BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakekat Pembelajaran IPA di SD - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA Menggunakan Strategi Inkuiri Berbantuan Media Gambar Siswa Kelas IV SD N Kaliwungu 02

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Hakekat Pembelajaran IPA di SD

2.1.1.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam

  Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. IPA adalah Pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam dan seisinya (Kaligis dan Hendro, 1991:3).

  Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP (Depdiknas RI No.22, 2006) bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”. Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Hal ini menunjukkan bahwa, hakikat IPA sebagai proses diperlukan untuk menciptakan pembelajaran IPA yang empirik dan faktual. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar.

  Tujuan Ilmu Pengetahuan Alam

2.1.1.2 Mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan:

  

a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan yang Maha Esa berdasarkan

keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

  b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

  

c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

  d. Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar memecahkan masalah dan membuat keputusan.

  

e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan

melestarikan lingkungan alam.

  f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

  

g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan ketrampilan IPA sebagai dasar

untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTS (Depdiknas : 2011).

2.1.1.3 Ruang Lingkup Ilmu Pngetahuan Alam

  Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut:

  

a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan

interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

  

b. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan gas.

  c. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bumi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana.

  d. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

2.1.1.4 Standar Kompetensi IPA

  Pencapaian tujuan IPA dapat dimiliki oleh kemampuan peserta didik yang standar dinamakan dengan Standar Kompetensi (SK) dan dirinci ke dalam Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi dasar ini merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum disetiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Secara rinci SK dan KD untuk mata pelajaran IPA yang di tujukan bagi siswa kelas IV SD disajikan melalui tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2.1 SK dan KD mata pelajaran IPA Kelas IV Semester 2

  STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR

  Energi dan Perubahannya

7.1 Menyimpulkan hasil eksperimen bahwa gaya

  

7. Memahami gaya dapat (dorongan dan tarikan) dapat mengubah gerak

mengubah gerak dan/atau suatu benda. bentuk suatu benda

  7.2 Menyimpulkan hasil eksperimen bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah bentuk suatu benda.

  8. Memahami berbagai bentuk

  8.1 Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang energy dan cara penggunaan terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya. nya dalam kehidupan sehari-

  8.2 Menjelaskan berbagai energi alternatif dan cara hari penggunaannya.

  8.3Membuat suatu karya/model untuk menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh udara, misalnya roket dari kertas/baling-baling/pesawat

kertas/parasut.

  8.4 Menjelaskan perubahan energi bunyi melalui penggunaan alat musik.

  Bumi dan Alam Semesta 9.1 Mendeskripsikan perubahan kenampakan bumi.

9. Memahami perubahan

9.2 Mendeskripsikan posisi bulan dan kenampakan kenampakan permukaan bumi bumi dari hari ke hari.

  dan benda langit.

10. Memahami perubahan

  10.1Mendeskripsikan berbagai penyebab perubahan

lingkungan fisik dan lingkungan fisik (angin, hujan, cahaya matahari,

pengaruhnya terhadap daratan. dan gelombang air laut).

  10.2 Menjelaskan pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor).

10.3 Mendeskripsikan cara pencegahan kerusakan lingkungan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor).

11. Memahami hubungan

  11.1 Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam antara sumber daya alam dengan lingkungan. dengan lingkungan, teknologi,

  11.2 Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dan masyarakat. dengan teknologi yang digunakan.

