KETERATURAN IBU KE POSYANDU DENGAN KEMAMPUAN IBU MENILAI STATUS GIZI BALITA DI DESA SIDOREJO KECAMATAN SUGIO KABUPATEN LAMONGAN

  

KETERATURAN IBU KE POSYANDU DENGAN KEMAMPUAN IBU

MENILAI STATUS GIZI BALITA DI DESA SIDOREJO

KECAMATAN SUGIO KABUPATEN LAMONGAN

SEPTY NIA RAHMAWATI

1212010038

Subject: ibu, balita, posyandu, keteraturan, kemampuan, status gizi

Description

Posyandu menyelenggarakan kegiatan pendidikan gizi masyarakat.

  Keteraturan ibu mengunjungi Posyandu sangat bermanfaat sebagai monitoring status gizi balita serta deteksi dini terhadap status kesehatan balita sehingga dapat segera ditentukan intervensi lebih lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan keteraturan ibu ke posyandu dengan kemampuan ibu menilai status gizi balita di Desa Sidorejo Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan.

  Metode penelitian ini menggunakan rancang bangun analitik korelasi. Populasi penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai balita di Desa Sidorejo Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan dengan jumlah populasi 157 orang.

  Teknik sampling yang digunakan adalah cluster random sampling. Besar sampel 32 orang. Variabel independent adalah keteraturan ke posyandu, variabel

  dependent adalah kemampuan ibu menilai status gizi balita.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu teratur ke posyandu yaitu 17 orang (53,1%) dan hampir seluruhnya mampu menilai status gizi balitanya yaitu 27 orang (84,4%).

  Analisis data yang digunakan adalah Uji

  Fisher’s Exact Test dan didapatkan

  nilai 

  1 diterima,

  = 0,015, dimana nilai tersebut kurang dari α (0,05), sehingga H artinya ada hubungan keteraturan ke Posyandu dengan kemampuan menilai status gizi balita di Desa Sidorejo Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan.

  Masyarakat harus tetap melakukan kunjungan ke posyandu meskipun usia balita sudah melewati masa mendapatkan imunisasi dasar lengkap agar gizi balita terpantau. Tenaga kesehatan diharapkan untuk memotivasi ibu untuk melakukan kunjungan secara teratur ke Posyandu, membuat kegiatan yang lebih interaktif agar Posyandu lebih diminati sehingga ibu dan anak senang ke Posyandu.

  

Abstract

  Integrated health center (IHC) conducts community nutritional education activity. Mother’s regularity in hising IHC is very useful as growth monitoring and detection of the health status of children aged under 5 years thus can be addressed further. This study aims to know the relationship between mothers regularity in hising IHC and the ability of mother to asses their children nutritional status in Sidorejo village Sugio Lamongan district.

  The method of this research uses correlation analytic design. The population of this study is all of the mother who have children aged under 5 years in Sidorejo mothers regularity in hising IHC and the dependent variable is the ability of mother to asses their children ’s nutritional status.

  The result of this study suggest nthat most of the mother ’s take their chidren regularly to the IHC i.e as many as 17 respondents (53.1%), and almost all of mother are able to judge their nutritional status as many as 27 respondents (84.4%).

  Data analys uses Fisher’s Exact Test and yields α = 0.015,of which the is accepted, it means that there is relationship value is less than α (0.05), thus H

  1

  between mothers regularity in hising IHC and the ability of mothers to asses their children nutritional status in Sidorejo village Sugio Lamongan district.

  The community still have to visit regularly although their children has received primary immunization in order to monitor their children nutritional status. Helath officers are expected to motivate mothers to visit to IHC regularly, create more interactive activity thus IHC will be more liked by mothers and children.

