Tugas Ekonomi Mikro Sejarah Ekonomi

Tugas Ekonomi Mikro
Sejarah Ekonomi
Sejarah perekonomian Indonesia adalah hal penting yang seringkali terabaikan
bahkan banyak yang tidak mengetahui bagaimana perkembangan perekonomian
Indonesia. Sejarah perekonomian merupakan masa dimana Negara kita telah melewati
asam manis nya perjalanan untuk sampai di titik yang sekarang ini. Kita harus
mempelajari rekam jejak perjalanan bangsa ini agar menjadi acuan bagi para penerus
bangsa Indonesia.
SEJARAH EKONOMI INDONESIA
Ekonomi ada sejak manusia menciptakan, memasok, serta mendistribusikan barang atau
jasa. Sebagian besar kegiatan perekonomian kala itu berbasis pada produk-produk pertanian.
Satuan unit shekel misalnya, berawal dari satuan yang digunakan untuk mengukur berat jelai.
Satuan ini kemudian dimanfaatkan untuk mengukur berat logam mulia seperti emas, perak, dan
tembaga.
Proses transaksi pun berlangsung sederhana, biasanya terjadi antara dua atau lebih orang
yang berhubungan sosial secara langsung. Sistem barter masih banyak digunakan. Seiring
dengan berkembangnya masyarakat, sistem ekonomi yang digunakan semakin kompleks.
Masyarakat Sumeria, misalnya, mengembangkan ekonomi skala besar berbasis uang komoditas.
Di tempat lain, bangsa Babilonia dan negara-kota di sekitarnya mengembangkan sistem utangpiutang, kontrak legal, dan hukum yang berkaitan dengan praktek bisnis serta properti
pribadi. Sistem yang dikembangkan bangsa Babilonia ini sudah maju, dan mendekati sistem
moderen yang digunakan di masa kini.



Abad Pertengahan

Sama seperti di masa kuno, di abad pertengahan kegiatan ekonomi juga masih berputar pada
perdagangan di bidang pertanian, dan barang-barang pokok, serta terjadi dalam kelompok sosial
tertutup. Namun, beberapa perkembangan terjadi, antara lain munculnya kelompok-kelompok
yang memberi modal bagi individu atau kelompok lain, terutama untuk bidang pelayaran, dan
pengembangan wilayah kekuasaan. Modal ini nantinya harus dikembalikan dalam bentuk
penjualan barang yang didapatkan dari negara jajahan. Proses peminjaman, dan penggantian
uang ini berujung pada perintisan bank, dan munculnya ekonomi global. Perdagangan saham
juga mulai dikenal, khususnya setelah tahun 1513 setelah pasar saham pertama di dunia dibuka
di Antwerpen.

Di abad ini, uang yang digunakan sudah berbentuk koin logam, khususnya di wilayah
Eropa, dan sekitarnya. Jenis logam yang digunakan mempengaruhi nilai uang tersebut, yang
paling populer adalah tembaga, perak, dan emas. Namun, mata uang yang digunakan kala itu
sangat beragam, dan semuanya berbeda-beda baik dalam segi bentuk, ukuran, berat, karat, dan
cetakannya. Namun


seiring

dengan

meningkatnya

jumlah

transaksi

finansial,

dan

berkembangnya perdagangan, perlahan mulai terjadi keseragaman dalam koin-koin logam ini,
dan memungkinkan terjadinya perdagangan antar-wilayah.
Petani merupakan pekerjaan yang paling umum. Mereka tersebar di berbagai manor,
mengabdi pada tuan yang berbeda-beda. Selain bertani, petani juga memelihara kambing. Tugas
mengurusi kambing biasanya dilakukan oleh wanita, antara lain menggunting rambutnya,
membuat wool, dan merajut pakaian. Pekerjaan lain yang juga populer adalah seniman, termasuk

mereka yang memproduksi komoditas dari kaca, kayu, tanah liat, dan besi. Terdapat pula
pekerjaan dalam bentuk jasa, antara lain dokter gigi, tukang cukur, guru, dan ahli bedah. Selain
itu ada pula kelas pedagang yang berkembang menjelang akhir abad pertengahan. Perkembangan
kelas pedagang ini mendorong majunya wilayah perkotaan.

