Peranan Pemerintah Kota Jambi Melalui Di

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Koperasi ada kerena ada anggota atau sekelompok orang yang mempenyai

tujuan yang sama secara ekonomi. Tujuan adanya koperasi adalah mensejahterakan
anggota terutama dalam konteks ekonomi dan spiritual. Prof. Ses menyebutnya sebagai
sosialis religius, dan untuk mensejahterakan anggota koperasi harus mempunyai usaha
yang tentu harus sesuai dengen kebutuhan anggotanya yang dikelola sesuai prinsip dan
nilai koperasi. Dalam usaha koperasi, perencana adalah anggota (disusun oleh
pengurus dan disahkan dalam RAT).
Pengelola koperasi adalah anggota (pengurus dan karyawan) yang akan
mendapatkan keuntungan materi berupa gaji atau pendapatan dan pengawasan
dilakukan oleh anggota yang juga akan mendapatkan pendapatan berupa insentif untuk
pengawas. Dalam usaha koperasi ada supllier yang seharusnya juga berasal dari
anggota sehingga anggota mendapatkan keuntungan langsung, dan koperasi dapat
memperoleh harga lebih murah. Anggota juga berperan dalam pengumpulan modal
sehingga permodalan koperasi akan terjamin dan dari modal yang merupakan

simpanan anggota maka anggota mendapatkan uang jasa.
Kemudian anggota sebagai pelanggan, koperasi seharusnya dapat memberikan
nilai tambah dalam bentuk memberikan harga semurah mungkin sehingga anggota
mendapatkan keuntungan berupa direct revenue (pengembalian langsung) sampai pada
tahap ini proses mensejahterakan anggota telah berjalan, bahkan sebagian besar proses
mensejahterakan anggota justru dimulai pada tahap proses usaha ini. Inilah alasanya
kenapa prinsip koperasi ketiga berbunyi member economic participation (ica,1995)
1

sedangkan SHU bukan bagian yang paling significan dalam konteks mensejahterakan
anggota, kenapa karena jumlah SHU terlalu kecil dibandingkan dengan jumlah anggota
koperasi.
Keuntungan yang diperoleh koperasi lagi-lagi diperuntukan untuk anggota
dalam bentuk pelatihan untuk memahamkan idiologi koperasi dan praktek-praktek real
agar anggota paham bagiamana memperoleh kesejahteraan dalam koperasi.( education,
training and information), selanjutnya keuntungan koperasi juga harus dialokasikan
untuk gerakan. Dalam konteks ini, salah jika ada yang berpendapat bahwa gerakan
tidak memberikan kontribusi terhadap usaha.yaitu dengan adanya UKM ( usaha kecil
menengah ).


1.2

Rumusan Masalah
1.

Apakah Pengertian dari Koperasi dan UKM ?

2.

Apakah UKM pada saat ini sudah berhasil memperkuat basis ekonomi ?

3.

Bagaimana Awal Mulanya Koperasi dan UKM ?

4.

Sebutkan Salah satu Contoh dari UKM yang sudah berhasil ?

2


BAB II
PEMBAHASAN

2.1

Sejarah Koperasi dan UKM
Koperasi sebagai suatu sistem ekonomi, mempunyai kedudukan (politik) yang

cukup kuat karena memiliki cantolan konstitusional, yaitu berpegang pada Pasal 33
UUD 1945, khususnya Ayat 1 yang menyebutkan bahwa “Perekonomian disusun
sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan”. Dalam Penjelasan UUD 1945
itu dikatakan bahwa bangun usaha yang paling cocok dengan asas kekeluargaan itu
adalah Koperasi. Tafsiran itu sering pula dikemukakan oleh Mohammad Hatta, yang
sering disebut sebagai perumus pasal tersebut. Pada Penjelasan konstitusi tersebut juga
dikatakan, bahwa sistem ekonomi Indonesia didasarkan pada asas Demokrasi
Ekonomi, di mana produksi dilakukan oleh semua dan untuk semua yang wujudnya
dapat ditafsirkan sebagai Koperasi. Dalam wacana sistem ekonomi dunia, Koperasi
disebut juga sebagai the third way, atau jalan ketiga, istilah yang akhir-akhir ini
dipopulerkan oleh sosiolog Inggris, Anthony Giddens, yaitu sebagai jalan tengah antara

kapitalisme dan sosialisme. Koperasi diperkenalkan di Indonesia oleh R. Aria
Wiriatmadja di Purwokerto, Jawa Tengah pada tahun 1896. Ia mendirikan Koperasi
kredit dengan tujuan membantu rakyatnya yang terjerat hutang dengan rentenir. R. Aria
Wiriatmadja atau Tirto Adisuryo, yang kemudian dibantu pengembangannya oleh
pejabat Belanda dan akhirnya menjadi program resmi pemerintah. Seorang pejabat
pemerintah Belanda, yang kemudian menjadi sarjana ekonomi, Booke, juga menaruh
perhatian terhadap Koperasi. Atas dasar tesisnya, tentang dualisme sosial budaya
masyarakat Indonesia antara sektor modern dan sektor tradisional, ia berkesimpulan
bahwa sistem usaha Koperasi lebih cocok bagi kaum pribumi daripada bentuk badan3

badan usaha kapitalis. Pandangan ini agaknya disetujui oleh pemerintah Hindia
Belanda sehingga pemerintah kolonial itu mengadopsi kebijakan pembinaan Koperasi.
Meski Koperasi tersebut berkembang pesat hingga tahun 1933-an.
Pemerintah Kolonial Belanda khawatir Koperasi akan dijadikan tempat pusat
perlawanan, namun Koperasi menjamur kembali hingga pada masa pendudukan Jepang
dan kemerdekaan. Pada tanggal 12 Juli 1947, pergerakan Koperasi di Indonesia
mengadakan Kongres Koperasi yang pertama di Tasikmalaya. Hari ini kemudian
ditetapkan sebagai Hari Koperasi Indonesia. Bung Hatta meneruskan tradisi pemikiran
ekonomi sebelumnya. Ketertarikannya kepada sistem Koperasi agaknya adalah karena
pengaruh kunjungannya ke negara-negara Skandinavia, khususnya Denmark, pada

