BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Signalling Theory (Teori Sinyal) - Analisis Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, Free Cash Flow dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Terda

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Signalling Theory (Teori Sinyal)

  Teori ini menyatakan bahwa terdapat ketidakasimetrisan informasi antara manajer dan investor. Masih terdapatnya perbedaan informasi yang dimiliki oleh investor dan manajer sehingga manajer merasa perlu untuk menyampaikan suatu sinyal ke pasar mengenai kondisi perusahaan.

  Pengumuman ke masyarakat luas mengenai prospek perusahaan merupakan cara yang mudah dilakukan oleh semua perusahaan baik itu perusahaan besar untuk suatu perusahaan atau dengan kata lain investor melihat adanya satu kualitas perusahaan yang sama untuk semua perusahaan. Kondisi ini membuat manajer perusahaan yang memiliki prospek bagus di masa mendatang menggunakan dividen untuk memberikan sinyal ke pasar. Dengan menggunakan dividen, perusahaan kecil tidak dapat mengikuti kebijakan yang diambil oleh perusahaan besar sehingga ada perbedaan antara perusahaan besar dan perusahaan kecil. Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas tinggi akan membayarkan dividen untuk memberikan sinyal baik ke pasar, sedangkan perusahaan dengan tingkat profitabilitas rendah akan sulit untuk mengikuti kebijakan yang diterapkan perusahaan dengan tingkat keuntungan yang lebih tinggi.

  Menurut teori ini, apabila perusahaan meningkatkan pembayaran dividen, manajer percaya bahwa di masa mendatang perusahaan akan memiliki pendapatan yang cukup besar untuk menyesuaikan sistem pembayaran dividen yang dilakukan saat ini. Jika perusahaan memberikan dividen yang lebih rendah daripada yang diharapkan maka hal ini akan diinterpretasikan sebagai sinyal buruk. Miller dan Modigliani (1961) menyatakan bahwa penurunan dividen dapat mengindikasikan bahwa pendapatan perusahaan di masa mendatang akan mengecewakan. Infomasi naik turunnya dividen tunai yang dibagikan perusahaan merupakan salah satu informasi yang dipandang cukup penting bagi investor karena informasi atau calon investor dalam melakukan penilaian perusahaan (Prastiono, 2000). Perusahaan yang memiliki kesempatan bertumbuh untuk menjadi lebih besar cenderung mengalami masalah asimetri informasi antara manajemen dan pemegang saham. Leary dan Michaely (2008) menyatakan bahwa asimetri informasi yang lebih besar akan terjadi dengan kesempatan bertumbuh yang lebih besar juga. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa beberapa proksi yang bisa digunakan untuk mengukur tingkat asimetri informasi di perusahaan antara manajer dengan pemegang saham yaitu ukuran perusahaan dan pertumbuhan perusahaan. Kebijakan Dividen juga tidak dapat dipisahkan dari teori sinyal karena teori ini menyatakan bahwa investor akan memandang perubahan dividen sebagai suatu sinyal peramalan laba oleh manajemen. Menurut Wirjolukito, et al dalam Suharli (2007) menyatakan bahwa pihak manajemen akan membayarkan dividen untuk memberikan sinyal mengenai keberhasilan perusahaan dalam membukukan profit .

2.1.2 Kebijakan Dividen (Dividen Payout Ratio)

  Menurut Riyanto (2001:269) kebijakan dividen yang dilakukan oleh perusahaan yaitu antara lain sebagai berikut: a.

  Kebijakan dividen yang stabil Kebijakan dividen yang stabil berarti jumlah dividen per lembar saham yang dibayarkan setiap tahunnya relatif tetap selama jangka waktu tertentu meskipun pendapatan per lembar saham per tahunnya berfluktuasi. Dividen yang stabil ini dipertahankan untuk beberapa tahun dan kemudian apabila ternyata pendapatan perusahaan meningkat dan kenaikan pendapatan tersebut nampak mantap dan relatif permanen, barulah besarnya dividen per lembar saham dinaikkan. Beberapa alasan lain sebagai berikut: 1)

  Kebijakan dividen yang stabil dapat memberikan kesan kepada investor bahwa perusahaan tersebut mempunyai prospek yang baik di masa mendatang

  2) Banyak pemegang saham yang hidup dari pendapatan yang diterima dari dividen. Golongan ini dengan sendirinya tidak akan menyukai adanya dividen yang tidak stabil, dimana golongan ini menginginkan kepastian dividen yang dibayarkan.

  b. Kebijakan dividen dengan penetapan jumlah dividen minimal plus jumlah ekstra tertentu .

  Kebijakan dividen ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen per lembar saham setiap tahunnya, dimana cara penetapan dividend payout ini adalah penetapan junlah dividen minimal plus jumlah ekstra.

  c. Kebijakan dividen dengan penetapan dividend payout ratio yang konstan.