Namun perkembangan ini terhambat ketika Kelaparan Besar, dan Wabah Kematian Hitam
merebak. Kelaparan Besar yang terjadi pada tahun 1315 menyebabkan kekacauan terhadap
sistem agraris, yang semakin mundur, dan akhirnya mati bersamaan dengan matinya desa, dan
kota-kota kecil yang mendukungnya. Kematian Hitam juga memberikan efek yang sama--jutaan
petani yang terinfeksi penyakit ini tewas. Akibat dari dua peristiwa ini adalah munculnya sistemsistem baru baik di bidang ekonomi maupun pertanian.


Era Modern Awal
Dengan semakin mudahnya mendapatkan modal untuk bertualang, dan memperluas daerah

jajahan, perekonomian di negara-negara Eropa seperti Spanyol, Perancis, Britania Raya, dan
Belanda berkembang sangat pesat. Mereka kemudian mencoba melakukan kontrol, dan proteksi
terhadap perdagangan dengan membuat bea cukai. Selain karena kemudahan modal,
perekonomian Eropa juga menguat akibat meluasnya paham sekularisme yang memungkinkan
negara-negara tersebut menggunakan harta gereja yang berlimpah untuk mengembangkan kota.

Kemajuan ini diikuti dengan kemunculan proyek-proyek ekonomi besar, antara lain yang dirintis

oleh Amschel Mayer Rothschild (1773-1885). Topik ekonomi mulai terfokus pada pengelolaan
harta masyarakat atau negara.


Revolusi Industri

Pada masa revolusi industri yang terjadi di abad ke-18, dan 19, perubahan besar terjadi di
bidang pertanian, manufaktur, pertambangan, dan transportasi. Hal ini mempengaruhi kondisi
sosial ekonomi, dan budaya di seluruh Eropa, Amerika Serikat, dan seluruh dunia. Paham
kapitalisme yang lebih bebas muncul menggantikan paham merkantilisme. Revolusi industri
sendiri terjadi karena peran dari berkembangnya ilmu ekonomi di abad ini.
Ilmu ekonomi saat itu dikembangkan oleh ilmuwan seperti Scotsman Adam Smith (17231790), yang kini diakui sebagai ekonom pertama di dunia. Ia memperkenalkan ide bahwa harga
sebuah produk tercipta dari hasil tarik menarik antara pasokan, dan permintaan serta pembagian
tenaga kerja. Ia berpendapat bahwa motif utama dari perdagangan adalah keuntungan diri
pribadi. Paham ini kemudian menjadi basis yang dikembangkan oleh berbagai ilmuwan
selanjutnya seperti Thomas Malthus (1766-1834) yang mengembangkan ide pasokan-permintaan
untuk memecahkan masalah populasi yang berlebihan. Berkat paham ini pula, orang mulai
berpikir untuk memproduksi barang, dan jasa secara besar-besaran.



Pasca Perang Dunia

Setelah dua Perang Dunia terjadi, dan perekonomian hancur akibatnya, pemerintah di
banyak negara mulai mencari-cari cara untuk mengontrol arah perekonomian. Beberapa ekonom
seperti Friedrich August von Hayek (1899-1992) dan Milton Friedman (1912-2006) melontarkan
ide tentang pentingnya sebuah perdagangan global yang bebas. Namun kala itu ide dari John
Maynard Keynes (1883-1946) diterima lebih luas. Keynes berpendapat bahwa pemerintah perlu
mengontrol pasar secara kuat. Keynes yakin bahwa pemerintah dapat menghapus masalah
ekonomi, dan mempercepat pertumbuhannya dengan melakukan manipulasi terhadap permintaan
agregat. Untuk menghormati pemikirannya, paham ini diberi nama Keynesianisme.
Menurut Keynes, Ekonomi pasar tidak memiliki mekanisme untuk memastikan bahwa semua
orang bisa bekerja, akibatnya pengangguran dapat terjadi. Keynes berpendapat bahwa negara
perlu melakukan intervensi, dan manipulasi terhadap permintaan, dan permintaan agregat untuk

mengurangi dampak negatif ini. Untuk melakukan hal tersebut, Keynes menekankan pentingnya
pemerintah untuk melakukan investasi. Jika pemerintah meningkatkan pengeluarannya, uang
yang beredar di masyarakat akan bertambah sehingga masyarakat akan terdorong untuk
berbelanja, dan meningkatkan permintaannya (sehingga permintaan agregat bertambah). Selain

