contoh proposal penelitian Skripsi Gerak

PROPOSAL PENELITIAN
“Pengaruh Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya) Terhadap
Dismenore Mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi FKIP Unpas
Setelah Pemberian Rutin Selama 3 Bulan”
Dosen Mata Kuliah: Ida Yayu Nurul Hizqiyah.,S.pd.,M.Si.

Kelas
Kelompok
Anggota

:
:
:

Biologi-C 2013
6
Dede Najmudin

135040122

Dhea Puspita Sari


135040139

Intan Awaliyah R

135040113

Nurul Choerunnisa

135040142

Sindanita Yulianty

135040138

Siti Julaeha

135040123

Tika Nurfarida


135040128

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PASUNDAN
2015
LEMBAR PERSETUJUAN

Ketua Kelompok 6

Dosen Pembimbing

Dede Najmudin
NPM 135040122

Ida Yayu Nurul Hizqiyah, S.Pd.,M.Si.
NIP

Menyetujui,


Ketua Program Studi

Dr. H. Uus Toharudin, M.Pd.
NIPY 196210171988031

Proposal Penelitian Pengaruh Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya) Terhadap Dismenore
Mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi FKIP Unpas Setelah Pemberian Rutin Selama 3 Bulan | 2

Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat dan
hidayahnya, kami dapat menyelesaikan proposal penelitian ini dengan baik. Proposal
penelitian ini mengulas tentang Pengaruh Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya)
Terhadap Dismenore Mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi FKIP Unpas Setelah
Pemberian Rutin Selama 3 Bulan . Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Ida Yayu Nurul Hizqiyah, S.Pd.,M.Si. Selaku Dosen Mata Kuliah
Fisiologi Tumbuhan atas bimbingan beliau kepada kami.
Mudah-mudahan karya tulis ini dapat bermanfaat serta dapat memberi
pengetahuan bagi pembaca. Kami menyadari bahwa proposal penelitian ini jauh dari
kesempurnaan. Pada kesempatan ini kami juga mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang telah memberi bantuan dalam melengkapi teori untuk
menyelesaikan penulisan proposal penelitian ini.

Penulis

Bandung, 2015

Proposal Penelitian Pengaruh Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya) Terhadap Dismenore
Mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi FKIP Unpas Setelah Pemberian Rutin Selama 3 Bulan | 3

Daftar Isi
Lembar Persetujuan……………………………………………………………… 2
Kata Pengantar……………………………………………………………..…….. 3
DAFTAR ISI………………………………………………………………...…… 4
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………… 5
1.1 Judul Penelitian………………………………………………..………… 5
1.2 Latar Belakang…………………………………………..………………. 5
1.3 Rumusan Masalah……………………………………………………….. 6
1.4 Tujuan Penelitian………………………………………………………... 6
1.5 Manfaat Penelitian………………………………………………………. 6

1.6 Batasan Masalah...……………………………………………………..... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………. 8
2.1 Kajian Pustaka…………………………………………………………… 8
BAB III METODOLOGI PENELITIAN………………………………………. 17
3.1 Variabel …………………………….…………………………………… 17
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian.................................................................... 17
3.3 Alat dan Bahan ………………………………………………………….. 17
3.4 Hipotesis………………………………………………………………… 18
3.5 Cara Kerja………………………………………….…………………… 18
3.6 Jadwal Penelitian……………………………………………………….. 19
3.7 Biaya Penelitian………………………………………………………… 19
BAB IV PENUTUP………………………………..……………………………… 20
DAFTAR PUSTAKA…………………...…………………………..…………….. 21

BAB I

Proposal Penelitian Pengaruh Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya) Terhadap Dismenore
Mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi FKIP Unpas Setelah Pemberian Rutin Selama 3 Bulan | 4

