Cabang-cabang kedua organisasi tersebut di negara-negara Eropa, Asia,
Amerika dan Australia, telah melakukan serangkaian aksi kekerasan yang mampu
menggemparkan dunia. Misalnya melakukan serangan bersenjata kepada warga
sipil, peledakan bom jarak jauh atau pun bom bunuh diri dan sebagainya. Aksiaksi mereka tidak didukung dengan dana yang besar, tetapi memiliki militansi
ideologi yang sangat tinggi. Loyalitas mereka bukan kepada negara atau bangsa,
melainkan kepada kelompok dan para tokoh pemimpinnya yaitu non state actor
seperti Osama bin Laden atau Abu Bakar al-Bahgdadi. Kedua non state actor itu
telah memainkan strategi smart power atau perang asimetris dalam melakukan
serangan di berbagai wilayah dan negara di dunia.
Sebelum munculnya nama kedua tokoh non state actor itu di panggung
internasional, masyarakat dunia ( khususnya lembaga-lembaga keamanan seperti
militer dan polisi ), sudah mencatat organisasi-organisasi teroris internasional yang
mengancam keamanan dunia. Di Eropa misalnya, dikenal nama kelompok teroris
Irlandia atau IRIS, sedangkan di Timur Tengah sudah berkumandang nama PLO (
Palestina Liberation Organitation ) yang dipimpin oleh Yasser Arafat. Kedua
organisasi teroris ( IRIS dan PLO ) itu juga memainkan strategi smart power atau
perang asimetris dalam melaksanakan perjuangannya. Menariknya, meskipun kedua
organisasi teroris itu tidak berkoalisi dan berkomunikasi, tapi sifat tujuan aksinya
nyaris sama. Yaitu IRIS memperjuangkan kemerdekaan Irlandia dari penjajahan
Inggris, sedangkan PLO memperjuangkan hak bangsa Palestina yang dirampas
Israel. Artinya aksi terorisme yang mereka lancarkan semata-mata bertujuan untuk
kemerdekaan atau kebebasan bangsanya dari cengkeraman atau penindasan
bangsa lain. Selain itu dalam melaksanakan aksinya, baik IRIS mau pun PLO tidak
selalu di tempat yang diperjuangkannya. IRIS misalnya, sering melakukan aksi teror
di kawasan Eropa seperti London, Italia, Perancis, Jerman dan sebagainya.
15

Muladi, 2002. Demokratisasi, HAM dan Reformasi Hukum di Indonesia. The Habibie Center, Jakarta.
James Adam,2002. The Financing of terror; How the Groups That are Terrorizing the World et the Money to
Do it. Sebagaimana dikutip oleh Simela Victor Muhammad dalam Poltak Partogi Nainggolan.
17
Ma’aruf Amin, 2007. Meluruskan Makna Jihad Mencegah Terorisme. Tim Penanggulangan Terorisme MUI,
Jakarta. H 26.
16

