Hakikat Manusia Menurut Islam (1)

HAKIKAT MANUSIA

MOCHAMMAD TAUFIQ RIDHO.M ,PD
KELOMPOK 2
 NUR FADILAH
 DWINA PANGESTIKA
 BEKTI RAHMAWATI
 MUHAMMAD ILHAMI SUBHAN
 ZAKY ABDILLAH

2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kehadiran manusia tidak terlepas dari asal usul kehidupan di alam
semesta.Manusia hakihatnya adalah makhluk ciptaan Allah SWT.Pada diri
manusia terdapat perpaduan antara sifat ketuhanan dan sifat kemakhlukan.Dalam
pandangan Islam, sebagai makhluk ciptaan Allah SWT manusia memiliki tugas
tertentu dalam menjalankan kehidupannya di dunia ini.Untuk menjalankan
tugasnya manusia dikaruniakan akal dan pikiran oleh Allah SWT.Akal dan

pikiran tersebut yang akan menuntun manusia dalam menjalankan perannya.
Dalam hidup di dunia, manusia diberi tugas kekhalifaan, yaitu tugas
kepemimpinan, wakil Allah di muka bumi, serta pengelolaan dan pemeliharaan
alam.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas timbul beberapa masalah, diantaranya:
1. Apa pengertian manusia dalam islam?
2. Bagaimana penciptaan manusia dalam islam?
3. Apa persamaan dan perbedaan manusia dengan makhluk lain?
4. Apakah tujuan penciptaan manusia?Apa fungsi dan peranan manusia dalam
islam?
1.3 TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari topic ini adalah:
1. Menjelaskan perbedaan pandangan Al-quran dengan pendapat ulama islam
tentang konsep manusia.
2. Memahami tujuan penciptaan manusia.
3. Menjelaskan hakikat manusia menurut pandangan islam.

1.4 METODE PENULISAN
Penulis memakai metode studi literatur dan kepustakaan dalam penulisan

makalah ini. Referensi makalah ini bersumber tidak hanya dari buku, tetapi juga
dari media media lain seperti perangkat media massa yang diambil dari internet.
1.5 SISTEMATIKA PENULISAN
Makalah ini disusun menjadi tiga bab, yaitu bab pendahuluan, bab pembahasan,
dan bab penutup. Adapun bab pendahuluan terbagi atas : latar belakang, rumusan
makalah, tujuan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab pembahasan
berisi tentang perincian dari rumusan masalah.Bab penutup berisi kesimpulan.

BAB 2
PEMBAHASAN
HAKIKAT MANUSIA MENURUT ISLAM
Sesungguhnya manusia diciptakan oleh Allah SWT adalah makhluk paling sempurna
dibandingkan dengan makhluk yang lainya, termasuk diantaranya Malaikat, Jin, Iblis,
Binatang, dan lain-lainnya.
2.1 Pengertian manusia menurut para ahli
 NICOLAUS D. & A. SUDIARJA
Manusia adalah bhineka, tetapi tunggal. Bhineka karena ia adalah jasmani dan
rohani akan tetapi tunggal karena jasmani dan rohani merupakan satu barang.
 ABINENO J. I
Manusia adalah “tubuh yang berjiwa” dan bukan “jiwa abadi yang berada atau

yang terbungkus dalam tubuh yang fana”.
 UPANISADS
Manusia adalah kombinasi dari unsur-unsur roh (atman), jiwa, pikiran, dan
prana ataubadan fisik.
 I WAYAN WATRA
Manusia adalah mahluk yang dinamis dengan trias dinamikanya, yaitu cipta,
rasa dan karsa.
 OMAR MOHAMMAD AL-TOUMY AL-SYAIBANY
Manusia adalah mahluk yang paling mulia, manusia adalah mahluk yang
berfikir, dan manusia adalah mahluk yang memiliki 3 dimensi (badan, akal,
dan ruh), manusia dalam pertumbuhannya dipengaruhi faktor keturunan dan
lingkungan.

