BAB I V (3) docx

BAB I
ADAPTASI FISIOLOGI NEONATUS
Tujuan Instruksional, mahasiswa mampu:
1. Memahami fisiologi adapatasi pernafasan pada neonatus
2.

Masa neonatus merupakan waktu yang sangat rentan pada bayi, yang sedang
menyempurnakan banyak penyesuaian fisiologis yang diperlukan untuk kehidupan ektra uterin,
Angka morbiditas dan mortalitas neonatus yang tinggi menjadi bukti kerapuhan kehidupan masa
ini. Transisi bayi dari intra uterin ke ekstrauterin memerlukan banyak perubahan biokimia dan
fisiologis , bayi tidak tergantung lagi pada sirkulasi ibu melalui plasenta.
(Nelson, Ilmu Kesehatan anak, Edisi 1 vol 1, EGC, Tahun 1999, Bab 79 hal 535)
Transisi dari kehidupan di dalam kandungan ke kehidupan di luar kandungan merupakan
perubahan drastic, dan menuntut perubahan fisiologis yang bermakna dan efektif oleh bayi, guna
memastikan kemampuan bertahan hidup.
(Myles Buku Ajar Bidan,EGC, 2009 Bab 38 hal 690)
1. Adaptasi Pernafasan
Hingga saat lahir tiba, janin bergantung pada pertukaran gas darah maternal melalui paru
maternal dan plasenta. Setelah pelepasan plasenta yang tiba-tiba setelah kelahiran, adaptasi yang
sangat cepat terjadi untuk memastikan kelangsungan hidup. Sebelum lahir, janin melakukan
gerakan pernafasan dan menyebabkan paru matang, baik biokimia maupun anatominya, untuk

menghasilkan surfaktan, dan mempunyai jumlah alveolus yang memadai untuk pertukaran gas.
(Myles Buku Ajar Bidan,EGC, 2009 Bab 38 hal 691)
Sebelum lahir, paru janin penuh dengan cairan yang di eksresikan oleh paru itu sendiri.
Selama kelahiran cairan ini meninggalkan paru, baik karena dipompa keatas menuju jalan nafas
dan keluar dari mulut dan hidung, atau karena bergerak melintasi dinding alveolar menuju
pembuluh limfe paru dan menuju duktus toraksik atau ke kapiler paru.
(Myles Buku Ajar Bidan,EGC, 2009 Bab 38 hal 690)
Rangsangan pernafsan berupa hiperkapneu ringan, hipoksia, dan asidosis, yang disebabkan
oleh persalinan normal. Hal ini terjadi sebagian akibat penghentian intermiten perfusi maternal-

plasenta seiring dengan kontraksi. Irama pernafasan berubah dari pernafasan janin dangkal
berkala menjadi pernafasan dalam teratur, sebagai hasil perpaduan rangsang kimiawi dan saraf.
Hal tersebut ditunjukkan secara jelas dengan adanya penurunan PH dan PaO2, dan kenaikan
PaCO2. Rangsang lainnya mencakup dingin, suara, cahaya, sentuhan dan nyeri.
(Myles Buku Ajar Bidan,EGC, 2009 Bab 38 hal 691)
Tekanan intratoraks negatif yang bermakna, yang naik hingga 9,8 kPa (100 cm air) terjadi
saat nafas pertama diambil. Tekanan yang dikeluarkan guna melakukan inhalasi berkurang
dengan setiap ambilan nafas hingga hanya bertekanan 5 cm air, yang dibutuhkan untuk
mengembangkan paru. Efek ini dihasilkan oleh surfaktan yang melapisi alveolus, dengan
menurunkan tegangan permukaan sehingga memungkinkan udara residu tetap berada di dalam

alveolus diantara ambilan nafas.
(Myles Buku Ajar Bidan,EGC, 2009 Bab 38 hal 691)
2. Adaptasi Kardiovaskuler
Sebelum lahir, janin hanya bergantung pada plasenta untuk semua pertukaran gas dan eskresi
sisa metabolic. Dengan pelepsan plasenta saat lahir, system sirkulasi bayi harus melakukan
penyesuaian mayor guna mengalihkan darah yang tidak mengandung oksigen menuju paru unutk
reoksigenasi. Hal ini melibatkan beberapa mekanisme yang dipengaruhi oleh penjepitan tali
pusat dan juga oleh penurunan resistensi bantalan vascular paru.
(Myles Buku Ajar Bidan,EGC, 2009 Bab 38 hal 691)
Selama kehidupan janin, hanya sekitar 10% curah jantung dialirkan menuju paru melalui
arteri pulmonalis. Dengan ekspansi paru dan penurunan resistensi vascular paru, hampir semua
curah jantung dikirim menuju paru. Darah yang berisi oksigen kembali ke jantung dari paru
meningkatkan tekanan di dalam atrium kiri. Disaat yang hampir bersamaan, tekanan di atrium
kanan berkuraang karena darah berhenti mengalir melalui tali pusat. Akibatnya terjadi penutupan
fungsional foramen ovale.
(Myles Buku Ajar Bidan,EGC, 2009 Bab 38 hal 691)
Bila tekanan PO2 dalam darah arteri mencapai sekitar 50 mmHg, duktus arteriosus akan
kontriksi (PO2 janin = 27 mmHg). Kemudian duktus arteriosus menutup dan menjadi sebuah
ligament. Tindakan mengklem dan memotong tali pusat membuat arteri umbilikalis, vena
umbikalis dan duktus venosus segera menutup dan berubah menjadi ligament . arteri hipogastrik

jg menutup dan menjadi ligament.

( Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4, EGC hal 364)
Frekwensi denyut jantung bayi rata-rata 140 kali per menit saat lahir, dengan variasi
berkosar antara 120- 160 kali per menit . Bunyi jantung bayi setelah lahir mencerminkan suatu
rangkaian kerja pompa jantung. Bunyi jantung terdengat sebagai suara” lub, dub, lub, dub”.
Bunyi “lub” dikaitkan dengan dengan penutupan katub mitral dan trikuspidalis pada permulaan
sistol dan bunyi “dub” dikaitakan dengan penutupan katub aortik dan katub pulmoner pada akhir
sistol. BUnyi “lub” merupakan bunyi jantung pertama dan bunyi “dub” merupakan bunyi jantung
ke dua. Bunyi jantung selama periode neonatal bernada tinggi (higt pitch), lebih cepat (short in
duration), dan ,memiliki intensitas yang lebih besar dari bunyi jantung orang dewasa.
( Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4, EGC hal 364)
Tekanan sistolik pada pada bayi baru lahir adalah 78 dan diastolik rata-rata adalah 42.
Tekanan darah sistolik sering menurun (sekitar 15 mmHg) selama satu jam setelah lahir.
Menangis dan bergerak biasanya menyebabkan peningkatan tekanan darah sistolik.
( Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4, EGC hal 364)
Volume darah bayi baru lahir bervariasi dari 80 – 110 ml/kg selama beberapa hari
pertama dan meningkat dua kali lipat pada akhir tahun pertama. Bayi premature memiliki
volume darah yang relative lebih besar daripada bayi baru lahir cukup bulan . hal ini disebabkan
bayi premature memiliki proporsi volume plasma yang lebih besar, bukan jumlah sel darah

