Pengaruh Pemberia n Imbangan Hijauan Daun Singkong (Manihot utilissima) Dengan Konsentrat Terhadap Performans Kambing Peranakan Etawah (PE)

TINJAUAN PUSTAKA Potensi Daun Singkong Sebagai pakan ternak kambing PE

  Tanaman ubi kayu atau singkong ( Manihot Utilissima ) merupakan salah satu tanaman pertanian utama yang mempunyai nilai sangat strategis dan potensial untuk untuk dikembangkan. Keunggulan ubi kayu antara lain dapat tumbuh dan berkembang pada berbagai jenis tanah bahkan pada tanah yang kurang subur,tahan terhadap kekeringan dapat ditanam setiap saat dan penanaman dapat dilakukan lebih dari satu kali sehingga panen dapat berlangsung sepanjang tahun ( Rusdiana dan Saptati, 2009).

  Ditinjau dari segi nutrisi, kandungan zat gizi daun singkong lebih baik dari pada rumput gajah, bahwa daun singkong mengandung protei, lemak, kalsium dan energy yang lebih tinggi dibandingkan dengan rumput gajah yang dipotong pada umur + 40 hari. Kandungan protein daun singkong umumnya berkisar antara 20%

  • 36% dari bahan kering. Kisaran ini disebabkan perbedaan varietas, kesuburan tanah dan komposisi campuran daun dan tangkai ( Askar, 1996). Tabel 1. Komposisi nutrien daun singkong

  Komponen nutrien Daun singkong Daun Singkong* Bahan Kering 21,6 23,57 Protein kasar (%BK) 24,2 22,06 Serat kasar (%BK) 22,1 9,56 Lemak kasar (%BK) 4,7 3,27 Abu (%BK) 12 5,42 BETN (%BK) 37 52,5 Sumber : Silalahi dan Suryani ( 2014).

  • Hasil Analisis Laboratorium Bahan Pakan Ternak dan Formula Ransum Program Studi Peternakan Universitas Sumatera Utara (2014)

  Kandungan senyawa anti nutrisi dalam ubi kayu

  Daun singkong mengandung senyawa tannin hingga 3,9% dalam hay 4,3% di dalam daun singkong kering,tannin dapat bersifat negative karena menurunkan nilai kecernaan protein tetapi tannin dapat juga meningkatkan recycle N dalam rumen dan meningkatkan sintesis protein mikroba ( Antari dan Umiy, 2009).

  Kurang optimalnya pemanfaatan limbah ubi kayu disebabkan oleh adanya zat anti nutrisi berupa kandungan senyawa sianida ( HCN ) yang terdapat dalam daun dan kulit ubi kayu. Adanya faktor anti nutrisi ini menjadikan kendalan dalam pemanfaatanlimbah ubi kayu sebagai pakan ternak, karena asam HCN dengan konsentrasi tinggi sangat beracun dan mematikan ternak ( Rusdiana dan saptati, 2009). Kandungan HCN nya cukup tinggi hingga mencapai 289 mg per kg BK daun ubi kayu, batas maksimal kandungan HCN yang aman bagi ternak adalah 100 mg per kg BK pakan.

  Beberapa bahan pakan penguat yang digunakan pada penelitian

  • Ampas tahu merupakan limbah padat yang diperoleh dari industri pembuatan tahu yang masih mempunyai nilai gizi tinggi. Ampas tahu yang diperoleh biasanya dalam bentuk basah dan tidak tahan lama terhadap penyimpanan. Proses pembuatan ampas tahu antara lain mengakibatkan terjadinya denaturasi protein kedelai. Hal ini diduga akan menurunkan degradabilitas protein ampas tahu. Akibatnya selanjutnya adalah meningkatkan kandungan protein ampas tahu yang tidak tercerna di dalam rumen tetapi tersedia sebagai sumber asam amino di dalam usus halus ( Rianto et al., 2001).

  Ampas tahu Tabel 2. Komposisi nutrien ampas tahu Komponen nutrien Ampas tahu Ampas tahu* Bahan kering % 13,3 4,494 Abu (%BK) 12,47 11,41 PK (%BK) 12,24 18,27 SK (%BK) 31,76 21,29 LK (%BK) 1,68 6,45 BETN (%BK) 41,85 32,26 Sumber : ( Duldjaman, 2004).

  • Hasil Analisis Laboratorium Bahan Pakan Ternak dan Formula Ransum Program Studi Peternakan Universitas Sumatera Utara (2014).

