FUNGSI KOGNITIF PASIEN STROKE ISKEMIK DENGAN MENGGUNAKAN MINI MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE) DI POLI SARAF RSUD DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MOJOKERTO

FUNGSI KOGNITIF PASIEN STROKE ISKEMIK DENGAN MENGGUNAKAN MINI

  

RSUD DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO

MOJOKERTO

RAYYIS ABDULLAH

  NIM. 1212020021

  

Subject:

Stroke iskemik, fungsi kognitif.

Description

  Stroke Iskemik merupakan komplikasi dari penyakit vascular yang ditandai dengan gejala penurunan tekanan darah yang mendadak, takikardia, pucat dan pernapasan yang tidak teratur. Stroke ini terjadi pada seseorang yang belum pernah terkena stroke sebelumnya. TIA yang pernah terjadi bukan merupakan stroke pertama, karena berlangsung kurang dari 24 jam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran fungsi kognitif pasien stroke iskemik dengan menggunakan Mini Mental

  State Examination di RSU DR Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto.

  Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengan jumlah sampel 11 pasien yang dipilih menggunakan metode non probability sampling dengan tehnik consecutive sampling. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 06 Juni 2015. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pemberian kuesioner.

  Dari hasil tabulasi didapatkan dari 11 responden sebagian besar sejumlah 7 responden (64%) tidak mengalami gangguan fungsi kognitif dan sebagian kecil sejumlah 1 responden (9%) mengalami gangguan kognitif sedang dan hampir setengahnya 3 responden (36%) mengalami gangguan kognitif berat.

  Gangguan fungi kognitif merupakan gangguan fungsi luhur otak berupa gangguan orientasi, perhatian, konsentrasi, daya ingat dan Bahasa serta fungsi intelektual yang diperlihatkan dengan adanya gangguan dalam berhitung, bahasa, daya ingatsemantik (kata-kata) dan pemecahan masalah.

  Simpulan dalam penelitian sebagian besar pasien stroke tidak mengalami gangguan fungsi kognitif, meskipun demikian pasien stroke diharapkan melakukan pemeriksaan rutin kepada dokter spesialis saraf setiap bulan.

  ABSTRACT Ischemic stroke is a complication of vascular disease characterized by

symptoms of sudden drop in blood pressure, tachycardia, pale and irregular breathing.

This type of stroke occurs in someone who was never had a stroke before. TIA has ever

happened is not the first stroke, because it lasts less than 24 hours. This study aims to

describe the cognitive function of patients with ischemic stroke by using the Mini

Mental State Examination at RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokero

  This is a descriptive research design with a sample of 11 respondent who were

selected by using non probability sampling method with consecutive sampling

technique. This research was conducted from 6 June 2015. Data collection was done by

giving questionnaire.

  Tabulation of the result obtained from 11 respondents most of whom, 7

respondents (64%) didn’t experience impaired cognitive function and a small amount

one respondent (9%), had moderate impaired cognitive function and nearly half of three

respondents (36%) had severe impaired cognitive function.

  Impaired cognitive function is a disoreder of brain’s important function such as

disorders of orientation, attention, concentration, memory and language and

intellectual functioning shown by the disruption in math, language, semantic memory

(words) and problem solving.

  The conclusions In the study most stroke patients do not experience impaired

cognitive function, nevertheless stroke patients are exected to conduct routine check to

neurologist every month.