PENDAHULUAN

1.1 Judul Penelitian
“Pengaruh Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya) Terhadap Dismenore
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Unpas Setelah Pemberian Rutin
Selama 3 Bulan”
1.2 Latar Belakang
Indonesia kaya akan ragam budaya. Dari ujung paling timur Indonesia,
Sabang sampai ujung paling barat Indonesia, Merauke, terhampar keindahan alam,
keanekaragaman hayati dan kekayaan budaya. Kekayaan ini meliputi adat istiadat,
budaya, bahasa, busana, cita rasa kuliner dan juga pengobatan tradisional.
Sejak dahulu kala masyarakat Indonesia telah mengenal pengobatan
tradisional. Pengobatan ini mengoptimalkan sumber daya alam, terutama tumbuhtumbuhan di sekitar lingkungan masyarakat. Dari bahan-bahan yang mudah di cari
tersebut dapat diperoleh berbagai obat untuk mengobati masyarakat.
Pepaya (Carica papaya) adalah tumbuhan yang sering dijumpai
masyarakat Indonesia. Tanaman ini sudah dikenal sejak dahulu dan sangat dekat
dengan kehidupan masyarakat. Semua bagian dari tanaman ini dapat dimanfaatkan.
Salah satu bagian dari tumbuhan ini yang sering dimanfaatkan adalah daunnya.
Daun pepaya banyak digunakan dalam pengobatan tradisional. Salah
satunya sebagai obat sakit menstruasi (dismenore) saat wanita mengalami menstruasi.
Daun pepaya dipercaya dapat meredakan gejala dismenore.
Dalam penelitian ini kami mencoba untuk meneliti pengaruh apa yang

ditimbulkan setelah pemberian ekstrak daun pepaya secara rutin selama 3 bulan
terhadap sakit menstruasi (dismenore).

1.3 Rumusan Masalah

Proposal Penelitian Pengaruh Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya) Terhadap Dismenore
Mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi FKIP Unpas Setelah Pemberian Rutin Selama 3 Bulan | 5

2. Apakah ekstrak daun pepaya dapat meringankan sakit menstruasi
(dismenore) setelah pemberian secara rutin selama 3 bulan pada
Mahasiswa angkatan 2013 Program Studi Pendidikan Biologi FKIP
Unpas?
3. Apakah pemberian secara rutin ekstrak daun pepaya saat menstruasi
selama 3 bulan dapat menghilangkan sakit menstruasi (dismenore)
setelah pemberian secara rutin selama 3 bulan pada Mahasiswa
angkatan 2013 Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Unpas?
4. Apakah terdapat efek samping dari pemberian secara rutin ekstrak
daun pepaya saat menstruasi

selama 3 bulan pada Mahasiswa


angkatan 2013 Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Unpas?
1.4 Tujuan Penelitian
2. Untuk mengetahui apakah ekstrak daun pepaya dapat meringankan
sakit menstruasi (dismenore) setelah pemberian secara rutin selama
3 bulan
3. Untuk

mengetahui

apakah

ekstrak

daun

pepaya

dapat


menghilangkan sakit menstruasi (dismenore) setelah pemberian
secara rutin selama 3 bulan
4. Untuk mengetahui apakah terdapat efek samping dari pemberian
secara rutin ekstrak daun pepaya saat menstruasi selama 3 bulan
1.5 Manfaat Penelitian
2. Pembaca dapat menggunakan ekstrak daun Pepaya sebagai
alternatif pengobatan untuk mengurangi gejala sakit menstruasi
3. Pembaca dapat menggunakan estrak daun pepaya selama 3 bulan
secara rutin untuk menghilangkan sakit menstruasi
4. Pembaca mendapat wawasan bahwa menggunakan ekstrak daun
Pepaya selama 3 bulan sebagai pengobatan untuk sakit menstruasi
tidak akan mennimbulkan efek samping.
Proposal Penelitian Pengaruh Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya) Terhadap Dismenore
Mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi FKIP Unpas Setelah Pemberian Rutin Selama 3 Bulan | 6

1.6 Batasan Masalah
Penelitian ini dilakukan sejak bulan September 2015 hingga Desember
2015. Penelitian hanya dilakukan terhadap Mahasiswa Angkatan 2013 Pendidikan
Biologi FKIP Unpas dengan kisaran usia 19-21 tahun.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Proposal Penelitian Pengaruh Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya) Terhadap Dismenore
Mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi FKIP Unpas Setelah Pemberian Rutin Selama 3 Bulan | 7

2.1

DAUN TANAMAN PEPAYA (Carica papaya L.)
2.1.1

KLASIFIKASI TANAMAN PEPAYA

Kingdom

: Plantae

Pilum

: Magnoliophyta


Kelas

: Magnoliopsida

Ordo

: Violales

Family

: Caricaceae

Genus

: Carica

Species

: Carica Papaya L.