  Ampas tahu juga mengandung unsur- unsur mineral makro maupun mikro yaitu untuk mikro; Fe 200-500 ppm, Mn 30-100 ppm, Cu 5-15 ppm, co kurang dari 1 ppm, Zn lebih dari 50 ppm. Disamping memiliki nilai kandungan gizi yang baik, ampas tahu juga memiliki antinutrisi berupa asam fitat yang akan mengganggu penyerapan mineral bervalensi 2 terutama mineral Ca, Zn, Co, Mg, dan Cu, sehingga penggunaannya untuk unggas harus hati- hati ( Tarmidi, 2014).

  • Pada umumnya buah kelapa yang dihasilkan di Indonesia sebagian besar diolah menjadi kopra, dan digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan minyak kelapa. Proses ekstraksi minyak kelapa dari kopra akan menghasilkan residu yang disebut sebagai bungkil kelapa ( copra meal) yang masih mengandung komponen serat seperti mannan, galactomannan, xilan, dan arabinoxilan. Bungkil kelapa dapat menjadi sumber ingredient potensi pada indistri pangan atau ternak apabila diolah lebih lanjut. Salah satu potensi bungkil

  Bungkil Kelapa kelapa adalah kandungan proteinnya yang relatif tinggi yaitu berkisar 18% ( Wibowo et al., 2012).

  Bungkil kelapa diperoleh dari sisa kopra setelah proses pengepresan. Bungkil kelapa dibedakan menjadi bungkil kelapa yang diekstraksi dengan uap air dan tekanan ( bungkil kelapa expeller) dan bungkil kelapa yang diekstraksi dengan pelarut organik ( bungkil kelapa solvent). Bungkil kelapa mengandung protein dan lemak yang relatif tinggi yaitu protein sekitar 20% dan lemak 15% sehingga dapat digunakan sebagai sumber pakan dalam ransum ternak ( Hamid et al., 1999).

  Tabel 3. Komposisi nutrien bungkil kelapa Komponen nutrien Bungkil kelapa Bungkil Kelapa * Bahan Kering (%) 87,56 84,41 Abu (%BK) 7,54 7,59 Protein Kasar (%BK) 22,17 21,20 Serat Kasar (%BK) 24,69 15,29 Lemak Kasar (%BK) 7,08 1,58 BETN (%BK) 38,52 38,75 Sumber : Theodore (2010).

  • Hasil Analisis Laboratorium Bahan Pakan Ternak dan Formula Ransum Program Studi Peternakan Universitas Sumatera Utara (2014).

  `

  • Dedak padi atau dedak halus yang merupakan hasil penumbukan padi kampung-kampung. Dedak halus diperoleh setelah beras dipisahkan dari kulit gabah dan dedak kasar. Dedak semacam ini masih banyak mengandung bahan berasal dari kulit gabah di samping selaput putih dan bahan pati. Susunan

  Dedak Padi angka – angka analisisnya adalah 16,2% air, 9,5% protein, 43,8% bahan ekstrak tanpa N, 16,4% serat kasar, 3,3% lemak dan 10,8% abu ( Zakariah, 2012).

  Penambahan dedak padi pada pakan dasar rumput lapangan, dapat memudahkan dan memepercepat fermentasi dalam rumen, dan cenderung meningkatkan konsentratsi volatile fatty acid (VFA) dalam rumen. Hal ini disebabkan karena dedak padi merupakan sumber karbohidrat mudah larut.

  Peningkatan konsentrasi VFA mencerminkan peningkatan protein dan karbohidrat pakan yang mudah terlarut. VFA berperan sebagai sumber energi bagi ternak dan sumber kerangka karbon bagi pembentukan protein mikroba ( Trisnadewi, 2014).

  Proporsi pemakaian dedak dalam ransum ternak bergantung pada tujuan pemeliharaan ternak. Secara umum dapat dianjurkan pemberian dedak untuk ruminansia adalah 30%-40% dari bahan kering yang dikonsumsi ( Tarigan, 2008). Tabel 4. Komposisi nutrien dedak padi

  Komponen nutrien Dedak padi Dedak padi* Bahan Kering (%) 91,64 89,04 Abu (%BK) 8,7 9,22 Protein Kasar (%BK) 11,27 11,89 Serat Kasar (%BK) 10,53 8,47 Lemak Kasar (%BK) 5,1 5,39 BETN (%BK) 50,4 54,07 Sumber : ( Trisnadewi, 2014).

