ANALISIS KASUS HAK CIPTA lagu

PERSEROAN TERBATAS
A. Pengertian
Menurut UU No.40 Tahun 2007 Pasal 1 Angka 1, Pengertian Perseroan
Terbatas adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan
berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang
seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan
dalam Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya.
B. Dasar Hukum : UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
C. Organ
1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
Organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan
kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan
dalam Undang-Undang ini dan/atau anggaran dasar. (Pasal 1 (4) UU
No.40 Tahun 2007).
2. Direksi
Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas
pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan
maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam
maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.
(Pasal 1 (5) UU No.40 Tahun 2007).
3. Dewan Komisaris

Organ Perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum
dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat
kepada Direksi. (Pasal 1(6) UU No.40 Tahun 2007).
D. Hak,Kewajiban,Kewenangan Para Organ
1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
 Hak
Dalam forum RUPS, pemegang saham berhak memperoleh
keterangan yang berkaitan dengan Perseroan dari Direksi dan/atau
Dewan Komisaris, sepanjang berhubungan dengan mata acara rapat
dan tidak bertentangan dengan kepentingan Perseroan.
 Kewajiban
RUPS tahunan wajib diadakan dalam jangka waktu paling lambat 6
(enam) bulan setelah tahun buku berakhir.
 Kewenangan
a. Memutuskan penyetoran saham dalam bentuk uang dan/atau
dalam bentuk lainnya, misalnya dalam bentuk benda tidak
bergerak. (Pasal 34)
b. Menyetujui dapat tidaknya pemegang saham dan kreditor
lainnya yang mempunyai tagihan terhadap Perseroan
menggunakan hak tagihnya sebagai kompensasi kewajiban

penyetoran atas harga saham yang telah diambilnya. (Pasal 35)
c. Menyetujui pembelian kembali saham yang telah dikeluarkan
(Pasal 38)
d. Menyetujui penambahan modal perseroan (Pasal 41 ayat (1))

e. Memutuskan pengurangan modal perseroan (Pasal 44 ayat (1)
f. Menyetujui rencana kerja yang diajukan oleh Direksi. (Pasal 64
ayat (3))
g. Memutuskan penggunaan laba bersih termasuk penentuan
jumlah penyisihan untuk cadangan. (Pasal 71)
h. Mengatur tata cara pengambilan deviden yang telah dimasukkan
ke cadangan khusus. (Pasal 73)
i. Memutuskan
tentang
penggabungan,
peleburan,
pengambilalihan, atau pemisahan, pengajuan permohonan agar
Perseroan dinyatakan pailit, perpanjangan waktu berdirinya, dan
pembubaran perseroan. (Pasal 89 ayat (1)
j. Memutuskan pembagian tugas dan wewenang pengurusan di

antara Direksi dalam hal Direksi terdiri atas 2 anggota Direksi
atau lebih. (Pasal 92 ayat (5))
k. Mengangkat anggota Direksi. (Pasal 94 ayat (1))
l. Memutuskan ketentuan tentang besarnya gaji dan tunjangan
anggota Direksi. (Pasal 96 ayat (1))
m. Memutuskan tentang kewenangan DIreksi untuk mewakili
Perseroan dalam hal Direksi lebih dari 1 orang. (Pasal 98 ayat
(3))
n. Menyetujui untuk mengalihkan kekayaan Perseroan, atau
menjadikan jaminan utang kekayaan Perseroan, yang merupakan
lebih dari 50% jumlah kekayaan bersih Perseroan dalam satu
transaksi atau lebih, baik yang berkaitan satu sama lain maupun
tidak. (Pasal 102 ayat (1))
o. Menyetujui untuk mengalihkan kekayaan Perseroan, atau
menjadikan jaminan utang kekayaan Perseroan, yang merupakan
lebih dari 50% jumlah kekayaan bersih Perseroan dalam satu
transaksi atau lebih, baik yang berkaitan satu sama lain maupun
tidak. (Pasal 102 ayat (1))
p. Menyetujui dapat atau tidaknya Direksi mengajukan
permohonan pailit atas Perseroan kepada Pengadilan Niaga.

(Pasal 104)
q. Memberhentikan anggota Direksi sewaktu-waktu dengan
menyebutkan alasannya. (Pasal 105)
r. Mencabut atau menguatkan keputusan pemberhentian sementara
anggota Direksi yang telah ditetapkan oleh Dewan Komisaris.
(Pasal 106 ayat (6))
s. Mengangkat anggota Dewan Komisaris. (Pasal 111)
t. Menetapkan ketentuan tentang besarnya gaji atau honorarium
dan tunjangan bagi anggota Dewan komisaris. (Pasal 113)
u. Memutuskan dapat atau tidaknya Dewan Komisaris melakukan
tindakan pengurusan Perseroan dalam keadaan tertentu untuk
jangka waktu tertentu. (Pasal 118 ayat (1))
v. Mengangkat komisaris independen. (Pasal 120 ayat (2))

