BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Peranan Camat Dalam Menningkatkan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Pembangunan Nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan meliputi aspek kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara yang tujuannya adalah untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.

  Tujuan pembangunan nasional tersebut dapat terwujud apabila pemerintah beserta masyarakat saling bahu membahu dalam melaksanakan roda pemerintahan dan pembangunan yang sedang dilaksanakan maupun yang akan dilaksanakan. Pembangunan yang dilaksanakan memerlukan dana dan investasi baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Adapun sumber dana tersebut antara lain berasal dari kekayaan, pinjaman luar negeri dan sektor pajak termasuk didalamnya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

  Dari beberapa sumber dana yang digunakan untuk membiayai pembangunan, pajaklah yang merupakan sumber paling efektif dan adil, dalam arti pajak tersebut keberadaannya dapat diterima di tengah – tengah masyarakat, dimana tanggung jawab bukan terletak pada rakyat tetapi juga pada pemerintah

  Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.16 Tahun 2000 tentang pembagian hasil penerimaan PBB antara Pemerintah Pusat dan Daerah pada pasal 2 ayat ( 1 dan 2) hasil penerimaan PBB dibagi untuk Pemerintah Pusat dan Daerah dengan imbangan 10% untuk Pemerintah Pusat dan 90% untuk Pemerintah Daerah.

  Jumlah 90% yang merupakan bagian Pemerintah Daerah di perinci sebagai berikut: a.

  16,2% ( enam belas koma dua persen) untuk Daerah Provinsi yang bersangkutan.

  b.

  64,8% ( enam puluh empat koma delapan persen ) untuk Daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan.

  c.

  9% ( Sembilan persen ) untuk biaya pemungutan. Sehubungan dengan hal tersebut PBB merupakan pajak pusat yang pelaksanaannya diserahkan kepada daerah dimana hasil pemungutan penerimaan pajak tersebut sebahagian besar diserrahkan dan digunakan untuk membantu pembiayaan pembangunan yang diarahkan untuk kepentingan masyarakat didaerah terutama untuk membangun berbagai sarana kepentingan umum.Infrastuktur harus ditingkatkan dari tahun ke tahun diharapkan mampu memberikan kepercayaan kepada masyarakat sehingga sifat kegotong – royongan masyarakat dalam membiayai pembangunan semakin nyata.

  Dalam rangka meningkatkan penerimaan dari sektor PBB bagi pemerintah untuk membiayai pembangunan diperlukan adanya kerjasama dan koordinasi Republik Indonesia Nomor 1007/KMK.04/1985, tentang pelimpahan wewenang penagihan PBB.

  Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Repulik Indonesia Nomor 1007/KMK.04/1985 pasal I ayat (1) yang menyatakan bahwa Bupati/Walikota atau pejabat lainnya yang ditunjuk, maka dalam rangka membantu pelaksanaan pemungutan PBB Pemerintah Kabupaten/Kota, Camat membentuk Tim Intensifikasi pemungutan PBB tingkat Kecamatan.

  Sesuai dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 158 tahun 2004

  pasal 2 ayat (2) Camat berkedudukan sebagai koordinator penyelenggaraan pemerintah diwilayah kerjanya, berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota. Sesuai dengan pernyataan tesebut diatas maka dalam pelaksanaan pemungutan PBB banyak melibatkan pejabat yang terkait di daerah, antara lain Kepala Desa/Lurah, Camat, Bupati dan Gubernur. Para Pejabat tersebut ikut terlibat langsung dalam pelaksanaan seperti masalah pendataan/penilaian dan penagihan PBB.

  Sesuai dengan Undang - Undang No.12 Tahun 1985 pasal 1 ayat (1), dimana Pejabat yang tugas pekerjaan berkaitan dengan objek pajak adalah camat sebagai pejabat pembuat akta tanah dimana mempunyai kewajiban membuat laporan tertulis tentang mutasi objek pajak antara lain jual beli, hibah dan warisan, harus disampaikan kepada Direktorat jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi objek pajak yang tidak lain untuk menjaring objek pajak sebanyak –

  Dalam pelaksanaan dilapangan Camat melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan kegiatan pemungutan PBB yang dilaksanakan oleh petugas kepada masyarakat wajib pajak yang bertujuan untuk mencapai target penerimaan dari sektor PBB yang telah ditetapkan, serta mempelajari hambatan – hanbatan atau kesulitan yang mungkin tejadi.

  Koordinasi yang baik dan tepat secara organisasi akan dapat terlihat dengan semakin meningkatnya partisipasi masyarakat untuk membayar PBB.

  Pelaksanaan pemungutan PBB tanpa adanya koordinasi yang baik tidak akan mencapai taget yang telah ditetapkan, disamping itu keberhasilan koordinasi yang dilaksanakan dilihat dari dapatnya petugas pemungut menumbuhkan parisipasi masyarakat untuk ikut serta berpartisipasi dalam membayar PBB dimasa – masa yang akan datang tidak akan mengalami kesulitan apabila wajib pajak telah sadar akan kewajibannya untuk membayar PBB, sebagai peran serta mereka dalam mengisi keuangan daerah untuk melaksanakan pembangunan di daerahnya.