  Kebijakan dividen dengan penetapan dividend payout ratio yang konstan berarti bahwa jumlah dividen per lembar saham yang dibayarkan setiap tahunnya akan berfluktuasi sesuai dengan perkembangan keuntungan netto yang diperoleh setiap tahunnya.

  d. Kebijakan dividen yang fleksibel Kebijakan dividen yang fleksibel menunjukkan bahwa besarnya dividen per lembar saham setiap tahunnya disesuaikan dengan posisi finansial dan kebijakan finansial dari perusahaan yang bersangkutan.

  Ang (1997) menyatakan bahwa dividen merupakan nilai pendapatan bersih di perusahaan setelah pajak dikurangi dengan laba ditahan yang ditahan sebagai cadangan perusahaan. Dividen ini untuk dibagikan kepada para pemegang saham sebagai keuntungan dari laba perusahaan. Apabila perusahaan penerbit saham mampu menghasilkan laba yang besar maka ada kemungkinan pemegang sahamnya akan menikmati keuntungan dalam bentuk dividen yang besar pula. Penentuan besarnya dana yang dialokasikan untuk pembayaran dividen ini tidak ada yang membatasi, namun tergantung pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), apakah laba itu akan dialokasikan untuk pembayaran dividen atau untuk laba ditahan. penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan. Sedangkan dividen merupakan aliran kas yang dibayarkan kepada para pemegang saham atau

  “equity investors”. Setiap perusahaan selalu menginginkan adanya

  pertumbuhan bagi perusahaan tersebut di satu pihak dan juga dapat membayarkan dividen kepada para pemegang saham di lain pihak, tetapi kedua tujuan tersebut selalu bertentangan. Sebab kalau makin tinggi tingkat dividen yang dibayarkan, berarti semakin sedikit laba yang ditahan, dan sebagai akibatnya ialah menghambat tingkat pertumbuhan (rate of growth) dalam pendapatan dan harga sahamnya. Kalau perusahaan ingin menahan sebagian besar dari pendapatan yang tersedia untuk pembayaran dividen adalah semakin kecil. Persentase dari pendapatan yang akan dibayarkan kepada pemegang saham sebagai dividen tunai disebut dividend payout

  ratio . Dengan demikian dapat dikatakan bahwa makin tingginya dividend payout ratio yang ditetapkan oleh perusahaan berarti makin kecil dana yang

  tersedia untuk ditanamkan kembali di dalam perusahaan yang berarti akan menghambat pertumbuhan perusahaan (Riyanto, 2001). Dividen merupakan bagian keuntungan yang dibayarkan oleh perusahaan kepada para pemegang saham, oleh karena itu dividen merupakan bagian dari penghasilan yang diharapkan oleh para pemegang saham. Besar kecil dividen yang dibayarkan mempengaruhi pencapaian tujuan maksimalisasi kesejahteraan pemegang saham. Menurut Ang (1997) faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam memutuskan suatu usulan dividen oleh dewan direksi a.

  Keuntungan Perseroan b.

  Prospek pertumbuhan usaha c. Posisi kas (likuiditas) d.

  Aspek hukum e. Keadaan pasar

2.1.3 Macam-macam Bentuk Dividen

  Menurut Keyso dan Weydgant (1995) mengungkapkan bahwa dividen yang dibagikan kepada para investor berbentuk, antara lain: a.

  Dividen Tunai Dividen tunai merupakan dividen yang pembayarannya dibagikan dalam bentuk uang tunai. Dividen dalam bentuk ini merupakan pembayaran yang paling banyak diharapkan investor.

  b.

  Dividen Saham Dividen saham) merupakan dividen yang pembayarannya dibagikan dalam bentuk proporsi saham tertentu. Dividen saham merupakan dividen yang pembayarannya dibagikan dalam bentuk proporsi sahamtertentu. Dibagikannya dividen dalam bentuk saham, maka akan meningkatkan likuiditas perdagangan dibursa efek. Kemungkinan perusahaan ingin menurunkan nilai sahamnya guna memperluas kepemilikan dan posisi likuiditas perusahaan yang tidak memungkinkan membagikan dividen dalam bentuk tunai.

  c.

  Sertifikat Dividen Sertifikat dividen merupakan dividen yang dibayarkan dengan sertifikat atau promes yang telah dikeluarkan oleh perusahaan yang menyatakan bahwa suatu waktu sertifikat itu dapat ditukarkan dalam bentuk uang. Hal ini dapat disimpulkan bahwa sertifikat dividen yaitu hutang dividen dalam bentuk script atau pembayaran dividen pada masa yang akan datang.

  d.

  Property Dividend

  Property dividend yaitu pembayaran dividen dalam bentuk kekayaan

  seperti barang dagangan, real estate atau investasi dalam bentuk lain yang dirancang oleh dewan direksi.

2.1.4 Langkah-langkah Pembayaran Dividen

  pengumuman emiten atas dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham yang disebut juga dengan tanggal pengumuman dividen (Ang, 1997).

  Tanggal-tanggal yang perlu diperhatikan dalam pembayaran dividen yaitu : a.