w. Memutuskan tentang pengambilalihan saham oleh badan hukum
berbentuk Perseroan. (Pasal 125 ayat (4))
x. Memutuskan
tentang
penggabungan,
peleburan,

pengambilalihan, atau pemisahan Perseroan. (Pasal 127 ayat (1))
y. Memutuskan tentang pembubaran Perseroan. (Pasal 142 ayat
(1))
2. Direksi
 Hak
Hak atas gaji dan tunjangan yang besarnya ditetapkan oleh
keputusan RUPS.
 Kewenangan
a. Menjalankan pengurusan Perseroan untuk kepentingan
Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan.
(Pasal 92 ayat (1))
b. Direksi bertanggung jawab atas pengurusan Perseroan. (Pasal 97
ayat (1))
c. Direksi mewakili Perseroan baik di dalam maupun di luar
pengadilan. (Pasal 98 ayat (1))
 Kewajiban
a. Membuat daftar pemegang saham, daftar khusus, risalah RUPS,
dan risalah rapat Direksi. (pasal 100 (1))
b. Membuat laporan tahunan dan dokumen keuangan Perseroan
sebagaimana dimaksud dalam undang-undang tentang Dokumen

Perusahaan. (pasal 100 (1))
c. Memelihara seluruh daftar, risalah, dan dokumen keuangan
Perseroan dan dokumen Perseroan lainnya. (Pasal 100 (1))
d. Anggota Direksi wajib melaporkan kepada Perseroan mengenai
saham yang dimiliki anggota Direksi yang bersangkutan
dan/atau keluarganya dalam Perseroan dan Perseroan lain untuk
selanjutnya dicatat dalam daftar khusus. (Pasal 101 ayat (1))
e. Direksi wajib meminta persetujuan RUPS untuk:
1. Mengalihkan kekayaan Perseroan;
2. Menjadikan jaminan utang kekayaan Perseroan, yang
merupakan lebih dari 50% jumlah kekayaan bersih Perseroan
dalam satu transaksi atau lebih, baik yang berkaitan satu
sama lain maupun tidak. (Pasal 102 ayat (1))
f. Direksi dapat memberi kuasa tertulis kepada satu orang
karyawan Perseroan atau lebih atau kepada orang lain untuk dan
atas nama Perseroan melakukan perbuatan hukum tertentu
sebagaimana yang diuraikan dalam surat kuasa. (Pasal 103)
3. Dewan Komisaris
 Hak
Berdasarkan anggaran dasar atau keputusan RUPS, Dewan

Komisaris dapat melakukan tindakan pengurusan Perseroan
dalam keadaan tertentu untuk jangka waktu tertentu.

 Kewenangan
a. Dewan Komisaris melakukan pengawasan atas kebijakan
pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik
mengenai Perseroan maupun usaha, dan memberi nasihat
kepada Direksi. (Pasal 108 ayat (1))
b. Dewan Komisaris bertanggung jawab atas pengawasan
Perseroan. (Pasal 114 ayat (1))
c. Dalam hal terjadi kepailitan karena kesalahan atau kelalaian
Dewan Komisaris dalam hal melakukan pengawasan terhadap
pengurusan yang dilaksanakan oleh Direksi dan kekayaan
Perseroan tidak cukup untuk membayar seluruh kewajiban
Perseroan akibat kepailitan tersebut, setiap anggota Dewan
Komisaris secara tanggung renteng ikut bertanggung jawab
dengan anggota Direksi atas kewajiban yang belum dilunasi.
(Pasal 115 ayat (1))
 Kewajiban
a. Membuat risalah rapat Dewan Komisaris dan menyimpan

salinannya (pasal 116)
b. Melaporkan kepada Perseroan mengenai kepemilikan
sahamnya dan/atau keluarganya pada Perseroan tersebut dan
Perseroan lain (pasal 116)
c. Memberikan laporan tentang tugas pengawasan yang telah
dilakukan selama tahun buku yang baru lampau kepada RUPS.
(Pasal 116)
E. CIRI KHAS
1. PT sebagai asosiasi modal
2. Kekayaan dan Utang Perseroan Terbatas adalah terpisah dari kekayaan
dan utang pemegang saham.
3. Pemegang Saham bertanggungjawab secara terbatas dalam PT.
Pertanggung jawaban dalam PT meliputi:
a. Bertanggung jawab hanya pada apa yang disetorkan atau tanggung
jawab terbatas (limited liability).
b. Tidak bertanggung jawab atas kerugian perseroan (PT) melebihi nilai
saham yang telah diambilnya.
c. Tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat
atas nama perseroan.
4. Adanya pemisahan fungsi antara pemegang saham dan pengurus atau

Direksi.
5. Memiliki Komisaris yang berfungsi sebagai Pengawas.
6. Kekuatan tertinggi pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
F. CARA BERAKHIRNYA
1. berdasarkan keputusan RUPS;
2. karena jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam anggaran dasar
telah berakhir
3. berdasarkan penetapan pengadilan