  Maka dengan ini penulis dengan judul penelitiannya “PERANAN

  

CAMAT DALAM MENINGKATKAN PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN

BANGUNAN (PBB)”(Studi pada kantor kecamatan Stabat) ingin mengetahui

  sejauh mana peranan dan partisipasi Camat Stabat dalam meingkatkan Penerimaan PBB.

  1.2 Perumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis membuat perumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana Peranan Camat dalam

  Meningkatkan Penerimaan Pajak Buumi dan Bangunan (PBB)?

  1.3 Tujuan Penelitian

  Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai beriut: 1.

  Untuk mengetahui upaya – upaya yang dilakukan Camat dalam meningkatkan potensi PBB.

  2. Untuk mengetahui faktor – faktor penghambat didalam dalam pemungutan PBB.

  3. Untuk mengetahui besarnya manfaat dari PBB terhadap masyarakat tersebut.

1.4 Manfaat Penelitian

  Adapun yang menjadi manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.

  Dapat mengembangkan kemampuan penulis dalam berfikir dan menganalisa setiap gejala dan permasalahan yang ada dihadapi di lapangan.

  2. Hasil penelitian ini kiranya dapat berguna dan dapat menambah daftar bacaan dan referensi karya ilmiah bagi Universitas Sumatera Utara dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

  3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai peranan camat dalam meningkatkan potensi PBB.

1.5 Kerangka Teori

  Teori adalah seperangkat konsep. Definisi dan dalil yang saling terkait secara sistemastis yang dikedapankan untuk menjelaskan dan mempradiksi fenomena yang terjadi ( Angha, Nader. 2002 )

  Teori atau sumber proposisi ilmiah, cara mengujinya adalah melalui prosedur penelitian dengan asumsi atau hipotesis - hipotesis kemudian diuji atau dibuktikan berdasarkan data-data yang dikumpulkan (Tamburaka, H.Rustam E:1999)

1.5.1 Pengertian Peranan

  Yang terpenting yang dilihat dalam melaksanakan suatu job analysis adalah bagaimana peranan dari suatu kelompok dalam mendukung dan mensukseskan suatu program dan rencana yang telah disusun dalam rangka mencapai tujuan. Dari peran inilah dapat dianalisa secara jelas apakah suatu kelompok atau unit organisasi perlu atau tidak dipertahankan keberadaannya

  Menurut Soekanto (1990 : 268) : “Peranan merupakan aspek dinamis dari kedudukan apabila seseorang melaksanakan hal – hal dan kewajiban – kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka ia menjalankan suatu peran”

  Menurut Thoha (1990 : 10) : “Peranan dirumuskan sebagai suatu rangkaian prilaku yang teratur yang ditimbulkan karena suatu jabatan tertentu atau karena adanya suatu kantor yang mudah dikenal”

  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dapat disimpulkan bahwa peranan mengandung arti perubahan atau hal yang diharapkan dimiliki dari tugas utama dalam proses yang harus dilaksanakan dan dikaitkan dengan kedudukan seseorang.

1.5.2 Peranan Camat

  Secara sederhana pengertian peranan dapat diartikan sebagai usaha – usaha yang diberikan kepada orang atau objek tertentu dalam bentuk kontribusi bantuan.

  Menurut Purwadarminta (1978 : 755) : “Peranan adalah sesuatu yang menjadi bagian atau yang memegang pimpinan yang terutama dalam terjadinya sesuatu hal atau peristiwa”.

  Dari pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa peranan merupakan sesuatu yang berpengaruh terhadap sesuatu peristiwa, dimana Camat menyelenggarakan pemerintahan di daerahnya. Peranan dan kewenangan itu ada disemua bidang pemerintahan, kecuali di bidang politik, luar negeri, pertahanan dan keamanan, peradilan, moneter dan fiscal, agama serta kewenangan bidang lainnya yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

  Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 84 Tahun 2000 tentang pedoman organisasi perangkat daerah Presiden RI, Pasal 1 huruf P, Kecamatan adalah wilayah kerja camat sebagai perangkat daerah Kabupaten/Kota.

  Berdasarkan pasal 66 Undang – Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah memuat bahwa: a.

  Kecamatan merupakan perangkat daerah Kabupaten dan Kota yang dipimpin oleh Kepala Kecamatan.

  b.

  Kepala Kecamatan disebut Camat.

  c.

  Camat diangkat oleh Bupati/Walikota atas usul Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota dari PNS yang memenuhi syarat.

  d.

  Camat menerima pelimpahan sebagian wewenang pemerintahan dari Bupati/Walikota.

  e.

  Camat bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota.

  f.

  Pembentukan Kecamatan ditetapkan dengan peraturan daerah. Dari ketentuan – ketentuan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa camat yaitu: a.