13

Sehingga nama organisasi teroris Irlandia itu sangat terkenal di kawasan Eropa,
khususnya Eropa Barat. Demikian pula dengan PLO, melancarkan aksinya di
kawasan Timur Tengah seperti Mesir, Yordania, Iran, Irak dan sebagainya, bahkan di
Amerika Serikat atau negara-negara sekutu Amerika. Karena PLO menganggap
bahwa Amerika Serikat adalah pendukung dan pelindung Israel, walaupun menurut
riwayatnya bangsa Israel bisa menduduki sebagian wilayah Palestina itu berkat
kemurahan hati pihak Inggris. Singkat kata tujuan perjuangan kedua kelompok
teroris itu adalah untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsa dan negaranya.
Sehingga dalam kegiatan aksinya, para pelakunya adalah orang-orang seasal
mereka. IRIS misalnya, hanya merekrut orang Irlandia yang memiliki cita-cita dan
tujuan yang sama. Demikian pula PLO, merekrut orang Palestina yang militan
dan rela mengorbankan diri dan nyawanya demi perjuangan kemerdekaan
bangsa dan negaranya. Maka berdasarkan pola tujuan perjuangannya yang
seperti disebutkan tadi, kedua organisasi teroris itu ( IRIS dan PLO ) muncul dan
melakukan aksinya didasari rasa nasionalisme yang tinggi dengan spirit patriotik
yang tidak kalah pula tingginya. Muncul secara alamiah dan berjuang untuk tujuan
yang mulia bagi bangsa dan negaranya, walau cara-cara yang ditempuh berupa
kekerasan yang membahayakan dan merugikan orang lain atau bangsa dan
negara lain yang tidak ada hubungannya dengan kondisi di negara mereka. Caracara yang melanggar nilai-nilai kemanusiaan.
Oleh sebab itu, antara organisasi IRIS dan PLO dengan Al Qaeda dan
ISIS, memiliki perbedaan yang sangat signifikan meskipun mereka sama-sama
dijuluki sebagai teroris dan sama-sama membahayakan atau dapat merugikan
pihak lain atau melanggar nilai-nilai kemanusiaan pada umumnya. Perbedaannya
yang menonjol adalah tujuan dan cita-cita perjuangannya. Jika IRIS dan PLO
bertujuan memperjuangkan hak kemerdekaan bangsa dan negaranya
dari
penindasan bangsa atau negara lain, Al Qaeda dan ISIS justru memperjuangkan
ideologi yang berlandaskan Islam radikal. Karena tujuan perjuangannya berbeda,
maka kualitas dan tingkat bahaya yang ditimbulkan juga sangat berbeda. IRIS dan
PLO melakukan aksi teroris di negara lain di luar wilayahnya, semata-mata ingin
menyampaikan pesan kepada dunia internasional tentang keadaan yang sedang
melanda bangsa dan negaranya. Yaitu berharap agar bangsa-bangsa lain atau
negara-negara lain, memperhatikan serta mendukung perjuangan hak azasi dan
kedaulatan bangsa mereka. Sementara Al Qaeda dan ISIS, justru ingin
menanamkan paham atau ideologi mereka kepada masyarakat internasional untuk
“menguasai” dunia internasional.
Karena artikel ini akan banyak membahas terorisme di Indonesia dan
kaitannya dengan terorisme transnasional yang terkait dengan ideologi Islam
radikal, saya bemaksud mempertajam pembahasannya kepada kedua organisasi
teroris tadi yaitu Al- Qaeda dan ISIS. Namun sebelum lebih dalam memahami kiprah
kedua organisasi
tersebut,
ada baiknya dipahami dahulu siapa, apa dan
bagaimana tokoh non state actor yang membidani dan memimpin kedua
organisasi teroris itu sehingga mampu memberi pengaruh terhadap isu keamanan
dunia.
Osama bin Laden misalnya. Pemimpin organisasi Al Qaeda ini merupakan
anak ke tujuhbelas dari pengusaha konstruksi dan property terkaya di Arab Saudi
yaitu pemilik perusahaan dengan nama The Bin Laden Group. Osama dilahirkan di
Riyadh – Arab Saudi, pada tanggal 10 Maret 1957. Ayahnya, bin Laden yang sangat
kaya raya itu dikenal memiliki banyak istri, sehingga tidak diketahui pasti Osama
lahir dari istri bin Laden yang keberapa. Ia meraih gelar sarjana ekonomi dari