4. dengan dicabutnya kepailitan berdasarkan putusan pengadilan niaga
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, harta pailit Perseroan
tidak cukup untuk membayar biaya kepailitan
5. karena harta pailit Perseroan yang telah dinyatakan pailit berada dalam
keadaan insolvensi sebagaimana diatur dalam undang-undang tentang
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang; atau
6. karena dicabutnya izin usaha Perseroan sehingga mewajibkan Perseroan
melakukan likuidasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. (pasal 142 (1) UU No. 19 Tahun 2003).
G. KASUS
KASUS KEPAILITAN PT CIPTA TELEVISI PENDIDIKAN INDONESIA (TPI)
DAN PERGANTIAN NAMA MENJADI MNCTV

.Kasus pailitnya Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) tentu telah
menjadi catatan sejarah perkembangan televisi di tanah air. Stasiun
televisi yang didirikan putri sulung Presiden Soeharto, Siti Hardijanti
Rukmana alias Mbak Tutut ini pertama kali mengudara pada 1 Januari
1991. Di awal mengudara, TPI hanya bersiaran selama 2 jam, yakni
pukul 19.00-21.00 WIB. Studio siarannya pun masih nebeng, yakni di
Studio 12 TVRI Senayan, Jakarta.
Secara bertahap, TPI mulai memanjangkan durasi tayangnya.
Hingga pada akhir 1991, TPI sudah mengudara selama 8 jam sehari.
Sejak awal, kinerja keuangan yang sebagian sahamnya dimiliki oleh PT
Cipta Lamtoro Gung Persada ini memang buruk. Termasuk ketika
memutuskan keluar dari naungan TVRI dan menjadi stasiun televisi
dangdut pada pertengangan 1990-an. Puncaknya, pada 2002 posisi
utang TPI sudah mencapai Rp 1,634 triliun. Mbak Tutut pun
kelimpungan. Ancaman pailit pun terjadi.
Di tengah kondisi tersebut, Mbak Tutut meminta bantuan kepada
Henry Tanoesoedibjo (HT) untuk membayar sebagian utang-utang
pribadinya. Sekadar info, saat itu HT menjabat sebagai Direktur Utama
PT Bimantara Citra Tbk (BMTR) yang sekarang berubah nama menjadi
PT Global Mediacom Tbk (BMTR). Bimantara Citra merupakan

perusahaan kongsi antara Bambang Trihatmojo, adik Mbak Tutut
dengan HT dan kawan-kawan.
Akhirnya BMTR sepakat untuk membayar sebagian utang mbak
Tutut sebesar US$ 55 juta dengan kompensasi akan mendapat 75%
saham TPI. Mbak Tutut setuju, HT pun senang usulan tersebut
disepakati. Mereka pun diikat oleh sebuah Nota Kesepahaman. Dengan
penandatanganan Nota Kesepahaman pada Februari 2003 tersebut, HT
resmi menguasai saham mayoritas TPI.
Entah kenapa, setalah saham dikuasai oleh HT, TPI kondisi
keuangan TPI dianggap belum stabil. Enam tahun kemudian, tepatnya
pada 14 Oktober 2009, Pengadilan Niaga di Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat mengabulkan Crown Capital Global Limited (CCGL) tuduhan pailit
kepada TPI. Putusan ini sempat diprotes sejumlah ahli hukum, anggota
DPR, Komisi Penyiaran Indonesia, serta tentu saja para pekerja TPI.

Putusan kepailitan pada TPI tersebut, disinyalir terjadi, karena ada
campur tangan Makelar Kasus (Markus). Betapa tidak, begitu
mudahnya Pengadilan Negeri Jakarta Pusat mengabulkan. Menurut
Direktur Utama TPI saat itu, Sang Nyoman, keberadaan makelar kasus
dalam perkara ini disinyalir sangat kuat mengingat sejumlah fakta
hukum yang diajukan ke persidangan tidak menjadi pertimbangan
majelis hakim saat memutus perkara ini.

