LAPORAN PRAKTI KUM DASPERLINTAN MENGENAL

I.

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang
Deskripsi dari serangga predator secara umum adalah predator atau
pemangsa yang didefinisikan sebagai makhluk hidup yang memakan makhluk
hidup lainnya. Pemangsaan tersebut merupakan suatu cara hidup yang bersumber
dari makanannya yanag diperoleh dengan menangkap, membunuh, dan memakan
hewan lain. Serangga predator pada umumnya memakan jenis serangga yang lebih
kecil atau lebih lemah, untuk sekali makan, dan memangsa satu atau lebih
serangga dan biasanya serangga tersebut aktif dan kuat, hidup terpisah dari
mangsa mereka dan seringkali mencari serangga ke tempat berbeda untuk waktu
makan yang berbeda. Contoh dari serangga predator adalah kumbang ladybird,
lalat perompak, dan larva syrphidae. (Adisubroto, W. 1990). Deskripsi dari
serangga parasit adalah hewan atau binatang pada umumnya serangga yang
hidupnya di dalam atau menumpang pada binatang atau serangga lain dan
menjadikan binatang yang ditumpanginya sebagai sumber kehidupannya. (Hartati,
2009).
Penggolongan pada Serangga Predator Pemangsa dari kelompok
arthropoda terdiri atas sejumlah besar jenis serangga, ditambah dengan laba-laba

dan tungau pemangsa. Di dunia ini diperkirakan ada sekitar 200.000 jenis
pemangsa arthropoda, termasuk berbagai jenis laba-laba dan tungau pemangsa.
Beberapa bangsa serangga yang penting sebagai pemangsa dalam pengendalian
alami dan hayati, antara lain adalah Coleoptera, Hemiptera, Neuroptera, dan
Diptera. Kelompok pemangsa penting yang bukan serangga adalah laba-laba dan
tungau pemangsa. Contoh dari golongan serangga predator yaitu Ordo Orthoptera
(bangsa belalang), Ordo Hemiptera (bangsa kepik) / kepinding, Ordo Coleoptera
(bangsa kumbang), Ordo Diptera (bangsa lalat, nyamuk), Ordo Lepidoptera
(bangsa kupu/ngengat), Ordo Odonata (bangsa capung/kinjeng). Golongan
serangga parasit ada tiga bentuk partenogenesis yang dijumpai pada parasitoid,
yaitu thelyotoky (semua keturunannya betina diploid tanpa induk jantan),

1

deuterotoky (keturunannya sebagian besar betina diploid yang tidak mempunyai
induk jantan dan jarang ditemukan jantan haploid), dan arrhenotoky (keturunan
jantan haploid tidak mempunyai induk jantan, dan keturunan betinanya berasal
dari induk betina dan jantan (diploid). Sebagian besar dari serangga parasitoid itu
ditemukan di dalam dua kelompok utama bangsa serangga, yaitu Hymenoptera
(lebah, tawon, semut, dan lalat gergaji) dan bangsa Diptera (lalat beserta

kerabatnya). (Triharso, 2004).
Manfaat dalam mempelajari serangga predator dan serangga parasit di
bidang pertanian adalah agar praktikan dapat mengenal serangga-serangga
tersebut mulai dari jenis mulut, daur hidup, tipe perkembangbiakan dan siklus
penyerangannya terhadap hama yang merugikan di bidang pertanian sehingga
dapat diketahui cara pengembangannya dan mempertahankannya di ekosistem
sehingga dapat mengendalikan hama-hama lain yang merugikan di bidang
pertanian.

I.2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman dengan materi
tentang Mengenal Ordo Serangga Parasit dan Serangga Predator adalah untuk
mengetahui perbedaan lebih jelas antara serangga parasit dengan predator (dalam
hal habitat, jumlah inang/mangsa, keaktifan dan ukuran tubuh) sehingga
memudahkan identifikasi.

2

II.
II.1.


TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Serangga Parasit dan Jenis Ordo
Pengertian dari Serangga parasit atau serangga parasitoid adalah serangga

yang sebelum tahap dewasa berkembang pada atau di dalam tubuh inang
(biasanya serangga juga). Parasitoid mempunyai karakteristik pemangsa karena
membunuh inangnya dan seperti parasit karena hanya membutuhkan satu inang
untuk tumbuh, berkembang, dan bermetamorfosis. Parasitoid sering juga disebut
parasit. Kebanyakan serangga parasitoid hanya menyerang jenis atau hama secara
spesifik. Serangga parasitoid dewasa menyalurkan suatu cairan atau bertelur pada
suatu hama sebagai inangnya. Ketika telur parasitoid menetas, larva akan
memakan inang dan membunuhnya. Setelah itu keluar meninggalkan inang untuk
menjadi kepompong lalu menjadi serangga lagi. Sebagian besar parasitoid
ditemukan di dalam dua kelompok utama bangsa serangga, yaitu Hymenoptera
(lebah, tawon, semut, dan lalat gergaji) dan bangsa Diptera (lalat beserta
kerabatnya). Meskipun tidak banyak, parasitoid juga ditemukan pada bangsa
Coleoptera, Lepidoptera, dan Neuroptera. Sebagian besar serangga parasitoid
yang bermanfaat adalah dari jenis-jenis tawon atau lalat. Ada tiga bentuk