14

Universitas King Abdul Azis di Jeddah – Arab Saudi dan pernah bekerja sebagai
manajer di salah satu perusahaan milik ayahnya. Selain itu dikabarkan bahwa
Osama juga pernah mengenyam pendidikan tinggi di Amerika. Kemudian, seperti
dilansir oleh media pers internasional, Osama memperoleh harta waris dari ayahnya
senilai 250 juta dolar Amerika. Berdasarkan kekayaan yang
diwariskan
orangtuanya itu, Osama berhasil memiliki sejumlah perusahaan terkenal di
kawasan Arab Saudi dan negara-negara lain di luar wilayah Arab Saudi.
Keberhasilan dalam bisnis ternyata mendorong dan memotivasi Osama untuk
mendukung atau mendanai perjuangan rakyat Afghanistan yang saat itu sedang
berada di bawah penindasan Uni Soviet. Maka pada waktu yang bersamaan pula,
Osama menyatakan bergabung dengan kelompok Taliban sebagai kelompok
Mujahidin yang berjuang untuk kemerdekaan Afghanistan dari penindasan Uni
Soviet. Rasa simpati dan empatinya terhadap perjuangan yang tertindas melawan
penindas, memotivasi dirinya untuk ikut berperan serta dalam perlawanan kaum
Thaliban. Mungkin karena sesama bangsa Arab, mungkin juga karena ikatan
ideologi wahabi yang sama-sama dianut oleh Osama mau pun kelompok Thaliban.
Berkat berbagai akses yang dimilikinya sebagai pebisnis sukses, pada tahun
1984 Osama membentuk lembaga dakwah yang disebut sebagai pusat pelayanan
sosial namun juga berfungsi sebagai pusat penyebaran ideologi mau pun isu-isu
politik di salah satu wilayah di Afghanistan. Selain membentuk lembaga dakwah itu,
Osama juga membangun sebuah kamp militer dengan nama Kamp Farouk.
Kemudian Kamp Farouk tersebut menjadi pusat pelatihan militer bagi sukarelawan
Afghanistan serta dari berbagai mancanegara yang sukarela bergabung. Di saat
inilah Osama pun berhasil menggalang bantuan dari pihak militer Amerika untuk
mendukung Thaliban melawan pendudukan pasukan Uni Soviet. Baik itu dalam
bentuk pelatihan militer atau pun persenjataan. Dan empat tahun kemudian,
persisnya pada tahun 1988, Osama telah berhasil merekrut banyak sukarelawan
yang digembleng mental dan ideologi berikut kemampun militer. Sampai akhirnya
pada tahun 1989 pasukan Uni Soviet hengkang dari Afghanistan dan Osama pun
disanjung sebagai pahlawan Afghanistan, khususnya bagi kelompok pejuang
Thaliban. Namun selang setahun kemudian atau di tahun 1990, terjadi perang
saudara sesama para mujahidin. Osama pun pergi ke Sudan lalu mulai
menggalang kegiatan terorisme. Saat itu Pemerintah Sudan mendapat tekanan
luar biasa dari pihak Amerika, agar mereka mengusir Osama dari Sudan. Sementara
pada tahun 1994, karena kiprahnya yang dikenal sebagai “gembong” teroris,
kewarganegaraan Osama di Arab Saudi dicabut. Ia menjadi
stateless lalu
memutuskan kembali ke Afghanistan dan bergabung bersama kelompok Thaliban.
Sejak itu pula Osama membentuk organisasi Al Qaeda lalu mengumumkan perang
terhadap Amerika Serikat yang pernah membantu dan mendukungnya dalam
menggalang sukarelawan Afhganistan melawan pendudukan pasukan Uni Soviet.
Bulan Februari 1998, Osama dan Ayman al-Zawahiri bergabung dan
bersepakat bersama melawan Amerika Serikat. Serangan teroris Al Qaeda pun
mulai berlangsung. Masih pada tahun 1998, teroris Al Qaeda menyerang Kedutaan
Besar AS di Nairobi-Kenya dan di Dar Es Salam-Tanzania. Berikutnya pada bulan
Oktober 2000, Al Qaeda menyerang kapal perang AS – USS Cole – di Teluk Aden –
Yaman. Sampai pada puncaknya Al Qaeda melakukan serangan tanggal 9
September 2001 di New York yang menghancurkan dua tower gedung WTC serta
menewaskan 3000 warga AS. Sejak itu Osama semakin gencar mengerahkan
teroris Al Qaeda untuk menyerang berbagai instalasi milik AS di berbagi negara dan
wilayah, sehingga pihak AS pun mengumumkan Osama sebagai buronan utama