“Ada pihak yang disebut-sebut mendapat tugas pemberesan sengketa ini
dan mengakui sebagai pengusaha batu bara berinisial RB,” ujar Nyoman.
Inisial RB ini pernah terungkap, ketika diadakan rapat pertemuan
antara hakim pengawas, tim kurator, dan direksi TPI di Jakarta Pusat pada
4 November 2009. TPI pun kemudian melakukan kasasi untuk
permohonan peninjauan kembali kasus tersebut kepada Mahkamah Agung.
Tepat pada 15 Desember 2009, dalam sidang yang dipimpin Ketua Majelis
Hakim Abdul Kadir Moppong dengan hakim anggota Zaharuddin Utama
dan M. Hatta Ali, memutuskan TPI tidak pailit.
Meski diputuskan tak pailit, citra TPI tetap dianggap “pailit”. Sejak
20 Oktober 2010, TPI berganti nama, logo, dan merek baru secara resmi,
yakni MNCTV. Perubahan nama ini merupakan rebranding untuk
kepentingan bisnis, sebagaimana layaknya Lativi di-rebranding menjadi
tvOne. Meski program-program dangdut ala TPI masih dipertahankan,
diharapkan dengan bergantinya nama, penjualan iklan semakin meningkat.
Alasan pemilihan nama MNC TV itu sendiri, kabaranya nama
MNC sudah kuat di market. Boleh jadi hal tersebut benar. Berdasarkan
riset AC Nielsen, di tengah persaingan industri pertelevisian yang semakin
ketat, pada April 2005, MNCTV berhasil mencapai posisi 1 dengan 16,6%
audience share. Pada 2013, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) sempat
membuat peringkat 10 Televisi Terbaik, dimana MNC TV berhasil duduk
di peringkat ke-2 setelah Trans TV. Peringkat tersebut naik, setelah pada
2012, KPI mendudukkan MNC TV di peringkat ke-3.

BUMN (BADAN USAHA MILIK NEGARA)
A. Pengertian
Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN, adalah
badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh
negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan
negara yang dipisahkan.(Pasal 1 (1) UU No. 19 Tahun 2003).
B. Dasar Hukum : UU No. 19 Tahun 2003 Tentang BUMN
C. Organ : BUMN terdiri dari Persero (RUPS, Direksi, dan Komisaris) dan
Perum (Menteri, Direksi, dan Dewan Pengawas). (UU No. 19 Tahun 2003)
D. Hak,Kewajiban,Kewenangan Para Organ
 PERSERO
1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
 Kewenangan
a) Menteri bertindak selaku RUPS dalam hal seluruh saham Persero
dimiliki oleh negara dan bertindak selaku pemegang saham pada
Persero dan perseroan terbatas dalam hal tidak seluruh sahamnya
dimiliki oleh Negara (Pasal 14 (1) UU No. 19 Tahun 2003).
b) Menteri dapat memberikan kuasa dengan hak substitusi kepada
perorangan atau badan hukum untuk mewakilinya dalam RUPS.
(Pasal 14 (2) UU No.19 Tahun 2003)
c) Pihak yang menerima kuasa sebagaimana dimaksud dalam ayat (2),
wajib terlebih dahulu mendapat persetujuan Menteri untuk
mengambil keputusan dalam RUPS mengenai :
a. perubahan jumlah modal;
b. perubahan anggaran dasar;
c. rencana penggunaan laba;
d. penggabungan, peleburan, pengambilalihan, pemisahan, serta
pembubaran Persero;
e. investasi dan pembiayaan jangka panjang;
f. kerja sama Persero;
g. pembentukan anak perusahaan atau penyertaan;
h. pengalihan aktiva. (Pasal 14 (3) UU No.19 Tahun 2003)
2. Direksi Persero
 Kewajiban
a) Dalam melaksanakan tugasnya, anggota Direksi wajib
mencurahkan tenaga, pikiran dan perhatian secara penuh pada
tugas, kewajiban, dan pencapaian tujuan Persero. (Pasal 19 UU
No.19 Tahun 2003)

b) Direksi wajib menyiapkan rancangan rencana jangka panjang yang
merupakan rencana strategis yang memuat sasaran dan tujuan
Persero yang hendak dicapai dalam jangka waktu 5 (lima) tahun.
(Pasal 21 (1) UU No.19 Tahun 2003)
c) Rancangan rencana jangka panjang yang telah ditandatangani
bersama dengan Komisaris disampaikan kepada RUPS untuk
mendapatkan pengesahan. (Pasal 21 (2) UU No.19 Tahun 2003)
d) Direksi wajib menyiapkan rancangan rencana kerja dan anggaran
perusahaan yang merupakan penjabaran tahunan dari rencana
jangka panjang. (Pasal 22 (1) UU No.19 Tahun 2003)
e) Direksi wajib menyampaikan rancangan rencana kerja dan
anggaran perusahaan kepada RUPS untuk memperoleh
pengesahan. (Pasal 22 (2) UU No.19 Tahun 2003)
f) Dalam waktu 5 (lima) bulan setelah tahun buku Persero ditutup,
Direksi wajib menyampaikan laporan tahunan kepada RUPS untuk
memperoleh pengesahan. (Pasal 23 (1) UU No.19 Tahun 2003)
g) Laporan tahunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
ditandatangani oleh semua anggota Direksi dan Komisaris. (Pasal
23 (2) UU No.19 Tahun 2003)
h) Dalam hal ada anggota Direksi atau Komisaris tidak
menandatangani laporan tahunan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2), harus disebutkan alasannya secara tertulis. (Pasal 23 (3)
UU No.19 Tahun 2003)
i) Direksi wajib memelihara risalah rapat dan menyelenggarakan
pembukuan Persero. (Pasal 26 UU No.19 Tahun 2003)
3. Komisaris
 Kewajiban
1. Komisaris bertugas mengawasi Direksi dalam menjalankan
kepengurusan Persero serta memberikan nasihat kepada Direksi.
 PERUM
1. Menteri
 Kewenangan
a) Menteri memberikan persetujuan atas kebijakan pengembangan
usaha Perum yang diusulkan oleh Direksi.
b) Ketentuan mengenai tata cara pemindahtanganan, pembebanan
atas aktiva tetap Perum, serta penerimaan pinjaman jangka
menengah/panjang dan pemberian pinjaman dalam bentuk dan
cara apa pun, serta tidak menagih lagi dan menghapuskan dari
pembukuan piutang dan persediaan barang oleh Perum diatur
dengan Keputusan Menteri.
2. Direksi
 Kewajiban
a) Dalam melaksanakan tugasnya, Direksi wajib mencurahkan
tenaga, pikiran, dan perhatian secara penuh pada tugas,
kewajiban, dan pencapaian tujuan Perum.