 ERBE SENTANU
Manusia adalah mahluk sebaik-baiknya ciptaan-Nya. Bahkan bisa dikatakan
bahwa manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan
dengan mahluk yang lain.
 PAULA J. C & JANET W. K
Manusia adalah mahluk terbuka, bebas memilih makna dalam situasi,
mengemban tanggung jawab atas keputusan yang hidup secara kontinu serta

turut menyusun pola berhubungan dan unggul multidimensi dengan berbagai
kemungkinanan.
2.2 Pengertian manusia menurut agama islam
Dalam Al-Quran manusia dipanggil dengan beberapa istilah, antara lain al-insaan,
al-naas, al-abd, dan bani adam dan sebagainya. Al-insaan berarti suka, senang,
jinak, ramah, atau makhluk yang sering lupa.Al-naas berarti manusia (jama’).Alabd berarti manusia sebagai hamba Allah.Bani adam berarti anak-anak Adam
karena berasal dari keturunan nabi Adam.
Namun dalam Al-Quran dan Al-Sunnah disebutkan bahwa manusia adalah
makhluk yang paling mulia dan memiliki berbagai potensi serta memperoleh
petunjuk kebenaran dalam menjalani kehidupan di dunia dan akhirat.
Allah selaku pencipta alam semesta dan manusia telah memberikan informasi
lewat wahyu Al-quran dan realita faktual yang tampak pada diri manusia.
Informasi itu diberi- Nya melalui ayat-ayat tersebar tidak bertumpuk pada satu
ayat atau satu surat. Hal ini dilakukan-Nya agar manusia berusaha mencari,
meneliti,memikirkan, dan menganalisanya. Tidak menerima mentah demikian
saja. Untuk mampu memutuskannya, diperlukan suatu peneliti Alquran dan
sunnah rasul secara analitis dan mendalam. Kemudian dilanjutkan dengan
melakukan penelitian laboratorium sebagai perbandingan, untuk merumuskan
mana yang benar bersumber dari konsep awal dari Allah dan mana yang telah
mendapat pengaruh lingkungan.


Hasil peneliti Alquran yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpuannya bahwa
manusia terdiri dari unsur-unsur: jasad, ruh, nafs, qalb, fikr, dan aqal.
A. Jasad
Jasad merupakan bentuk lahiriah manusia, yang dalam Alquran dinyatakan
diciptakan dari tanah. Penciptaan dari tanah diungkapkan lebih lanjut melalui
proses yang dimulai dari sari pati makanan, disimpan dalam tubuh sampai
sebagiannya menjadi sperma atau ovum (sel telur), yang keluar dari tulang
sulbi (laki-laki) dan tulang depan (saraib) perempuan (a-Thariq: 5-7). Sperma
dan ovum bersatu dan tergantung dalam rahim kandungan seorang ibu
(alaqah), kemudian menjadi yang dililiti daging dan kenpmudian diisi tulang
dan dibalut lagi dengan daging. Setelahnia berumur 9 (sembilan) bulan, ia
lahir ke bumi dengan dorongan suatu kekuatan ruh ibu, menjadikan ia seorang
anak manusia.
Meskipun wujudnya suatu jasad yang berasal dari sari pati makanan, nilainilai kejiwaan untuk terbentuknya jasad ini harus diperhatikan. Untuk dapat
mewujudkan sperma dan ovum berkualitas tinggi, baik dari segi materinya
maupun nilainya, Alquran mengharapkan agar umat manusia selalu memakan
makanan yang halalan thayyiban (Surat Al-baqarah: 168, Surat Al-maidah 88,
dan surat Al-anfal 69). Halal bermakna suci dan berkualitas dari segi nilai
Allah. Sedangkan kata thayyiban bermakna bermutu dan berkualitas dari segi

materinya.
B. Ruh
Ruh adalah daya (sejenis makhluk/ciptaan) yang ditiupkan Allah kepada janin
dalam kandungan (Surat Al-Hijr 29, Surat As-Sajadah 9, dan surat Shaad 27)
ketika janin berumur 4 bulan 10 hari. Walaupun dalam istilah bahasa dikenal
adanya istilah ruhani, kata ini lebih mengarah pada aspek kejiwaan, yang
dalam istilah Al-Qur’an disebut nafs.

Dalam diri manusia, ruh berfungsi untuk:
a) Membawa dan menerima wahyu (Surat As-Syuara 193)
b) Menguatkan iman (Surat Al-Mujadalah 22)
Dari ayat ini dapat dipahami bahwa manusia pada dasarnya sudah siap
menerima beban perintah-perintah Allah dan sebagai orang yang dibekali
dengan ruh, seharusnya ia elalu meningkatkan keimanannya terhadap Allah.
Hal itu berarti mereka yang tidak ada usaha untuk menganalisa wahyu Allah
serta tidak pula ada usaha untuk menguatkan keimanannya setiap saat berarti
dia mengkhianati ruh yang ada dalam dirinya.
C. Nafs
Para ahli menyatakan manusia itu pasti akan mati. Tetapi Al-Qur’an
menginformasikan bahwa yang mati itu nafsnya. Hal ini diungkapkan pada