  Camat adalah Kepala Pemerintahan wilayah Kecamatan, penguasa tunggal tertinggi dalam tertib sosial yang diangkat oleh Bupati/Walikota atas usul Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota dari PNS yang memenuhi syarat.

  b.

  Camat dalam menjalankan tugasnya bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota yang bersangkutan.

  c.

  Camat wakil pemerintah pusat, dimana pemerintah pusat adalah perangkat Negara kesatuan RI yang terdiri dari Presiden beserta pembantu – pembantunya.

  d.

  Camat sebagai wakil pemerintah adalah penguasa tunggal di bidang pemerintahan di wilayahnya, kecuali dalam bidang politik luar negeri, pertahanan, keamanan, peradilan, moneter, fiskal serta agama.

  e.

  Camat berkewajiban untuk memimpin penyelenggaraan pemerintahan, mengkoordinasikan pelaksanaan pembangunan serta membina kehidupan masyarakat dalam segala bidang. Dengan kata lain Camat adalah Administrator pemerintahan, administrator pembangunan, dan administrator kemsyarakatan.

  f.

  Camat adalah perangkat pemerintah wilayah kecamatan yang menyelenggarakan pelaksanaan tugas pemerintah yang meliputi bidang – bidang ketentraman dan ketertiban, politik, koordinasi, dan urusan pemerintahan lainnya yang tidak dalam tugas atau suatu instansi dan tidak termasuk dalam urusan rumah tangga dalam daerah.

  Menurut Bintoro Administrator memiliki 4 fungsi yaitu: a.

  Unsur Pembaharuan Sebagai unsur pembaharuan peranan administrator dalam birokrasi pemerintahan secara khusus adalah kemampuannya untuk mendisain strategi usaha berencana yang mendorong ke arah pembaharuan dan pembangunan dalam berbagai kebijaksanaan atau dalam suatu rencana maupun dalam realisasi pelaksanaannya. Unsure pembaharuan dari administrator terutama diharapkan di bidang kesediaan dan kemampuannya untuk mengadakan penyempurnaan – penyempurnaan dalam bidang administrasi pembangunan.

  b.

  Kepemimpinan Kepemimpinan seperti dirumuskan oleh Pfiffner dan Presthus (1967 : 88) adalah sebagai berikut: “Kepemimpinan adalah kemampuan yang sanggup meyakinkan orang lain supaya bekerjasama dibawah pimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai atau melakukan suatu tujuan tertentu.

  Kepemimpinan merupakan proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas – aktivitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan para anggota kelompok (Veithzal Rivai ; 2004 : 3). Tiga implikasi penting yang terkandung dalam hal ini yaitu:

1. Kepemimpinan melibatkan orang lain, baik itu bawahan maupun pengikutnya.

  2. Kepemimpinan melibatkan pendistribusian kekuasaan antara pemimpin dan anggota kelompok secara seimbang, karena anggota kelompok bukanlah tanpa daya.

  3. Adanya kemampuan untuk menggunakan bentuk kekuasaan yang berbeda untuk mempengaruhi tingkah laku pengikutnya melalui berbagai cara. Menurut GR. Tery (1995 : 17) dalam bukunya “Principle Of kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang –

  Management” orang agar mereka mau berusaha mencapai tujuan kelompok.

  Menurut Odway Tead (1995 : 12) berpendapat bahwa kepemimpinan adalah aktifitas mempengaruhi orang – orang agar mau bekerjasama untuk mencapai beberapa tujuan yang mereka inginkan. Sedangkan Fairchild (1993 : 23) berpendapat bahwa pimpinan adalah seseorang yang memimpin dengan jalan memprakarsai tingkah laku sosial dengan mengatur, menunjukkan, mengorganisasikan, mengontrol usaha atau upaya orang lain/melalui prestise, kekuasaan atau posisi.

  c.

  Analisa dan kebijaksanaan Seorang pemimpin, apalagi dalam kedudukan pimpinan pemerintahan yang tinggi, harus mengambil atau memutuskan suatu kebijaksanaan. tersebut ada yang formil dan ada yang informil, dan berjalan dalam suatu lingkungan tertentu (tujuan-tujuan politik, tahap pertumbuhan ekonomi, perkembangan sosial dan lain-lain). Dan dalam konteks seperti ini administratur berperan dalam mengambil, merumuskan atau memutuskan suatu kebijaksanaan. Untuk memudahkan proses analisa dan pembentukan kebijaksanaan, Bintoro membagi substansi kebijaksanaan negara/pemerintah dalam lima kelompok:

  1. Analisa dan pembentukan kebijaksanaan tujuan-tujuan pembangunan nasional jangka jauh, dan dasar-dasar bagi kegiatan usaha negara dan masyarakat yang penting.