(www.petanihebat.com)
2.1.2

MORFOLOGI DAUN PEPAYA

Daun pepaya merupakan daun tunggal, berukuran besar, dan bercangap, juga
mempunyai bagian-bagian daun lengkap (falicum completum) berupa pelepah
atau upih daun (vagina), tangkai daun (petiolus), dan helaian daun (lamina).
Dilihat dari susunan tulang daunnya, daun pepaya termasuk daun- daun yang
bertulang menjari (palmineruis). Daun pepaya mempunyai bangun bulat
(orbicularis), ujung daun yang meruncing, tangkai daun yang panjang dan
berongga.
2.1.3
2.1.4

NAMA-NAMA DAERAH
Pepaya (ind), gedang (Sunda), gandul (Jawa).
HABITAT

Pepaya merupakan tanaman buah berupa herba dari family caricaceae yang
berasal dari Amerika Tengah dan Hindia Barat bahkan kawasan sekitar meksiko
dan Coasta Rica. Tanaman pepaya bnayak ditanam orang, baik di daerah tropis
maupun sub tropis, di daerah- daerah basah maupun daerah kering, atau di
daerah dataran dan pegunungan ( sampai 100 mdpl).
2.1.5

KANDUNGAN KIMIA DAUN PEPAYA
Proposal Penelitian Pengaruh Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya) Terhadap Dismenore
Mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi FKIP Unpas Setelah Pemberian Rutin Selama 3 Bulan | 8

Berdasarkan penelitian para ahli, daun pepaya diketauhi mengandung 35
mg/100 mg tocophenol. Sementara itu, daun papaya muda juga diketahui
mengandung zat bernama alkaloid juga enzim papain. Enzim ini identik dengan
getah berwarna putih kental. Fungsi dari enzim ini sendiri adalah untuk
memecah protein sebab bersifat proteolitik. Sedangkan pada daun papaya yang
sudah tua, senyawa yang dominan adalah fenolik. Secara umum, daun papaya
mengandung 3 varian enzim yakni papain sebanyak 10%, khimoprotein
sebanyak 45%, dan juga lisozim sebanyak 20% per 100%. Enzim khimoprotein
sendiri berfungsi sebagai katalisator dalam reaksi hidrolisis antara protein
dengan polipeptida. Sementar itu enzim lisozim berperan sebagai anti-bakteri
dan bekerja dengan cara memcah dinding sel bakteri.
Rasa pahit pada daun pepaya disebabkan oleh kandungan senyawa alkaloid
karpain (C14H25NO2). Zat ini sangat ampuh untuk menurunkan demam,nyeri saat
menstruasi, mereduksi tekanan darah, dan membunuh mikroba seperti amuba.
Sementara itu, kandungan enzim papain pada daun papaya khususnya yang
masih muda dapat melembutkan daging dan ampun digunakan sebagai pemulih
jaringan kulit yang luka.
2.1.6

EKSTRAKSI DAUN PEPAYA

Daun pepaya yang telah diambil dikeringkan dalam oven dengan suhu 370C
selama ± 5 hari. Daun pepaya yang telah kering kemudian dihaluskan dengan
blender sampai didapatkan tepung daun pepaya. Tepung daun pepaya ditimbang
500 gram , kemudian di rendam dengan air sekitar 1000 ml dalam panci dan
tambahkan 10 gram asam jawa dan 10 gram garam lalu rebus air daun pepaya ,
dan didihkan tanpa di tutup sampai air rebusan berkurang setengahnya. Saring
cairan, kemudian minum dalam keadaan dingin sebanyak 20 ml setiap kali
minum . Ekstrak daun pepaya ini dapat disimpan dan didinginkan dalam lemari
es selama 3-4 hari.
2.2

NYERI SAAT MENSTRUASI
2.2.1

Fisiologi Menstruasi
Proposal Penelitian Pengaruh Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya) Terhadap Dismenore
Mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi FKIP Unpas Setelah Pemberian Rutin Selama 3 Bulan | 9

