PEDOMAN GREEN CITY DIREKTORAT BUDIDAYA D

PEDOMAN GREEN CITY
SERI PERAN SERTA MASYARAKAT DAN PELAKU USAHA

DIREKTORAT BUDIDAYA DAN PASCA PANEN
FLORIKULTURA
2011

KATA PENGANTAR
Pengembangan perkotaan sekarang ini ditandai dengan berbagai
fasilitas fisik seperti bangunan, gedung-gedung, jalan, jembatan dan
prasarana lainnya yang pada umumnya belum memperhatikan betul
tentang pentingnya penghijauan di sekitarnya. Direktorat Jenderal
Hortikultura menyelenggarakan program pengembangan hortikultura
berbasis perkotaan, dimana salah satu diantaranya adalah program
Green City yaitu di

sepuluh kota besar yaitu Ta gera g, Jakarta,

Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Medan, Palembang,
Denpasar dan Makassar. Penerapan Green City di beberapa kota ini
diharapkan dapat membantu perbaikan kualitas lingkungan.

Untuk menjadikan program tersebut berjalan secara efektif dan
berkelanjutan maka diperlukan sebuah pedoman secara umum yang
dapat dipergunakan sebagai rujukan agar berbagai pihak terkait dapat
memberikan dukungan dan berkolaborasi secara tepat lokus dan
fokusnya. Secara urgensinya program ini ditujukan terlebih dahulu
untuk lokasi layanan publik seperti bandara, stasiun, sekolah, rumah
sakit, perkantoran, pertokoan atau layanan publik lainnya sesuai
dengan kondisi di kota yang bersangkutan. Tujuan utamanya selain
e berika se tuha

greenery juga

e ba tu ipta pasar dala

negeri, sehingga mampu menggerakkan pelaku usaha florikultura. Dari
sejumlah komoditas yang menjadi keragaan di counter tertentu akan
semakin dibutuhkan dan merupakan ajang promosi bagi para pelaku
usaha.
Program ini kedepan diharapkan bisa dikemas sebagai gerakan
yang didukung banyak pihak atau merupakan sinergi dengan institusi


i

lain seperti Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Pekerjaan
Umum,

Kementerian

Transportasi,

Kementerian

Energi

dan

Sumberdaya Mineral, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif,
Kementerian Perdagangan, Kementerian Kehutanan, Kementerian
Pendidikan Nasional, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian
Perindustrian, dan lain-lainnya. Kekuatan bersinergi selain sebagai

wujud kebersamaan juga menjadikan kekuatan khusus agar dapat
besar dan kuat dalam membangun kota yang lestari. Pada gilirannya,
dengan program ini diharapkan tercipta lingkungan yang lebih sehat,
nyaman, lestari dan baik untuk kehidupan masyarakat yang lebih
berkualitas.
Pedoman ini merupakan seri peran masyarakat tentang
pe aha a

Green City

bagi peningkatan kualitas lingkungan

perkotaan melalui penghijauan di lokasi layanan publik sekaligus
sebagai ajang promosi bagi para pelaku usaha florikultura.
Semoga pedoman ini bermanfaat bagi banyak pihak.
Jakarta, Desember 2011
Direktur

Dr. Ir. Ani Andayani, M.Agr
NIP. 19580820 198306 2 013


ii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

………….………............…............

i

DAFTAR ISI

………………………………..............

iii

DAFTAR GAMBAR

...............................................


iii

DAFTAR TABEL

...............................................

iv

I. PENDAHULUAN

………………………....…….............

1

1.1 Latar Belakang

…………………………..………….......

1


1.2 Tujuan dan Sasaran

……………………….......................

4

II. KERANGKA PIKIR

…………………………..…….............

5

III. KONSEPSI GREEN CITY

……………….…………....................

7

IV. RUANG LINGKUP


………………………........................

9

V.TAHAPAN PELAKSANAAN

................................................