partenogenesis yang dijumpai pada parasitoid, yaitu thelyotoky (semua
keturunannya betina diploid tanpa induk jantan), deuterotoky (keturunannya
sebagian besar betina diploid yang tidak mempunyai induk jantan dan jarang
ditemukan jantan haploid), dan arrhenotoky (keturunan jantan haploid tidak
mempunyai induk jantan, dan keturunan betinanya berasal dari induk betina dan
jantan (diploid). (Sofa, 2008). Parasitoid disebut internal atau endoparasitoid jika
perkembangannya di dalam rongga tubuh inang dan eksternal atau ektoparasitoid
apabila perkembangannya di luar tubuh inang. Parasitoid yang membunuh atau
yang melumpuhkan inang setelah meletakkan telur disebut idiobiont. Parasitoid
yang tidak membunuh atau tidak melumpuhkan secara permanen setelah
melakukan oviposisi disebut koinobiont. Parasitoid yang menghasilkan hanya satu
keturunan dari satu inang disebut soliter dan disebut gregarius kalau jumlah
keturunan yang muncul lebih dari satu individu (tetapi berasal dari satu induk) per

3

inang. (Sofa, 2008). Hiperparasitoid atau parasitoid sekunder adalah parasitoid
yang menyerang parasitoid primer. Adelphoparasitoid adalah parasitoid jantan
yang memparasiti larva betina dari jenisnya sendiri. Multiparasitisme adalah
parasitisme terhadap inang yang sama oleh lebih dari satu jenis parasitoid primer,

superparasitisme adalah parasitisme satu inang oleh banyak parasitoid dari jenis
yang sama. (Sofa, 2008). Parasitoid dianggap lebih baik daripada pemangsa
sebagai agen pengendali hayati. Analisis terhadap introduksi musuh alami ke
Amerika serikat menunjukkan bahwa keberhasilan penggunaan parasitoid dalam
pengendalian hayati mencapai dua kali lebih besar daripada pemangsa. Contoh
dari Serangga Parasit adalah 1) Ordo Diptera (bangsa lalat, nyamuk) anggotanya
meliputi serangga tumbuhan, penghisap darah, predator dan parasitoid. Contoh :
lalat buas (Lepitogaster miegan); 2) Ordo Hymenoptera (bangsa tawon, tabuhan,
semut) merupakan kelompok besar parasitoid yang sangat penting. Contoh :
parasit pinggang ramping (Xanthopimpla sp.). (Triharso, 2004).
II.2.

Pengertian Serangga Predator dan Jenis Ordo
Deskripsi dari serangga predator secara umum yaitu predator atau

pemangsa yang didefinisikan sebagai makhluk hidup yang memakan makhluk
hidup lainnya. Pemangsaan tersebut merupakan suatu cara hidup yang bersumber
dari makanannya yang diperoleh dengan menangkap, membunuh, dan memakan
hewan lain. Serangga Predator merupakan musuh alami yang terdiri dari
pemangsa atau predator, parasitoid dan patogen. Pemangsa adalah binatang

(serangga, laba-laba dan binatang lain) yang memakan binatang lain sehingga
menyebabkan kematian. Kadang-kadang disebut “predator”. Predator berguna
karena memakan hama tanaman. Pemangsa atau yang sering disebut dengan
predator adalah serangga atau hewan pemakan serangga yang selama masa
hidupnya banyak memakan mangsa. Secara fisiologis, ciri pemangsa adalah
bentuknya lebih besar dari mangsanya. Jenis pemangsa, antara lain kumbang,
lalat, laba-laba, tawon, dan seranga-serangga kecil lainnya. Aktivitas serangga
pemangsa hama tanaman yang disebut musuh-musuh alami (predator dan
parasitor), secara tidak langsung ikut membantu manusia khususnya petani dalam

4

menekan perkembangan hama tanaman. Predator sebagai serangga liar yang
berguna ini perlu mendapat perhatian kita karena seringkali akibat perbuatan
manusia, jumlah musuh-musuh alami ini cenderung menjadi sedikit, bahkan
musnah sama sekali. Contoh dari serangga predator adalah kumbang ladybird,
lalat perompak, dan larva syrphidae. (Adimaryanto, 2011).
II.3.

Perbedaan Serangga Parasit dan Predator

Serangga Parasit adalah binatang atau organisme yang hidup didalam atau

pada organisme lain yang lebih besar yang merupakan inangnya. Karena
memakan atau menghisap cairan inangnya. Parasitoid adalah serangga yang
memarasit serangga lain. Pada parasitoid yang bertindak sebagai parasit adalah
stadia pradewasa, sedangkan imagonya hidup bebas dan tidak terikat pada
inangnya. Serangga Predator merupakan organisme yang hidup bebas dengan
memakan atau memangsa organisme yang lain. Perbedaan antara parasitoid
dengan predator adalah : a. Parasitoid umumnya bersifat monofag atau oligofag,
sedangkan predator bersifat poliphag; b. Parasitoid hanya memerlukan satu inang
untuk perkembangannya, sedangkan predator memerlukan banyak mangsa untuk
menyelesaikan siklus hidupnya; c. Yang mencari inang pada parasitoid adalah
imago betina, sedangkan pada predator yang mencari mangsa adalah jantan dan
betina, juga pradewasanya; d. Predator mematikan mangsa untuk dirinya,
sedangkan parasitoid mematikan inang untuk keturunannya; e. Parasitoid ukuran
tunuhnya lebih kecil dibanding inangnya,, predator ukuran tubuhnya lebih besar
dari mangsanya; f. Metamorfosis parasitoid adalah sempurna, sedangkan predator
ada yang sempurna dan tidak sempurna; g. Parasitoid memarasit inangya pada
stadia tertentu, misalnya larva. Sedangkan predator memangsa semua stadia
perkembangan mangsanya; h. Parasitoid mematikan inangya memerlukan waktu

yang agak lama, predator mematikan mangsanya dalam waktu yang singkat.
(Habibi Bin Yahya, 2012). Siklus hidup serangga predator adalah metamorphosis
sempurna (holometabola) pada tipe ini serangga memiliki empat stadia selama
siklus hidupnya, yaitu telur, larva (ulat), pupa (kepompong), dan imago. Serangga
pradewasa disebut larva, dan memiliki habitat yang berbeda dengan imagonya.

