330587947 Analisis Perbandingan Kinerja Obligasi Syariah Dan Obligasi Konvensional Di Bursa Efek Indonesia BEI

Tugas Pasar dan Lembaga Keuangan

Analisis Perbandingan Kinerja Obligasi Syariah dan Obligasi
Konvensional di Bursa Efek Indonesia (BEI)

Disusun oleh :
1. Fathurrohmah

H24140011

2. Nur Anisa

H24140015

3. Nitya T.W.H

H24140053

4. Maulida Afifah

H24140068


5. Rani Agustin

H24140073

Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
2016

i

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT hanya karena izin-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Tak lupa kami panjatkan
shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga,
para sahabat, dan seluruh insan yang dikehendaki-Nya.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Pasar dan Lembaga Keuangan yang kami beri judul Analisis Perbandingan Kinerja
Obligasi Syariah dan Obligasi Konvensional di Bursa Efek Indonesia

Dalam penyelesaian makalah ini, kami mendapatkan bantuan serta bimbingan
dari berbagai ihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kami mengucapkan terima kasih
kepada dosen, orang tua, dan semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah
ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kami mengharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan
makalah mendatang. Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat dan memenuhi
harapan berbagai pihak. Amin

Bogor, 2 Oktober 2016

Penyusun

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1

1.1.

Latar Belakang .............................................................................................................. 1

1.2.

Rumusan Masalah ......................................................................................................... 2

1.3.

Tujuan Penulisan ........................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................................. 3
2.1. Pengertian dan Peran Bursa Efek Indonesia (BEI) ............................................................ 3
2.2.

Mekanisme Perdagangan di Bursa Efek Indonesia ....................................................... 6

Pelaksanaan Perdagangan ..................................................................................................... 6
Jam Perdagangan ................................................................................................................... 6

Satuan Perdagangan .............................................................................................................. 9
Penyelesaian Transaksi Bursa ............................................................................................. 12
Biaya Transaksi ................................................................................................................... 13
2.3.

Pengertian dan Jenis-jenis Obligasi............................................................................. 14

2.4.

Berinvestasi dalam Obligasi ........................................................................................ 16

2.5.

Sudi Kasus : Obligasi Syariah ..................................................................................... 18

BAB III PENUTUP..................................................................................................................... 29
3.1. Kesimpulan ...................................................................................................................... 29
3.2. Saran................................................................................................................................. 30
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 31


ii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Pasar modal merupakan indikator kemajuan perekonomian suatu negara
dimana pasar modal dapat menunjang perekonomian suatu negara. Pasar modal
memeiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal
menjalankan dua fungsi yang salah satunya menurut Suad Husnan, 2004 adalah
sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk
mendapatkan dana dari masyarakat pemodal atau investor. pasar modal juga
menjadi sarana bagi masyarakat untuk investasi pada instrumen keuangan seperti
saham, obligasi, reksa dana dan lainnya. Melalui pasar modal para investor dapat
memilih obyek investasi yang beragam dengan tingkat pengembalian dan tingkat
resiko yang beragam pula.
Obligasi adalah surat hutang jangka panjang yang diterbitkan oleh
perusahaan atau pemerintah dengan nilai nominal (par value) dan jatuh tempo
tertentu. Obligasi merupakan jenis investasi jangka panjang. Penerbitan obligasi
dilakukan oleh perusahaan yang membutuhkan dana. Modal yang harus

dikeluarkan untuk investasi obligasi relatif cukup besar untuk investor individu.
Jatuh tempo atau masa berlaku obligasi tergantung kepada lembaga atau badan
yang menerbitkannya, umumnya antara 5 sampai 10 tahun. Jika semakin pendek
durasi obligasi berarti semakin kecil pengaruh terhadap tingkat suku bunga dan
sebaliknya.
Investasi obligasi merupakan jenis investasi yang banyak diminati oleh
para investor (pemilik modal) karena obligasi memiliki pendapatan yang bersifat
tetap. Namun dalam dunia investasi obligasi memiliki resiko yang perlu
diperhatikan para investor antara lain yakni resiki gagal bayar. Obligasi dianalisis
dengan menggunakan peringkat obligasi (bond rating) yang menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan kewajibannya di masa mendatang.
Dalam kegiatan tersebut peranan bursa efek menjadi sangatlah penting yang salah
satunya merupakan mengupayakan likuiditas instrumen.

1

1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dan peranan bursa efek Indonesia terhadap
kegiatan perekonomian khususnya pada pasar obligasi?
2.


Bagaimana mekanisme perdagangan yang terjadi di bursa efek

Indonesia?
3. Pengertian dan jenis obligasi pada instrumen keuangan pasar modal?
4. Bagaimana cara atau langkah dalam berinvestasi obligasi?
5. Bagaimana pemecahan masalah yang terjadi pada studi kasus obligasi
syariah?

1.3. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan paper ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pengertian dan peranan dari Bursa Efek Indonesia.
2. Mengetahui mekanisme perdagangan pada Bursa Efek Indonesia.
3. Mengetahui pengertian dan jenis obligasi.
4. Memahami dan mengetahui cara atau langkah dalam berinvestasi
obligasi.
5. Menyusun dan merekomendasikan strategi mengurangi risiko investasi
obligasi pada obligasi syariah.

2


BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian dan Peran Bursa Efek Indonesia (BEI)
Bursa Efek Indonesia (disingkat BEI, atau Indonesia Stock Exchange (IDX))
merupakan bursa hasil penggabungan dari Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa
Efek Surabaya (BES). Demi efektivitas operasional dan transaksi, Pemerintah
memutuskan untuk menggabung Bursa Efek Jakarta sebagai pasar saham dengan
Bursa Efek Surabaya sebagai pasar obligasi dan derivatif. Bursa hasil
penggabungan ini mulai beroperasi pada 1 Desember 2007. BEI menggunakan
sistem perdagangan bernama Jakarta Automated Trading System baru yang akan
disediakan OMX. Bursa Efek Indonesia berpusat di Kawasan Niaga Sudirman, Jl.
Jend. Sudirman 52-53, Semanggi, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Bursa efek memegang peranan penting sebagai pelaku pasar modal di
Indonesia. Sebagaimana diketahui bahwa pasar modal berfungsi sebagai
intermediaries antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang
membutuhkan dana. Bentuk fisik dari pasar modal itulah yang dinamakan Bursa
Efek. Dengan demikian, di Bursa efeklah terjadi perdagangan saham, sekuritas,
obligasi, dan derivatif. Bursa efek Indonesia memiliki kewenangan tertentu yang

bertujuan untuk menghindari praktik perdagangan dengan harga yang tidak wajar,
penipuan terhadap penanam modal, dsb. Dengan demikian Bursa efek juga
memberi perlindungan kepada investor dan emiten.
Kewenangan BEI berdasarkan pendapat Harianto (1988) antara lain:
1. Mengadakan Pemeriksaan terhadap Aktivitas Perdagangan Sekuritas.
Contoh : dengan menggunakan Indeks Harga Saham (IHSG) agar investor
dan emiten mengetahui harga saham pada hari itu dan terhindar dari
penipuan atas harga yang tidak wajar.

