HASIL DAN PEMBAHASAN

3. Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil pengamatan di lapangan dan hasil analisis menunjukkan Desa Girimulyo secara umum sebagian besar berada dalam daerah rawan longsor (skor 18-23), luasannya mencapai 177,23 ha atau 80,43% dan daerah sangat rawan longsor (skor 24-29) memiliki luas 30,81 atau 13,36% dari total wilayah Desa Girimulyo. Hasil tersebut adalah dari penskoran tiap parameter, yang mana tingkat tidak rawan longsor 6-11, sedang 12-17, rawan longsor 18-23, sangat rawan longsor 24-29.Secara lengkap disajikan pada Tabel 4.11. Gambaran tingkat Rawan longsor Desa Girimulyo dapat dilihat pada gambar terlampir (Lampiran). Tabel 4.11. Tingkat Rawan Longsor Desa Girimulyo

NO.

Tingkat Rawan

Longsor

SPL

LUAS ha %

1 Tidak Rawan (6-11)

2 Sedang (12-17)

Rawan Longsor (18- 23)

Sangat Rawan Longsor (24-29)

Sumber: hasil pengamatan di lapangan, analisis lab. dan GIS, 2012

Penelitian ini, beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya tanah longsor adalah faktor kemiringan, penggunaaan lahan serta tanah yang mengandung klei pada lapisan tanah bawah, hal ini selaras dengan Rahman, (2010) serta Mubekti dan Alhasanah, (2008). Hal ini di- karenakan kemiringan mempengaruhi daya penyangga tanah, semakin miring kelas kemiringan akan memudahkan tanah bergerak ke bawah dan akan mempermudah terjadi longsor pada daerah tersebut. Penggunaan Penelitian ini, beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya tanah longsor adalah faktor kemiringan, penggunaaan lahan serta tanah yang mengandung klei pada lapisan tanah bawah, hal ini selaras dengan Rahman, (2010) serta Mubekti dan Alhasanah, (2008). Hal ini di- karenakan kemiringan mempengaruhi daya penyangga tanah, semakin miring kelas kemiringan akan memudahkan tanah bergerak ke bawah dan akan mempermudah terjadi longsor pada daerah tersebut. Penggunaan

Faktor yang mmepengaruhi terjadinya longsor selain faktor di atas adalah kedalaman tanah. Kedalaman tanah terkait dengan kemampuan tanah dalam menyerap air ke dalam tanah tersebut Hardyatmo, (2006). Di dalam penelitian ini salah satu faktor yang mepengaruhi terjadinya tanah longsor tidak dapat dianggap mutlak sebagai faktor tunggal penyebab tanah longsor, adanya keterkaitan antara faktor satu dengan faktor yang lain dalam terjadinya tanah longsor harus diperhatikan.

Kriteria penilaian daerah rawan longsor berdasarkan pengkelasan di setiap parameter, didapatkan hasil penilaian daerah rawan longsor yang bervariasi dalam setiap pengkelasan parameter yang sama. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dari semua parameter saling berkaitan satu sama lain dan menunjang untuk pengkelasan daereah rawan longsor, hal ini seperti pada SPL 2 & 4, pada SPL tersebut memiliki kelas tekstur tanah, kelas kemiringan lereng dan kedalaman tanah sama, tetapi pada dan penggunaan lahan berbeda mengahasilkan pengkelasan yang berbeda terhadap rawan longsor, yakni SPl 4 rawan longsor sedangkan SPL 2 kelas sedang.

Berbeda dengan SPL 10 & 16 yang memiliki kesamaan pada kelas tekstur lapisan atas, kelas permeabilitas, penggunaan lahan dan kedalaman tanah, serta memiliki kelas tekstur lapisan bawah dan kemiringan yang berbeda tetapi hasil dari pengkelasan SPL tersebut masuk dalam satu kelas, yaitu kelas rawan longsor. Selain itu pada SPL 24 & 26 yang memiliki kemirngan, penggunaan lahan dan kedalaman tanah yang sama,

Berbeda dengan contoh SPL di atas, SPL 25 & 27 yang memiliki perbedaan pada kelas tekstur lapisan atas dan penggunaan lahan sedangkan pada kelas tekstur bawah, kelas kemirngan dan kelas kedalaman tanah SPL tersebut memiliki kesamaan, sehingga menghasilkan pengkelasan daerah tersebut menjadi sangat rawan longsor.