merah yang lebih banyak.
( Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4, EGC hal 364)
3. Adaptasi Suhu
Bayi memasuki suasana yang lebih dingin pada saat kelahiran, dengan suhu kamar bersalin
210C yang sangat berbeda dengan suhu di dalam kandungan yaitu 37,7 0C . Ini menyebabkan
pendinginan cepat pada bayi saat cairan amnion menguap dari kulit. Setiap milliliter penguapan
tersebut memindahkan 560 kalori panas (Rutter 1992). Perbandingan antara area permukaan dan
massa tubuh bayi yang luas menyebabkan kehilangan panas, khususnya dari kepala, yang
menyusun 25% massa tubuh. Lapisan subkutan tipis dan memberikan insulasi tubuh yang buruk ,
yang berakibat cepatnya perpindahan panas inti ke kulit, kemudian ke lingkungan, dan juga
mempengaruhi pendinginan darah.
(Myles Buku Ajar Bidan,EGC, 2009 Bab 38 hal 692)
Bayi baru lahir dapat kehilangan panas tubuhnya melalui cara-cara sebagai berikut:

a. Evaporasi adalah jalan utama bayi kehilangan panas , kehilangan panas dapat terjadi
karena penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri
karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan dan diselimuti.
b. Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi
dengan permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur atau timbangan yang temperaturnya
lebih rendah daripada tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme

konduksi apabila diletakkan diatas benda-benda tersebut.
c. Konveksi adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang
lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan diruangan yang dingin akan cepat
mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika terjadi konveksi aliran
udara dari kipas angin , hembusan udara melalui ventilasi atau pendingin ruangan.
d. Radiasi adalah kehilangan ui suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi bias
kehilangan panas dengan cara ini karena benda-benda tersebut menyerap radiasi panas
tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara lansung)

Gambar 1.1 : Mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir
Sumber : Asuhan Persalinan Normal, 2008
(Asuhan Persalinan Normal, 2008, hal 97)
Pusat Pengaturan panas di otak bayi mempunyai kemampuan meningkatkan produksi
panas dalam berespon terhadap rangsang dari kemoresepitor. Akan tetapi ini, hal ini bergantung

pada peningkatan kegiatan metabolic, yang menganggu kemampuan bayi dalam mengendalikan
suhu tubuh.
(Myles Buku Ajar Bidan,EGC, 2009 Bab 38 hal 692)
Mekanisme produksi panas dengan cara mengigil jarang terjadi pada bayi baru lahir,
bayi tidak mampu meningkatkan kontraksi otot volunter untuk menghasilkan panas. Hal ini

berarti bayi harus bergantung pada kemampuannya untuk mengahasilkan panas melalui
metabolisme.
(Myles Buku Ajar Bidan,EGC, 2009 Bab 38 hal 692)
Neonatus memiliki jaringan adipose coklat, yang membantu metabolisme sumber panas (disebut
asam lemak bebas dan gliserol) dengan cepat saat terjadi stress akibat dingin. Mekanisme ini
disebut pembentukan panas tanpa mengigil (nonshivering thermogenesis).

Lemak coklat

dibentuk akibat peningkatan metabolisme di otak, di jantung dan di hati. Lemak coklat terdapat
dalam cadangan permukaan , yaitu daerah interskalpula, dan di aksila serta dibagian yang lebih
dalam yaitu di pintu masuk thorax, di sepanjang columna vertebralis dan sekitar ginjal. Bayi
aterm memiliki persediaan lemak coklat yang cukup untuk memenuhi kebutuhan panas minimal
2-4 hari setelah kelahiran dan cadangan lemak coklat dapat menurun dengan cepat jika terjadi
stress dingin (cold stress).
(Myles Buku Ajar Bidan,lEGC, 2009 Bab 38 hal 691) & ( Buku Ajar Keperawatan Maternitas,
Edisi 4, EGC hal 375)
4. Adaptasi Hematopoiesis
Saat bayi lahir, nilai rata-rata hemoglobin berkisar 14,4 sampai 22,5 gr/dl. Hemaktokrit
bervariasi dari 44% sampai 72% dan hitung sel darah merahberlisar antara 5 samapi 7,5 juta/

mm3. Secara berturut turut, hemoglobin dan hitung sel darah merah menurun sampai kadar ratarata 11 sampai 17 gr/dl dan 4,2 sampai 5,2/mm3 pada akhir bulan pertama.
( Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4, EGC hal 365)
Darah bayi baru lahir mengandung sekitar 80% hemoglobin janin. Persentasi hemoglobin
janin menurun sampai 55% pada minggu ke lima dan sampai 5% pada minggu ke 20. Penurunan
ini terjadi karena umur sel yang mengandung hemoglobin janin lebih pendek. Simpanan besi
biasanya cukup untuk mepertahankan produksi sel darah merah normal selama 5 bulan,
akibatnya terjadi aneia ringan sementara yang tidak berbahaya. Persedian zat besi pada bayi

yang tali pusatnya tidak segera diklem dapat meningkat karena

80 ml darah plasenta

mengandung 50 mg zat besi (Cunningham, Macdonald, Gant, 1993).
( Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4, EGC hal 365)
Leukosit janin dengan nilai hitung sel darah putih sekitar 18.000/mm3 merupakan nilai
normal saat bayi lahir. Jumlah leukosit janin biasanya meningkat menjadi 23.000 sampai
24.000 /mm3 pada hari pertama setelah lahir . biasanya kadar sel darah putih dipertahankan
sekitar 11.500/mm3 selama masa periode neonatal.
( Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4, EGC hal 365)
5. Adaptasi Sistem pencernaan

Bayi baru lahir cukup bulan mampu menelan, mencerna, memetabolisme, dan
mengabsorpsi protein dan karbohidrat sederhana serta mengemulsi lemak . kebanyakan
enzim susah berfungsi saat bayi lahir, kecuali enzim amylase , yang diproduksi oleh kelenjar
saliva setelah tiga bulan dan oleh pancreas setelah 6 bulan. Pengucualian lain ialah lipase
yang juga disekresi oleh pancreas dan juga diperlukan untuk mencerna lemak. Oleh karena
itu, bayi baru lahir yang normal mampu mencerna karbohidrat sederhana dan protein tetapi
terbatas dalam mencerna lemak.
( Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4, EGC hal 368)
Suatu mekanisme khusus yang terdapat pada bayi baru lahir normal dengan berat lebih
dari 1500 gram, mengkoordinasi reflek pernafasan, reflek menghisap dan reflek menelan
yang diperlukan pada pemberian makan bayi. Bayi baru lahir melakukan tiga sampai empat
hisapan kecil setiap kali mengisap, pada bayi baru lahir cukup bulan, isapan lebih lama dan
efisien, berlansung hanya beberapa jam setelah bayi lahir. Bayi baru lahir tidak mampu
memindahkan makanan dari bibir ke faring sehingga putting susu harus diletakkan cukup
dalam ke mulut bayi.
(Myles Buku Ajar Bidan,EGC, 2009 Bab 38 hal 691)
Saat bayi lahir, tidak terdapat bakteri dalam saluran cernanya. Segera setelah lahir ,
orifisum oral dan orifisium anal memungkinkan bakteri dan udara masuk. Bising usu dapat di
dengar 1 jam stelah lahir. Biasanya konsentrasi bakteri tertinggi terdapat di bagiab bawah
usus halus dan terutama di usus besar. Flora normal usus membantu sintesis vitamin K, asam

Folat, dan biotin.

( Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4, EGC hal 368)
Kapasitas lambung bervariasi dari 30 sampai 90 ml, tergantung ukuran bayi. Beberapa
factor seperti waktu pemberian makan dan volume makanan, jenis dan suhu makanan, serta
stress dapat mempengaruhi waktu pengosongan lambung. Waktu ini bervariasi satu sampai
24 jam.
Saat lahir, usus bayi bagian bawah penuh dengan mekonium. Mekonium yang pertama
keluar steril, tetapi beberapa jam kemudian semua mekonium yang keluar mengandung
bakteri. Sekitar 69% bayi normal yang cukup bulan mengeluarkan mekonium dalam 12 jam
pertama kehidupannya, 94% dalam 24 jam, dan 99,8 dalam 48 jam (Blackburn, Loper, 1992).
( Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4, EGC hal 368)
Tinja dari bayi yang disusui ibunya dan tinja dari yang minum susu Formula tidak sama.
Tinja dari bayi yang minum ASI lebih lunak tidak berbentuk, berwarna kuning emas, dan
tidak mengiritasi kulit. Adalah normal bagi bayi jika defekasi setiap kali diberi minum atau
defekasi setiap 3-4 hari. Tinja dari bayi yang minum susu formula lunka dan berbentuk ,
berwarna kuning pucat dan memiliki bau yang khas. Tinja ini cenderung mengiritasi kulit
bayi.
( Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4, EGC hal 368)
6. Adaptasi System perkemihan

Biasanya sejumlah kecil urine terdapat dalam kandung kemih saat bayi lahir, tetapi bayi baru
lahir mungkin tidak mnegeluarkan urin selam 12 jam sampai 24 jam. Berkemih sering teradi
setelah peride ini. Berkemih enam sampai 10 kali dengan warna urin pucat menunjukkan
masukan cairan yang cukup. Umumnya bayi cukup bulan mengeluarkan urine 15 sampai 50 ml
per kilogram perhari (Blackburn, Loper, 1992;Fanaroff, Martin, 1992)
( Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4, EGC hal 366)
7. Adaptasi Imunologi
Ada 3 Imunoglobulin utama, IgG, IgA, IgM, dan dari ketiga immunoglobulirn tersebut hanya
IgG yang cukup kecil untuk menembus sawar plasenta. Imunoglobulin memberikan kekebalan
terhadap infeksi virus yang spesifik. Pada saat lahir, kadar IgG bayi sama atau tinggi lebih sedikit
dari ibu. Ini memberikan kekebalan pasif pada bulan-bulan pertama . IgA dan IgM tidak

menembus sawar plasenta, tetapi dapat di buat oleh janin. Kadar IgM pada saat aterm sebesar
20% orang dewasa , yang membutuhkan waktu 2 tahun untuk mencapai kadar dewasa
( peningkatan kadar IgM pada saat lahir menunjukkan adanya infeksi intra uterin) kadar Igm
yang relative rendah ini menyebabkan bayi lebih rentan terhadap penyakit.
Kadar IgA sangat rendah dan meningkat perlahan, meskipun kadar sekresi saliva mencapai
nilai seperti dewasa sampai 2 bulan. IgA melindungi terhadap infeksi saluran pernafasan ,
saluran pencernaan dan mata.ASI dan terutama kolostrum memberikan kekebalan pasif pada
bayi dalam bentuk Lactobacillus bifidus, laktoferin, lisozim, da sekresi IgA.

(Myles Buku Ajar Bidan,EGC, 2009 Bab 38 hal 712)

BAB II
KONSEP TUMBUH KEMBANG BAYI, BALITA DAN ANAK PRASEKOLAH
A. Pengertian
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik (anatomi) dan struktur tubuh dalam
arti sebagian atau seluruhnya karena adanya multiplikasi (bertambah banyak ) sel-sel
tubuh dan juga karena bertambah besarnya sel, jadi pertumbuhan lebih ditekankan pada
pertambahan ukuran fisik seseorang yaitu menjadi lebih besar atau lebih matang
bentuknya, seperti pertambahan ukuran berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala.
(IDAI, 2002)
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interseluler
berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan sehingga
dapat diukur dengan satuan panjang dan berat (Depkes RI, 2005).
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dari struktur / fungsi tubuh yang
lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirkan, dan diramalkan sebagai hasil
dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ – organ dan sistemnya yang
terorganisasi (IDAI, 2002)
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks
dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialasi dan
kemandirian (Depkes RI, 2005).
B. Prinsip Tumbuh Kembang
Proses tumbuh kembang anak juga mempunyai prinsip-prinsip yang saling berkaitan.
Prinsip- prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
a. Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar
Kematangan merupakan proses intrinsik yang terjadi dengan sendirinya, sesuai
dengan potensi yang ada pada individu. Belajar merupakan perkembangan yang
berasal dari latihan dan usaha. Melalui belajar, anak memperoleh kemampuan
menggunakan sumber yang diwariskan dan potensi yang dimiliki anak.
b. Pola perkembangan dapat diramalkan

Terdapat kesamaan pola perkembangan bagi semua anak. Dengan demikian
perkembangan seoarang anak dapat diramalkan. Perkembangan berlangsung dari
tahapan umum ke tahapan spesifik, dan terjadi berkesinambungan.
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang
Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan normal yang
merupakan hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain:
a. Faktor internal
1) Ras/etnik atau bangsa
2) Keluarga/ keturunan
3) Umur
4) Jenis kelamin
5) Genetik / bawaan anak atau potensi anak yang akan menjadi ciri khasnya.
6) Kelainan kromosom
b. Faktor eksternal
1) Faktor prenatal
-

Gizi selama hamil

-

Mekanis ( posisi bayi abnormal)

-

Toksin /zat kimia

-

Endokrin

-

Radiasi

-

Infeksi

-

Kelaianan imunologi

-

Anoksia embrio

-

Psikologi ibu

2) Faktor proses persalinan
Komplikasi persalinan seperti trauma kepala, asfiksia bisa menyebabkan
kerusakan otak.
3) Faktor pasca persalinan
-

Gizi

-

Penyakit kronis/kelianan kongenital

-

Lingkungan fisik dan kimia

-

Psikologis

-

Endokrin: penyakit hipotiroid

-

Sosio ekonomi

-

Stimulasi

-

Obat-obatan

D. Ciri-ciri Tumbuh Kembang
a. Perkembangan menimbulkan perubahan
Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai
dengan perubahan fungsi misalnya perkembangan intelegensia pada seorang anak
akan menyertai pertumbuhan otak dan serabut saraf.
b. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan
selanjutnya
Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia melewati
tahapan sebelumnya, sebagai contoh, seorang anak tidak kan bisa berjalan sebelum
bisa berdiri. Seorang anak tidak akan bisa berdiri sebelum pertumbuhan kaki dan
bagian tubuh lain yang terkait dengan fungsi berdiri anak terhambat. Karena itu
perkembangan awal ini merupakan masa kritis karena akan menentukan
perkembangan selanjutnya.
c. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda
Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang berbedabeda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi organ dan
perkembangan pada masing-masing anak.
d. Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan
Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun demikian, terjadi
peningkatan mental, memori, daya nalar, asosiasi, dll. Anak sehat, bertambah umur
bertambah berat dan tinggi badannya serta bertambah kepandaiannya.
e. Perkembangan mempunyai pola yang tetap
Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang tetap, yaitu:
-

Pola sefalokaudal

Perkembangan terjadi lebih dahulu didaerah kepala, kemudian menuju kearah
kaudal /anggota tubuh.
-

