PELAJARAN TENTANG ALLAH edit docx

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................. 1
BAB I:..................................................................................................... 3
KEBERADAAN ALLAH.............................................................................3
A. Adanya Allah menurut manusia itu pertama-tama disimpulkan dari wahyu
umum...................................................................................................... 3
B.

Adanya Allah itu tidak mampu disangkal oleh manusia...............................6

C.

Adanya Allah dalam argumentasi............................................................7

D.

Kebutuhan intrinsik manusia untuk mengenal Allah yang benar.................14

BAB II:.................................................................................................. 16
ALLAH DAN NAMANYA.........................................................................16

A.

Wahyu khusus................................................................................... 17

B.

Allah menurut Alkitab – Allah yang mewahyukan diriNya kepada manusia.. 23

C.

Hakekat Allah – Ada...........................................................................29

D.

Pribadi Allah.................................................................................... 36

E.

Keadaan dasar (nature) pribadi Allah....................................................39


F.

Nama – nama Allah............................................................................43

G.

Faham dan Pandangan yang salah terhadap Allah................................48

BAB III:................................................................................................. 53
Sifat-sifat (attributes) Allah........................................................................53
A.

Allah itu kekal...................................................................................54

B.

Allah itu tidak berubah.......................................................................56

C.


Allah itu Maha Kuasa – Omnipotent......................................................59

D.

Allah itu Maha Ada – Omnipresent.......................................................62

E.

Allah itu Maha Tahu – Omniscience......................................................64

F.

Allah itu Maha Benar..........................................................................67

G.

Allah itu Maha Baik........................................................................72

H.


Allah itu Maha Kudus.....................................................................79

I.

Allah itu Maha Adil............................................................................82

J.

Kesimpulan...................................................................................... 88

BAB IV:................................................................................................. 89

1

TRINITAS ALLAH”................................................................................ 89
A.

Allah Tritunggal................................................................................ 89

B. Tritunggal dalam Perjanjian Lama.......................................................90

C.

Tritunggal dalam Perjanjian Baru.........................................................94

2

BAB I:
KEBERADAAN ALLAH.
Sebelum Alkitab diwahyukan atau sebelum Firman Allah itu diberitakan,
manusia oleh akal budinya sebenarnya menyadari adanya Allah. Manusia
menyadari adanya Allah karena ia adalah mahluk satu-satunya di bumi ini yang
memiliki roh didalam dirinya. Kesadaran akan adanya Allah itu belum dalam
bentuk baku, teratur dan sistematis. Juga pembuktian akan adanya Allah itu pada
mulanya bersifat tidak langsung dari wahyu umum.

A. Adanya Allah menurut manusia itu pertama-tama disimpulkan
dari wahyu umum.
Alam semesta ciptaan Allah itu sebenarnya amat luar biasa. Tanpa terasa
oleh manusia, alam semesta itu ternyata bergerak dan digerakkan oleh suatu
kekuatan yang teratur, harmonis dan akurat, yang membentuk hukum alam yang

maha luas. Sampai sekarangpun manusia masih mengira-ngira luas dan besarnya
jangkauan hukum tersebut. Alam semesta inilah yang sebenarnya merupakan
pernyataan Allah secara umum tentang adanya Dia; sehingga dikenal dalam dunia
theologia dengan istilah wahyu umum, “General Revelation”, Roma 1:19-20;
Mazmur 19:2. Manusia sejak zaman purbakala sudah mengenal serta mengalami
bagian kecil dari kekuatan hukum alam itu. Hujan, panas matahari, angin, gempa
bumi, letusan gunung berapi, dan lain-lain, merupakan gejala alam dalam percikan
kekuatannya yang tak dapat ditandingi oleh manusia itu sendiri. Dari sinilah awal
mula manusia mulai menyadari adanya informasi dari luar dirinya tentang adanya
Allah, walaupun masih sederhana dan bersifat umum sekali.

3

1. Manusia dari dirinya sendiri tidak mampu mengenal Allah yang
benar.
Walaupun dalam rohnya, manusia menyadari adanya Allah, tetapi tanpa
pertolongan informasi dari luar dirinya sendiri, ia tidak akan mampu
memahami secara akali tentang Allah yang benar itu, 1 Yohanes 5:20. Hal
itu disebabkan karena :
a. Dosa manusia itu yang memisahkannya dari Allah.

Oleh dosa, semua manusia sudah kurang kemuliaan dari Allah,
Roma 3:23. Terjadi ketidak seimbangan dalam roh, jiwa dan tubuh
manusia. Itulah sebabnya manusia duniawi (manusia yang belum
dijamah oleh pekerjaan Firman dan Roh Kudus), tidak dapat mengenal
Allah yang benar karena tidak menerima apa yang berasal dari Roh
Allah, 1 Korintus 2:14.
b. Adanya perbedaan substansial manusia dan Allah, Yesaya 55:9.
Sejak manusia jatuh ke dalam dosa, perbedaan substansial itu
ternganga menjadi jurang yang tak terseberangi. Perbedaan-perbedaan
itu antara lain:
Manusia

Allah

Kelihatan

Tidak Kelihatan

Fana


Kekal

Terbatas

Tidak Terbatas

4

Dengan perbedaan yang hakiki ini, tanpa bantuan informasi dari
luar dirinya, manusia itu sendiri tidak akan sanggup memahami Allah
yang benar itu.
c. Setan berusaha mengikis habis informasi yang benar tentang
Allah.
Setan tahu bahwa waktu penghukuman baginya sudah dekat.
Wahyu 12:12. Yesus sendiri memberi perumpamaan bagaimana
giatnya setan berusaha mengikis habis benih yang benar tentang Allah,
Matius 13:19cf.

d. Pengalaman manusia itu sendiri.
Alkitab mencatat, bahwa Kain itu bukanlah orang yang tidak

mengenal Allah. Kejadian 4:3. Tetapi oleh kekerasan hatinya ia
memilih jalannya sendiri dan makin jauh dari Allah, Kejadian 4:16;
Yudas 1:11. Keturunannya menjadi orang-orang yang tak mengenal
Allah. Keturunan Nuh pun mempunyai pengalaman yang serupa. Hal
itu terjadi berulang-ulang dalam sejarah. Memang kedagingan
manusia, mencondongkan manusia kepada dosa, Kejadian 6:5; Roma
7:22-23cf, yang makin menjauhkan manusia dari pengenalan akan
Allah.
2. Pertama-tama Allah menyatakan keberadaanNya kepada manusia
lewat wahyu umum.
Sudah jelas bahwa bumi adalah sebagian kecil dari alam semesta
ciptaan Allah. Sedangkan bumi dengan segala isi ciptaan itu diadakan bagi

5

tempat kediaman manusia, Kejadian 2:4-7; Mazmur 115:16; Yesaya 45:18.
Tujuan semuanya ini supaya manusia mengenal Allah, memuliakanNya, dan
bersyukur kepadaNya, Roma 1:21. Sebenarnya hal utama yang dapat
dipelajari manusia dari alam semesta ini adalah kekuatan, kebesaran,
kekekalan dan harmoninya hukum alam. Semua kebijaksanaan itu secara

tidak langsung kelak membawa manusia kepada perancang bahkan sumber
dari segala sesuatu: “Sang Pencipta”.

3. Akibat negatif bila wahyu umum tidak dilengkapi dengan wahyu
khusus.
Sejarah mencatat bahwa dari merenungkan kekuatan, kebesaran,
kekekalan dan harmoninya hukum alam, para orang bijak zaman purba
mencari Allah

didalamnya.