b) Direksi wajib menyiapkan rancangan rencana jangka panjang
yang merupakan rencana strategis yang memuat sasaran dan
tujuan Perum yang hendak dicapai dalam jangka waktu 5 (lima)
tahun. (Pasal 49 (1) UU No.19 Tahun 2003)
c) Rancangan rencana jangka panjang yang telah ditandatangani
bersama dengan Dewan Pengawas disampaikan kepada Menteri
untuk mendapatkan pengesahan. (Pasal 49 (2) UU No.19 Tahun
2003)
d) Direksi wajib menyiapkan rancangan rencana kerja dan
anggaran perusahaan yang merupakan penjabaran tahunan dari
rencana jangka panjang. (Pasal 50 (1) UU No.19 Tahun 2003)
e) Direksi wajib menyampaikan rancangan rencana kerja dan
anggaran perusahaan kepada Menteri untuk memperoleh
pengesahan. (Pasal 50 (2) UU No.19 Tahun 2003)
f) Dalam waktu 5 (lima) bulan setelah tahun buku Perum ditutup,
Direksi wajib menyampaikan laporan tahunan kepada Menteri
untuk memperoleh pengesahan. (Pasal 51 (1) UU No.19 Tahun
2003)
g) Laporan tahunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
ditandatangani oleh semua anggota Direksi dan Dewan
Pengawas. (Pasal 51 (2) UU No.19 Tahun 2003)
h) Dalam hal ada anggota Direksi atau Dewan Pengawas tidak
menandatangani laporan tahunan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) harus disebutkan alasannya secara tertulis. (Pasal 51 (3)
UU No.19 Tahun 2003)
i) Direksi wajib memelihara risalah rapat dan menyelenggarakan
pembukuan Perum. (Pasal 54 UU No.19 Tahun 2003)
3. Dewan Pengawas
 Kewajiban
Dewan Pengawas bertugas mengawasi Direksi dalam
menjalankan kepengurusan Perum serta memberikan nasihat
kepada Direksi. (Pasal 60 UU No.19 Tahun 2003)
 Kewenangan
a. Dalam anggaran dasar dapat ditetapkan pemberian wewenang
kepada Dewan Pengawas untuk memberikan persetujuan
kepada Direksi dalam melakukan perbuatan hukum tertentu.
(Pasal 61 (1) UU No.19 Tahun 2003)
b. Berdasarkan anggaran dasar atau Keputusan Menteri, Dewan
Pengawas dapat melakukan tindakan pengurusan Perum dalam
keadaan tertentu untuk jangka waktu tertentu. (Pasal 61 (2)
UU No.19 Tahun 2003)
E. CIRI KHAS
1. Penguasaan badan usaha dimiliki oleh pemerintah.
2. Pengawasan dilakukan, baik secara hirarki maupun secara fungsional
dilakukan oleh pemerintah.