Pola proksimodistal
Perkembangan yang terjadi terlebih dahulu di daerah proksimal (gerak kasar)
lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-jari Yng mempunyai kemampuan
gerak halus (pola proksimodistal)

f. Perkembangan memiliki tahap yang beurutan
Tahap

perkembanganseorang

anak

mengikuti

pola

yang

teratur

dan

berurutan.tahap-tahap tersebut tidak bisa terbalik, misalnya anak terlebih dahulu
mampu membuat lingkaran sebelum mampu membuat gambar kotak, anak mampu
berdiri sebelum berjalan dan sebagainya.
E. Tahap tahap Tumbuh Kembang
Tumbuh

kembang

anak

berlangsung

secara

teratur

saling

berkaitan

dan

berkesinambungan. Walaupun terdapat beberapa variasi akan tetapi setiap anak akan
melewati suatu pola tertentu yang merupakan tahap-tahap pertumbuhan dan
perkembangan sebagai berikut:
a. Masa prenatal
Masa prenatal atau masa intra uterin (masa janin dalam kandungan) dibagi menjadi
tiga periode, yaitu:
1) Masa zigot/mudigah: sejak saat konsepsi sampai usia kehamilan 2 minggu
2) Masa embrio : sejak usia kehamilan 2 minggu sampai 8 minggu
Ovum yang dibuahi dengan cepat akan menjadi suatu organisme, terjadi
diferensiasi yang berlangsung dengan cepat, terbentuk sistem organ dalam tubuh.
3) Masa janin/fetus: sejak umur kehamilan 9 minggu sampai akhir kehamilan, masa
ini terdiri dari dua periode yaitu:
-

Masa fetus dini, yaitu sejak usia kehamilan 9 minggu sampai trimester II
kehidupan intrauterin

-

Masa fetus lanjut, yaitu trimester akhir kehamilan. Pada masa ini
pertumbuhan berlangsung pesat disertai perkembangan fungsi-fungsi. Terjadi
tranfer Imunologi G (Ig G) dari darah ibu melalui plasenta. Akumulasi asam

lemak essensial seri Omega 3 (docosa Hexanic Acid) dan Omega 6
(arachidonic acid) pada otak dan retina.
Trimester pertama kehamilan merupakan periode penting pada masa prenatal
karena pada periode ini pertumbuhan otak janin sangat peka terhadap pengaruh
lingkungan janin. Gizi kurang pada ibu hamil, infeksi, merokok dan asap rokok,
minuman beralkohol, obat-obat, bahan-bahan toksik, pola asuh dan depresi berat,
dan lain-lain.
b. Masa bayi (0-11 bulan)
Masa ini di bagi menjadi dua periode, yaitu:
1) Masa neonatal 0-28 hari
Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi perubahan
sirkulasi darah, serta mulai berfungsinya organ-organ tubuh. Masa neonatal
dibagi menjadi 2 periode:
-

Masa neonatal dini (0-7 hari)

-

Masa neonatal lanjut (8- 28 hari)

2) Masa post atau pasca neonatal (29 hari-11 bulan)
Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat dan proses pematangan
berlangsung secara terus menerus terutama meningkatnya fungsi sistem saraf.
c. Masa Anak (1-2 tahun)
Pada masa ini, kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat kemajuan
dalam perkembangan motorik (gerakan kasar dan halus) serta fungsi eksresi. Periode
penting dalam tumbuh kembang anak adalah pada masa balita karena akan
mempengaruhi dan menentukan perkembangan ana selanjutnya.
Setelah lahir terutama 3 tahun pertama kehidupan pertumbuhan dan perkembangan
sel-sel otak masih berlangsung dan terjadi pertumbuhan serabut-serabut saraf dan
cabang-cabangnya, sehingga terbentuk jaringan saraf dan otak yang kompleks.
Jumlah dan pengaturan hubungan-hubungan antar sel syaraf ini akan sangat
mempengaruhi segala kinerja otak, mulai dari kemampuan belajar berjalan,mengenal
huruf dan bersosialosasi.
Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian anak juga di bentuk pada masa
ini.

d. Masa anak pra sekolah (2-6 tahun)
Pada masa ini pertumbuhan berlangsung stabil. Terjadi perkembangan dengan
aktivitas jasmani yang bertambah dan meningkatnya keterampilan dan proses
berfikir.
F. Pertumbuhan
Pertumbuhan pada anak dilihat dari:
1. Berat Badan
Pada masa pertumbuhan berat badan bayi dibagi menjadi dua, yaitu: usia 0-6 bulan dan
usia 6-12 bulan. Untuk usia 0-6 bulan pertumbuhan berat badan akan mengalami
penambahan setiap minggu sekitar 140-200 gram dan berat badannya akan menjadi dua
kali berat badan lahir pada akhir bulan ke-6. Sedangkan pada usia 6-12 terjadi
penambahan setiap minggu sekitar 25-40ngram dan pada akhir bulan ke 12 akan terjadi
penambahan 3 kali lipat berat badan lahir. Pada masa bermain, terjadi penambahan berat
badan sekitar empat kali dari berat badan lahir pada usia kurang lebig 2,5 tahun serta
penambahan berat badan setiap tahunnya adalah 2-3 kg.
Pada masa prasekolah dan sekolah akan terjadi penambahan berat badan setiap tahunnya
kurang lebih 2-3 kg.
2. Tinggi Badan
Pada usia 0-6 bulan bayi kan mengalami penambahan tinggi badan sekitar 2,5 cm setiap
bulannya. Pada usia 6-12 bulan mengalami tinggi badan hanya sekitar 1,25 cm setiap
bulannya. Pada akhir tahun pertama akan meningkat kira-kira 50% dari tinggi badan
waktu lahir.
Pada masa bermain penambahan selama tahun ke-2 kurang lebih 12 cm, sedangkan
penambahan untuk tahun ke-3 rata-rata 4-6 cm.
Pada masa pra sekolah, khususnya di akhir usia 4 tahun, terjadi penambahan rata-rata dua
kali lipat dari tinggi badan waktu lahir dan mengalami penambahan setiap tahunnya
kurang lebih 6-8 cm.

3. Lingkar Kepala

Pertumbuhan lingkar kepala ini terjadi dengan sangat cepat sekitar enam bulan pertama
yaitu 35-43 cm. Pada usia-usia selanjutnya pertumbuhan lingkar kepala mengalami
perlambatan. Pada usia 1 tahun hanya mengalami pertumbuhan kurang lebih 46,5 cm.
Pada usia 2 tahun mengalami pertumbuhan kurang

lebih 49 cm, kemudian akan

bertambah lagi kurang lebih 5 cm sampai dengan usia remaja.
4. Gigi
Pertumbuhan gigi pada masa tumbuh kembang banyak mengalami perubahan mulai, dari
pertumbuhan hingga penanggalan. Pertumbuhan gigi terjadi di dua bagian, yaitu bagian
rahang atas dan bagian rahang bawah.
a. Pertumbuhan gigi bagian rahang atas:
-

Gigi insisi sentral pada usia 8-12 bulan

-

Gigi insisi lateral pada usia 9-13 bulan

-

Gigi taring (kaninus) pada usia 16-22 bulan

-

Molar pertama anak laki-laki pada usia 13-19 bulan

-

Molar pertama anak perempuan pada usia 14-18 bulan, sedangkan molar
kedua pada usia 25-33 bulan.

b. Pertumbuhan gigi bagian rahang bawah:
-

Gigi insisi sentral pada usia 6-10 bulan

-

Gigi insisi lateral pada usia 10-16 bulan

-

Gigi taring (kaninus) pada usia 17 23 bulan

-

Molar pertama pada usia 14-18 bulan

-

Molar kedua anak perempuan pada usia 24-30 bulan, sedangkan anak lakilaki pada 29-31 bulan.