itu, tabungan juga akan meningkat sehingga dapat digunakan sebagai modal investasi, dan
kondisi perekonomian akan kembali ke tingkat normal.
Pada tahun 1950-an, perekonomian Eropa, dan Amerika berkembang secara pesat. Periode ini
disebut sebagai periode Wirtschaftswunder yang diambil dari bahasa Jerman, yang berarti
"keajaiban ekonomi." Perkembangan pesat ini membawa satu jenis ekonomi baru: ekonomi
berbasis konsumsi massa. Paham ini semakin berkembang setelah John Kenneth Galbrait (1902006) memperkenalkan konsep yang diberi nama ekonomi pasar sosial pada tahun 1956.


Akhir Abad Ke-20 dan Awal Abad Ke-21

Tren ekonomi dunia berubah setelah perekonomian Uni Soviet yang menganut komunisme
runtuh. Banyak negara-negara Blok TImur yang berubah haluan dari komunisme ke ekonomi
berbasis pasar. Namun selain sistem ekonomi dari Barat tersebut, muncul sistem, dan konsepkonsep ekonomi lain yang berasal dari negara non-Barat seperti RRT, Brazil, dan India. Konsep
ekonomi non-barat ini dikenal dengan Istilah "masyarakat pasca-industri", sebuah istilah yang
diperkenalkan pada tahun 1973 oleh Daniel Bell.
Perkembangan, dan penyebaran Internet sebagai media komunikasi massa juga
mempengaruhi perkembangan ekonomi khususnya setelah tahun 2000-2001. Ide tentang sebuah
ekonomi berbasis Internet, dan informasi mulai dikembangkan. Hal ini disebabkan karena
internet telah memberikan pengaruh besar pada dunia perdagangan, dan memunculkan satu
bidang baru yang disebut sebagai bisnis elektronik.


Perkembangan Sejarah Ekonomi di Indonesia


Orde Lama (1945-1965)

Ciri-cirinya: Keadaan ekonomi mengalami stagflasi (stagnasi dan inflasi). Defisit saldo
neraca pembayaran dan defisit keuangan pemerintah sangat besar (1965 : defisit 200% APBN).

Jumlah pendapatan pemerintah rata-rata Rp 151 juta (’55-65), Orde Lama (1945 –
1965) sedangkan pengeluaran rata-rata 359 juta atau lebih dari 100% pendapatan. Kegiatan
sektor pertanian dan sektor industri manufaktur relatif terhenti karena keterbatasan kapasitas
produksi dan infrastruktur pendukung. Tingkat inflasi sangat tinggi, mencapai lebih dari 300 500% per tahun. Dalam sistem pemerintahan diterapkan beberapa sistem dari demokrasi liberal
(1949-1956), kemudian demokrasi terpimpin (1957-1965). Banyak terjadi konflik politik untuk
merebut kekuasaan di antara sejumlah partai, hal ini disebabkan oleh jumlah partai yang cukup
banyak. Adanya usaha untuk melakukan nasionalisasi terhadap perusahaan asing yang dulunya
milik pemerintah Belanda. Rata-rata pertumbuhan ekonomi selama dekade 1950-an 7%/tahun,
turun menjadi 1,9% pada tahun 1965-1966 bahkan nyaris terjadi stagflasi. Selama periode 50-an
struktur ekonomi Indonesia masih peninggalan zaman kolonialisme. Sektor yang mendominasi
pertambangan, distribusi, transportasi, bank, dan pertanian komersil.



Orde Baru (1966-1998)

Ciri-cirinya:
1. Orde baru memiliki perhatian kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui
pembangunan ekonomi dan sosial di tanah air.
2. Orde baru menjalin kerjasama dengan pihak barat dan menjauhi pengaruh ideologi
komunis.
3. Sebelum melakukan pembangunan Repelita, dilakukan pemulihan stabilitas ekonomi,
sosial, dan politik serta rehabilitasi ekonomi di dalam negeri.
Sasaran kebijakan terutama untuk menekan kembali tingkat inflasi, mengurangi defisit
keuangan pemerintah, dan menghidupkan kembali kegiatan produksi, termasuk ekspor yang
sempat mengalami stagnasi pada Orde Lama. Penyusunan rencana Pelita secara bertahap dengan
target-target yang jelas sangat dihargai oleh negara-negara Barat. Tujuan jangka panjang dari
pembangunan ekonomi pada masa Orde Baru : meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui
suatu proses industrialisasi dalam skala besar, yang pada saat itu dianggap sebagai satu-satunya
cara yang paling tepat dan efektif untuk menanggulangi masalah-masalah ekonomi, seperti
kesempatan kerja dan defisit neraca pembayaran.
1. Terjadi perubahan struktural dalam perekonomian Indonesia selama masa Orde Baru jika

