SIKAP MASYARAKAT DALAM PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI DESA GAYAMAN KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO RENI DIAN TRI WULANDARI 1212010034 SUBJECT: Sikap, Pencegahan Demam Berdarah Dengue , Masyarakat Desa Gayaman DESCRIPTION: Kejadian demam berda

  

SIKAP MASYARAKAT DALAM PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH

DENGUE DI DESA GAYAMAN KECAMATAN MOJOANYAR

KABUPATEN MOJOKERTO

RENI DIAN TRI WULANDARI

  1212010034

  

SUBJECT:

  Sikap, Pencegahan Demam Berdarah Dengue , Masyarakat Desa Gayaman

  

DESCRIPTION:

  Kejadian demam berdarah tidak kunjung berhenti walaupun telah banyak program dilakukan oleh pemerintah. Akibat sikap negatif terhadap pencegahan DBD tingginya angka kesakitan sebab penyakit demam berdarah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap masyarakat dalam pencegahan DBD di Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto.

  Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah sikap masyarakat dalam pencegahan DBD. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 15 responden yang sekaligus digunakan sebagai sampel dengan teknik pengambilan sampel kuota sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar kuesioner, setelah data terkumpul, kemudian dilakukan analisa editing, coding, scoring, dan tabulating.

  Hasil penelitian sikap masyarakat dalam pencegahan DBD menunjukkan bahwa sebagian besar sikap masyarakat dalam pencegahan DBD responden adalah negatif yaitu sebanyak 9 responden (60%).

  Sikap dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan dan lembaga agama, pengaruh faktor emosional.

  Sikap Masyarakat Dalam Pencegahan DBD di Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto Tahun 2015 menunjukkan bahwa sebagian besar sikap masyarakat dalam pencegahan DBD responden adalah negatif.

  Hendaknya masyarakat menerapkan pola hidup yang berpengaruh dalam pencegahan DBD.

  

ABSTRACT:

  The incidence of dengue fever does not stop despite many programs undertaken by the government. Due to the negative attitude towards the prevention of dengue fever, it leads to high morbidity rate of dengue fever. This study aimed to determine the attitude of the community in the prevention of dengue fever in Gayaman Village, Mojoanyar Mojokerto.

  This is a descriptive research. The variable was the attitude of the community in the prevention of dengue fever. The population in this study was 15 respondents that was also used as a sample with sampling quota sampling technique. The research instrument used was questionnaire sheet. After the data is collected, it is then analyzed by editing, coding, scoring, and tabulating.

  Public attitudes research results in the prevention of dengue fever suggest that the majority of people's attitudes in dengue prevention of respondents were negative, as many as nine respondents (60%).

  Attitude is influenced by several factors: personal experience, the influence of other people that are considered important, the influence of culture, mass media, educational institutions and religious institutions, and the influence of emotional factors.

  Public attitudes in dengue fever prevention in Gayaman village, Mojoanyar Mojokerto in 2015 showed that the majority of people's attitudes in dengue fever prevention among respondents were negative. Community should implement an influential lifestyle in the prevention of dengue fever.

  Keywords: Attitudes, Prevention of Dengue Hemorrhagic Fever Contributor : 1. Dwiharini Puspitaningsih, S.Kep. Ns., M.Kep

   2. Mohammad Nur Firdaus, S.Kep. Ns Date : 02 Juli 2015 Type Material : Laporan Penelitian Edentifier : - Right : Open Document Summary : Latar Belakang

  Demam berdarah dengue menjadi masalah kesehatan yang sangat serius di Indonesia. Kejadian demam berdarah tidak kunjung berhenti walaupun telah banyak program dilakukan oleh pemerintah. Dengue yang disebabkan virus disebarkan oleh nyamuk aedes (Stegomyia) (Sofyan, 2014). Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dari kelompok Arbovirus B, yaitu arthropod-borne virus atau virus yang disebarkan oleh artropoda (Suedarmo, 2010). Penderita DBD yang tidak cepat mendapatkan pertolongan beresiko mengalami kematian.

  Keluarga memegang peranan yang sangat penting dalam penanggulangan demam berdarah sehingga dengan melihat upaya-upaya yang mereka lakukan untuk mencegah demam berdarah dapat mengurangi terjadinya kejadian luar biasa (KLB) di masyarakat pada saat ini. Perilaku dari masyarakat akan sangat menentukan tingkat kesehatan dari masyarakat itu sendiri. Perilaku masyarakat yang baik akan memberikan dampak yang baik bagi kesehatan, dan sebaliknya perilaku masyarakat yang tidak baik akan berdampak buruk bagi kesehatannya. Seperti halnya penyakit lain, perilaku masyarakat juga akan menentukan keterjangkitan DBD di tengah masyarakat (Hardayati, Daryono, 2012). Demam Berdarah Dengue banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara (Sade, 2014).