Surat Al-Anbiya ayat 35 dan Surat Al-Ankabut ayat 57, Surat Ali-Imran ayat
185. Hadist menginformasikan bahwa ruh manusia menuju alam barzah
sementara jasad mengalami proses pembusukan, menjelang ia bersenyawa
kembali secara sempurna dengan tanah.
Alquran menjelaskan bahwa, nafs terdiri dari 3 jenis:
a) Nafs Al-amarah (Surat Yusuf ayat 53), ayat ini secara tegas memberikan
pengertian bahwa nafs amarah itu mendorong ke arah kejahatan.
b) Nafs Al-lawwamah (Surat Al-Qiyamah ayat 1-3 dan ayat 20-21) dari
penjelasan ayat tersebut terlihat bahwa yang dimaksud dengan nafs
lawwamah ini adalah jiwa yang condong kepada dunia dan tak acuh
dengan akhirat.
c) Nafs Al-Muthmainnah (Surat Al-Fajr ayat 27-30). Nafs muthmainnah ini
adalah jiwa yang mengarah ke jalan Allah untuk mencari ketenangan dan
kesenangan sehingga hidup berbahagia bersama Allah.

2.3 Penciptaan manusia
Hal ini merupakan prinsip pertama dari perkembangan yang dapat dipahami
dalam al-quran, ketika menyatakan bahwa allah maha pencipta. Dengan kata lain,
kehidupan manusia memiliki pola dalam tahapan-tahapan tertentu yang termasuk
tahapan dari perubahan sampai kematian.

(Q.S Nuh 13-14) menyatakan bahwa manusia diciptakan dan ditentukan untuk
perkembangan dalam tahapan.Ayat ini dalam pengertian bahwa manusia
diciptakan dari nutfah (tetesan), kemudian diubah menjadi alaqah (segumpal
pendarahan), kemudian menjadi mudhgah (segumpal darah), dan seterusnya.
(Q.S al-insyqaq 19) dalam pengertian surat ini bahwa manusia tumbuh dari satu
keadaan lain sedemikian rupa, menjadi kanak-kanak setelah bayi, menjadi tua
setelah muda dan kuat.
Dalam surat al’mu’minun ayat 12-15Allah S.W.T berfirman:
“Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati
(berasal) dari tanah.Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami
jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging,
dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu
kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk)

lain.

Maka


Maha

sucilah

Allah,

Pencipta

yang

paling

baik.Kemudian, sesudah itu, Sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan
mati.”
Dari ayat diatas ini diketahui bahwa perkembangan embrio terjadi secara
bertahap. Tahapan-tahapan yang digambarkan dua ayat ini sama persis dengan
temuan ilmu pengetahuan modern. Secara global, pentahapan itu dapat dijelaskan
sebagai berikut:
Sel telur yang belum dibuahi diproduksi oleh organ wanita dan diletakan pada
semacam tabung yang disebut fallopian. Saat bersenggama, akan ada satu sperma

laki-laki yang membuahi sel telur. Sel telur yang dibuahi akan bergerak ke rahim
(uterus)dan menempel pada dinding rahim.

Ketika menempel di dinding rahim, embrio akan berkembang sekitar 3
bulan.Setelah itu, terjadi perkembangan janin selama kurang lebih 6 bulan pada
masa persalinan.
Dalam surat assajadah ayat 7-9 yang artinya:
“Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang
memulai

penciptaan

manusia

dari

tanah.

Kemudian


Dia

menjadikan

keturunannya dari saripati air yang hina (air mani). Kemudian Dia
menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya roh (ciptaan) -Nya dan
Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu
sedikit sekali bersyukur.”
Dari ayat al-quran diatas, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa manusia diciptakan
oleh Allah dari tanah. Tanah yang diinjak-injak sehari-hari, tanah yang dijadikan
tempat bercocok tanam,tanah yang kering dan yang basah, tanah yang dijadikan
tempat hidup bagi cacing-cacing, tanah yang dijadikan sebagai bahan baku
membuat genting,bata merah untuk membuat bangunan tempat tinggal, itulah
bahan baku untuk kejadian seorang anak manusian dan tiap-tiap manusia tanpa
terkecuali.

Dimulai

dari

apa

yang

dimakan

sehari-hari,

misalnya

nasi,gandum,jagung,sayur-mayur dan buah-buahan hingga daging, segala
makanan yang dikonsumsi manusia itu tumbuh dan mengambil sari makanan dari
tanah.
Di dalam segala makanan itu ada segala macam saringan yang ditakdirkan Allah
atas alam.Di dalam makanan itu terdapat protein, karbohidrat, zat besi, berbagai
macam vitamin dan zat-zat lain yang memang sangat diperlukan bagi keperluan
tubuh manusia.Sehingga dengan makanan itu segala kebutuhan tubuh dapat
tercukupi, makanan masuk ke dalam sisitem pencernaan, kemudian makanan ini
menjadi dua bagian, yaitu sari makanan dan sisa makanan yang akhirnya dibuang
oleh tubuh.