dilihat dari perubahan pangsa PDB (Produk Domestik Bruto), terutama dari sektor
industri.

2. Kontribusi sektor industri sekitar 8% (1960) menjadi 12% (1983). Hal ini menunjukkan
terjadinya proses industrialisasi atau transformasi ekonomi dari negara agraris menuju
semiindustri.
3. Pada level meso (tengah) dan mikro, pembangunan tidak terlalu berhasil : jumlah
kemiskinan tinggi, kesenjangan ekonomi meningkat di akhir 90-an. Secara umum dalam
Orde Baru terjadi perubahan orientasi kebijakan ekonomi yang semula bersifat tertutup di
Orde Lama menjadi terbuka pada Orde Baru.
Perkembangan ekonomi masa Orde Baru lebih baik dari Orde Lama disebabkan oleh beberapa
faktor:
1. Kemauan Politik yang kuat dari pemerintah untuk melakukan pembangunan atau
melakukan perubahan kondisi ekonomi.
2. Stabilitas politik dan ekonomi yang lebih baik daripada masa Orde Lama. Pemerintah
Orde Baru berhasil menekan inflasi. Mereka juga berhasil menyatukan bangsa dan
kelompok masyarakat serta meyakinkan mereka bahwa pembangunan ekonomi dan sosial
adalah jalan satu-satunya agar kesejahteraan masyarakat di Indonesia dapat meningkat.
3. SDM di masa ORBA memiliki kemampuan untuk menyusun program dan strategi
pembangunan dengan kebijakan-kebijakan yang terkait serta mampu mengatur ekonomi

makro secara baik.
4. Sistem politik dan ekonomi terbuka yang berorientasi ke Barat. Hal ini sangat membantu
khususnya dalam mendapatkan pinjaman luar negeri, PMA dan transfer teknologi serta
ilmu pengetahuan.
5. Kondisi ekonomi dan politik dunia yang lebih baik. Selain terjadi oil boom (tingkat
produksi minyak dan harganya yang meningkat), juga kondisi ekonomi dan politik dunia
pada era ORBA khususnya setelah perang dingin berakhir, jauh lebih baik daripada
semasa ORLA.


Masa Pemerintahan Transisi

Ciri-cirinya:
1. Diawali dengan melemahnya nilai tukar baht Thailand terhadap USD pada Mei 1997,
sehingga para investor mengambil keputusan jual baht untuk beli USD.

2. Melemahnya baht merambah sampai ke mata uang Asia lainnya (Ringgit Malaysia
hingga Rupiah). Hal ini menyebabkan terjadinya krisis keuangan di Asia.
3. Nilai tukar Rupiah terus melemah terhadap USD, pemerintah melakukan intervensi
dengan memperluas rentang intervensi. Namun hal itu tidak banyak membantu