2. Membuat Persyaratan bagi Perusahaan Publik untuk Mengungkapkan
Informasi Keuangan.

3

Contoh: informasi keuangan yang harus disajikan oleh perusahaan antara
lain telah diaudit minimal satu tahun terakhir yang mencakup dua belas
bulan dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).

3. Mengadakan Pengawasan, Menindak, dan Mencatat Anggota Bursa
Penjelasan: Siapa yang memiliki informasi dialah yang memperoleh

keuntungan. Dengan

demikian, posisi

insider (pihak-pihak

yang

memegang informasi strategis dalam perusahaan. Dalam UU No 8 tahun
1995 adalah orang yang bekerja di emiten atau perusahaan publik) dilarang
untuk melakukan perdagangan atas sahamnya dengan tujuan mengeruk
keuntungan pribadi. Istilahnya disebut dengan insider trading. Misalnya
seorang manajer yang sebelumnya telah mengetahui dari Laporan
Keuangan bahwa sebuah perusahaan memperoleh laba tinggi. Oleh karena
itu, sebelum harga saham naik, manajer tersebut membeli sebagian saham
lalu menjualnya kembali saat harga benar-benar naik. Penindakan yang
dilakukan oleh BEI antara lain dengan melakukan pelaporan kepada
Bapepam sehingga pihak yang terlibat dapat dikenai denda. Untuk
kedepannya, penyidikan terhadap pihak-pihak seperti ini dilakukan oleh
Otoritas Jasa Keuangan (OJK).


4. Membuat Penyelesaian Transaksi yang Tepat Waktu dan Efektif
Contoh: penyelesaian transaksi dilakukan pada T+3 atau tiga hari sejak
transaksi. Pada T+1 perusahaan efek memperoleh daftar hak dan
kewajiban dari PT Kliring dan KPEI. Pada T+2 terjadi persiapan instruksi
serah terima, dan T+3 terjadi kewajiban serah bayar efek/dana. Pada T+3
terjadi dua kali penyelesaian bursa yaitu morning run (07.00-08.00 WIB)
dan afternoon run (12.00-13.00 WIB).

5. Mengatur Pencatatan dan Pengeluaran Sekuritas di Dalam Bursa.
Penjelasan: Sebagaimana halnya dengan perdagangan barang harus ada
pembukuan dan pencatatan untuk mengetahui peredaran saham serta
jumlah saham yang dijual.

4

6. Menguatkan Praktik Bisnis Anggota Bursa Termasuk Praktek-Praktek
Pendukungnya dan Akunting.
Penjelasan: dengan aturan pemerintah, hak dan kewajiban anggota, maka
praktik bisnis pelaku pasar modal akan terarah dan terkendali sehingga
tidak saling merugikan.

7. Membuat Persyaratan Standar Bagi Keanggotaan
Contoh: susunan komisaris dan direksi harus memperoleh persetujuan
Bapepam.

Selain itu Bursa Efek Indonesia juga memiliki peranan dan kewajiban sebagai
berikut:

1. Peran Bursa Efek Indonesia

a. Menyediakan semua sarana perdagangan efek (fasilitator)
b. Membuat peraturan yang berkaitan dengan kegiatan bursa
c. Mengupayakan likuiditas instrument
d. Mencegah praktek-praktek yang dilarang bursa (kolusi, pembentukan
harga yang tidak wajar, insider trading, dsb)
e. Menyebarluaskan informasi bursa (transparansi)
f. Menciptakan instrumen dan jasa baru

2. Kewajiban Bursa Efek Indonesia

a. Menyerahkan laporan kegiatan kepada BAPEPAM.
b. Menetapkan peraturan mengenai keanggotaan, pencatatan,
perdagangan, kesepadanan efek, kliring dan penyelesaian transaksi
bursa, dan hal-hal lain yang berkaitan dengankegiatan bursa.
c. Memiliki satuan pemeriksanaan

5

2.2. Mekanisme Perdagangan di Bursa Efek Indonesia

Pelaksanaan Perdagangan
Pelaksanaan perdagangan Efek di Bursa dilakukan dengan
menggunakan fasilitas JATS. Perdagangan Efek di Bursa hanya dapat
dilakukan oleh Anggota Bursa (AB) yang juga menjadi Anggota Kliring
KPEI. Anggota Bursa Efek bertanggungjawab terhadap seluruh transaksi
yang dilakukan di Bursa baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan nasabah. Dalam hal ini, segmentasi pasarnya ialah pasar
reguler, tunai, dan negosiasi. Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu
(HMETD) hanya dapat diperdagangkan di Pasar Tunai dan Pasar
Negosiasi pada sesi I.
Penyelesaian Transaksi
Segmen Pasar

Waktu Penyelesaian Transaksi

Pasar Reguler

Hari Bursa ke-3 setelah terjadinya Transaksi Bursa (T+3)

Pasar Tunai

Hari Bursa yang sama dengan terjadinya Transaksi Bursa (T+0)

Pasar

Berdasarkan kesepakatan antara Anggota Bursa jual dengan

Negoisasi

Anggota Bursa Beli

Jam Perdagangan
Perdagangan Efek di Pasar Reguler, Pasar Tunai dan Pasar
Negosiasi dilakukan selama jam perdagangan setiap Hari Bursa dengan
berpedoman pada waktu JATS.