  11.3 Menjelaskan dampak pengambilan bahan alam terhadap pelestarian lingkungan.

  (Permendiknas No. 22 Tahun 2006)

2.1.2 Strategi Inkuiri

  2.1.2.1 Pengertian Strategi Inkuiri

  Strategi inkuiri adalah istilah dalam bahasa inggris; ini merupakan suatu strategi atau cara yang digunakan guru untuk mengajar di depan kelas oleh (Roestiyah, 1985:75). Strategi pembelajaran inkuiri dikenal untuk membantu siswa dalam memahami dan meningkatkan materi agar dapat bermakna untuk kehidupan mereka selanjutnya agar dapat bertahan dalam ingatan jangka panjang, karena strategi ini juga dapat mempermudah guru melakukan pelaksanaan pembelajaran di depan kelas. Strategi Inkuiri banyak dipengaruhi oleh aliran belajar kognitif. Menurut aliran ini belajar pada hakikatnya adalah proses mental dan proses berpikir dengan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki setiap individu secara optimal. Belajar lebih dari sekedar menghafal dan menumpuk ilmu pengetahuan, tetapi bagaimana pengetahuan yang diperoleh bermakna untuk siswa melalui ketrampilan berpikir.

  Strategi pembelajaran inkuiri itu sendiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui. Tanya jawab dikelas antara guru dan siawa. Strategi inkuiri berangkat dari asumsi sejak manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan sendiri untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang keadaan alam di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak lahir sehingga strategi inkuiri ini dikembangkan untuk kemajuan pelaksanaan pembelajaran (Hamruni, 2012:132).

  2.1.2.2 Ciri-ciri Strategi Inkuiri

  Strategi inkuiri memiliki ciri utama sebagai berikut :

  1. Strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan.

  2. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri.

  3. Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental (Hamruni, 2012:132).

2.1.2.3 Langkah-langkah pembelajaran dengan Menggunakan Strategi Inkuiri

  Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran menggunakan strategi inkuiri antara lain yang dijelaskan oleh (Hamruni, 2012:138) adalah sebagai berikut :

  1. Langkah pertama adalah Orientasi. Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responding. Pada langkah ini guru mengkondisikan siswa agar siap melaksanakan proses pembelajaran. Langkah orientasi dalam pelaksanaan belajar mengajar di kelas sangatlah penting. Keberhasilan strategi inkuiri ini sangat tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuan dalam memecahkan masalah. Beberapa hal yang dilakukan dalam tahapan orientasi ini adalah : a. Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa.

  b. Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan.

  c. Menjelaskan topik dan kegiatan belajar.

  2. Langkah kedua yaitu merumuskan masalah. Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki.

  3. Langkah ketiga yaitu merumuskan hipotesis. Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. kemampuan atau potensi individu itu pada dasarnya dimiliki sejak individu itu lahir.

  4. Langkah keempat mengumpulkan data. Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan.

  5. Langkah kelima menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan.

  6. Langkah keenam merumuskan kesimpulan. Merumuskan kesimpulan adalah mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil penguji hipotesis.

  2.1.3 Media Gambar

  2.1.3.1 Pengertian Media Gambar

  Pengertian media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan (Bovee dalam Sanaky 2009:3) media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfugsi dan digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Pembelajaran adalah proses komunikasi antar pembelajar, pengajar, dan bahan ajar.

  Menurut Ibid (dalam Sanaky 2013:82-83) ada beberapa kelebihan media gambar atau foto: a) Gambar atau foto sifatnya konkrit, lebih realis menunjukkan pada pokok masalah bila dibandingkan dengan verbal semata.

  b) Gambar atau foto dapat mengatasi ruang dan waktu, artinya tidak semua benda, objek, peristiwa dapat dibawa kekelas, dan pembelajaran dapat dibawa keobjek tersebut. Maka perlu diciptakan dengan membuat gambar atau foto benda tersebut.

  c) Gambar atau foto dapat mengatasi keterbatasan pengamatan panca indera. tetapi dengan mikroskop. apabila tidak menggunakan mikroskop, maka dapat direkayasa dengan bentuk gambar atau foto.

  d) Memperjelas suatu sajian masalah dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja.

  e) Media ini, lebih murah harganya, mudah didapatkan dan mudah digunakan tanpa memerlukan peralatan khusus. Jadi penggunaan media gambar atau foto dalam proses pembelajaran sangat tergantung pada kreasi dan inisiatif pengajar. Akan tetapi media gambar atau foto tersebut dilihat dari sisi seni lebih baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Media gambar diharapkan memudahkan siswa dalam memperoleh suatu gambaran dan memahami materi pembelajaran.