Panjang siklus menstruasi rata-rata 28 + 3 hari dan durasi rata-rata hari
menstruasi 5 + 2 hari dengan total kehilangan darah kurang lebih 130 ml
(Berkow,1987). Siklus menstruasi dapat dibagi menjadi 2 fase yaitu fase
folikular dan fase luteal, yang merupakan interaksi kompleks antara
hipotalamus, hipofise, dan ovarium. Siklus ini membutuhkan kerjasama yang
serasi antara kelenjar-kelenjar tersebut, yang melibatkan hormon-hormon
seperti gonadotropin releasing hormone (GnRH), follicle stimulating hormone
(FSH), luteinizing hormone (LH), estrogen, dan progesterone (Cunningham
dkk, 2001). Hubungan antar hormon ini saling tergantung satu sama lainnya, di
mana hormon estrogen dan progesteron akan memberikan umpan balik negatif
dan positif terhadap sekresi LH dan FSH. Sekresi LH dan FSH yang berasal
dari kelenjar hipofise sangat tergantung dari sekresi GnRH dari hipotalamus
yang dicetuskan oleh efek umpan balik dari estrogen dan progesteron. Hormonhormon ini dilepaskan seperti lonjakan singkat dalam waktu 1-3 jam, sehingga
kadar konstan tidak dapat terdeteksi di dalam sirkulasi. Frekuensi dan lonjakan
tersebut dicetuskan oleh variasi hormon estrogen dan progesteron selama siklus
menstruasi. Ada tiga tahapan yang terjadi pada endometrium, yaitu:
1. Fase proliferatif atau fase estrogen, kira-kira 5 hari setelah menstruasi, dan
berlangsung selama 11 hari. Estrogen disekresikan oleh ovarium untuk
merangsang pertumbuhan endometrium yang berefek pada sel-sel stroma dan
epitelial endometrium tumbuh dengan cepat, kelenjar-kelenjar pada lapisan
endometrium tumbuh dan memanjang, dan arteri-arteri juga bertambah untuk
memberikan nutrisi pada dinding endometrium yang menebal. Peningkatan
estrogen akan mencetuskan lonjakan LH pada pertengahan siklus yang
kemudian akan merangsang terjadinya ovulasi. Saat ovulasi terjadi, ketebalan
endometrium mencapai 3-4 mm. Pada saat ini, kelenjar-kelenjar endometrium
akan mensekresikan mukus yang tipis dan berserabut, yang akan melindungi
dan menggiring sperma masuk ke dalam uterus.
2. Fase sekresi, yang disebut juga fase progesteron yang terjadi setelah ovulasi
dan berlangsung kira-kira selama 12 hari. Korpus luteum mensekresikan
Proposal Penelitian Pengaruh Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya) Terhadap Dismenore
Mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi FKIP Unpas Setelah Pemberian Rutin Selama 3 Bulan | 10

sejumlah besar progesteron dan sedikit estrogen. Estrogen menyebabkan
proliferasi sel di endometrium, sedangkan progesterone menyebabkan
penebalan pada endometrium dan mengubahnya menjadi jaringan yang aktif
mensekresi lendir. Progesteron juga menghambat kontraksi otot polos uterus
dan dalam jumlah besar dapat melawan rangsangan dari estrogen dan
prostaglandin. Tebal endometrium mencapai kira-kira 5-6 mm seminggu setelah
ovulasi. Tujuannya untuk menyiapkan dinding rahim untuk implantasi ovum
jika terjadi fertilisasi.
3. Fase menstruasi, yaitu fase peluruhan endometrium yang disebabkan oleh
kadar hormon estrogen dan progesteron yang menurun tiba-tiba, sehingga
membuat korpus luteum menjadi regresi. Luruhnya lapisan endometrium,
karena tidak didukung oleh kadar estrogen dan progesterone yang tiba-tiba
mengalami penurunan. Keadaan inilah yang menyebabkan konstriksi pembuluh
darah uterus yang menyebabkan menurunnya asupan oksigen dan makanan ke
miometrium. Setelah mengalami konstriksi pembuluh darah, arteriol-arteriol
endometrium akan melebar yang menyebabkan perdarahan melalui dinding
kapiler. Aliran darah menstruasi tersebut terdiri dari darah yang tercampur
dengan lapisan fungsional dari endometrium.
2.2.2