15

VI. PENUTUP

…………………………………………..... 18

iii

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Diagram alur pikir pedoman Green City

.............. 6


Gambar 2. Diagram cipta pasar dalam negeri florikultura .............. 8
Gambar 3. Diagram contoh usulan kerjasama tri partit

iv

.............. 12

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hal-hal yang perlu mendapat perhatian
dalam kerjasama dengan pihak terkait

v

...................... 11

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Kerinduan akan suasana lingkungan alamiah banyak terjadi

pada masyarakat yang aktivitas bisnisnya sangat tinggi di
perkotaan. Mereka menggagas konsep kota taman (garden city),
atau bahkan lebih jauh lagi telah digagas konsep pengembangan
kota seakan berada di dalam taman (city in the garden). Dalam
konsep kota taman tersebut pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau
(RTH) berbasis hortikultura dilakukan secara lebih intensif dengan
memperhatikan baik unsur kemanusiaan maupun unsur alami, di
mana seakan kota tersebut bagaikan taman raksasa.
Lingkungan dapat ditata menjadi berfungsi ekologis dan
sosial yakni dapat menyediakan ruang untuk aktivitas keluarga di
luar ruangan yang nyaman dan indah. Fungsi lain RTH adalah
untuk menambah daya dukung kota dan konservasi air dan udara.
Bentuk timbal balik penataan RTH tidak hanya terbatas berupa
kualitas kenyamanan suasana lingkungan, tetapi lebih jauh akan
meningkatkan produktivitas serta melahirkan keberlangsungan
hidup dan penghidupan yang lebih baik karena adanya
keseimbangan ekologis.
Dalam rangka pengembangan taman seperti taman
lingkungan atau taman kota untuk dapat berfungsi secara optimal
maka taman harus didesain dengan memperhatikan nilai-nilai

kemanusiaan dan unsur bentukan alam, budaya serta taman
1

ditujukan untuk dapat meningkatkan kualitas lingkungan yang
nyaman dan asri. Atas dasar desain lansekap tersebut, maka
perlu ditu buhka

suatu siste

dala

ko teks

industri

pertamanan . Pada i dustri perta a a tersebut harus dibuat
sebuah konsep manajemen dari berbagai segmen usaha, mulai
dari aktivitas hulu sampai hilir. Pada taman yang berbasis
hortikultura selain aspek pembuatan konstruksi, renovasi,
pemeliharaan


berupa

infrastruktur

atau

asesorisnya

membutuhkan pasokan tanaman hias secara kontinyu.
Green City secara harfiah dapat diartikan sebagai kota hijau,
yang diharapkan akan tumbuh kembang sebagai

kampanye

pemanfaatan florikultura untuk cipta pasar dalam negeri secara
sistemik.

Green City mempunyai 8 komponen yaitu green

planning and design, green open space, green waste, green
transportation, green water, green energy, green building dan
green community. Dari kedelapan komponen tersebut, Direktorat
Jenderal Hortikultura berperan pada komponen green community.
Dalam hal ini green community ditujukan sebagai usaha
untuk:
e i gkatka public awareness te ta g pe ti g ya
Green City;
e ba gu networking u tuk kekuata baru
dan dalam satu kesatuan dan (3) merawat serta memelihara
sehingga mampu menuju sustainable development .
Pada tahap awal akan diinisiasi program Green City di 10
kota besar di Indonesia atas pertimbangan bahwa untuk
menyeimbangkan kondisi lingkungan yang ada perlu adanya
2

penataan Ruang Terbuka Hijau. Aplikasi model yang dilakukan
berupa desain di ruangan terbuka maupun tertutup, roof garden,
maupun vertical garden dan desain lainnya. Pemasyarakatan
program tersebut dimulai dengan membuat percontohan berupa
displai taman di fasilitas umum seperti bandara, terminal atau
stasiun, perkantoran, rumah sakit, universitas, sekolah, tempat
ibadah dan bahkan mungkin di median jalan tol dan lain-lainnya.
Gerakan ini merupakan inisiatif pemerintah dan masyarakat
dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan, pemberdayaan
para pelaku usaha florikultura sekaligus menghimbau para
stakeholders untuk bersinergi dalam rangka terciptanya Green
City di kota tersebut. Di lokus percontohan Green City ini
dimungkinkan para pelaku usaha mendisplai dan mencantumkan
identitas produk yang dilengkapi profilnya sebagai salah satu
metode promosi.
Masyarakat internasional telah banyak menyuarakan
kepedulian untuk perbaikan lingkungan di perkotaan. Terakhir
pada Global Green City Summit Forum tanggal 26 September
di Xi a -RR China telah mendeklarasikan hal-hal berikut: (1)
Pada