Sedangkan sari makanan tadi diproses lebih lanjut sehingga sebagian menjadi
darah, hormon, air susu, lemak dan lain-lainnya termasuk air mani (bagi laki-laki)
yang tersimpan dalam tulang sulbi dan ovum (sel telur) bagi perempuan yang
tersimpan dalam tulang dada. Dan dengan kehendak Allah maka pria dan wanita
pun diciptakan untuk berpasang-pasangan karena dengan perpaduan gender
mereka terciptalah suatu nutfah, sebagaimana dijelaskan oleh Allah S.W.T dalam
firmannya:
“Dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan
wanita. dari air mani, apabila dipancarkan (Q.S an-najm ayat 45-46)
Dan kehendak ilahi berpadulah satu dengan zat mani pada perempuan yang
merupakan telur yang sangat kecil. Perpaduan keduanya itulah

yang

dinamakan nutfah, kian lama kian besarlah nutfah itu, dalam empat puluh hari.
Dan dalam masa 40 hari mani yang telah berpadu, berangsur menjadi darah
segumpal. Untuk melihat contoh peralihan berangsur kejadian itu, dapatlah kita
memecahkan telur ayam yang sedang dierami induknya. Tempatnya aman dan
terjamin, panas seimbang dengan dingin, di dalam rahim bunda kandung, itulah
“qararin makin”, tempat yang terjamin dan terpelihara.
Lepas 40 hari dalam bentuk segumpal air mani berpadu dan bertukar rupa
menjadi segumpal darah. Ketika ibu telah hamil setengah bukan. Penggeligaan itu
sangat berpengaruh atas badan si ibu,pendingin,pemarah, berubah-ubah perangai,
kadang-kadang tak enak makan. Dan setelah 40 hari berubah darah, dia berangsur
membeku terus hingga jadi segumpal daging, membeku terus hingga berubah
sifatnya menjadi tulang. Dikelilingi tulang itu masih ada persendian air yang
kelaknya menjadi daging untuk menyelimuti tulang-tulang itu.

Mulanya hanya sekumpulan tulang, tetapi kian hari telah ada bentuk kepala, kaki
dan tangan dan seluruh tulang-tulang dalam badan. Kian lama kian diselimuti
oleh daging. Pada saat itu dianugrahkan kepadanya” ruh”, makanya bernafaslah
dia. Dengan dihembuskan nafas pada sekumpulan tulang dan daging itu,
berubahlah sifatnya. Itulah calon yang akan menjadi manusia. (Dudung
Abdullah;1994:3).
Dalam surat al-Hijr ayat 28-29 dijelaskan bahwa:
“Dan

(ingatlah),

ketika

Tuhanmu

berfirman

kepada

para

malaikat:

"Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering
(yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila Aku telah
menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)
Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.““
Tentang ruh (ciptaan-Nya) yang ditiupkan ke dalam rahim wanita yang
mengandung embrio yang terbentuk dari saripati (zat) tanah itu, hanya sedikit
pengetahuan manusia, sedikitnya juga keterangan tentang makhluk ghaib itu
diberikan tuhan dalam. Al-quran. “Dan (ingatlah), ketika tuhanmu berfirman
kepada para malaikat, “sesungguhnya aku akan menciptakan seorang manusia
dari tenah liat kering yang berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka
tunduklah

kamu

kepadanya

dengan

bersujud

(al-hajr(15);28-29).

Yang

dimaksud”dengan bersujud” dalam ayat ini bukanlah menyembah, tetapi memberi
penghormatan.
Alquran tidak member penjelasan tentang sifat ruh. Tidak pula ada larangan di
dalam al-quran intuk menyelidiki ruh yang gaib, sebab penyelikikan tentang ruh,
mungkin berguna, mungkin pula tidak berguna, dalam hubungan dengan masalah
ruh ini tuhan berfirman dalam surat al-isra:85:
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: “Roh itu termasuk
urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.”