  2. Analisa dan pembentukan kebijaksanaan tujuan-tujuan pembangunan jangka menengah.

  3. Analisa dan pembentukan kebijaksanaan pembangunan atau program-program tahunan.

  4. Analisa dan pembentukan kebijaksanaan negara/pemerintah dalam rangka melaksanakan pemerintahan.

  5. Analisa dan pembentukan kebijaksanaan dalam rangka pelaksanaan pembangunan, terutama masalah-masalah jangka pendek. d.

  Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan sebagai salah satu fungsi kepemimpinan administratif. Pengambilan keputusan adalah hal yang berat karena seringkali menyangkut kemungkinan adanya suatu kesalahan, atau menyangkut orang banyak. Menurut Chester I Barnard mengemukakan bahwa para intelektual sangat sulit mengambil keputusan karena mengingat begitu banyak aspek dan begitu banyak konsekuensi dari kegiatan tertentu, pengambilan keputusan dapat pula dilihat sebagai dari proses administrasi itu sendiri. Proses administrasi dalam pemerintahan dapat dibagi dalam pengambilan keputusan.

  Dalam proses administrasi diperlukan beberapa perhatian tertentu yang akan membantu masalah pengambilan keputusan pada eselon – eselon administatif bawahannya dan daripada pengambilan keputusan tingkat bawahan kepada atasannya. Pengambilan keputusan sebagai salah satu fungsi administrator mengandung dua unsur yaitu: mendasarkan diri atas fakta – fakta, dan kedua atas nilai – nilai yang dianut si pengambil keputusan.

  Fungsi manajemen pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrialis Perancis bernama Henry Fayol pada awal abad ke-20. Beliau menyebutkan lima fungsi manajemen, yaitu merancang, mengorganisir, memerintah, mengordinasi, dan mengendalikan. Namun saat ini, kelima fungsi tersebut telah diringkas

  1. Perencanaan (Planning)

  Perencanaan (planning) adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan itu. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lainnya tak dapat berjalan.

  2. Pengorganisasian Pengorganisasian (organizing) dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil.

  Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, pada tingkatan mana keputusan harus diambil.

  3. Pengarahan Pengarahan adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha-usaha organisasi. Jadi actuating artinya adalah menggerakkan orang-orang agar mau bekerja dengan sendirinya atau penuh kesadaran secara bersama-sama untuk mencapai tujuan yang dikehendaki secara efektif. Dalam hal ini yang dibutuhkan

4. Pengevaluasian

  Pengevaluasian (evaluating) adalah proses pengawasan dan pengendalian performa perusahaan untuk memastikan bahwa jalannya perusahaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Seorang manajer dituntut untuk menemukan masalah yang ada dalam operasional perusahaan, kemudian memecahkannya sebelum masalah itu menjadi semakin besar.

  Camat yang memiliki tugas dan fungsi melaksanakan kewenangan pemerintah yang dilimpahkan oleh Bupati/Walikota salah satunya adalah pelaksanaan pemungutan PBB dan retribusi daerah di wilayah kerjanya. Dalam melaksanakan tugasnya Camat dibantu oleh Sekretaris Camat, Seksi Pemerintahan, Seksi Ketentraman Sosial, Seksi Pelayanan Umum dan Kepala Jabatan Fungsional. Dalam melaksanakan tugas Camat, Sekretaris, para seksi dan kepala jabatan fungsional wajib menerapkan prinsip – prinsip koordinasi, intergrasi dan sinkronisasi baik dalam lingkungan masing – masing maupun antar satuan organisasi kecamatan sesuai dengan tugas pokok masing – masing.

1.5.3 Tugas dan Wewenang Camat dalam Pengelolaan PBB

  Wewenang dalam penagihan PBB diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 1007/KMK.04/1985 tentang pelimpahan wewenang penagihan Pajak Bumi dan Bangunan kepada Gubernur selaku kepala daerah Provinsi dan Bupati/Walikota selaku kepala daerah Kabupaten/Kota. Dalam pasal 1, keputusan tersebut dinyatakan sebagai berikut:

  Wewenang Penagihan Pajak Bumi dan Bangunan dengan keputusan ini dilimpahkan untuk masing – masing daerah kepada: a.

  Gubernur Kepala Daerah Ibukota Jakarta atau Pejabat lain yang ditunjuk untuk Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

  b.

  Bupati/Walikota atau Pejabat lain yang ditunjuk untuk daerah lain. Kemudian Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Republik

  Indonesia Nomor 46 Tahun 1993 Pasal 3 ayat (1) menyebutkan, “Camat mempunyai kedudukan sebagai kepala wilayah yang memimpin penyelenggaraan pemerintahan di tingkat Kecamatan yang berada di bawah dan langsung bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota yang bersangkutan”.