5

Larva merupakan fase yang aktif makan, sedangkan pupa merupakan bentuk
peralihan yang dicirikan dengan terjadinya perombakan dan penyususunan
kembali alat-alat tubuh bagian dalam dan luar. Contoh : Ordo Orthoptera (bangsa
belalang), Ordo Hemiptera (bangsa kepik), Ordo Coloeptera (bangsa kumbang).
Siklus hidup serangga parasit adalah metamorphosis sederhana (Paurometabola)
yaitu serangga yang mengalami perubahan bentuk secara paurometabola selama
siklus hidupnya mengalami tiga stadia pertumbuhan, yaitu stadia telur, nimfa dan
imago. Serangga pradewasa disebut nimfa. Nimfa dan imago memiliki tipe alat
mulut dan jenis makanan yang sama, bentuk nimfa menyerupai induknya hanya
ukurannya lebih kecil, belum bersayap, dan belum memiliki alat kelamin.
Serangga pradewasa mengalami beberapa kali pergantian kulit, diikuti
pertumbuhan tubuh dansayap secara bertahap. Contoh : Ordo Hymenoptera dan

Ordo Diptera. (Pracaya, 2008).
II.4.

Tipe Perkembangan dan Tipe Alat Mulut Serangga
Tipe dari perkembangan hidup serangga selama hidupnya yaitu serangga

berubah bentuk beberapa kali. Perubahan ini disebut metamorfosa. Ada dua
macam metamorfosa, yakni metamorfosa sempurna dan tidak sempurna. Beberapa
jenis serangga mengalami metamorfosa sempurna. Metamorfosa ini mempunyai
empat bentuk: mulai dari telur, menjadi larva (= ulat = tempayak = lundi),
kemudian kepompong, baru dewasa. Contohnya adalah ngengat: telur menetas
menjadi ulat. Ulat berganti kulit beberapa kali, kemudian membuat kepompong.
Setelah beberapa waktu, ngengat dewasa keluar dari kepompong. Hanya dewasa
yang dapat terbang dan kawin. Contoh lain adalah kumbang kubah serangga yang
mengalami metamorfosa sempurna mungkin tergolong hama (seperti penggerek
buah kopi) atau mungkin tergolong musuh alami (seperti semut rangrang).
Metamorfosa sempurna (holometabola) : telur - larva - kepompong - dewasa. Jika
serangga tertentu tidak mengalami metamorfosa sempurna, berarti dia mengalami
metamorfosa tidak sempurna. Metamorfosa tidak sempurna mempunyai tiga
bentuk: mulai dari telur, menjadi nimfa (serangga muda), kemudian dewasa.

Dengan demikian

metamorfosa tidak sempurna, tidak terdapat bentuk

6

kepompong. Contohnya adalah kepik dan capung. Telur menetas menjadi nimfa,
kemudian melepaskan kulitnya beberapa kali bila sedang mengalami proses
perkembangan. Pada saat melepas kulit terakhir, nimfa berubah menjadi serangga
dewasa. (Adi dwiguna, 2013).
Bagian dari mulut serangga dapat diklasifikasikan menjadi dua tipe umum
yaitu mandibulata (pengunyah) dan haustelata (penghisap). Tipe alat mulut
pengunyah, mandibel bergerak secara transversal yaitu dari sisi ke sisi, dan
serangga tersebut biasanya mampu menggigit dan mengunyah makanannya. Tipe
mulut penghisap memiliki bagian-bagian dengan bentuk seperti probosis yang
memanjang atau paruh dan melalui alat itu makanan cair dihisap. Mandibel pada
bagian mulut penghisap mungkin memanjang dan berbentuk stilet atau tidak ada.
Beberapa tipe alat mulut serangga yaitu : Tipe alat mulut menggigit mengunyah
terdiri dari : Labrum, berfungsi untuk memasukkan makanan ke dalam rongga
mulut. Epifaring, berfungsi sebagai pengecap. Mandibel, berfungsi untuk