  Tanggal pengumuman Tanggal pengumuman merupakan tanggal yang secara resmi diumuman oleh emiten tentang bentuk dan besarnya serta jadwal pembayaran dividen yang akan dilakukan. Pengumuman ini biasanya untuk pembagian dividen regular. Isi pengumuman tersebut menyampaikan hal- hal yang dianggap penting yakni; tanggal pencatatan, tanggal pembayaran, besarnya dividen kas per lembar.

  b.

  Tanggal pencatatan dalam daftar pemegang saham (Date of Record) Tanggal pencatatan merupakan tanggal dimana perusahaan harus melakukan pencatatan nama dari para pemegang saham. Para pemilik saham yang terdaftar sebagai pemegang saham pada perusahaan publik atau emiten tersebut diberikan hak untuk memperoleh pembagian dividen, sedangkan pemegang saham yang tidak terdaftar pada tanggal pencatatan tidak diberikan hak untuk mendapatkan dividen.

  c.

  Tanggal cum-dividend (Cum-dividend Date) Tanggal ini merupakan tanggal hari terakhir perdagangan saham yang masih melekat hak untuk mendapatkan dividen baik dividen tunai maupun dividen saham. d.

  Tanggal ex-dividend (Ex-dividend Date) Tanggal ini merupakan tanggal dimana perdagangan saham sudah tidak melekat lagi hak untuk memperoleh dividen. Jadi jika investor membeli saham pada tanggal ini atau sesudahnya, maka investor tersebut tidak dapat mendaftarkan namanya untuk mendapatkan dividen.

  e.

  Tanggal pembayaran (Payment Date) . Tanggal ini merupakan tanggal dimana perusahaan melakukan pembayaran dividen kepada para pemegang saham yang telah memiliki hak atas dividen. Jadi pada tanggal tersebut para investor sudah dapat mengambil dividen sesuai dengan bentuk dividen yang telah diumumkan oleh emiten (dividen tunai, dividen saham).

2.1.5 Pola Pembayaran Dividen

  Keputusan mengenai dividen payout ratio adalah keputusan yang menyangkut bagaimana cara dan dalam bentuk apa dividen dibayarkan kepada pemegang saham. Ada beberapa pola pembayaran dividen yang dapat dipilih a.

   Stable and Occasionally Increasing Dividend per-share

  Kebijakan ini menetapkan dividen per saham yang stabil, selama tidak ada peningkatan yang permanen dalam earning power dan kemampuan membayar dividen. Manajemen akan menaikkan dividen, jika ada keyakinan bahwa tingkat yang lebih tinggi tersebut dapat dipertahankan. Hal ini dilandasi adanya psikologi pemegang saham, dimana bila dividen naik maka akan menaikkan juga harga saham dan sebaliknya

  b.

   Stable Dividend per-share

  Dasar pemikirannya adalah bahwa pasar mungkin akan menilai suatu saham lebih tinggi bila dividen yang diharapkan tetap stabil daripada bila dividen berfluktuasi. Perusahaan yang memilih cara ini akan membayar dividen dalam jumlah yang tetap (stable amount) dari tahun ke tahun.

  c.

   Stable Payout Ratio

  Dalam pola pembayaran dividen ini, jumlah dividen dihitung berdasar suatu prosentase tetap dari laba. Bila laba berfluktuasi, maka jumlah dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham pun akan ikut berfluktuasi.

  d.

  

Regular Dividend plus Extras

  Dalam cara ini, dividen regular ditetapkan dalam jumlah yang diyakini oleh manajemen mampu dipertahankan di masa mendatang tanpa menghiraukan fluktuasi laba dan kebutuhan investasi modal. Bila tambahan kas tersedia, perusahaan memberikan dividen ekstra kepada pemegang saham. Pola ini mengakui bahwa dividen mempunyai kandungan informasi, sehingga dengan pemberian dividen ekstra dapat menarik minat pemodal yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan harga saham.

  e.

   Fluctuating Dividends and Payout Ratio

  Dalam pola pembayaran ini besarnya dividen dan payout ratio disesuaikan \dengan perubahan laba dan kebutuhan investasi modal perusahaan untuk setiap periode. Oleh karena itu besar dividen dan payout ratio yang dibayarkan berfluktuasi mengikuti fluktuasi laba dan kebutuhan investasi.

2.1.6 Profitabilitas

   Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

  profit atau laba. Perusahaan yang dapat membukukan profit tinggi maka perusahaan tersebut dinilai berhasil dalam menjalankan usaha. Perusahaan yang dapat menciptakan profit atau laba besar berarti perusahaan dapat menciptakan pendanaan internal bagi perusahaan sendiri. Setelah ada dana tersebut, maka perusahaan akan menggunakan untuk ditahan menjadi laba ditahan dan dibagikan kepada para pemilik sebagai dividen. Menurut Wirjolukito, et al dalam (2013) menyatakan bahwa pihak manajemen akan membayarkan dividen untuk memberikan “sinyal” mengenai keberhasilan perusahaan dalam membukukan profit. Sinyal tersebut menyimpulkan bahwa kemampuan perusahaan untuk membayar dividen adalah fungsi dari keuntungan. Dengan demikian profitabilitas mutlak diperlukan untuk perusahaan apabila hendak membayar dividen. Dividen adalah bagian dari laba bersih yang dihasilkan perusahaan, oleh karena itu dividen akan dibagikan jika perusahaan memperoleh laba.