3. Kekuasaan penuh dalam menjalankan kegiatan usaha berada di tangan
pemerintah.
4. Pemerintah berwenang menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan
kegiatan usaha.
5. Semua risiko yang terjadi sepenuhnya merupakan tanggung jawab
pemerintah.
6. Untuk mengisi kas negara, karena merupakan salah satu sumber
penghasilan negara.
7. Melayani kepentingan umum atau pelayanan kepada masyarakat.
8. Merupakan lembaga ekonomi yang tidak mempunyai tujuan utama
mencari keuntungan, tetapi dibenarkan untuk memupuk keuntungan.
9. Merupakan salah satu stabilisator perekonomian negara.
10. Dapat meningkatkan produktivitas, efektivitas, dan efisiensi serta
terjaminnya prinsip-prinsip ekonomi.
11. Modal seluruhnya dimiliki oleh negara dari kekayaan negara yang
dipisahkan.
12. Peranan pemerintah sebagai pemegang saham. Bila sahamnya
dimiliki oleh masyarakat, besarnya tidak lebih dari 49%, sedangkan
minimal 51% sahamnya dimiliki oleh negara.
13. Pinjaman pemerintah dalam bentuk obligasi.
14. Modal juga diperoleh dari bantuan luar negeri.
15. Bila memperoleh keuntungan, maka dimanfaatkan untuk
kesejahteraan rakyat.
16. Pinjaman kepada bank atau lembaga keuangan bukan bank
F. CARA BERAKHIRNYA
a. Pembubaran BUMN ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. (Pasal 64
(1) UU No. 19 Tahun 2003)
b. Apabila tidak ditetapkan lain dalam Peraturan Pemerintah sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), sisa hasil likuidasi atau pembubaran BUMN
disetorkan langsung ke Kas Negara. (Pasal 64 (1) UU No. 19 Tahun
2003)
G. CONTOH KASUS
Percepat Penyelesaian Kasus Outsourcing di BUMN
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans) bakal
mempercepat penyelesaian kasus penggunaan tenaga alih daya atau
outsourcing di BUMN. Menteri Muhaimin Iskandar mengatakan
Kemenakertrans akan bekerjasama dengan Kementerian BUMN dan
Komisi IX DPR untuk menyelesaikan masalah-masalah yang muncul.
Salah satu langkah yang akan dilakukan Kemenakertrans adalah
memanggil kembali 13 direksi BUMN. Pemanggilan dilakukan tidak
sekaligus. Tetapi pada intinya pertemuan dengan direksi BUMN akan
digunakan untuk mencari akar masalah dan solusi pelaksanaan outsourcing
di BUMN. Agar solusi bisa lebih kaya, Muhaimin berjanji melibatkan
pekerja
dalam
pembahasan.

"Kami terus upayakan percepatan penyelesaian kasus-kasus outsourcing
yang terjadi di BUMN. Kami terus berkoordinasi dan bekerja sama dengan
Kementerian BUMN dan Komisi IX DPR RI untuk mengatasi
permasalahan outsourcing di BUMN ini," kata Muhaimin di depan
anggota Komisi IX DPR RI di Jakarta, Senin (03/2).
Muhaimin berjanji untuk berkomitmen menyelesaikan masalah
outsourcing di BUMN dan melaksanakan rekomendasi Panja Outsourcing.
"Kami lanjutkan pemanggilan, klarifikasi, dan pembuatan nota
pemeriksanaan terhadap kasus-kasus pelanggaran outsourcing yang terjadi
di perusahaan BUMN dan di lingkungan perusahaan swasta lainnya," kata
tuturnya.
Dari upaya yang telah dilakukan dalam menjalankan rekomendasi Panja
Outsourcing Muhaimin mengatakan sedikitnya ada tiga tahap penyelesaian
untuk 13 BUMN. Pertama, sebagian BUMN telah menyelesaikan
beberapa masalah outsourcing dengan baik. Kedua, manajemen BUMN
dan pekerja tidak menemukan titik temu penyelesaian sehingga masuk ke
ranah pengadilan hubungan industrial. Ketiga, sebagian BUMN masih
mencari solusi sebagai langkah terbaik menyelesaikan persoalan
outsourcing. "Langkah yang dilakukan dengan cara memanggil dan
melakukan klarifikasi untuk mencari solusi penyelesaian permasalahan
outsorcing,"
ujarnya.
Namun ia menegaskan tidak mudah menyelesaikan masalah, apalagi kalau
BUMN diminta mengangkat seluruh pekerja alih daya menjadi pekerja
tetap. “Perusahaan BUMN mengalami kesulitan mengangkat seluruh
pekerja oursourcing pekerja tetap sesuai rekomendasi Panja." paparnya.
Tak ketinggalan Muhaimin mengatakan pemerintah terus melakukan
pembinaan, sosialisasi, pendampingan kepada perusahaan outsourcing
yang ada di BUMN dan swasta. Langkah itu ditempuh agar perusahaan
outsourcing tidak melanggar aturan yang berlaku. Tapi ketika melakukan
pelanggaran sebagaimana diatur dalam Permenakertrans Outsourcing,
Muhaimin berjanji akan menindak tegas perusahaan outsourcing atau
pengerah
jasa
pekerja
(PPJP)
yang
bersangkutan.
Dari catatan Kemenakertrans, 13 BUMN yang tersangkut masalah
outsourcing yaitu PT Petrokimia Gresik, PT Kertas Leces, PT Telkom
Indonesia, PT PLN, PT Jamsostek, PT Pertamina, PT Garuda Indonesia
dan PT Bank Rakyat Indonesia. Serta PT Bank Negara Indonesia, PT
Askes, PT ASDP Ferry Indonesia, PT Krakatau Steel, dan PT Dirgantara
Indonesia.
Dalam kesimpulan rapat kerja yang ditandatangani Ketua Komisi IX DPR,
Ribka Tjiptaning, salah satunya mendesak Kemenakertrans menjalankan