mengunyah, memotong, atau melunakkan makanan. Maksila, merupakan alat
bantu untuk mengambil makanan. Maxila memiliki empat cabang, yaitu kardo,
palpus, laksinia, dan galea. Hipofaring, serupa dengan lidah dan tumbuh dari
dasar rongga mulut. Labium, sebagai bibir bawah bersama bibir atas berfungsi
untuk menutup atau membuka mulut. Labium terbagi menjadi tiga bagian, yaitu
mentum, submentum, dan ligula. Ligula terdiri dari sepasang glosa dan sepasang
paraglosa. Contoh serangga dengan tipe alat mulut menggigit mengunyah yaitu
ordo Coleoptera, Orthoptera, Isoptera, dan Lepidoptera. Tipe alat mulut
mengunyah dan menghisap, Tipe alat mulut ini diwakili oleh tipe alat mulut lebah
madu Apis cerana (Hymenoptera, Apidae) merupakan tipe kombinasi yang
struktur labrum dan mandibelnya serupa dengan tipe alat mulut menggigit
mengunyah, tapi maksila dan labiumnya memanjang dan menyatu. Glosa
merupakan bagian dari labium yang berbentuk memanjang sedangkan ujungnya
menyerupai lidah yang berbulu disebut flabelum yang dapat bergerak menyusup
dan menarik untuk mencapai cairan nektar yang ada di dalam bunga. Tipe alat
mulut menjilat mengisap. Tipe alat mulut ini misalnya pada alat mulut lalat
(Diptera). Pada bagian bawah kepala terdapat labium yang bentuknya berubah
7

menjadi tabung yang bercelah. Ruas pangkal tabung disebut rostrum dan ruas
bawahnya disebut haustelum. Ujung dari labium ini berbentuk khusus yang
berfungsi sebagai pengisap, disebut labellum. Tipe Alat Mulut Mengisap. Tipe
alat mulut ini biasanya terdapat pada ngengat dan kupu-kupu dewasa
(Lepidoptera) dan merupakan tipe yang khusus, yaitu labrum yang sangat kecil,
dan maksila palpusnya berkembang tidak sempurna. Labium mempunyai palpus
labial yang berambut lebat dan memiliki tiga segmen. Bagian alat mulut ini yang
dianggap penting dalam tipe alat mulut ini adalah probosis yang dibentuk oleh
maksila dan galea menjadi suatu tabung yang sangat memanjang dan menggulung.
Tipe Alat Mulut Menusuk Mengisap. Kepik, mempunyai alat mulut menusuk
mengisap, misalnya Scotinophara (Heteroptera). Alat mulut yang paling menonjol
adalah labium, yang berfungsi menjadi selongsong stilet. Ada empat stilet yang
sangat runcing yang berfungsi sebagai alat penusuk dan mengisap cairan tanaman.
Keempat stilet berasal dari sepasang maksila dan mandibel ini merupakan suatu
perubahan bentuk dari alat mulut serangga pengunyah. (Adi dwiguna, 2013).

III.

BAHAN DAN METODE

8

III.1.

Tempat dan Waktu
Kegiatan Praktikum ke II Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman dengan

materi Mengenal Ordo Serangga Parasit dan Predator yang dilaksanakan pada
hari Kamis, 16 April 2015 bertempat di Laboratorium Jurusan Budidaya
Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Palangka Raya.

III.2.

Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada saat praktikum yaitu: lalat buas (Lepitogaster

miagen) ordo diptera, belalang sembahn(Himenopus coronotu L) ordo orthoptera,
parasit pinggang ramping (Xanto pinepla sp) ordo orthoptera, kumbang lembing
(Monochillus scymoculatis), dan capung jarum (Agriocermis fygmae). Sedangkan
alat yang digunakan yaitu lup, alat gambar dan alat tulis lainnya.
III.3.

Prosedur Kerja
Prosedur

kerja dari praktikum ini adalah membuat hasil pengamatan

dalam bentuk gambar, yaitu :
a. Mengamati bentuk serangga dengan lup (kaca pembesar), kemudian
perwakilan setiap kelompok mengambil gambar dengan kamera.
b. Menggambar bentuk serangga secara utuh.
c. Masing-masing bagian (sayap depan dan belakang, kepala (caput), dada
(thorax), perut (abdomen), dan kaki).
d. Mencatat klasifikasi serangga (nama serangga, ordo, tipe perkembangan, tipe
alat mulut, golongan serangga, mangsa) kedalam bentuk tabel.

9

IV.
IV.1.

HASIL DAN PENGAMATAN

Tabel Hasil Pengamatan

Tabel 1. Hasil pengamatan Mengenal Ordo Serangga Parasit dan Predator di
Laboratorium Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas
Palangka Raya.
No

Nama Serangga

Ordo

Tipe Mulut

Hymenoptera

Tipe
Perkembangan
Holometabola

1

Serangga Pinggang
Ramping
(Xanthopinepla Sp)

2

Lalat Buas
(Laptogaster Sp)

Diptera

Holometabola

3

Capung Jarum
(Agriochemis
pigmae)
Kumbang Lembing
( Monochillus
sexmacullata)

Odonata

5

6

4

Golongan
Serangga
Parasit

Mangsa/ inang

Mengunyah
, menggigit

Predator

Mangsa lalat
buah

Paurometabola

Menggigit,
mengunyah

Predator

Kutu daun
kelapa

Coloeptera

Holometabola

Menggigit,
mengunyah

Predator

Kutu loncat

Belalang Sembah
(Himenopus
coronopus L.)

Orthoptera

Paurometabola

Menggigit,
mengunyah

Predator

Nimfa walang
sangit

Kepik Hijau
(Cyrtorhinus
lividipennis)

Hemiptera

Paurometabola

Menggigit,
mengunyah

Predator

Wereng coklat

IV.2.