  Kementerian Kesehatan menyebutkan Indonesia masih menjadi sarang kasus demam berdarah Hingga pertengahan tahun ini, kasus emam berdarah terjadi di 31 provinsi dengan penderita 8.905 orang, 376 di antaranya meninggal dunia. Indonesia sudah endemi. Sepanjang 2012, Kemenkes mencatat 90.245 penderita. Sepanjang tahun lalu, angka kematian mencapai 816 orang (Tempo. 2015). Sebanyak 1.817 kasus demam berdarah dengue (DBD) telah dilaporkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur kepada Kementerian Kesehatan RI. Ada peningkatan kasus DBD sebesar 46% bila dibandingkan bulan yang sama di tahun 2014, yaitu 980 kasus. Selain itu, Dinas Kesehatan provinsi Jawa Timur juga menyampaikan data 10 Kabupaten/Kota dengan jumlah penderita DBD terbanyak, salah satunya adalah Kota Mojokerto (59 kasus) (Kemkes, 2015). Di Dusun Tambaksari Desa Tambakagung Puri Mojokerto bulan maret 2015 dilaporkan terdapat 2 anak yang mengalami gejala-gejala DBD, perdarahan spontan seperti mimisan, muntah darah, atau berak darah hitam.Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Dusun Tambaksari Desa Tambakagung Puri Mojokerto melalui wawancara pada 10 masyarakat usia 20-35 tahun didapatkan data 6 orang (60%) mengaku membiarkan saja saluran air rumah tangga tidak mengalir, membiarkan barang bekas dan tidak menguburnya. Banyak masyarakat yang menggantung pakaian, dan kebiasaan menampung air di bak mandi dalam waktu yang lebih dari seminggu tanpa mengurasnya. Sedangkan 4 orang (40%) biasa melipat baju dan jarang menggantungkan, selalu mengubur sampah dan barang bekas dengan alasan agar tidak dijadikan sarang nyamuk, setiap 2 hari sekali menguras bak mandi.

  Akan tetapi fenomena di Dusun Tambaksari Desa Tambakagung Puri Mojokerto menunjukkan bahwa di lingkungan sekitar perumahan warga banyak terdapat barang-barang bekas yang dapat menampung air seperti kemasan air mineral yang dibiarkan begitu saja tanpa ada kesadaran dari masyarakat untuk menguburnya. Banyak masyarakat yang masih senang menggantung pakaian masih cukup tinggi, masih senang menampung air di bak mandi dalam waktu yang lebih dari seminggu tanpa mengurasnya. Sikap seperti ini menyebabkan nyamuk penyebar DBD mudah bersarang untuk berkembang biak dan berakibat tingginya angka kesakitan sebab penyakit demam berdarah. Penyakit Demam Berdarah Dengue atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat Faktor yang menyangkut kerentanan dan imunitasnya terhadap penyakit, sedangkan faktor lingkungan menyangkut kondisi geografi (ketinggian dari permukaan laut, curah hujan, angin, kelembaban, musim), kondisi demografi (kepadatan, mobilitas, perilaku, adat istiadat, sosial ekonomi penduduk), dan jenis dan kepadatan nyamuk sebagai vektor penular penyakit tersebut. Faktor lain penyebab DBD adalah sanitasi lingkungan yang buruk, perilaku masyarakat tidak sehat, perilaku di dalam rumah pada siang hari, dan mobilitas penduduk. Mobilitas penduduk memegang peranan paling besar dalam penularan virus Dengue (Sade, 2015). Sikap merupakan respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Jadi jelas di sini dikatakan bahwa sikap itu suatu sidrom atau kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek. Sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain. Komponen sikap mempengaruhi perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2010). Akibat sikap negatif terhadap pencegahan DBD tingginya angka kesakitan sebab penyakit demam berdarah. Penyakit DBD memberikan dampak bagi kehidupan masyarakat yaitu dampak sosial maupun ekonomi. Kerugian sosial yang terjadi antara lain menimbulkan kepanikan dalam keluarga, kematian anggota keluarga, dan berkurangnya usia harapan hidup penduduk. Dampak ekonomi langsung pada penderita adalah kehilangan waktu kerja, waktu sekolah dan biaya lain yang dikeluarkan selain untuk pengobatan seperti transportasi dan akomodasi selama perawatan penderita.

