Sumber dan sarana ilmu

Sumber & Sarana Ilmu
I. SUMBER ILMU PENGETAHUAN
Pada dasarnya terdapat dua cara yang pokok bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang
benar. Pertama adalah mendasarkan diri kepada rasio dan yang kedua mendasarkan diri kepada
pengalaman. Kaum rasionalis mengembangkan paham apa yang kita kenal dengan rasionalisme.
Sedangkan mereka yang mendasarkan diri kepada pengalaman mengembangkan paham yang disebut
dengan empirisme.
A. RASIONALISME
Kaum rasionalis mempergunakan metode deduktif dalam menyusun pengetahuannya. Premis yang
dipakai dalam penalarannya didapatkan dari ide yang menurut anggapannya jelas dan dapat terima. Ide
ini menurut mereka bukanlah ciptaan pikiran manusia. Prinsip itu sendiri sudah ada jauh sebelum ada
manusia berusaha memikirnya. Paham dikenal dengan nama idealisme. Fungsi pikiran manusia
hanyalah mengenali prinsip tersebut yang lalu menjadi pengetahuan. Prinsip itu sendiri sudah ada dan
bersifat apriori dan dapat diketahui oleh manusia lewat kemampuan berpikir rasionalnya.
Masalah utama yang timbul dari cara berpikir ini adalah mengenai kriteria untuk mengetahui akan
kebenaran dari suatu ide. Ide yang satu bagi si A mungkin bersifat jelas dan dapat dipercaya namun hal
itu belum tentu bagi si B. Mungkin saja bagi si B menyusun sistem pengetahuan si A karena si B
mempergunakan ide lain yang bagi si B merupakan prinsip yang jelas dan dapat dipercaya. Jadi
masalah utama yang dihadapi kaum rasionalis adalah evaluasi dari kebenaran premis-premis yang
dipakainya dalam penalaran deduktif. Dalam hal ini maka pemikiran rasional cenderung untuk bersifat
solipsistik dan subyektif.

B. EMPIRISME
Kaum empiris berpendapat bahwa pengetahuan manusia itu didapatkan lewat pengalaman yang
kongkret. Gejala-gejala alamiah menurut anggapan kaum empiris adalah bersifat kongkret dan dapat
dinyatakan lewat tanggapan pancaindera manusia.
Masalah utama yang timbul dalam penyusunan pengetahuan secara empiris ini ialah bahwa
pengetahuan yang dikumpulkan itu cenderung untuk menjadi suatu kumpulan fakta-fakta. Kumpulan
fakta tersebut belum tentu bersifat konsisten dan mungkin saja terdapat hal-hal yang bersifat
kondradiktif.
Di samping rasionalisme dan empirisme masih terdapat cara untuk mendapatkan pengetahuan yang
lain. Yang penting untuk kita ketahui adalah intuisi dan wahyu. Sampai sejauh ini, pengetahuan yang
didapat secara rasional maupun secara empiris, kedua-duanya merupakan induk produk dari sebuah
rangkaian penalaran.
C. INTUISI
Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran tertentu. Seseorang
yang sedang terpusat pemikirannya pada suatu masalah tiba-tiba saja menemukan jawaban atas
pemasalahan tersebut. Tanpa melalui proses berpikir yang berliku-liku tiba-tiba saja dia sudah sampai
di situ. Jawaban atas pemasalahan yang sedang dipikirkannya muncul di benaknya bagaikan kebenaran
yang membukakan pintu. Atau bisa juga, intuisi ini bekerja dalam keadaan yang tidak sepenuhnya
sadar, artinya jawaban atas suatu permasalahan ditemukan tidak pada waktu orang tersebut secara sadar
atau menggelutnya. Suatu masalah yang sedang kita pikirkan, yang kemudian kita tunda karena