Patofisiologi Nyeri Menstruasi Primer

Nyeri menstruasi adalah nyeri saat menstruasi yang sedemikian beratnya
sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau
cara hidup sehari-hari untuk beberapa jam atau beberapa hari (Dawood, 2006).
Nyeri menstruasi digolongkan menjadi 2 yaitu nyeri menstruasi primer dan
nyeri menstruasi sekunder. Nyeri menstruasi primer disebut sebagai nyeri
menstruasi sejati, intrinsik, esensial atau fungsional, timbul sejak menars,
biasanya pada bulan-bulan atau tahun-tahun pertama menstruasi. Terjadi pada
usia antara 15 sampai 25 tahun dan kemudian hilang pada usia akhir 20-an atau
awal 30-an dan tidak dijumpai kelainan alat-alat kandungan. Nyeri menstruasi
sekunder, dimulai pada usia dewasa, menyerang wanita yang semula bebas dari
Proposal Penelitian Pengaruh Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya) Terhadap Dismenore
Mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi FKIP Unpas Setelah Pemberian Rutin Selama 3 Bulan | 11

nyeri menstruasi. Disebabkan oleh adanya kelainan alat-alat kandungan,
misalnya :
endometriosis, peradangan di daerah panggul, tumor kandungan, dan
sebagainya.
Etiologi nyeri menstruasi primer belum jelas tetapi umumnya berhubungan
dengan siklus ovulatorik. Beberapa faktor yang berperan dalam timbulnya nyeri
menstruasi primer yaitu:
1. Prostaglandin
Penyelidikan dalam tahun-tahun terakhir menunjukkan bahwa peningkatan
kadar prostaglandin penting peranannya sebagai penyebab terjadinya nyeri
menstruasi. Terjadinya spasme miometrium dipacu oleh zat dalam darah
menstruasi,

mirip

lemak

alamiah

yang

kemudian

diketahui

sebagai

prostaglandin, kadar zat ini meningkat pada keadaan nyeri menstruasi dan
ditemukan di dalam otot uterus (Dawood, 2006).
Ditemukan kadar PGE2 dan PGF2α sangat tinggi dalam endometrium,
miometrium dan darah menstruasi wanita yang menderita nyeri menstruasi
primer (Pickles dkk, 1975).
Prostaglandin menyebabkan peningkatan aktivitas uterus dan serabut. Serabut
saraf

terminal

rangsang

nyeri.

Kombinasi

antara

peningkatan

kadar

Myometrium contraction, Altered blood flow Uterine ischemia.
prostaglandin dan peningkatan kepekaan miometrium menimbulkan tekanan
intra uterus sampai 400 mm Hg dan menyebabkan kontraksi miometrium yang
hebat. Atas dasar itu disimpulkan bahwa prostaglandin yang dihasilkan uterus
berperan

dalam

menimbulkan

hiperaktivitas

miometrium.

Kontraksi

miometrium yang disebabkan oleh prostaglandin akan mengurangi aliran darah,
sehingga terjadi iskemia sel-sel miometrium yang mengakibatkan timbulnya
nyeri spasmodik. Jika prostaglandin dilepaskan dalam jumlah berlebihan ke
dalam peredaran darah, maka akan timbul efek sistemik seperti diare, mual,
muntah (Harel, 2006).

Proposal Penelitian Pengaruh Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya) Terhadap Dismenore
Mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi FKIP Unpas Setelah Pemberian Rutin Selama 3 Bulan | 12