15

mereka. Selanjutnya, setelah sepuluh tahun atau satu dasawarsa Osama menjadi
buronan resmi pemerintah AS, pada tanggal 1 Mei 2011 berhasil dibekuk dan
tewas tertembak di tempat persembunyiannya di kota Abbottabad yang terletak
sekitar 50 kilometer dari kota Islamabad, Ibukota Pakistan. Saat itu para agern
CIA telah berhasil melacak persembunyian Osama, lalu Pemerintah AS
mengerahkan 25 personil pasukan khusus Navy SEALs untuk menyerbu tempat
persembunyian Osama dengan nama sandi Operation Neptune Spear. 18
Ternyata tewasnya Osma bin Laden sebagai pimpinan Al Qaeda tidak
menyurutkan perjuangan organisasi teroris tersebut. Tampuk pimpinan organisasi
diganti oleh para penerus yang notabene adalah tokoh-tokoh hasil pengkaderan
Osama sebelumnya. Sampai saat ini organisasi Al Qaeda masih beroperasi
membangun jaringan pejuang mujahidin di berbagai negara ( termasuk di
Indonesia ) bahkan dikabarkan juga telah menggalang kerjasama dengan
kelompok ISIS.
Menurut pemberitaan media Timur Tengah, ISIS itu berasal mula dari
kelompok yang bernama ad-Daulah al-Islamiyah fi al-Iraq wa asy-Syam atau
disingkat Da’isy. Kelompok ini terbentuk pada tahun 2004 di Irak setahun setelah
invasi Amerika Serikat ke negara tersebut. Selain dikenal dengan nama Da’isy,
kelompok ini juga dikenal sebagai Jama’ah Tauhid dan Jihad. Karena mungkin
penyebutannya yang panjang dan sulit dilafazkan, media-media barat lebih
senang menyebut mereka dengan nama ISIS. Pengaruh kelompok mereka
semakin
menjadi perhatian dunia internasional ketika pada tahun 2006
menyatakan resmi bergabung dengan kelompok Al Qaeda. Bahkan ketika pada
tanggal 13 – 14 Juli 2014 berhasil menyerbu dan menguasai kota Tirkit dan Mosul
di wilayah Negara Irak, keberadaan kelompok mereka semakin menjadi perhatian
dunia internasional. Selanjutnya atas keberhasilan pendudukan kota Tirkit dan
Mosul. mereka pun semakin gencar melakukan serangan ke berbagai wilayah di
Irak dan Suriah. Kemenangan demi kemenangan berhasil diraih, bahkan mereka
juga berhasil menguasai ladang-ladang minyak di wilayah Irak dan Suriah.
Kemudian atas kemenangan demi kemenangannya itu, kelompok ini pun
mendeklarasikan berdirinya suatu negara Islam di wilayah Suriah dan Irak.
Meskipun tidak satu pun negara di dunia yang mengakui deklarasi tersebut,
keberadaan kelompok ini mulai diperhitungkan dan diwaspadai dunia internasional.
Pemimpinnya yang bernama Abu Bakar al-Baghdadi semakin dikenal oleh dunia
internasional, meskipun tidak banyak yang mengetahui apa dan siapa sosok Abu
Bakar al-Baghdadi itu.19
Baik Al Qaeda mau pun ISIS merupakan dua kelompok radikalis Islam yang
menempuh jalan kekerasan untuk membangun pengaruhnya bagi dunia
internasional, khususnya di Timur Tengah. Bahkan menurut berbagai komentar
media di Timur Tengah, ISIS jauh lebih berbahaya dibanding Al-Qaeda. Dan semakin
lebih berbahaya lagi ketika kedua kelompok itu bergabung dan berkoalisi. Sebagai
kelompok radikalis Islam, ISIS juga membangun jaringan ke berbagai negara di
seluruh dunia, termasuk ke Indonesia. Karena setelah keberhasilannya menguasai
sebagian besar wilayah Suriah dan Irak, mereka pun semakin berambisi
menjadikan seluruh negara di dunia ini menjadi negara Islam yang berada di
bawah satu kepemimpinan atau khilafah dengan menempuh cara melakukan perang
asimetris di berbagai negara yang menjadi target-targetnya.
18
19

S.Saragih – Menguak Persembunyian Osama bin Ladewn –PT.Kompas Media Nusantara 2011
Ikhwanul Kiram Mashuri – ISIS Jihad atau Petualangan – Penerbit Rebulika 2014

