Orang orang yang Mengenal Allah Mereka

Knowing God: Orang-orang yang Mengenal Allah Mereka
BAB I: PENDAHULUAN
1.1

Latar belakang
Manusia memiliki dasar hidup dan kepercayaan yang berbeda-beda tergantung tradisi,

norma dan lingkungan tempat tinggalnya. Kepercayaan yang mereka hidupi akan menjadi
dasar perkembangan spiritual mereka. Melalui agama, keinginan manusia untuk mencari
Allah mereka dapat terpenuhi. Salah satu contohnya adalah agama Kristen. Kekristenan
memperkenalkan Allah melalui Alkitab. Alkitab berisi Firman Allah yang ditulis tanpa ada
kesalahan pada naskah aslinya. Paulus dalam 2 Timotius 3:16 mengatakan, “Segala tulisan
yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan,
untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” Kata
“diilhamkan” dalam kata aslinya adalah theopneustos yang mengandung arti inspired of God
yang berarti diinspirasikan oleh Allah. Dalam hal ini berarti bahwa Allah sendiri terlibat
dalam penulisan Alkitab sehingga pemahaman yang benar akan Alkitab membuat manusia
mampu mengetahui hingga mengenal kebenaran yang sejati yaitu Allah.
Mengetahui dan mengenal Allah itu berbeda. Banyak orang Kriten yang salah
memahami tentang mengetahui dengan mengenal Allah. Mereka dengan yakin mengatakan
bahwa mereka telah mengenal Dia. Asumsi ini adalah asumsi yang salah. Mengenal dan

bergaul dengan Allah yang sejati tidak sama dengan pengalaman, pengetahuan, kesalehan dan
pengenalan akan “tradisi” agama (simbol-simbol iman) maupun pengalaman yang
mengesankan dengan hal-hal yang supranatural. Pengetahuan, pengalaman supranatural dan
kesalehan hanyalah sarana, bukan dasar. Dasar iman yang sejati adalah hakikat (noumena)
Allah sendiri dan Firman-Nya (Dorothe, 1998). Pengetahuan yang sedikit dari Allah lebih
berharga daripada pengetahuan yang banyak tentang Dia. Jadi, orang Kristen yang sejati
adalah orang Kristen yang mengenal dan bergaul dengan Allah yang sejati (hakikat/noumenaNya) dan Firman-Nya membuat kita memiliki kegembiraan, kebaikan dan semangat yang
tidak dapat dikekang.
Buku Knowing God mengungkapkan apa sesungguhnya iman Kristen dan bagaimana
kehidupan dan penghayatan iman dapat menghasilkan perubahan dan pembaharuan dalam
kehidupan individu yang bersangkutan serta bagaimana ciri-ciri orang yang sungguh
mengenal Allah dan cara mengenal Dia.

BAB II: ISI
2.1

Mengenal versus Mengenal Tentang
Jika orang bertanya kepada Anda, "ceritakan kepada saya, siapakah Kristus?" Apakah