Perubahan selanjutnya adalah adanya beberapa gigi yang mengalami penanggalan.
Seperti halnya pertumbuhan gigi, penanggalan gigi juga terjadi di bagian rahang atas dan
bagian rahang bawah.
a. Penanggalan gigi rahang bagian atas:
-

Gigi insisi pertama pada usia 7 tahun

-

Gigi insisi kedua pada usia 8 tahun

-

Gigi taring pada usia 11 tahun

-

Gigi molar pertama pada usia 9 tahun

-

Gigi molar pertama pada usia 11 tahun

b. Penanggalan gigi rahang bagian bawah:
-

Gigi insisi pertama pada usia 6 tahun

-

Gigi insisi kedua pada usia 7 tahun

-

Gigi taring pada usia 10 tahun

-

Gigi molar pertama pada usia 9 tahun

-

Gigi molar pertama pada usia 10 tahun

5. Organ Penglihatan
-

Perkembangan organ penglihatan dapat dimulai pada saat lahir. Sudah terjadi
perkembangan ketajaman penglihatan antara 20/100, adanya refleks pupil
dan kornea, memiliki kemampuan fiksasi pada objek yang bergerak dalam
rentang 45 derajat, dan bila tidak bergerak sejauh 20-25 cm.

-

Pada usia 1 bulan bayi memiliki perkembangan, yaitu adanya kemampuan
melihat untuk mengikuti gerakan 90 derajat, dapat melihat secara terus
menerus, dan kelenjar air mata sudah mulai berfungsi.

-

Pada usia 2-3 bulan memiliki penglihatan perifer hingga 180 derajat.

-

Pada usia 4-5 bulan kemampuan bayi untuk menfiksasi sudah mulai pada
hambatan 1,25 cm, dapat mengenali botol susu, melihat tangan saat
berbaring atau duduk, melihat bayangan di cermin, dan mampu
mengakomodasi objek.

-

Usia 5-7 bulan dapat menyesuaikan postur untuk melihat objek, mampu
mengembangkan warna kesukaan kuning dan merah, menyukai rangsangan
visula kompleks, serta mengembangkan koordinasi mata dan tangan.

-

Pada usia 7-11 bulan mampu memfiksai objek yang sangat kecil

-

Pada usia 11-12 bulan ketajaman penglihatan mendekati 20/20, dapat
mengikuti objek yang dapat bergerak .

-

Pada usia 12-14 bulan mampu mengidentifikasi bentuk geometrik.

-

Pada usia 18-24 bulan mampu berakomodasi dengan baik.

6. Organ Pendengaran
-

Perkembangan pada pendengaran dapat dimulai pada saat lahir. Setelah lahir,
bayi sudah dapat berespon terhadap bunyi yang keras dengan refleks.

-

Pada usia 2-3 bulan mampu memalingkan kepala kesamping bila bunyi di
buat setinggi telinga.

-

Pada usia 3-4 bulan anak memiliki kemampuan dalam melokalisasi bunyi
dengan memalingkan kepala ke arah bunyi.

-

Pada 4-6 bulan kemampuan melokalisasi bunyi makin kuat dan mulai
mampu membuat bunyi tiruan.

-

Pada usia 6-8 mampu merespon pada nama sendiri.

-

Pada usia 10-12 bulan mampu mengenal beberapa kata dan artinya.

-

Pada usia 18 bulan mulai membedakan bunyi.

-

Pada usia 36 bulan mampu membedakan bunyi yang halus dalam bicara

-

Pada usia 48 bulan mulsi membedakan bunyi yang serupa dan mampu
memdengarkan yang lebih halus.

7. Organ Seksual
Spermatogenesis pada anak laki-laki tidak terjadi hingga masa pubertas. Namun total
tambahan folikel primordial yang mengandung ovum primitif ada pada gonad wanita.
Pada bayi laki-laki dan perempuan penarikan estrogen maternal menghasilkan kongesti
local di dada dan yang kadang-kadang diikuti oleh sekresi susu pada hari ke 4atau ke 5.
Untuk alasan yang sama gejala haid dapat berkembang pada bayi perempuan. Akan tetapi
ini tidak berlangsung lama.
G. Perkembangan
1. TEORI-TEORI PERKEMBANGAN
a. Perkembangan kognitif (Piaget)
1) Tahap sensori motor (0-2 tahun)
Anak mempunyai kemampuan dalam mengasimilasi dan mengakomodasi informasi
dengan cara melihat, mendengar, menyentuh dan aktivitas motorik. Semua gerakan

akan diarahkan ke mulut dengan merasakan keingintahuan sesuatu dari apa yang
dilihat, didengar, disentuh dll.
2) Tahap praoperasional ( 2-7 tahun)
-

Anak belum mampu mengoperasionalkan apa yang dipikirkan melalui
tindakan dalam pikiran anak,

-

perkembangan anak masih bersifat egosentris.

-

Pada masa ini pikiran bersifat transduktif menganggap semuanya sama.
Seperti seorang pria dikeluarga adalah ayah maka semua pria adalah ayah.

-

Selain itu ada pikiran animisme, yaitu selalu memperhatikan adanya benda
mati. Seperti anak jatuh dan terbentur batu, dia akan menyalahkan batu
tersebut dan memukulnya.

3) Tahap kongret (7-11 tahun)
Anak sudah memandang realistis dari dunianya dan mempunyai anggapan yang
sama dengan orang lain, sifat egosentrik sudah hilang, karena anak sudah
mengerti tentang keterbatasan diri sendiri. Anak sudah mengenal konsep tentang
waktu dan mengingat kejadian yang lalu. Pemahaman belum mendalam dan
akan berkembang di akhir usia sekolah (masa remaja).
4) Tahap formal operasional ( > 11 tahun)
Anak remaja dapat berpikir dengan pola yang abstrak menggunakan tanda atau
simbol dan menggambarkan kesimpulan yang logis. Mereka dapat membuat
dugaan dan mengujinya dengan pemikirannya yang abstrak, teoritis dan
filosofis. Pola berfikir logis membuat mereka mampu berpikir tentang apa yang
orang lain juga memikirkannya dan berpikir untuk memecahkan masalah.
b. Perkembangan psikoseksual anak (Freud)
1) Tahap oral (0-1 tahun)
Pada masa ini kepuasan dan kesenangan, kenikmatan dapat melalui dengan cara
menghisap, menggigit, mengunyah atau bersuara, ketergantungan sangat tinggi
dan selalu minta dilindungi untuk mendapatkan rasa aman.
2) Tahap anal (1-3 tahun)