6



Jam Perdagangan Pasar Reguler:
Hari

Senin - Kamis

Sesi I

Sesi II

Pukul 09:00:00 s/d 12:00:00

Pukul 13:30:00 s/d
15:49:59

Jumat

Pukul 09:00:00 s/d 11:30:00

Pukul 14:00:00 s/d
15:49:59

Untuk Pasar Reguler menggunakan sesi Pra-pembukaan, Pra-penutupan dan Pasca
Penutupan yang dilakukan setiap hari Bursa dengan jadwal sebagai berikut:

Pra Pembukaan :
Waktu

Agenda

08:45:00 - 08:55:00

Anggota Bursa Efek memasukan penawaran Jual dan

WIB

atau permintaan beli

08:55:01 - 08:59:59

JATS melakukan proses pembentukan Harga

WIB

Pembukaan dan memperjumpakan penawaran jual
dengan permintaan beli pada Harga Pembukaan
berdasarkan price dan time priority

Pra-Penutupan dan Pasca Penutupan:
Sesi
Pra-penutupan

Waktu

Aktivitas

15:50:00 s.d.

Anggota Bursa Efek memasukan

16:00:00

penawaran Jual dan atau

7

permintaan beli
16:00:01 s.d.

JATS melakukan proses

16:04:59

pembentukan Harga Penutupan
dan memperjumpakan penawaran
jual dengan permintaan beli pada
Harga Penutupan berdasarkan
price dan time priority

Pasca Penutupan

16:05:00 s.d.

Anggota Bursa Efek untuk

16:15:00

memasukkan penawaran jual dan
atau permintaan beli pada Harga
Penutupan, dan JATS
memperjumpakan secara
berkelanjutan (continuous auction)
atas penawaran jual dengan
permintaan beli untuk Efek yang
sama secara keseluruhan maupun
sebagian pada Harga Penutupan
berdasarkan time priority



Jam Perdagangan Pasar Tunai:

Hari

Waktu

Senin - Kamis

Pukul 09:00:00 s/d 12:00:00

Jumat

Pukul 09:00:00 s/d 11:30:00


Hari

Jam Perdagangan Pasar Negoisasi:
Sesi I

Sesi II

8

Senin - Kamis

Pukul 09:00:00 s/d 12:00:00

Pukul 13:30:00 s/d
16:15:00

Jumat

Pukul 09:00:00 s/d 11:30:00

Pukul 14:00:00 s/d
16:15:00

Pesanan Nasabah
Pesanan yang dapat dilaksanakan di Bursa oleh Anggota Bursa adalah
pesanan terbatas (limit order), yaitu pesanan yang dilaksanakan oleh Anggota
Bursa sampai dengan batas harga yang ditetapkan oleh nasabahnya.Penawaran
jual dan atau permintaan beli nasabah atas Efek selain HMETD hanya boleh
ditransaksikan oleh Anggota Bursa di Pasar Reguler, kecuali nasabah
menginstruksikan atau menyetujui secara tertulis bahwa penawaran jual atau
permintaan belinya ditransaksikan di Pasar Tunai atau Pasar Negosiasi.
Satuan Perdagangan
Perdagangan di Pasar Reguler dan Pasar Tunai harus dalam satuan
perdagangan (round lot) Efek atau kelipatannya, yaitu 100 (seratus) Efek.
Perdagangan di Pasar Negosiasi tidak menggunakan satuan perdagangan
(tidak round lot). Satuan Perubahan Harga (Fraksi) sesuai Peraturan II-A Kep00023/BEI/04-2016 :

Kelompok Harga

Fraksi Harga

Maksimum
Perubahan

< Rp200,-

Rp 1,-

Rp 10,-

Rp 200 s.d. < Rp 500,-

Rp 2,-

Rp 20,-

Rp 500 s.d. < Rp 2.000,-

Rp 5,-

Rp 50,-

Rp 2.000 s.d. < Rp 5.000,- Rp 10,-

Rp 100,-

9

>= Rp5.000,-

Rp 25,-

Rp 250,-

Fraksi dan jenjang maksimum perubahan harga di atas berlaku untuk satu
Hari Bursa penuh dan disesuaikan pada Hari Bursa berikutnya jika Harga
Penutupan berada pada rentang harga yang berbeda. Jenjang maksimum
perubahan

harga

dapat

dilakukan

sepanjang

tidak

melampaui

batasan

persentase auto rejection.

Auto Rejection
Harga penawaran jual dan atau permintaan beli yang dimasukkan ke dalam
JATS adalah harga penawaran yang masih berada di dalam rentang harga tertentu.
Bila Anggota Bursa memasukkan harga diluar rentang harga tersebut maka secara
otomatis akan ditolak oleh JATS (auto rejection).

Batasan auto rejection yang berlaku saat ini sesuai SK Direksi Nomor
Kep-00096/BEI/08-2015 :

1. Harga penawaran jual atau penawaran beli saham lebih kecil dari Rp 50,(lima puluh rupiah);
2. Harga penawaran jual atau penawaran beli saham lebih dari 35% (tiga
puluh lima perseratus) di atas atau 10% (sepuluh perseratus) di bawah
Acuan Harga untuk Saham dengan rentang harga Rp 50,- (lima puluh
rupiah) sampai dengan dari Rp 200,- (dua ratus rupiah);
3. Harga penawaran jual atau penawaran beli saham lebih dari 25% (dua
puluh lima perseratus) di atas atau 10% (sepuluh perseratus) di bawah
Acuan Harga untuk Saham dengan rentang harga Rp 200,- (dua ratus
rupiah) sampai dengan dari Rp 5.000,- (lima ribu rupiah;
4. Harga penawaran jual atau penawaran beli saham lebih dari 20% (dua
puluh perseratus) di atas atau 10% (sepuluh perseratus) di bawah Acuan

10

Harga untuk Saham dengan rentang harga di atas Rp 5.000,- (lima ribu
rupiah).
Penerapan Auto Rejection terhadap harga di atas untuk perdagangan saham
hasil penawaran umum yang pertama kalinya diperdagangkan di bursa
(perdagangan perdana), ditetapkan sebesar 2 (dua) kali dari persentase batasan
auto rejection harga sebagaimana dimaksud dalam butir di atas. Acuan Harga
yang digunakan untuk pembatasan harga penawaran tertinggi atau terendah atas
saham yang dimasukkan ke JATS dalam perdagangan saham di Pasar Reguler dan
Pasar Tunai ditentukan sebagai berikut:


Menggunakan harga pembukaan (Opening Price) yang terbentuk pada sesi
Pra-Pembukaan; atau



Menggunakan harga penutupan (Closing Price) di Pasar Reguler pada
Hari Bursa sebelumnya (Previous Price) apabila Opening Price tidak
terbentuk.



Dalam hal Perusahaan Tercatat melakukan tindakan korporasi maka
selama 3 (tiga) Hari Bursa berturut-turut setelah berakhirnya perdagangan
saham yang memuat hak (periode cum) di Pasar Reguler, Acuan Harga di
atas menggunakan Previous Price dari masing-masing Pasar (Reguler atau
Tunai).