  Untuk penurunan penderita DBD ditengah masyarakat perlu dilakukan upaya diataranya perlu digalakkan kegiatan pemeriksaan jentik secara berkala dari petugas kesehatan, pembentukan kader-kader masyarakat oleh Pemerintah Kabupaten dengan memberikan pelatihan-pelatihan dan pengetahuan yang cukup dan penyampaian informasi tentang pentingnya sikap positif untuk hidup bersih secara intensif melalui media massa secara berkesinambungan dan pemberdayaan pemuka masyarakat baik formal maupun informal. Perilaku sehat adalah tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, termasuk pencegahan penyakit, perawatan kebersihan diri, penjagaan kebugaran melalui olahraga dan makanan bergizi.

  Metode Penelitian

  Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah sikap masyarakat dalam pencegahan DBD. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 15 responden yang sekaligus digunakan sebagai sampel dengan teknik pengambilan sampel kuota sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar kuesioner, setelah data terkumpul, kemudian dilakukan analisa editing, coding, scoring, dan tabulating.

  Hasil Penelitian Dan Pembahasan

  Hasil Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar sikap masyarakat dalam pencegahan DBD responden adalah negatif yaitu sebanyak 9 responden (60%). Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoadmojo, 2007). Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan terhadap suatu obyek (Azwar, 2010). Sikap dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan dan lembaga agama, pengaruh faktor emosional (Azwar, 2008). Adapun penelitian yang dilakukan oleh Lintang, dkk (2010) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara menguras Tempat Penampungan Air (TPA) dengan keberadaan larva Aedes aegypti.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap masyarakat dalam pencegahan DBD responden adalah negatif. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Naveed dkk, 2014 di kota Karachi yang menyatakan bahwa tingkat kesadaran masyarakat dan para ahli profesional dalam pencegahan DBD adalah positif, 5,96 % dari 50 orang responden laki-laki memiliki kesadaran dalam pencegahan DBD sedangkan perempuan yang memiliki kesadaran dalam pencegahan DBD sebanyak 5,64%. Ahli profesional (apoteker) yang memiliki kesadaran tentang demam berdarah sebanyak 5,5% sedangkan ahli mikrobiologi yang memiliki tingkat kesadaran tentang pencegahan DBD sebanyak 5,3%. Sikap masyarakat dalam pencegahan DBD di desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Mojokerto yang mengatakan setuju untuk menguras tempat penampungan air (TPA) sebanyak 15 responden. Menguras tempat penampungan air (TPA) seperti bak mandi, bak WC, dan lain

  • – lain perlu dilakukan secara teratur sekurang – kurangnya seminggu sekali dengan menyikat dan menggunakan sabun dalam pengurasannya agar nyamuk tidak dapat berkembang biak di tempat tersebut. Pada saat pengurasan atau pembersihan tempat penampungan air dianjurkan menggosok atau menyikat dinding dindingnya. Pada saat dilakukan wawancara terhadap 15 responden sebagian besar masyarakat menguras tempat penampungan air 2 kali dalam seminggu dengan cara menyikat dan menggunakan sabun. Sikap ini sesuai dengan teori yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa menguras tempat penampungan air (TPA) seperti bak mandi, bak WC, dan lain
  • – lain perlu dilakukan secara teratur seku
  • – kurangnya seminggu sekali dengan menyikat dan menggunakan sabun dalam pengurasannya agar nyamuk tidak dapat berkembang biak di tempat tersebut.

  Masyarakat yang setuju untuk menutup tempat penampungan air (TPA) sebanyak 8 responden. Menutup rapat tempat penampungan air dalam pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue (PSN DBD) yaitu seperti menutup rapat ember, tempayan, baskom, bak mandi, dan lain-lain (Depkes, 2005). Sementara dalam penelitian yang dilakukan oleh Lintang, dkk (2010) di Kota Semarang yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara menutup tempat penampungan air dengan keberadaan larva Aedes aegypti.

  Pada saat dilakukan wawancara masyarakat mengaku hanya menutup ember saja sedangkan tempayan, baskom, dan bak mandi dibiarkan terbuka. Hasil ini tidak sesuai dengan teori yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa semua tempat penampungan air seharusnya ditutup rapat karena berpotensi menimbulkan perkembangan jentik nyamuk.