  • Hasil Analisis Laboratorium Bahan Pakan Ternak dan Formula Ransum Program Studi Peternakan Universitas Sumatera Utara (2014).

  Imbangan Hijauan Konsentrat

  imbangan hijauan dan konsentrat besar pengaruhnya terhadap kadar lemak susu. Imbangan hijauan dan konsentrat akan sangat menentukan imbangan asetat dan propionat di dalam rumen. Hijauan yang diberikan lebih mengarah pada fungsinya untuk meningkatkan kadar lemak susu (kualitas susu) karena pemberian hijauan akan meningkatkan asetat dalam rumen, sedangkan konsentrat berfungsi dalam meningkatkan kuantitas produksi susu karena pemberian konsentrat akan meningkatkan propionat dalam rumen. Pemberian hijauan dan konsentrat harus dengan imbangan yang tepat supaya diperoleh kuantitas maupun kualitas susu serta produksi susu yang baik yang baik (Prawirokusumo, 1993).

  Menurut Tillman et al., (1991) Nutritional Balances ( Keseimbangan Gizi) adalah suatu perluasan dari percobaan pada pencernaan yang diukur pula kehilangan yang lain dalam penggunaan makanan dan menghubungkan pada konsensi makanan, sehingga disebut balans atau keseimbangan.

  Faktor pakan merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan dalam beternak, artinya pakan yang disediakan harus bernilai gizi tinggi dan zat-zat pakannya seimbang satu sama lain serta memenuhi kebutuhan hidup ternak ( Budi et al., 2013). Perubahan perbandingan tersebut berpengaruh terhadap komposisi volatile fatty acid (VFA) dalam rumen dan komposisi susu. Pakan yang banyak mengandung konsentrat menyebabkan peningkatan propionate dalam rumen, sebaliknya jika lebih banyak hijauan akan menghasilkan peningkatan asetat dalam rumen ( Suranindyah, 2014).

  Menurut Haryanto ( 2012), pemberian pakan sumber serat (roughage) dan konsentrat pada berbagai imbangan dapat mempengaruhi produksi metana.

  Pemberian pakan yang sesuai antara imbangan hijauan dn konsentrat yang akan dipakai sehingga kebutuhan ternak terutama protein dapat tercukupi,selain itu penggunaan pakan dapat lebih efisien jika digunakan dalam masa pertumbuhan

  (Putri, 2013). Sering berubahnya pemberian hijauan – konsentrat akan mempengaruhi laju fermentasi dan kecernaan pada pakan ( Raharjo et al., 2013).

  Kambing Peranakan Etawah

  Kambing PE merupakan bangsa kambing hasil persilangan antara kambing kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Peranakan Ettawa memiliki sifat antara kambing Ettawa dengan kambing Kacang. Spesifikasi dari kambing ini adalah hidung agak melengkung, telinga agak besar dan terkulai. Berat tubuh bangsa kambing Peranakan Ettawa sekitar 32 - 37 kg dan produksi air susunya 1 - 1,5 liter per hari. Keunikan kambing PE adalah bila kambing jantan dewasa dicampur dengan kambing betina dewasa dalam satu kandang akan selalu gaduh atau timbul keributan (Murtidjo, 1993). Kambing PE merupakan jenis ternak dwiguna yaitu penghasil daging dan susu (Setiawan dan Arsa, 2005).

  Kambing PE merupakan jenis kambing perah yang unggul, karena mempunyai kemampuan memproduksi susu sebanyak 1,5 - 3 liter per hari. Selain itu kambing PE sangat adaptif dengan topografi Indonesia, tidak memerlukan lahan luas, dan pembudidayaannya relatif mudah sehingga dapat dijadikan bisnis sampingan keluarga ( Fitriyanto et al., 2013).

  Kebutuhan Nutrisi pada pakan Kambing Peranakan Etawah (PE). Pakan Kambing Etawah

  Kebutuhan hijauan untuk kambing sekitar 70% dari total pakan. kambing PE mengkonsumsi serat kasar sebanyak 327,0-490,5 g/ekor/hari. Menurut Aka et al., (2008) kebutuhan BK, PK, dan TDN induk kambing Peranakan Etawa berdasarkan bobot badan metabolis adalah 106,66 g/kgBB/hari; 17,27 g/kgBB/hari; dan 65,55 g/kgBB/hari. Ditambahkan oleh Marwah et al., (2010) kebutuhan BK, PK, dan TDN kambing Peranakan Etawa yang sedang laktasi adalah 1,867 kg/hari, 0,344 kg/hari, dan 1,105 kg/hari. Energi merupakan faktor terbesar yang dapat membatasi produksi susu. Pemberian pakan sebanyak 25% sampai 35% diatas pertumbuhan normal akan meningkatkan solid non fat dalam susu.