Pra-pembukaan
Pelaksanaan perdagangan di Pasar Reguler dimulai dengan Prapembukaan. Anggota Bursa dapat memasukkan penawaran jual dan atau
permintaan beli sesuai dengan ketentuan satuan perdagangan, satuan perubahan
harga (fraksi) dan ketentuan auto rejection. Harga Pembukaan terbentuk
berdasarkan akumulasi jumlah penawaran jual dan permintaan beli terbanyak
yang dapat dialokasikan oleh JATS pada harga tertentu pada periode Prapembukaan. Seluruh penawaran jual dan atau permintaan beli yang tidak
teralokasi di Pra-pembukaan, akan diproses secara langsung (tanpa memasukkan

11

kembali penawaran jual dan atau permintaan beli) pada sesi I perdagangan,
kecuali Harga penawaran jual dan atau permintaan beli tersebut melampaui
batasan auto rejection.

Penyelesaian Transaksi Bursa


Pasar Reguler dan Pasar Tunai
Penyelesaian Transaksi Bursa di Pasar Reguler dan Pasar Tunai antara
Anggota Bursa jual dan Anggota Bursa beli dijamin oleh KPEI.
1.

Transaksi Bursa Pasar Reguler wajib diselesaikan pada Hari Bursa ke3 (T+3).

2.

Transaksi Bursa Pasar Tunai wajib diselesaikan pada Hari Bursa yang
sama (T+0).

Penyelesaiain Transaksi Bursa yang dilakukannya di Pasar Reguler dan
Pasar Tunai akan ditentukan oleh KPEI melalui proses Netting dan dilakukan
melalui pemindahbukuan Efek dan atau dana ke rekening Efek Anggota Bursa
yang berhak yang berada pada KSEI.
Dalam hal kewajiban Anggota Bursa untuk menyerahkan Efek tidak dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan maka Anggota Bursa tersebut wajib untuk menyelesaikan
kewajibannya dengan uang pengganti (ACS= Alternate Cash Settlement) yang
besarnya ditetapkan sebesar 125% (seratus dua puluh lima perseratus) dari harga
tertinggi atas Efek yang sama yang terjadi di:
1.

Pasar Reguler dan Pasar Tunai yang penyelesaiannya jatuh tempo pada
tanggal yang sama; dan

2.

Pasar Reguler pada Sesi I pada hari penyelesaian transaksi yang jatuh
temponya sebagaimana di atas.
Dalam hal Anggota Bursa tidak memenuhi kewajibannya untuk membayar

kepada KPEI sebagaimana tercantum dalam Daftar Hasil Kliring (DHK) Netting

12

maka kewajiban Anggota Bursa tersebut wajib diselesaikan sesuai dengan
Peraturan KPEI.
Anggota Bursa yang tidak memenuhi kewajibannya dalam penyelesaian
Transaksi Bursa dilarang melakukan kegiatan perdagangan Efek di Bursa sampai
dengan KPEI melaporkan kepada Bursa bahwa semua kewajiban Anggota Bursa
tersebut telah terpenuhi dan Anggota Bursa dapat dikenakan sanksi sesuai dengan
Peraturan Bursa.


Penyelesaian Transaksi Bursa Pasar Negosiasi
Waktu penyelesaian Transaksi Bursa di Pasar Negosiasi ditetapkan

berdasarkan kesepakatan antara AB jual dan AB beli dan diselesaikan secara per
transaksi (tidak Netting). Bila tidak ditetapkan, penyelesaian Transaksi Bursa
dilakukan selambat-lambatnya pada Hari Bursa ke-3 setelah terjadinya transaksi
(T+3) atau Hari Bursa yang sama dengan terjadinya transaksi (T+0) khusus untuk
Hari Bursa terakhir perdagangan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu.
Penyelesaian

Transaksi

Bursa

di

Pasar

Negosiasi

dilakukan

dengan

pemindahbukuan secara langsung oleh Anggota Bursa jual dan Anggota Bursa
beli dan tidak dijamin KPEI.
Biaya Transaksi
Anggota Bursa wajib membayar biaya transaksi kepada Bursa, KPEI dan
KSEI yang dihitung berdasarkan nilai per transaksi Anggota Bursa sebagai berikut
:
Jenis Transaksi

Biaya Transaksi

Pasar Reguler dan 0,03%
Pasar Tunai

Dana Jaminan

Pajak *

0.01%

PPn dan
kewajiban
perpajakan
lainnya

Pasar Negosiasi

0,03% atau kebijakan

13

Bursa
Obligasi

0,005%

* Dibayarkan ke Bursa sebagai Wajib Pungut, sesuai ketentuan yang berlaku.
Minimum biaya transaksi yang harus dibayar AB adalah Rp 2.000.000,(dua juta rupiah) per bulan termasuk untuk AB dalam keadaan suspensi atau
SPAB-nya dibekukan. Pembayaran harus sudah efektif dalam rekening Bursa
setiap bulan selambat-lambatnya pada hari kalender ke-12 bulan berikutnya.
Dalam hal hari kalender ke-12 (dua belas) di atas jatuh pada hari Sabtu atau hari
Minggu atau hari libur, kewajiban dimaksud efektif pada hari kerja berikutnya.
Keterlambatan pembayaran dikenakan denda sebesar 1% (satu per seratus) setiap
hari kalender keterlambatan.
Anggota Bursa yang tidak memenuhi kewajibannya selambat-lambatnya 5
Hari Bursa setelah lampaunya batas waktu pembayaran maka Anggota Bursa
tersebut disamping dikenakan denda juga dikenakan suspensi sampai dengan
diselesaikannya seluruh kewajiban pembayaran biaya transaksi dan dendanya.