  Keywords : Ischemic Stroke, Cognitive Function Contributor : 1. Dwiharini P, S. Kep. Ns., M.Kep 2. Umul Fatkhiyah, S.Kep. Ns. Date : Type Material : Laporan Pendahuluan Edentifier : - Right : Open Document Summary : LATAR BELAKANG

  Proses kognitif atau proses mental luhur adalah proses berfikir bersama-sama dengan mekanisme persepsi, belajar dan mengingat memberikan informasi untuk membuat keputusan, membentuk fungsi psikologis dan secara kolektif (Nugroho, 2004). Penurunan atau gangguan kognitif merupakan efek yang biasa terjadi pada stroke. Penurunan kognitif berkaitan erat dengan penurunan penampilan aktivitas hidup daripada defisit motorik (Aminah et al., 2008). Gangguan fungsi kognitif atau fungsi luhur yang terjadi berupa gangguan orientasi, perhatian, konsentrasi, daya ingat dan bahasa serta fungsi intelektual (Setyopranoto et al., 2000). Dilaporkan terdapat perbedaan bermakna terjadinya gangguan fungsi kognitif antara stroke hemoragik dan iskemik dengan lokasi hemisfer kiri. Di mana stroke iskemik lebih banyak menimbulkan gangguan fungsi kognitif daripada stroke hemoragik dengan lesi hemisfer kiri (Nugroho, 2004).

  Di Amerika Serikat pada tahun 2002 stroke menjadi penyebab kematian ketiga terbanyak yaitu sekitar 162.672 orang. Jumlah tersebut setara dengan 1 di antara 15 kematian di Amerika Serikat. Mengacu pada laporan American Heart Assocation, sekitar 700.000 orang di Amerika Serikat terserang stroke setiap tahunnya. Dari jumlah ini, 500.000 di antaranya menderita serangan stroke yang berulang. Saat ini ada 4 juta orang di Amerika Serikat yang hidup dalam keterbatasan fisik akibat stroke, dan 15- 30% di antaranya menderita cacat menetap (Centers for Disease Control and

  

Prevention , 2009 dalam suryantika 2012). Pada penderita stroke diperkirakan sekitar

  50- 75 % mengalami gangguan kognitif 3 bulan pasca stroke berkisar antara 23,5-61 % (Firmansyah, 2007). Di Indonesia, 8 dari 1000 orang terkena stroke. Stroke merupakan penyebab utama kematian pada semua umur, dengan proporsi 15,4%. Setiap 7 orang yang meninggal di Indonesia, 1 diantaranya karena stroke (Depkes, 2013).

  Menurut WHO (2011), Indonesia telah menempati peringkat ke-97 dunia untuk jumlah penderita stroke terbanyak dengan jumlah angka kematian mencapai 138.268 orang atau 9,70% dari total kematian yang terjadi pada tahun 2011. Menurut data tahun 1990-an, diperkirakan ada 500.000 orang penderita stroke di Indonesia, sekitar 125.000 di antaranya meninggal atau cacat seumur hidup. Tetapi jumlah sebenarnya sulit diketahui karena banyak yang tidak dibawa ke dokter karena ketiadaan biaya atau jarak rumah sakit yang jauh dari tempat tinggal. Kasus stroke di Indonesia menunjukkan kecenderungan terus meningkat dari tahun ke tahun. Setelah tahun 2000 kasus stroke yang terdeteksi terus melonjak. Pada tahun 2004, beberapa penelitian di sejumlah rumah sakit menemukan pasien rawat inap yang disebabkan stroke berjumlah 23.636 orang. Sedangkan yang rawat jalan atau yang tidak dibawa ke rumah sakit tidak diketahui jumlahnya (Kompas, 2008 dalam suryantika 2012).

  Stroke menyebabkan gangguan neurologis berdasar berat ringannya gangguan pembuluh darah. Pada stroke iskemik, gejala utama yang timbul adalah defisit neurologis mendadak, didahului gejala prodromal, terjadi waktu istirahat atau bangun pagi dan kesadaran biasanya tak menurun. Lokasi infark yang terjadi menentukan gejala klinis defisit neurologis (Mansjoer, 2000). Kerusakan sel-sel otak pasca stroke menyebabkan kecacatan fungsi kognitif, sensorik, maupun motorik sehingga menghambat kemampuan fungsional mulai dari aktivitas bergerak, mengurus diri, kegiatan sehari-hari, berkomunikasi dengan orang sekitar secara normal (Harsono, 2008). Prognosis penderita stroke dapat pulih komplit atau menimbulkan cacat motorik, sensorik maupun fungsi luhur antara lain berupa gangguan fungsi kognitif yang dapat berlanjut menjadi demensia (Setyopranoto, 2000).

  Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah disabilitas akibat gangguan kognitif dan perilaku adalah dengan program stimulasi atau rehabilitasi kognitif. Stimulasi atau rehabilitasi kognitif adalah suatu rangkaian proses terapi, latihan atau kegiatan saat seorang pasien yang terganggu secara kognitif akibat cedera otak, dalam hal ini adalah stroke. Hal itu dapat dilakukan atas kerjasama keluarga dengan tenaga kesehatan profesional untuk meringankan gangguan kognitif yang dialami serta meningkatkan kemampuan hidup sehari-hari (Kemenkes, 2010 dalam Suryantika, 2012).

  Berdasarkan uraian tersebut penulis ingin meneliti bagaimana fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan menggunakan Mini Mental State Examination (MMSE) di Poli Saraf RSUD Dr. Wahidin Sudirohusodo Mojokerto.

METODOLOGI PENELITIAN

  Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian

deskriptif , Variabel dalam penelitian ini adalah fungsi kognitif pasien stroke iskemik.

Dalam penelitian ini yang digunakan adalah subjek penelitian, yang menjadi subjek penelitian adalah sebagian pasien stroke yang datang kontrol di Poli Saraf RSUD Dr. Wahidin Sudiro husodo Mojokerto

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

  Hasil penelitian yang dilaksanakan di Poli Saraf RSUD Dr. Wahidin Sudiro husodo mojokerto menunjukkan bahwa sebagian besar pasien stroke iskemik tidak mengalami gangguan fungsi konitit yaitu sebanyak 7 responden (64%) dan hampir setengah responden mengalami gangguan fungsi kogntif berat yaitu sebanyak 3 responden (36%)

  Fungsi kognitif dimaksudkan untuk menunjukkan kemampuan seseorang dalam belajar, menerima, dan mengelola informasi dari lingkungan sekitarnya. Kerusakan otak merupakan faktor yang mempengaruhi fungsi kognitif, sehingga memunculkan manifestasi gangguan fungsi kognitif. Kerusakan hemisfer kiri dan kanan memberikan wujud gejala yang berbeda karena telah terjadi proses lateralisasi dari fungsi-fungsi tertentu ke salah satu hemisfer (dominasi serebral). Kerusakan hemisfer kiri akan menimbulkan gangguan kemampuan berbahasa, membaca, menulis, menghitung, memori verbal dan gerakan motorik terampil. Kerusakan hemisfer kanan akan menimbulkan gangguan fungsi visuospasial (persepsi), visuomotor, pengabaian (neglect), memori visual, dan koordinasi motorik (Harsono, 2007). Gangguan fungsi kognitif merupakan gangguan fungsi luhur otak berupa gangguan orientasi, perhatian, konsentrasi, daya ingat dan bahasa serta fungsi intelektual yang diperlihatkan dengan adanya gangguan dalam berhitung, bahasa, daya ingat semantik (kata-kata) dan pemecahan masalah. Stroke meningkatkan risiko untuk mengalami penurunan fungsi kognitif sebanyak 3 kali (Ratnasari, 2010).

  Pada penelitian ini ditemukan sebagian kecil pasien dengan gangguan kognitif berat. Berdasarkan medical corporation center, penyakit serebrovaskuler seperti stroke merupakan penyebab kedua terjadinya gangguan fungsi kognitif. Penyakit serebrovaskular adalah penyakit yang menyebabkan pembuluh darah yang menyuplai darah ke otak mengalami kematian / kerusakan sehingga terjadi defisit fungsi otak, salah satunya fungsi kognitif. Gangguan kognitif bisa terjadi kurang dari 10 ml bila itu mengenai hipothalamus, thalamus, batang otak atau hipokampus. Jenis yang paling umum dari gangguan kognitif yang timbul dari stroke adalah gangguan perhatian, bahasa, masalah memori, persepsi, pembuatan keputusan, disfungsi eksekutif sehingga mempengaruhi kemampuan untuk menganalisis, menafsirkan, merencanakan, mengatur dan melaksanakan informasi yang kompleks.