rekomendasi Panja Outsourcing. Dengan mempercepat penyelesaian
kasus-kasus outsourcing di BUMN dan swasta. "Termasuk pembubaran
Perusahaan Pengerah Jasa Pekerja (PPJP) di BUMN dan swasta yang
melanggar
UU,"
tandas
Ribka.
Menanggapi persoalan itu Sekjen Organisasi Pekerja Seluruh Indonesia
(OPSI), Timboel Siregar, mengatakan masalah outsourcing di BUMN bisa
diselesaikan bila ada kemauan politik dari Menteri BUMN dan pimpinan
BUMN. Seharusnya DPR memberikan tekanan politik kepada Menteri
BUMN.
Ia menilai selama ini Kemenakertrans dinilai tidak dapat bertindak tegas
dalam pengawasan. Padahal, pengawas ketenagakerjaan punya peran besar
untuk menegakkan hukum ketenagakerjaan, termasuk jika terjadi
pelanggaran aturan outsourcing. "Faktanya pengawas ketenagakerjaan
tidak
bisa
menegakkan
hukum
secara
baik,"
urainya.
Timboel menyayangkan penyelesaian kasus outsourcing di BUMN yang
dilakukan Kemenakertrans sebagian besar berujung pada pemutusan
hubungan kerja (PHK). Mestinya, penyelesaian itu dilakukan dengan
mengangkat pekerja outsourcing menjadi pekerja tetap di BUMN. Hal itu
selaras dengan tuntutan pekerja outsourcing atas pelanggaran yang terjadi.
"Tuntutan pekerja outsourcing adalah menjadi pekerja BUMN bukan
mendapat pesangon," tegasnya.

BUMD (Badan Usaha Milik Daerah)
A. Pengertian
Perusahaan Daerah ialah semua perusahaan yang didirikan berdasarkan
Undang-Undang ini yang modalnya untuk seluruhnya atau untuk sebagian
merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan, kecuali jika ditentukan lain
dengan atau berdasarkan Undang-Undang
B. Dasar Hukum
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1962 Tentang
Perusahaan Daerah.
C. Organ
1. Direksi mewakili Perusahaan Daerah didalam dan diluar pengadilan.
(Pasal 14 UU No. 5 Tahun 1962)
2. Tata-tertib Rapat Pemegang Saham/saham prioritet dan rapat umum
pemegang saham (prioritet dan biasa) diatur dalam peraturan
pendirian Perusahaan Daerah. (Pasal 18 UU No. 5 Tahun 1962)
D. Hak,Kewajiban,Kewenangan Para Pihak
1. Direksi
 Hak Direksi : Direksi mewakili Perusahaan Daerah didalam dan
diluar pengadilan. (Pasal 15 ayat 1)
 Kewajiban Direksi : Direksi dapat menjerahkan kekuasaan
mewakili tersebut pada ajat (1) kepada seorang anggota Direksi
jang chusus ditundjuk untuk itu atau kepada seorang/beberapa
orang pengawas Perusahaan Daerah tersebut, baik sendiri maupun
bersama-sama, atau kepada orang/badan lain. (Pasal 15 ayat 2)
 Wewenang Direksi
a.
Ketentuan mengenai pembatasan kekuasaan Direksi diatur
dalam peraturan pendirian Perusahaan Daerah. (Pasal 16)
b. Direksi berada dibawah pengawasan Kepala Daerah/pemegang
saham/saham prioritet atau badan jang ditundjuknja. (Pasal 17)
2. Rapat Pemegang Saham
 Kewajiban RPS
a. Keputusan dalam rapat pemegang saham/saham prioritet dan rapat
umum pemegang saham (prioritet dan biasa) diambil dengan kata
mufakat. (Pasal 18 ayat 1)
b. Djika kata mufakat termaksud pada ajat (2) tidak tertjapai maka
pendapat-pendapat jang dikemukakan dalam musjawarah disampaikan
kepada Kepala Daerah dari Daerah jang mendirikan Perusahaan
Daerah. (Pasal 18 ayat 3)