2. Hormon steroid seks
Nyeri menstruasi primer hanya terjadi pada siklus ovulatorik. Nyeri menstruasi
hanya timbul bila uterus berada di bawah pengaruh progesteron. Sedangkan
sintesis prostaglandin berhubungan dengan fungsi ovarium. Kadar progesteron
yang rendah akan menyebabkan terbentuknya prostaglandin dalam jumlah yang
banyak. Kadar progesteron yang rendah akibat regresi korpus luteum
menyebabkan terganggunya stabilitas membran lisosom dan juga meningkatkan
pelepasan enzim fosfolipase-A2 yang berperan sebagai katalisator dalam
sintesis prostaglandin melalui perubahan fosfolipid menjadi asam arakhidonat.
Kadar estradiol wanita yang menderita dismenore lebih tinggi dibandingkan
wanitanormal (Ahrendt dkk, 2007). Peningkatan kadar estradiol dalam darah
vena uterina dan vena ovarika disertai juga dengan peningkatan kadar PGF2a
yang tinggi dalam endometrium (Harel, 2006)
3. Sistem saraf
Uterus dipersarafi oleh sistem saraf otonom (SSO) yang terdiri dari sistim saraf
simpatis

dan

parasimpatis.

Nyeri

menstruasi

ditimbulkan

oleh

ketidakseimbangan pengendalian SSO terhadap miometrium. Pada keadaan ini
terjadi perangsangan yang berlebihan oleh saraf simpatik sehingga serabutserabut sirkuler pada ismus dan ostium uteri internum menjadi hipertonik
(Akhtar, 2001).
4. Psikis
Semua nyeri tergantung pada hubungan susunan saraf pusat, khususnya talamus
dan korteks. Derajat penderitaan yang dialami akibat rangsang nyeri tergantung
pada latar belakang pendidikan penderita. Pada nyeri menstruasi, faktor
pendidikan dan faktor psikik sangat berpengaruh; nyeri dapat dibangkitkan atau
diperberat oleh keadaan psikik penderita. Seringkali nyeri menstruasi hilang
segera setelah perkawinan dan melahirkan. Mungkin kedua keadaan tersebut

Proposal Penelitian Pengaruh Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya) Terhadap Dismenore
Mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi FKIP Unpas Setelah Pemberian Rutin Selama 3 Bulan | 13

(perkawinan dan melahirkan) membawa perubahan fisiologik pada genitalia
maupun perubahan psikik (Latthe dkk, 2006).
2.2.3

Peranan Prostaglandin Pada Nyeri Menstruasi Primer
Prostaglandin adalah komponen mirip hormon yang berfungsi sebagai

mediator dari berbagai respon fisiologis seperti inflamasi, kontraksi otot,
dilatasi pembuluh darah, dan agregasi platelet. Prostaglandin terbentuk dari
asam lemak tak jenuh yang disintesis oleh seluruh sel yang ada dalam tubuh
(Fortier dkk,2008). Setelah ovulasi terjadi penumpukan asam lemak pada
bagian fosfolipid dalam sel membran. Tingginya asupan asam lemak omega 6
pada diet menyebabkan meningkatnya kadar asam lemak omega 6 pada bagian
fosfolipid dinding sel (Simopolous, 1991). Pada saat kadar progesteron
menurun sebelum menstruasi, asam lemak omega 6 tersebut yaitu asam
arakhidonat dilepaskan dan mengalami reaksi berantai menjadi prostaglandin
dan leukotrin, yang diawali di uterus. Prostaglandin dan leukotrin menyebabkan
respon inflamasi, yang akan menimbulkan spasme otot uterus dan keluhan
sistemik seperti mual, muntah, perut kembung dan sakit kepala. PGF2α
merupakan

hasil

metabolisme

dari

asam

arakhidonat

oleh

enzim

siklooksigenase, menyebabkan vasokontriksi dan kontraksi dari miometrium,
yang menyebabkan iskemik dan rasa nyeri (Fortier dkk, 2008).
Sebuah studi menunjukkan berbagai variasi kadar prostaglandin pada
saluran reproduksi wanita mempengaruhi regresi korpus luteum dan peluruhan
endometrium. Prostaglandin juga mempengaruhi efek LH saat ovulasi
(Cunningham dkk, 2001).
Ditemukan ada hubungan antara keluhan nyeri menstruasi dan produksi
prostaglandin serta adanya substansi dalam darah menstruasi yang menstimulasi
kontraksi otot polos uterus. Substansi tersebut mengandung PGF2α dan PGE2,
dimana rasio PGF2α/PGE2 lebih tinggi dalam endometrium dan darah
menstruasi wanita yang mengalami nyeri menstruasi primer (Lumsden, 2005).
PGF2α dan PGE2 memiliki efek vaskular yang berlawanan, yang menyebabkan
Proposal Penelitian Pengaruh Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya) Terhadap Dismenore
Mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi FKIP Unpas Setelah Pemberian Rutin Selama 3 Bulan | 14