  Hubungan antara profitabilitas dengan kebijakan deviden dapat dianalogikan sebagai berikut. Sebuah perusahaan yang dapat membukukan laba maka perusahaan tersebut dapat memilih untuk menahan laba atau membagikan sebagai deviden. Jika perusahaan membagikan deviden maka pendanaan internal perusahaan akan berkurang. Menurut teori “bird in the hand” investor lebih menyukai dibagikan deviden daripada menunggu pengembalian dari keuntungan modal. Maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa semakin tinggi profitabilitas menggambarkan kemampuan badan usaha untuk menghasilkan laba dengan menggunakan seluruh modal yang dimiliki. Hal ini sesuai dengan pernyataan Shapiro (1991:731) “profitabilitas suatu perusahaan akan mempengaruhi kebijakan para investor atas investasi yang dilakukan”. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba akan dapat menarik para investor untuk menanamkan dananya guna memperluas para investor menarik dananya. Sedangkan bagi perusahaan itu sendiri profitabilitas dapat digunakan sebagai evaluasi atas efektivitas pengelolaan badan usaha tersebut. Profitabilitas perusahaan merupakan salah satu dasar penilaian kondisi suatu perusahaan, untuk itu dibutuhkan suatu alat analisis untuk bisa menilainya. Alat analisis yang dimaksud adalah rasio-rasio keuangan. Rasio profitabilitas mengukur efektifitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang diperoleh dari penjualan dan investasi.

  Profitabilitas juga mempunyai arti penting dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka panjang, karena profitabilitas menunjukkan apakah badan usaha tersebut mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang. Dengan demikian setiap badan usaha akan selalu berusaha meningkatkan profitabilitasnya, karena semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu badan usaha maka kelangsungan hidup badan usaha tersebut akan lebih terjamin. Profitabilitas dapat diproksikan dengan menggunakan Return On Assets (ROA). ROA dapat diukur dengan menggunakan rumus:

  Net Income

  x 100 % =

  Total Assets

2.1.7 Likuiditas

  Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang telah jatuh tempo. Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi segala kewajiban jangka pendek perusahaan. Likuiditas perusahaan merupakan faktor yang penting yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya dividen, maka semakin kuat posisi likuiditas berarti semakin besar kemampuan perusahaan membayar dividen (Riyanto, 1995). Perusahaan yang mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi, perusahaan tersebut mempunyai kesempatan dalam memenuhi segala kewajiban jangka pendek termasuk dengan membayar deviden ke pemilik modal. Maka dapat disimpulkan bahwa semakin likuid suatu perusahaan kemungkinan membayar membayar dividen semakin besar juga. Likuiditas dapat diproksikan dengan menggunakan Current Ratio(CR). CR dapat diukur dengan menggunakan rumus: x 100 % =

  2.1.8 Leverage (Debt to Equity Ratio) debt to (Van Horne dan Wachowicz, 2005) menyebutkan bahwa equity ratio (DER) dapat memberitahu kita bahwa para kreditur memberikan pendanaan untuk setiap jumlah uang yang diberikan oleh pemegang saham. Para kreditur secara umum akan lebih suka jika rasio ini lebih rendah. Semakin rendah rasio ini, semakin tinggi tingkat pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham, dan semakin besar perlindungan bagi kreditur jika terjadi penyusutan nilai aktiva atau kerugian besar. Jadi, perusahaan tidak akan mengalami kesulitan dengan para kreditur karena rasio utang yang besar. Gupta mengungkapkan bahwa utang bepengaruh negatif proporsi utang atau semakin meningkatnya utang yang digunakan dalam struktur modal semakin besar pula kewajibannya. Leverage dapat diproksikan

  Debt to Equity Ratio (DER). DER dapat diukur dengan dengan menggunakan menggunakan rumus:

  Totsl Debt

  DER = x 100 %

  Total Equity

  F ree Cash F low (Alir an Kas Bebas)