akhir tahun 1930-an. Walaupun ia sering mengaitkan Koperasi dengan nilai dan
lembaga tradisional gotong-royong, namun persepsinya tentang Koperasi adalah
sebuah organisasi ekonomi modern yang berkembang di Eropa Barat. Ia pernah juga
membedakan antara Koperasi sosial yang berdasarkan asas gotong royong, dengan
Koperasi ekonomi yang berdasarkan asas-asas ekonomi pasar yang rasional dan
kompetitif. Bagi Bung Hatta, Koperasi bukanlah sebuah lembaga yang antipasar atau
nonpasar dalam masyarakat tradisional. Koperasi, baginya adalah sebuah lembaga selfhelp lapisan masyarakat yang lemah atau rakyat kecil untuk bisa mengendalikan pasar.
Karena itu Koperasi harus bisa bekerja dalam sistem pasar, dengan cara menerapkan
prinsip efisiensi. Koperasi juga bukan sebuah komunitas tertutup, tetapi terbuka,
dengan melayani non-anggota, walaupun dengan maksud untuk menarik mereka
menjadi anggota Koperasi, setelah merasakan manfaat berhubungan dengan Koperasi.
Dengan cara itulah sistem Koperasi akan mentransformasikan sistem ekonomi kapitalis
yang tidak ramah terhadap pelaku ekonomi kecil melalui persaingan bebas (kompetisi),
menjadi sistem yang lebih bersandar kepada kerja sama atau Koperasi, tanpa
4

menghancurkan pasar yang kompetitif itu sendiri. Dewasa ini, di dunia ada dua macam
model Koperasi. Pertama, adalah Koperasi yang dibina oleh pemerintah dalam
kerangka sistem sosialis. Kedua, adalah Koperasi yang dibiarkan berkembang di pasar
oleh masyarakat sendiri, tanpa bantuan pemerintah. Jika badan usaha milik negara

merupakan usaha skala besar, maka Koperasi mewadahi usaha-usaha kecil, walaupun
jika telah bergabung dalam Koperasi menjadi badan usaha skala besar juga. Di negaranegara kapitalis, baik di Eropa Barat, Amerika Utara dan Australia, Koperasi juga
menjadi wadah usaha kecil dan konsumen berpendapatan rendah. Di Jepang, Koperasi
telah menjadi wadah perekonomian pedesaan yang berbasis pertanian.
Di Indonesia, Bung Hatta sendiri menganjurkan didirikannya tiga macam
Koperasi. Pertama, adalah Koperasi konsumsi yang terutama melayani kebutuhan
kaum buruh dan pegawai. Kedua, adalah Koperasi produksi yang merupakan wadah
kaum petani (termasuk peternak atau nelayan). Ketiga, adalah Koperasi kredit yang
melayani pedagang kecil dan pengusaha kecil guna memenuhi kebutuhan modal. Bung
Hatta juga menganjurkan pengorganisasian industri kecil dan Koperasi produksi, guna
memenuhi kebutuhan bahan baku dan pemasaran hasil. Menurut Bung Hatta, tujuan
Koperasi bukanlah mencari laba yang sebesar-besarnya, melainkan melayani
kebutuhan bersama dan wadah partisipasi pelaku ekonomi skala kecil. Tapi, ini tidak
berarti, bahwa Koperasi itu identik dengan usaha skala kecil. Koperasi bisa pula
membangun usaha skala besar berdasarkan modal yang bisa dikumpulkan dari
anggotanya, baik anggota Koperasi primer maupun anggota Koperasi sekunder.
Contohnya adalah industri tekstil yang dibangun oleh GKBI (Gabungan Koperasi Batik
Indonesia) dan berbagai Koperasi batik primer.Karena kedudukannya yang cukup kuat
dalam konstitusi, maka tidak sebuah pemerintahpun berani meninggalkan kebijakan
dan program pembinaan Koperasi. Semua partai politik, dari dulu hingga kini, dari

5

Masyumi hingga PKI, mencantumkan Koperasi sebagai program utama. Hanya saja
kantor menteri negara dan departemen Koperasi baru lahir di masa Orde Baru pada
akhir dasarwarsa 1970-an. Karena itu, gagasan sekarang untuk menghapuskan
departemen Koperasi dan pembinaan usaha kecil dan menengah, bukan hal yang
mengejutkan, karena sebelum Orde Baru tidak dikenal kantor menteri negara atau
departemen Koperasi. Bahkan, kabinet-kabinet yang dipimpin oleh Bung Hatta sendiri
pun tidak ada departemen atau menteri negara yang khusus membina Koperasi.
Pasang-surut Koperasi di Indonesia.
Koperasi di Indonesia dalam perkembangannya mengalami pasang dan surut.
Sebuah pertanyaan sederhana namun membutuhkan jawaban njelimet, terlontar dari
seorang peserta. Mengapa jarang dijumpai ada Koperasi yang bertumbuh menjadi
usaha besar yang menggurita, layaknya pelaku ekonomi lain, yakni swasta
(konglomerat) dan BUMN mengapa gerakan ini hanya berkutat dari persoalan yang
satu ke persoalan lain, dan cenderung stagnan alias berjalan di tempat, Mengapa
Koperasi sulit berkembang di tengah habitat alamnya di Indonesia, Inilah sederet
pertanyaan yang perlu dijadikan bahan perenungan. Padahal, upaya pemerintah untuk
memberdayakan Koperasi seolah tidak pernah habis. Bahkan, bila dinilai, mungkin
amat memanjakan. Berbagai paket program bantuan dari pemerintah seperti kredit

program: KKop, Kredit Usaha Tani (KUT), pengalihan saham (satu persen) dari
perusahaan besar ke Koperasi, skim program KUK dari bank dan Kredit Ketahanan
Pangan (KKP) yang merupakan kredit komersial dari perbankan, juga paket program
dari Permodalan Nasional Madani (PNM), terus mengalir untuk memberdayakan
gerakan ekonomi kerakyatan ini. Tak hanya bantuan program, ada institusi khusus yang
menangani di luar Dekopin, yaitu Menteri Negara Urusan Koperasi dan PKM
(Pengusaha Kecil Menengah), yang seharusnya memacu gerakan ini untuk terus maju.
6