Pada penelitian ini kelas kemiringan dominan atau mendominasi dari daerah rawan longsor dan daerah sangat rawan longsor, tetapi pada daerah datar atau kelas kemiringan 0-8% dapat masuk kedalam kriteria rawan longsor. Artinya tidak semua kelas kemiringan yang datar atau 0-8% tidak masuk kedalam kelas rawan longsor, seperti pada SPL 1, 3, 4, 5, 6, 7dan 8 dengan kelas kemiringan tersebut (0-8%) masuk kedalam kelas rawan longsor. Hal ini karena dipengaruhi ada beberpa parameter yang tinggi dari SPL tersebut, sehingga dapat memepengaruhi dari pengkelasan daerah rawan longsor di daerah tersebut. Seperti dari SPL 1, 3 dan 5 memiliki kelas tekstur yang tinggi (kelas 4) baik pada tekstur atas dan tekstur bawah, selain itu memiliki kelas permeabilitas yang tinggi pula (kelas 4 & 5), dan kelas penggunaan lahan yang tinggi (kelas 5) pada SPL 1 dan 3.

Hal ini berbeda dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan di sumedang oleh Mubekti dan Alhasanah tahun 2008, dari hasil penelitian tersebut Mubekti dan Alhasanah mengemukakan pendapat bahwa faktor kemiringan merupakan faktor dominan atau penting dari daerah rawan longsor yang terjadi di daerah tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara dengan penduduk setempat, daerah penelitian di Desa Girimulyo pernah terjadi longsor kecil di daerah SPL 9,

10, 11, 16, 17, 18, 24, dan 26. Hal tersebut dikarenakan pada daerah SPL

9, 10, 16 dan 17 memiliki tanah yang licin dan lengket. Sedangkan pada daerah SPL 11, 18, 24, dan 26 disebabkan daerah tersebut memiliki 9, 10, 16 dan 17 memiliki tanah yang licin dan lengket. Sedangkan pada daerah SPL 11, 18, 24, dan 26 disebabkan daerah tersebut memiliki

4. Pengelolaan Daerah Rawan Longsor

Pengelolaan daerah rawan longsor harus sesuai dengan kaidah konservasi. Hal ini guna mempermudah dan pengelolaan tersebut tepat terhadap pengelolaan daerah rawan longsor yang sesuai dengan kebutuhan dari lahan daerah tersebut. Pengelolaan pada daerah yang memiliki kemiringan yang curam berbeda dengan daerah yang datar atau dengan parameter lain yang berbeda pula. Hal ini guna menguatkan daerah tersebut dari parameter yang mengakibatkan potensi terhadap tanah longsor.

Pengelolaan secara umum yang dapat dilakukan untuk daerah dengan tingkat sangat rawan longsor dan atau rawan longsor di daerah penelitian, yaitu pengelolaan dengan tanaman penutup tanah, penanaman rumput, tanaman pelindung yang berakar dalam guna menguatkan tanah, selain itu tindakan yang dapat dilakukan adalah pembuatan teras bangku ditunjang dengan cara-cara vegetatif, dapat menerapkan perbaikan drainase, wanatani dan bila memungkinkan dapat melandaikan lereng serta dapat membuat dam penghambat dan membuat dinding penyangga dari tanah dan batu bila diperlukan, tindak dapatkan lain dapat juga menerapkan pemilihan dan penempatan tanaman untuk stabilitas tanah, dapat juga melakukan kombinasi dari upaya tersebut

Pengelolaan yang lebih spesifik adalah apabila pada daerah dengan kemiringan yang curam dapat dilakukan pembuatan teras pada lahan tersebut, pengelolaan pada daerah yang memiliki kelas tekstur klei dapat melakukan perbaikan drainase, pengelolaan terhadap daerah denagn

Upaya tersebut dapat juga melakukan dengan mengkombinasi upaya yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan dari suatu daerah yang berpotensi terhadap tanah longsor, atau dapat juga menambahkan upaya konservasi mekanik dan vegetatif yang lain dalam pengelolaan terhadap daerah rawan longsor tersebut. Pengelolaan-pengelolaan tersebut dilakukan guna mencegah, mengurangi, menanggulangi dan mengatasi bencana tanah longsor yang akan terjadi pada daerah berpotensi tanah longsor, dan menjadi arahan terhadap pengelolaan daerah rawan longsor. Hal ini dapat dilihat secara keseluruhan pada Tabel 4.11.