  Menurut (Sadiman, 2006:33) Ada 6 syarat yang perlu dipenuhi oleh ngambar atau foto yang baik sehingga dapat dijadikan sebagai media pembelajaran.

  a) Otentik Gambar tersebut harus secara jujur melukiskan situasi seperti kalau orang melihat benda sebenarnya.

  b) Sederhana Komposisi gambar hendaknya cukup jelas menunjukkan poin-poin pokok dalam gambar.

  c) Ukuran relatif Gambar/foto dapat membesarkan atau memperkecil objek/benda sebenarnya.

  d) Gambar/foto sebaiknya mengandung gerak atau perbuatan. Gambar yang baik tidaklah menunjukkan objek dalam keadaan diam tetapi memperlihatkan aktivitas tertentu.

  e) yang bagus belum tentu baik untuk mencapai tujuan Gambar pembelajaran. Walaupun dari segi mutu kurang, gambar/foto karya sendiri sering kali lebih baik. f) Tidak setiap gambar yang bagus merupakan media yang bagus. Sebagai media yang baik gambar hendaknya bagus dari sudut seni sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah sarana pendidikan yang dapat digunakan sebagai sarana perantara dalam proses pembelajaran dan untuk mempermudah peserta didik dalam mengkuti pembelajaran dikelas.

  2.1.3.2 Keuntungan Dalam Menggunakan Media Gambar

  (Sudjana, 2005:45) mengemukakan tentang keuntungan dalam menggunakan media gambar yaitu: a. Mudah dimanfaatkan di dalam kegiatan belajar mengajar, karena praktis tanpa memerlukan perlengkapan apapun.

  b. Harganya relatif lebih murah daripada jenis media pengajaran lain dan cara memperolehnya mudah. Dengan memanfaatkan kalender bekas, majalah, surat kabar dan bahan-bahan yang mudah didapat lainnya.

  c. Gambar dapat digunakan dalam banyak hal, untuk berbagai jenjang pelajaran dan disiplin ilmu. Mulai dari TK sampai Perguruan Tinggi, dari ilmu-ilmu sosial sampai ilmu eksakta.

  d. Gambar dapat menterjemahkan konsep atau gagasan abstrak menjadi lebih realistik.

  e. Gambar dapat mengubah tahap-tahap pengajaran dari lambang kata beralih kepada tahapan-tahapan yang lebih konkret yaitu lambang visual.

  2.1.3.1.2. Kelemahan Media Gambar

  Selain kelebihan-kelebihan tersebut, gambar juga mempunyai kelemahan- kelamahan seperti (Musfiqon, 2012:75) : a. Gambar hanya menekankan presepsi indera mata.

  b. Gambar benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran. langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan setrategi inkuiri berbantuan media gambar adalah sebagai berikut:

  1. Merumuskan pertanyaan atau permasalahan Guru menjelaskan jalannya kegiatan inkuiri, mengajukan fenomena atau cerita untuk memunculkan masalah, memotifasi siswa untuk terlibat dalam memecahkan masalah. Guru memberikan pertanyaan-pertanyan yang dapat memotivasi siswa untuk mengumpulkan informasi. Strategi yang dipakai didasarkan pada masalah-masalah yang sederhana.

  2. Merumuskan hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Guru memberi peluang siswa untuk menemukan jawaban-jawaban yang memungkinkan dari mereka sendiri. Pada pencarian jawaban siswa secara mandiri mencari informasi sebanyak-banyaknya dari peristiwa yang mereka lihat atau alami, dan dari berbagai sumber yang ada seperti: buku paket, lingkungan sekitar dan sebagainya yang tentunya dapat menunjang jawaban dari masalah/pertanyaan yang diajukan oleh guru. Siswa diarahkan kepada pokok permasalahan yang akan dicari jawabannya dan dipecahkan. Untuk itu guru hendaknya menjelaskan tujuan yang ingin dicapai. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.