  Berdasarkan hasil tabulasi parameter orientasi didapatkan bahwa hampir setengahnya responden mengalami gangguan fungsi kognitif orientasi yaitu sebanyak 3 pasien (27,2%). Orientasi merupakan kemampuan untuk mengaitkan keadaan sekitar dengan pengalaman lampau. Orientasi terhadap waktu dan tempat dapat dianggap sebagai ukuran memori jangka pendek, yaitu kemampuan pasien memantau perubahan sekitar yang kontinue. Bila orientasi pasien terganggu, hal ini dapat merupakan pentunjuk bahwa memori jangka pendeknya mungkin terganggu (Suryantika, 2013). Pada parameter orientasi didapatkan hampir setengah responden memiliki gangguan fungsi kognitif orientasi. Hal ini dibuktikan bahwa hampir setengah responden tidak mampu mengingat tempat, waktu dan orang di sekitarnya.

  Pada parameter registrasi didapatkan bahwa seluruhnya responden tidak mengalami gangguan fungsi kognitif registrasi yaitu sebanyak 11 responden (100%). Registrasi menggunakan perhatian untuk menduplikasi informasi, dan bagian dari kemampuan mengingat dengan mengulang kembali apa yang telah disebutkan (Suryantika, 2013). Dalam penelitian ini ditunjukkan bahwa seluruhnya responden masih mampu mengingat memorinya kembali. Hal ini dibuktikan bahwa seluruhnya responden mampu menirukan dan menyebut kembali kata “lemari”, “meja”, “kursi” secara jelas, berurutan dan lambat selama 5 detik pada setiap yang disebutkan oleh peneliti

  Berdasarkan hasil tabulasi parameter atensi didapatkan bahwa hampir setengahnya repsonden mengalami gangguan fungsi kognitif atensi yaitu sebanyak 5 pasien (45,4%). Atensi merupakan kemampuan untuk memfokuskan (memusatkan) perhatian pada masalah yang dihadapi. Konsentrasi merupakan hal yang penting dalam belajar. Hal ini memberikan kemampuan untuk memproses hal penting yang dipilih dan mengabaikan yang lainnya. Visuospasial merupakan fungsi kognitif yang kompleks mengenai kemampuan tata ruang, termasuk menggambar 2 maupun 3 dimensi. Pada gangguan visuospasial penderita mudah tersesat dilingkungannya (Suryantika, 2013). Pada parameter atensi didapatkan bahwa hampir setengah responden mengalami gangguan fungsi kognitif atensi. Hal ini dibuktikan dari hasil kuesioner bahwa responden tidak mampu menghitung angka dari 100 dan hitung mundur di kurangi 15 selama 5 kali.

  Pada parameter gangguan memori didapatkan bahwa seluruhnya responden tidak mengalami gangguan fungsi kognitif pada memori pasien stroke yaitu sebanyak 11 responden (100%). Memori menghubungkan masa lalu dengan masa kini. Memori membuat kita mampu menginterpretasi dan bereaksi terhadap persepsi yang baru dengan mengacu kepada pengalaman lampau. Evaluasi yang akurat dan tepat dari fungsi memori merupakan salah satu bidang yang paling penting dalam evaluasi fungsi kognitif. Mereka mungkin lupa tanggal, lupa rincian pekerjaan atau gagal mengingat janji di luar kegiatan rutin (Suryantika, 2013). Masalah memori tidak jarang terjadi pada stroke. Pasien terkadang mengalami kesulitan untuk belajar dan mengingat informasi yang baru ataupun mengambil memori jangka panjangnya. Masalah memori jangka pendek biasanya terjadi apabila terjadi gangguan di otak kiri sedangkan bila terjadi gangguan di otak kanan akan menyebabkan masalah memori lainnya