menemui jalan buntu, tiba-tiba saja muncul di benak kita yang lengkap dengan jawabannya. Kita
merasa yakin bahwa memang itulah jawaban yang kita cari namun kita tidak bisa menjelaskan
bagaimana caranya kita sampai ke sana.
Intuisi ini bersifat personal dan tidak bisa diramalkan. Sebagai dasar untuk menyusun pengetahuan

secara teratur maka intuisi ini tidak bisa diandalkan. Pengetahuan intuitif dapat dipergunakan sebagai
hipotesis bagi analisis selanjutnya dalam menentukan benar tidaknya pernyataan yang
dikemukakannya. Kegiatan intuitif dan analitik bisa bekerja saling membantu dalam menemukan
kebenaran.
D. WAHYU
Wahyu merupakan pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada manusia. Pengetahuan ini
disalurkan lewat nabi-nabi yang diutusnya sepanjang zaman. Agama merupakan pengetahuan bukan
saja mengenai kehidupan sekarang yang terjangkau pengalaman, namun juga mencakup masalahmasalah yang bersifat transedental seperti latar belakang penciptaan manusia dan hari kemudian di
akhirat nanti. Pengetahuan ini didasarkan kepada kepercayaan akan hal-hal yang ghaib (supernatural).
Kepercayaan kepada tuhan yang merupakan sumber pengetahuan kepercayaan kepada nabi sebagai
perantara dan kepercayaan terhadap wahyu sebagai cara penyampaian, merupakan dasar dari
penyusunan pengetahuan ini. Kepercayaan merupakan titik tolak dalam agama. Suatu pernyataan harus
dipercaya dulu untuk dapat diterima: pernyataan ini bisa saja selanjutnya dikaji dengan metode lain.
Secara rasional bisa dikaji umpamanya apakah pernyataan-pernyataan yang terkandung di dalamnya
bersifat konsisten atau tidak. Di pihak lain, secara empiris bisa dikumpulkan fakta-fakta yang

mendukung pernyataan tersebut atau tidak.
Singkatnya agama dimulai dengan rasa percaya dan lewat pengkajian selanjutnya kepercayaan itu bisa
meningkat atau menurun. Pengetahuan lain, seperti ilmu umpamanya, dan setelah melalui proses
pengkajian ilmiah, kita bisa diyakinkan atau tetap pada pendirian semula.
II. SARANA ILMIAH
A. BAHASA
Bahasa mempunyai pengaruh-pengaruh yang luar biasa dan termasuk yang membedakan manusia dari
ciptaan lainnya. Hal ini senada dengan apa yang diutarakan oleh Ernest Cassirer, sebagaimana yang
dikutip oleh Jujun, bahwa keunikan manusia bukanlah terletak pada kemampuan berpikirnya melainkan
terletak pada kemampuannya berbahasa. Oleh karena itu, Ernest menyebut manusia sebagai Animal
Symbolicum, yaitu makhluk yang mempergunakan simbol. Dengan kemampuan kebahasaan akan
terbantang luas cakrawala berpikir seseorang dan tiada batas dunia baginya.
Bloch dan Trager mengatakan bahwa bahasa adalah suatu sistem simbol-simbol bunyi yang arbitrer
yang dipergunakan oleh suatu kelompok sosial sebagai alat untuk berkomunikasi. Pernyataan ini
memerlukan sedikit penjelasan agar tidak terjadi salah paham. Oleh karena itu, perlu diteliti setiap
unsur yang terdapat di dalamnya:
a) Simbol-simbol
Simbol-simbol berarti sesuatu yang menyatakan sesuatu yang lain. Hubungan antara simbol dan
“sesuatu” yang dilambangkannya itu tidak merupakan sesuatu yang terjadi dengan sendirinya atau
sesuatu yang bersifat alamiah, seperti yang terdapat antara awan hitam dan turunnya hujan, ataupun