vasokontriksi dan vasodilatasi (Clark and Myatt, 2008). Pemberian PGF2α
merangsang kontraksi uterus selama seluruh fase siklus menstruasi, sedangkan
PGE2 menghambat kontraktilitas miometrium selama menstruasi dan
merangsangnya saat fase proliferatif dan fase luteal.
Dawood dan Dawood (2007) melakukan penelitian mengukur kadar
PGF2α pada darah menstruasi yang terdapat dalam tampon, mendapatkan
bahwa kadar PGF2α dua kali lebih tinggi pada wanita yang mengalami nyeri
menstruasi dibandingkan dengan yang tidak mengalami nyeri menstruasi.
Lundstrom and Green(1978) melakukan penelitian pada sediaan endometrium
wanita dengan nyeri menstruasi yang tidak menjalani pengobatan, diperoleh
kadar PGF2α empat kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita tanpa nyeri
menstruasi saat hari pertama menstruasi.
Begitu pula pada penelitian lain yang memberikan NSAIDs seperti
ibuprofen pada saat menstruasi membuat kadar prostaglandin dalam darah
menstruasi wanita dengan nyeri menstruasi menjadi menurun hampir sama
dengan kadar prostaglandin pada wanita tanpa nyeri menstruasi (Daniels dkk,
2002). Wanita dengan nyeri menstruasi menunjukkan peningkatan konsentrasi
PGF2α dan metabolitnya dalam darah menstruasi dan sirkulasi perifer (Milne,
dkk, 2003).
Hal ini semakin memperkuat hipotesis bahwa nyeri menstruasi
berhubungan dengan hipertonisitas dari miometrium yang disertai dengan
iskemia uteri yang disebabkan pelepasan lokal prostaglandin. Lepasnya
prostaglandin dari uterus ke sirkulasi sistemik mengakibatkan efek sistemik
seperti gangguan gastrointestinal, lesu, pusing dan sakit kepala.
Teori tersebut didukung oleh beberapa penemuan yaitu:
1. Tingginya kadar prostaglandin terutama PGF2α selama fase sekresi
dibandingkan fase proliferative pada siklus menstruasi (Cunningham dkk,
2001).

Proposal Penelitian Pengaruh Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya) Terhadap Dismenore
Mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi FKIP Unpas Setelah Pemberian Rutin Selama 3 Bulan | 15

2. Tingginya kadar prostaglandin dan rasio PGF2α/PGE2 yang ditemukan
dalam endometrium dan darah menstruasi wanita dengan nyeri menstruasi
(Dawood, 2006)
3. Pemberian prostaglandin menimbulkan keluhan yang sama dengan nyeri
menstruasi (Daniels, 2002)
4. Pemberian penghambat prostaglandin dapat mengurangi keluhan nyeri
menstruasi (Daniels, 2002).

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.

Waktu dan Tempat Penelitian
Proposal Penelitian Pengaruh Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya) Terhadap Dismenore
Mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi FKIP Unpas Setelah Pemberian Rutin Selama 3 Bulan | 16

Waktu: September 2015 sampai dengan Desember 2015
Tempat: Laboratorium Biologi FKIP Unpas
3.2.

Populasi dan Sampel
3.2.1. Populasi: Mahasiswa Angkatan 2013 Prodi Biologi FKIP Unpas.
Catatan: Mahasiswa putri sebanyak 110 orang
3.2.2. Sampel: 10 orang berusia 19 tahun, 10 orang berusia 20 tahun

dan 10 orang berusia 21 tahun.
3.3.

Variabel
3.3.1. Variabel Bebas: Usia sampel
Usia sampel berkisar 19-21 tahun. Dengan rincian; 10 orang 19 tahun,

10 orang 20 tahun dan 10 orang 21 tahun.
3.3.2. Variabel Kontrol: Dosis ekstrak daun pepaya, waktu pemberian
ekstrak daun pepaya
3.3.3. Variabel Terikat: Gejala sakit mesntruasi
3.4.