jawaban Anda? Ada banyak orang Kristen yang mengenal Kristus hanya sebatas dalam

pengertian kognitif saja. Ibarat burung beo yang pandai menirukan apa yang diajarkan
tuannya. Bagaimana dengan Anda? (Tong, 2002, h. 11). Hal ini menyinggung satu fakta yang
ironis, yaitu banyak orang Kristen mengenal Allah hanya sebatas pengertian kognitif saja.
Mengenal Allah menurut apa yang orang lain katakan tentu tidak sama dengan mengenal-Nya
secara pribadi. Pengenalan pribadi bukan hanya melibatkan pikiran, tetapi juga emosi dan
iman, yang akan melahirkan satu tindakan yang nyata. Dalam hal ini kita perlu dengan jujur
memeriksa diri apakah kita mengetahui banyak tentang Allah tanpa banyak mengenal-Nya?
Apakah kita banyak mengetahui tentang kesalehan tanpa banyak mengenal-Nya?
Orang Kriten yang memiliki minat tentang teologi dalam dirinya seperti membaca
teologi dan apologetika, mempelajari Alkitab, menulis artikel kekristenan, memimpin
kelompok studi, berbicara dengan baik tentang tema-tema Kristen dan banyak belajar praktek
kekristenan. Namun itu semua belum tentu dapat membuat orang Kristen mengenal Dia.
Mengenal Allah bukan tentang apakah kita bagus dalam hal teologi atau seimbang. Wendel
(2010, pp. 164-165) mengatakan bahwa
Untuk mengenal Allah seseorang tidak dapat hanya membaca atau mempelajari
Alkitab dengan cara sama seperti ketika ia membaca atau mempelajari buku lainya.
Pembelajaran semacam itu hanya akan membawa kita kembali pada doktrin-doktrin yang
murni berasal dari manusia, sehingga kita sebenarnya hanya kembali dengan cara
memutar. Untuk mendapatkan penyataan Allah dalam Alkitab kita harus merenungkannya
dengan hati yang baru. Dengan kata lain kita harus memiliki iman.


Mengenal Allah berarti kita memiliki relasi yang sangat intim dengan Dia. Kita tahu
kesenangan-Nya, kemauan-Nya, kehendak-Nya bahkan hal-hal terpenting di dalam Dia.
Mengenal Allah merupakan anugerah terbesar. Dalam Efesus 2 Paulus mengajukan dua
alasan untuk anugerah Allah. Alasan pertama, Allah menginginkan kita untuk membesarkan
Dia. Anugerah Allah seharusnya memuat kita menyembah-Nya, memuji-Nya, memuliakanNya dan menikmati-Nya. Alasan kedua, Allah memiliki tujuan bagi kita untuk dipersatukan
dengan Yesus Kristus (Lucas, 2013, h. 19). Maka Jika kita mengenal Allah maka kita akan
merasakan setiap anugerah-Nya. Pertanyaan dalam Kis. 9: 5-6 mengarahkan kepada inti
kekristenan. “Siapakah Engkau, Tuhan?” mencakup hubungan mengenal Allah (Caram, 2004,
h. 21).
2.2
Bukti-bukti Mengenal Allah
Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa mengenal Allah berbeda dengan mengenal
tentang Allah. Dengan mengenal Allah lebih dalam, manusia akan mengenal dirinya sendiri,
karena manusia dicipta serupa dan segambar dengan Allah. Ini adalah hikmat yang sejati.

John Calvin dalam Institutio berkata bahwa “Wisdom lies in knowing God and knowing
oneself” yang berarti kebijaksanaan terletak pada pengenalan akan Allah dan pengetahuan
akan diri. Sejak semula Allah telah berinisiatif untuk mengadakan persekutuan dengan umat
manusia, yang hanya dimungkinkan jika manusia memiliki pengenalan yang benar akan

Allah. Dan melalui persekutuan ini, manusia akan memiliki pengenalan yang semakin
mendalam tentang Allah. Berkaitan dengan pengenalan Allah, Packer menyampaikan
beberapa bukti orang-orang yang telah mengenal Allah:
1. Orang-orang yang mengenal Allah memiliki energi yang besar untuk-Nya. “…umat
yang mengenal Allahnya akan tetap kuat dan akan bertindak” (Dan. 11: 32). Seseorang yang
benar-benar mengenal Allah pasti memiliki kepekaan dan kekuatan dalam bertindak
menghadapi orang yang ingin menyangkal Allahnya. Orang yang mengenal Allah pertamatama adalah penginjil dan hamba Tuhan, yang semangat dan energinya diarahkan bagi
kemuliaan Allah dengan menyatakannya melalui doa-doa mereka dan pelayanan mereka di
gereja maupun di luar gereja.
2. Orang yang benar-benar mengenal Allah memiliki pemikiran-pemikiran (visi) yang
besar akan Allahnya. Seperti kisah Daniel, Sadrakh, Mesakh, dan Abednego, mereka adalah
contoh orang-orang yang mengenal Allah. Mereka memiliki penglihatan yang besar akan
Allah “…Allah yang maha besar dan dahsyat…” (Dan. 9: 4), “…karena TUHAN, Allah
kami, adalah adil dalam segala perbuatan…” (Dan. 9: 14). Dari ayat-ayat diatas terlihat
bahwa Daniel dan teman-temannya benar-benar mengenal pribadi Allah.
3. Orang yang mengenal Allah menunjukkan keberanian yang besar bagi Allah seperti
Daniel dan teman-temannya yang memiliki pendirian yang teguh. Mereka memiliki
keberanian yang besar untuk menentang perintah Raja Nebukadnezar. Mereka menyadari
dan yakin bahwa Allah turut bekerja dan campur tangan. Kesetian mereka kepada Allah
membuat mereka berani bertindak dan menuntut mereka melakukan sesuai dengan kehendak