Menusuk,
menghisap

Larva/ngengat

Pembahasan

IV.2.1. Parasit Pinggang Ramping (Xanthopinepla Sp)

(Dokumentasi Pribadi)

(Sumber : http://adidwiguna.blogspot.com)

10

Klasifikasi pinggang ramping (Xantopinepla sp)
Kingdom

:

Animalia

Phyllum

:

Arthropoda

Subphylum

:

Mandibulata

Kelas

:

Insecta

Ordo

:

Hymenoptera

Famili

:

Braconidae

Genus

:

Xantopinepla

Spesies

:

Xantopinepla Sp

Pada ordo ini metamorfosenya sempurna (Holometabola) yang melalui
stadia : telur-> larva–> kepompong —> dewasa. Anggota famili Braconidae,
Chalcididae, Ichnemonidae, Trichogrammatidae dikenal sebagai tabuhan parasit
penting pada hama tanaman. Daur hidupnya ratu tawon meletakkan sebutir telur
dalam setiap lubang atau sel di sarang itu dan kemudian menetas menjadi larva
yang diberi makan oleh kaum pekerja di dalam sarang. Telur menetas dan tawon
pekerja membawa potongan tubuh ulat atau serangga lain untuk makanan larva.
Madu juga dibawa untuk makanan larva. Setelah keluar dari kepompong, tabuhan
ini muncul sebagai tawon pekerja yang baru. Ia meneruskan hidupnya sebagai
pekerja dewasa, dan ikut mencari makanan untuk sarang. Tawon pekerja tidak
kawin. Hanya ratu saja yang kawin dan meletakkan telur. Kelompok terbesar
parasitoid, yaitu bangsa Hymenoptera merupakan kelompok yang sangat penting.
Dua suku utama dari supersuku Ichneumonoidea, yaitu Braconidae dan
Ichneumonidae, sangat penting dalam pengendalian alami dan hayati. Dari
supersuku Chalcidoidea yang dianggap sebagai kelompok parasitoid paling
penting

dalam

pengendalian

alami

dan

hayati

adalah

Mymaridae,

Trichogrammatidae, Eulophidae, Pteromalidae, Encyrtidae, dan Aphelinidae.
Kebanyakan dari anggotanya bertindak sebagai predator/parasitoid pada serangga

11

lain dan sebagian yang lain sebagai penyerbuk. Sayap terdiri dari dua pasang dan
membranus. Sayap depan umumnya lebih besar daripada sayap belakang. Pada
kepala dijumpai adanya antene (sepasang), mata facet dan occelli. Tipe alat mulut
penggigit atau penggigit-pengisap yang dilengkapi flabellum sebagai alat
pengisapnya. Serangga pinggang ramping dilestarikan dengan cara menjaga
habitatnya dan juga dibantu dengan cara konservasi, yakni upaya pelestarian
keberadaan musuh alami di suatu wilayah dengan antara lain melalui pengelolaan
habitat. Dan augmentasi apabila serangga ini mulai terlihat sangat kurang di suatu
daerah.

IV.2.2. Lalat Buas (Laptogaster Sp)

(Dokumentasi Pribadi)

(Sumber : http://adidwiguna.blogspot.com)

Klasifikasi dari lalat buas adalah sebagai berikut:
Kingdom

: Animalia

Filum

: Arthopoda

Klas

: Insekta

Subklas

: Pterygota

Ordo

: Diptera

Famili

: Asilidae

Genus

: Leptogaster

Spesies

: Leptogaster miegan.
12

Metamorfosenya

sempurna

(holometabola)

yang

perkembangannya

melalui stadia : telur —> larva —> kepompong —> dewasa. Larva tidak berkaki
biasanya hidup di sampah atau sebagai pemakan daging, namun ada pula yang
bertindak sebagai hama , parasitoid dan predator. Pupa bertipe coartacta. Lalat
dewasa meletakkan telur di dalam kolam air atau kayu lapuk. Larva dapat hidup di
air, kayu lapuk, batang rumput-rumputan, di bawah kayu dan juga ada yang
bersifat parasit. Setelah larva berganti kulit beberapa kali, dia menjadi
kepompong. Serangga anggota ordo Diptera meliputi serangga pemakan
tumbuhan, pengisap darah, predator dan parasitoid. Serangga dewasa hanya
memiliki satu pasang sayap di depan, sedang sayap belakang mereduksi menjadi
alat keseimbangan berbentuk gada dan disebut halter . Pada kepalanya juga
dijumpai adanya antene dan mata facet. Tipe alat mulut bervariasi, tergantung sub
ordonya, tetapi umumnya memiliki tipe penjilat-pengisap, pengisap, atau
pencucuk pengisap. Pada tipe penjilat pengisap alat mulutnya terdiri dari tiga
bagian yaitu bagian pangkal yang berbentuk kerucut disebut rostum, bagian
tengah yang berbentuk silindris disebut haustellum, dan bagian ujung yang berupa
spon disebut labellum atau oral disc. Dari bangsa Diptera hanya suku Tachinidae
yang paling penting di dalam pengendalian alami dan hayati hama pertanian dan
kehutanan. Serangga anggota ordo Diptera meliputi serangga pemakan tumbuhan,
pengisap darah, predator dan parasitoid. Serangga dewasa hanya memiliki satu
pasang sayap di depan, sedang sayap belakang mereduksi menjadi alat
keseimbangan berbentuk gada dan disebut halter . Pada kepalanya juga dijumpai
adanya antene dan mata facet. Tipe alat mulut bervariasi, tergantung sub ordonya,
tetapi umumnya memiliki tipe penjilat-pengisap, pengisap, atau pencucuk
pengisap. Pada tipe penjilat pengisap alat mulutnya terdiri dari tiga bagian yaitu
bagian pangkal yang berbentuk kerucut disebut rostum, bagian tengah yang
berbentuk silindris disebut haustellum, dan bagian ujung yang berupa spon
disebut labellum atau oral disc. Pelestarian serangga ini adalah dengan cara tidak
merusak habitat dan mejaga kelestariannya dengan menjaga ekosistem habitatnya
dapat juga bila diperlukan dengan cara Introduksi, Konservasi, dan augmentasi

13

sehingga serangga ini dapat bertambah lagi populasinya sehingga dapat membantu
usahatani untuk mengendalikan serangga hama lainnya.