  Mengingat Camat adalah penguasa tunggal di wilayahnya dan yang langsung membawahi Lurah/Kepala Desa, maka Camat juga dapat mengambil langkah – langkah penindakan sementara terhadap petugas pemungut yang nyata

  • – nyata menggelapkan atau menyalahgunakan uang penerimaan Pajak serta melaporkan kepada Bupati/Walikota. Disamping itu Camat juga harus melakukan koordinasi dengan instansi lain yang terkait dalam pengelolaan PBB. Namun dalam hal pemungutan PBB aparat pemungut yang ditetapkan oleh Kecamatan harus melakukan koordinasi dan kalau boleh didampingi pegawai Dinas

  Dengan demikian Camat sangat berperan dalam pembinaan dan pengawasan dari semua kegiatan pengelolaan PBB, mulai dari pendataan maupun penetapan serta pelaksanaan operasional.Dengan tugas dan wewenang yang demikian diharapkan penerimaan PBB di wilayah Kecamatan Stabat dapat di tingkatkan secara optimal.

  1.5.4 Pengertian Potensi

  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat disimpulkan bahwa potensi mengandung arti kesanggupan, kemampuan atau daya dari sesorang atau dari suatu objek tertentu yang memungkinkan dapat dikembangkan atau sesuatu yang dipandang dapat menghasilkan (menguntungkan).

  1.5.5 Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

a. Faktor Pendorong Lahirnya Pajak Bumi dan Bangunan

  Ada beberapa faktor yang mendorong lahirnya Undang – Undang tentang PBB antara lain karena landasan Iuran Pembanguna Daerah (IPEDA) itu kurang jelas, misalnya beberapa pungutan pajak yang bertumpuk pada objek yang sama atas tanah dan bangunan serta pajak rumah tangga sangat memberatkan masyarakat.

  Faktor lain yang turut mendorong lahirnya PBB yaitu Perundang- Undangan yang selama ini menjadi dasar pemungutan pajak atas tanah atau bangunan yang disusun pada zaman kolonial tidak sesuai dengan falsafah undang – undang yang mengatur pungutan atas objek yang sama terlalu banyak jumlahnya sehingga membingungkan masyarakat, (Sumarsono, SH, 1993:9).

  Undang – Undang PBB Nomor 12 Tahun 1985 yang disahkan pada tanggal 31 Desember 1985 yang diperbaharui kembali dengan keluarnya undang – undang No.12 Tahun 1994 yang merupakan paket pembaharuan sistem perpajakan nasional. Maksud pembaharuan ini adalah untuk meningkatkan penerimaan pajak sehingga Negara mampu membiayai pembangunan dari sumber penerimaan dalam negeri, dengan demikian pembangunan akan terjamin kelangsungannya.

  PBB adalah pungutan yang dikenakan terhadap buni dan bangunan, sedangkan objek pajaknya adalah orang dan atau badan yang ternyata mempunyai hak atas bumi atau memiliki, menguasai dan atau memperoleh manfaat atas bangunan.

b. Pengertian Pajak

  Pajak merupakan pungutan yang dilakukan pemerintah terhadap wajib pajak tertentu berdasarkan undang – undang yang ada tanpa harus memberikan imbalan langsung. Lembaga pemerintah yang mengelola perpajakan Negara di Indonesia adalah Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang merupakan salah satu direktorat jenderal yang ada di bawah naungan Departemen Keuangan Republik Indonesia.

  1. Menurut Rochmat Soemitro (1987:6) pengertian pajak adalah sebagai berikut: pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama membiayai public investment.

2. Sedangkan menurut Sommerfeld Ray M, Anderson Herschel M, &

  Brock Horace R, Pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu tanpa mendapat imbalan yang langsung dan proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas – tugasnya untuk menjalankan pemerintahan.

  Dari defenisi diatas dijelaskan bahwa pemungutan – pemungutan pajak itu untuk membiayai pengeluaran rutin pemerintah yang disebut sebagai fungsi budgeter, sedangkan pajak masih mempunyai fungsi lain yang tidak kalah pentingnya yaitu fungsi regulerend/mengatur.

  Dari berbagai defenisi yang diberikan terhadap pajak baik pengertian secara ekonomis (pajak sebagai pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah) atau pengertian secara yuridis (pajak adalah iuran yang dipaksakan) dapat ditarik kesimpulan tentang ciri – ciri yang terdapat pada pengertian pajak anatar lain sebagai berikut: a.

  Pajak dipungut oleh Negara baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah berdasarkan atas Undang – Undang serta aturan pelaksanaannya.

  b.

  Pemungutan pajak mengisyaratkan adanya alih dana (sumber daya) dari sektor swasta (Wajib Pajak) ke sektor Negara (administrator pajak).

  c.

  Pemungutan pajak diperuntukkan bgi keperluan pembiayaan umum pemerintah dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan, baik rutin maupun pembangunan.

  d.

  Tidak dapat ditunjukan adanya imbalan individual oleh pemerintah terhadap pembayaran pajak yang dilakukan oleh wajib pajak.

  e.

  Selain fungsi budgeter (anggaran), pajak juga berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan Negara dalam lapangan ekonomi dan sosial (fungsi mengatur/regulatif).

c. Fungsi Pajak

  Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena merupakan sumber pendapatannegara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan. Berdasarkan hal diatas maka pajak mempunyai beberapa fungsi yaitu:

  1. Fungsi Anggaran (Budgeter) Sebagai sumber pendapatan Negara, pajak berfungsi untuk membiayai pengeluaran – pengeluaran Negara.Untuk menjalankan tugas – tugas rutin Negara dan melaksanakan pembangunan, Negara membutuhkan biaya.Biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan pajak.