Namun, kenyataannya, Koperasi masih saja melekat dengan stigma ekonomi marjinal,
pelaku bisnis yang perlu dikasihani, pelaku bisnis pupuk bawang, pelaku bisnis tak
profesional. Masalah tersebut tidak bisa dilepaskan dari substansi Koperasi yang
berhubungan dengan semangat. Dalam konteks ini adalah semangat kekeluargaan dan
kegotongroyongan. Jadi, bila Koperasi dianggap kecil, tidak berperan, dan merupakan
kumpulan serba lemah, itu terjadi karena adanya pola pikir yang menciptakan
demikian.
Singkatnya, Koperasi adalah untuk yang kecil-kecil, sementara yang menengah
bahkan besar, untuk kalangan swasta dan BUMN. Di sinilah terjadinya penciptaan
paradigma yang salah. Hal ini mungkin terjadi akibat gerakan Koperasi terlalu sarat
berbagai embel-embel, sehingga ia seperti orang kerdil yang menggendong sekarung

beras di pundaknya. Koperasi adalah badan usaha, juga perkumpulan orang termasuk
yang berwatak sosial. Definisi yang melekat jadi memberatkan, yakni organisasi sosial
yang berbisnis atau lembaga ekonomi yang mengemban fungsi sosial.Berbagai istilah
apa pun yang melekat, sama saja, semua memberatkan gerakan Koperasi dalam
menjalankan visi dan misi bisnisnya. Mengapa tidak disebut badan usaha misalnya,
sama dengan pelaku ekonomi-bisnis lainnya, yakni kalangan swasta dan BUMN,
sehingga ketiganya memiliki kedudukan dan potensi sejajar. Padahal, persaingan yang
terjadi di lapangan demikian ketat, tak hanya sekadar pembelian embel-embel. Hanya
kompetisi ketat semacam itulah yang membuat mereka bisa menjadi pengusaha besar
yang tangguh dan profesional. Para pemain ini akan disaring secara alami, mana yang
efisien dalam menjalankan bisnis dan mereka yang akan tetap eksis.
Koperasi yang selama ini diidentikkan dengan hal-hal yang kecil, pinggiran dan
akhirnya menyebabkan fungsinya tidak berjalan optimal. Memang pertumbuhan
Koperasi cukup fantastis, di mana di akhir tahun 1999 hanya berjumlah 52.000-an,
7

maka di akhir tahun 2000 sudah mencapai hampir 90.000-an dan di tahun 2007 ini
terdapat

Koperasi di Indonesia. Namun, dari jumlah yang demikian besar itu,


kontribusinya bagi pertumbuhan mesin ekonomi belum terlalu signifikan. Koperasi
masih cenderung menempati ekonomi pinggiran (pemasok dan produksi), lebih dari
itu, sudah dikuasai swasta dan BUMN. Karena itu, tidak aneh bila kontribusi Koperasi
terhadap GDP (gross domestic product) baru sekitar satu sampai dua persen, itu adalah
akibat frame of mind yang salah.Di Indonesia, beberapa Koperasi sebenarnya sudah
bisa dikatakan memiliki unit usaha besar dan beragam serta tumbuh menjadi raksasa
bisnis berskala besar. Beberapa Koperasi telah tumbuh menjadi konglomerat ekonomi
Indonesia, yang tentunya tidak kalah jika dibandingkan dengan perusahaan swasta atau
BUMN yang sudah menggurita, namun kini banyak yang sakit. Omzet mereka
mencapai milyaran rupiah setiap bulan. Konglomerat yang dimaksud di sini memiliki
pengertian: Koperasi yang bersangkutan sudah merambah dan menangani berbagai
bidang usaha yang menguasai hajat hidup orang banyak dan merangsek ke berbagai
bidang usaha-bisnis komersial.
Sebagai sebuah sistem, kebijakan dasar pengembangan SDM koperasi dan
UKM dipahami sebagai kebijakan yang melibatkan banyak actor dan kepentingan yang
merupakan

sub-sub


sistem.

Sub-sub

sistem

tersebut

bisa

dipahami

sebagai stakeholders yang masing-masing mempunyai peran dan kepentingan terhadap
eksistensi dari koperasi dan UKM. Oleh karena itu, untuk mendesain kebijakan dasar
pengembangan SDM koperasi dan UKM yang komprehensif, pertama yang harus
dilakukan adalah memetakan atau mengidentifikasi kelompok-kelompok yang terlibat
dalam formulasi kebijakan dan yang menjadi target dari kebijakan tersebut (policy
formation and target group). Kelompok-kelompok ini merupakan entitas yang sudah
eksis dan terlibat secara intens dengan urusan koperasi dan UKM.
8

Terkait dengan kegiatan pemetaan ini adalah identifikasi peran (role) dan
kebutuhan (needs) yang diinginkan oleh masing-masing stakeholdersterhadap koperasi
dan UKM. Termasuk didalamnya adalah identifikasi permasalahan-permasalahan
(problems) yang ditemui dari setiap stakeholder dalam mengoptimalkan perannya
dalam pengembangan SDM Koperasi dan UKM.
Beberapa metode yang digunakan untuk mengeksplorasi keinginan, peran, dan
juga problematika stakeholders tersebut diantaranya adalah diskusi kelompok terbatas,
teknik moderasi, dan juga wawancara mendalam dengan pelaku-pelaku kepentingan
Koperasi dan UKM Diantara Banyak Kepentingan. Dari kajian lapangan yang
dilakukan hampir 6 bulan teridentifikasi beberapa stakeholders yang secara significant
berpengaruh terhadap program pengembangan SDM koperasi dan UKM; diantaranya:
Kantor Kementerian Negara Koperasi dan UKM dan Dinas Koperasi dan UKM (dalam
beberapa Kabupaten dan Kota masuk dalam dinas perekonomian), serta balai latihan
koperasi dan UKM. Ketiga stakeholders tersebut mewakili unsur pemerintah
(government side). Adapun yang non pemerintah terpetakan LSM, Dekopin, perguruan
tinggi, perbankan maupun non perbankan, paguyuban koperasi dan UKM.
Secara ringkas peran optimal dan keinginan dari berbagai stakeholders yang
seharusnya dilaksanakan dalam rangka pengembangan SDM koperasi dan UKM adalah
sebagai berikut: pertama, Kantor Menteri Negara Koperasi dan UKM (Meneg KUKM).
Sesuai dengan arah manajemen pengelolaan pemerintahan yang desentralistis fungsi
"mandatory" dari kantor Kementerian Negara Koperasi dan UKM adalah dalam
formulasi kebijakan dasar pengembangan koperasi dan UKM yang mengacu pada dua
prinsip:rasionalitas dalam artian sesuai dengan tingkat kebutuhan masyarakat pengguna
(target group) dan berkeadilan dalam mendistribusikan nilai-nilai (termasuk di
dalamnya adalah mekanisme yang fair dan transparan dalam pengelolaannya). Untuk
9