16

Tapi rupanya persekutuan Al Qaeda dan ISIS tidak berlangsung lama. Merasa
kelompoknya semakin kuat dan memiliki pendanaan sangat besar, ISIS pun
memutus persekutuannya dengan Al Qaeda yang sudah tidak memiliki pemimpin
berpengaruh seperti Osama bin Laden. Paska pendudukan kota Tirkit dan Mosul di
tahun 2014, ISIS menyatakan diri tidak lagi bergabung dengan Al Qaeda. Ternyata
sampai saat ini, kelompok ISIS jauh lebih populer dibanding Al Qaeda walau
eksistensi kedua kelompok itu masih berlangsung.
Dalam rumusan perang asimetris, baik Al Qaeda mau pun ISIS merupakan
kelompok non state actor yang melawan state actor yaitu pemerintah resmi.
Jaringan organisasi atau kelompok yang mereka bentuk di berbagai negara,
melakukan
aksi
gerilya
di negaranya masing-masing untuk melawan
pemerintahan yang resmi sambil mengembangkan pengaruh ideologinya.
Misalnya ketika Pemerintah Republik Perancis menerima dan menampung
pengungsi Suriah yang hengkang dari negaranya setelah dikuasai ISIS, justru tidak
menyangka bahwa di kalangan para pengungsi tersebut sejumlah milisi ISIS yang
menyusup dengan menyamar sebagai pengungsi . Maka selang beberapa waktu
setelah Pemerintah Perancis membantu dan menyediakan tempat penampungan
untuk para pengungsi Suriah itu, tiba-tiba beberapa kota di Perancis termasuk
kota Paris, mendapat serangan berupa penembakan brutal di sebuah gedug
pertunjukan dan ledakan bom jarak jauh yang dilakukan kelompok milisi ISIS
tersebut. Banyak warga Perancis yang tewas sebagai akibat serangan tersebut
membuat berbagai negara di Eropa yang sebelumnya bersedia membantu dan
menampung para pengungsi tersebut menjadi trauma dan memutuskan untuk
menolak kedatangan para pengungsi tersebut. Seperti Republik Jerman misalnya.
Belajar dari peristiwa yang terjadi di Perancis, Kanselir Jerman yang semula
bermaksud bersedia menerima dan menampung para pengungsi Suriah, akhirnya
memilih memenuhii kehendak rakyatnya yang menolak kedatangan para pengungsi
Suriah tersebut.
Dalam menjalankan strategi perang asimetris, baik Al Qaeda mau pun ISIS
sama-sama menggunakan media massa dan sosial media untuk kampanye
mempropagandakan organisasinya serta tujuan-tujuan dari organisasinya itu. Al
Qaeda mengedepankan isu pasukan Uni Soviet yang menindas rakyat Afghanistan
serta perjuangan kaum mujahidin melawan penindasan tersebut, selain juga
memprogandakan tentang paham wahabi yang bersifat radikalis. Ternyata
kampanye mereka cukup efektif dan mampu menggugah serta memotivasi para
aktifis Islam radikal di berbagai negara untuk datang ke Afghanistan lalu bergabung
menjadi milisi Thaliban. Kemudian setelah perang Afghanistan usai, para milisi yang
tadinya berdatangan dari berbagai negara segera kembali ke negaranya masingmasing lalu melanjutkan perjuangan wahabi di negaranya tersebut. Di Indonesia
misalnya, muncul nama-nama seperti Imam Samudra, Ali Imron, Dr.Azhari, Noordin
M Top, Dul Matin, Santoso dan sebagainya. Dimulai dari penyebaran paham melalui
dakwah di mesjid-mesjid, pesantren dan majelis taklim, akhirnya berlanjut dalam
aksi terorisme.
Tidak berbeda dari Al Qaeda, ISIS juga melakukan hal yang sama. Kelompok
yang sudah mendeklarasikan dirinya sebagai negara Islam di wilayah Irak dan
Suriah itu, juga menggunakan media massa dan sosial media untuk berkampanye
dan propaganda. Dampaknya memang luar biasa, banyak warga negara dari
berbagai belahan dunia ini yang datang ke Mosul – Irak lalu menyatakan diri
bergabung dengan ISIS. Tidak saja dari sekitar wilayah Timur Tengah, tetapi

17

ternyata banyak juga yang datang dari Eropa, Australi dan Amerika serta Asia,
termasuk dari Indonesia.
Sebagian dari mereka yang telah bergabung itu dan sudah mengalami
pendidikan serta latihan ideologi mau pun kemiliteran, ditugaskan agar kembali ke
negaranya masing-masing untuk membangun pengaruh ideologi serta melakukan
perlawanan kepada pemerintah di negaranya. Baik dengan cara provokasi, agitasi,
atau bahkan terorisme bersenjata.
Mempelajari cara yang dilakukan Al Qaeda mau pun ISIS, saya
berkesimpulan bahwa kedua kelompok radikalis Islam itu menggunakan metode
perang asimetris yang bertumpu kepada tiga hal yang telah disampaikan
sebelumnya yaitu; isu, tema dan skema. Mereka mampu melakukan program brain
washing ( cuci otak ) dalam merekrut anggota atau pendukung untuk nantinya
dijadikan “alat” dalam melaksanakan perang asimetris di negara masing-masing.
Jaringan terorisme di Indonesia
Sejak tahun 1999 sampai 2000, telah terjadi serangkaian serangan bom
teroris yang melanda berbagai gereja di Indonesia, khususnya pada bulan
Desember. Bersamaan itu, di Ambon dan Poso berlangsung pula konflik komunal
yang diproduksi oleh kelompok radikal dengan menampilkan isu SARA. Menyusul
lagi rangkaian serangan bom teroris dari tahun 2002 sampai 2009 yang menyasar
sejumlah kedutaan asing dan orang-orang asing di Indonesia, khususnya warga
negara Australia. Semua peristiwa tersebut merupakan aksi Jama’ah Islamiyah
( JI ) yang dipengaruhi oleh organisasi Al-Qaeda di Afghanistan.
Ansyaad Mbai, mantan Kepala BNPT, menyebutkan bahwa aksi serangan
teror dari tahun 1999 sam

Dokumen yang terkait

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGRIBISNIS PERBENIHAN KENTANG (Solanum tuberosum, L) Di KABUPATEN LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

27 309 21

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

47 440 21

STUDI PENGGUNAAN SPIRONOLAKTON PADA PASIEN SIROSIS DENGAN ASITES (Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

13 140 24

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5