  2.1.9 Free Cash Flow (aliran kas bebas) menggambarkan tingkat fleksibilitas keuangan perusahaan. Jensen (1986) mendefinisikan aliran kas bebas sebagai kas yang tersisa setelah seluruh proyek yang menghasilkan Net Present Value (NPV) positif dilakukan. NPV atau nilai sekarang bersih adalah analisa kekurangan yang digunakan untuk mengukur layak tidaknya suatu usaha dilaksanakan dilihat dari nilai sekarang dari arus kas bersih yang akan diterima dibandingkan dengan nilai sekarang dari jumlah investasi yang dikeluarkan. Jika NPV dari suatu proyek positif, hal ini berarti bahwa proyek tersebut diharapkan akan menaikkan nilai perusahaan sebesar jumlah positif dari NPV yang dihitung dari investasi tersebut dan juga bahwa investasi tersebut diharapkan akan menghasilkan tingkat keuntungan yang lebih tinggi daripada tingkat keuntungan yang dikehendaki. Perusahaan dengan aliran kas bebas berlebih akan memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan perusahaan lainnya karena mereka dapat memperoleh keuntungan atas berbagai kesempatan yang mungkin tidak dapat diperoleh perusahaan lain. Perusahaan dengan aliran kas bebas tinggi bisa diduga lebih survive dalam internal tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan investasi perusahaan sehingga memerlukan dana eksternal baik dalam bentuk hutang maupun penerbitan saham baru. Sedangkan menurut Ross et al (2000), aliran kas bebas merupakan kas perusahaan yang dapat didistribusikan kepada kreditor working atau pemegang saham yang tidak digunakan untuk modal kerja ( capital) atau investasi pada aset tetap. Aliran kas bebas menunjukkan gambaran bagi investor bahwa dividen yang dibagikan oleh perusahaan tidak sekedar strategi menyiasati pasar dengan maksud meningkatkan nilai perusahaan.

  Berbagai kondisi perusahaan dapat mempengaruhi nilai aliran kas bebas, misalnya bila perusahaan memiliki aliran kas bebas tinggi dengan tingkat pertumbuhan rendah maka aliran kas bebas ini seharusnya didistribusikan kepada pemegang saham, tetapi bila perusahaan memiliki aliran kas bebas tinggi dan tingkat pertumbuhan tinggi maka aliran kas bebas ini dapat ditahan sementara dan bisa dimanfaatkan untuk investasi periode mendatang. Karena kondisi diatas, maka mengindikasikan bahwa aliran kas bebas yang besar dalam suatu perusahaan belum tentu menunjukkan bahwa perusahaan tersebut akan membagikan dividen dengan jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan ketika perusahaan memiliki aliran kas bebas yang kecil. Alat ukur yang digunakan adalah: Free Cash Flow = Aliran Kas Operasi –Pengeluaran Modal Bersih +

  Perubahan Modal Kerja Suatu perusahaan besar yang sudah mapan akan memiliki akses yang mudah menuju pasar modal, sementara perusahaan yang baru dan masih kecil akan mengalami banyak kesulitan untuk memiliki akses ke pasar modal karena kemudahan akses ke pasar modal cukup berarti untuk fleksibilitas dan kemampuannya untuk memperoleh dana yang lebih besar, sehingga perusahaan mampu memiliki rasio pembayaran dividen yang lebih tinggi darpada perusahaan kecil (Damayanti dan Achyani, 2006). Ukuran perusahaan dapat diartikan sebagai besar kecilnya perusahaan dilihat dari besarnya nilai equity, nilai perusahaan, ataupun total assets dari suatu perusahaan (Riyanto, 2001). Faktor ini menjelaskan bahwa suatu perusahaan yang mapan dan besar memiliki akses yang lebih mudah di pasar modal dibandingkan dengan perusahaan yang kecil. Akses yang baik dapat membantu perusahaan memenuhi kebutuhan likuiditasnya. Kemudahan aksesbilitas ke pasar modal dapat diartikan adanya fleksibilitas dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh dana dan mendapatkan laba dengan melihat pertumbuhan aset perusahaan. Penelitian ini menggunakan total asset sebagai ukuran perusahaan yang di proksikan dengan logaritma natural dari total assets tiap tahun.

  Size = Logaritma Normal Total Assets

  2.2 Tinjauan Penelitian Ter dahulu Beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan kebijakan dividen sebagaimana diuraikan sebagai berikut:

  1. Hardiatmo, Daljono (2013) mengenai Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia listing di Bursa Efek Indonesia Periode 2008 – 2010). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel Profitabilitas memiliki pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR), variabel Likuiditas tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen, variabel Leverage tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen, Variabel pertumbuhan perusahaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen, variabel ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen namun dengan arah negatif.

  2. Halim Jauwanto (2013) yang meneliti tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Sektor Industri Barang Konsumsi Periode 2008-2011. Hasil penelitiannya yaitu variabel pertumbuhan perusahaan memiliki pengaruh negatif tidak signifikan terhadap kebijakan dividen perusahaan, variabel risiko perusahaan memiliki pengaruh negatif tidak signifikan terhadap kebijakan dividen perusahaan, variabel profitabilitas perusahaan memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kebijakan dividen perusahan, dan variabel set kesempatan investasi memiliki pengaruh negatif tidak signifikan terhadap kebijakan dividen Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Sektor Industri Barang Konsumsi Periode 2008-2011.

  3. Penelitian lain dilakukan oleh Lopolusi Ita (2013) mengenai Analisis Faktor- faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Sektor Manufaktur yang menunjukkan hasil bahwa variabel profitabilitas berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap variabel perubahan kebijakan dividen, variabel likuiditas berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kebijakan dividen, variabel ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap variabel kebijakan dividen, variabel utang berpengaruh negatif signifikan terhadap variabel perubahan kebijakan dividen, dan variabel free cash flow berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap variabel perubahan kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2007-2011.