  Berdasarkan hasil tabulasi parameter gangguan bahasa didapatkan bahwa hampir setengahnya responden tidak mengalami gangguan fungsi kognitif bahasa yaitu sebanyak 4 pasien (36,3%). Bahasa merupakan fungsi kognitif dasar bagi komunikasi pada manusia. Bila terdapat gangguan pada bahasa, penilaian faktor kognitif yang lain agak sulit untuk diperiksa. Kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa merupakan hal yang sangat penting. Bila terdapat gangguan, hal ini akan mengakibatkan hambatan yang berarti bagi seseorang (Suryantika, 2013). Setelah kejadian stroke, salah satu masalah yang paling umum adalah kesulitan berkomunikasi. Kesulitan komunikasi ini disebut afasia. Afasia adalah hilangnya sebagian atau total kemampuan untuk berbicara, memahami apa yang orang katakan, membaca atau menulis. Hal ini mungkin dapat mempengaruhi hanya satu aspek bahasa.

  Stroke meningkatkan risiko untuk mengalami penurunan fungsi kognitif sebanyak 3 kali. Sebuah persoalan yang muncul pasti ada yang melatar belakanginya sehingga permasalahan itu timbul demikian juga gangguan fungsi kognitif yang dialami oleh pasien stroke iskemik, ada penyebab yang melatar belakangi terjadinya gangguan fungsi kognitif disebabkan oleh stroke iskemik, hal tersebut juga dapat dipengaruhi oleh usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan status perkawinan.

  Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan bahwa sebagian besar pasien stroke iskemik berusia 55-69 tahun yaitu sebanyak 7 responden (64%) dan berdasarkan hasil tabulasi silang didapatkan bahwa sebagian besar pasien stroke berusia 55-69 tahun tidak mengalami gangguan fungsi kognitif yaitu sebanyak 7 responden (64%). Usia lanjut merupakan salah satu faktor risiko utama akan timbulnya berbagai penyakit yang berhubungan denggan proses penuaan. Sebagai contoh adalah demensia merupakan penyakit yang sering ditemukan pada usia lanjut. Pada awal penyakit demensia dapat ditemukan gejala mudah lupa yang menyebabkan penderita tidak mampu menyebut kata yang benar, berlanjut dengan kesulitan mengenal benda dan akhirnya tidak mampu menggunakan barang-barang sekalipun yang termudah.

  Faktor lain yang mempengaruhi gangguan fungsi kognitif pada penderita stroke adalah pendidikan, pekerjaan, jenis kelamin, status perkawinan dan lama menderita stroke. Berdasarkan hasil tabulasi silang didapatkan bahwa hampir setengah responden berpendidikan SMP memiliki fungsi kognitif normal yaitu sebanyak 4 responden (36,4%), hampir setengah responden tidak bekerja memiliki gangguan fungsi kognitif berat yaitu sebannyak 3 responden (27,3%), hampir setengah responden berjenis kelamin laki-laki tidak mengalami gangguan fungsi kognitif yaitu sebanyak 5 responden (45,5%), sebagian besar responden memiliki status perkawinan menikah mengalami tidak mengalami gangguan fungsi kognitif yaitu sebanyak 7 responden (63,6%) dan sebagian besar responden menderita stroke < 1 tahun tidak mengalami gangguan fungsi kognitif yaitu sebanyak 7 responden (63,6%).