c. Kepala Daerah termaksud pada ajat (3) mengambil keputusan dengan
memperhatikan pendapat-pendapat termaksud. (Pasal 18 ayat 4)
E. Ciri Khas
1. Pemerintah memegang hak atas segala kekayaan dan usaha.
2. Pemerintah berkedudukan sebagai pemegang saham dalam pemodalan
perusahaan.
3. Pemerintah memiliki wewenang dan kekuasaan dalam menetapkan
kebijakan perusahaan.
4. Pengawasan dilakukan alat pelengkap negara yang berwenang.
5. Melayani kepentingan umum, selain mencari keuntungan.
6. Sebagai stabillisator perekonomian dalam rangka menyejahterakan
rakyat.
7. Sebagai sumber pemasukan Negara.
8. Seluruh atau sebagian besar modalnya milik Negara.
9. Modalnya dapat berupa saham atau obligasi bagi perusahaan yang go
public.
10. Dapat menghimpun dana dari pihak lain, baik berupa bank maupun
nonbank.
11. Direksi bertanggung jawab penuh atas BUMN, dan mewakili BUMN
di pengadilan.
F. CARA BERAKHIRNYA
1. Pembubaran Perusahaan Daerah dan penunjukan likwidaturnya
ditetapkan dengan Peraturan Daerah dari Daerah yang mendirikan
Perusahaan Daerah dan yang berlaku setelah mendapat pengesahan
instansi atasan.
2. Semua kekayaan Perusahaan Daerah setelah diadakan likwidasi dibagi
menurut perimbangan nilai nominal saham-saham.
3. Pertanggungan-jawab likwidasi oleh likwidasi dilakukan kepada
Pemerintah Daerah yang mendirikan Perusahaan Daerah dan yang
memberikan pembebasan tanggung-jawab tentang pekerjaan yang
telah diselesaikannya.
4. Dalam hal likwidasi, Daerah termaksud pada ayat (1) bertanggungjawab atas kerugian yang diderita oleh pihak ketiga apabila kerugian
itu disebabkan oleh karena neraca dan perhitungan laba-rugi yang
telah disahkan tidak menggambarkan keadaan perusahaan yang
sebenarnya. (Pasal 29)
G. CONTOH KASUS
Kasus Suap Gas, KPK Dalami Peran BUMD Bangkalan
Jakarta, CNN Indonesia -- Komisi Pemberantasan Korupsi mengaku
tengah mendalami dugaan kontrak jual-beli gas fiktif yang melibatkan
perusahaan swasta dengan Badan Usaha Milik Daerah, dalam kasus suap
alokasi gas di Bangkalan, Madura, Jawa Timur. PD Sumber Daya, yang
digunakan Pemerintah Kabupaten Bangkalan untuk membeli gas, diduga
fiktif lantaran juntrungan suplai gas tak jelas mengalir ke mana.

"Itulah yang sedang kami dalami," kata Wakil Ketua KPK Zulkarnain, saat
memberikan keterangan di kantornya, Jakarta, Selasa (9/12).
Dia mengatakan, pendalaman penyidikan itu dilakukan agar dapat menyibak
anatomi kasus secara utuh. Nantinya, pemetaan kasus bisa dipilah berdasarkan
kapan, bagaimana, siapa, dan mengapa kasus itu berkembang. "5W-1H nya harus
jelas,"
ujar
Zul.
Sebelumnya, telah beredar kabar PT Media Karya Sentosa dari pihak swasta
melakukan kontrak jual beli gas fiktif dengan Pertamina Hulu Energi dan kontrak
palsu dengan PD Sumber Daya, dalam membangun jaringan pipa gas di
Bangkalan. Hal itu terkuak setelah KPK menangkap tangan bekas Bupati
Bangkalan Fuad Amin, dalam dugaan suap alokasi gas di daerah yang sempat
dipimpinnya.
Zul sendiri mengaku sudah lumrah mendapati adanya perusahaan bodong yang
dijadikan sebagai tameng jual-beli atau transaksi fiktif. Modus itu dilihat KPK
sebagai benteng usang untuk menyamarkan upaya tindak pidana korupsi.
"Dari perkara-perkara yang kami tangani, (modus) itu banyak terlhat. Dari kasus
hambalang, misalnya, kan banyak PT yang sebetulnya tidak berintegrits bagus,
sebagian
bahkan
akal-akalan,"
kata
Zul.
KPK sebelumnya telah menetapkan tiga tersangka dalam kasus dugaan suap
alokasi gas di Bangkalan. Mereka adalah Fuad sebagai pihak penerima, Direktur
PT Media Karya Sentosa Antonius Bambang Djatmiko selaku pihak pemberi dan
Rauf
sebagai
perantara
Fuad.
Wakil Ketua KPK, Bambang Widjojanto mengatakan Fuad diduga menerima
hadiah atau janji terkait jual beli gas alam untuk pembangkit listrik di Gresik dan
Gili
Timur
Bangkalan,
Madura,
Jawa
Timur.
"Diduga dilakukan secara bersama-sama oleh tersangka dengan inisal ADB,
sebagai pemberi, dan FAI sebagai penerima," ujar Bambang saat memberikan
keterangan
pers
di
kantornya,
Jakarta,
Selasa
(2/12)
lalu.
Atas tindakannya, Antonius disangka melanggar pasal 5 ayat 1 huruf a, serta pasal
5 ayat 1 huruf B serta pasal 13 jo pasal 55 ayat 1 KUHP. Sementara untuk Fuad
dan Raug dikenakan pasal 12 huruf a, pasal 12 huruf b, pasal 5 ayat 2 pasal 11
junto pasal 55 ayat 1 c1 KUHP.