mendukung peran ini maka harus ditopang oleh suatu kajian (research) yang sungguhsungguh. Untuk itu diperlukan adanya suatu data yang valid dan representatif, tidak
hanya didasarkan padaasumsi-asumsi yang sering menyesatkan. Keterbatasan rasional
(bounded rationality) yang sering menjadi salah satu ciri kelemahan kebijakan publik
akan dapat dikurangi dengan supply data yang komprehensif dari berbagai sumber.
Kedua, Dinas Koperasi dan UKM pada tiap Kabupaten dan Kota adalah avant
garde (ujung tombak) dalam pembinaan koperasi dan UKM di daerah. Otonomi daerah
yang bertujuan untuk mengoptimalkan fungsi pelayanankepada masyarakat, akan
memberikan amanah yang sangat besar kepada stakeholder ini. Pada saat sekarang
dinas tidak bisa lagi bertumpu pada petunjuk dari instansi di atasnya. Segala
sesuatunya tergantung pada inovasi dan kreatifitas masing-masing dinas di daerah.
Dalam menjalankan fungsi ini, dinas UKM dan koperasi tetap harus berpegangan pada
unsur pemberdayaan masyarakat, pemerintah hanya akan memainkan peran
sebagai fasilitatoryang menyediakan informasi yang berkaitan dengan kompetensi inti
lokal(local core competency) yang dapat diolah menjadi produk barang dan jasa dan
juga informasi pasar. Dalam beberapa temu muka dengan anggota koperasi dan UKM
ditemukan semacam keragaman keluhan yakni masih birokratisnya proses untuk
mendapatkan jasa ini dan juga validitas data dan informasi yang sering sudah usang.
Ketiga, Perguruan Tinggi atau lembaga pendidikan. Peran yang dapat
dimainkan oleh adalah memfasilitasi dalam pengembangan riset dan SDM untuk
mengembangkan koperasi dan UKM. Dengan demikian koperasi dan UKM akan
mendapatkan supply pengetahuan yang up-to date untuk pengembangan bisnisnya.
Idealnya antara pemerintah, koperasi dan UKM, serta lembaga pendidikan ada
keterkaitan tri partiet. Disini perguruan tinggi akan berperan dalam pengkajian dan

10

penelitian berbagai hal yang berkaitan dengan pengembangan usaha koperasi dan
UKM, serta mencetak alumni yang dapat dimanfaatkan oleh koperasi dan UKM.
Keempat, Lembaga Swadaya Masyarakat. Peran LSM adalah berfungsi sebagai
pendamping bagi koperasi dan UKM saat berhubungan dengan pihak-pihak luar seperti
pemerintah, perbankan maupun sektor swasta lainnya. Selain itu LSM juga bisa
berperan dalam membangkitkan kesadaran sosial dan peranan yang bisa dimainkan
olehnya, khususnya dalam menghadapi pengusaha-pengusaha besar. Sehingga
kekhawatiran adanya eksploitasi sumber daya akan dapat dikurangi. Termasuk LSM di
sini adalah Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin).
Kelima, Lembaga Keuangan (bank maupun non-bank). Lembaga keuangan
akan memegang peranan yang sangat penting dalam pengembangan usaha koperasi dan
UKM. Berdasarkan kajian dari berbagai negara menunjukkan bahwa koperasi dan
UKM adalah unit usaha yang memperoleh keistimewaan (privileges) dari pemerintah
dalam permodalannya. Berdasarkan kajian, terlihat bahwa koperasi mendapatkan
perlakuan yang sama dengan unit bisnis lainnya, akibatnya dalam pengajuan modal ke
perbankan sering menemui permasalahan.
Keenam, Badan diklat koperasi dan UKM (Balatkop dan UKM). Lembaga
diklat disini dipahami sebagai sistem temporer yang berperan untuk memberikan
pengetahuan dan keahlian dalam usaha koperasi dan UKM. Sebagai sistem temporer
lembaga ini berperan dalam menentukan corak dan kompetensi apa yang akan
dihasilkan

dari

peserta

diklatnya.

Tuntutan

sekarang

yang

mengemuka

adalah kurikulum yang sesuai dengan local needs. Selain itu komposisi dari kurikulum
juga hendaknya lebih menitikberatkan pada praktek melalui magang ke unit bisnis
yang lebih maju.