Ayat-ayat diatas menunjukan bahwa manusia tumbuh dan berkembang mengikuti
tahapan tertentu.Jika analisis, al-quran dan hadits secara umum membagi
kehidupan manusia pertumbuhan dan perkebangan di dunia menjadi dua katagori
besar, kelahiran dan pasca kelahiran.Al-quran juga menyatakan, sebagimana
petikan (Q.S Al-hajj 5) bahwa periode perkelahiran telah ditentukan (biasanya 9
bulan dalam keadaan normal).Namun Al-quran juga menyebutkan bahwa ada
kasus-kasus pengecualian dimana periode prakelahiran dihentikan, sebelum atau
setelah waktu yang normal.
2.4 Persamaan dan perbedaan manusia dengan makluk lain
Manusia tidak berbeda dengan binatang dalam kaitan dengan fugsi tubuh dan
fisiologisnya. Fungsi kebinatangan di temukan oleh naluri, pola-pola tingkah laku
yang khas, yang pada gilirannya ditentukan oleh struktur susunan syaraf
bawaan.Semakin tinggi tingkat perkembangan binatang, semakin fleksibel pola
tindakannya.Pada primata (bangsa monyet) yang lebih tinggi dapat di temukan
intelegensi, yaitu penggunaan pikiran guna mencapai tujuan yang diinginkan,
sehingga memungkinkan binatang melampaui pola kelakuan yang telah di
gariskan secara naluri. Namun setinggi-tingginya perkembangan binatang,
elemen-elemen dasar ekstensinya yang tertentu masih tetap sama.
Manusia pada hakikatnya sama saja dengan makhluk hidup lainnya, yaitu
memiliki hasrat dan tujuan. Ia berjuang untuk meraih tujuannya dengan di dukung
oleh pengetahuan dan kesadaran. Perbedaan di antara keduanya terletak pada
dimensi pengtahuan, kesadaran, dan tingkat tujuan. Di sinilah letak kelebihan dan
keunggulan yang di banding dengan makhluk lain.

Manusia sebagai salah satu makhluk yang hidup di muka bumi merupakan
makhluk yang memiliki karakter yang paling unik.Manusia secara fisik tidak
begitu berbeda dengan binatang, sehingga para pemikir menyamakan dengan
binatang. Letak perbedaan yang paling utama antara manusia dengan makhluk
yang lain adalah dalam kemampuannya melahirkan kebudayaan. Kebudayaan
hanya manusia saja yang memilikinya, sedangkan binatang hanya memiliki
kebiasaan-kebiasaan yang bersifat instinctif.
Dibanding makhluk lainnya, manusia mempunyai kelebihan.Kelebihan itu
membedakan manusia dengan makhluk lainnya.Kelebihan menusia adalah
kemampuan untuk bergerak di darat, di laut maupun di udara. Sedan binatang
hanya mampu bergerak di ruang yang terbatas. Walaupun ada binatang yang
dapat hidup di darat dan di air, namun tetap saja mempunyai kterbatasan dan tidak
bisa melampaui manusia. Mengenai kelebihan manusia atau makhluk lain di surat
al-Isra ayat 70.
Di samping itu manusia memiliki akal dan hati sehingga dapat memahami ilmu
yang diturunkan Allah, berupa al-Quran.Dengan ilmu manusia mampu
berbudaya.Allah menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya.Oleh
karena itu ilmunya manusia di lebihkan dari makhluk lainnya.
Manusia memiliki karakter yang khas, bahkan di bandingkan makhluk lain yang
paling mirip sekalipun.Kekhasan inilah yang menurut al-Quran menyebabkan
adanya konsekuensi kemanusiaan di antaranya kesadaran, tanggung jawab, dan
pembalasan. Diantara karakteristik manusia adalah:
a) Aspek kreasi
Apapun yang ada pada tubuh manusia sudah di rakit dalam suatu tatanan
yang terbaik dan sempurna. Hal ini bisa di bandingkan dengan makhluk
lain dalam aspek penciptaannya. Mungkin banyak kesamaannya, tetapi
tangan manusia lebih fungsional dari tangan sinpanse, demikian pula
organ-organ lainnya.

