Perencanaan Anggaran Negara e Budgeting

MAKALAH
“SISTEM e-BUDGETING”

DISUSUN OLEH
Nastitya Fionny Brilliyanti
4301170035
2-8 / 24
D-III Kebendaharaan Negara

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
2018

1.1

Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan teknologi, kebutuhan masyarakat juga semakin
meningkat sehingga memunculkan berbagai tuntutan baru. Pemerintah dituntut lebih
responsif dan transparan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dalam
mewujudkan hal tersebut, terciptalah model pelayanan publik yang dilakukan melalui
sistem


elektronik

atau

E-Government.

E-Goverment

mendukung

pengelolaan

pemerintahan yang lebih efisien, transparan dan akuntabel sehingga membuat
masyarakat semakin mudah dalam mengakses dan mengkritisi kebijakan pemerintah
Bentuk implementasi E-Government dalam bidang keuangan pemerintah yaitu EBudgeting. E-Budgeting merupakan sistem informasi keuangan berbasis web yang
digunakan untuk memfasilitasi proses penyusunan anggaran belanja daerah. Melalui eBudgeting, pemerintah dapat melakukan pengendalian anggaran dengan lebih baik
karena proses penyusunan anggaran dapat dilakukan secara lebih transparan, efektif dan
akuntabel. Tulisan ini akan mengulas mengenai latar belakang diterapkannya eBudgeting, kendala dan solusi dalam penerapan e-Budgeting yang difokuskan di Provinsi
DKI Jakarta.
1.2


Pembahasan
Pemenuhan tuntutan masyarakat kepada pemerintah masih menemui banyak
permasalahan, terutama di pemerintah daerah. Hal ini dibuktikan dengan fakta bahwa
instansi yang paling banyak diadukan oleh masyarakat adalah Pemerintah Daerah (42%)
(Ombudsman RI, 2017). Hal ini salah satunya diakibatkan tidak transparannya proses
penyelenggaraan pemerintahan di daerah, sehingga banyak menciptakan peluang
terjadinya korupsi.
Tindakan korupsi yang dilakukan oleh pejabat pemerintahan di daerah masih
tergolong tinggi. Menurut Juru bicara KPK, Febri Diansyah, sepanjang sejarah berdirinya
KPK, ada 87 kepala daerah dan 122 anggota DPRD yang menjadi tersangka kasus
korupsi (jawapos.com, 2018)
Permasalahan di keuangan daerah ini umumnya

karena Penyalahgunaan APBD,

misalnya : Tidak adanya standarisasi harga satuan item belanja sehingga sering terjadi
mark up dan inefisiensi anggaran; proses yang tidak transparan dan tidak adanya
kejelasan rincian dana; serta masalah-masalah yang muncul akibat masih mengandalkan
pertemuan face-to-face, terlebih ketika (Organisasi Perangkat Daerah) OPD terkait tidak


2

menghadiri rapat sehingga data keuangan tidak komprehensif pada pembahasan
anggaran dengan legislatif.
Masalah-masalah tersebut mendorong pemerintah daerah untuk melakukan perubahan
dalam rangka mewujudkan pelayanan publik yang profesional. Salah satunya dengan eBudgeting. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mulai menggagas penerapan e-Budgeting
pada tahun 2013 melalui Peraturan Gubernur Nomor 145 tahun 2013 tentang
Penyusunan RAPBD/APBDP yang diresmikan oleh Gubernur Jakarta Joko Widodo dan
Wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama serta Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) pada 2012. Pemprov DKI
Jakarta sebelumnya mempelajari sistem ini dari Kota Surabaya yang telah berhasil
menerapkan e-Budgeting.
Penerapan sistem ini diklaim dapat mencegah adanya anggaran-anggaran 'siluman'
dan inefisiensi anggaran daerah, karena adanya pengawasan mulai dari perencanaan
sampai pertanggung jawaban, terbukti dengan keberhasilan sistem ini mendeteksi dana
siluman dan mencegah korupsi dalam perencanaan anggaran RAPBD Provinsi DKI
Jakarta 2015 senilai Rp. 12,1 triliun. Sistem ini juga memberikan proses yang lebih
efektif dan efisien dalam penyusunan anggaran karena dilakukan secara elektronik
sehingga menghemat waktu dan kertas dan tentunya dianggap juga dianggap sebagai

bentuk akuntabilitas dan transparansi pemerintah daerah dalam mengelola keuangan.
1.2.1

Hambatan dalam pelaksanaan E-Budgeting

Meskipun demikian, berbagai permasalahan masih ditemukan dalam penerapan eBudgeting di Provinsi DKI Jakarta ini. Secara umum, permasalahan tersebut diantaranya
terkait dengan teknologi, komitmen perangkat daerah, dan adanya kelemahan dalam
sistem.
1. Permasalahan teknologi terletak pada sulitnya terkoneksi dengan server serta kendala
jaringan internet, seperti di Kepulauan Seribu. Sulitnya terkoneksi dengan server ini
diduga akibat penggunaan sistem tersebut secara serentak di lima wilayah kota. Hal
tersebut mengakibatkan terhambatnya proses input data untuk e-Budgeting.
Solusinya adalah dengan menerapkan sistem management bandwidth yang
merupakan suatu metode pengendalian trafik karena dapat mengatur secara maksimal
kapasitas jaringan sesuai kebutuhan. Dengan menggunakan sistem ini, biasanya
koneksi internet akan lebih stabil karena adanya pemerataan pemakaian bandwidth.