11

Berdasarkan kajian, permasalahan yang ditimbulkan dari belum tercapainya
tujuan instruksional dari diklat, salah satunya adalah pola rekrutmen calon peserta
diklat yang masih belum selektif dengan kompetensi yang akan dibangun. Hal ini yang
muncul ke permukaan terkait dengan otonomi daerah, kebijakan pengembangan
koperasi dan UKM harus diarahkan pada jiwa dari otonomi yakni untuk menciptakan
kompetensi lokal dalam rangka meningkatkan daya kompetisi. Oleh karena itu
kebijakan yang mengarah pada bentuk-bentuk sentralisasi harus dihindarkan.
Implikasinya dalam mendesain kurikulum dalam diklat harus disesuikan dengan
kebutuhan dan muatan lokal (local needs). Dari temuan lapangan terdeteksi bahwa
peran-peran ideal yang seharusnya dilaksanakan dari masing-masing stakeholder
terhadap koperasi dan UKM belum berjalan secara optimal dalam suatu tatanan
koordinasi yang sinergis. Bahkan fakta dilapangan masih banyak ditemukan adanya
tarik ulur kepentingan antara Dinas Koperasi dan Dekopin, sebagai stakeholders
dominan dalam implementasi kebijakan pengembangan SDM koperasi dan UKM.
Bahkan di beberapa tempat ditemukan konflik yang cukup tajam antara Dekopin
dengan Dinas Koperasi, terutama dalam bidang teknis, seperti pengembangan diklat,
penyaluran subsidi, dan lainnya. Akibatnya muncul banyak duplikasi dan pengulangan
kegiatan dan program. Hal ini menimbulkan sikap apatis dan apriori dari anggota
koperasi dalam mendukung program yang diajukan oleh kedua institusi ini. Conflict of
interest ini juga masih terjadi antara LSM dengan pemerintah. LSM masih merasa
sering dicurigai oleh pemerintah. Sebaliknya pemerintah juga masih dicurigai oleh
LSM, masih sebagai mesin dari kekuatan politik. Sikap parokialism jelas berdampak
kepada efektifitas dan efisiensi program pembinaan SDM koperasi dan UKM.
Selain itu, dalam masa transisi seperti sekarang ini, masih juga banyak
ditemukan berbagai masalah yang menyangkut penataan kelembagaan instansi
12

pembina koperasi dan UKM. Sejak diimplemantasikannya UU Otonomi Daerah,
urusan terkait dengan pembinaan dan pengembangan koperasi menjadi bidang tugas
dan kewenangan pemerintah Kota /Kabupaten. Namun dalam implementasinya
penyerahan kewenangan termasuk pegawaianya tidak jarang menimbulkan konflik
kepentingan di beberapa pemerintah kabupaten/kota. Seringkali pemegang otoritas
kebijakan di pemerintah kabupaten dan kota dalam mengangkat pejabat setingkat
kepala dinas atau di bawahnya adalah mereka yang sama sekali tidak memiliki
kompetensi dan latar belakang pekerjaan dan pengetahuan yang berkaitan dengan
bidang

tugas

koperasi

dan

UKM.

Pertimbangannya

semata

hanya

untuk

mengakomodasi senioritas karyawan. Jelas kebijakan ini akan berdampak kepada
efisiensi dan efektifitas dari keberhasilan program dan kebijakan itu sendiri. Selain itu,
juga tidak jarang menimbulkan friksi dan gejolak yang kontra produktif antara
karyawan `asli` dengan karyawan dari pusat.
Beberapa Langkah Perbaikan dari paparan permasalahan yang telah diuraikan,
ada beberapa langkah yang bisa dilakukan berkaitan dengan pengembangan kebijakan
dasar koperasi dan UKM.
Pertama, mendesain payung kebijakan yang komprehensif dan aspiratif.
Realitas menunjukkan bahwa dalam pengembangan SDM koperasi dan UKM banyak
sekali kelompok yang mempunyai kepentingan dalam kebijakan ini. Untuk menjamin
tingkat efektifitas koordinasi dan sinkronisasi, maka kebijakan pengembangan dasar
harus berada dalam payung kebijakan yang memiliki daya jangkauan yang luas dan
berada di atas peraturan daerah.
Dari sisi substansi kebijakan, dalam rangka mewujudkan suatu kebijakan yang
rasional dan adil maka diperlukan adanya suatu riset yang menyeluruh untuk menggali
data dan informasi yang berkaitan aspek pengembangan SDM koperasi dan UKM.
13

Data dan informasi yang yang komprehensif ini akan meredusir aspek penyederhanaan
permasalahan. Koperasi dan UKM memang merupakan entitas yang sangat beragam,
untuk itu perlu untuk diklasifikasikan berdasarkan skala usahanya. Pengklasifikasian
ini dilaksanakan untuk menjamin adanya efektifitas kebijakan yang dihasilkan.
Kedua, membentuk forum dialog dari berbagai stakeholders. Dalam rangka
mereduksi adanya conflict of interest dan duplikasi kegiatan idealnya ada sinergi
masing-masing stakeholders untuk merumuskan kebijakan substantif pengembangan
SDM koperasi dan UKM. Namun demikian sering masing-masing stakeholders saling
"berebut lahan" dalam menciptakan kegiatan pengembangan koperasi. Misalnya antara
Dekopin dan Dinas Koperasi, dan antara pemerintah dengan LSM. Dari fakta ini jelas
diperlukan adanya suatu kesepakatan wilayah garap (domain) dari masing-masing
kelompok yang berkepentingan. Kesepakatan ini akan terbangun apabila ada komitmen
untuk berdialog bersama. Dialog ini juga dapat diperluas dengan melibatkan
stakeholders lainnya; perguruan tinggi, LSM, dan dunia perbankan. Peran ini pada
tahap awal dapat difasilitasi oleh pemerintah.
Ketiga merevitalisasi Lembaga Diklat. Lembaga Diklat adalah memegang
posisi yang sangat vital dalam menciptakan SDM koperasi yang handal dan kreatif
sesuai dengan jiwa koperasi yakni kemandirian. Titik-titik kritis (crucial points) yang
harus diperbaiki adalah mekanisme rekrutimen yang belum menjamin adanya
kesesuaian dengan kompetensi inti yang akan dibangun, kurikulum yang harus
senantiasa disesuaikan dengan perkembangan jaman dan kebutuhan lokal (local
contains), dan mekanisme pembinaan peserta setelah mengikuti kursus (post training)
dengan menempatkan atau mencangkokkan mereka pada lembaga bisnis yang lebih
unggul dalam rangka transfer pengetahuan (magang).