Kepuasan pada fase ini adalah pada pengeluaran tinja.Anak akan menunjukkan
kelakuannya dan sikapnya sangat narsistik yaitu cinta terhadap dirinya sendiri dan
sangat egosentrik, mulai mempelajari struktur tubuhnya.
3) Tahap oedipal/phalik ( 3-5 tahun)
Kepuasan pada anak terletak pada rangsangan autoerotik yaitu meraba-raba,
merasakan kenikmatan dari beberapa daerah erogennya, suka pada lain jenis.
Anak laki-laki cenderung suka pada ibunya dan anak perempuan cenderung suka
pada ayahnya.
4) Tahap laten ( 5-12 tahun)
Kepuasan anak mulai terintegrasi, anak masuk dalam fase pubertas dan
berhadapan langsng pada tuntutan sosial seperti suka hubungan dengan
kelompoknya atau sebaya, dorongan libido mulai mereda.
5) Tahap Genital ( > 12 tahun)
Kepuasan anak mulai terintegrasi, anak masuk dalam fase pubertas dan
berhadapan langsng pada tuntutan sosial seperti suka hubungan dengan
kelompoknya atau sebaya, dorongan libido mulai mereda.
c. Perkembangan psikososial (Erikson)
1) Tahap percaya tidak percaya (0-1 th)
Bayi sudah terbentuk rasa percaya kepada seseorang baik orang tua maupun orang
yang mengasuhnya ataupun tenaga kesehatan yang merawatnya. Kegagalan pada
tahap ini apabila terjadi kesalahan dalam mengasuh atau merawat maka akan
timbul rasa tidak percaya.
2) Tahap kemandirian, rasa malu dan ragu (1-3 tahun)
Anak sudah mulai mencoba dan mandiri dalam tugas tumbuh kembang seperti
kemampuan motorik dan bahasa. Pada tahap ini jika anak tidak diberikan
kebebasan anak akan merasa malu.
3) Tahap inisiatif, rasa bersalah (4-6 tahun)
anak akan mulai inisiatif dalam belajar mencari pengalaman baru secara aktif
dalam aktivitasnya. Apabila pada tahap ini anak dilarang akan timbul rasa
bersalah.
4) Tahap rajin dan rendah diri (6-12 tahun)

Anak selalu berusaha untuk mencapai sesuatu yang diinginkan atau prestasinya
sehingga anak pada usia ini adalah rajin dalam melakukan sesuatu. Apabila pada
tahap ini gagal anak akan rendah diri.
5) Tahap identitas dan kebingungan peran pada masa adolesence.anak mengalami
perubahan diri, perubahan hormonal.
6) Tahap keintiman dan pemisahan terjadi pada masa dewasa yaitu anak mencoba
melakukan hubungan dengan teman sebaya ata kelompok masyarakat dalam
kehidupan sosial
7) Tahap generasi dan penghentian terjadi pada dewasa pertengahan yaitu seseorang
ingin mencoba memperhatikan generasi berikutnya dalam kegiatan aktivitasnya.
8) Tahap integritas dan keutusasaan terjadi pada dewasa lanjut yaitu seseorang
memikirkan tugas-tugas dalam mengakhiri kehidupan.
2. TAHAP PERKEMBANGAN ANAK MENURUT UMUR
a. Perkembangan Motorik Halus
Perkembangan Motorik halus adalah kegiatan yang menggunakan otot-otot halus
pada jari dan tangan (Moeclichatoen, 2004). Sedangkan menurut Nursalam, 2005,
perkembangan motorik halus adalah kemampuan anak untuk mengamati sesuatu dan
melakukan gerak yang melibatkan bagian-bagian tubuh dan otot-otot kecil ,
memerlukan koordinasi yang cermat serta tidal memerlukan banyak tenaga.
1) Masa neonatus (0-28 hari)
dimulai dengan adanya kemampuan utk mengikuti garis tengah bila kita
memberikan respon terhadap gerakan jari atau tangan.
2) Masa bayi (28 hari-1 tahun)
a) Usia 1-4 bulan
-

Dapat melakukan hal-hal seperti memegang suatu objek

-

Mengikuti objek dari sisi ke sisi

-

Mencoba memegang dan memasukkan benda ke dlm mulut

-

Memegang benda tapi terlepas

-

Memerhatikan tangan dan kaki

-

Memegang benda dengan kedua tangan serta menahan benda ditangan
walaupun hanya sebentar

b) Usia 4-8 bulan
-

Mulai mengamati benda

-

Menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk memegang

-

Mengeksplorasi benda yang dipegang

-

Mengambil objek dengan tangan tertangkup

-

Mampu menahan kedua benda di kedua tangan secara simultan

-

Menggunakan bahu dan tangan sebagai satu kesatuan

-

Memindahkan objek dari satu tangan ke tangan lain.

c) Usia 8-12 bulan
-

Mencari atau meraih benda kecil

-

bila diberi kubus mampu memindahkan, mengambil, memegang dengan
telunjuk dan ibu jari, membenturkannya, serta meletakkan benda atau
kubus ke tempatnya

3) Masa Anak (1-2 tahun)
menyusun dan membuat menara pada kubus
4) Masa Pra Sekolah
mulai memiliki kemampuan menggoyangkan jari-jari kaki, menggambar dua
atau tiga bagian, memilih garis yang lebih panjang, dan menggambar
orang,menjempit benda dengan jari lurus, melambaikan tangan, menggunakan
tangan untuk bermain .
b. Perkembangan Motorik Kasar
1) Masa Neonatus (0-28 hari)
Gerakan seimbang pd tubuh & mulai mengangkat kepala.
2) Masa Bayi (28 hari-1 tahun)
a) Usia 1-4 bulan
-

Mengangkat kepala saat tengkurap

-

Mengangkat kepala sambil berbaring terlentang

-

Mencoba duduk sebentar dengan ditopang

-

Mampu duduk dengan kepala tegak

-

Jatuh terduduk dipangkuan ketika disokong pada posisi berdiri

-

Kontrol kepala sempurna

-

Berguling dari terlentang ke miring

-

posisi tangan dan tungkai kurang fleksi dan berusaha merangkak

b) Usia 4-8 bulan
-

posisi telungkup pada alas

-

sudah mulai mengangkat kepala dengan melakukan gerakan menekan
kedua tangannya,

-

Mampu memalingkan kepala ke kanan dan ke kiri

-

Duduk dengan kepala tegak

-

membalikkan badan

-

Bangkit dengan kepala tegak

-

menumpu beban pada kaki dengan lengan berayun ke depan dan ke
belakang

-

Berguling dari telentang ke tengkurep

-

Duduk dengan bantuan dalam waktu singkat

c) Usia 8-12 bulan
-

Diawali dengan duduk tanpa pegangan

-

Berdiri dengan pegangan

-

bangkit lalu berdiri, berdiri 2 detik, dan berdiri sendiri.

3) Masa Anak (1-2 tahun)
a) Mampu melangkah & berjalan dgn tegak.
b) Sekitar usia 18 bulan anak mampu menaiki tangga dengan cara satu tangan
dipegang.
c) Pada akhir tahun ke-2 sudah mampu berlari-lari kecil, menendang bola, dan
mulai mencoba melompat.
4) Masa Prasekolah
a) Diawali dengan kemampuan untuk berdiri dengan satu kaki selama 1-5 detik

b) Melompat dengan satu kaki
c) Berjalan dengan tumit ke jari kaki
d) Menjelajah
e) Membuat posisi merangkak dan berjalan dengan bantuan
c. Perkembangan bahasa
1) Masa Neonatus (0-28 hari)
kemampuan bersuara (menangis) dan bereaksi terhadap suara atau bel.
2) Masa Bayi (28 hari-1 tahun)
a) Usia 1-4 bulan
-

kemampuan bersuara dan tersenyum

-

mengucap huruf hidup.