setiap

pembangunan

sistem

perkotaan

harus

memperhatikan unsur alami termasuk sumberdaya lokal dan
climate change, (2) Perlu adanya penanganan lingkungan kota
yang bijaksana secara terintegrasi, hal mana sungai, danau, hutan
kota harus dilindungi dan dikembangkan dengan

tetap

mempertahankan unsur alami dan keseimbangan ekologi, (3)
Menerapkan

kontrol

yang

ketat
3

terhadap

kebiasaan

pembuangan atau pengelolaan sampah yang buruk untuk
menghindari

terjadinya

polusi

yang

membahayakan,

(4)

Mengembangkan sistem transportasi yang ramah lingkungan, (5)
Pemerintah, perusahaan dan masyarakat bekerjasama bahumembahu membangun tatanan aktifitas ekonomi dengan tetap
melaksanakan persyaratan perlindungan terhadap lingkungan,
da

6 “e ua pihak terus aktif

consumption ya g
Di

dalam

elekat dala

mendukung

e yuaraka

low carbon

ko sep Green City.
program

Green

City

secara

berkelanjutan diperlukan adanya perbaikan sistem produksi,
penanganan pascapanen dan distribusi tanaman secara kontinyu
dengan kualitas produk yang prima. Oleh karena itu, pada tahun
2012 Direktorat Jenderal Hortikultura juga mengadakan program
Kampung Flori sebagai dukungan untuk ketersediaan pasokan
produk secara kontinyu.
1.2. Tujuan dan Sasaran
Tujuan Pedoman Umum Green City edisi ini difokuskan
kepada peran serta masyarakat dan pelaku usaha (Green
Community), yaitu:
a. Memberikan

pedoman

dalam

perencanaan

dan

atau

implementasi kegiatan di daerah.
b. Membangun sinergi dengan instansi terkait tentang upaya
percepatan menuju perbaikan lingkungan perkotaan yang
lebih baik.
4

Sasaran Pedoman Umum Green City adalah:
a. Terlaksananya kegiatan Green City di sepuluh kota.
b. Terbangunnya sinergi dengan instansi terkait dalam upaya
menciptakan lingkungan perkotaan yang lebih baik.

5

II. KERANGKA PIKIR

Pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development)
merupakan salah satu tujuan pembangunan yang akan dicapai, di
samping pembangunan yang mengutamakan pertumbuhan
(growth) dan pemerataan (equity).

Dengan makin pesatnya

pembangunan di perkotaan sering mengakibatkan terjadinya
degradasi lingkungan, maka fokus pembangunan berkelanjutan
menjadi semakin penting. Salah satu dasar hukum yang terkait
adalah Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang.
Berdasarkan Undang-Undang No. 26 tahun 2007 tentang
Penataan Ruang mewajibkan bahwa 30% dari luas suatu wilayah
memenuhi persyaratan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Untuk dapat
memenuhi RTH 30% tersebut, salah satunya melalui program
Green City.
Green City memiliki 8 (delapan) komponen antara lain Green
planning and design, Green Open Space, Green Waste, Green
Transportation, Green Water, Green Energy, Green Building dan
Green Community.

Direktorat Budidaya dan Pascapanen

Florikultura dalam program Green City berperan dalam
komponen Green Community.

Green Community merupakan

konsepsi kepekaan, kepedulian dan peran serta aktif masyarakat
dalam pengembangan atribut-atribut kota hijau.