Sumber : www.post.co.id

2.3.Pengertian dan Jenis-jenis Obligasi

14

Obligasi (Bonds) adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak
antara pemberi pinjaman (dalam hal ini adalah pemodal) dengan yang diberi
pinjaman (emiten). Jadi surat obligasi adalah selembar kertas yang menyatakan
bahwa pemilik kertas tersebut memberikan pinjaman kepada perusahaan yang
menerbitkan surat obligasi. Surat berharga obligasi merupakan instrumen utang
bagi perusahaan yang hendak memperoleh modal. Keuntungan dari membeli
obligasi diwujudkan dalam bentuk kupon. Berbeda dengan saham, maka
obligasi tidak mempunyai hak terhadap manajemen dan kekayaan perusahaan.
Artinya perusahaan yang mengeluarkan obligasi hanya mengakui mempunyai
utang kepada si pemegang obligasi sebesar obligasi yang dimilikinya. Oleh
karena itu, dalam struktur modal perusahaan yang terlihat dalam neraca,
obligasi dimasukkan dalam modal asing atau utang jangka panjang. Utang ini
akan dilunasi apabila telah sampai waktunya.
Jenis – jenis obligasi adalah sebagai berikut :
1. Ditinjau dari segi peralihan
a. Obligasi atas unjuk (bearer bonds) : Obligasi jenis ini tidak memiliki
nama dalam obligasinya dan mudah untuk dialihkan kepada pihak
lain.
b. Obligasi atas nama (registered bonds) : Obligasi yang memiliki nama
pemilik obligasi dalam obligasi dan untuk pengalihan memerlukan
berbagi persyaratan dan prosedur.

2. Ditinjau dari segi jaminan yang diberikan atau hak klaim.
a. Obligasi dengan jaminan (secured bonds) : Obligasi yang dijamin
dengan jaminan tertentu jenis obligasi ini antara lain, obligasi
dengan garansi (guaranteed bonds), obligasi dengan jaminan harta
(mortgage bonds), obligasi dengan jaminan efek (collateral trust
bonds) dan obligasi dengan jaminan peralatan (equipment bonds).
b. Obligasi tanpa jaminan (unsecured bonds) : Obligasi yang
diberikan

hanya

berbentuk

kepercayaan

semata,

misalnya

15

debenture bonds, yang merupakan obligasi yang diterbitkan
pemerintah dan subordinate bonds.

3. Ditinjau dari segi cara penetapan dan pembayaran bunga dan pokok
a. Obligasi dengan bunga tetap : Obligasi yang memberikan bunga
secara tetap setiap periode tertentu, misalnya 16 % per tahun.
b. Obligasi dengan bunga tidak tetap : Obligasi yang memberikan
bunga tidak tetap dan biasanya dikaitkan dengan suku bunga bank
yang berlaku untuk periode tertentu.
c. Obligasi tanpa bunga : Obligasi yang tidak memberikan bunga
kepada pemegangya. Keuntungan dari obligasi ini diharapkan
selisih nilai antara nilai pembelian dengan nilai pada saat jatuh
tempo.

4. Ditinjau dari segi penerbit
a. Obligasi oleh pemerintah : Obligasi yang diterbitkan oleh
pemerintah, baik pemerintah pusat, daerah atau perusahaan
pemerintah.
b. Obligasi oleh swasta : Obligasi yang diterbitkan oleh pihak swasta.

5. Ditinjau dari segi jatuh tempo
a. Obligasi jangka pendek : Obligasi yang berjangka waktu tidak
lebih dari 1 tahun.
b. Obligasi jangka menengah : Obligasi yang memiliki jangka waktu
antara 1 tahun sampai dengan 5 tahun.
c. Obligasi jangka panjang : Obligasi yang memiliki jangka waktu
lebih dari 5 tahun.

2.4. Berinvestasi dalam Obligasi
Cara

paling

umum

dikalangan

perusahaan

atau

usaha

yang

membutuhkan dana ialah dengan jual-beli obligasi yang belum jatuh tempo.

16

Untuk mendapatkan keuntungan dalam berinvestasi obligasi adalah dengan
memantau suku bunga sebagai referensi. Formulanya sederhana yaitu jika
tingkat suku bunga turun, maka harga obligasi akan mengalami kenaikan dan
berlaku sebaliknya. Harga obligasi terkait dengan fluktuasi suku bunga dan
untuk itu kita dapat memperoleh keuntungan maupun kerugian dari naikturunya suku bunga.
Meskipun demikian, obligasi milik pemerintah biasanya memberikan
bungan yang relatif kecil dibandingkan dengan obligasi milik korporasi. Untuk
lebih amannya, investasi dilakukan dengan diversifikasi dengan cara tidak
hanya membeli satu jenis obligasi, namun mengambil dua jenis obligasi yang
ada yaitu obligasi milik pemerintah dan obligasi milik korporasi. Ada enam hal
yang perlu diperhatikan dalam memilih obligasi untuk memberikan hasil yang
maksimal, yaitu :
1.

Tingkat kemajuan
Tingkat kemajuan ini yakni memperhatikan posisi penerbit obligasi

dimana menganalisis tingkat pertumbuhan yang prospektif.
2.

Jumlah obligasi
Jumlah obligasi menjadi suatu tumpuan karena jumlah obligasi

yang semakin banyak biasanya menunjukkan bahwa kapitalisasinya
semakin besar dan memiliki peluang yang tinggi untuk ditransaksikan
di pasar sekunder.
3.

Hasil yang diperoleh
Memperhatikan hasil yang diperoleh dari obligasi yang dibeli.

Semakin tinggi hasil, maka artinya keuntungan yang didapatkan akan
semakin besar. Namun, dalam dunia investasi terdapat hukum abadi
yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat penghasilan, maka
semakin tinggi resiko yang menyertainya.
4.

Waktu pelunasan
Memperhatikan jatuh tempo pada obligasi pemerintah maupun

korporasi. Jika semakin lama jatuh tempo dari obligasi pemerinta atau
korporasi maka semakin tinggi tingkat resiko faktor ketidakpastian.
5.

Tingkat jual-beli

17

Memperhatikan atau memilih obligasi yang memiliki tingkat jualbeli yang tinggi atau frekuensi perdagangan yang sering. Obligasi yang
sering diperdagangkan dalam jual-beli biasanya mudah dalam pencairan
keuntungan.
6.

Pilihan mata uang
Pada pemilihan mata uang, pertama-tama kita memastikan kemana

hasil penjualan obligasi digunakan oleh perusahaan penerbit obligasi.
Misal obligasi dolar lebih menarik dan prospektif hanya digunakan
untuk membayar hutang perusahaan maka hal ini bukan merupakan
pilihan yang baik. Pemilihan mata uang obligasi didasarkan atas
prospektif kedepannya untuk suatu perusahaan.