14

Hal lain yang perlu diperhatikan bahwa pengembangan SDM koperasi dan
UKM hendaknya jangan diredusir dengan mengadakan diklat saja, pengembangan
SDM adalah merupakan sistem yang didalamnya terdapat sub-sub sistem yang mana
diklat hanya merupakan salah satunya.Keempat, penguatan instansi pembina (capacity
building). Hal ini dapat dijalankan dengan mekanisme kerjasama dengan perguruan
tinggi dalam rangka peningkatan SDM pegawai pemerintah koperasi dan UKM. Hal
lain yang bisa dijalankan dalam rangka mengoptimalkan fungsi pembinaan pemerintah
adalah melalui jalan outsourcing dari organisasi luar. Cara ini digunakan sebagai
metode antara untuk menutupi kekurangan dinas koperasi dan UKM dalam
menjalankan fungsinya. Hal lain yang masih terkait dengan fungsi fasilitator
pemerintah adalah peningkatan kapasitas data dan informasi bisnis yang dapat diakses
oleh kopersi ataupun UKM. Untuk itu perlu dikembangkan sistem informasi
bisnis. Kelima, Memantapkan posisi lembaga diklat koperasi dan UKM di tingkat
wilayah. Saat ini lembaga ini tengah berada dalam masa transisi yang mengarah pada
situasi tak bertuan (stateless). Diklat koperasi dan UKM pada era otonomi daerah
adalah masih diperlukan sebagai salah satuicon dalam menciptakan SDM koperasi
yang unggul. Oleh karena itu, paling tidak pada tingkat propinsi lembaga ini harus
tetap eksis. Keberadaannya pada tingkat propinsi, selain juga dalam rangka efisiensi
juga dalam upaya menciptakan kordinasi dan sinkronisasi kebijakan.

2.2

Pengertian Koperasi dan UKM
Kata koperasi sangat familiar di kalangan masyarakat. Koperasi dapat diartikan

sebagai badan usaha yang menaungi anggotanya dalam aspek perekonomian yang
bertujuan mendapatkan kesejahteraan bersama. Pelaksanaannya berdasarkan prinsip
koperasi dan berasaskan kekeluargaan. Badan usaha ini pun berkembang pesat berkat
15

pengelolaan dan manajemen yang baik sehingga cukup mempengaruhi banyak orang
dan organisasi, di antaranya Boedi Oetomo dan SDI. Hari koperasi Indonesia
ditetapkan pada 12 Juli 1947. Adapun modal koperasi terdiri atas modal sendiri dan
modal pinjaman. Modal sendiri meliputi simpanan pokok yang wajib dibayarkan
anggota saat pertama kali mendaftar menjadi anggota. Simpanan wajib yang
dibayarkan selama ia menjadi anggota koperasi, simpanan khusus yang terdiri dari
simpanan sukarela (dapat diambil kapan saja), simpanan qurba, dan deposito
berjangka.
Selain itu, modal terdiri dari dana cadangan yang diperoleh dari sisa hasil usaha
yang disisihkan dan hibah (pemberian). Sementara modal pinjaman koperasi berasal
dari anggota atau calon anggota koperasi lainnya, bank dan lembaga keuangan bukan
bank, serta penerbitan obligasi dan surat utang. Perangkat organisasi koperasi adalah
sebagai berikut :
Rapat anggota yang memiliki wewenang kekuasaan tertinggi dalam koperasi
sekaligus merupakan media penuangan aspirasi bagi anggotanya. Dalam rapat anggota,
segala hal yang berhubungan dengan kebijakan koperasi diputuskan seperti pemilihan,
pengangkatan, dan pemberhentian personalia pengurus dan pengawas.
Pengurus koperasi, diberikan wewenang atas kepemimpinan koperasi dan
bertanggungjawab terhadap rapat anggota.
Pengawas dalam koperasi berfungsi untuk melaksanakan pengawasan terhadap
kualitas kerja pengurus. Pengawas dalam menjalankan tugasnya berhak mendapatkan
setiap informasi maupun laporan pengurus yang bersifat rahasia dan bertanggung
jawab kepada rapat anggota.
Menjadi anggota koperasi memiliki banyak manfaat, di antaranya para anggota
akan mendapatkan pembagian hasil usaha, membeli barang maupun jasa yang
16

dibutuhkan

dengan biaya murah,

dan

kemudahan

untuk

menjual

hasil

produksinya.Selain itu, para anggota mendapatkan kemudahan untuk mendapatkan
fasilitas kreditdengan proses yang cepat dan tentunya bunga yang dikenakan lebih
rendah karena anggota dalam hal ini berperan sebagai pemilik modal.Begitu banyak
keuntungan yang didapatkan melalui keikutsertaan koperasi. Selain keuntungan dalam
segi ekonomi, para anggota memperoleh keuntungan dalam bidang sosial, yaitu
mendapatkan pendidikan dan pelatihan tentang wirausaha.Melalui badan usaha ini
pula, berbagai kegiatan dapat diselenggarakan, di antaranya kegiatan kredit perumahan,
asuransi, jasa kesehatan, dan tunjangan hari tua bagi para anggotanya.
Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan sebuah istilah yang mengacu pada
usaha berskala kecil yang memiliki kekayaan bersih maksimal sekitar Rp 200.000.000,
belum termasuk tanah dan bangunan. UKM merupakan salah satu contoh dari badan
usaha perseorangan dimana didirikan dan dimiliki oleh satu orang saja. Menurut
Keputusan Presiden RI No. 99 tahun 1998, UKM merupakan kegiatan ekonomi rakyat
berskala kecil dimana tipe bidang usahanya bersifat heterogen serta perlu dilindungi
oleh pemerintah untuk mencegah persaingan yang tidak sehat.
a. Kriteria usaha kecil menengag menurut UU No. 9 tahun 1995, seperti :
-

Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 belum termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha.

-

Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000

-

Dimiliki oleh warga negara Indonesia.

-

Berdiri sendiri dan bukan anak dari suatu perusahaan atau cabang perusahaan
yang tidak dimiliki, dikuasai atau bergabung secara langsung atau tidak
langsung dengan usaha menengah atau usaha besar.

17

-

Salah satu contoh dari badan usaha perseorangan yang berbadan hukum
maupun yang tidak berbadan hukum, misal: koperasi.

b. Kriteria UKM menurut BPS dengan Kementiran Negara Koperasi dan UKM
sebagai berikut :
-

Jika hasil usaha perseorangan berkisar sampai dengan 1.000.000.000, maka
usaha tersebut digolongkan ke dalam usaha kecil.

-

Jika hasil usaha perseorangan berkisar antara 1.000.000.000 sampai dengan
50.000.000.000, maka usaha tersebut digolongkan ke dalam usaha menengah.

3 jenis usaha yang dapat dilakukan oleh UKM untuk menghasilkan laba, seperti :
a.