antara tingginya panas badan dan kemungkinan terjadinya infeksi.
b) Simbol-simbol Vokal
Simbol-simbol yang membangun ujaran manusia adalah simbol-simbol vokal, yaitu bunyi-bunyi yang
urutan-urutan bunyinya dihasilkan dari kerjasama berbagai organ atau alat tubuh dengan sistem
pernapasan. Untuk memenuhi maksudnya, bunyi-bunyi tersebut haruslah didengar oleh orang lain dan
harus diartikulasikan sedemikian rupa untuk memudahkan si pendengar untuk merasakannya secara
jelas dan berbeda dari yang lainnya.
Dengan kata lain, tidak semua bunyi yang dihasilkan oleh organ-organ vokal manusia merupakan
simbol-simbol bahasa, contohnya: bersin, batuk, dengkur dan lain-lain. Hanya apabila bunyi tersebut
mempunyai makna konvensional tertentu dalam suatu kelompok sosial tertentu -misalnya apabila

batuk-batuk kucing diartikan lambang dari rasa hormat atau keadaan memalukan- barulah diterima
sebagai sejenis status tambahan dalam bahasa masyarakat tersebut.
c) Simbol-simbol Vokal Arbitrer
Istilah arbitrer di sini bermakna “mana suka” dan tidak perlu ada hubungan yang valid secara filosofis
antara ucapan lisan dan arti yang dikandungnya. Hal ini akan lebih jelas bagi orang yang mengetahui
lebih dari satu bahasa. Misalnya, untuk menyatakan binatang yang disebut Equus Caballus, orang
Inggris menyebutnya horse, orang Perancis cheval, orang Indonesia kuda dan orang Arab hishan.
Semua kata ini sama tempatnya, sama arbitrernya.
d) Yang dipergunakan oleh suatu kelompok sosial sebagai alat untuk berkomunikasi.

Bagian ini menyatakan hubungan antara bahasa dan masyarakat.Fungsi bahas memang sangat penting
dalam dunia manusia. Dengan bahasa para anggota masyarakat dapat mengadakan interaksi sosial.
1. Fungsi Bahasa
Para pakar telah berselisih pandapat dalam hal fungsi bahasa. Aliran filsafat bahasa dan psikolinguistik
melihat fungsi bahasa sebagai sarana untuk menyampaikan pikiran, perasaan dan emosi, sedangkan
aliran sosiolinguistik berpendapat bahwa fungsi bahasa adalah sarana perubahan masyarakat.
Menurut Halliday sebagaimana yang dikutip oleh Thaimah bahwa fungsi bahasa adalah sebagai
berikut:
1- Fungsi Instrumental: Penggunaan bahasa untuk mencapai suatu hal yang bersifat materi seperti
makan, minum dan sebagainya.
2- Fungsi Regulatoris: Penggunaan bahasa untuk memerintah dan perbaikan tingkah laku.
3- Fungsi Interaksional: Penggunaan bahasa untuk saling mencurahkan perasaan pemikiran antara
seseorang dan orang lain.
4- Fungsi Personal: Seseorang menggunakan bahasa untuk mencurahkan perasaan dan pikiran.
5- Fungsi Heuristik: Penggunaan bahasa untuk mencapai mengungkap tabir fenomena dan keinginan
untuk mempelajarinya.
6- Fungsi Imajinatif: Penggunaan bahasa untuk mengungkapkan imajinasi seseorang dan gambarangambaran discovery seseorang dan tidak sesuai dengan realita (dunia nyata).
7- Fungsi Represemtasional: Penggunaan bahsa untuk mengambarkan pemikiran dan wawasan serta
menyampaikan pada orang lain.
2. Bahasa sebagai Sarana Berpikir Ilmiah