  3. Mengumpulkan data Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Proses pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Dari gambar yang diperlihatkan oleh guru, siswa merancang secara langsung dengan menggunakan media gambar. Secara berkelompok siswa dapat mengelompokkan gambar- gambar berdasarkan asal bahan di depan kelas.

  4. Menguji hipotesis Selanjutnya siswa menyusun dan menguji hipotesis dari hasil karya yang sudah jadi. Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat diper tanggung jawabkan. Siswa berpikir secara kritis dan logis untuk membuat hubungan antara bukti yang berupa gambar dan penjelasan. Guru berperan untuk memperluas inkuiri siswa dengan mengembangkan informasi yang mereka peroleh melalui eksplorasi dan pengujian secara langsung. Guru menanyakan dasar/alasan pemikiran hasil karya yang sudah jadi tersebut. Setelah itu mengajak siswa menemukan tuntutan kompetensi dasar dengan indikator yang akan dicapai.

  Usahakan agar proses diskusi berlangsung dengan tertib dan terkendali. Jadi guru harus mampu mengendalikan situasi yang terjadi sebagai moderator utamanya dengan memberikan sedikit penjelasan jika terdapat kendala dalam diskusi sehingga proses diskusi dalam pembelajaran semakin menarik. Dalam proses diskusi dan pembacaan hasil karya ini guru harus memberikan penekanan- penekanan dengan cara meminta siswa lain untuk mengulangi, menuliskan atau bentuk lain dengan tujuan siswa mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam pencapaian kompetensi dasar dan indikator yang telah ditetapkan.

  5. Membuat kesimpulan Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan. Siswa diminta untuk menganalisis pola-pola penemuan mereka yang berupa gambar. Dengan demikian siswa akan banyak memperoleh tipe-tipe informasi yang sebelumnya tidak mereka miliki. Guru bertanya jawab tentang hal- memberi penguatan. Guru membimbing dan membantu dalam proses pembuatan kesimpulan dan rangkuman. Kesimpulan dan rangkuman dilakukan bersama dengan siswa. Penekanan pada media picture ini adalah pada proses dan cara mereka berpikir dalam mengurutkan gambar yang tersedia. Gambar-gambar yang tersedia menjadi faktor utama dalam proses pembelajaran. Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk carton dalam ukuran besar.

2.1.4 Hasil Belajar

2.1.4.1 Pengertian Hasil belajar

  Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar (Abdurrahman,1999). Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relative menetap. Siswa yang berhasil belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan intruksional. hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya (Juliah,2004). Menurut Hamalik (2003) hasil belajar adalah pola- pola perbuatan,nilai-nilai, pengertian-pengertian dan sikap-sikap, serta apersepsi dan abilitas. Menurut sudjana hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar dalam (Jihad aseb dkk, 2012:14-15).

  Dalam (Suprijono, 2011:25) Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai- nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap,apresiasi dan ketrampilan, merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa :

  (1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan. (2) Ketrampilan intelektual yaitu kemampuan memperoleh sentasikan konsep dan lambang.

  (3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. (4) Ketrampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. (5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objeg berdasarkan penilaian terhadap objeg tersebut. Sikap merupakan kemampuan menjadi nilai-nilai sebagai setandar perilaku.

  Menurut Bloom, hasil belajar mencangkup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowladge (pengetahuan ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), Synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (respon) valuing (nilai), organization (organisasi). Characterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan routinized. Psikomotor juga mencangkup ketrampilan produktif, teknik, fisik, sosial, menejerial, dan intelektual. Sementara, menurut Lindgren hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap.

  Hasil belajar menurut Agus Suprijono (2011:7) adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya hasil pembelajaran yang dikategorikan oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif (Suprijono, 2011:5-7).