Allah, “Kita harus lebih taat kepada Allah daripada kepada manusia” (Kis. 5:29). Inilah yang
menguatkan mereka sehingga mengambil keputusan yang benar untuk tidak menyembah dan
tidak pernah takut mengabil risiko untuk menyatakan kebenaran.
4. Orang yang mengenal Allah memiliki kepuasan yang besar di dalam Allah. Mereka
memiliki jaminan sepenuhnya bahwa Allah akan menjamin kehidupan kekal, melalui
kematian dan untuk selamanya. Itulah damai sejahtera yang dikenal oleh Sadrakh, Mesakh
dan Abednego sehingga mereka dapat berdiri dengan tegak, tenang dan percaya diri di depan
ultimatum Nebukadnezar. Kepuasaan, damai sejahtera, ketenangan dan keteduhan yang
dimiliki orang yang mengenal Allah merupakan hak istimewa yang sangat luar biasa. Hal ini
dirasakan oleh Raja Daud. Daud menempatkan keselamatan sebagai sumber kegirangan dan

kesenangannya. Bahkan kegirangan tersebut menjadi inspirasi bagi Raja Daud untuk
membuat mazmur dan menegaskan bahwa kegirangan, keteduhan atas keselamatan yang dari
Tuhan adalah nafas kehidupan orang percaya.
2.3

Langkah–langkah mengenal Allah
Mengenal Allah akan membawa rasio kita kembali kepada kebenaran sejati yaitu

Allah. Mengenal Allah yang sempurna, kekal, suci dan tidak terbatas merupakan hal mustahil

yang dapat dilakukan oleh manusia. Allah berinisatif membukakan diri-Nya melalui Firman
agar manusia kembali kepada citra diri yang seharusnya. Ada dua hal harus diikuti oleh orang
yang mengenal Allah yaitu: Pertama, kita harus menyadari bahwa kita mempunyai banyak
ketidaktahuan tentang Allah. Kita harus belajar mengukur diri sendiri bukan melalui
pengetahuan ataupun karunia-karunia dan tanggung jawab kita di gereja, melainkan dengan
bagaimana cara kita berdoa dan apa yang ada di dalam hati kita. Oleh sebab itu, marilah kita
memohon kepada Tuhan untuk menunjukkannya kepada kita.
Kedua, kita harus mencari Juru Selamat. Kita harus percaya bahwa Yesuslah Sang
Mesias, seperti dalam Lukas 3: 4-11 ”seperti ada tertulis dalam kitab nubuat-nubuat Yesaya.
Ada suara yang berseru-seru di padang gurun; Persiapkanlah jalan Tuhan, luruskanlah jalan
bagiNya….”. Tuhan mempunyai tujuan agar kita menerima keselamatan yang hanya bisa kita
terima dari Tuhan Yesus sendiri, meskipun Tuhan Yesus sekarang tidak berada di tengahtengah kita dalam bentuk daging, tetapi kita dapat menemukan dan mengenal Allah dengan
mencari penyertaan-Nya. Tuhan Yesus telah berjanji bahwa siapa yang mencari Dia dengan
sepenuh hati pasti akan menemukan Dia.
2.4 Refleksi
Orang mengenal Allah akan melakukan kesukaan-kesukaan Allah, perbuatan hebat
dan besar bagi kemuliaan-Nya dan melakukan sesuai perintah-perintah Allah, “Dan inilah
tandanya, bahwa kita mengenal Allah, yaitu jikalau kita menuruti perintah-perintah-Nya.”
(1Yoh. 2: 3-6). Semua itu dapat dilakukan jika kita memiliki konsep diri yang benar melalui
pengenalan akan Allah dan anugerah-Nya, sehingga kita memiliki kedewasaan rohani yang