IV.2.3. Capung Jarum (Agriochemis figmae)

(Dokumentasi Pribadi)

(Sumber : http://adidwiguna.blogspot.com)

Klasifikasi Ilmiah Capung jarum:
Kingdom

:

Animalia

Phyllum

:

Arthropoda

Kelas

:

Insecta

Ordo

:

Odonata

Famili

:

Coenayrionidae

Genus

:

Agriocermis

Spesies

:

Agriocermis fygmae

Capung (subordo Anisoptera) relatif mudah dibedakan dari capung jarum
(subordo Zygoptera). Capung umumnya bertubuh relatif besar dan hinggap
dengan sayap terbuka atau terbentang ke samping. Sedangkan capung jarum
umumnya bertubuh kecil (meskipun ada beberapa jenis yang agak besar),
memiliki abdomen yang kurus ramping mirip jarum, dan hinggap dengan sayapsayap tertutup, tegak menyatu di atas punggungnya. Capung jarum menyebar luas,
di hutan-hutan, kebun, sawah, sungai dan danau, hingga ke pekarangan rumah dan
lingkungan perkotaan. Ditemukan mulai dari tepi pantai hingga ketinggian lebih
14

dari 3.000 m. Beberapa jenisnya, umumnya jenis capung, merupakan penerbang
yang kuat dan luas wilayah jelajahnya. Beberapa jenis yang lain memiliki habitat
yang spesifik dan wilayah hidup yang sempit. Capung jarum biasanya terbang
dengan lemah, dan jarang menjelajah jauh. Siklus hidup capung, dari telur hingga
mati setelah dewasa, bervariasi antara enam bulan hingga maksimal enam atau
tujuh tahun. Capung meletakkan telurnya pada tetumbuhan yang berada di air.
Ada jenis yang senang dengan air menggenang, namun ada pula jenis yang senang
menaruh telurnya di air yang agak deras. Setelah menetas, tempayak (larva)
capung hidup dan berkembang di dasar perairan, mengalami metamorfosis
menjadi nimfa, dan akhirnya keluar dari air sebagai capung dewasa. Sebagian
besarsiklus hidup capung dihabiskan dalam bentuk nimfa, di bawah permukaan
air,dengan menggunakan insang internal untuk bernapas. Tempayak dan nimfa
capung hidup sebagai hewan karnivora yang ganas. Nimfa capung yang berukuran
besar bahkan dapat memburu dan memangsa berudu dan anak ikan. Setelah
dewasa, capung hanya mampu hidup maksimal selama empat bulan.
Metamorfose tidak sempurna (Hemimetabola), pada stadium larva dijumpai
adanya alat tambahan berupa insang dan hidup di dalam air. Anggota-anggotanya
dikenal sebagai predator pada beberapa jenis serangga keecil yang termasuk hama
, seperti beberapa jenis trips, wereng, kutu loncat serta ngengat penggerek batang
padi. Capung besar dan capung jarum melewatkan masa remajanya dalam air
seperti: sawah, kolam atau sungai. Capung betina meletakkan telur di dalam air,
dan telur menetas di sana. Nimfa melata di tanaman dan ranting di bawah
permukaan air dalam kolam, sungai atau sawah. Nimfa capung menangkap dan
memakan binatang air,seperti serangga kecil, bibit ikan kecil, jentik nyamuk dan
kecebong. Jika sudah besar, nimfa melata ke luar air (biasanya pada buluh) dan
melepaskan kulitnya menjadi dewasa yang bersayap. Ia memompa cairan ke
dalam urat sayap untuk membuka sayapnya. Kadang-kadang terlihat dua capung
yang ekornya disambung. Capung ini sedang kawin untuk menghasilkan generasi
baru serangga yang indah dan berguna ini. Memiliki anggota yang cukup besar
dan mudah dikenal. Sayap dua pasang dan bersifat membranus. Pada capung besar
dijumpai vena-vena yang jelas dan pada kepala dijumpai adanya mata facet yang

15

besar. Metamorfose tidak sempurna (Hemimetabola), pada stadium larva dijumpai
adanya alat tambahan berupa insang dan hidup di dalam air. Anggota-anggotanya
dikenal sebagai predator pada beberapa jenis serangga keecil yang termasuk hama
, seperti beberapa jenis trips, wereng, kutu loncat serta ngengat penggerek batang
padi.