  2. Fungsi Mengatur Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan pajak. Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan.Contohnya dalam rangka menggiring penanaman modal, baik dalam negeri maupun luar negeri, diberikan berbagai macam fasilitas keringanan pajak. Dalam rangka melindungi produksi dalam negeri, pemerintah menetapkan bea masuk yang tinggi untuk produk luar negeri.

  3. Fungsi Stabilitas Dengan adanya pajak pemerintah memiliki dana menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan, hal ini bisa dilakukan antara lain dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif dan efesien.

  4. Fungsi Redistribusi Pendapatan Pajak yang dipungut oleh Negara akan digunakan untuk membiayai semua kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

d. Syarat Pemungutan Pajak

  Tidaklah mudah untuk membebankan pajak kepada masyarakat. Tidak boleh terlalu tinggi, masyarakat akan enggan membayar pajak. Namun bila terlalu rendah, maka pembangunan tidak akan berjalan karena dana yang kurang. Agar tidak menimbulkan berbagai masalah maka pemungutan pajak harus memenuhi persyaratan yaitu: 1.

  Pemungutan Pajak harus adil Seperti halnya produk hukum pajak pun mempunyai tujuan untuk menciptakan keadilan dalam hal pemungutan pajak, adil dalam perundang – undangan maupun adil dalam pelaksanaanya.

  2. Pengaturan Pajak harus berdasarkan Undang – Undang Sesuai dengan pasal 23 UUD 1945 yang berbunyi: “Pajak dan Pungutan yang bersifat untuk keperluan Negara diatur dengan undang – undang”.

  3. Pungutan Pajak tidak menggangu Perekonomian Pemungutan Pajak harus diusahakan sedemikian rupa agar tidak mengganggu perekonomian, baik kegiatan produksi, perdagangan maupun jasa.Pemungutan pajak jangan sampai merugikan kepentingan masyarakat dan menghambat lajunya usaha masyarakat pemasok pajak, terutama masyarakat kecil dan menengah.

e. Asas Pemungutan Pajak

  Asas pemungutan pajak menurut para ahli: 1. Menurut Adam Smith dalam bukunya Wealth of Nations dengan ajaran yang terkenal “The Four Maxims”, asas pemungutan pajak adalah sebagai berikut: a.

  Asas Equality : Pemungutan Pajak yang dilakukan oleh Negara harus sesuai dengan kemampuan dan penghasilan Wajib Pajak. Negara tidak boleh bertindak diskriminatif terhada Wajib Pajak.

  b.

  Asas Certainly : semua pemungutan pajak harus berdasarkan UU, sehingga bagi yang melanggar akan dapat dikenai sanksi hukum.

  c.

  Asas Convinience of Payment : Pajak harus dipungut pada saat yang tepat bagi Wajib Pajak.

  d.

  Asas Efficiency : biaya pemungutan pajak diusahakan sehemat mungkin, jangan sampai terjadi biaya pemungutan pajak lebih besar dari hasil pemungutan pajak.

2. Menurut W.J.Langen, asas pemungutan pajak adalah sebagai berikut: a.

  Asas Daya Pikul : besar kecilnya pajak yang dipungut harus berdasarkan besar kecilnya penghasilan wajib pajak, semakin tinggi panghasilan maka semakin tinggi pajak yang dibebankan. b.

  Asas Manfaat : Pajak yang dipungut oleh Negara harus digunakan untuk kegiatan – kegiatan yang bermanfaat untuk kepentingan umum.

  c.

  Asas Kesejahteraan : pajak yang dipungut oleh Negara digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

  d.

  Asas Kesamaan : dalam kondisi yang sama antara wajib pajak yang satu dengan yang lain harus dikenakan pajak dengan jumlah yang sama.

  f. Bumi

  Menurut pasal 1 ayat (1) Undang – Undang Nomor 12 Tahun 1985 pengertian Bumi adalah termasuk permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya, secara lebih umum pengertian bumi adalah sama dengan tanah, termasuk tanah pekarangan, sawah, perairan, pedalaman serta laut wilayah Indonesia.

  g. Bangunan

  Pengertian bangunan menurut S. Munawir adalah Konstruksi teknis yang ditanam atau diletakkan secara tetap pada tanah dan atau perairan untuk tempat tinggal, tempat usaha dan tempat yang diusahakan. (S. Munawir, 1990 : 285). Sedangkan yang dimaksud dengan bangunan sebagaimana pasal 1 ayat (2) Undang – Undang Nomor 12 Tahun 1985 adalah konstruksi teknis yang ditanam atau diletakkan secara tetap pada tanah dan atau perairan, termasuk dalam pengertian bangunan yang dapat dikenakan pajak adalah bangunan hotel, tempat

  Semua itu merupakan satu kesatuan dan komplek bangunan tersebut seperti jalan lingkungan pabrik dan emplasemennya, hotel, kolam renang, taman mewah, tempat olah raga, jalan tol, galangan kapal, dermaga, tempat penampungan/kilang minyak dan fasilitas lain yang memberikan manfaat.