  Masyarakat yang setuju untuk mengubur barang-barang bekas sebanyak 9 responden. Mengubur barang-barang bekas merupakan praktik pemberantasan nyamuk DBD yang dilakukan dengan cara mengubur barang-barang bekas yang berpotensi menampung air dan terdapat larva Aedes aegypti seperti kaleng bekas, botol bekas, ban bekas, dan lain-lain (Depkes, 2005). Pada saat dilakukan wawancara kebanyakan masyarakat sering mengubur dan menjual barang-barang bekasnya. Hasil ini sesuai dengan teori yang seharusnya yaitu melakukan penguburan barang-barang bekas yang sudah tidak terpakai yang berpotensi menampung air dn terdapat larva Aedes aegypti .

  Masyarakat yang tidak setuju mengganti air vas bunga dan tempat minum burung sebanyak 14 responden. Dalam mengganti air vas bunga, dan tempat minum burung sebaiknya dilakukan seminggu sekali, hal yang perlu dilakukan tidak hanya mengganti air tersebut akan tetapi harus mencucinya dengan menyikat tempat-tempat tersebut agar jentik Aedes aegypti tidak dapat hidup ataupun berkembang biak di dinding-dindingnya. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada masyarakat di desa gayaman, kebanyakan dari masyarakat desa gayaman tidak mempunyai vas bunga yang berisi air dan tidak memelihara burung dirumahnya.

  Masyarakat yang setuju untuk memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar atau rusak sebanyak 8 responden. Tempat penampungan air positif larva yang juga penting diperhatikan adalah talang air. Hal ini dikarenakan letak talang air yang tinggi dan terletak di atas sehingga sulit dijangkau untuk dibersihkan. Akibatnya talang air menjadi salah satu tempat yang digemari nyamuk untuk meletakkan larva nyamuk. Dari hasil wawancara didapatkan hasil bahwa sebagian besar masyarakat langsung memperbaiki talang air jika rusak karena dikhawatirkan akan bocor jika musim penghujan tiba sedangkan beberapa responden lainnya mengatakan talang air baru akan diperbaiki jika sudah punya uang. Sikap ini sesuai dengan teori yang telah di jelaskan sebelumnya bahwa talang air harus segera diperbaiki karena talang air menjadi salah satu tempat yang digemari nyamuk untuk meletakkan larva nyamuk.

  Masyarakat yang tidak setuju untuk menutup lubang-lubang pada potongan bambu dan pohon dengan tanah sebanyak 8 responden. Menutup lubang-lubang pada potongan bambu dan pohon dengan tanah harus dilakukan sehingga nyamuk Aedes aegypti tidak dapat berkembang biak (Depkes, 2005). Pada saat dilakukan wawancara kebanyakan responden mengatakan bahwa dirumahnya tidak ada lubang-lubang pada potongan bambu dan pohon.

  Masyarakat yang tidak setuju untuk menabur bubuk larvasida sebanyak 8 orang responden. Dalam menaburkan bubuk larvasida dapat dilakukan di tempat- tempat penampungan air yang sulit dikuras atau dibersihkan dan di daerah yang sulit air. Dosis yang digunakan 1 ppm atau 10 gram (lebih kurang 1 sendok makan rata) untuk tiap 1 liter air. Abatisasi dengan themephos ini mempunyai efek residu 3 bulan dan aman digunakan meskipun diberikan pada tempat-tempat penampungan air baik untuk mencuci atau air minum sehari-hari (Depkes, 2005). Dari hasil wawancara diketahui bahwa kebanyakan masyarakat tidak menabur bubuk larvasida karena kebanyakan masyarakat menaruh ikan di bak mandi dan ember penampung air dikuras setiap hari. Sikap ini tidak sesuai dengan teori yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa sangat penting untuk menaburkan bubuk larvasida di tempat-tempat penampungan air untuk mencegah timbulnya jentik nyamuk.

  Masyarakat yang setuju memelihara ikan pemakan jentik sebanyak 7 responden. Pengendalian jentik Aedes aegypti adalah dengan memelihara ikan gabus, ikan guppy, ikan kepala timah, ikan mujair, ikan nila (Depkes, 2005). Namun, hasil penelitian yang dilakukan oleh Lintang, dkk (2005) yang menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara memelihara ikan pemakan jentik dengan keberadaan larva Aedes aegypti.

  Dari hasil wawancara kebanyakan masyarakat memelihara ikan nila di bak mandi sebagai pemakan jentik nyamuk. Sikap ini sesuai dengan teori yang ada karena ikan tersebut mampu mengurangi perkembangan jentik nyamuk karena ikan-ikan tersebut merupakan ikan pemakan jentik.