4. Santoso Dwi Habib (2012) mengenai Analisis Faktor-Faktor yang

  Mempengaruhi Kebijakan Dividen (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2009). Hasil penelitiannya yaitu variabel leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen, variabel pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen, variabel collateralizable assets tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen, kepemilikan institusional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen, variabel kontrol ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.

5. Rosdini (2009) mengenai Pengaruh Free Cash Flow Terhadap Dividend Policy.

  Unit analisis penelitian adalah perusahaan manufaktur tertentu pada tahun 2000- 2002. Hasil penelitian menunjukkan bahwa free cash flow berpengaruh terhadap Dividend Policy .

  Berikut ini merupakan rangkuman dari penelitian terdahulu yang berhubungan

  

Leverage, Free Cash Flow dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan

Dividen pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI) Periode 2011-20113 ” terdapat pada Tabel 2.1.

  Tabel 2.1 Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu

  Variabel independen: Pertumbuhan Perusahaan, Risiko Pasar, Profitabilitas.

  Variabel independen: Profitabilitas, Likuiditas, Ukuran Badan Usaha, Utang, Pertumbuhan,

  Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Sektor Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-

  Lopolusi Ita (2013).

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan perusahaan, risiko perusahaan, profitabilitas perusahaan dan set kesempatan investasi secara serempak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen perusahaan pada sektor barang konsumsi yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia selama periode 2008- 2011.

  Variabel dependen: Kebijakan dividen,

  Investment Opportunity Set.

  Faktor-Faktor yang Mempengaruhi kebijakan dividen Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Sektor Industri Barang konsumsi Periode 2008- 2011.

  Nama Peneliti Judul Variabel yang digunakan Hasil Penelitian

  Hasil penelitian menyatakan bahwa variabel Profitabilitas memiliki pengaruh signifikan terhadap DPR, variabel likuiditas tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen, variabel Leverage yang diukur dengan DER tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen. Variabel pertumbuhan perusahaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen. , variabel ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen namun dengan arah negatif. Halim Jauwanto (2013).

  Variabel dependen : Kebijakan Dividen

  Pertumbuhan Perusahaan, Ukuran Perusahaan.

  Leverage,

  Variabel independen : Rasio Profitabilitas, rasio Likuiditas,

  Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia Periode 2008 – 2010).

  Hardiatmo ,Daljono (2013).

  Berdasarkan hasil pengujian diketahui bahwa variable profitabilitas berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap variable perubahan kebijakan dividen, variabel likuiditas berpengaruh negatif signifikan

  2011.

  size , collateralizable assets dan

  free cash flow memiliki

  Dalam penelitian ini analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh free cash flow terhadap kebijakan dividen. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa

  Dividend Policy.

  Variabel dependen :

  Free Cash Flow,

  Variabel independen :

  Flow Terhadap Dividend Policy.

  Pengaruh Free Cash

  Rosdini (2009)

  kepemilikan institusional becara serempak berpengaruh terhadap terhadap kebijakan dividen

  size, collateralizable assets dan

  kepemilikan institusional terhadap kebijakan dividen. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Leverage, pertumbuhan perusahaan, firm

  Dalam penelitian ini teknik analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh antara Leverage , pertumbuhan perusahaan, firm

  Free Cash Flow .

  Variabel dependen: Kebijakan Dividen.

  Kepemilikan Institusional, firm size .

  

Collateralizabl

e Assets,

  pertumbuhan perusahaan,

  Leverage,

  Variabel independen :

  Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007- 2009).

  signifikan terhadap variabel perubahan kebiajakan dividen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2007-2011. Santoso Dwi Habib (2012)

  flow berpengaruh negatif tidak

  terhadap kebiajakan dividen, variabel ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap variabel kebijakan dividen, variabel utang berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap variabel perubahan kebijakan dividen, dan variabel free cash

  Dividen

Payout Ratio.

  Variabel dependen :

  pengaruh positif terhadap kebijakan dividen

  2.3 Ker angka Konseptual dan Hipotesis Kerangka konseptual adalah suatu model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah riset.

  3

  ) Kebijakan Dividen

  5

  Ukuran Perusahaan (X

  4 )

  (X

  ) Free Cash Flow

  (X

  Secara teoritis, kerangka konseptual akan menjelaskan hubungan antara variabel independen (profitabilitas, likuiditas, leverage, free cash flow, ukuran perusahaan terhadap variabel dependen ( kebijakan dividen). Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  ) Leverage

  2

  Likuiditas (X

  1 )

  Profitabilitas (X

  Gambar 2.1

  PPPPPPHJ KHCJ H1 H2 H3 H4 H5 H6

  (Y)

   Kerangka Konseptual

  Kerangka konseptual merupakan suatu model yang menerangkan hubungan teori dengan faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu.