2.5. Studi Kasus : Obligasi Syariah
1. Obligasi
Obligasi merupakan suatu surat berharga yang dijual kepada
publik, dimana disana dicantumkan berbagai ketentuan yang menjelaskan
berbagai hal seperti nilai nominal, tingkat suku bunga, jangka waktu, nama
penerbit, dan beberapa ketentuan lainnya yang terjelaskan dalam undangundang yang disahkan oleh lembaga terkait. Di bawah ini terdapat
beberapa pengertian tentang obligasi antara lain (Fahmi 2012):
a. Obligasi merupakan janji tertulis dari sebuah perusahaan, pemerintah,
atau lembaga keuangan lainnya untuk membayar nilai nominal pada
waktu jatuh tempo.
b. Obligasi adalah sekuritas hutang jangka panjang yang diterbitkan oleh
sebuah perusahaan atau pemerintah, yang memiliki suku bunga dan
jangka waktu jatuh tempo yang tetap.
c. A dictionary of economics, business & finance, memberikan definisi
obligasi sebagai berikut :
1) persetujuan atau perjanjian tertulis yang telah ditetapkan
pemerintah atau selainnya. Perjanjian ini menjelaskan bahwa

18

perusahaan mesti membayar sejumlah harta dan bunga dan tanggal
yang telah ditetapkan.
2) Perjanjian antara 2 orang atau lebih, bertujuan agar salah satu
pihak mesti mempunyai kewajiban yang akan membayar hutang
kepada pihak lain.

Menurut Rusdin (2006), obligasi diterbitkan oleh pihak-pihak yang
memiliki legalitas dari segi hukum, karena ini menyangkut dengan
pertanggung jawaban di kemudian hari seperti persoalan ketidakmampuan
menyelesaikannya dan sebagainya. Ada beberapa pihak yang menerbitkan
obligasi, yaitu ;
a. Perusahaan
b. Pemerintah
c. Pemerintah negara bagian (Pemda)
d. Pemerintah asing, dan
e. Perusahaan asing

2. Obligasi Syariah (SUKUK)
a. Pengertian SUKUK
Menurut tim studi minat emiten di pasar modal Bapepam-LK (2009), pada
dasarnya definisi sukuk yang berasal dari berbagai sumber literatur dapat
dibagi menjadi dua, yaitu definisi secara etimologi dan definisi secara
terminologi. Secara etimologi (bahasa), sukuk berasal dari bentuk jamak
bahasa Arab dari kata “sakk” yang berarti sertifikat, perjanjian, atau
instrumen hukum. Secara terminologi, sukuk dapat didefinisikan sebagai
suatu sertifikat kepercayaan atas kepemilikan atau sertifikat investasi atas
kepemilikan sesuatu, dengan masing-masing sakk menunjukkan kepentingan
kepemilikan yang proporsional dan tidak dapat dipisahkan dalam suatu aset
atau kumpulan aset. Berikut ini akan dijelaskan definisi sukuk secara
terminologi menurut AAOIFI (The Accounting and Auditing Organisation for
Islamic Financial Institutions), DSN MUI (Dewan Syariah Nasional Majelis

19

Ulama Indonesia), dan Bapepam-LK. AAOIFI dalam Shari‟a Standard No.17
mendefinisikan sukuk sebagai berikut :

“Investment Sukuk are certificates of equal value representing undivided
share in ownership of tangible assets, usufructs and services, or (in the
ownership of) the assets of particular projects or special investment
activity, however, this is true after receipt of the value of the sukuk, the
closing of subscription and the employment of funds received for the
purpose for which the sukuk were issued”.
Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa sukuk merupakan sertifikat
bernilai sama yang merupakan bukti kepemilikan yang tidak dibagikan atas
suatu aset, hak manfaat, dan jasa-jasa atau kepemilikan atas proyek atau
kegiatan investasi tertentu. DSN-MUI dalam Fatwa DSN-MUI Nomor
32/DN-MUI/IX/2002, mendefinisikan obligasi syariah (sukuk) sebagai
berikut
“….suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang
dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan
emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah
berupa bagi hasil/margin/fee serta membayar kembali dana obligasi pada
saat jatuh tempo.”
Selanjutnya, menurut Bapepam-LK dalam Peraturan Nomor IX.A.13
tentang Penerbitan Efek Syariah, Sukuk didefinisikan sebagai berikut :
“Efek Syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama
dan mewakili bagian yang tidak tertentu (tidak terpisahkan atau tidak
terbagi (syuyu’/undivided share) atas:
1) Aset berwujud tertentu (a’yan maujudat);
2) Nilai manfaat atas aset berwujud (manafiul a’yan) tertentu baik yang
sudah ada maupun yang akan ada;
3) Jasa (al khadamat) yang sudah ada maupun yang akan ada;
4) Aset proyek tertentu (maujudat masyru’ mu’ayyan); dan/atau
5) Kegiatan investasi yang telah ditentukan (nasyath ististmarin
khashah)”.
20

b. Karakteristik SUKUK
Menurut Direktorat Pengelolaan Utang Departemen Keuangan, sukuk
pada prinsipnya mirip seperti obligasi konvensional, dengan perbedaan pokok
antara lain berupa penggunaan konsep imbalan dan bagi hasil sebagai
pengganti bunga, adanya suatu transaksi pendukung (underlying transaction)
berupa sejumlah tertentu aset yang menjadi dasar penerbitan sukuk, dan
adanya aqad atau penjanjian antara para pihak yang disusun berdasarkan
prinsip-prinsip syariah. Selain itu, sukuk juga harus distruktur secara syariah
agar instrumen keuangan ini aman dan terbebas dari riba, gharar dan maysir.
Berikut akan dijabarkan secara rinci karakteristik sukuk:
1)

Merupakan bukti kepemilikan suatu aset berwujud atau hak manfaat
(beneficial title).

2)

Pendapatan berupa imbalan (kupon), marjin, dan bagi hasil, sesuai
jenis akad yang digunakan.

3)

Terbebas dari unsur riba, gharar dan maysir.

4)

Penerbitannya melalui special purpose vehicle (SPV).

5)

Memerlukan underlying asset.

6)

Penggunaan proceeds harus sesuai prinsip syariah.

7)

Perbedaan sukuk dengan obligasi konvensional akan ditunjukkan
oleh tabel 2.3 berikut ini.

21

c. Jenis SUKUK
Menurut Direktorat Pengelolaan Utang Departemen Keuangan, jenis-jenis
Sukuk yang telah mendapatkan endorsement dari AAOIFI yaitu:
1) Sukuk Ijarah, yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau
akad Ijarah di mana satu pihak bertindak sendiri atau melalui wakilnya
menjual atau menyewakan hak manfaat atas suatu aset kepada pihak lain
berdasarkan harga dan periode yang disepakati, tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan aset itu sendiri. Sukuk Ijarah dibedakan menjadi
Ijarah Al Muntahiya Bittamliek (Sale and Lease Back) dan Ijarah
Headlease and Sublease. Gambar 2.1 berikut menunjukkan ringkasan
sederhana skema struktur generik sukuk ijarah.