  

Keywords: mother, under five years children, integrated health center,

regularity, ability, nutritional status Contributor : 1. Siti Rachmah, SKM, MM.Kes

  2. Mohammad Nur Firdaus, S.Kep., Ns

  Date : 01 Juli 2015 Type : Laporan Penelitian Permanen Link : Right : Open document Summary : LATAR BELAKANG

  Kinerja pelayanan kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam upaya peningkatkan kualitas kesehatan penduduk. Pelayanan kesehatan merupakan faktor langsung yang berhubungan dengan kejadian penyakit infeksi (morbiditas). Salah satu bentuk pelayanan kesehatan adalah posyandu. Posyandu sebagai wadah peran serta masyarakat, yang menyelenggarakan kegiatan pendidikan gizi masyarakat. Keteraturan ibu dalam mengunjungi Posyandu dan menimbangkan balitanya ke Posyandu akan sangat bermanfaat sebagai monitoring status gizi balita serta deteksi dini terhadap status kesehatan balita sehingga dapat segera ditentukan intervensi lebih lanjut. Suatu keadaan dimana ibu tidak secara teratur mengunjungi Posyandu akan menyebabkan kesulitan dalam monitoring status gizi balita (Astuti & Rivqoh, 2010).

  Data WHO menunjukkan bahwa kasus balita underweight di dunia sebesar 15,7% dan balita overweight sebanyak 6,6% (WHO, 2013). Secara nasional, prevalensi berat-kurang pada tahun 2013 adalah 19,6%, terdiri dari 5,7% gizi buruk dan 13,9% gizi kurang (Kemenkes, 2013). Pada tahun 2013, prevalensi gizi buruk-kurang pada anak balita di Jawa Timur sedikit lebih rendah jika dibandingkan dengan prevalensi nasional (Kemenkes, 2013). Di Kabupaten Lamongan terdapat 68.985 balita ditimbang dengan hasil rincian 4,51% balita kekurangan gizi yang terdiri dari 3,86% balita berstatus gizi kurang dan 0,65% berstatus gizi buruk, 94,05% balita berstatus gizi baik dan sebesar 1,44% balita dengan status gizi lebih (Dinkes Jatim, 2013). balita yang ditimbang di Posyandu Melati, 4 balita (17,39%) diantaranya berada di pita kuning bawah saat penimbangan, dan 2 balita (8,69%) berada di bawah garis merah, 5 balita (21,74%) berada di pita kuning atas, dan 12 balita (52,17%) berada pada pita hijau.

  Status gizi pada anak dipengaruhi oleh faktor langsung yang meliputi kecukupan konsumsi makanan dan keadaan kesehatan, serta faktor tidak langsung yang meliputi ketahanan makanan keluarga, asuhan ibu dan anak, pemanfaatan pelayanan kesehatan, dalam hal ini adalah posyandu dan sanitasi lingkungan, pendidikan, keberadaan dan kontrol keluarga, dan juga faktor ekonomi (Soetjiningsih, 2010). Salah satu pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah posyandu. Posyandu memiliki kegiatan yang terdiri dari 5 meja. Layanan meja I merupakan layanan pendaftaran, kader melakukan pendaftaran pada ibu dan balita yang datang ke posyandu. Layanan meja II merupakan layanan penimbangan balita, penimbangan dilaksanakan oleh kader. Layanan meja III merupakan pencatatan, kader melakukan pencatatan pada buku KIA setelah ibu dan balita mendaftar dan ditimbang. Layanan meja IV adalah penyuluhan kesehatan. Pemberian makanan tambahan pada bayi dan balita yang datang ke posyandu dilayani di meja V (Budioro, 2007).

  Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kunjungan balita ke posyandu lain dengan memperbaiki kinerja kader posyandu dan membuat kegiatan posyandu yang lebih menarik. Pemantauan status gizi balita telah dilakukan pemerintah, tercermin dari data rutin yang masuk dari kegiatan Posyandu sebagian wilayah. Upaya penurunan angka kejadian penyakit bayi dan balita dapat diusahakan dengan memanfaatkan akses pelayanan kesehatan dan penatalaksanaan kasus penderita secara benar dan tepat waktu (Hidayat & Jahari, 2011). Upaya untuk mengoptimalkan fungsi posyandu dengan cara revitalisasi posyandu (Soedirdja, 2009).