Dari

hasil

pemikiran

jenius

mereka,


dirumuskanlah kesimpulan-kesimpulan tentang Allah. Inilah cikal-bakal
agama-agama dunia; agama-agama alam; natural religion. Allah bagi
mereka digambarkan sesuai dengan jalan pikiran mereka, sehingga
muncullah berbagai ragam allah-allah.
Wahyu khusus – special revelation, adalah Alkitab yang diilhamkan
Allah. Dalam Alkitablah Allah yang benar itu dinyatakan. Bila wahyu
umum tidak dilengkapi oleh wahyu khusus, maka akibat negatifnya yakni
manusia tidak dapat menemukan Allah yang benar. Hal itu terbukti dari
begitu banyaknya agama atau aliran kepercayaan manusia di dunia ini.

6

B. Adanya Allah itu tidak mampu disangkal oleh manusia.
Walaupun manusia dari dirinya sendiri tidak mampu mengenal Allah yang
benar, bahkan akhirnya banyak orang yang menyangkal keberadaan Allah, tetapi
manusia hanya dapat berargumentasi dengan dirinya sendiri. Adanya Allah yang
tercermin dalam wahyu umum itu tidak dapat disangkal oleh manusia. Berbagai
kesaksian dari luar manusia memberi gambaran adanya Allah, Mazmur 19:1-5;
Roma 1:19-20.

C. Adanya Allah dalam argumentasi.
Suatu kewajiban orang percaya untuk memberi jawaban kepada siapa saja
tentang imannya, 1 Petrus 3:15. Kewajiban kita untuk berapologia dengan
memberi argumentasi bahwa Allah ada:
1. Argumentasi Kosmologis.
Kata ‘kosmos’ itu berarti ‘dunia’; dan dapat juga berarti ‘alam
semesta – universe’. Argumentasi kosmologis itu menunjuk kepada
alam semesta, kemudian berupaya membuktikannya dari hukum sebab
akibat. Keberadaan dari akibat itu senantiasa menunjuk pada
keberadaan dari sebabnya. Alam semesta itu ternyata bergerak dan
digerakkan oleh suatu kekuatan yang teratur, harmonis dan akurat,
yang membentuk suatu hukum alam yang maha luas dan dahsyat.
Bila alam semesta yang digambarkan tadi adalah akibatnya,
menjadi pertanyaan: ‘Apa’ atau lebih tepat ‘siapakah’ penyebab dari
semua ini? Manusia memang tidak dapat menjawab pertanyaan besar

7

ini. Berbagai hypothesa telah diteorikan oleh para ahli astronomi dan
ilmu pengetahuan alam, tetapi semuanya tidak memuaskan. Alamlah
sendiri yang menjadi saksi bahwa penyebab awal – causa prima dari
semua ini adalah Allah, Sang Pencipta itu, Kejadian 1:1; Mazmur 19:15; Roma 1:19-20; Ibrani 11:3.
2. Argumentasi Teleologis.
Argumentasi ini adalah pembuktian dari bentuk dan tujuan.
Tidak sekedar bahwa alam semesta itu ada, tetapi alam semesta dan
isinya itu mempunyai bentuk sempurna dan mempunyai fungsi
tertentu, sesuai peran penciptaannya. Masing-masing ciptaan yang tak
terhitung jumlah dan jenisnya dalam alam ini menunjuk pada maksud
penciptaannya dan masing-masing mempunyai peran tertentu, bahkan
kesemua ciptaan itu ada dalam harmoni satu dengan yang lain.
Alam semesta – Bima Sakti – Melky Way System diciptakan
sedemikian rupa, sehingga tata surya kita merupakan satu dari sekian
juta tata surya yang ada dalam sistem alam semesta ini. Kemudian
bumi ini merupakan planet teristimewa dalam susunan tata surya kita.
Sedangkan planet bumi ini diciptakan sedemikian rupa, dilindungi oleh
sistem perlindungan sedemikian rupa, diisi oleh tak terbilang jenis
ciptaan dalam kontrol hukum yang harmoni satu dengan lainnya;
sehingga manusia dapat hidup di dalamnya.
Menjadi pertanyaan: Siapakah yang merancang segala sesuatu
ini dengan sempurna? Apakah sebenarnya tujuan penciptaan segala
8

sesuatu ini? Dapatkah manusia mengukur intelegensia dari sang
perancang semua ini? Argumentasi dari bentuk dan tujuan adanya
‘suatu’ yang jauh melebihi inteligensia manusia, Yesaya 55:8-9,
bahkan tanpa batas, yang lebih besar dari alam semesta, 2 Tawarikh
6:18.
3. Argumentasi Antropologis.
Kata’anthropos’ dalam bahasa Grika berarti ‘manusia’. Dari
keberadaan manusia itu sendiri argumentasi ini bertitik tolak. Manusia
adalah ‘master piece’ dari tindakan penciptaan Allah. Manusia yang
diciptakan dalam gambar Allah menjadi mahkota kemuliaan dari
segala ciptaan, Kejadian 1:1-28; Mazmur 94:9. Manusia jauh lebih
berkuasa dari pada gabungan seluruh binatang ciptaan. Seekor monyet
yang paling sempurna tidak dapat dibandingkan dengan manusia
dalam keseluruhan keberadaannya. Teori evolusi sebenarnya adalah
usaha untuk melepaskan manusia dari kelayakan dan pertanggungjawaban kepenciptaan bagi dirinya. Manusia yang cerdas adalah salah
satu argumen terbesar bagi adanya Allah yang cerdas pula.
Bermilyard-milyard umat manusia, masing-masing berbeda dan unik,
pun semua dasar kepenciptaan mereka, membuktikan adanya seorang
pencipta.
4. Argumentasi Ontologis.
Ontologi adalah bagian dari isi filsafat yang mempelajari
tentang keberadaan yang hakiki dari sesuatu. Ontologi datang dari kata
9

Grika ‘ontos’ yang berarti ‘yang sedang berada’. Argumentasi
ontologis dihubungkan dengan argumentasi anthropologis, yakni yang
membicarakan keberadaan hakiki dari manusia itu.
Manusia bukan hanya sekedar ciptaan yang cerdas belaka, ia
juga adalah mahluk yang secara intuitif percaya dan mengetahui akan
adanya Allah. Intuisi berbicara tentang pemahaman atau pengetahuan
dimana manusia memilikinya tanpa proses berpikir. Manusia
mengetahui secara intuitif bahwa ada Allah. Ia dilahirkan dengan
pengetahuan ini di dalam dirinya. Kadang-kadang hal ini disebut
sebagai agama instink di dalam manusia, yang membuatnya ingin
menyembah sesuatu atau seseorang. Manusia diciptakan untuk menjadi
seorang penyembah untuk menyembah Allah. Manusia tidak akan
ingin menyembah Allah bila Allah tidak menaruh di dalam manusia itu
pengetahuan intuitif tentang keberadaanNya sendiri.
Argumentasi menjadi hakiki oleh fakta adanya suatu keyakinan
universal pada ‘satu allah’ atau ‘allah-allah’ dalam setiap bangsa pada
permukaan bumi ini. Apabila manusia tidak menerima atau
mendapatkan Allah yang benar, ia membuat allah/dewa bagi dirinya
sendiri untuk disembah, untuk memuaskan pengetahuan instinktifnya
itu.
Percaya akan Allah bukan hanya sekedar hasil dari kondisi
budaya. Secara ontologis, manusia tercipta dalam roh, jiwa dan tubuh.
Dari aspek rohnya inilah muncul secara intuitif kesadaran dan