IV.2.4. Kumbang Lembing (Monochillus scymoculatus)

(Dokumentasi Pribadi)

(Sumber : http://adidwiguna.blogspot.com)

Klasifikasi Ilmiah Kumbang lembing (Monochillus scymoculatus)
Kingdom

:

Animalia

Phyllum

:

Arthropoda

Kelas

:

Insecta

Ordo

:

Coleoptera

Famili

:

Cocultopdoe

Genus

:

Monochillus

Spesies

:

Monochillus scymoculatus

Metamorfose bertipe sempurna (holometabola) yang perkembangannya
melalui stadia : telur —> larva —> kepompong (pupa) —> dewasa (imago).
Larva umumnya memiliki kaki thoracal (tipe oligopoda), namun ada beberapa
yang tidak berkaki (apoda). Kepompong tidak memerlukan pakan dari luar
16

(istirahat) dan bertipe bebas/libera. Setelah keluar dari telur, larva sangat aktif,
mencari mangsa seperti ulat dan serangga lain pada tanah dan tanaman. Larva
biasanya berwarna hitam atau coklat. Tubuh larva panjang, dengan sekitar 12 ruas
yang mudah dilihat. Larva menjadi kepompong, dan kumbang dewasa yang keluar
dapat hidup lebih dari setahun. Anggota-anggotanya ada yang bertindak sebagai
hama tanaman, namun ada juga yang bertindak sebagai predator (pemangsa) bagi
serangga lain. Sayap terdiri dari dua pasang. Sayap depan mengeras dan menebal
serta tidak memiliki vena sayap dan disebut elytra. Apabila istirahat, elytra seolaholah terbagi menjadi dua (terbelah tepat di tengah-tengah bagian dorsal). Sayap
belakang membranus dan jika sedang istirahat melipat di bawah sayap depan. Alat
mulut bertipe penggigit-pengunyah, umumnya mandibula berkembang dengan
baik. Pada beberapa jenis, khususnya dari suku Curculionidae alat mulutnya
terbentuk pada moncong yang terbentuk di depan kepala. Untuk pelestarian
kumbang lembing ini sendiri adalah dengan upaya sedapat mungkin untuk tidak
sampai mematikan serangga ini baik dalam perlakuan pada usahatani dan juga
melakukan pelestarian dengan cara pengembangan skala wilayah area predator ini
kewilayah baru sehingga populasi serangga ini dapat meningkat.

IV.2.5. Belalang Sembah (Himenopus coronopus L.)

(Dokumentasi Pribadi)

(Sumber: http://adidwiguna.blogspot.com)

Klasifikasi dari belalang sembah adalah sebagai berikut:
Kingdom: Animalia
Filum: Arthropoda
Kelas: Insecta
17

Ordo: Mantodea
Famili: Mantidae
Genus: Himenopus
Spesies: Himenopus coronatus L.
Belalang sembah mudah dikenal karena kaki depannya dibentuk khusus
untuk menangkap dan memegang mangsa. Kepalanya bisa bergerak dengan bebas,
sehingga serangga ini adalah satu-satunya yang mampu menoleh kebelakang.
Belalang sembah memakan banyak jenis serangga, termasuk hama-hama teh
seperti Helopeltis. Belalang sembah biasanya menunggu sampaimangsa cukup
dekat, dan dia menangkap mangsa dengan gerakan cepat menggunakan kedua
kaki depannya yang dilengkapi duri kecil untuk menusuk mangsanya. Telur
belalang sembah diletakkan pada ranting atau bagian tanaman yang lainnya.
Biasanya telur ditutup dengan biuh berukuran cukup besar. Buih tersebur
kemudian mengeras dan nimfa akan muncul dengan jumlah puluhan hingga
ratusan, tetapi perkembanganya lambat. Nimfa binatang tersebut bergerak,
bersikap menyembah dan juga menangkap mangsanya dengan cepat. Sementara
itu, belalang dewasa biasanya tidak bergerak, tetapi dengan sabar sambil
menyembah menunggu mangsanya. Belalang betina biasanya akan memakan yang
jantan sesudah perkawinan. Ciri-ciri yang dimiliki belalang sembah adalah
memiliki 3 pasang kaki. Dua pasang kali belakang digunakan untuk berjalan
sedangkan sepasang kaki depan berguna untuk menangkap mangsa. Kaki
depannya sangat kuat dan berukuran paling besar dengan sisi bagian dalamnya
berduri tajam yang berguna untuk mencengkeram mangsanya. Belalang sentadu
adalah salah satu dari segelintir serangga yang dapat memutar kepalanya hingga
180 derajat. Belalang sembah adalah serangka pemangsa tingkat tinggi dan
merupakan serangga karnivora yang makan segala macam serangga dan terkadang
bersifat kanibal. Mereka biasanya diam dan menunggu korban mereka dengan
tungkai-tungkai depan dengan posisi yang diangkat ke atas. Serangga ini
mempunyaicara kamuflase atau penyamaran yang baik, ada yang mirip seperti
daun, ranting, bunga dan sebagainya, sehingga tidak dikenali oleh mahluk yang
lainnya, termasuk mangsanya. Belalang sembah atau belalang sentadu sangat

18

selektif dalam memakan mangsanya. Seranga ini tidak memakan semua bagian
tubuh mangsanya dan seringkali menyisakan kaki, sayap dan beberapa bagian
tubuh lain yang tidak disukai. Pelestariannya dengan tidak membunuh belalang
sembah jika ditemui dilahan atau dimana saja karena akan bersifat
menguntungkan bagi petanikarena membantu mengurangi populasi hama yang
merugikan.