  Dari uraian diatas dapat diartikan bahwa PBB menurut Undang – Undang Nomor 12 Tahun 1994 adalah pajak Negara yang sebagian besar penerimaannya merupakan pendapatan daerah yang antara lain digunakan untuk menyediakan fasilitas yang juga dinikmati oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

  PBB adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi, tanah dan atau bangunan.

  Keadaan subjek tidak ikut menentukan besarnya pajak.

  a.

  Objek PBB Objek PBB adalah “Bumi dan Bangunan” Bumi : Permukaan Bumi (tanah dan perairan) dan tubuh bumi yang ada dibawahnya.

  Bangunan : Konstruksi teknis yang ditanamkan atau diletakkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan di wilayah Republik Indonesia.

  b.

  Objek PBB yang dikecualikan Objek yang dikecualikan adalah objek yang: 1.

  Digunakan semata – mata untuk melayani kepentingan umum dibidang dimaksudkan memperoleh keuntungan seperti : Rumah Ibadah, Rumah Sakit Pemerintah, Sekolah, Panti Asuhan dan lain – lain.

  2. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala.

  3. Merupakan hutan lindung, suaka alam, hutan wisata, taman nasional, dan lain – lain.

  4. Dimiliki oleh perwakilan Diplomatik berdasarkan azas timbal balik dan organisasi internasioanl yang ditentukan oleh menteri keuangan.

  c.

  Subjek Pajak dan Wajib Pajak Subjek Pajak adalah orang pribadi atau dagang yang secara nyata: 1.

  Mempunyai suatu hak atas bumi 2. Memperoleh manfaat atas bumi 3. Memiliki, menguasai atas bangunan 4. Memperoleh manfaat atas bangunan

  Wajib Pajak adalah subjek pajak yang dikenakan kewajiban membayar pajak.

  d.

  Cara mendaftarkan objek PBB Orang atau Badan yang menjadi subjek PBB harus mendaftarkan objek pajaknya ke kantor pelayanan PBB atau kantor penyuluhan pajak yang wilayah kerjanya meliputi letak objek pajak tersebut, dengan mempergunakan formulir surat pemberitahuan objek pajak (SPOP) yang tersedia gratis dikantor pelayanan PBB/kantor penyuluhan pajak setempat. e.

  Dasar Pengenaan PBB Dasar pengenaan PBB adalah “ Nilai Jual Objek Pajak” (NJOP). NJOP ditentukan perwilayah berdasarkan keputusan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak dengan terlebih dahulu memperhatikan: 1.

  Harga rata – rata yang diperoleh dari transaksi jual – beli yang terjadi secara wajar.

  2. Perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis yang letaknya berdekatan dan telah diketahui harga jualnya.

  3. Nilai perolehan baru 4.

  Penentuan nilai objek jual objek pengganti.

  f.

  Tempat Pembayaran PBB Wajib Pajak yang telah menerima Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT), Surat Ketetapan Pajak (SKP) dan surat tagihan pajak dari kantor pelayanan PBB atau disampaikan lewat Pemerintah Daerah harus melunasinya tepat waktu pada tempat pembayaran yang telah ditunjuk dalam SPPT atau Kantor Pos dan Giro.

  g.

  Tata Cara Pembayaran PBB Pembayaran PBB dapat dilakukan melalui: 1.

  Bank atau Kantor Pos dan Giro yang tercantum pada SPPT.

  2. Petugas pemungut PBB Kecamatan/Kelurahan yang ditunjuk resmi.

3. Khusus untuk wilayah Daerah Khusu Ibukota Jakarta, Pembayaran

  PBB dapat dilakukan secara Online di Bank – Bank yang telah ditunjuk.

1.6 Defenisi Konsep

  Menurut Masri Singarimbun (1989 : 17) konsep adalah abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasa generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Sehubungan dengan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini, maka untuk mendapatkan batasan yang lebih jelas dari masing – masing konsep yang akan diteliti, maka penulis mengemukakan defenisi dari beberapa konsep yang digunakan, yaitu: 1.

  Peranan Mengandung arti perbuatan atau hal yang diharapkan dimiliki dari tugas utama dalam proses cara yang harus dilaksanakan dan dikaitkan dengan kedudukan seseorang.

2. Peranan Camat

  Adalah sebagai koordinator diwilayah kerjanya.Camat juga berkewajiban untuk memimpin penyelenggaraan pemerintahan, mengkoordinasikan pelaksanaan pembangunan serta membina kehidupan di segala bidang.