METODE PENELITIAN

  Rancang bangun penelitian ini adalah analitik correlaional. Pendekatan penelitian ini adalah penelitian cross sectional. Variabel independen pada penelitian ini adalah keteraturan ibu ke posyandu dan variabel dependennya adalah kemampuan ibu menilai status gizi balita. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu dan balita di Desa Sidorejo Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan sejumlah 157 orang. Teknik sampling yang dipakai adalah cluster random sampling. Sampel yang didapatkan sebanyak 32 orang.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

  Memumjukan bahwa hampir setengah dari responden yang tidak teratur ke Posyandu tidak mampu menilai status gizi balitanya, dan seluruh responden yang teratur ke Posyandu mampu menilai status gizi balitanya.

  Hasil uji

  Fisher’s Exact Test didapatkan nilai ρ adalah 0,015, dimana nilai

  diterima, artinya ada hubungan

  1

  tersebut kurang dari α (0,05), sehingga H keteraturan ke Posyandu dengan kemampuan menilai status gizi balita di Desa Sidorejo Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan.

  Menunjukan bahwa sebagian besar responden teratur ke Posyandu yaitu 17 orang (53,1%). Kunjungan ibu balita ke posyandu dipengaruhi oleh banyak faktor balita, pengetahuan, jarak rumah, fasilitas posyandu, dan peran kader (Kemenkes RI, 2011).

  Ibu yang teratur membawa balitanya ke Posyandu disebabkan pada tahun tersebut usia anak masih di bawah satu tahun sehingga membutuhkan imunisasi yang sangat penting bagi kesehatan anak. Dukungan pengetahuan yang baik yang dimiliki ibu tentang pentingnya posyandu sehingga merasa ibu harus memantau kesehatan anaknya setiap bulan, maka ibu akan teratur mengunjungi posyandu. Posyandu letaknya terpusat di tengah dusun sehingga dapat terjangkau oleh semua masyarakat di dalam satu dusun, dengan jarak yang dekat dan mudah dijangkau, ibu jadi tidak enggan untuk datang ke posyandu. Kader juga sangat berperan dalam keteraturan ibu ke posyandu, kader yang mau menggerakkan dengan senantiasa mengingatkan ibu untuk datang ke posyandu membuat ibu merasa segan apabila tidak datang ke posyandu.

  Menunjukkan bahwa hampir setengah responden tidak bekerja yaitu 12 orang (37,5%). Ibu bekerja menyebabkan tidak adanya waktu para ibu balita untuk aktif pada kunjungan ke posyandu, serta tidak ada waktu ibu mencari informasi karena kesibukan mereka dalam bekerja (Depkes, 2007). Ibu yang tidak bekerja mempunyai lebih banyak waktu bersama anak, sehingga lebih bisa meluangkan waktu untuk mendatangi posyandu untuk memantau keadaan gizi anaknya.

  Ditinjau dari umur balita paling kecil berusia 13 bulan. Umur Balita dari 12

  • – 35 bulan merupakan umur yang paling berpengaruh pada kunjungan ke Posyandu (Kemenkes, 2011). Ibu yang teratur ke posyandu dikarenakan faktor umur balita yang saat ini baru saja melewati usia 12 bulan. Keteraturan dalam penelitian ini dinilai berdasarkan kunjungan ibu ke posyandu dalam satu tahun terakhir, berarti dapat disimpulkan bahwa satu tahun terakhir balita masih membutuhkan imunisasi mulai dari BCG, DPT/HB, Polio, dan Campak sehingga ibu harus rutin ke posyandu agar anaknya mendapatkan imunisasi yang lengkap.