Bahasa y ilmiah merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran
tersebut kepada orang lain, baik pikiran yang berlandaskan logika induktif maupun deduktif.
Menggunakan bahasa yang baik dalam berpikir belum tentu mendapatkan kesimpulan yang benar
apalagi dengan bahasa yang tidak baik dan benar. Premis yang salah akan menghasilkan kesimpulan
yang salah juga. Semua itu tidak terlepas dari fungsi bahasa itu sendiri sebagai sarana berpikir.
B. MATEMATIKA
Dalam abad ke 20 ini, seluruh kehidupan manusia sudah mempergunakan matematika, baik matematika
ini sangat sederhana hanya untuk menghitung satu, dua, tiga maupun yang sampai sangat rumit,
misalnya perhitungan antariksa.
Demikian pula ilmu-ilmu pengetahuan, semuanya sudah mempergunakan matematika, baik matematika
sebagai pengembangan aljabar maupun statistik. Philosophy modern juga tidak akan tepat bila
pengetahuan tentang matematika tidak mencukupi. Banyak sekali ilmu-ilmu sosial sudah
mempergunakan matematika sebagai sosiometri, psychometri, econometri dan seterusnya. Hampir
dapat dikatakan bahwa fungsi matematika sama luasnya dengan fungsi bahasa yang berhubungan
dengan pengetahuan dan ilmu pengetahuan.
Matematika mempunyai peranan penting dalam berpikir deduktif, sedangkan statistika mempunyai

peran dalam berpikir induktif.
1. Matematika sebagai Bahasa
Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari serangkaian pernyataan yang

ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat “artifisial” yang baru mempunyai arti
setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa itu maka matematika hanya merupakan kumpulan
rumus-rumus yang mati.
Bahasa verbal mempunyai beberapa kekurangan. Untuk mengatasi masalah yang terdapat pada bahasa
verbal, kita berpaling kepada matematika. Dalam hal ini kita katakan bahwa matematika adalah bahasa
yang berusaha menghilangkan sifat majemuk dan emosional dari bahasa verbal.
2. Matematika sebagai Sarana Berpikir Deduktif
Matematika merupakan ilmu deduktif. Nama ilmu deduktif diperoleh karena penyelesaian masalah
yang dihadapi tidak didasari atas pengalaman malainkan didasarkan atas deduksi (penjabaran).
Dewasa ini pendirian yang banyak dianut orang bahwa deduksi ialah penalaran yang sesuai dengan
hukum-hukum serta aturan-aturan logika formal. Dalam hal ini orang menganggap tidaklah mungkin
titik tolak yang benar menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang tidak benar.
3. Matematika untuk Ilmu Alam
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan alam, matematika memberikan kontribusi yang cukup besar.
Kontribusi matematika dalam perkembangan ilmu alam, lebih ditandai dengan penggunaan lambanglambang bilangan untuk perhitungan dan pengukuran, di samping hal lain seperti bahasa, metode dan
lainnya.
C. STATISTIK
1. Pengertian Statistik
Pada mualanya, kata statistik diartikan sebagai keterangan-keterangan yang dibutuhkan oleh negara dan
berguna bagi negara. Secara etimologi, kata “statistik” berasal dari kata status (bahasa Latin) yang

mempunyai persamaan arti dengan kata state (bahasa Inggris) yang dalam bahasa Indonesia
ditarjemahkan dengan negara.
2. Hubungan Antara Sarana Ilmiah Bahasa, Logika, Matematika dan Statiska
Sebagaimana yang telah dibahas sebelumnya, agar dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan
baik, diperlukan sarana yang berupa bahasa, logika, matematika dan statistika. Bahasa merupakan alat
komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah di mana bahasa merupakan alat
berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain.
Bahasa merupakan sarana komunikasi, maka segala sesuatu yang berkaitan dengan komunikasi tidak
terlepas dari bahasa, seperti berpikir sistematis dalam menggapai ilmu dan pengetahuan. Dengan kata
lain, tanpa mempunyai kemampuan berbahasa, maka seseorang tidak dapat melakukan kegiatan ilmiah
secara sistematis dan teratur.
3. Statistika dan Cara Berpikir Induktif
Logika deduktif berpaling kepada matematika sebagai saran penalaran penarikan kesimpulan,
sedangkan logika induktif berpaling kepada statistika. Statistika merupakan pengetahuan untuk
melakukan penarikan kesimpulan induktif secara lebih seksama.
Dalam penalaran induktif meskipun premis-premisnya adalah benar dan prosedur penarikan
kesimpulannya adalah sah, maka kesimpulan itu belum tentu benar. Tapi kesimpulan itu mempunyai
peluang untuk benar. Statistika mampu memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari

kesimpulan yang ditarik tersebut. Yakni semakin besar contoh (sampel) yang diambil, maka makin

tinggi pula tingkat ketelitian kesimpulan tersebut.
4. Peranan Statistika dalam Tahap-tahap Metode Keilmuan
Statistika bukan merupakan sekumpulan pengetahuan mengenai objek tertentu melainkan sekumpulan
metode dalam memperoleh pengetahuan. Langkah-langkah yang lazim dipergunakan dalam kegiatan
keilmuan dapat dirinci sebagai berikut:
a) Observasi
b) Hipotesis
c) Ramalan
d) Pengujian kebenaran
D. LOGIKA
Logika adalah sarana untuk berpikir sistematis, valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Karena itu
berpikir logis adalah berpikir sesuai dengan aturan-aturan berpikir, seperti setengah tidak boleh lebih
dari satu. Memang sebagai pelengkapan ontologisme, pikiran kita dapat bekerja secara spontan, alami
dan dapat menyelesaikan fungsinya dengan baik, lebih-lebih dalam hal yang biasa, sederhana dan jelas.
1. Aturan Cara Berpikir yang Benar:
a) Mencintai kebenaran.
b) Ketahuilah (dengan sadar) apa yang anda sedang kerjakan.
c) Ketahuilah (dengan sadar) apa yang anda sedang katakan.
d) Buatlah distingsi (pembedaan) dan pembagian (klasifikasi) yang semestinya.
e) Cintailah definisi yang tepat.

f) Ketahuilah (dengan sadar) mengapa anda menyipulkan begini atau begitu.
g) Hindarilah kesalahan-kesalahan dengan segala usaha dan tenaga, serta sangguplah mengenali jenis,
macam, dan nama kesalahan, demikian juga mengenali sebab-sebab kesalahan pemikiran (penalaran).
2. Klasifikasi
Sebuah konsep klasifikasi, seperti “panas” atau “dingin”, hanyalah menempatkan objek tertentu dalam
sebuah kelas. Jauh sebelum ilmu mengembangkan konsep temperatur, yang dapat diukur, waktu itu kita
sudah dapat mengatakan, “Objek ini lebih panas dibandingkan dengan objek itu”.
3. Aturan Definisi
Definisi secara etimologi adalah suatu usaha untuk memberi batasan terhadap sesuatu yang
dikehendaki seseorang untuk memindahkannya kepada orang lain. Dengan kata lain menjelaskan
materi yang memungkinkan cendekiawan untuk membahas tenteng hakikatnya.
Definisi yang baik adalah jami’ wa mani’ (menyeluruh dan membatasi) hal ini sejalan dengan kata
definisi itu sendiri, yaitu definite (membatasi). Contohnya: manusia adalah binatang yang berakal.
Binatang adalah genus sedangkan berakal adalah differensia, pembeda utama manusia dengan
makhluk-makhluk yang lain. Jadi, definisi yang valid dalam logika perlu batasan yang jelas antara
objek-objek yang didefinisikan.
Ini resume dari buku. Utk bagian I, Sumber Ilmu Pengetahuan, bersumber dari buku "Filsafat Ilmu
Sebuah Pengantar Populer" karangan Jujun S. Suriasumantri dan bagian II, Sarana Ilmiah, dari buku
"Filsafat Ilmu" karangan Dr. Amsal Bakhtiar, MA. Alhamdulillah, semoga bermanfaat.


Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24