  Hasil belajar dalam (Masidjo,1995:27) hasil kegiatan pengukuran dan penilaian prestasi belajar siswa dalam penguasaan suatu mata pelajaran, yang diperoleh berdasarkan pelaksanaan kegiatan pembelajaran.

  Jadi hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar dan dapat dinilai atau diukur melalui tes. sesuatu yang baru atau penyempurnaan dari yang pernah dipelajari sebelumnya yang akhirnya akan membentuk suatu kepribadian dan dapat digambarkan dengan prestasi yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran.

2.2 Penelitian Relevan

  Penelitian yang dilakukan Liling Nuryefi Rinjanna dengan judul Penerapan strategi inkuiri dengan metode eksperimen untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang energi panas bidang studi sains kelas IV SD N Klenong Lor I Banyuanyar, hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa sebelum diberikan tindakan ketuntasan belajarnya hanya mencapai 16% dan setelah diberi tindakan pada siklus II meningkat menjadi 84%.

  Hasil penelitian pendekatan inkuiri juga pernah dilakukan oleh Himatul Khoriyah. Dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Pendekatan Inkuri dan Media Melalui Konsep Gaya Magnet Untuk Mata Pelajaran IPA Pada Siswa Kelas 5 semester 2 SD Negeri Karanganyar Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang”. Penelitian ini menunjukkan perbedaan saat peneliti melakukan penelitian dalam 2 siklus. Sebelum diterapkan strategi pembelajaran dengan pendekatan secara tepat hasil belajar yang diperoleh dengan rata-rata kelas 62,7. Pada siklus 1 ada peningkatan hasil belajar dengan rata-rata kelas mencapai 76 dan pada siklus 2 nilai rata-rata yang diperoleh siswa mencapai 83,8. Penelitian tersebut menunjukkan peningkatan hasil belajar.

  Kelebihan dalam penelitian ini adalah dapat meningkatkan tingkat pemahaman terhadap konsep yang dipelajari yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar. Kekurangannya dalam penelitian ini, pada rata-rata peningkatan tiap silus kurang maksimal. Tindak lanjut guru selalu menggembangkan pendekatan yang tepat guna meningkatkan hasil belajar siswa secara maksimal.

  Dengan demikian dalam penerapan strategi inkuiri dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Kelebihan penelitian ini adalah peningkatan ketuntasan pada siklus II, kelemahannya strategi inkuiri baru dilakukan oleh guru setelah ada penelitian yang membuktikan strategi inkuiri inkuiri setelah di lakukan penelitian terbukti bahwa bagi siswa termotivasi dalam proses pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar yang maksimal karena guru melibatkan siswa langsung dalam kegiatan pembelajaran .

2.3 Kerangka Pikir

  Selama peneliti melakukan penelitian, peneliti banyak menemukan kekurangan-kekurangan dalam proses pembelajaran. Misalnya didalam proses pembelajaran banyak guru yang belum menggunakan strategi mengajar yang tepat. Sehingga banyak siswa tidak memperhatikan guru saat menerangkan materi pembelajaran, siswa mengantuk dalam kegiatan pembelajaran, siswa sering asik sendiri dalam mengikuti pelajaran tanpa memperhatikan guru yang sedang mengajar didepan kelas dan bahkan pembelajaran yang dilakukan terkesan monoton dengan model pembelajaran tradisional atau hanya menyampaikan materi dengan metode ceramah dalam kelas. Guru harus lebih banyak memiliki bahan referensi, hal ini untuk menjaga agar guru memiliki pemahaman yang jauh lebih baik tentang materi yang akan diajarkan.

  Salah satu strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA adalah melalui strategi inkuiri, dimana strategi ini didefinisikan sebagai rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Diharapkan dengan memanfaatkan strategi ini dalam pembelajaran dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.