  Tabel 5 Kebutuhan nutrien kambing Bobot badan (lb) BK (lb) %BB PK (lb) TDN (lb) Kebutuhan hidup pokok 22 0,63 2,80 0,05 0,35

  45 1,08 2,40 0,08 0,59 67 1,46 2,20 0,11 0,80 90 1,81 2,03 0,14 0,99 112 2,13 1,90 0,17 1,17 134 2,44 1,82 0,19 1,34 157 2,76 1,80 0,21 1,50

  Sumber : (NRC, 1981)

  Tabel 6 Kebutuhan Tambahan Untuk Produksi Susu Per Pound Dilihat Dari Persentase Lemak (%) Lemak Susu (%) BK(lb/ekor) %BB PK(lb) TDN(lb)

  3 0,13 0,73

  3 0,14 0,74

  4 0,15 0,75

  4 0,16 0,76

  5 0,17 0,77

  5 0,l8 0,78

  Sumber : (NRC, 1981)

  Konsumsi pakan harian dalam g/BK/hari ditentukan dengan cara menimbang pakan yang diberikan per hari dikurangi dengan sisanya, jenis pakan yang digunakan dianalisis kandungan zat makanannya dengan cara mengambil sampel harian untuk analisis Proksimat ( Budi, 2005).

  Metabolisme karbohidrat pada ruminansia

  Rumen merupakan bagian terbesar dari perut ruminansia, termasuk kambing. Rumen berfungsi sebagai tempat fermentasi pakan yang dikonsumsi ternak karena di dalamnya terdapat berbagai jenis populasi mikroba, antara lain, bakteri, fungi, yeast, dan protozoa. Sumber energi utama bagi ternak ruminansia merupakan produk akhir dari fermentasi karbohidrat di dalam rumen yang dikenal dengan volatile fatty acid (VFA) (Sofriani, 2012). VFA adalah hasil fermentasi karbohidrat oleh mikroba rumen, karbohidat dalam pakan ruminansia merupakan komponen yang terbesar yaitu 60-75 % yang berfungsi sebagai penyedia energi dan fungsi lain adalah bersipat bulky sebagai pelancar proses pencernaan (Rumetor, 2008).

  Asam-asam asetat, propionat, butirat, CO

  2 dan gas metan adalah hasil

  akhir dari pencernaan jasad renik dan metabolisme karbohidart makanan, pemberian hijuan akan meningkatkan kadar asetat sedangkan pemberian konsentrat akan meningkatkan propionat (Tillman et al., 1991). Untuk asam-asam asetat, propionat dan butirat akan diserap melalui dinding rumen, sedangkan monosakarida seperti glukosa akan diserap melalui dinding usus halus kemudian masuk kedalam peredaran darah. Melalui sirkulasi tersebut senyawa-senyawa zat makanan akan dibawa ke organ target seperti hati, otot, jaringan adiposa dan kelenjar susu. Dalam proses tersebut asam propionat akan diubah menjadi glukosa untuk cadangan glukosa hati dan untuk keperluan pembentukan glikogen otot, lemak jaringan adiposa, lemak serta laktosa susu. Asam butirat sebagian kecil akan dimetabolis menjadi keton untuk keperluan otot, jaringan adiposa dan kelenjar susu, sedangkan asetat dibutuhkan untuk pembentukan lemak otot, jaringan adiposa dan lemak susu (Rumetor, 2008).

  Metabolisme protein pada ruminansia

  Protein pakan di dalam rumen dipecah oleh mikroba menjadi peptida dan asam amino, beberapa asam amino dipecah lebih lanjut menjadi amonia. Amonia diproduksi bersama peptida dan asam amino yang akan digunakan oleh mikroba rumen dalam pembentukan protein mikroba (Sofriani, 2012). Jumlah amonia (N-NH3) yang dibutuhkan untuk mensintetis protein mikroba rumen mencapai 82% (Rumetor, 2008). Sumbangan protein mikroba rumen terhadap kebutuhan asam-asam amino ternak ruminansia mencapai 40-80% (Sofriani, 2012).