22

Keterangan :

1. SPV dan Obligor melakukan transaksi jual-beli aset, disertai dengan Purchase
and Sale Undertaking di mana obligor menjamin untuk membeli kembali aset
dari SPV, dan SPV wajib menjual kembali aset kepada obligor, pada saat sukuk
jatuh tempo atau dalam hal terjadi default.
2. SPV mendistribusikan penerbitan sukuk kepada investor untuk membiayai
pembelian aset.
3. Pemerintah menyewa kembali aset dengan melakukan perjanjian sewa (Ijara
Agreement) dengan SPV untuk periode yang sama dengan tenor sukuk yang
diterbitkan. Berdasarkan servicing agency agreement, Obligor ditunjuk sebagai
agen yang bertanggung jawab atas perawatan aset

4. Obligor membayar sewa (Imbalan) secara periodik kepada SPV selama masa
sewa.
5. SPV melalui agen yang ditunjuk akan mendistribusikan imbalan kepada para
investor.

23

6. Pada saat jatuh tempo, SPV melakukan penjualan kembali aset kepada obligor
senilai nominal sukuk. Kemudian hasil penjualan aset tersebut digunakan SPV
untuk melunasi sukuk kepada investor.

2) Sukuk Musyarakah, yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian
atau akad Musyarakah di mana dua pihak atau lebih bekerjasama
menggabungkan modal untuk membangun proyek baru, mengembangkan
proyek yang telah ada, atau membiayai kegiatan usaha. Keuntungan
maupun kerugian yang timbul ditanggung bersama sesuai dengan jumlah
partisipasi modal masing-masing pihak.

3) Sukuk Mudharabah, yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian
atau akad Mudharabah di mana satu pihak menyediakan modal (rab almaal) dan pihak lain menyediakan tenaga dan keahlian (mudharib),
keuntungan dari kerjasama tersebut akan dibagi berdasarkan perbandingan
yang telah disetujui sebelumnya. Kerugian yang timbul akan ditanggung
sepenuhnya oleh pihak yang menjadi penyedia modal. Gambar 2.2
menunjukkan skema struktur sukuk mudharabah.

24

Keterangan :
1. Investor menyerahkan modal untuk kegiatan usaha
2. Emiten menyerahkan keterampilan melakukan operasional dalam kegiatan
usaha
3. Keuntungan yang diperoleh dari kegiatan usaha tersebut akan dibagi sesuai
nisbah masing-masing yang telah disepakati sebelumnya. Kerugian yang terjadi
sepenuhnya ditanggung oleh pihak pemilik modal, dalam hal ini investor.
4. Pada saat jatuh tempo, modal pokok akan dikembalikan ke para investor.
4) Istisna’, yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad
Istisna‟ di mana para pihak menyepakati jual-beli dalam rangka
pembiayaan suatu proyek/barang sehingga barang yang akan diproduksi
tersebut menjadi milik pemegang sukuk. Adapun harga, waktu
penyerahan, dan spesifikasi barang/proyek ditentukan terlebih dahulu
berdasarkan kesepakatan.

Dari awal penerbitannya pada tahun 2002 sampai dengan tahun 2010, jenis
akad sukuk yang diterbitkan di Indonesia hanya terdiri dari sukuk mudharabah
dan sukuk ijarah (sale and lease back) dengan presentase masing-masing 2 persen
dan 98 persen. Dalam penelitian ini juga hanya terbatas pada analisis mengenai
sukuk mudharabah dan sukuk ijarah karena disesuaikan oleh data yang tersedia.

Analisis :
PT Salim Ivomas Pratama PT
Tbk
Perhitungan Return dan Obligasi Syariah :
Risiko Obligasi

YMT : 10,07%

Pupuk

Kalimantan

Timur Tk
Obligasi Syariah :
YMT : 8,84%

25

Standar Deviasi : 1,01 %

Standar Deviasi : 0,98%

Obligasi Konvensional :

Obligasi Konvensional :

YMT : 10,00 %

YMT : 9,45 %

Standar Deviasi : 1,05 %

Standar Deviasi : 0,78%

Berdasarkan perhitungan YTM dapat disimpulkan bahwa untuk obligasi
Pupuk Kaltim, obligasi konvensional memiliki kinerja lebih baik dalam hal
tingkat pengembalian atau return jika dibandingkan dengan obligasi syariah.
Sedangkan untuk obligasi Salim Ivomas Pratama obligasi syariah memiliki
kinerja lebih baik hal ini dilihat dari tingkat pengembalian yang lebih besar
dibandingkan dengan obligasi konvensional.
Risiko obligasi yang dihitung dengan menggunakan standar deviasi
memberikan hasil bahwa risiko untuk obligasi Pupuk Kaltim, risiko obligasi
konvensional lebih tinggi sedangkan untuk obligasi syariah, obligasi Salim
Ivomas Pratama memiliki risiko lebih besar. Pada dasarnya tingkat return dan
risiko berbanding lurus sesuai dengan teori high risk high return.
Pada dasarnya kinerja obligasi selalu berubah dari tahun ke tahun dilihat
dari perkembangan ekonomi di Indonesia. Pada periode 2010-2013 return obligasi
cukup fluktuatif. Akan tetapi pada tahun ini instrumen obligasi diprediksi
berpotensi memberikan return tinggi meskipun dihadapkan pada tantangan yang
cukup berat. Ketersediaan likuiditas yang masih cukup besar dan kondisi makro
ekonomi Indonesia yang membaik menjadi pemicu aliran dana investor ke pasar
obligasi.
Ada dua faktor yang mempengaruhi pergerakan harga dan naik turunnya
yield obligasi yaitu inflasi dan pemilu. Beberapa pakar berpendapat bahwa pemilu
2014 tidak akan terlalu berpengaruh terhadap prospek pasar obligasi nasional. Hal
ini karena kebutuhan ekspansi akan membuat sejumlah perusahaan tetap akan
mengeluarkan obligasi. Jika BI rate dan inflasi stabil di tahun depan serta kondisi
ekonomi global sesuai ekspektasi maka pasar obligasi di dalam negeri tetap
bergairah. Tetapi ada beberapa yang berpendapat bahwa pemilu berpotensi

26

menimbulkan ketidakpastian, sehingga mengakibatkan keraguan para pemodal
untuk menanamkan modalnya di obligasi.
Seperti halnya penerbitan obligasi korporasi yang pasokannya relatif lebih
sedikit dibandingkan dengan tahun lalu. Banyak emiten yang menunda
menerbitkan obligasi karena isu seperti tren suku bunga yang cukup tinggi yang
nantinya

mengakibatkan

pembayaran

kupon

pun

tinggi.