3

Selain itu, website e-Budgeting DKI Jakarta perlu dirancang agar user-friendly,

sehingga memudahkan masyarakat untuk mengakses informasi yang diperlukan.
2. Di awal penggagasannya, Ada drama saling tuduh antara Pemprov dan DPRD DKI.
Penerapan sistem ini banyak ditentang oleh politisi yang merasa 'terganggu'. Gubernur
DKI Jakarta bersikeras menggunakan e-Budgeting pada APBD 2015 untuk menangkal
anggaran ‘siluman’ DPRD senilai Rp 12,1 triliun. Namun, DPRD DKI menuding
pemprov menyusun APBD tanpa melibatkan DPRD. Lalu, DPRD menggunakan hak
angket untuk menyelidiki Pemprov dan tak menyetujui APBD 2015 versi eBudgeting, sehingga Pemprov DKI Jakarta harus menggunakan APBD 2014.
Upaya mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan memperbaiki hubungan
dan kerja antara Pemprov dan DPRD dalam melakukan koordinasi perencanaan dan
penganggaran, saling menerima kritik dan saran dan tentunya menanamkan
kepercayaan antar keduanya supaya tidak ada saling tuduh menuduh satu sama lain.
Sehingga tercipta check and balance antar keduanya.
3. Permasalahan terkait dengan kurangnya komitmen dari Pemerintah dalam
menerapkan sistem ini. Akhir-akhir ini masyarkat DKI dihebohkan dengan adanya
sejumlah anggaran di RAPBD Jakarta 2018 yang tidak dirinci kebutuhannya. Ada
biaya pengadaan tanah sebesar Rp 798,1 miliar, namun tidak dijelaskan rincian soal
lokasi lahan mana yang akan dibeli (megapolitan.kompas.com, 2017). Hal ini
menunjukkan masih adanya permasalahan dalam komitmen OPD DKI Jakarta untuk
dengan sungguh-sungguh menerapkan sistem e-Budgeting dengan melanjutkan
program dari kepemimpinan sebelumnya.

Solusinya adalah dengan melakukan pengecekan dan pengawasan dengan teliti
terhadap rincian anggaran tersebut. Pengecekan dan pengawasan hanya dapat
dilakukan oleh pegawai-pegawai yang memiliki integritas dan komitmen tinggi.
Pemerintah juga perlu menindak tegas para OPD yang terbukti melakukan mark-up
anggaran agar menimbulkan efek jera.
4. Masih ada pegawai yang tidak bisa menggunakan sistem e-Budgeting karena tidak
memiliki keahlian dalam mengoperasikannya. Dan ada juga ada yang sudah terbiasa
dengan sistem manual dan sudah berusia sehingga cenderung tidak adaptif terhadap
teknologi dan tidak mau untuk belajar menggunakan sistem e-Budgeting.
Solusinya adalah pemerintah melakukan pelatihan penggunaan e-budgeting secara
berkala dan menumbuhkan motivasi para pegawai pemerintahan supaya ‘move on’
dan meninggalkan sistem manual.
4

5. Tidak mampunya e-Budgeting untuk memuat seluruh kegiatan yang diprogramkan
oleh Pemerintah dikarenakan tidak semua kegiatan dapat diukur secara kuantitatif.
Solusinya adalah dengan perbaikan sistem agar lebih fleksibel dalam memuat
kegiatan-kegiatan yang tidak dapat distandardisasi. Perbaikan sistem ini dapat
dilakukan dengan menambahkan opsi khusus bagi kegiatan-kegiatan tersebut.
1.2.2


Pro-Kontra E-Budgeting

Berdasarkan tribunnews.com, Selasa (17/3/2015), Koordinator Gerakan Indonesia
Bersih (GIB) Adhie Massardi menilai bahwa program ini 'mengebiri' peran DPRD DKI
dalam melakukan fungsi pengawasan dan hak budgeting. Menurutnya, e-budgeting
adalah program yang dirancang agar eksekutif berjalan tanpa ada kontrol parlemen.
Dengan begitu, pemerintah dibuat untuk tak lagi perlu mengindahkan usulan legislatif
dalam pembahasan anggaran. Menurut Adhie, upaya pelemahan juga dibarengi dengan
'pembusukan' terhadap citra legislatif. Misal dengan tudingan sebagai koruptor, dll.
Sedangkan, Koordinator Supervisi Pencegahan Korupsi KPK, Ardiansyah Nasution,
menyebutkan bahwa salah satu wilayah yang rawan korupsi adalah penganggaran.
Dengan adanya e-budgeting diharapkan menjadi langkah konkrit untuk meminimalisir
KKN. Karena dengan sistem ini akan semakin mudah melakukan pengawasan, karena
semua anggaran sudah terkoneksi dengan sistem yang bisa diakses kapanpun.
1.2.3