Peran serta

masyarakat sangat diperlukan dalam Green City sebagai wujud
6

percepatan perbaikan lingkungan perkotaan yang tertuang dalam
Green Community. Alur pikir pedoman Green City dapat dilihat
pada Gambar berikut.
Gambar 1. Alur Pikir Pedoman Green City
UU No 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang

Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Memenuhi Persyaratan Luas RTH
30% dari Luas Wilayah

Green City

Green
Planning
&Design

Green
Open
Space

Green
Waste

Green
Water

Green
Transpor
tation

Green
Energy

Green
Building

Persamaan Persepsi para Stakeholders Terkait

Cipta Pasar Dalam Negeri

7

Green
Community

Awareness

III. KONSEPSI GREEN COMMUNITY

Untuk

percepatan

diperlukan

adanya

perbaikan

persamaan

lingkungan

persepsi

perkotaan

antar

pemangku

kepentingan baik dalam membangun kesadaran masyarakat
secara umum maupun dalam upaya membangun model dan
langkah-langkah pembangunan pertamanan kota di masa yang
akan datang. Green Community adalah suatu konsepsi untuk
membangun perhatian dan atau kepedulian masyarakat serta
upaya

menyamakan

platform

pengembangan

industri

pertamanan di masa mendatang.
Berbagai cara dapat dilakukan antara lain dengan
membangun

kepedulian

masyarakat

terhadap

lingkungan,

terutama di fasilitas umum atau layanan publik (public services).
Cara persuasif untuk membangun dan menjaga fasilitas umum
tersebut

dilakukan

melalui

sosialisasi,

kampanye

serta

memberikan percontohan atau displai di bandara, terminal,
stasiun, jalan utama, perkantoran, sekolah, rumah sakit dan lainlain. Oleh karena itu program ini harus melibatkan para pelaku
usaha yang kompeten untuk menjadi mitra bagi masyarakat,
sehingga tercipta pasar dalam negeri. Pada gilirannya tercipta
daya ungkit bagi para penyedia produk baik pasokan tanaman
florikultura yang dibutuhkan maupun pelengkap lainnya seperti
pot, asesori desain taman dan bahan lain untuk pemeliharaannya.

8

Gambar 2. Cipta Pasar Dalam Negeri Florikultura

Upaya
Peningkatan
Kualitas Hidup

Penyedia
Peluang Pasar

Upaya
Peningkatan
Kuantitas dan
Kualitas
Produk

Green City

Pemerintah

Lingkungan
Pelayanan
Umum Baik

Penyedia
Pasokan
Kontinu

Kampung
Flori
Kondusifnya
Usaha

Guna mewujudkan Green City

secara optimal diperlukan

dukungan berbagai pihak terutama dari pasokan sarana,
prasarana pertamanan secara tepat jenis dan mutu yang
kontinu.

Pemerintah memiliki peran untuk mendorong hal

tersebut agar sistem produksi bagi ketersediaan pasokan
tanaman yang diperlukan dapat berjalan secara baik. Pemasokpemasok tanaman lansekap (dari kampung flori) ditumbuhkan
dan diperkuat kelembagaannya.

Jenis-jenis tanaman yang

dikembangkan harus sesuai ditinjau dari fungsi dan kesesuaian
agroklimatnya sehingga dalam jangka panjang dapat tercipta
pasar florikultura secara berkesinambungan.
9

IV.

RUANG LINGKUP

Program Green Community merupakan program yang
melibatkan bayak pihak, hal mana masing-masing instansi atau
kelembagaan memiliki tupoksi yang terkait erat dengan masalah
pengelolaan lingkungan. Kegiatan inisiasi berupa displai
percontohan di beberapa fokus fasilitas umum, di mana yang
akan dikembangkan antara lain :
a. Bandara, Terminal, Pelabuhan. Contoh: Bandara SukarnoHatta di Tangerang, Djuanda di Surabaya, Achmad Yani di
Semarang, Adi Sucipto di Yogjakarta, Ngurah Rai di Denpasar,
Polonia di Medan dan Sultan Hasanudin di Makasar, dll
b. Jalan Utama yang strategis. Contoh: Jalan TOL Sedyatmo
menuju Bandara Sukarno Hatta, Jalan menuju Bandara
Djuanda Surabaya, dll
c. Taman lingkungan atau taman kota
d. Sekolah dan Kantor-kantor Pelayanan Umum. Contoh:
Kantor Kecamatan, Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan,
Puskesmas, dll
Pada kegiatan gerakan Green Community tersebut
Direktorat Jenderal Hortikultura akan bekerjasama dengan
instansi atau kelembagaan atau badan usaha yang mengelola
fasilitas umum untuk membuat displai atau taman sebagai sarana
percontohan. Pembuatan displai atau berupa counter akan
dilakukan oleh pelaku usaha, yaitu kelompok tani , gapoktan,