10

pengetahuan akan adanya Allah, Kisah Para Rasul 17:23-24; Roma
1:18-32; Yohanes 1:3-7; Mazmur 115:1-8.
5. Argumentasi Moral.
Etika adalah pengetahuan yang mempelajari baik atau buruk
perbuatan manusia dilihat dari sistim nilai tertentu. Moral adalah
tindakan baik atau buruk manusia itu sendiri. Manusia adalah mahluk
moral. Ia memiliki suatu perasaan hakiki tentang baik atau buruk,
benar atau salah, sebaik perasaan tentang pertanggung-jawaban untuk
mengikuti apa yang benar dan menolak apa yang salah. Alkitab
menamainya ‘suara hati – conscience’ dan memandangnya sebagai
pemberian Allah.
Apabila manusia melanggar suara hatinya, ia tunduk pada
kejahatan dan suatu rasa takut akan penghukuman. Walaupun kata hati
itu dapat dikondisikan atau dilatih dengan arahan-arahan berbeda, kata
hati itu tetaplah suatu yang umum pada manusia secara inheren. Kata
hati itu bersifat universal, dan menjadi saksi tentang keberadaan dari
suatu pemberi hukum dan hakim tertinggi, yang menciptakan di dalam
manusia rasa pertanggung-jawaban bagi kebenaran ini, Roma 2:14-15;
1 Timotius 4:2; Titus 1:15; Ibrani 9:14; Yohanes 8:9.
6. Argumentasi Biologis.
Kata Grika ‘bios’ berarti ‘hidup’. Kata ini merupakan suatu
fakta ilmiah dimana hidup itu hanya dapat datang dari hidup yang

11

sudah ada sebelumnya, tidak semata-mata dari benda. Hal itu
mengusut semua kehidupan kembali kepada sumbernya. Akhirnya kita
harus kembali kepada Allah sendiri. Harus ada sesuatu yang menjadi
sumber utama kehidupan itu. Asal muasal dari semua kehidupan dan
pemilik dari kehidupan asal dan kekal dari Dia sendiri. Sumber
kehidupan itu ialah Allah, Mazmur 36:10; Yohanes 11:25; 14:6; 10:28;
1:1-5.

7. Argumentasi Historis.
Sejarah manusia menunjuk pada satu tangan yang tak
kelihatan, yang membimbing, mengatur dan mengawasi nasib bangsabangsa. Sebagai contoh, Babylon jatuh pada suatu malam ketika para
tentara lupa menutup pintu-pintu pada dinding yang melaluinya air
sungai besar Efrat mengalir. Nabi-nabi Allah telah mengatakan ini
sebelumnya, lebih seratus tahun sebelum hal ini terjadi, Yesaya 45:1-5;
Daniel 5. Suatu penelitian seksama dari sejarah akan mengungkapkan
beberapa ilustrasi dari fakta ada tangan Allah yang bergerak untuk
menyelesaikan kehendakNya, Wahyu 17:17. Sejarah membuktikan
adanya Allah yang mengawasi jalannya sejarah.
8. Argumentasi Kristologis.

12

Satu dari argumentasi-argumentasi terbesar adalah argumentasi
Kristologis. Kristus yang historis adalah suatu fakta; dan adalah tidak
mungkin untuk menggambarkan pribadi dari Yesus Kristus terpisah
dari adanya Allah. KelahiranNya dari perawan, kehidupanNya yang
tanpa dosa, mujizat-mujizat, pengajaran, kematian, penguburan,
kebangkitan dan keangkatanNya ke Surga yang kesemuanya itu tak
mungkin dijelaskan terpisah dari Allah. Yesus Kristus adalah wahyu
terbesar

dari

adanya

Allah.

Semua

keberadaanNya,

semua

perbuatanNya, dan semua yang Ia katakan, membuktikan adanya
Allah, Yohanes 1:1-3, 14-18; 14:6-9; 1 Timotius 3:16; Ibrani 1:1-3; 1
Yohanes 1:1-3.
9. Argumentasi Bibliologis.
Alkitab adalah saksi untuk keberadaan Allah. Dalam penjelasan
Doktrin Pewahyuan, Alkitab melampaui semua tulisan lain yang
diwahyukan secara ilahi; tidaklah mungkin bagi kitab-kitab itu menjadi
sekedar produksi kemanusiaan belaka. Semua kitab itu membuktikan
keberadaan dari suatu kecerdasan yang lebih tinggi yang secara
berdaulat membimbing para penulis dalam tugas mereka menulis
kitab-kitab itu. Sebagai saksi yang tak mungkin keliru dari semua yang
Alkitab ungkapkan tentang Allah, sifat dasarNya dan maksudmaksudNya harus diterima seakurat mungkin.
10. Argumentasi Keharmonisan.

13

Kata ‘harmoni’ sebenarnya berarti ‘sesuai, seimbang, serasi’.
Kesembilan argumentasi yang ada sebelum ini semuanya ada dalam
kesesuaian. Ada keseimbangan dan keserasian diantara semua itu.
Tidak ada satupun argumentasi yang telah diungkapkan itu membawa
suatu pemahaman yang bertentangan, tetapi semua argumentasi itu
membentuk

suatu

keharmonisan

secara

keseluruhan.

Inilah

argumentasi dari keharmonisan itu. Fakta bahwa argumentasi
Kosmologis, Theologis, Anthropologis, Ontologis, Moral, Biologis,
Kristologis dan Bibliologis, semuanya tercampur bersama dalam
keharmonisan.
Semuanya itu berbicara tentang adanya Allah dan bila tidak
demikian maka semua fakta yang menghubungkannya satu dengan
yang lain itu tidak dapat dijelaskan. Percaya kepada keberadaan dari
pribadi Allah yang ada dengan sendirinya adalah dalam harmoni
dengan semua fakta tentang sifat mental dan moral manusia;
sebagaimana juga dengan sifat dari materi alam semesta. Manusia
sungguh-sungguh tidak dapat menolak fakta tentang adanya Allah.
Hanyalah suatu kedunguan yang disengaja bila orang mau menolak
bukti kesimpulan yang ada ini.

D. Kebutuhan intrinsik manusia untuk mengenal Allah yang benar.
Menunjuk pada argumentasi anthropologis, ternyata secara umum,
didalam hatinya manusia mempunyai suatu kebutuhan untuk mengenal Allah yang
benar. Alkitab mencatat bahwa manusia terdiri dari roh, jiwa dan tubuh, Kejadian

14

2:7; 1 Tesalonika 5:23. Masing-masing bagian manusia itu mempunyai fungsinya
sendiri-sendiri, tetapi substansi manusia ada pada rohnya, Yohanes 6:63; Yakobus
2:26. Dengan tubuhnya, manusia bereksistensi di dunia ini, menjadi mahluk
alamiah, Kejadian 2:7; 1 Korintus 25:44-50; dan mahluk biologis, Kejadian 1:2728. Jadi, dengan tubuhnya manusia ada kontak dengan alam lingkungannya.
Dengan jiwanya, manusia menyadari kemanusiaan dan pribadinya, sehingga
dengan demikian ia dapat berkomunikasi dan bersosialisasi dengan mahlukmahluk lain dalam dunia. Dengan rohnya, manusia menyadari dimensi rohaninya;
dan dengan rohnya manusia dapat berkomunikasi dengan dunia roh.
Dengan roh yang menjadi substansi manusia, ternyata manusia itu secara intrinsik
butuh pengenalan akan Allah. Sejarah perkembangan budaya membuktikan bahwa
semua bangsa di dunia ini mempunyai latar belakang keyakinan terhadap dunia
rohani. Tetapi oleh karena dosa, manusia tidak dapat menemukan Allah yang
benar; itulah sebabnya manusia menciptakan berhala bagi dirinya sendiri, Roma
1:21-23; Ulangan 4:16-18. Bila manusia tidak puas dengan berhala dan ia merasa
mampu atau kuat, ia menjadikan dirinya sendiri berhala. Atheisme modern pada
dasarnya adalah upaya manusia menolak keberadaan Allah yang benar dan
menjadikan dirinya sendiri allah dalam pikirannya sendiri. Pengkultus-individuan
seseorang itu sebenarnya menjadikan seseorang itu idola; apakah ia seorang
politikus, artis, musisi dan lain-lain. Orang-orang memuji-muji sang idola itu
secara berlebih-lebihan. Alkitab mencatat, berhala itu ditulis dengan kata
‘idol’.
Secara tegas Alkitab memperingati orang-orang percaya: “Anakanakku, waspadalah terhadap segala berhala – idol”. Hal itu ditegaskan oleh

15

Alkitab karena kecenderungan manusia, oleh kebutuhan intrinsiknya untuk
mengenal Allah yang benar. Bila karena dosa lalu manusia itu tidak dapat
menemukan Allah yang benar, ia akan mencari objek lain untuk disembah.