kokoh untuk melayani, mampu memimpin sesama, dan menghargai sesama. Tanpa
pengenalan diri yang cukup, kita akan terombang-ambing di antara ketakutan dan gengsi,
ketidaknyamanan dan kepercayaan diri yang berlebihan yang merampas energi, kekuatan,
dan perhatian kita untuk berhubungan dengan orang lain.
Seseorang yang memiliki kerohanian yang dewasa mendapatkan rasa penghargaan
atas dirinya melalui persekutuan dia dengan Yesus Kristus (mengenal Allah) dalam segala
pemenuhan, talenta dan kecukupan dalam hidup yang disediakan-Nya serta pemahaman
bahwa Dia mempunyai kehendak dan tujuan bagi setiap orang percaya (Rm. 12: 3; Ef. 1: 3;
Kol. 2: 10). Kita mengenal Allah, maka kita akan semakin mengasihi Tuhan dan sesama

manusia. Hidup mengenal Allah menyadarkan bahwa kita adalah orang yang berdosa. Paulus
telah mengenal Allah dan semakin menyadari bahwa dirinyalah yang paling berdosa dari
semua orang yang berdosa. Begitu pula dengan Daniel dan teman-temannya, mereka percaya
bahwa Allah akan turut camput tangan dan Ia tidak akan membiarkan umat-Nya menderita.
Itulah yang menjadi kekuatan dalam hidup kita.
Marilah kita memperbaiki pengenalan kita terhadap Allah. Bukan Allah yang tidak
mau berinteraksi dengan kita, namun seringkali kita menghindari bersekutu dengan Allah.
Kita harus membangun relasi yang indah dengan Allah dan mengenal Allah dalam segala
keberadaan-Nya serta memuliakan Allah karena damai sejahtera sejati dan keselamatan
hanya ada di dalam Dia.

2.5 Kesimpulan
Mengenal Allah merupakan anugerah terbesar. Orang yang mengenal Allah memiliki
konsep diri yang benar sehingga ia memiliki energi yang besar untuk memuliakan Allah,
memiliki pikiran-pikiran (visi) yang besar terhadap Allah, memiliki keberanian yang besar
bagi Allah, dan memiliki kepuasaan (damai sejahtera) yang besar bagi Allah.

DAFTAR PUSTAKA
Calvin, J. (2008). Institutes of the Christian religion. Ed. Henry Beveridge. Massachusetts:
Hendrickson Publisher.
Caram, P.G. (2004). Kekristenan sejati. Jakarta: Voice of Hope.
Dorothe, M.M. (1998). Demikianlah firman Tuhan. Jakarta: Yayasan Pekabaran Injil
IMMANUEL.
Lucas, S.M. (2013). Apakah anugerah itu ?. Surabaya: Momentum.
No name. (2002). Buku Pedoman Pengajar Ajaran Injil. Salt Lake: Gereja Yesus Kristus dari
Orang-orang Suci Zaman Akhir.
Packer, J.I. (2002). Knowing God: Tuntunan praktis untuk mengenal Allah. Yogyakarta:
Yayasan Andi.
Wendel, F.(2010). Calvin: Asal-usul dan perkembangan religiusnya. Surabaya: Momentum.