  3. Potensi Adalah perihal kemampuan, kekuatan, daya untuk melakukan atau mengerjakan sesuatu.

  4. Pajak Bumi dan Bangunan Adalah iuran yang elah ditetapkan berdasarkan peraturan perundang – undangan yang berlaku, dan dikenakan kepada orang atau badan yang secara nyata yang mempunyai hak atas bumi dan / atau memperoleh manfaat atas bumi dan / atau memiliki, menguasai dan / atau memperoleh manfaat atas bangunan.

  5. Peranan Camat dalam meningktkan potensi PBB Adalah suatu perbuatan, aktivitas atau usaha – usaha yang dilakukan camat dalam rangka meningkatkan sumber daya PBB melalui koordinasi, sosialisasi, evaluasi dengan kepala lingkungan dan lurah.

1.7 Defenisi Operasional

  Untuk memberikan kejelasan tentang batas – batas yang akan diteliti maka penulis merumuskan suatu defenisi operasional untuk menjadi indikator peranan camat dalam meningkatkan potensi PBB: 1.

  Perencanaan a.

  Melakukan perencanaan terhadap pelaksanaan Pemungutan PBB b.

  Menjelaskan dan merinci tujuan yang ingin dicapai c. Menetapkan kegiatan yang harus dilakukan dalam pemungutan

2. Koordinasi a.

  Pelaksanaan koordinasi dengan penentuan target penerimaan PBB b.

  Aparat pemungut PBB mengkoordinasikan masalah yang dihadapi c. Kebijakan Khusus yang dibuat oleh camat mengenai PBB d.

  Rapat koordinasi untuk evaluasi penerimaan PBB e. Kerjasama dengan pihak – pihak lain dalam pemungutan PBB f. Pajak perundangan PBB yang dipungut oleh pemerintah g.

  Metode yang ditetapkan dikecamatan mengenai pemungutan PBB 3. Sosialisasi a.

  Sosialisasi yang diberikan oleh petugas pemungut PBB kepada masyarakat/wajib pajak b.

  Pertemuan antara petugas dan pemungut PBB dengan wajib pajak c. Pemahaman wajib pajak akan beban pajak yang akan atau harus ditanggung d.

  Pendataan ulang pada objek dan subjek wajib pajak PBB e. Akurasi pendataan terhadap objek dan subjek PBB f. Hambatan dalam pemungutan PBB 4. Evaluasi a.

  Camat mengevaluasi atau memantau penyelenggaraan pemungutan PBB b. Camat memberikan solusi kepada petugas bila mengalami hambatan

1.8 Sistematika Penulisan

  Guna memahami lebih jelas laporan Skripsi ini, dilakukan dengan cara mengelompokkan materi menjadi beberapa sub bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

  BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah,rumusan masalah,tujuan

  penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, hipotesis, definisi konsep, dan sistematika penulisan.

  BAB II METODE PENELITIAN Berisi tentang bentuk penelitian, lokasi penelitian, teknik pengumpulan data,dan teknik analisis data. BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Berisi mengenai gambaran umum lokasi penelitian. BAB IV PENYAJIAN DATA

  . Berisi penyajian data-data yang diperoleh dari lapangan

  BAB V ANALISIS DATA Berisi tentang analisis dan pembahasan dari data-data yang

  disajikan dan diperoleh setelah melakukan penelitian

  BAB VI PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan dari pembahasan hasil penelitian dan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat terhadap Belanja Modal Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara tahun 2011-2013

0 0 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Implementasi 2.1.1 Pengertian Implementasi - Implementasi Program Pembinaan Anak Jalanan Kota Medan di Dinas Sosial dan Ketenagakerjaan Kota Medan

0 0 33

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Implementasi Program Pembinaan Anak Jalanan Kota Medan di Dinas Sosial dan Ketenagakerjaan Kota Medan

0 0 15

Implementasi Program Pembinaan Anak Jalanan Kota Medan di Dinas Sosial dan Ketenagakerjaan Kota Medan

0 0 8

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Implementasi Strategi Pengendalian Pertumbuhan Penduduk Pada Badan Pemberdayaan Perempuan Dan Keluarga Berencana (Bppkb) Di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo

0 0 24

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Gaya Kepemimpinantransformasional Terhadap Kinerja Karyawan Pada Perusahaan Daerah Air Minum (Pdam) Tirtanadi Kota Medan Kantor Cabang Padangbulan

0 0 22

PENGARUH INSENTIF TERHADAP KINERJA PEGAWAI (Pada Kantor Kementerian Agama Kota Medan) SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

0 0 10

Implementasi Algoritma Levenshtein Distance dan Algoritma Knuts Morris Pratt Dalam Fitur Word Complete pada Search Engine

0 0 23

BAB 2 LANDASAN TEORI - Implementasi Algoritma Levenshtein Distance dan Algoritma Knuts Morris Pratt Dalam Fitur Word Complete pada Search Engine

1 0 20

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Kriminalitas Berdasarkan Jenis Tindak Kriminalitas Di Kabupaten Deli Serdang Pada Tahun 2009 – 2013

0 0 14