10

asosiasi atau bahkan koperasi yang akan bekerjasama dengan
Dekorator/ Kontraktor Lansekap/ Desainer Lansekap.
Hasil kesepakatan Tim “Green Community , pada tahap
awal operasional di lapangan dilakukan dengan menetapkan
suatu lokus displai untuk ajang sosialisasi. Setelah itu dilakukan
identifikasi dan kesepakatan yang jelas dengan pengelola di lokasi
fasilitas umum tersebut berdasarkan master plan yang ada.
Kerjasama dibangun atas kesepakatan tiga kelembagaan (Tri
Partit) yang diwakili oleh Direktorat Jenderal Hortikultura (Pusat)
atau Dinas Pertanian Provinsi dan atau Kabupaten/Kota (Daerah),
pengelola fasilitas umum (termasuk yang dikelola oleh
pemerintah) dan kelembagaan pelaku usaha. Peran masingmasing kelembagaan dalam Tri Partit akan diatur dalam naskah
kerjasama sederhana. Aspek-aspek kerjasama stakeholders
dapat diuraikan dalam tabel 1, sedangkan contoh usulan
kerjasama Tri Partit dapat diuraikan pada Bagan 3.

11

Tabel 1. Aspek-aspek Kerjasama Stakeholders
No
1

Aspek
Penetapan Lokasi dan Obyek
Displai/ Taman

Lembaga
Dinas Pertanian, Dinas
Pertamanan/Dinas Tata Kota/ Dinas
Pekerjaan Umum/ PT. Angkasa
Pura/ PT. Jasa Marga, Gapoktan/
Asosiasi

2

Perencanaan Desain
Lansekap/Displai Taman

Dinas Pertamanan/ PT. Angkasa
Pura/ PT. Jasa Marga, Gapoktan/
Asosiasi, Desainer/ Arsitektur
Lansekap

3

Rancangan Jenis dan Volume
Tanaman yg Akan Dikembangkan

Dinas Pertanian terkait,
Gapoktan/Asosiasi

4

Penyiapan/Perbaikan Konstruksi

Gapoktan/Asosiasi, Kontraktor
Lansekap, Dinas Pertamanan, PT.
Angkasa Pura, PT. Jasa Marga

5

Penyiapan Jenis dan Volume
Tanaman

Gapoktan/Asosiasi

6

Pembuatan Displai/Taman

Dekorator/Kontraktor Lansekap/
Asosiasi dan Gapoktan

7

Izin Penyediaan Stok/
Transportasi Keluar Masuk,
Saprodi dan Tanaman
Pemeliharaan Lansekap/Displai

Dinas Pertamanan/Dinas Tata Kota/
Dinas Pekerjaan Umum/ PT.
Angkasa Pura/ PT. Jasa Marga

8

Aktivitas Promosi, Pelayanan
dan Pemasaran Produk Tanaman
Hias

Dinas Pertanian, Dinas
Pertamanan/Dinas Tata Kota/ Dinas
Pekerjaan Umum/ PT. Angkasa
Pura/ PT. Jasa Marga, Gapoktan/
Asosiasi

12

Bagan 3. Contoh Usulan Kerjasama Tri Partit

PT. Angkasa Pura


T
R
I
P
A
R
T
I
T


Menyediakan tempat untuk displai tanaman hias di bandara,
memberi izin kepada pelaku usaha menghadirkan produkproduknya sebagai bahan promosi



Pelaku Usaha





Pemerintah


Pelaku usaha tidak perlu menyewa tempat untuk
displai produk mereka dan pihak bandara pun tidak
harus membeli/merental tanaman.
Lingkungan
bandara menjadi lebih asri (adanya profit share)
Pada tanaman yang didisplai tercantum nama pelaku
usaha. Apabila ada konsumen yang bermaksud
membeli tanaman dapat menghubungi pelaku usaha
tersebut.