  Masyarakat yang setuju memasang kawat kassa sebanyak 10 responden. Memasang kawat kassa merupakan salah satu upaya pencegahan terjadinya penularan penyakit DBD (Depkes, 2005). Dari hasil wawancara kebanyakan masyarakat memasang kawat kassa hanya pada ruang tidur saja. Sikap ini sesuai dengan teori yang ada karena memasang kawat kassa dapat menghalangi nyamuk masuk kedalam ruangan.

  Masyarakat yang tidak setuju menghindari kebiasaan menggantung pakaian sebanyak 14 responden. Kebiasaan menggantung pakaian dapat menjadi tempat-tempat yang disenangi nyamuk untuk hinggap istirahat selama menunggu waktu bertebur dan tempat tersebut gelap. Lembab dan sedikit angin. Nyamuk aedes aegypti hinggap di baju-baju yang bergantungaan dan benda-benda lain di rumah. Dari hasil wawancara sebagian besar masyarakat mengaku masih sering menggantung pakaiannya jika dirasa pakaiannya belum kotor. Sikap masyarakat ini tidak sesuai dengan teori yang telah dijelaskan sebelumnya karena kebiasaan tersebut dapat menjadi tempat-tempat yang disenangi nyamuk untuk hinggap istirahat.

  Masyarakat yang setuju dalam mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai sebanyak 13 responden. Pencahayaan dan ventilasi ruangan di rumah harus memadai sehingga nyamuk Aedes aegypti tidak dapat berkembang biak (Depkes, 2005). Dari hasil wawancara yang telah dilakukan diketahui bahwa masyarakat selalu berusaha agar cahaya bisa masuk kedalam rumah agar rumah tidak pengap dan tidak menjadi sarang nyamuk. Sikap hidup masyarakat desa gayaman dalam mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang cukup sudah sesuai dengan teori, karena pencahaan yang kurang sangat disukai nyamuk sebagai tempat utuk berkembang biak.

  Masyarakat yang tidak setuju menggunakan kelambu sebanyak 12 responden. Menggunakan kelambu saat tidur terutama pada pukul 09.00

  • – 10.00 dan 16.00
  • – 17.00, sehingga dapat tercegah terkena penyakit DBD (Depkes, 2005). Berdasarkan hasil wawancara sebagian besar masyarakat tidak menggunakan kelambu saat tidur karena tidak memiliki kelambu. Hasil ini kurang sesuai dengan teori yang ada, karena kelambu berperan penting untuk mencegah penyakit DBD.

  Masyarakat yang setuju memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk sebanyak 10 responden. penolak serangga merupakan sarana perlindungan diri terhadap nyamuk dan serangga yang umum digunakan. Benda ini secara garis besarnya dibagi menjadi dua kategori, penolak alami dan kimiawi. Misalnya esensial dan ekstrak tanaman merupakan bahan pokok penolak alami. Penolak serangga kimiawi dapat memberikan perlindungan terhadap nyamuk

Aedes aegypti, Aedes albopictus, dan spesies Anopheles selama beberapa jam.

Dari hasil wawancara sebagian besar masyarakat sering menggunakan obat nyamuk bakar sedangkan yang lainnya memilih obat nyamuk semprot untuk menghindari gigitan nyamuk. Hasil tersebut sesuai dengan teori yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa penolak serangga kimiawi dapat memberikan perlindungan terhadap nyamuk Aedes aegypti, Aedes albopictus, dan spesies Anopheles selama beberapa jam.

  Simpulan

  Sikap Masyarakat Dalam Pencegahan DBD di Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Mojokerto Tahun 2015 menunjukkan bahwa sebagian besar sikap masyarakat dalam pencegahan DBD responden adalah negatif.

   Rekomendasi

  Bagi Masyarakat mau mengubah sikap negatif terhadap DBD menuju ke arah sikap positif dengan cara ikut serta aktif dalam penyuluhan yang di adakan dalam pencegahan DBD. Kemudian Puskesmas lebih aktif dalam mengajak masyarakat untuk turut serta dalam pencegahan DBD dan Keilmuan lebih mengkaji kembali berbagai hal dalam mendukung pencegahan DBD sebagai tindakan preventif peningkatan kesehatan. untuk Lembaga pendidikan menghimbau mahasiswa untuk menerapkan dan mendukung perilaku pencegahan DBD serta menghimbau penelitian yang menggunakan metode penelitian DBD dan yang terakhir agar melakukan penelitian lanjutan tentang faktor yang mempengaruhi sikap masyarakat dalam mendukung pencegahan DBD

  Alamat Correspondensi