BAB II:
ALLAH DAN NAMANYA
Allahlah yang berinisiatif memperkenalkan diriNya sendiri kepada
manusia. Ibrani 1:1 jelas menulis bahwa ‘sejak zaman purba Allah berulang kali
dan dalam berbagai cara berbicara.” Berbicara langsung, Kejadian 18:1-33;
Bilangan 12:8; melalui penglihatan, Yehezkiel 1:1; Bilangan 12:6; Zakaria 1:7-8;
Daniel 2:18; lewat mimpi, Daniel 2:1, 24; Matius 1:20; 2:13,19; dengan tandatanda ajaib, Keluaran 19:16-19; 20:18, 21; Oleh bimbingan Roh Kudus, Matius
16:17; Kisah Para Rasul 6:10; Juga dalam berbagai penampakan, Kejadian 32:2230; Hakim 13:1-23; Daniel 5:5. Bahkan Allah sendiri dalam diri Anak TunggalNya menyatakan diri, Ibrani 1:2; I Yohanes 1:1-3; Yohanes 7:16; 12:49.

16

Kesemua ini ditambah dengan uraian, penjelasan, ungkapan, kejadian
penting bagi sejarah dunia, direkam Allah dan diilhamkan kepada para hambaNya,
Yesaya 34:16; II Timotius 3:16; dalam bentuk tulisan yang kita kenal dengan
istilah Alkitab. Itulah wahyu khusus – special revelation. Beginilah Allah
memperkenalkan diriNya sendiri kepada manusia; yakni dengan mewahyukan
diriNya sendiri. Bila tidak demikian, tidaklah mungkin manusia mengenal Dia
dengan benar.

A. Wahyu khusus
Wahyu Khusus adalah untuk mengungkapkan kepada manusia siapakah
Allah itu. Firman Allah yang tertulis atau Alkitab itu disebut wahyu khusus,
karena melaluinya secara khusus Allah mewahyukan diri-Nya kepada manusia.
Cara Allah berbicara kepada manusia yang memakan waktu ribuan tahun itu, tidak
akan dapat diikuti manusia yang umur rata-ratanya tidak sampai satu abad itu.
Tetapi dengan mengilhamkannya dalam bentuk tulisan, maka manusia dapat
mempelajari siapa Allah itu dari informasi tertulis yang lengkap.
1. Alkitab sebagai media pengajaran satu-satunya tentang Allah
-Theologia proper.
Kerinduan manusia untuk mempelajari Allah, melahirkan berbagai
spekulasi filosofis, baik yang disampaikan secara lisan maupun secara
tertulis; menggambarkan siapa Allah menurut versi mereka masingmasing. Setiap agama dan kepercayaan mempunyai gambaran sendiri17

sendiri tentang Allah, tetapi hanya merupakan upaya menusia memahami
secara tidak langsung lewat wahyu umum.
Tetapi untuk mempelajari Allah yang benar itu, hanyalah Alkitab
sumber satu-satunya yang benar dan dapat dipercaya. Karena Alkitab itu
diwahyukan Allah kepada manusia untuk menjadi media pengajaran
formal satu-satunya tentang Allah. Alkitab dalam Firman Allah dan Firman
Allah itu adalah kebenaran – the truth, Yohanes 17:17. Itulah sebabnya
pengetahuan tentang Allah dengan dasar satu-satunya sumber informasi –
Alkitab – disebut theologia proper, secara harafiah berarti: pengetahuan
tentang Allah yang sebenar-benarnya.
2. Alkitab yang diwahyukan dijamin benar dan menjadi jaminan.
Sebagai satu-satunya sumber yang benar dan dapat dipercaya
dalam mempelajari pengetahuan tentang Allah, ada dua sifat azasi Alkitab
yang perlu dijelaskan secara singkat, sebagai dasar pengajaran, yakni:
a. Alkitab itu tidak pernah salah (inerrancy).
Sifat pewahyuan Alkitab itu dibuktikan dari keadaan Alkitab
itu sendiri yang tidak pernah salah. Dari berbagai kesaksian dari para
penyelidik Alkitab ini, selalu dibuktikan kebenarannya. Sebagai
contoh: Tidak satupun tempat yang disebut dalam Alkitab lalu tidak
dapat dibuktikan oleh ilmu purbakala. Sifat-sifat alam yang ditulis
Alkitab; angin, arus laut, musim, flora, fauna dan seterusnya,
semuanya benar. Informasi sejarah begitu akurat. Apalagi informasi
tentang sifat manusia dan kemanusiannya, semuanya tepat.
18

Ada beberapa hal yang sukar dipahami dalam Alkitab, tetapi
hal itu karena keterbatasan manusia itu sendiri untuk memahaminya
dan satu demi satu mulai terungkap. Ada beberapa hal yang belum
terbukti; hal itupun karena Alkitab bersifat nubuatan dan hal-hal itu
mulai tergenapi satu demi satu. Ada halangan-halangan lain yang
berupa kesulitan penerjemahan bahasa; hal itupun dapat teratasi satu
demi satu oleh para ahli yang dibimbing oleh Roh Kudus.
Alkitab itu tidak pernah salah (inerrancy); dijamin benar untuk
menjadi sumber satu-satunya bagi mereka yang mau belajar mengenal
Allah yang benar.
b. Alkitab itu otoritas tertinggi (sola scriptura).
Ada banyak pandangan, penafsiran atau ajaran tentang Allah;
tetapi semuanya harus dirujukkan kebenarannya dengan Alkitab.
Sebab Alkitablah yang menjadi ukuran satu-satunya sehingga menjadi
otoritas tertinggi. Apa saja pendapat, pandangan, penafsiran ataupun
ajaran yang tidak sesuai dengan Alkitab, harus ditolak. Hal itu
prinsipil, supaya manusia tidak tersesat.
Tuhan Yesus menjadikan Alkitab sebagai ukuran, Matius
4:4,7,10; Lukas 24:44-48. Para Rasul-pun menjadikan Alkitab itu
ukuran satu-satunya, Kisah Para Rasul 1:20; 2:16cf; Roma 1:17; 4:6cf;
1 Petrus 2:7,10. Bapa-bapa Gereja menjadikan Alkitab itupun ukuran
satu-satunya. Inilah yang disebut dengan prinsip sola scriptura.

19

Alkitab itu adalah otoritas tertinggi. Semua penafsiran, ajaran
atau pendapat, harus merujuk kepada Alkitab. Konsekuensinya yakni
semua penafsiran, ajaran atau pendapat yang tidak sesuai dengan
Alkitab itu, harus ditolak.
3. Allah sendiri membela kebenaran Alkitab dengan memberi bukti.
Setan tahu bahwa poros pengajaran tentang Allah ada dalam
Alkitab. Sejarah mencatat, orang-orang yang dipakai setan berusaha
membelokkan sejarah bahkan berusaha memusnahkan Alkitab. Tetapi
Allah sendirilah yang melindungi ilham-Nya itu sehingga tetap utuh
untuk menjadi kesaksian sepanjang zaman, Yesaya 34:16; Yeremia
36:1-32; Matius 5:18; 24:35; Lukas 16-17.
a. Bukti sejarah penyusunan Alkitab.
Dari pembuktian sejarah dan naskah-naskah kuno, dapat
dibuktikan bahwa Allah sendirilah yang melindungi naskah-naskah
kuno penulisan wahyu Allah yang awal. Penemuan naskah-naskah
kuno gua Qumran di tepi Laut Mati, merupakan bukti otentik.
Naskah-naskah

kuno

yang

tetap

terpelihara

itulah

yang

memungkinkan Alkitab terkumpul seperti yang ada sekarang ini.
b. Bukti sejarah dunia dalam kaitan dengan Alkitab.
Sejarah dunia mencatat bahwa semua usaha manusia untuk
memusnahkan Alkitab itu selalu gagal. Manusia memang tidak
mungkin memusnahkan Firman Allah itu.