-

Berceloteh mengucap kata “ooh/ahh”

-

tertawa dan berteriak

-

mengoceh spontan serta bereaksi dengan mengoceh.

b) Usia 4-8 bulan
-

Dapat menirukan bunyi atau kata-kata

-

menoleh ke arah suara atau sumber bunyi

-

tertawadan menjerit

-

menggunakan vokalisasi semakin banyak

-

serta menggunakan kata yang terdiri atas dua suku kata

-

Dapat membuat dua bunyi vokal yang bersamaan seperti “ba-ba”

c) Usia 8-12 bulan
Mengucapkan kata “papa”dan “mama” yg belum spesifik, megoceh hingga
mengatakannya secara spesifik serta dpt mengucapkan 1-2 kata
3) Masa Anak (1-2 tahun)
a) Mampu memiliki 10 perbendaharaan kata
b) tingginya kemampuan meniru
c) mengenal dan responsif terhadap orang lain
d) mampu menunjukkan dua gambar

e) mampu mengkombinasikan kata-kata
f) Mulai mampu menunjukkan lambaian anggota badan.
4) Masa Pra sekolah
a) kemampuan menyebutkan 4 gambar
b) menyebutkan satu hingga 2 warna
c) menyebutkan kegunaan benda
d) menghitung, mengartikan 2 kata, mengerti beberapa kata sifat & jenis kata
lainnya,
e) menggunakan bunyi utk mengidentifikasi objek, orang, dan aktivitas
f) meniru berbagai bunyi kat
g) memahami arti larangan
h) merespon panggilan orang dan anggota keluarga dekat.
d. Perkembangan Tingkah Laku Sosial
1) Masa Neonatus (0-28 hari)
Adanya tanda-tanda tersenyum dan mulai menatap muka untuk mengenali orang
lain.
2) Masa Bayi (28 hari-1 tahun)
a) Usia 1-4 bulan
Tersenyum spontan,membalas senyuman bila diajak tersenyum, mengenal
ibunya dgn penglihatan, senang menatap wajah yg di kenal & terdiam bila ada
org yg tidak di kenal.
b) Usia 4-8 bulan
merasa takut dan terganggu dengan keberadaan orang asing, mulai bermain
dengan mainan, mudah frustasi, memukul-mukul muka, lengan dan kaki jika
sedang kesal.
c) Usia 8-12 bulan
kemampuan bertepuk tangan menyatakan keinginan,menirukan kegiatan
orang, bermain bola atau yang lainnya dengan orang lain.
3) Masa Anak (1-2 tahun)
a) Mampu membantu kegiatan di rumah
b) Menyuapi boneka

c) Mulai menggosok gigi
d) Mencoba mengenakan baju sendiri
4) Masa Pra sekolah
a) Bermain dgn permainan sederhana, menangis dgn jika di marahi
b) Membuat permintaan sederhana dgn gaya tubuh,menunjuk peningkatan
kecemasan terhadap perpisahan
c) Serta mengenali anggota keluarga.

BAB III
KEBUTUHAN DASAR NEONATUS, BAYI, BALITA DAN ANAK PRASEKOLAH
A. KEBUTUHAN ASAH
B. KEBUTUHAN ASIH
C. KEBUTUHAN ASIH

BAB V
NEONATUS DENGAN RESIKO TINGGI
A. Asfiksia Neonatorum
Definisi
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak bernafas secara spontan dan
teratur segera setelah lahir.
(JNPK-KR Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal, Hal.146)
Meskipun kebanyakan bayi bernapas menetap dalam 60 detik kelahiran, tapi beberapa
diantaranya ada yang tidak bisa melaluinya. Kegagalan untuk mempertahankan pernapasan pada
waktu lahir diketahui sebagai asfiksia neonatorum (Myles, 1996). Kegagalan bernapas pada bayi,
mengharuskan untuk segera melakukan intervensi untuk mencegah kematian dan kecacatan.
(Ladewig PW, London ML, Olds SB. Asuhan Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir Edisi 5. Alih
Bahasa: Salmiyatun. Jakarta: EGC. 2005. V; 186-190.)
Penyebab Asfiksia
Beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan aliran darah ibu melalui plasenta berkurang,
sehingga aliran oksigen ke janin berkurang, akibatnya terjadi gawat janin. Hal ini dapat
menyebabkan asfiksia, Yaitu:
a.

Preeklamsi dan eklamsia

b.

Perdarahan abnormal (plasenta previa atau solutio plasenta)

c.

Partus lama atau partus macet

d.

Demam selama persalinan

e.

Infeksi Berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)

f.

Kehamilan Post Matur (sesudah 42 Minggu Kehamilan)

Keadaan berikut ini berakibat penurunan aliran darah dan oksigen melalui tali pusat ke bayi,
sehingga bayi mungkin mengalami asfiksia:
a. Lilitan tali pusat
b. Tali pusat pendek

c. Simpul tali pusat
d. Prolapsus tali pusat
Pada keadaan berikut, bayi mungkin mengalami asfiksia walaupun tanpa didahului tanda
gawat janin:
a. Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
b. Persalinan sulit (letak sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum, forsep)
c. Kelainan kongenital
d. Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
Pada pertolongan persalinan bidan perlu mengetahui sebelum dan sesudah bayi lahir: apakah
bayi ini mempunyai resiko asfiksia? Pada kedaan tersebut, bicarakan dengan ibu dan kelurganya
tentang kemungkinan diperlukan tindakan resusitasi. Akan tetapi, pada keadaan tanpa faktor
resiko pun beberapa bayi dapat mengalami asfiksia. Oleh karena itu, bidan harus siap melakukan
resusitasi bayi SETIAP menolong persalinan.
(JNPK-KR Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal, Hal.146)
Klasifikasi
Lamanya seorang bayi atau neonatus mangalami asfiksia dipengaruhi oleh hipoksia yang
terjadi. Hal ini terlihat dari reaksi awal dari pernapasan akhir diikuti apnoe 1-1 ½ menit ( Apnoe
Awal ) dan tidak membutuhkan intervensi. Sedangkan jika setelah pernapasan akhir mengalami
peningkatan tetapi pernapasan dalam berkurang kira-kira 8 menit setelah kelahiran, pernapasan
akan berhenti ( Apnoe Akhir ). Kejadian ini memungkinkan untuk menentukan derajat asfiksia
dengan mendiagnosa kondisi bayi pada saat kelahiran.
Klasifikasi Asfiksia


Tanpa asfiksia ( nilai APGAR 8-10 )



Asfiksia ringan sedang ( nilai APGAR 4-7 )



Asfiksia berat ( nilai APGAR 0-3 )

Nilai APGAR menjadi salah satu penunjuk untuk menentukan derajat asfiksia tetapi tidak
menggambarkan status metabolik bayi.

Tabel 5.1
Penilaian APGAR
TANDA
Appearance/Warna

0
Biru,

SKOR
1
2
Tubuh merah muda, Seluruh

Pulse/Denyut Jantung
Grimace/Refleks

pucat
Tidak ada
Tidak ada

ekstrimitas biru
< 100x / menit
Menyeringai

merah muda
> 100x / menit
Batuk,
Bersin,

Sedikit fleksi
Lambat, tidak teratur

Menangis
Pergerakan aktif
Baik, menangis

Activity/Tonus Otot
Respiration/Pernapasa

Lemah
Tidak ada

tubuh

n
Tabel 5.2
Derajat asfiksia ( Myles 1996 )
ASFIKSIA RINGAN
Denyut jantung 60-80 bpm

ASFIKSIA BERAT
Denyut jantung lemah dan lambat, kurang dari 40

bpm
Pernapasan pendek
Tidak bernapas
Tonus otot baik
Tonus otot buruk
Bereaksi
terhadap Tidak bereaksi terhadap rangsangan
rangsangan
Sianosis dalam
Pucat, abu-abu
Nilai APGAR 5-7
Nilai APGAR < 5
Tidak
harus
diberikan Oksigen diberikan sebelum atau setelah kelahiran,
Oksigen

kegagalan pernapasan terjadi dan bayi akan
mengalami syok

Sumber: (Klaus MH, Fanaroff AA. Penatalaksanaan Neonatus Risiko Tinggi Edisi 4. Editor:
Achmad Surjono. Jakarta: EGC. 1998. IX; 100-110, 121-122, 286-288.)
Pencegahan