  Dengan strategi ini siswa dilatih untuk selalu berpikir kritis karena membiasakan siswa memecahkan masalah sendiri sampai siswa dapat menemukan jawaban dari masalah itu. Melalui pemanfaatan strategi inkuiri ini siswa akan lebih mudah memahami dan menguasai materi pada mata pelajaran

  IPA, siswa lebih antusias dalam mengikuti proses pembelajaran, motivasi belajar siswa meningkat, siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga suasana kelas menjadi lebih menarik dan tidak membosankan. Dengan diterapkanya pembelajaran yang menggunakan strategi inkuiri ini, suasana kelas yang tidak membosankan, siswa dapat aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Dan sebagian besar siswa nilainya mencapai KKM. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis menggambarkan kerangka pikir dengan skema dibawah ini.

  Penigkatan Hasil Belajar IPA Menggunakan Strategi inkuiri Berbantuan Media Gambar Siswa Kelas IV SD Kaliwungu 02 Kabupaten Semarang.

  Guru: mendominasi Hasil belajar siswa masih

  PBM, menggunakan rendah yaitu di bawah KKM Kondisi satu sumber

  70 hal ini terbukti hanya belajar,tidak disertai 42,9% siswa yang tuntas dan

  Awal media, siswa bosan 57,1% siswa mendapat nilai dalam pembelajaran di bawah KKM 70.

  IPA karena bayak materi dan tidak menarik.

  Siklus Tindakan Penggunaan strategi Inkuiri

  I dengan proses yaitu: 1) Orientasi

  Hasil 2) Merumuskan masalah 3) Merumuskan hipotesis 4) Mengumpulkan data 5) Menguji hipotesis

  Siklus 6) Merumuskan kesimpulan

  II Hasil Kondisi

1. Proses pembelajaran yaitu terjadi peningkatan proses yang

  Akhir

  signifikan antara kinerja guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran.

  2. Hasil belajar yaitu pencapaian rata-rata nilai yang mencapai nilai ≥ 70 maka dapat dikatakan bahwa telah terjadi keberhasilan yaitu peningkatan hasil belajar

Gambar 2.1. Kerangka Pikir Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Dengan Menggunakan Strategi Inkuiri

2.4 Hipotesis Penelitian

  Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang diuraikan, dapat diajukan hipotesis tindakan: Melalui strategi inkuiri berbantuan media Gambar dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD N Kaliwungu 02 Kabupaten Semarang

  Semester 2 tahun 2014/2015

Dokumen yang terkait

Bab V - Bab 5 Menganalisis Konsep Latihan dan Pengukuran Kebugaran Jasmani Terkait Keterampilan Gerak

0 19 16

Bab VI - Bab 6 Menganalisis Keterampilan Gerak Aktivitas Spesifik Senam Lantai

40 1887 8

Bab VII - Bab 7 Menganalisis Sistematika latihan Keterampilan Aktivitas Gerak Berirama

0 75 16

Bab VIII - Bab 8 Menganalisis Kategori Keterampilan Gerak Aktivitas Gaya Renang

31 1090 34

Bab IX - Bab 9 Manfaat Aktivitas Fisik Teratur

326 6625 20

PENDIDIKAN ISLAM DI MESIR DAN MALAYSIA DI ERA GLOBALISASI KAJIAN PSIKOLOGI POSITIF

0 0 28

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Model Problem Based Learning terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 5 SD Negeri Kutowinangun 01 Salatiga dan SD Negeri Mangunsari 03 Sal

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Model Problem Based Learning terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 5 SD Negeri Kutowinangun 01 Salatiga dan SD Negeri Mangunsari 03 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2014/20

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Model Problem Based Learning terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 5 SD Negeri Kutowinangun 01 Salatiga dan SD Negeri Mangunsari 03 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2014/20

0 1 65

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA Menggunakan Strategi Inkuiri Berbantuan Media Gambar Siswa Kelas IV SD N Kaliwungu 02 Kabupaten Semarang Semester II

0 0 8