20

4. Manusia yang terbatas itu harus percaya pada keterangan
Alkitab, bila ia rindu mengenal Allah yang benar.
Orang yang tidak percaya Firman Allah itu tidak akan
berjumpa Yesus Juruselamat dan tidak mendapatkan keselamatan itu.
Orang yang tidak menerima keselamatan dari Yesus Kristus, tidak akan
mengenal Allah yang benar, Yohanes 5:38-40. Untuk mengenal Allah
dengan benar memang ada prosesnya. Kunci awal pembuka
pengenalan akan Allah adalah percaya.
a. Iman timbul dari mendengar Firman Allah, Roma 10:17.
Sudah dijelaskan di depan bahwa orang mengenal Allah
dengan keyakinan. Sedangkan keyakinan yang benar – iman –
berdasarkan Firman Allah, Roma 10:17. Iman adalah konsep
kebenaran (the truth) yang didasarkan pada Firman Allah. Jadi
iman kepada Allah adalah kebenaran-kebenaran tentang Allah yang
didasarkan pada Firman Allah.
b. Tanpa iman, tidak mungkin orang berkenan kepada Allah, Ibrani
11:6a.
Sudah jelas, bahwa tanpa konsep kebenaran Firman Allah,
tidak seorangpun berkenan kepada Allah. Manusia tidak dapat
mencari Allah dengan kebenarannya sendiri, Yudas 1:11. Allah
hanya berkenan ditemui lewat konsep kebenaran Firman Allah itu
sendiri.

21

c. Siapa berpaling kepada Allah, harus percaya bahwa Allah ada,
Ibrani 11:6b.
Percaya merupakan respons seseorang secara pribadi
kepada konsep kebenaran Firman Allah itu, Roma 10:16. Contoh
terbesar adalah orang-orang Yahudi itu. Walaupun mereka
mempunyai konsep kebenaran Firman Allah, mereka beriman;
tetapi ketika kebenaran itu sendiri datang, mereka tidak percaya,
Yohanes 1:11; 3:18,36; 6:36, 66; 10:25.
Berbeda dengan Abraham bapa orang beriman. Ketika
Firman Allah datang padanya, ia memberi respons positif;
Abraham percaya kepada Allah melalui FirmanNya, Roma 4:3;
Kejadian 15:1-6. Jadi percaya adalah tindakan manusia merespons
Firman Allah secara positif dengan menerima Firman Allah dengan
segenap hati. Untuk memulai pengenalan akan Allah, maka
seseorang harus percaya sesuai Firman Allah bahwa Allah ada dan
memberi pahala kepada mereka yang mencarinya.

22

B. Allah menurut Alkitab – Allah yang mewahyukan diriNya kepada
manusia.
Awal dari Alkitab adalah pernyataan awal Allah tentang diriNya sendiri.
Awal dari Firman tertulis itu adalah deklarasi awal tentang Allah. Dari sinilah
awal dari pengetahuan tentang Allah itu.
1. Allah memperkenalkan diriNya sendiri secara bertahap dan progresif
kepada manusia.
Inilah prinsip utama belajar tentang Allah. Allah tidak menyatakan diri
sekaligus kepada manusia, melainkan bertahap dan progresif. Perlu dicamkan
bahwa tahapan dan perkembangan maju dari pernyataan Allah tentang diriNya itu memakan kurun waktu ribuan tahun. Umur manusia tidak seperti itu.
Itulah sebabnya tahapan dan perkembangan tersebut dicatat dalam Alkitab
untuk kelak menjadi kesaksian bagi manusia dan kemudian dapat dipelajari
oleh manusia itu.
2. Perkenalan pendahuluan,
Kejadian 1:1. Kejadian 1:1 itu bukan sekedar awal dari pernyataan
Allah tentang diriNya sendiri, melainkan sekaligus sebagai dasar pengenalan
akan Allah. Dari dasar inilah, secara bertahap dan progresif Allah
memperkenalkan diriNya kepada manusia makin dalam dan luas.

23

3.

“Allah” dalam Kejadian 1:1.
Kata ‘Allah’ dalam Kejadian 1:1 itu merupakan subjek kalimat dari
ayat itu. Karena merupakan subjek atau pokok dari kalimat itu, maka kata
‘Allah’ itulah yang lebih dahulu dijelaskan singkat.
Kata ‘Allah’ itu sebenarnya diterjemahkan dari kata ELOHIM
(Ibrani), GOD (Inggris). Kata ELOHIM itu berarti ‘Maha Kuasa’ – Almighty
(Inggris). Jadi kata Allah disini lebih menunjuk pada sifatNya, yakni sifat
kemaha-kuasaan itu dan belum menunjuk pada pribadi.
Walaupun nanti akan diuraikan lebih luas, tetapi sudah perlu dimulai
disini sebagai pembukaan: Kata ‘Allah’ dalam bahasa Indonesia itu
sebenarnya berasal dari bahasa Arab. Tetapi secara gramatikal, kata tersebut
adalah kata benda tunggal – singular. Sedangkan kata ELOHIM itu
mengandung makna jamak – plural. Dalam kandungan makna jamak inilah
pemahaman Bapa, Putra dan Roh Kudus dapat dijelaskan kelak.
Tetapi bukan karena kata ELOHIM itu mengandung makna jamak lalu
Allahnya Alkitab itu banyak dan agamanya Alkitab menjadi Polytheisme.
Melainkan Alkitab dengan tegas mengajarkan: “Dengarkanlah, hai orang
Israel : TUHAN itu Allah kita. TUHAN itu esa !” Ulangan 6:4. Dengan
demikian, kata ELOHIM itu bila menunjuk pada Allahnya Alkitab, tidak akan
diterjemahkan menjadi ‘Allah-Allah’ atau ‘Gods’ (Inggris), melainkan tetap
diterjemahkan dengan kata ‘Allah’ atau ‘God’ (Inggris).

24

Jadi sejak awal, secara implisit, Allahnya Alkitab itu sudah bersifat
unik – tidak ada duanya – tidak ada persamaannya. Yesaya menulis: “Jadi
dengan siapa hendak kamu samakan Allah ? . . .”, Yesaya 40:18.
4.

‘Pada mulanya’ , dalam Kejadian 1:1.
Kata ini dalam bahasa aslinya mengandung makna waktu. Sedangkan
waktu dalam pemahaman ini adalah kekekalan masa lampau, karena manusia
tidak tahu berapa jauhnya masa lampau itu. Melihat rangkaian kata itu dalam
kalimatnya, maka kata ‘pada mulanya’ itu, bukanlah keterangan untuk kata
Allah, melainkan keterangan untuk kata-kata ‘langit dan bumi’.

5. ‘Pada mulanya Allah’, dalam Kejadian 1:1.
Kata-kata ini membawa pemahaman bahwa Allah terkait dengan masa
lalu. Tetapi karena kata ‘pada mulanya’ itu lebih menunjuk sebagai
keterangan untuk kata-kata ‘langit dan bumi’, menjadi jelaslah pemahaman
bahwa Allah itu sudah ada sebelum dimulainya ukuran kekekalan masa
lampau itu. Waktu itu memang menunjuk pada kefanaan akibat dosa. Jadi
sebelum ada ide tentang waktu, Allah sudah ada.
Pernyataan Alkitab tentang ‘pada mulanya Allah’ itu ternyata
merupakan pernyataan tegas dari Allah sendiri untuk menihilkan isme-isme
tentang allah lainnya, misalnya:
a. ‘Pada mulanya Allah’; menihilkan atheisme.
b. ‘Pada mulanya Allah’; menihilkan animisme.