Tabel 4. 11. Penilaian/skor dan arahan pengelolaan daerah tingkat rawan longsor Desa Girimulyo

Luas

spl Tekstur Tekstur

Penggunaan Kadalaman

HARKAT

Atas Bawah

Kemiringan Permeabilitas

lahan

Tanah

Arahan Pengelolaan

-tanaman penutup tanah/cover crop (ubi jalar)

Longsor

-pergiliran tanaman ubi jalar dengan cabai -wanatani (kebun campuran: ubi jalar dan cabai dengan tanaman sengon)

-tanaman penutup tanah/cover crop (ubi jalar) - pembuatan saluran pembuangan air -wanatani (kebun campuran: ubi jalar dan jagung dengan tanaman sengon)

-tanaman penutup tanah/cover crop (ubi jalar)

Longsor

-pergiliran tanaman wortel dengan singkong - pembuatan saluran pembuangan air -wanatani (kebun

campuran: wortel dan singkong dengan tanaman sengon)

4 3 4 1 5 5 4 22 Rawan

27,29 11,84 -tanaman penutup tanah/cover crop (ubi jalar)

Longsor

-pergiliran tanaman seledri dengan bayam - pembuatan saluran pembuangan air -wanatani (kebun campuran: seledri dan bayam dengan tanaman sengon)

-tanaman penutup tanah/cover crop (ubi jalar)

Longsor

-pergiliran tanaman ubi jalar dengan cabai - pembuatan saluran pembuangan air

-wanatani (pekarangan: ubi jalar dan cabai dengan mangga/durian)

-tanaman penutup tanah/cover crop (ubi jalar) Longsor - pembuatan saluran pembuangan air -wanatani

(pekarangan: japan dengan

cengkeh/pepaya)

-tanaman penutup tanah/cover crop (ubi jalar) Longsor - pembuatan saluran pembuangan air

-wanatani (pertanaman lorong: rumput gajah) -wanatani (pertanaman lorong: rumput gajah)

spl Tekstur Tekstur Atas

Permeabilitas Penggunaan Kadalaman lahan Tanah

Bawah

ha %

Arahan Pengelolaan

-wanatani (pertanaman lorong dan kebun Longsor campuran)

-memelihara struktur tanah dengan pemberian

Longsor

bahan organik dan sisa-sisa tanaman -tanaman penutup tanah/cover crop (ubi jalar) -pembuatan saluran pembuangan air -wanatani (pertanaman lorong / kebun campuran: sengon dengan kunir)

-memelihara struktur tanah dengan pemberian

Longsor

bahan organik dan sisa-sisa tanaman -tanaman penutup tanah/cover crop (ubi jalar) -pembuatan saluran pembuangan air -wanatani

(perkarangan: cengkeh dengan

-memelihara struktur tanah dengan pemberian

Longsor

bahan organik dan sisa-sisa tanaman -tanaman penutup tanah/cover crop (ubi jalar) -pembuatan saluran pembuangan air -wanatani (pertanaman lorong)

-tanaman penutup tanah/cover crop (ubi jalar)

Longsor

-pembuatan saluran pembuangan air -wanatani

(perkarangan: sengon dengan

cabai/bayam)

-tanaman penutup tanah/cover crop (ubi jalar)

Longsor

-pembuatan saluran pembuangan air -pergiliran tanaman wortel dengan bawang -wanatani (kebun campuran: wortel dan bawang dengan sengon)

-tanaman penutup tanah/cover crop (ubi jalar)

Longsor

-pembuatan saluran pembuangan air -pergiliran tanaman wortel dengan sawi

-wanatani (kebun campuran: wortel dan sawi dengan sengon) -wanatani (kebun campuran: wortel dan sawi dengan sengon)

Tekstur Tekstur Kemiringan Arahan Pengelolaan spl

Permeabilitas Penggunaan Kadalaman

HARKAT

Luas

Atas Bawah

-tanaman penutup tanah/cover crop (ubi jalar)

Longsor

-pembuatan saluran pembuangan air -pergiliran tanaman ubi jalar dengan sawi -wanatani (kebun campuran: ubi jalar dan sawi dengan sengon)

bangku, serta saluran

Longsor

bervegetasi -wanatani

(perkarangan: sengon dengan

jagung/singkong) -pembuatan saluran pembuangan air -memelihara struktur tanah dengan pemberian bahan organik dan sisa-sisa tanaman -membuat dinding penyangga dari tanah dan batu -pembuatan dam penghambat bila diperlukan

bangku, serta saluran

Longsor

bervegetasi -wanatani (pertanaman lorong) -memelihara struktur tanah dengan pemberian bahan organik dan sisa-sisa tanaman -pembuatan saluran pembuangan air -membuat dinding penyangga dari tanah dan batu -pembuatan dam penghambat bila diperlukan

bangku, serta saluran

bervegetasi -wanatani (pertanaman lorong)