Usaha manufaktur (manufacturing business) merupakan badan usaha yang
aktivitas usahanya merubah bahan baku menjadi suatu produk yang dapat
digunakan oleh masyarakat atau produsen selanjutnya. Contoh: pabrik konveksi
yang menghasilkan pakaian maupun pengrajin bambu yang menghasilkan
mebel, hiasan rumah, souvenir dan sebagainya.

b.

Usaha dagang (merchandishing business) merupakan badan usaha yang aktivitas
usahanya langsung menjual barang yang sudah dibeli tanpa melakukan
perubahan terlebih dahulu. Contoh: pusat jajanan tradisional yang menjual
berbagai macam jajanan tradisional maupun took kelontong yang menjual semua
jenis barang kebutuhan sehari-hari.

c.

Usaha jasa (sevice business) merupakan usaha yang memberikan jasa atau
layanan kepada konsumen. Contoh: jasa pengiriman barang maupun warnet.

Jika seseorang ingin mendirikan UKM, maka diperlukan diferensiasi bidang
usaha yang akan dilakukan supaya dapat menjadi pusat perhatian dan dikenal oleh
18

konsumen karena memiliki keunikan tersendiri. Diferensiasi merupakan segala upaya
yang dilakukan seseorang maupun perusahaan untuk menciptakan perbedaan dengan
pesaing usaha kita dengan tujuan memberikan nilai terbaik di mata konsumen.

Berikut yang perlu dipirkan dalam membuat diferensiasi UKM, sebagai berikut :
1. Konten (what to offer) yaitu kelebihan apa yang dapat ditawarkan pemilik
usaha kepada konsumen untuk membedakan jati diri perusahaan dengan
pesaing.
2. Konteks (how to offer) yaitu bagaimana cara sang pemilik usaha dalam
menawarkan kelebihan usahanya kepada konsumen.
3. Infrasturktur (enabler) merupakan faktor lain yang mendukung terlaksananya
diferensiasi usaha dengan menunjukkan perbedaan kemampuan tekhnologi,
kemampuan sumber daya manusia dan fasilitas yang dimiliki suatu perusahaan
terhadap pesaing usahanya. Jadi, infrasturktur merupakan segala sesuatu yang
dimiliki suatu perusahaan untuk menciptakan apa yang dapat ditawarkan dan
bagaimana cara pemilik usaha untuk memperkenalkan usahanya kepada
konsumen.
4. Kita juga harus memperhatikan dua hal dalam melakukan diferensiasi usaha,
seperti.
5. Kreatif dalam menghasilkan segala sesuatu yang unik berhubungan dengan
usaha kita
6. Positif artinya diferensiasi yang dilakukan harus memberikan atau menambah
nilai pada produk atau layanan yang diberikan kepada konsumen.

19

Kelebihan dan kekurangan perusahaan perseorangan.
1. Kelebihan :
-

Mudah didirikan dan dibubarkan karena sifatnya fleksibel.

-

Seluruh keuntungan dapat dinikmati sendiri karena pemilik berperan
sebagai pemilik tunggal.

-

Jika timbul masalah dalam perusahaan, pemilik dapat cepat mengambil
keputusan karena pemilik tidak perlu berkonsultasi dengan orang lain.

-

Kegiatan operasi dan peraturan hukum di badan usaha perseoranga tidak
terlalu rumit.

-

Rahasia perusahaan sangat terjamin karena hanya pemiliknya yang
mengetahui tentang masalah perusahaannya.

-

Pemilik badan usaha perseorangan harus membayar pajak kepada
pemerintah, tapi lebih rendah dari pajak PT.

-

Pemilik memiliki kepuasan tersendiri dan dapat bertindak sesukannya
karena peranannya sebagai pemilik tunggal.

-

Jangka waktu badan usaha tidak terbatas dan sewaktu-waktu dapat
dipindah tangankan.

-

Biaya organisasi rendah karena membutuhkan sedikit karyawan bahkan si
pemilik bisa langsung terjun ke dalam usahanya.

-

Manajemen perusahaan relatif fleksibel.

-

Tidak melalui proses administrasi yang kompleks, hanya sampai
pembuatan akte notaris dan surat keterangan dari kelurahan saja

2.

Kekurangan :
-

Pemilik tidak dapat membagi kerugiannya kepada pihak lain.

20

-

Tanggung jawab pemilik tidak terbatas, artinya pemilik bertanggung
jawab terhadap semua beban dan utang badan usaha dengan jaminan
harta benda yang dimiliki perusahaan maupun harta pribadi jika pemilik
tidak mempu membayar utang usaha.

-

Pemilik badan usaha perseorangan harus menangani semua keputusan
meskipun ia tidak memahami masalah tersebut.

-

Keuangan badan usaha tergantung pada berapa banyak uang yang
dimiliki oleh pemilik badan usaha, biasanya diperoleh dari harta milik
sendiri dan pinjaman dari puhak luar. Terkadang pinjaman dana dalam
jumlah besar dapat menyulitkan pemilik badan usaha.

-

Kelangsungan badan usaha kurang terjamin, kecuali jika sedini mungkin
sudah menyiapkan penggantinya.

-

Status hukum perusahaan perseorangan tidak berbentuk badan
hukum.apabila pemilik usaha meninggal dunia atau sedang tidak aktif,
maka kegiatan usahanya aka terhenti.

-

Kemampuan manajerial terbatas.

-

Pemilik wajib memiliki NPWP karena si pemilik menjadi satu kesatuan
dengan usahanya.

Bidang usaha yang perlu dipertimbangkan dalam menciptakan suatu usaha kecil
menengah :
a.

Penasehat. Saat ini, para pengusaha sangat membutuhkan penasehat sebelum
memutuskan untuk melakukan suatu keputusan. Anda bisa menjadi seorang
penasehat asalkan kalian memiliki banyak pengalaman dan pendidikan. Contoh:
pengacara, akuntan, perencana keuangan, jasa konseling dan sebagainya.
21

b.