IV.2.6. Kepik Hijau (Cyrtorhinus lividipennis)

(Dokumentasi Pribadi)

(Sumber : : www.blog.ub.ac.id)

Klasifikasi Kepik Hijau :
Kerajaan : Animalia
Filum

: Arthropoda

Kelas

: Insecta

Ordo

: Hemiptera
Kepik sebagai anggota dari ordo Coleoptera (kumbang) mengalami

metamorfosis sempurna: telur, larva, kepompong, dan dewasa. Telur kepik
berbentuk lonjong dan berwarna kuning. Telur-telur ini biasanya menetas sekitar
seminggu setelah pertama kali dikeluarkan. Larva kepik umumnya memiliki
penampilan bertubuh panjang, diselubungi bulu, dan berkaki enam. Larva ini
hidup dengan makan sesuai makanan induknya dan ketika mereka bertumbuh
semakin besar, mereka melakukan pergantian kulit. Larva yang sudah sampai
hingga ukuran tertentu kemudian akan berhenti makan dan memasuki fase

19

kepompong pada usia dua minggu sejak pertama kali menetas. Kepompong ini
biasanya menempel pada benda-benda seperti daun atau ranting dan berwarna
kuning dan hitam. Kepik dewasa selanjutnya akan keluar dari kepompong setelah
sekitar satu minggu. Sayap depan kepik yang baru keluar masih rapuh dan
berwarna kuning pucat sehingga ia akan berdiam diri sejenak untuk mengeraskan
sayapnya sebelum mulai berakivitas. Morfologi kepik ttruktur mulutnya yang
berbentuk seperti jarum. Sayap depan yang bagian pangkalnya keras seperti kulit,
namun bagian belakangnya tipis seperti membran. Kepik tidak mengalami
metamorfosis sempurna. Anakan serangga dari ordo Hemiptera yang baru
menetas biasanya memiliki penampilan yang sama dengan induknya, namun
ukuranya lebih kecil dan tidak besayap. Fase anakan ini dikenal dengan nama
nimfa. Nimfa Hemiptera ini kemudian melakukan pergantian kulit berkali-kali
hingga akhirnya menjadi dewasa tanpa melalui fase kepompong. Dengan kata
lain: telur nimfa dewasa. Cara pengendalian kepik dengan menggunakan
pengendalian secara hayati dengan cara pemangkasan pada buah yang terserang
hama kepik.

V.

PENUTUP
20

V.1.

Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat saya ambil dari hasil praktikum ini yaitu tidak

seluruh serangga merupakan hama/organisme yang menyerang tanaman sehingga
mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman menjadi terganggu,
yang berdampak turunnya kualitas dan kuantitas serta kerugian ekonomis bagi
manusia nsmun sebagian dari golongan serangga ada yang menguntungkan
manusia terutama petani. Serangga-serangga yang menguntungkan ini bersifat
predator dan parasit yang dapat mengurangi populasi dan dapat mengendalikan
hama tanaman. Serangga menguntungkan ini biasanya berasal dari ordo
orthoptera, ordo odonata, ordo diptera, ordo coleoptera merupakan serangga
bersifat predator atau memangsa hama dan ordo hymenoptera yang bersifat parasit
dan menjadikan serangga tanaman sebagai inang. Perbedaan serangga predator
dan serangga parasit yaitu berada pada strategi penanganan hama itu sendiri,
untuk serangga predator ham yang diserang disebut dengan mangsa karena
serangga ini secara langsung menyerang, membunuh dan memakan serangga
hama dan ukuran serangga predator ini biasanya lebih besar dari pada hama yang
dimangsanya. Sedangkan untuk serangga parasit serangga hama yang diserangnya
disebut dengan inang karena sifat serangga ini adalah memparasiti hama serangga
yang dapat menyebabkan sakit hingga kematian pada serangga hama dan
ukurannya biasanya lebih kecil dari pada inangnya. Serangga parasit dan predator
ini sedapat mungkin jangan sampai terbasmi bila perlu dilakukan pelestarian
terutama di lahan pertanian karena serangga ini sangat membantu petani untuk
mengendalikan serangga hama sehingga keberadaan serangga hama tidak sampai
pada ambang batas yang merugikan, sehingga produksi pertanian dapat dihasilkan
secara maksimal.

V.2.

Saran

21

Saran yang dapat disampaikan berkaitan dengan diadakannya praktikum
ini adalah agar praktikum berikutnya praktikan bisa lebih tenang dalam mengikuti
kegiatan praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

22

Adisubroto, W. 1990. Pengkajian Populasi Predator Hama Kedelai pada Musim
Tanam. Jurusan hama dan Penyakit Tumbuhan UGM, Yogyakarta.
Adimaryanto,

2011.

Pengertian

Predator

dan

Parasit.

http://adimaryanto.blogspot.com. (Di akses pada tanggal 21 April 2015)
Adidwiguna, 2012. Klasifikasi Serangga Hama. http://adidwiguna.blogspot.com.
(Diakses pada tanggal 21 April 2015).
Triharso, 2004. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Habibi

Bin

Yahya,

2012.

http://infohamapenyakittumbuhan.blogspot.com/2012/04/bentuk-bentukpengendalian-hama-tanaman.html. (Diakses pada tanggal 21 April 2015)
Adi dwiguna, 2013. http://adidwiguna.blogspot.com/2013/04/mengenal-ordoseranga-hama.html
Hartati, 2009. Laporan Praktikum Zoologi. http:// biologi-staincrb.web.id.
(Di akses pada tanggal 21 April 2015).
Triharso, 2004. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta
Sofa. 2008. Menggunakan Serangga Pemangsa dan Parasitoid sebagai
Pengendalian Hama. http://massofa.wordpress.com/page/44/ Di akses pada
tanggal 21 April 2015.
Pracaya, 2008. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya, Jakarta

23