25

c. ‘Pada mulanya Allah’; menihilkan polytheisme.
d. ‘Pada mulanya Allah’; menihilkan dualisme.
6. ‘Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi’, Kejadian 1:1.
Ayat ini sungguh-sungguh menunjukkan kedaulatan Allah dalam
bertindak. Di dalam Allah-lah segala takdir berawal, sebab Ia maha kuasa dan
sekaligus berdaulat. Tetapi orang tidak boleh memikirkan takdir sedemikian
rupa sehingga Allah ditempatkan sebagai penguasa lalim yang semena-mena
menetapkan nasib (fatum, Latin) seseorang – fatalisme. Orang seperti itu
tidak memahami keseluruhan sifat-sifat Allah. Penafsiran seperti itu sungguh
amat naif dan menyesatkan banyak orang. Allah harus dilihat dari seluruh
sudut pandang yang diperkenankan oleh Alkitab. Untuk itulah Alkitab ada
dan Kejadian 1:1 ini baru merupakan awal perkenalan tentang Allah.
Masih ada pemahaman-pemahaman lain lagi dengan kata ‘mencipta’
dan ‘langit dan bumi’. Tetapi karena uraian ini lebih tertuju pada
pengungkapan tentang Allah, maka pemahaman yang berkaitan dengan katakata tersebut belum perlu diuraikan disini.
Pernyataan Alkitab tentang ‘pada mulanya Allah menciptakan langit
dan bumi’, ternyata merupakan pernyataan tegas dari Allah untuk menihilkan
isme-isme filosofies yang membinasakan umat manusia, misalnya:
a. ‘Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi’; menihilkan
fatalisme.

26

Paham fatalisme ini meyakini bahwa nasib manusia itu
ditentukan oleh penentuan yang ada diluar dirinya sendiri, tanpa ia
dapat mengubahnya lagi. (Catatan: Apa bedanya dengan paham
Predestinasi dalam Calvinisme?). Penentuan nasib manusia menurut
fatalisme itu datang dari kekuatan alam semesta itu sendiri.
Dengan adanya Kejadian 1:1 ini, paham fatalisme itu
dinihilkan. Alam semesta ini diciptakan oleh Allah. Jadi bukan alam
semesta yang menentukan nasib manusia. Juga Allah pencipta alam
semesta ini adalah Allah yang penuh kasih, 2 Petrus 3:9. Didalam
Allah tidak ada bentuk fatalisme.
b. ‘Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi’; menihilkan
paham evolusi.
Paham evolusi ini menyakini bahwa terjadinya mahluk hidup
itu merupakan suatu kebetulan dalam alam semesta, sehingga tercipta
satu sel hidup. Sel hidup tersebut kemudian berevolusi pada tingkat
yang lebih tinggi. Muncullah species-species mahluk hidup. Species
akhirnya adalah manusia.
Dengan adanya Kejadian 1:1 ini, paham evolusi itu dinihilkan.
Allahlah yang menciptakan mahluk hidup itu. Mahluk hidup ciptaan
itu adalah mahluk hidup yang sempurna menurut speciesnya masingmasing.

27

c. ‘Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi’; menihilkan
pantheisme.
Pantheisme ini mengidentikkan Allah dengan alam. Sedangkan
Kejadian 1:1 menegaskan bahwa alam ini adalah ciptaan Allah. Jadi
alam ini bukanlah Allah.
d. ‘Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi’; menihilkan
materialisme.
Kejadian 1:1 ini hanya dapat diterima dengan iman, bukan
ratio. Mengapa? Karena ratio manusia itu amat terbatas, sesuai dengan
keterbatasan substansi manusia itu sendiri. Catatan: Deisme nanti akan
disangkal Alkitab dalam Kejadian pasal 2.
7. Kesimpulan.
Awal pernyataan Allah tentang diriNya sendiri dalam Kejadian 1:1 ini
sungguh-sungguh merupakan dasar utama pengenalan akan Allah yang benar
itu. Beberapa kesimpulan penting dari Kejadian 1:1 ini, antara lain:
a. Allah memperkenalkan diriNya secara bertahap dan progresif kepada
manusia.
b. Allah itu maha kuasa. Kemaha-kuasaan itu nyata dengan tegas ketika
Ia mencipta. Allah dengan kemaha-kuasaanNya itu adalah Sang
Pencipta, Khalik.

28

c. Kata ‘Allah’ itu sendiri tak dapat menampung keseluruhan idea dari
kata ELOHIM di dalamnya.
d. Allah itu unik – tidak ada duanya – tidak ada persamaannya.
e. Allah itu sudah ada sebelum ada waktu.
f. Allah itu berdaulat penuh. Di dalam Allah-lah segala takdir itu
berawal. Tetapi kedaulatanNya itu tidaklah menyuburkan fatalisme,
sebab sifat-sifat utama lainnya dari Allah masih belum dibicarakan
dan Kejadian 1:1 itu barulah awal perkenalan.
g. Allahnya Alkitab itu sungguh-sungguh menihilkan segala macam isme
filosofis manusia yang mencoba menentangNya.
h. Allahnya Alkitab itu hanya dapat dipahami lewat iman.

C. Hakekat Allah – Ada.
Keberadaan atau eksistensi Allah sudah dibicarakan, bahkan Allah sendiri
sudah mulai menyatakan diriNya kepada manusia. Kini muncul pernyataan,
bagaimanakah sebenarnya sifat hakekat atau substansi Allah itu? Kalau
eksistensinya saja sudah merupakan suatu pergumulan iman dan butuh penegasan
Allah sendiri, apalagi manusia akan membicarakan hakekat atau substansiNya.
Untuk memahaminya, maka Allah sendirilah yang mempersiapkan segala sesuatu
dan memberi informasi yang cukup bagi manusia untuk mengenal siapa ia
sebenarnya.
1. Allah menciptakan langit dan bumi dan segala isinya, (Kejadian 1:1-2:3).

29

Sangat jelas bahwa dengan kedaulatan dan kemaha-kuasaan-Nya,
Allah menciptakan langit dan bumi. Dari ayat-ayat ini jelas bahwa dalam
kisah pertama penciptaan itu hanyalah ‘kata atau nama Allah’ yang disebutsebut sebagai pencipta. Bahkan tiga puluh lima kali kata ELOHIM itu
disebut-sebut dalam ayat-ayat ini.
2. Allah mulai memperkenalkan ‘pribadiNya’ kepada manusia, (Kejadian
2:4).
Ayat ini membuka sebuah tahap baru untuk mengenal Allah lebih baik
lagi. Ternyata ayat ini mengungkapkan bahwa yang menciptakan langit dan
bumi itu adalah TUHAN ALLAH – YEHOVA ELOHIM (berkembang dari
istilah ALLAH – ELOHIM, Kejadian 1:1-2:3, menjadi istilah TUHAN
ALLAH – YEHOVA ELOHIM).
Penjelasan awal dari perkembangan istilah dalam ayat ini yakni:
Didalam sifat kedaulatan dan kemaha-kuasaanNya itu, Allah mulai
memperkenalkan pribadiNya, yakni TUHAN – YEHOVA. Tahap baru
memperkenalkan diriNya itu adalah untuk memulai memperkenalkan
‘pribadi’Nya kepada manusia.
3. Pribadi Allah dalam hubungannya dengan manusia, dikenal dengan
nama: TUHAN, (Kejadian 2:4-3:24).
Karena manusia ‘mahkota ciptaan’ Nya sendiri, maka Allah
memperkenalkan pribadiNya. Jadi pribadi Allah itu diperkenalkan dalam
hubungan Allah yang khusus dengan manusia. Keberadaan – eksistensi Allah