  SIMPULAN

  Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 06-05-2015 di Poli Saraf RSUD Dr. Wahidin Sudiro husodo mojokerto didapatkan bahwa sebagian besar pasien stroke iskemik tidak mengalami gangguan fungsi kognitif yaitu sebanyak 7 responden (64%) dan hampir setengah pasien stroke iskemik, mangalami gangguan fungsi kognitif yaitu sebanyak 3 responden (36%).

  REKOMENDASI 1.

  Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian yang lebih luas dengan jumlah yang lebih banyak, serta dapat melakukan penelitiannya mengenai Gambaran

  Fungsi Kognitif Pasien Stroke Iskemik dengan Menggunakan Mini-Mental State Examination (MMSE).

  2. Bagi Institusi Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan tambahan atau referensi sebagai masukan dalam melakukan upaya peningkatan kualitas perkembangan profesi keperawatan medical bedah pada pasien stroke iskemik yang mengalami gangguan fungsi kognitif.

  3. Tenaga Kesehatan Hasil penelitian hendaknya digunakan untuk bahan masukan bagi tenaga kesehatan. Selain itu tenaga kesehatan khususnya perawat diharapkan dapat memberikan informasi, KIE atau penyuluhan kepada pasien stroke iskemik yang mengalami gangguan fungsi kognitif.

  4. Masyarakat Masyarakat khususnya pasien stroke iskemik yang mengalami gangguan fungsi kognitif diharapkan dapat lebih aktif mencari informasi tentang cara mengatasi apabila mengalami gangguan fungsi kognitif.

ALAMAT CORRESPONDESI

  Alamat Rumah : juglangan, panji, Situbondo RT.04 RW.04 E-mail : Rayyisabdullah@gmail.com No Hp : 089652431593

Dokumen yang terkait

PERKEMBANGAN LUKA GANGREN PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS DI RSUD DR. WAHIDIN SUDIRO HUSODO KOTA MOJOKERTO

0 1 7

HUBUNGAN POLA PEMBERIAN ASI DENGAN PERKEMBANGAN BAYI USIA 9 BULAN DI DESA KEDUNG SOLO KECAMATAN PORONG KABUPATEN SIDOARJO

0 0 8

PERKEMBANGAN ANAK USIA 27 BULAN DI DESA GAYAMAN MOJOANYAR MOJOKERTO SIFANI MEGA LARASATI 11001041 SUBJECT : Perkembangan, Anak, 72 bulan DESCRIPTION :

0 1 7

KETERATURAN IBU KE POSYANDU DENGAN KEMAMPUAN IBU MENILAI STATUS GIZI BALITA DI DESA SIDOREJO KECAMATAN SUGIO KABUPATEN LAMONGAN

0 0 6

HUBUNGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSU DR. WAHIDIN SUDIRO HUSODO MOJOKERTO

0 0 6

PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT GASTRITIS PADA SISWA DI SMAN 1 SOOKO MOJOKERTO ROSI HERDIANTO 1212020023 SUBJECT: Perilaku, Gastritis, Siswa DESCRIPTION: Penyakit grastitismaag memang sudah mulai dialami oleh orang Indonesia dari

0 0 5

MEKANISME KOPING PADA LANSIA YANG DITINGGAL MATI PASANGAN HIDUPNYA DI DUSUN GAYAMAN DESA GAYAMAN KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO

0 0 8

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PRAKTIK CUCI TANGAN PADA ANAK PRASEKOLAH DI PAUD DARUNNAJAH TAMANSARI WULUHAN JEMBER

0 0 6

HARGA DIRI ANAK USIA SEKOLAH DASAR KELAS 1-6 YANG MENGALAMI KEGEMUKAN DI SDN PRAJURITKULON 1 KOTA MOJOKERTO

0 0 7

SIKAP MASYARAKAT DALAM PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI DESA GAYAMAN KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO RENI DIAN TRI WULANDARI 1212010034 SUBJECT: Sikap, Pencegahan Demam Berdarah Dengue , Masyarakat Desa Gayaman DESCRIPTION: Kejadian demam berda

0 1 8