  Kerangka-kerangka konseptual yang menjelaskan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen yaitu :

1. Hubungan Profitabilitas terhadap Kebijakan Dividen

  Profitabilitas menunjukkan kemampuan modal yang diinvestasikan dalam total aktiva untuk menghasilkan laba perusahaan. Semakin tinggi tingkat profitabilitas maka kemungkinan pembagian dividen juga semakin besar (Sartono, 2001:123). Profitabilitas yang merupakan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba atau profit berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Jika perusahaan mempunyai tingkat profitabilitas yang tinggi, maka perusahaan akan mendapatkan laba yang tinggi dan pada akhirnya laba yang tersedia untuk dibagikan sebagai dividen kepada para pemegang saham akan semakin besar pula. Semakin besar laba yang diperoleh perusahaan, maka pembayaran dividen kepada pemegang saham atau alokasi untuk laba ditahan akan semakin besar pula. Sudarsi (2002), Suharli dan Oktorina (2005), Marlina dan Danica (2009) dan Kouki (2009) menemukan bahwa profitabilitas mempunyai hubungan positif dengan kebijakan dividen. Berdasarkan asumsi diatas, maka dibuat hipotesis sebagai berikut : H1 : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen.

2. Hubungan Likuiditas terhadap Kebijakan Dividen

  Juma’h (2008) dan Gupta (2010) dalam Ita Lopolusi (2013) mengungkapkan bahwa terdapat pengaruh positif antara likuiditas dengan kebijakan dividen. Hal ini dinyatakan dengan semakin baik likuiditas yang dimiliki oleh suatu perusahaan akan meningkatkan kebijakan dividen perusahaan tersebut. Likuiditas yang semakin baik dalam perusahaan mencerminkan adanya peningkatan kas yang dimiliki badan usaha tersebut. Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi segala kewajiban jangka pendek perusahaan. Likuiditas perusahaan merupakan faktor yang penting yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk outflow, maka semakin kuat posisi likuiditas berarti semakin besar kemampuan perusahaan membayar dividen (Riyanto, 1995). Perusahaan yang mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi, perusahaan tersebut mempunyai kesempatan dalam memenuhi segala kewajiban jangka pendek termasuk dengan membayar deviden ke pemilik modal. Maka dapat disimpulkan bahwa semakin likuid suatu perusahaan kemungkinan membayar dividen semakin besar juga. sehingga hubungan antara likuiditas dengan kebijakan deviden adalah positif. Lopolusi (2013), Budi Hardiatmo dan Daljono (2013) menemukan bahwa bahwa likuiditas mempunyai hubungan positif dengan kebijakan dividen. Dari penelitian terdahulu dapat dibuat hipotesis sebagai berikut: H2 : Likuiditas berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen.

3. Hubungan Leverage terhadap Kebijakan Dividen

  Riyanto dalam Lopolusi (2001) menyatakan bahwa leverage merupakan kemampuan suatu perusahaan membayar seumua hutang-hutangnya. Salah satu rasio leverage adalah Debt to Equity Ratio (DER). DER mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Semakin besar rasio ini menujukkan semakin besar kewajibannya dan semakin rendah rasio ini akan menujukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutangnya. Peningkatan hutang akan mempengaruhi tingkat pendapatan bersih yang tersedia rendah kemampuan perusahaan dalam membayar dividen. Semakin besar rasio ini menujukkan semakin besar pula tingkat ketergantungan perusahaan terhadap pihak eksternal (kreditur) dan semakin besar pula beban biaya hutang yang harus dibayar perusahaan. Semakin meningkat rasio maka hal tersebut berdampak pada menurunnya profit yang diperoleh perusahaan, karena sebagian digunakan untuk membayar bunga pinjaman. Peningkatan hutang pada gilirannya akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang tersedia bagi pemegang saham termasuk dividen yang akan diterima, karena kewajiban tersebut lebih tinggi, maka kemampuan perusahaan untuk membagi dividen akan semakin rendah. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diambil hipotesis sebagai berikut: H3 : Leverage berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen.

4. Hubungan Free Cash Flow terhadap Kebijakan Dividen

  

Free cash flow merupakan kas perusahaan yang dapat didistribusikan kepada

  kreditur atau pemegang saham yang tidak diperlukan untuk modal kerja atau investasi pada aset. Kas tersebut biasanya menimbulkan konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham. Manajemen biasanya lebih suka untuk menginvestasikan lagi dana tersebut pada proyek–proyek yang dapat menghasilkan keuntungan, karena alternatif ini akan meningkatkan insentif yang diterimanya. Disisi lain, pemegang saham mengharapkan sisa dana tersebut dibagikan sehingga akan meningkatkan kemakmuran para pemegang saham. Free cash flow menyatakan

  

flow kepada pemegang saham atau resiko akan kehilangan kendali terhadap

  perusahaan. Menurut Jensen ( 1986 : 137) free cash flow adalah kelebihan kas yang dipelukan untuk mendanai semua proyek yang memiliki net present value positif setelah membagi dividen. Kebijakan dividen merupakan arus kas keluar. Semakin kuat posisi kas perusahaan, berarti semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen kepada pemegang saham. Kas tersebut biasanya menimbulkan konflik antara manajer dan pemegang saham. Manajer lebih menginginkan kas tersebut untuk diinvestasikan pada aset-aset perusahaan untuk melanjutkan insentif yang diterima dan meningkatkan omzet penjualan, sedangkan pemegang saham lebih menginginkan kas tersebut dibagikan sebagai dividen.