b) Aspek ilmu
Hanya manusia yang punya kesempatan memahami lebih jauh hakekat
alam semesta di sekelilingnya. Pengatahuan hewan hanya berbatas pasa
naluri dasar yang tidak bisa di kembangkan melalui pendidikan dan
pengajaran.Manusia menciptakan kebudayaan dan peradaban yang terus
berkembang.
c) Aspek kehendak
Manusia memiliki kehendak yang menyebabkan bisa mengadakan pilihan
dalam hidup. Makhluk lain hidup dalam suatu pola yang telah baku dan
tak akan pernah berubah. Para malaikat yang mulia tak akan pernah
menjadi makhluk yang sombong atau maksiat.
d) Pengarahan akhlak
Manusia adalah makhluk yang dapat di bentuk akhlaknya.Ada manusia
yang sebelulmnya baik, tetapi karena pengaruh lingkungan tertentu dapat
menjadi penjahat.Demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu lembaga
pendidikan diperlukan untuk mengarahkan kehidupan generasi yang akan
datang.Jika manusia hidup dengan ilmu selain ilmu Allah, maka manusia
tidak bermartabat lagi.Dalam keadaan demikian manusia disamakan
dengan binatang. Seperti dalam surat al- Araaf, 129 dan at-Tin, 4.
2.5 Tujuan penciptaan manusia
Tujuan penciptaan manusia adalah untuk penyembahan Allah. Pengertian
penyembahan kepada Allah tidak boleh diartikan secara sempit, dengan hanya
membayangkan aspek ritual yang tercermin salam solat saja. Penyembahan
berarti ketundukan manusia pada hukum Allah dalam menjalankan kehidupan di
muka bumi, baik ibadah ritual yang menyangkut hubungan vertical (manusia
dengan Tuhan) maupun ibadah sosial yang menyangkut horizontal ( manusia
dengan alam semesta dan manusia).

Penyembahan manusia pada Allah lebih mencerminkan kebutuhan manusia
terhadap terwujudnya sebuah kehidupan dengan tatanan yang adil dan baik.Oleh
karena itu penyembahan harus dilakukan secara sukarela, karena Allah tidak
membutuhkan

sedikitpun

pada

manusia

termasuk

pada

ritual-ritual

penyembahannya. Dalam hal ini Allah berfirman:
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka
menyambah-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan aku
tidak menghendaki supaya mereka member aku makan. Sesungguhnya Allah,
Dialah maha pemberi Rezeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.” (azZaariyaat, 51:56-58).
“Dan mereka telah di perintahkan kecuali supaya mereka menyembah Allah
dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan
lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan degnan
dekimikian itulah agama yang lurus.” (Bayinnah, 98:5)
Penyembahan yang sempurna dari seseorang manusia akan menjadikan dirinya
sebagai khalifah Allah di muka bumi dalam mengelola kehidupan alam semesta.
Keseimbangan alam dapat terjaga dengan hukum-hukum alam yang kokoh.
Keseimbangan pada kehidupan manusia tidak sekedar akan menghancurkan
bagian-bagian alam semesta yang lain, inilah tujuan penciptaan manusia di
tengah-tengah alam.
2.6 Fungsi dan peranan manusia dalam islam
Berpedoman kepada QS Al Baqoroh 30-36, maka peran yang dilakukan adalah
sebagai pelaku ajaran Allah dan sekaligus pelopor dalam membudayakan ajaran
Allah. Untuk menjadi pelaku ajaran Allah, apalagi menjadi pelopor pembudayaan
ajaran Allah, seseorang dituntut memulai dari diri dan keluarganya, baru setelah
itu kepada orang lain.

Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang telah
ditetapkan Allah, diantaranya adalah:
a) Belajar (surat An naml: 15-16 dan Al Mukmin:54); Belajar yang dinyatakan
pada ayat pertama surat al Alaq adalah mempelajari ilmu Allah yaitu Al
Qur’an.
b) Mengajarkan ilmu (al Baqoroh: 31-39); Khalifah yang telah diajarkan ilmu
Allah maka wajib untuk mengajarkannya kepada manusia lain.Yang
dimaksud dengan ilmu Allah adalah Al Quran dan juga Al Bayan.
c) Membudayakan ilmu (al Mukmin: 35); Ilmu yang telah diketahui bukan
hanya untuk disampaikan kepada orang lain melainkan dipergunakan untuk
dirinya sendiri dahulu agar membudaya. Seperti apa yang telah dicontohkan
oleh Nabi SAW.
Di dalam Al Qur’an disebutkan fungsi dan peranan yang diberikan Allah kepada
manusia, yaitu:
a) Menjadi abdi Allah. Secara sederhana hal ini berarti hanya bersedia
mengabdi kepada Allah dan tidak mau mengabdi kepada selain Allah
termasuk tidak mengabdi kepada nafsu dan syahwat. Yang dimaksud
dengan abdi adalah makhluk yang mau melaksanakan apapun perintah
Allah meski terdapat resiko besar di dalam perintah Allah. Abdi juga tidak
akan pernah membangkang terhadap Allah. Hal ini tercantum dalam QS
Az Dzariyat: 56“Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka menyembahKu”