Hal

tersebut

membuktikan bahwa kondisi politik dan ekonomi Indonesia yang belum stabil
memberikan dampak negatif bagi pasar obligasi korporasi. Akan tetapi, di tahun
mendatang diperkirakan beberapa emiten akan kembali menerbitkan obligasi.
Segala bentuk investasi sudah pasti akan dihadapkan pada risiko dan
return begitu pun dengan obligasi. Obligasi konvensional dan obligasi syariah
masing-masing memiliki risiko dan return yang sebanding yakni semakin tinggi
risiko semakin tinggi pula return yang akan didapatkan. Meskipun obligasi
tergolong memiliki tingkat risiko lebih rendah dibandingkan dengan portofolio
lainnya seperti saham, namun setiap investor harus siap dalam menghadapi risiko
pada obligasi tersebut. Pada saat ini banyak investor yang tidak melirik obligasi
syariah

sebagai

alat

investasinya,

padahal

pada

kenyataannya

tingkat

pengembalian antara obligasi konvensional dan obligasi syariah tidak jauh
berbeda. Calon investor yang tergolong kurang suka risiko (risk averter) dapat
memilih obligasi syariah sebagai pilihan investasi yang cukup baik.
Namun, dapat kita ketahui juga bahwa investasi syariah akan memberikan
keuntungan kepada investor berupa persentase bagi hasil (nisbah) dari keuntungan
Bank atau Lembaga Keuangan dari hasil pengelolaan dana nasabah. Dalam sistem
ini, meski nisbah disepakati sejak awal, kita tidak bisa mengetahui hasil pasti yang
akan diterima, sebelum keuntungan hasil usaha tersebut diketahui di akhir periode
yang telah ditentukan.
Lantas, bagaimana perbandingan keuntungan imbal hasi (return) dari
investasi syariah dan konvensional, khususnya di saham?
Bareksa membandingkan pergerakan indeks saham syariah (Jakarta Islamic
Index/JII) dengan IHSG selama tiga tahun terakhir. JII berisikan saham-saham
syariah dan tidak memasukkan saham-saham perbankan ataupun barang - barang
yang mengandung unsur haram, termasuk rokok dan minuman alkohol.

27

Menariknya indeks syariah mendapatkan keuntungan yang lebih besar
terutama disaat kondisi saham – saham yang berbasis riba seperti perbankan
ataupun mengalami penurunan harga saham, seperti pada awal tahun ini hingga
bulan Mei kemarin. Dalam periode itu, saham - saham perbankan mengalami
koreksi harga.

28

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Bursa Efek Indonesia (disingkat BEI, atau Indonesia Stock Exchange (IDX))
merupakan bursa hasil penggabungan dari Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa
Efek Surabaya (BES). Bursa efek memegang peranan penting sebagai pelaku
pasar modal di Indonesia. Sebagaimana diketahui bahwa pasar modal berfungsi
sebagai intermediaries antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak
yang membutuhkan dana. Bentuk fisik dari pasar modal itulah yang dinamakan
Bursa Efek. Dengan demikian, di Bursa efeklah terjadi perdagangan saham,
sekuritas, obligasi, dan derivatif. Bursa efek Indonesia memiliki kewenangan
tertentu yang bertujuan untuk menghindari praktik perdagangan dengan harga
yang tidak wajar, penipuan terhadap penanam modal, dsb. Dengan demikian
Bursa efek juga memberi perlindungan kepada investor dan emiten.
Obligasi (Bonds) adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak
antara pemberi pinjaman (dalam hal ini adalah pemodal) dengan yang diberi
pinjaman (emiten). Jenis – jenis obligasi ditinjau dari segi peralihan yaitu Obligasi
atas unjuk (bearer bonds) dan Obligasi atas nama (registered bonds). Ditinjau dari
segi jaminan yang diberikan atau hak klaim yaitu Obligasi jaminan dan Obligasi
tanpa jaminan. Ditinjau dari segi cara penetapan dan pembayaran bunga dan
pokok yaitu obligasi bunga tidak tetap, obligasi bunga tetap, obligasi tanpa bunga.
Ditinjau dari segi penerbit yaitu obligasi oleh pemerintah, obligasi oleh swasta.
Ditinjau dari segi jatuh tempo yaitu obligasi jangka pendek, obligasi jangka
menengah, obligasi jangka panjang.
Segala bentuk investasi sudah pasti akan dihadapkan pada risiko dan return
begitu pun dengan obligasi. Obligasi konvensional dan obligasi syariah masingmasing memiliki risiko dan return yang sebanding yakni semakin tinggi risiko
semakin tinggi pula return yang akan didapatkan.

29

3.2. Saran
Sebaiknya investor dalam mengambil keputusan untuk melakukan
investasi lebih melihat kegunaan atas suatu informasi keuangan yaitu nilai dan
rating penerbitan obligasi, baik itu obligasi syariah maupun konvensional. Bagi
investor yang akan berinvestasi di pasar modal dan memiliki orientasi jangka
pendek, faktor yang mempengaruhi harga saham tidak hanya dipengaruhi kondisi
keuangan global. Oleh karena itu, dalam pengambilan keputusan investasi seorang
investor harus peka terhadap informasi-informasi yang berkaitan dengan kondisi
keuangan yang berhubungan dengan perusahaan atau industri tersebut.

30

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2015. Panduan Menjalankan Investasi Obligasi [internet]. [diunduh 2016
Okt 1]. Tersedia pada : http://www.bibliotika.com/2015/04/panduanmenjalankan-investasi-obligasi.html.
Kusmayanti R. 2014. Analisis Perbandingan Kinerja Obligasi Syariah dan
Obligasi Konvensional di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013
[Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor
Rini M. 2012. Obligasi Syariah (Sukuk) dan Indikator Makroekonomi Indonesia
[Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/52522/5/Chapter%20I.pdf.
[diunduh pada : 1 Oktober 2016]
http://www.bibliotika.com/2015/04/panduan-menjalankan-investasi-obligasi.html.
[diunduh pada : 1 Oktober 2016]
http://www.belajarinvestasi.net/obligasi/memahami-investasi-obligasi.
pada : 1 Oktober 2016]

[diunduh

31