30

dapat dikenal secara umum lewat wahyu umum, tetapi pribadi Allah hanya
dapat dikenal khusus dalam hubunganNya dengan manusia, lewat wahyu
khusus. Dalam pribadi Allah itulah manusia dapat memahami hakekat atau
substansiNya.
Perkenalan pribadiNya kepada manusia juga secara bertahap. Eksposisi
Kejadian 2:4-3:24 menggambarkannya:
Kejadian 2:4;
Allah mulai memperkenalkan bahwa dibalik kedaulatan dan
kemahakuasaan-Nya, ternyata ada pribadi Illahi yang namaNya:
TUHAN. Terdapat kesan bahwa istilah Allah itu menunjuk pada
lembaga Illahi. Sedangkan istilah TUHAN itu menunjuk pada
nama pribadi. Jadi istilah gabungan TUHAN ALLAH itu menunjuk
pada ‘lembaga Illahi yang berpribadi’.
Kejadian 2:4-7;
Walaupun ada kesan bahwa cerita penciptaan dalam pasal satu
diulangi lagi disini, tetapi jelas bahwa fokusnya hanya kepada
manusia itu sendiri. Kalau penciptaan manusia dalam pasal satu itu
bersifat umum dalam suatu kerangka universal, dalam pasal dua ini
dijelaskan secara khusus hubungan istimewa manusia itu dengan
TUHAN Allah. Hubungan istimewa itu adalah ‘neshamah – nafas
hidup – roh manusia’, Kejadian 2:7, yang sebenarnya berasal dari

31

TUHAN Allah. Sebelum manusia diciptakan, TUHAN Allah
mempersiapkan suatu kehidupan alamiah bagi manusia.
Kejadian 2:8-9;
TUHAN Allah mempersiapkan dan menempatkan manusia pada
tempat khusus – Eden – supaya manusia dapat hidup dengan baik.
Kejadian 2:10-14; .
TUHAN Allah memberi segala faslitas kepada manusia.
Kejadian 1:15-17;
TUHAN Allah memberi tugas dan hukum kepada manusia.
Kejadian 2:18;
TUHAN Allah merencanakan secara istimewa teman hidup bagi
manusia.
Kejadian 2:19-20;
TUHAN Allah mendidik manusia memahami arti kehidupan dan
menjadi dewasa.
Kejadian 2:21-22;
TUHAN Allah mewujudkan rencana istimewaNya itu bagi
manusia, yakni menciptakan isteri baginya.
Kejadian 2:23-25;

32

Manusia memahaminya dan hidup menurut rencana istimewa
TUHAN Allah itu.
Kejadian 3:1-24;
TUHAN Allah menyiapkan rencana keselamatan bagi manusia
yang jatuh ke dalam dosa.
Catatan: Ternyata ayat-ayat ini menihilkan keyakinan ‘Deisme’ itu.
Allah tidak sekedar mencipta lalu meninggalkan ciptaanNya itu untuk
berproses sendiri. Allah hadir dan aktif berperan dalam alam ciptaanNya;
lebih khusus lagi, dalam menyelamatkan umat manusia. Jadi, dengan
pengungkapan pribadi Allah melalui pernyataan Nama ‘TUHAN Allah’.
Deisme itu dinihilkan.
Jadi jelas sekali bahwa dalam hubungannya yang khusus dengan
manusia, Allah memperkenalkan pribadiNya dengan sebutan atau nama:
TUHAN – YEHOVAH. Hal ini lebih terbuka lagi setelah mempelajari seluruh
kitab Perjanjian Lama itu. Istilah Allah – ELOHIM hanya disebut 3.000-an
kali, sedangkan istilah TUHAN – YEHOVAH disebut 6.823 kali dalam Kitab
Perjanjian Lama itu. PribadiNyalah yang dikedepankan, bukan lembaga.
4. Hakekat TUHAN Allah itu, ‘ADA’ yang kekal, Keluaran 3:14-15.
Ketika Allah menyuruh Musa pergi ke Mesir untuk melepaskan orang
Israel dari cengkeraman kekuasaan Firaun, Musa menanyakan nama pribadi
Allah yang menyuruhNya, Keluaran 3:13. Pertanyaan itu penting, sebab
allah-allah Mesir, dari yang rendah sampai yang tertinggi, mempunyai nama.

33

Allah menjelaskan kepada Musa bahwa namaNya dalam bahasa Ibrani ditulis:
EHEYEH ASHER EHEYEH, yang dipendekkan menjadi EHEYEH. Dalam
bahasa Inggris diterjemahkan dengan I AM THAT (WHO or WHAT) I AM,
dipendekkan menjadi I AM. Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan AKU
ADA YANG AKU ADA, dipendekkan menjadi AKU ADA. Dari sinilah kata
Ibrani YAHWEH atau YEHOVAH itu berakar.
Kata-kata ini berarti: Aku adalah Dia yang Ada dengan sendirinya;
Dia yang kekal; Dia yang senantiasa ada dan senantiasa akan ada. Kata-kata
yang dipendekkan menjadi AKU ADA itu berarti: Dia yang senantiasa ada
dan hidup. Nama ini sama artinya dengan ‘YEHOVAH Yang Kekal’.
5. Dibandingkan dengan ‘ada’nya umat manusia, Yesaya 40:6-8.
Dibandingkan dengan ‘ada’nya Allah, maka eksistensi manusia hanya
diumpamakan seperti rumput. Dengan kata lain, TUHAN Yang Kekal itu
tidak dapat dibandingkan dengan eksistensi umat manusia yang fana itu.
6. Dibandingkan dengan ‘ada’nya alam semesta.
Eksistensi alam semestapun tidak sebanding dengan ‘ada’nya
TUHAN Allah . Alkitab memberi kesaksian, bahwa: Kejadian 1:1; TUHAN
Allah yang menciptakan langit dan bumi (universe – alam semesta) ini.
2 Petrus 3:7; TUHAN Allah yang memelihara langit dan bumi ini.
Matius 24:35; 2 Petrus 3:10-13; TUHAN Allah akan membinasakan langit
dan bumi ini; dan kemudian menciptakan langit dan bumi baru. Dengan kata
lain, eksistensi alam semesta ini tidak kekal seperti ‘ada’nya TUHAN Allah.

34

7. Kesimpulan.
Sebenarnya, berbicara tentang hakekat adalah berbicara tentang isi
filsafat, yakni bidang metafisika. Tetapi hakekat Allah itu tidak dapat
dipahami oleh kemampuan manusia menganalisa sekedar informasi wahyu
umum untuk mencari epistemologinya. Pengetahuan tentang Allah yang
menjadi ukuran kebenaran hanyalah didapat dari informasi wahyu khusus itu.
Sekali lagi, bukan oleh kesanggupan manusia menganalisa wahyu umum.
Sehigga nampak jelas bahwa hakekat Allah itu tidak dapat dipahami secara
filosofis melalui metafisikanya. Hanya Alkitablah yang memberi informasi
tentang hakekat Allah itu.
‘Pengkotbah’, orang berhikmat yang mencari hakekat kehidupan,
menulis: “Apa yang ada, itu jauh dan dalam, sangat dalam, siapa yang dapat
menemukannya?”, Pengkotbah 7:24. Kata ‘ada’ disini menunjuk pada akar
kata yang sama dengan ‘ada’ dalam Keluaran 3:14.
Jadi, menurut Alkitab, hakekat TUHAN Allah adalah ‘ADA’. Sifat
‘ADA’nya TUHAN Allah itu jauh berada diluar jangkauan analisa filosofis
manusia, yakni:
a. ADA – yang essensial, hakiki, substansi.
b. ADA – karena diri-Nya sendiri, bukan diadakan, self existent, Wahyu
16:5.
c. ADA – penyebab segala yang ada – cause prima, Roma 11:36.