b) Menjadi saksi Allah. Sebelum lahir ke dunia ini, manusia bersaksi kepada
Allah bahwa hanya Dialah Tuhannya.Yang demikian dilakukan agar
mereka tidak ingkar di hari akhir nanti. Sehingga manusia sesuai fitrahnya
adalah beriman kepada Allah tapi orang tuanya yang menjadikan manusia
sebagai Nasrani atau beragama selain Islam. Hal ini tercantum dalam QS
Al A’raf: 172“Dan (ingatlah), keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman):”Bukankah Aku ini Tuhanmu?”. Mereka menjawab:”Betul
(Engkau Tuhan Kami),kami menjadi saksi”.(Kami lakukan yang demikian
itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:”Sesungguhnya kami
(Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini(keesaan
Tuhan)”
c) Khalifah Allah sebenarnya adalah perwakilan Allah untuk berbuat sesuai
dengan misi yang telah ditentukan Allah sebelum manusia dilahirkan yaitu
untuk memakmurkan bumi. Khalifah yang dimaksud Allah bukanlah suatu
jabatan sebagai Raja atau Presiden tetapi yang dimaksud sebagai kholifah
di sini adalah seorang pemimpin Islam yang mampu memakmurkan alam
dengan syariah-syariah yang telah diajarkan Rosulullah kepada umat
manusia. Dan manusia yang beriman sejatilah yang mampu memikul
tanggung jawab ini. Karena kholifah adalah wali Allah yang mempusakai
dunia ini.

2.7 Tanggung jawab manusia sebagai Hamba Allah
Kewajiban manusia kepada khaliknya adalah bagian dari rangkaian hak dan
kewajiban

manusia

dalam

hidupnya

sebagai

suatu

wujud

dan

yang

maujud.Didalam hidupnya manusia tidak lepas dari adanya hubungan dan
ketergantungan.Adanya hubungan ini menyebabkan adanya hak dan kewajiban.
Hubungan manusia dengan allah adalah hubungan makhluk dengan khaliknya.
Dalam masalah ketergantungan, hidup manusia selalu mempunyai ketergantungan
kepada yang lain. Dan tumpuan serta ketergantungan adalah ketergantungan
kepada yang maha kuasa, yang maha perkasa, yang maha bijaksana, yang maha
sempurna, ialah allah rabbul’alamin, Allah Tuhan yang Maha Esa.
Kebahagian manusia di dunia dan akhirat, tergantung kepada izin dan ridho allah.
Dan untuk itu Allah memberikan ketentuan-ketentuan agar manusia dapat
mencapainya. Maka untuk mencapainya kebahagian dunia dan akhirat itu dengan
sendirinya kita harus mengikuti ketentuan-ketentuan dari allah SWT. Apa yang
telah kita terima dari allah SWT. Sungguh ak dapat dihitung dan tak dapat dinilai
dengan materi banyaknya. Dan kalau kita mau menghitung-hitung nikmat dari
Allah, kita tidak dapat menghitungnya, karena terlalu amat sangat banyaknya.
Secara moral manusiawi manusia mempunyai kewajiban Allah sebagai khaliknya,
yang telah memberi kenikmatan yang tak terhitung jumlahnya.
Jadi berdasarkan hadits AL-Lu’lu uwal kewajiban manusia kepada Allah pada
garis besar besarnya ada 2:
1. Mentauhidkan-Nya yakni tidak memusyrik-Nya kepada sesuatu pun.
2. Beribadat kepada-Nya.

Orang yang demikian ini mempunyai hak untuk tidak disiksa oleh Allah, bahkan
akan diberi pahala dengan pahala yang berlipat ganda, dengan sepuluh kali lipat
sampai tujuh ratus kali lipat bahkan dengan ganda yang tak terduga banyaknya
oleh manusia. Dalam al-quran kewajiban ini diformulasikan dengan iman dan
amal saleh. Beriman dan beramal saleh itu dalam istilah lain disebut takwa.
Dalam ayat (Q.S al-baqorah ayat 177) iman dan amal saleh, yang disebut takwa
dengan perincian:
 Iman kepada Allah: kepada hari akhir, kepada malaikat-malaikat, kepada
kitab-kitab, dan kepada nabi-nabi.
 Amal saleh:
o Kepada sesama manusia
Dengan memberikan harta yang juga senang terhadap harta itu, kepada
kerabatnya kepada anak-anak yatim kepada orang-orang miskin kepada
musafir yang membutuhkan pertolongan (ibnu sabil).
o Kepada Allah
Menegakan atau mendirikan shalat, menunaikan zakat.
 Kepada diri sendiri
Menempati janji apabila ia berjanji, sabar delam kesempitan, penderitaan dan
peperangan.
Kesemuanya itu adalah dalam rangka ibadah kepada allah memenuhi manusia
terhadap khalik.