Sistem E-Budgeting di Negara Lain

Beberapa negara sudah melaksanakan sistem e-Budgeting dengan baik sejak awal

tahun 2000-an. Mulai dari Filipina, hingga Amerika Serikat.
Di Filipina, menurut Mario L. Relampagos, wakil Sekretariat Jenderal Departemen of
Budget and Management (DBM), dalam presentasinya di Tokyo 24 Agustus 2004
memaparkan bahwa proses e-Budgeting di Filipina dikelola oleh lembaga independen
yang langsung dibawahi oleh kepala Negara yaitu DBM. DBM ini yang menentukan
standar harga, menampung partisipasi masyarakat, membuat kebijakan makro ekonomi
dan rencana pembangunan jangka menengah, mengukur pengeluaran anggaran untuk
kebijakan publik, dan memonitor operasi keuangan unit pemerintah daerah dan BUMN.
Sedangkan di Amerika Serikat, E-Budgeting juga dikelola oleh lembaga independen
bernama The Office of Management and Budgeting (OMB). Sistem ini juga terintegrasi
dengan e-government yang berorientasi pada pelayanan publik secara elektronik.

5

1.3

Kesimpulan
Dari pemaparan analisa diatas dapat diambil sebuah kesimpulan bahwasannya
penerapan E-budgeting adalah bagian dari penerapan E-Government agar tercipta
pemerintahan yang transparan, responsif, efektif, efisien dan akuntabel. Dengan adanya eBudgeting, diharapkan pengawasan terhadap anggaran dapat ditingkatkan sehingga kasus

tindak korupsi dapat diberantas. Selain itu, Sistem ini juga memberikan proses yang lebih
efektif dan efisien dalam penyusunan anggaran.
Meskipun begitu, penerapan E-Budgeting memang belum maksimal, ada banyak
hambatan dalam pelaksanaanya, seperti kurangnya komitmen dan kemampuan oleh
pegawai pemerintahan dan teknologi dari sistem E-Budgeting nya itu sendiri. Diharapkan
kedepannya pemerintah terus membenahi sistem E-Budgeting sehingga benar-benar dapat
mencerminkan prinsip-prinsip good governance.

1.4

Saran
Pemerintah seharusnya mempersiapkan sumber daya manusia yang mampu dalam
bidang teknologi dan informasi dengan mengadakan pelatihan skill dan motivasi secara
rutin kepada para pegawai supaya para pegawai memahami sistem e-Budgeting secara
komperhensif dan dapat menanamkan sikap integritas dengan baik.
Perlunya juga pembenahan server dan jaringan karena masih sering terjadi error.
Pemerintah dapat menggunakan manajemen bandwith sehingga koneksi dapat lebih
stabil. Dukungan dari pihak lain juga dibutuhkan terutama para praktisi sistem
informatika dan adanya penelitian mengenai E-Budgeting.
Tidak lupa, tentunya dukungan dari masyarakat Indonesia itu sendiri. karena

pengawasan terbaik sebenarnya adalah dari sikap kritis dan peduli dari masyarakat. Oleh
karena itu, mari kita tumbuhkan jiwa nasionalisme dan rasa peduli dalam diri kita
sehingga dapat ikut mengawal berjalannya pemerintahan yang ada secara maksimal dan
mewujudkan Indonesia yang sejahtera.

1.5

Daftar Pustaka
Suparni. “Input E-Budgeting Pulau Pari Terkendala Koneksi ke Server.”

http://www.beritajakarta.id/read/28959/input_ebudgeting_pulau_pari_terkendala_koneksi_ke_server. (diakses 7 April 2018)
Pitoko, Ridwan Aji. “Pengadaan Tanah Rp 798 Miliar di RAPBD DKI 2018 Tanpa
Rincian Rawan Dikorupsi”

6

https://megapolitan.kompas.com/read/2017/11/20/17580451/pengadaan-tanah-rp-798miliar-di-rapbd-dki-2018-tanpa-rincian-rawan. (diakses 7 April 2018)
Ombudsman Republik Indonesia. (2017). Data Penyelesaian Laporan Masyarakat
Tahun 2016 (Periode 1 Jan -- 31 Desember 2016).
Kuswandi. “DPRD Jadi Pasien Tertinggi Sejak KPK Berdiri”

https://www.jawapos.com/read/2018/04/05/201901/dprd-jadi-pasien-tertinggi-sejak-kpkberdiri. (diakses 7 April 2018)
Rohmayana. KPK Apresiasi Pemkot Jambi, Sistem E-Planning Langkah Konkrit
Meminimalisir KKN. http://jambi.tribunnews.com/2018/03/19/kpk-apresiasi-pemkotjambi-sistem-e-planning-langkah-konkrit-meminimalisir-kkn. (diakses 3 April 2018)
Aji, Wahyu. E-Budgeting Dianggap Bentuk 'Pengebirian' Kontrol Legislatif.
http://www.tribunnews.com/nasional/2015/03/17/e-budgeting-dianggap-bentukpengebirian-kontrol-legislatif. (diakses 3 April 2018)

7