35

d. ADA – Maha Ada, melebihi konsep manusia tentang ruang, Mazmur
139:5-12.
e. ADA – tidak terbatas, tidak berubah, kekal, Yakobus 1:17; Maleakhi
3:6; 2 Timotius 2:13.
f. ADA – melampaui konsep waktu akibat dosa, Keluaran 3:14; Ibrani
13:8; Wahyu 1:17; kekal.
g. ADA – kehidupan kekal; sumber kehidupan, Kisah Para Rasul 17:25,
28; Ayub 34:14-15.
h. ADA – suatu pribadi; Maha Pribadi.
i. ADA – creatio ex nihilo; sifat penciptaan Allah, Kejadian pasal satu –
mencipta dari yang tidak ada menjadi ada. Pandangan filosofi manusia
adalah ex nihilo fit – dari ketiadaan, tidak ada sesuatu yang jadi –
from nothing, nothing comes. Tetapi mustahil bagi manusia, bagi
Allah tidak mustahil. Dari hakekatNya sendiri, Allah mencipta sesuatu
dari yang nihil menjadi ada! Kejadian pasal satu.

D. Pribadi Allah
Allah yang berpribadi merupakan pernyataan agung Ilahi, sehingga
manusia tidak hanya mengenal Allah dalam bentuk kelembagaan yang biasanya
kaku, tetapi mengenalNya secara pribadi. Sebenarnya istilah ‘pribadi’ atau
‘oknum’ atau ‘person’ mengandung arti keadaan orang-perorangan yang dapat
dilihat dari seluruh sifat yang merupakan watak orang tersebut. Dengan istilah
‘pribadi’ ini, kita dapat mengenal seseorang lebih baik dan lebih dalam lagi. Jadi,
36

Allah sebagai pribadi adalah Allah yang menyatakan diriNya dalam seluruh
sifatNya, sehingga manusia mengenal siapa Dia.
1. Lembaga ke-Allahan dan Pribadi Allah.
Istilah ‘Allah’ adalah istilah umum diseluruh dunia, walaupun
dalam bentuk kata yang berbeda: EL (Ibrani); THEOS (Grika); DEUS
(Latin); GOD (Inggris); ALLAH; DEWA; (di Minahasa dikenal dengan
istilah ‘OPO’), dan lain-lain. Istilah Allah sebenarnya menunjuk pada
suatu pengertian tentang ‘lembaga’, yang mempunyai otoritas mutlak atas
seluruh alam semesta, dan kepadanya manusia menyembah. Bila dalam
agama-agama polytheisme, lembaga ke-Allahan itu memiliki begitu
banyak allah. Allah-allah ini masing-masing dengan sifat dan perannya
sendiri-sendiri. Ada allah yang khusus mengurus kematian – dewa maut.
Ada allah yang khusus mengurus hujan – dewa hujan, dan sederetan tugas
serta sifat ataupun peran. Tetapi Allah-nya Alkitab adalah suatu pribadi
(Maha Pribadi) Yang Esa. Maha Pribadi itu memiliki seluruh sifat Ilahi
yang ada. Jadi dalam lembaga ke-Allahan itu berdiam pribadi Yang Esa
dengan seluruh sifat Ilahi.
Lembaga manusia dapat terpisah dari pribadi manusia itu pada saat
ia mati. Tetapi lembaga ke-Allahan menurut Alkitab itu tidak dapat
dipisahkan dari Pribadi Allah, karena Allah itu hidup, dalam arti hidup
kekal.
2. Allah itu berpribadi.

37

Menarik sekaligus rumit, bila kita menyimak berbagai pandangan
yang berkembang sejak Gereja mula-mula tentang pribadi Allah. Pribadi
atau oknum atau Hypotasis (Grika) atau Persona (Latin). Bagaimana
bentuknya berbagai nuansa pandangan mereka itu tidak akan dibicarakan
dalam bagian ini. Tetapi yang terutama dibuktikan dulu dari Alkitab yakni
bahwa Allah itu berpribadi. Bukti-bukti Allah berpribadi yakni antara lain:
a. Sebagai Pribadi; Allah memperkenalkan NamaNya.
Ada bagian tersendiri membicarakan Nama Allah secara
luas dan mendalam. Allah Alkitab memperkenalkan NamaNya,
Keluaran 3:14; 6:1-2. Nama itu jelas menunjuk pada pribadi.
b. Sebagai Pribadi; Allah dikenal dengan pikiranNya, Mazmur
139:17; Yesaya 40:13; 50:9; Zakharia 1:6; 8:14-15; Kisah Para
Rasul 15:18; 1 Korintus 2:11, 16.\
Hasil berpikir adalah maksud, niat atau rencana. Jelas,
Alkitab berisi pikiran dalam bentuk rencana agung Allah untuk
keselamatan dan kesejahteraan manusia. Hanya orang-orang
rohanilah yang memahami rencana Allah itu.
c. Sebagai Pribadi; Allah dikenal dengan emosi atau perasaanNya.
Bentuk-bentuk perasaan itu amat, seperti: Kejadian 6:6,
menyesal; Keluaran 20:5; Ulangan 6:15, cemburu; Ulangan 1:37;
4:21; 9:8; 2 Raja-raja 17:18, murka; Mazmur 45:8; Ibrani 1:9,
mencintai atau membenci, dan lain-lain.

38

d. Sebagai

Pribadi;

Allah

dikenal

dengan

kehendak

atau

keinginanNya.
Kehendak atau keinginan Allah itu begitu jelas dalam
Alkitab Yosua 3:10, Allah sungguh-sungguh menepati janji-Nya.
Mazmur 115:3, Allah melakukan apa kehendakNya. 2 Petrus 3:9,
Allah tidak suka seorangpun binasa.

E. Keadaan dasar (nature) pribadi Allah.
Keadaan dasar manusia itu antara lain: lemah, tidak sempurna dan
seterusnya. Alkitab menyimpulkan bahwa keadaan dasar manusia adalah ‘daging’.
Dengan demikian kita mengenal siapa manusia itu. Demikian juga dengan Allah
jelas dari uraian diatas bahwa Allah itu berpribadi, tetapi pribadi itu amat luar
39

biasa bila keadaan dasar (nature) dan sifat-sifat (attributes)Nya dapat dipelajari.
Tidak ada kata yang tepat untuk mengungkapkan keadaan pribadi itu selain
menegaskan bahwa pribadi itu sungguh-sungguh melampaui kesanggupan daya
analisa manusia, sehingga hanya cocok disebut dengan ‘Maha Pribadi’. Dengan
tepat Paulus mulai memberi gambaran kepada orang-orang kafir, bahwa: “. . . kita
tidak boleh berpikir, bahwa keadaan Ilahi sama seperti emas atau perak atau batu
ciptaan kesenian dan keahlian manusia”, Kisah Para Rasul 17:29.
Alkitab menggambarkan keadaan dasar Allah sebagai berikut :
1. Allah itu adalah Roh a

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP SIKAP MASYARAKAT DALAM PENANGANAN KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS (Studi Di Wilayah RT 05 RW 04 Kelurahan Sukun Kota Malang)

45 393 31

HUBUNGAN IMPLEMENTASI PERAWAT TENTANG PATIENT SAFETY DENGAN RESIKO CEDERA PADA INFANT DAN TODDLER

38 264 22

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TENTANG DESAIN KEMASAN PRODUK DENGAN INTENSI MEMBELI

9 123 22

ANALISIS YURIDIS TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA MEREK AIR MINUM MINERAL "AQUA-versus-INDOQUALITY" (Studi Putusan Mahkamah Agung RI No. 04.PK/N/HaKI/2004)

2 65 91

HUBUNGAN ANTARA KONDISI EKONOMI WARGA BELAJAR KEJAR PAKET C DENGAN AKTIVITAS BELAJAR DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN PELAJARAN 2010/2011

1 100 15