2.8 Tanggung jawab manusia sebagai khalifah Allah
Sebagai makhluk Allah, manusia mendapat amanat yang harus di pertanggung
jawabkan di hadapan-Nya.Tugas hidup yang di pikul manusia di muka bumi
adalah tugas kekhalifahan, yaitu tugas kepemimpinan; wakil Allah di muka bumi
untuk mengelola dan memelihara alam.
Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan.Manusia
menjadi

khalifah,

berarti

manusia

memperoleh

mandate

Tuhan

untuk

mewujudkan kemakmuran di muka bumi.
Kekuasaan yang di berikan kepada manusia bersifat kreatif, yang memungkinkan
dirinya m,engolah dan mendayagunakanvapa yang ada di muka bumi untuk
kepentingan hidupnya sesuai dengan ketentuan yang di tetapkan oleh Allah. Agar
manusia bisa menjalankan kekhalifahannya dengan baik, Allah telah mengajarkan
kepadanya kebenaran dalam segala ciptaan-Nya dan melalui pemahaman serta
penguasaan terhadap hukum-hukum yang terkandung dalam ciptaan-Nya,
manusia bisa menyusun konsep-konsep serta melakukan rekayasa membentuk
wujud baru dalam alam kebudayaan.
Dua peran yang di pegang manusia di muka bumi. Sebagai khalifah dan ‘abd
merupakan perpaduan tugas dan tanggung jawab yang melahirkan dinamika
hidup, yang sarat dengan kreatifitas dan amaliah yang selalu berpihak pada nilainilai kebenaran. Oleh karena itu hidup seorang muslim akan di penuhi dengan
amaliah, kerja keras yang tiada henti, sebab bekerja bagi seorang muslim adalah
membentuk satu amal shaleh. Kedudukan manusia di muka bumi sebagai khalifah
dan sebagai makhluk Allah, bukanlah dula hal yang bertentangan melainkan suatu
kesatuan yang padu dan tidak terpisahkan.Kekhalifaan adalah ralisasi dari
pengabdiannya kepada Allah yang menciptakannya.
Dua sisi tugas dan tanggung jawab ini tertata dalam diri setiap muslim sedemikian
rupa. Apabila terjadi ketidakseimbangan, maka akan lahir sifat-sifat tertentu yang

menyebabkan derajat manusia meluncur jatuh ke tingkat yang paling rendah,
seprti firman Allah dalam surat ath-Thin:4.
Dengan demikian, manusia sebagai khalifah Allah merupakan satu kesatuan yang
menyampurnakan nilai kemanusiaan yang memiliki kebebasan berkreasi dan
sekaligus menghadapkannya pada tuntutan kodrat yang menempatkan posisinya
pada ketrbatasan.
Perwujudan kualitas keinsanian manusia tidak terlepas dari konteks sosial budaya,
atau dengan kata lain kekhalifaan manusia pada dasarnya diterapkan pada konteks
indvisu dan sosial yang berporos pada Allah, seperti firman Allah dalam
Muthathohirin:112.

BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan berbagai aspek yang telah kami bahas, maka kami dapat
menyimpulkan bahwa hakekat manusia dalam pandangan islam yaitu sebagai
khalifah di bumi ini. Yang mampu merubah bumi ini kearah yang lebih baik.Hal
yang menjadikan manusia sebagai khalifah adalah karena manusia memiliki
kelebihan yang tidak dimiliki makhluk lainnya, seperti akal dan perasaan.Selain
itu manusia diciptakan Allah dalam bentuk yang paling baik, ciptaan Allah yang
paling sempurna.

Daftar pustaka
Djatnika, Rachmat. 1996. Sistem Ethika Islam. Jakarta: pustaka panjimas.
Hasan, Aliah B purwakania .2006 . Psikologi Perkembangan Islam . Jakarta:
Rajagrafindo persada.
Husnan, Djaelan, dkk. 2009. Islam Integral Membangun Kepribadian Islami. Jakarta:
Universitas Negeri Jakarta.
Rachmat, Noor. 2009. Islam dan Pembentukan Akhlak Mulia. Depok: Ulinnuha press.
http://carapedia.com/pengertian_definisi_manusia_menurut_para_ahli_info508.html
http://limubermanfaat.blogspot.com/2011/01/fungsi-dan-peran-manusia.html
http://monggominarak.blogspot.com/2011/12/proses-kejadian-manusia-dalam.html
http://www.scribd.com/doc/48595986/6/Tanggung-Jawab-Manusia-sebagai-Hambadan-Khalifah-Allah