Asfiksia pada kelahiran dapat diantisipasi dengan mengetahui faktor-faktor risiko
intrapartum dan antepartum yang berhubungan dengan keadaan asfiksia. Selain itu, sebaiknya
sebelum kelahiran, bidan menyiapkan alat resusitasi lengkap untuk mengantisipasi kemungkinan
terjadinya asfiksia. Tetapi jika memang telah diketahui kebutuhan resusitasi kompleks, maka
sebaiknya mencari petugas lain yang bertanggungjawab pada bayi dan menguasai tindakan
resusitasi dengan baik sebelum persalinan. Baik dokter anak, perawat anak maupun bidan yang
berpengalaman dalam tehknik resusitasi, salah satunya harus ada saat persalinan (di beberapa
negara seorang anastesi mungkin bertanggungjawab terhadap resusitasi bayi baru lahir).
(Myles Buku Ajar Bidan,EGC, 2009)
Penatalaksanaan
Jika setelah kelahiran, seorang neonatus mengalami asfiksia, maka tindakan yang harus
segera dilakukan adalah dengan melakukan resusitasi. Tetapi tidak semua bayi memerlukan
resusitasi lengkap. Hanya 10% bayi baru lahir memerlukan sebagian tindakan resusitasi dan 1%
memerlukan resusitasi lengkap.
Tujuan dari resusitasi adalah :


Untuk memperbaiki keadaan asidosis



Untuk melancarkan sirkulasi



Untuk mencegah hipotermi dan hipoglikemi



Untuk membersihkan aliran udara, ventilasi dan oksigenasi

Tahapan resusitasi adalah sebagai berikut:
1. Keputusan Resusitasi Bayi Baru Lahir
Bidan harus mampu melakukan penilaian untuk mengambil keputusan guna menentukan
tindakan resusitasi.
PENILAIAN

Sebelum bayi lahir
 Apakah kehamilan cukup bulan?
Sebelum bayi lahir, sesudah ketuban pecah:


Apakah

air

ketuban

Jernih,

tidak

bercampur

mekonium (warna kehijauan)?
Segera setelah bayi lahir (jika bayi cukup bulan):


Menilai apakah bayi menangis atau bernafas/megap-

KEPUTUSAN

TINDAKAN

megap?
 Menilai apakah tonus otot baik?
Memutuskan bayi perlu resusitasi jika :
 Bayi tidak cukup bulan dan atau bayi megap-megap
 Air ketuban bercampur mekonium
Mulai lakukan resusitasi segera jika:
 Bayi tidak cukup bulan dan atau bayi megap megap/

tidak bernafas dan atau tonus otot bayi tidak baik:
Lakukan tindakan resusitasi
 Air Ketuban bercampur mekonium :
Lakukan resusitasi sesuai dengan indikasinya.
Sumber: (JNPK-KR Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal, Hal.151)
Lakukan penilaian usia kehamilan dan air ketuban sebelum bayi lahir. Segera setelah
lahir, sambil meletakkan dan menyelimuti bayi di atas perut ibu atau dekat perineum,
lakukan penilaian cepat usaha napas dan tonus otot. Penilaian ini menjadi dasar keputusan
apakah bayi perlu resusitasi.
Nilai (skor) APGAR tidak digunakan sebagai dasar keputusan untuk tindakan resusitasi.
Penilaian harus dilakukan segera, sehingga keputusan resusitasi tidak didasarkan penilaian
APGAR; tetapi skor APGAR tetap dipakai untuk menilai kemajuan kondisi BBL pada saat 1
menit dan 5 menit setelah kelahiran.
(JNPK-KR Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal, Hal.152)
Prosedur Resusitasi Bayi Baru Lahir
Bila bayi tidak cukup bulan dan atau tidak bernafas atau bernafas megap-megap dan atau
tonus otot tidak baik:
Sambil memulai langkah awal:


Beritahu ibu dan keluarga, bahwa bayi mengalami kesulitan untuk memulai
pernafasannya dan bahwa anda akan menolongnya bernafas.



Mintalah salah seorang keluarga mendampingi ibu untuk memberikan dukungan moral,
menjaga ibu dan melaporkan jika ada perdarahan.

TAHAP I : LANGKAH AWAL
Langkah awal diselesaikan dalam waktu 30 detik. Bagi kebanyakan bayi baru lahir, 5
langkah awal di bawah ini cukup untuk merangsang bayi bernafas spontan dan teratur. Langkah
tersebut meliputi:
1) Jaga bayi tetap hangat:



Letakkan bayi diatas kain yang ada di atas perut ibu.



Selimuti bayi dengan kain tersebut, dada dan perut tetap terbuka dan potong tali pusat.



Pindahkan bayi ke atas kain di tempat resusitasi yang datar, rata, keras, bersih, kering
dan hangat



Jaga bayi tetap diselimuti dan dibawah pemancar panas
2) Atur posisi Bayi



Baringkan bayi terlentang dengan kepala didekat penolong



Posisikan kepala bayi pada posisi menghidu dengan menempatkan jangal bahu sehingga
kepala sedikit ekstensi.

BENAR

SALAH

SALAH

Gambar 5.1 Posisi Bayi
Sumber: (JNPK-KR Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal
3) Isap Lendir
Gunakan alat penghisap lendir DeLee dengan cara sebagai berikut:


Isap lendir dari mulut dulu kemudian dari hidung



Lakukan penghisapan saat alat penghisap ditarik keluar, TIDAK pada waktu
memasukkan



Jangan lakukan pengisapan terlalu dalam (jangan lebih dari 5 cm atau lebih dari 3
cm ke dalam hidung), hal ini dapat meyebabkan denyut jantung bayi menjadi lambat
atau bayi tiba-tiba berhenti.

Bila dengan balon karet lakukan dengan cara sebagai berikut:


Tekan bola diluar mulut



Masukkan ujung penghisap di rongga mulut dan lepaskan (lendir akan terhisap)



Untuk hidung, masukkan dilubang hidung.

4) Keringkan dan Rangsang Taktil



Keringkan bayi mulai dari muka , kepala dan bagian tubuh yang lainnya dengan sedikit
tekanan. Rangsangan ini dapat membantu BBL mulai bernafas.



Lakukan rangsangan taktil dengan beberapa cara dibawah ini:
-

Menepuk/menyentil telapak kaki ATAU

-

Menggosok punggung /perut/dada/tungkai/ bayi dengan telapak tangan.

5) Atur kembali posisi bayi dan selimuti bayi


Ganti kain yang telah basah dengan kain kering dibawah ini.



Selimuti dengan

kain kering tersebut, jangan menutupi muka dan dada agar bisa

memantau pernafasan bayi.


Atur kembali posisi kepala bayi sehingga kepala sedikit ekstensi.

Lakukan penilaian bayi


Lakukan penilaian apakah bayi bernafas normal, tidak bernafas atau megap.
-

Bila bernafas normal, lakukan asuhan pasca resusitasi

-

Bila bayi bernafas normal, ditemui sianosis berikan oksigen aliran bebas mininal
5 L/menit.

-

Bila bayi megap-megap atau tidak bernafas: mulai lakukan ventilasi Tekanan
Positif .

TAHAP II: VENTILASI TEKANAN POSITIF
Ventilasi adalah t