Longsor

-pembuatan saluran pembuangan air -membuat dinding penyangga dari tanah dan batu -pembuatan dam penghambat bila diperlukan

-pembuatan teras bangku,& saluran bervegetasi

Rawan

-wanatani (pertanaman lorong&kebun campuran:

Longsor

cengkeh dengan rumput) -tanaman penutup tanah/cover crop (ubi jalar)

-pembuatan saluran pembuangan air -pemberian sisa-sisa tanaman dipermukaan tanah -pembuatan dam penghambat bila diperlukan -pembuatan saluran pembuangan air -pemberian sisa-sisa tanaman dipermukaan tanah -pembuatan dam penghambat bila diperlukan

Longsor

bervegetasi -wanatani (pertanaman lorong/hutan rakyat) -pembuatan saluran pembuangan air -membuat dinding penyangga dari tanah dan batu -pembuatan dam penghambat bila diperlukan

bangku, serta saluran

Longsor

bervegetasi -wanatani (pertanaman lorong&kebun campuran: cengkeh dengan rumput) -tanaman penutup tanah/cover crop (ubi jalar) -pemberian sisa-sisa tanaman dipermukaan tanah -pembuatan saluran pembuangan air -membuat dinding penyangga dari tanah dan batu -pembuatan dam penghambat bila diperlukan

bangku, serta saluran

-tanaman penutup tanah/cover crop (ubi jalar) -pembuatan saluran pembuangan air -wanatani (pertanaman lorong&kebun campuran: sengon dengan rumput) -pemberian sisa-sisa tanaman dipermukaan tanah -membuat dinding penyangga dari tanah dan batu -pembuatan saluran pipa batu/genteng di dalam tanah bila diperlukan -pembuatan dam penghambat bila diperlukan

bangku, serta saluran

Longsor

bervegetasi -pembuatan saluran pembuangan air

-tanaman penutup

tanah/cover crop (ubi

jalar/rumput) -wanatani (pertanaman lorong&kebun campuran: sengon/pinus dengan rumput) -membuat dinding penyangga dari tanah dan batu -pembuatan dam penghambat bila diperlukan jalar/rumput) -wanatani (pertanaman lorong&kebun campuran: sengon/pinus dengan rumput) -membuat dinding penyangga dari tanah dan batu -pembuatan dam penghambat bila diperlukan

HARKAT

Luas

Atas Bawah

Arahan Pengelolaan

bangku, serta saluran

Longsor

bervegetasi -pembuatan saluran pembuangan air -tanaman penutup

tanah/cover crop (ubi

jalar/rumput) -wanatani (pertanaman lorong&kebun campuran: sengon/pinus dengan rumput) -membuat dinding penyangga dari tanah dan batu -pembuatan dam penghambat bila diperlukan

-pembuatan teras bangku ditunjang konservasi

-pembuatan saluran pembuangan air -tanaman penutup

tanah/cover crop (ubi

jalar/rumput) -wanatani (pertanaman lorong&kebun campuran: sengon/pinus dengan rumput) -pemberian sisa-sisa tanaman dipermukaan tanah -membuat dinding penyangga dari tanah dan batu -pembuatan dam penghambat bila diperlukan -pembuatan saluran pipa batu/genteng di dalam tanah bila diperlukan

-pembuatan teras bangku ditunjang konservasi

-pembuatan saluran pembuangan air -tanaman penutup

tanah/cover crop (ubi

jalar/rumput) -wanatani (pertanaman lorong&kebun campuran: sengon/pinus dengan rumput)

-pemberian sisa-sisa tanaman dipermukaan tanah -pembuatan saluran pipa batu/genteng di dalam tanah bila diperlukan -pembuatan dam penghambat bila diperlukan -membuat dinding penyangga dari tanah dan batu -pemberian sisa-sisa tanaman dipermukaan tanah -pembuatan saluran pipa batu/genteng di dalam tanah bila diperlukan -pembuatan dam penghambat bila diperlukan -membuat dinding penyangga dari tanah dan batu

Tekstur Tekstur

Penggunaan Kadalaman

HARKAT