  Amonia akan dikombinasikan dengan asam organik alfa-keto untuk membentuk asam amino baru yang di pakai untuk mensintesis protein jasad renik atau amonia di absorbsi ke sirkulasi portal dan dibawa ke hati dan di hati akan di bentuk urea yang selanjutnya masuk kedalam perdaran darah (Tillman et al., 1991). Urea dari bermacam-macam sumber akan dirubah menjadi CO2 dan NH3 oleh enzim urease jasad renik . NH3 yang terbentuk akan dirubah menjadi protein mikroba dengan syarat konsentrasi NH3 awal harus dibawah minimum dan adanya energi yang mudah tersedia bagi mikroba rumen (Rumetor, 2008).

  Metabolisme lemak pada ruminansia

  Proses pencernaan dan metabolisme lemak diawali dengan perombakan dalam rumen menjadi trigliserida, fosfolipid dan glikolipid. Selanjutnya didalam rumen senyawa tersebut akan mengalami lipolisis dan hidrogenasi, sehingga menyebabkan pelepasan asam lemak bebas atau free fatty acid (FFA). Selanjutnya FFA akan dimanfaatkan oleh bakteri fosfolipid untuk membentuk asam lemak jenuh atau langsung mengalami hidrogenasi menjadi asam lemak jenuh. Proses hidrogenasi terjadi perubahan asam oleat, linoleat, linolenat menjadi asam stearat dan sejumlah kecil asam lemak tidak jenuh dengan ikatan rangkap trans. Asam lemak tidak jenuh ini resisten terhadap mikroba yang berperan dalam proses hidrogenasi tetapi dapat mensuplai betakaroten untuk ternak (Rumetor, 2008).

  Proses lipolisis yang terjadi sangat cepat baik dalam in vitro maupun in vivo. Adapun faktor-faktor yang menghambat terjadinya lipolisis antara lain antibiotik dan pH rendah (Sofriani, 2012). Untuk selanjutnya hasli lipolisis dan hidrogenasi asam lemak rantai pendek akan diserap di dinding rumen dan berantai panjang di katabolis di usus halus (Rumetor, 2008).

  Biosintesis dan sekresi susu

  Proses sintesis dan sekresi susu sangat tergantung dari suplai prekursor ke sel susu, untuk dikonversi menjadi air susu dan dikeluarkan dari kelenjar. Susu dibentuk dari material yang datang secara langsung dari darah, yang kemudian menghasilkan susu dengan perubahan konsentrasi. Perubahan ini membuktikan bahwa ada suatu proses yang unik dalam kelenjar susu, sehingga ada prekursor yang sebelumnya tidak terdapat dalam darah, dapat ditemukan dalam susu dan sebaliknya (Rumetor, 2008).

  Pembentukan susu dan kebutuhan nutrisi untuk metabolisme keseluruhan dari sel sekresi, didapat dari makanan yang dikonsumsi dan diekstrak ke dalam darah. Substrat utama yang diekstraksi dari darah oleh kelenjar susu laktasi adalah glukosa, asam amino, asam lemak dan mineral. Pada ruminansia, asetat dan beta-hidroxybutirat (BHBA), juga merupakan komponen substrat utama.

  Darah berfungsi sebagai alat transportasi, homeostasis dan pertahanan. Dengan demikian, untuk menjalankan fungsi optimal, darah harus dalam keadaan sehat, yang terlihat dari sifat fisiko-kimia darah. Darah yang sehat dihasilkan oleh sel darah ternak yang sehat dan dialirkan melalui pembuluh darah, ke seluruh sel, kelenjar dan organ tubuh, untuk metabolisme dan produksi susu (Rumetor, 2008). Selama proses biosintesis susu, keterlibatan faktor hormon sangat penting. Hormon prolaktin adalah hormon yang berperan pada saat inisiasi laktasi atau sintesis air susu. Setelah induk partus, sekresi estrogen dan progesteron oleh plasenta hilang dengan tiba-tiba, sehingga akan terjadi pelepasan prolaktin oleh pituitary anterior untuk mangambil peran dalam memproduksi susu. Setelah proses biosintesis susu berlangsung, susu akan tersimpan dalam kelenjar susu. Pada kondisi ini, terlihat tanda-tanda pada bagian luar kelenjar susu di antaranya kelenjar susu (ambing dan puting) membesar, sehingga susu harus dikeluarkan baik melalui proses menyusui atau pemerahan. Selama pemerahan dan menyusui reseptor saraf pada kulit dan puting, sensitif terhadap rangsangan. Melalui kedua proses ini, akan terjadi rangsangan yang akan mengaktivasi neurohormonal secara refleks, bersamaan dengan pelepasan hormon oxytocin oleh pituitari posterior, yang merangsang sel mioepitel alveola mamae untuk kontraksi, sehingga terjadi pengeluaran susu (Rumetor, 2008).