Peran Direktorat Jenderal Hortikultura sebagai
fasilitator agar konsep ini dapat berjalan dengan baik.
Misalnya pelaku usaha mendapat kesulitan dalam hal
mengangkut dan memelihara tanaman ke bandara.
Ditjen Hortikultura dapat membantunya sebagai
pemberdayaan pelaku usaha
Perijinan
dan
penyediaan
lokasi
sudah
dikomunikasikan oleh Ditjen Hotikultura dengan PT.
Angkasa Pura pada tanggal 10 Mei 2011 yang akan
terus ditingkatkan.

13

V. TAHAPAN PELAKSANAAN

Kegiatan Green Community meliputi: 1) Penguatan jejaring kerja
dalam bentuk Focus Group Discussion (FGD), 2) Penentuan
Locus Green Community lokasi untuk demo/percontohan 3)
Sosialisasi atau kampanye dalam bentuk penyebarluasan
informasi, temu lapang untuk mempromosikan dan membahas
upaya perbaikan lingkungan perkotaan dan 4) Lomba
pengembangan Green City untuk menggiatkan/memotivasi
upaya perbaikan lingkungan. Sedangkan untuk demo displai
atau taman disesuaikan dengan agenda instansi atau
kelembagaan yang mengelola fasilitas umum tersebut. Agenda
dimulai dari pemilihan lokasi yang strategis dan pihak pengelola
tempat tersebut setuju untuk
melakukan kerjasama
mengembangkan program Green City. Secara lengkap kegiatan
yang perlu dilaksanakan adalah:
1. Focus Group Discussion (FGD)
1.1 Persiapan
Konsolidasi pembentukan dan pembuatan sistem
komunikasi forum yang anggotanya terdiri dari petugas
instansi terkait di pusat serta wakil dari daerah. Sama
halnya untuk tingkat kabupaten/kota dapat dibentuk
forum dari wakil instansi terkait di tingkat kabupatenkota serta wakil dari lokasi kegiatan.

14

1.2 Pelaksanaan
Pertemuan koordinasi atau pembuatan milis forum
dimulai dari pengumpulan informasi program kegiatan
masing-masing instansi sampai dengan upaya
konsolidasi pembagian tugas antar anggota forum.
2. Sosialisasi dan Pembuatan Taman/Displai
2.1.Sosialisasi
a. Persiapan Awal : identifikasi kondisi sosial
masyarakat, identifikasi permasalahan degradasi
lingkungan, identikasi faktor penentu upaya
perbaikan lingkungan.
b. Persiapan Pelaksanaan : pertemuan teknis (instansi
terkait), perumusan isu strategik, perumusan materi
sosialisasi, perumusan teknik/ metode sosialisasi.
c. Pelaksanaan : pembuatan materi sosialisasi,
pembuatan agenda sosialisasi, pelaksanaan.
2.2. Pembuatan Taman/Displai
a. Persiapan Awal meliputi : Penjajakan calon lokasi,
konsolidasi persiapan (dengan instansi terkait),
Identifikasi calon lokasi, survei calon lokasi,
perumusan kegiatan fisik, survei ketersediaan saranaprasarana pendukung dan survei pelaku usaha yang
terlibat.
b. Persiapan Pelaksanaan meliputi : pertemuan teknis
(instansi pelaksana), pengecekan sistem penyediaan
15