Perantara atau sering disebut makelar adalah orang yang dapat membantu
seseorang untuk mencari atau dalam usaha menjual produk dan jasa. Untuk
dapat menjadi perantara, tidak membutuhkan modal yang besar hanya mampu
menyebarluaskan kualitas yang kita miliki dalam menyelesaikan suatu masalah.
Biasanya, bagi mereka yang berhasil melakukan publikasi akan mendapatkan
persentase bayaran yang telah ditentukan terlebih dahulu dari hasil penjualan
suatu produk atau jasa. Contoh: perantara penjualan mobil, perantara penjualan
minuman, perantara real estate dan sebagainya.

c.

Pembangun. Jika kita memiliki keahlian khusus, kita dapat membuka usaha
untuk menyalurkan bakat yang kita miliki atau kita juga dapat mempekerjakan
seseorang untuk membantu kita. Contoh: tukang listrik, tukang ledeng dan
sebagainya.

d.

Pencipta merupakan mereka yang memiliki visi tertentu karena diperlukan
kreativitas dan daya imajinasi yang tinggi sehingga mereka mampu
mengoperasikan suatu perusahaan. Contoh: desainer grafis dan pendiri bisnis.

e.

Pemilik adalah seseorang yang memiliki uang lebih untuk menanamkan
uangnya dalam bentuk saham di suatu perusahaan, berinvestasi di perusahaan
real estate atau membatu usaha yang didirikan oleh orang lain yang kita kenal.
Untuk menjadi seorang pemilik usaha membutuhkan waktu yang cukup lama
dalam mempelajari usahanya agar menghasilkan keuntungan yang diinginkan.

f.

Penjual yang handal dibutuhkan dimana saja supaya produk yang dihasilkan
suatu perusahaan dapat laku terjual. Untuk menjadi seorang penjual yang
handal, kita dituntut untuk berkomunikasi dengan baik dengan calon konsumen,
pekerja keras dan ulet.

22

3.3

Evaluasi UKM
Peran Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk memperkuat basis usaha mikro, kecil,

dan menengah (UMKM) rupanya cukup berhasil. Salah satu buktinya, cukup banyak
pengusaha yang kini naik kelas. Menurut Menko Perekonomian Hatta Rajasa, hasil
evaluasi penyaluran KUR menunjukkan, sebagian pengusaha kelas mikro dan kecil,
kini sudah naik kelas menjadi pengusaha kelas menengah. Menurut Hatta, 400 ribu
pengusaha itu bisa naik kelas menjadi pengusaha kelas menengah setelah mendapat
kucuran pendanaan Rp 2 triliun dari program KUR. merupakan contoh sukses program
KUR. Pengusaha tersebut akan terus dibina, sehingga nanti bisa mengakses kredit
perbankan. Pemerintah sepakat untuk menghubungkan sektor UMKM yang menjadi
binaan Kementerian dengan perbankan. Sehingga, nanti masing-masing Kementerian
bisa memberikan daftar pengusaha UMKM binaannya yang potensial kepada
perbankan sebagai penyalur KUR maupun kredit biasa. Terkait KUR, pemerintah
optimistis penyalurannya akan berjalan lancar, bahkan bakal melampaui target Rp 13,1
triliun. Hatta optimis, revisi kebijakan penyaluran KUR seperti mempermudah
penyaluran, meniadakan jaminan tambahan, hingga meniadakan pengecekan ulang dari
Bank Indonesia (BI), akan mampu mendongkrak penyaluran KUR. Dan akses akan
diperluas hingga ke BPD (Bank Pembangunan Daerah) yang tahun ini akan
menyalurkan Rp 2 triliun.Menurut Menteri Koperasi dan UKM Syarifudin Hasan,
hingga akhir Juni lalu, dari target Rp 6,5 triliun, kini realisasi penyaluran KUR sudah
mencapai Rp 5,1 triliun. Bagaimana dengan kredit macet atau non performing loan
(NPL) KUR? Menurut Syarifudin, angkanya relatif rendah, yakni sekitar 3 persen.
Bahkan, lanjut dia, ada bank penyalur yang NPL KUR nya hanya 1,2 persen.
Sementara itu, menurut Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Mustafa
Abubakar, pihaknya akan terus mendorong bank-bank BUMN untuk mempercepat
23

penyaluran KUR. Sebab, dari target penyaluran Rp 18 triliun, sekitar Rp 15,8 triliun
diantaranya dicover oleh bank pelat merah. Oleh karena itu pihaknya akan terus
memompa perbankan BUMN. Ini sangat penting, sebab KUR merupakan salah satu
penopang perekonomian.

24

BAB III
PENUTUP

3.1

Kesimpulan
Koperasi adalah asosiasi orang-orang yang bergabung dan melakukan usaha

bersama atas dasar prinsip-prinsip Koperasi, sehingga mendapatkan manfaat yang lebih
besar dengan biaya yang rendah melalui perusahaan yang dimiliki dan diawasi secara
demokratis oleh anggotanya.Koperasi bertujuan untuk menjadikan kondisi sosial dan
ekonomi anggotanya lebih baik dibandingkan sebelum bergabung dengan Koperasi.
Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan sebuah istilah yang mengacu pada
usaha berskala kecil yang memiliki kekayaan bersih maksimal sekitar Rp 200.000.000,
belum termasuk tanah dan bangunan. UKM merupakan salah satu contoh dari badan
usaha perseorangan dimana didirikan dan dimiliki oleh satu orang saja.

25

Daftar Pustaka

http://id.wikipedia.org/wiki/Usaha_Kecil_dan_Menengahberandaukm.blogspot.com
http://berkoperasi.blogspot.com/
http://manajemen-koperasi.blogspot.com/2008_08_24_archive.html
http://www.anneahira.com/dinas-koperasi.htm
http://komunitas.bisnisukm.com/groups/usaha-waralaba/forum/topic/bisnis-otomotifyang-menguntungkan/

26

Dokumen yang terkait

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGRIBISNIS PERBENIHAN KENTANG (Solanum tuberosum, L) Di KABUPATEN LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

27 309 21

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

47 440 21

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

PENGALAMAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA DENGAN GANGGUAN JIWA (SKIZOFRENIA) Di Wilayah Puskesmas Kedung Kandang Malang Tahun 2015

28 256 11

STUDI PENGGUNAAN SPIRONOLAKTON PADA PASIEN SIROSIS DENGAN ASITES (Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

13 140 24

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65