  Menurut Jensen (1986) pengaruh free cash flow terhadap dividend payout ratio bersifat positif yang artinya bahwa semakin tinggi free cash flow maka semakin tinggi dividend payout ratio atau atau sebaliknya. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Smith and Watts (1992) dalam Rosdini (2009) yang menyatakan bahwa untuk menghindari terjadinya overinvestment (free cash flow problem), manajer akan membagikan dividen dalam jumlah yang tinggi. Sehingga semakin tinggi tingkat free cash flow akan berpengaruh positif terhadap pembayaran dividen kepada pemegang saham Rosdini (2009), semakin besar free cash flow yang dimiliki sutau badan usaha akan menaikkan pembayaran dividen kepada pemegang saham sehingga dalam hal ini free cash flow memiliki pengaruh yang positif terhadap kebijakan dividen. Berdasarkan asumsi diatas, maka dapat diambil hipotesis sebagai berikut:

5. Hubungan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen Ukuran perusahaan adalah ukuran besar kecilnya perusahaan di tingkat industri.

  Perusahaan besar dengan akses pasar yang lebih baik seharusnya mampu membayar dividen yang tinggi kepada para pemegang sahamnya, sehingga antara ukuran perusahaan dan pembayaran dividen memilik hubungan yang positif. Ukuran untuk menentukan ukuran perusahaan adalah dengan logaritma natural dari net sales. Suatu perusahaan yang besar dan mapan akan mudah untuk menuju ke pasar modal, karena perusahaan besar tersebut memiliki kemudahan untuk berhubungan dengan pasar modal. Hal tersebut dapat diartikan bahwa perusahaan besar memiliki fleksibilitas yang lebih besar dan dapat membayarkan deviden lebih besar dengan perusahaan kecil.

  H5 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen.

  Berdasarkan penjelasan diatas, maka hipotesis sementara untuk hubungan secara bersama-sama variabel independen terhadap variabel dependen adalah sebagai berikut:

  

H6 : Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, Free Cash Flow dan Ukuran

Perusahaan secara simultan berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen pada

Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI) Periode 2011-2013.

Dokumen yang terkait

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Pertumbuhan Penjualan, Ukuran Perusahaan dan Struktur Aset Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013

0 1 11

BAB II KEHIDUPAN MASYARAKAT PARSALAKAN SEBELUM TAHUN 1970 2.1 Kondisi Alam dan Geografis - Kehidupan Petani Salak di Desa Parsalakan Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan (1970 – 200)

1 7 18

Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Pertumbuhan dan Konten Rantai Panjang Polyisoprenoid pada Mangrove Sejati Mayor Berjenis Sekresi Sonneratia caseolaris (L.)

0 0 11

Pengaruh Persepsi Kualitas Interaksi Atasan-Bawahan Terhadap Organizational Citizenship Behavior Pada Pengurus DPD Partai Golkar Sumatera Utara

0 0 34

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Persepsi Kualitas Interaksi Atasan-Bawahan Terhadap Organizational Citizenship Behavior Pada Pengurus DPD Partai Golkar Sumatera Utara

0 0 11

BAB I PENDAHULUAN - Pengaruh Persepsi Kualitas Interaksi Atasan-Bawahan Terhadap Organizational Citizenship Behavior Pada Pengurus DPD Partai Golkar Sumatera Utara

0 0 8

BAB II DASAR TEORI 2.1 Jaringan Multiprotocol Label Switching (MPLS) - Analisis Kinerja Jaringan Multiprotocol Label Switching (Mpls) Untuk Layanan Video Streaming

0 0 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Pengertian Dividen Payout Ratio - Analisis Pengaruh Cash Ratio, Return On Assets, Growth Firm Size, Debt To Equity Ratio Dan Net Profit Margin Terhadap Dividen Payout Ratio Pada Perusahaan Lq-45 Yang Ter

0 1 27

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Analisis Pengaruh Cash Ratio, Return On Assets, Growth Firm Size, Debt To Equity Ratio Dan Net Profit Margin Terhadap Dividen Payout Ratio Pada Perusahaan Lq-45 Yang Terdaftar Di Bursa efek Indonesia Tahun 2

0 1 9

Analisis Pengaruh Cash Ratio, Return On Assets, Growth Firm Size, Debt To Equity Ratio Dan Net Profit Margin Terhadap Dividen Payout Ratio Pada Perusahaan Lq-45 Yang Terdaftar Di Bursa efek Indonesia Tahun 2010 -2012

0 0 14