  Menunjukkan bahwa ibu yang tidak teratur ke posyandu ada 15 orang (46,9%). Kunjungan ibu balita ke posyandu dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain sosial ekonomi, paritas, pekerjaan, pendidikan, umur balita, jumlah balita, pengetahuan, jarak rumah, fasilitas posyandu, dan peran kader (Kemenkes RI, 2011). Ibu yang tidak teratur mengunjungi posyandu disebabkan karena ibu kurang mengetahui dan menyadari akan pentingnya posyandu bagi balita sehingga membuat ibu merasa tidak terlalu penting bagi ibu untuk ke posyandu apabila balitanya sudah mendapatkan imunisasi lengkap. Peran kader yang kurang aktif maupun fasilitas posyandu yang kurang menarik membuat ibu enggan untuk datang ke posyandu.

  Menunjukkan bahwa sebagian besar responden bekerja yaitu 20 orang (62,5%). Banyak ibu bekerja mencari nafkah, baik untuk kepentingan sendiri maupun keluarga. Faktor bekerja saja nampak berpengaruh pada peran ibu yang memiliki balita sebagai timbulnya suatu masalah pada ketidakaktifan ibu kunjungan ke posyandu, karena mereka mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan yang belum cukup, yang berdampak pada tidak adanya waktu para ibu balita untuk aktif pada kunjungan ke posyandu, serta tidak ada waktu ibu mencari informasi karena kesibukan mereka dalam bekerja. Kondisi kerja yang menonjol merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kunjungan ibu yang memiliki balita ke Posyandu (Depkes, 2007).

  Terdapat 62,5% ibu yang bekerja sehingga menyebabkan ibu harus bangun di pagi hari, menyiapkan semua kebutuhan rumah tangga, dan bersiap untuk pergi bekerja dan tidak ada waktu untuk teratur ke posyandu. Menurut mereka selama anaknya sehat dan tidak bermasalah, tidaklah terlalu penting untuk teratur ke posyandu. Ibu cenderung lebih mengutamakan pekerjaan untuk menambah pendapatan keluarga guna memenuhi kebutuhan keluarga daripada menimbangkan balita, karena ibu menganggap bila kebutuhan terpenuhi, maka tanpa ditimbang secara rutin pun anaknya bisa tumbuh sehat dan normal. Sedangkan ibu yang tidak bekerja akan tetapi tidak teratur ke posyandu, disebabkan karena faktor keengganan atau lebih mengutamakan mengurus rumah tangga, dan faktor rendahnya pengetahuan tentang pentingnya posyandu.

  Ditinjau dari umur balita rata-rata 23,88 bulan, paling kecil berusia 13 bulan, dan paling besar berusia 48 bulan. Faktor umur balita merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kunjungan ibu yang memiliki balita ke

  • – Posyandu. Umur balita yang berkunjung di Posyandu yaitu anak Batita umur 12 35 bulan dan anak Balita umur 36
  • – 59 bulan. Sedangkan umur Balita dari 12 – 35 bulan merupakan umur yang paling berpengaruh pada kunjungan ke Posyandu (Kemenkes RI, 2011).

  Posyandu sangat penting untuk pemantauan tumbuh kembang balita yang bisa didapatkan secara gratis di setiap dusun/kampung, akan tetapi pemanfaatannya masih kurang maksimal karena banyak faktor yang menyebabkan ibu enggan untuk datang ke posyandu, terutama bila anaknya telah mendapatkan imunisasi lengkap yaitu usia 1 tahun lebih, ibu merasa sudah tidak perlu lagi mendatangi posyandu.

  Menunjukkan bahwa hampir seluruh responden mampu menilai status gizi balitanya yaitu 27 orang (84,4%). Penilaian status gizi melalui KMS merupakan cara yang sederhana dan murah, yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak (Depkes RI, 2013).

  Menilai status gizi sebenarnya merupakan hal yang mudah dilakukan bila dilihat dari KMS, ibu tidak perlu repot menghitung Z score untuk mengetahui status gizinya. Dengan melihat pita pada KMS ibu sudah bisa mengetahui bagaimana status gizi anaknya. Ibu yang mampu menilai status gizi karena memang penilaian melalui pita KMS sangat mudah dilakukan, hanya dengan menghafal warna pita saja ibu sudah bisa menilai status gizi balitanya. Sebelumnya ibu sudah mendapatkan informasi tentang interpretasi warna pita KMS, sehingga bisa menilai dengan tepat.