  Gambar 1. Biosintesis dan sekresi susu Sumber: Rumetor (2008) Produksi Susu

  Susu kambing merupakan salah satu sumber protein hewani yang diperlukan tubuh untuk pertumbuhan sel dan pembentukan sel. Produksi susu dipengaruhi oleh mutu genetic,umur induk, bobot hidup, lama laktasi, tatalaksana ternak dan aktifitas pemerahan. Produksi akan meningkat sejak induk beranak kemudian akan turun hingga akhir masa laktasi. Puncak produksi susu kambing PE akan dicapai pada hari ke-40 setelah beranak. Semakin banyak laktasi semakin banyak jumlah produksi susu selama masa laktasi tersebut ( Yatimin et al., 2013).

  Potensi produksi susu kambing yaitu sebanyak 0,45-2,1 liter/hari/laktasi ( Budiarsana dan I Ketut, 2014). Selain itu, susu kambing mengandung laktosa yang rendah, yaitu sekitar 4,1% dibandingkan susu sapi yang mengandung laktosa sekitar 4,7%, sehingga susu kambing dapat dikonsumsi oleh orang-orang yang menderita lactose intolerance ( Iqrimah, 2013). Seekor ternak berkategori penghasil susu yang baik, dilihat dari tingginya susu dihasilkan ( Taofik dan Depison, 2008).

  Kambing PE merupakan jenis kambing perah yang unggul, karena mempunyai kemampuan memperoduksi susu sebanyak 1,5-3 liter per hari.

  Produksi susu kambing umumnya akan meningkat pada minggu ke-2, selanjutnya mencapai puncak produksi pada minggu ke-3 dan berangsur-angsur menurun sampai akhir laktasi. Kambing mengalami masa kering atau periode kering setelah minggu ke-12 atau bulan ke-3 ( Fitriyanto et al., 2013). Pemberian makanan yang tidak sempurna waktu sekresi susu menurun,mempunyai pengaruh langsung terhadap turunnya produksi ( Anggorodi, 1979).

  Pakan merupakan salah satu factor yang sangat berpengaruh pada penampilan produksi susu ( Budiarsana dan I Ketut, 2001). Pertambahan bobot badan dan produksi susu yang maksimal akan dapat dicapai apabila pakan yang diberikan terdiri dari hijauan berupa campuran rumput-rumputan dan daun leguminosa dengan tambahan konsentrat ( Rostini, 2011). Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi susu antara lain melalui suplementasi pakan ( Marwah et al., 2010).

  Konsumsi Pakan

  Konsumsi bahan kering (BK) kambing merupakan satu faktor yang sangat Penting dimana konsumsi merupakan suatu kemampuan untuk dapat menghabiskan sejumlah ransum yang diberikan. Menurut Blakely dan Bade (1991) kambing dapat mengkonsumsi bahan kering yang relatif banyak yaitu 5-

  7% dari berat hidupnya, jika dibandingkan dengan sapi hanya 2-3% dari berat hidupnya. Konsumsi pakan pada ternak ditentukan berdasarkan bahan kering.

  Dimana kandungan air pada berbagai macam bahan pakan sangat bervariasi. Konsumsi pakan yang diberikan pada saat ternak laktasi lebih banyak digunakan untuk produksi susu.

  Parakkasi (1999) menyatakan, konsumsi ternak dipengaruhi oleh hewan itu sendiri (bobot badan, jenis kelamin, umur, faktor genetik dan bangsa sapi), makanan yang diberikan dan faktor lingkungan (temperatur, kelembaban dan sinar matahari).

  Konversi Pakan

  Konversi pakan adalah perbandingan antara jumlah yang dikonsumsi pada waktu tertentu dengan produksi yang dihasilkan (pertambahan bobot badan atau produksi yang dihasilkan) dalam kurun waktu yang sama. Konversi pakan adalah indicator teknis yang dapat menggambarkan tingkat efisiensi penggunaan pakan, semakin rendah angka konversi pakan berarti semakin baik (Anggorodi, 1979). Menurut Tillman et al., (1998) konversi pakan merupakan perbandingan antara konsumsi pakan dan PBBH.