infrastruktur, sistem penyediaan peralatan dan sistem
penyediaan tanaman (sistem produksi) serta evaluasi
dan penyempurnaan master plan.
c. Pelaksanaan Pembangunan meliputi : Pembuatan
desain, penyiapan lahan, pot, polybag, pemberian
pupuk dasar, penyiapan infrastruktur pendukung,
penyiapan tanaman dan penanaman.
d. Pemeliharaan meliputi: Pengairan, pemupukan,
pengendalian OPT, penggantian media atau sarana,
penyulaman.
e. Pelaksanaan Temu Lapang, yang mendemokan dan
membahas materi displai dari penyiapan sampai
dengan pemeliharaannya.
3. Lomba
3.1 Pembuatan taman/displai
a. Persiapan awal meliputi : Konsolidasi antar instansi,
Identifikasi
taman/displai
yang
dilombakan,
perumusan kriteria untuk calon peserta, taman yang
dilombakan, pemeriksaan awal ketersediaan saranaprasarana.
b. Persiapan Pelaksanaan meliputi : Pertemuan teknis
(instansi terkait), pemantapan materi lomba,
persiapan dukungan sarana lomba dan penyiapan
hadiah.
c. Pelaksanaan meliputi : Pengumuman lomba (6 bulan),
seleksi administrasi calon peserta, penilaian peserta,
penetapan pemenang.
16

d. Tindak lanjut meliputi : Dukungan pemeliharaan dan
pembinaan misal dalam bentuk penyuluhan di
sekolah-sekolah (muatan lokal).
3.2. Pengembangan Green City
a. Persiapan awal meliputi : Konsolidasi antar instansi,
Identifikasi lokus dan fokus Green City, penetapan
pihak pelaksana, membangun komitmen dalam
kelancaran program Green City.
b. Pelaksanaan meliputi : Penetapan tugas, fungsi dan
kewajiban
masing-masing
pihak
dan
pemberlakuannya secara jadwal dan prosedur secara
tepat, mengevaluasi bersama program kegiatan yang
berlangsung.
c. Tindak lanjut meliputi : Dukungan pengembangan
program Green City seperti pemeliharaan dan
pembinaan serta keberlanjutan program dimasa
datang termasuk aspek pengembangan produk dan
perdagangannya.

17

VI. PENUTUP
Kebutuhan akan lingkungan yang berkualitas
merupakan hal mendasar yang harus dipenuhi untuk menuju
peningkatan produktivitas kehidupan secara berkelanjutan
karena adanya keseimbangan ekologis. Untuk itu diperlukan
adanya gerakan yang dapat meningkatkan awareness semua
pihak terkait dengan upaya pemeliharaan atau perbaikan
lingkungan. Gerakan dalam membangun kualitas lingkungan
secara berkelanjutan harus didukung dengan upaya-upaya
menata sistem produksi dan sistem distribusi elemen taman
lainnya seperti tanaman, pot, batu-batuan, sarana-prasarana
serta bahan lainnya. Sehingga gerakan ini harus benar-benar
membangun komunikasi yang efektif antara pihak-pihak terkait
termasuk produsen elemen taman dan masyarakat.
Diperlukan sinergi antar instansi, kelembagaan yang
terkait dengan penataan, perbaikan lingkungan yang bersih,
sehat, nyaman dan indah. Masing-masing fasilitas umum baik
dalam ruang terbuka maupun dalam bangunan gedung untuk
dapat dijadikan sebagai taman/ ruangan yang asri perlu didesain
dan dilakukan penataan aneka jenis tanaman yang cocok serasi
sesuai bentuk, warna dan kesesuaian lingkungan tanaman
(agroklimat) di tempat yang bersangkutan. Untuk efektifnya
gerakan Green Community ini diperlukan adanya suatu
identifikasi dan kesepakatan yang jelas dengan pengelola pada
fasilitas umum yang akan ditingkatkan kualitas lingkungannya
berdasar master plan yang ada.
18

PEDOMAN GREEN CITY
SERI PERAN SERTA MASYARAKAT DAN PELAKU USAHA

DIREKTORAT BUDIDAYA DAN PASCA PANEN
FLORIKULTURA
2011
19