Alat dan Bahan
3.4.1 Alat
1. Oven
2. Blender
3. Panci
4. Saringan
5. Kompor
6. Timbangan
7. Lemari Es
3.4.2 Bahan
1. Daun Pepaya
Proposal Penelitian Pengaruh Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya) Terhadap Dismenore
Mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi FKIP Unpas Setelah Pemberian Rutin Selama 3 Bulan | 17

2. Asam jawa
3. Garam
4. Air
3.5.

Hipotesis
Ekstrak daun pepaya dapat menghilangkan sakit haid dan gejala sakit

menstruasi setelah pemberian rutin selama 3 bulan.
3.6.

Langkah Kerja
1. Keringkan daun pepaya di dalam oven dengan suhu 37 0C selama ±
5 hari.
2. Daun pepaya yang telah kering di haluskan dengan blender sampai
menjadi ttepung daun pepaya.
3. Tepung daun pepaya ditimbang sebanyak 500gram
4. Rendam dengan air sekitar 1000ml dalam panci dan tambahkan 10
gram asam jawa dan 10 gram garam
5. Rebus sampai air rebusan tinggal setengahnya.
6. Saring cairan
7. Dosis untuk 1 orang sebanyak 20ml, sisanya dapat disimpan di
dalam lemari es, bisa bertahan hingga 3 hari.

3.7. Jadwal Penelitian
Waktu
September 2015 Minggu ke-1

Kegiatan
Persiapan dan

Proposal Penelitian Pengaruh Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya) Terhadap Dismenore
Mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi FKIP Unpas Setelah Pemberian Rutin Selama 3 Bulan | 18

September 2015 Minggu ke-2 sampai
Desember 2015 Minggu ke-2
Desember 2015 Minggu ke-3
Desember 2015 Minggu ke-4

pengambilan sampel
Penelitan dan pengambilan
data
Pengolahan data
Penyusunan laporan
penelitian

3.8. Biaya Penelitian
Biaya sepenuhnya ditanggung sepenuhnya oleh pihak peneliti.

BAB IV
PENUTUP
Demikianlah proposal penelitian “Pengaruh Ekstrak Daun Pepaya (Carica
papaya) Terhadap Dismenore Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi FKIP
Proposal Penelitian Pengaruh Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya) Terhadap Dismenore
Mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi FKIP Unpas Setelah Pemberian Rutin Selama 3 Bulan | 19

Unpas Setelah Pemberian Rutin Selama 3 Bulan”

ini kami buat untuk di

pertimbangkan sebagai mana mestinya. Kami mohon maaf apabila dalam proposal ini
masih memiliki banyak kekurangan.

BAB V
DAFTAR PUSTAKA
 Sumber Buku

Proposal Penelitian Pengaruh Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya) Terhadap Dismenore
Mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi FKIP Unpas Setelah Pemberian Rutin Selama 3 Bulan | 20

Akhtar, Begum K. 2011. Review Article: Dysmenorrhea And Pelvic Pain: A Common
Adolescent Reproductive Heatlth Problem. The ORION Vol.10, September
Antao, V., Black, A., Burnett, M., Feldman, K., R. Robert, M. 2005. Primary
dysmenorrheal on Hispanic Female Adolescent, Arch PediatrAdolese
Med;154;1226-1229
Cunningham, Gary., Gant, Norman., Leveno, Kenneth. 2001. Obsterics: International
Edition. Mc-Graw-Hill
Dawood, M. 2006. Primary Dysmenorhhea in Pathogenesis and Management.
Journal Obstetric and Gynaecology. Vol. 108, No.2, August, Published by
Lippincott Williams & Walkins. ISSN: 0029-7844/06
Eby, George. 2006. Zink Treartment Prevents Dysmenorrhea. Medical Hypotheses
(2007);69;297;3D1. Elsevier.
 Sumber website:
www.carakhasiatmanfaat.com
www.pintarsains.blogspot.com
www.googleweblight.com
www.asrie02.blogspot.com

Proposal Penelitian Pengaruh Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya) Terhadap Dismenore
Mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi FKIP Unpas Setelah Pemberian Rutin Selama 3 Bulan | 21