  Menunjukkan bahwa responde yang tidak mampu menilai status gizi balitanya ada 5 orang (15,6%). Penilaian status gizi menggunakan KMS adalah dengan membaca daerah-daerah yang dibatasi oleh garis pertumbuhan dan diberi warna hijau untuk gizi baik, kuning untuk gizi kurang baik dan merah untuk gizi buruk (Depkes RI, 2013). Responden yang tidak mampu menilai status gizi dikarenakan ibu tidak melihat KMS, hanya mendengarkan apa yang dikatakan oleh kader bahwa status gizi anaknya baik atau buruk tanpa memperdulikan warna pita KMS.

  Hasil uji

  Fisher’s Exact Test didapatkan nilai ρ adalah 0,015, dimana nilai keteraturan ke Posyandu dengan kemampuan menilai status gizi balita di Di Desa Sidorejo Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan tanggal 10 Mei - 10 Juni 2015.

  Posyandu ditujukan untuk memantau pertumbuhan (growth monitoring) yaitu suatu kegiatan yang dilakukan secara terus menerus (berkesinambungan) dan teratur untuk mengidentifikasi secara dini bila ada gangguan keseimbangan gizi pada anak. Pemantauan pertumbuhan merupakan kegiatan penting dalam rangka kewaspadaan gizi. Kegiatan dari posyandu meliputi pemeliharaan kesehatan bayi dan balita melalui pelayanan gizi yang dilakukan oleh kader yang pelayanannya meliputi deteksi dini gangguan pertumbuhan, penyuluhan gizi, pemberian PMT dan vitamin A (Depkes, 2006). Penelitian serupa belum pernah dilakukan sebelumnya.

  Sesuai dengan teori di atas, bahwa posyandu sangat penting untuk memantau status gizi anak melalui penimbangan balita. Di Posyandu juga ada meja penyuluhan yang menjelaskan tentang gizi untuk anak, sehingga pada meja tersebut ibu dijelaskan tentang kondisi gizi anaknya. Jika ibu tidak teratur ke posyandu maka ibu bisa melewatkan hal itu karena tidak setiap bulan diadakan penyuluhan gizi dan penjelasan dari tenaga kesehatan maupun dari kader, sehingga tidak mengetahui status gizi anaknya, apalagi kalau yang lebih mengasuh anak bukan ibu, maka ibu kurang mengerti kondisi anaknya. Ibu yang tidak teratur ke posyandu akan tetapi mampu menilai status gizi balitanya karena pengalaman dan mendengar dari orang lain atau sudah pernah menanyakan pada tenaga kesehatan.

  Simpulan

  Keteraturan ibu ke posyandu di Desa Sidorejo Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan sebagian besar adalah teratur. Kemampuan ibu menilai status gizi balita di Desa Sidorejo Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan hampir seluruhnya adalah mampu. Ada hubungan keteraturan ibu ke posyandu dengan kemampuan ibu menilai status gizi balita di Desa Sidorejo Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan.

  Rekomendasi

  Diharapkan responden tetap teratur ke posyandu meskipun usia anak sudah lebih dari satu tahun dan tidak mendapatkan imunisasi dasar lagi. Diharapkan untuk membantu tenaga kesehatan yang lain beserta kader memotivasi ibu untuk melakukan kunjungan secara teratur ke Posyandu, membuat kegiatan yang lebih interaktif agar Posyandu lebih diminati sehingga ibu dan anak senang ke Posyandu.

  Diharapkan untuk melakukan pengembangan penelitian tentang status gizi balita dan berbagai faktor resiko yang mempengaruhinya seperti: Terhadap sensori, Tumbuh kembang atau Pemberian ASI. Alamat Correspondensi: E-mail : Alamat : Dsn Jati Desa. Sidorejo Kec.Sugio Kab.Lamongan No.Hp : 082231768669