pemulihan nilai tukar rupiah thd USD. Pada Oktober 1997, pemerintah memutuskan
meminta bantuan keuangan pada IMF.
4. Paket bantuan I sebesar USD 40 Milyar diturunkan pada akhir Okt 1997. Bantuan
tersebut diikuti dengan persyaratan penutupan atau pencabutan izin usaha 16 bank swasta
yang dinilai tidak sehat. Setelah paket bantuan, justru nilai tukar Rp semakin melemah.
Akhirnya pemerintah membuat kesepakatan dengan IMF dalam bentuk Letter of Intent
(LoI) pada Januari 1998. LoI berisi 50 butir kebijakan mencakup ekonomi makro (fiskal
dan moneter), restrukturisasi sektor keuangan, dan reformasi struktural.
• Di bidang fiskal: penegasan penggunaan prinsip anggaran berimbang pada APBN, usaha
pengurangan pengeluaran pemerintah (menghilangkan subsidi BBM dan listrik), membatalkan
sejumlah proyek infrastruktur yang besar, serta peningkatan pendapatan pemerintah. Setelah
gagal dengan kesepakatan pertama, dibuat lagi kesepakatan baru pada Maret 1998 dengan nama
Memorandum Tambahan tentang Kebijakan Ekonomi dan Keuangan (MTKEK).
Memorandum tambahan itu antara lain :
1. Program stabilisasi, dengan tujuan utama menstabilkan pasar uang dan mencegah inflasi.
2. Restrukturisasi perbankan dengan tujuan untuk menyehatkan perbankan nasional.
3. Reformasi struktural dalam perekonomian.
4. Penyelesaian utang luar negeri swasta dengan melibatkan pemerintah.
5. Bantuan untuk rakyat kecil sebagai kompensasi penurunan subsidi BBM dan listrik. Pada
periode ini masih dipimpin oleh Soeharto, namun pada akhir Mei 1998, terjadi gerakan
mahasiswa untuk menurunkannya.
Soeharto kemudian digantikan oleh Habibie yang merupakan awal terbentuknya
pemerintahan transisi. Disebut dengan transisi karena seharusnya melakukan perubahan
(reformasi) terhadap apa yang sudah dilakukan pemerintahan sebelumnya, tetapi ternyata
pemerintahan yang baru ini masih dianggap bagian dari gaya Orde Baru dan tidak ada perubahan
yang nyata dalam perekonomian.



Orde Reformasi

Pemerintahan presiden BJ.Habibie yang mengawali masa reformasi belum melakukan
manuver-manuver yang cukup tajam dalam bidang ekonomi. Kebijakan-kebijakannya
diutamakan untuk mengendalikan stabilitas politik.
Pada masa kepemimpinan presiden Abdurrahman Wahid pun, juga tidak ada tindakan
yang cukup berarti untuk menyelamatkan negara dari keterpurukan. Padahal, ada berbagai
persoalan ekonomi yang diwariskan orde baru harus dihadapi, antara lain masalah KKN
(Korupsi, Kolusi dan Nepotisme), pemulihan ekonomi, kinerja BUMN, pengendalian inflasi, dan
mempertahankan kurs rupiah. Malah presiden terlibat skandal Bruneigate yang menjatuhkan
kredibilitasnya di mata masyarakat. Akibatnya, kedudukannya digantikan oleh presiden
Megawati.
Masa Kepemimpinan Megawati Soekarnoputri Masalah-masalah yang mendesak untuk
dipecahkan adalah pemulihan ekonomi dan penegakan hukum. Kebijakan-kebijakan yang
ditempuh untuk mengatasi persoalan-persoalan ekonomi antara lain :
Meminta penundaan pembayaran utang sebesar US$ 5,8 milyar pada pertemuan Paris
Club ke-3 dan mengalokasikan pembayaran utang luar negeri sebesar Rp 116.3 triliun.
Kebijakan privatisasi BUMN. Privatisasi adalah menjual perusahaan negara di dalam periode
krisis dengan tujuan melindungi perusahaan negara dari intervensi kekuatan-kekuatan politik dan
mengurangi beban negara. Hasil penjualan itu berhasil menaikkan pertumbuhan ekonomi
Indonesia menjadi 4,1 %. Namun kebijakan ini memicu banyak kontroversi, karena BUMN yang
diprivatisasi dijual ke perusahaan asing.
Di masa ini juga direalisasikan berdirinya KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), tetapi belum
ada gebrakan konkrit dalam pemberantasan korupsi. Padahal keberadaan korupsi membuat
banyak investor berpikir dua kali untuk menanamkan modal di Indonesia, dan mengganggu
jalannya pembangunan nasional.
Masa Kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono Kebijakan kontroversial pertama
presiden Yudhoyono adalah mengurangi subsidi BBM, atau dengan kata lain menaikkan harga
BBM. Kebijakan ini dilatar belakangi oleh naiknya harga minyak dunia. Anggaran subsidi BBM
dialihkan ke subsidi sektor pendidikan dan kesehatan, serta bidang-bidang yang mendukung
peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Kebijakan kontroversial pertama itu menimbulkan kebijakan kontroversial kedua, yakni
Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi masyarakat miskin. Kebanyakan BLT tidak sampai ke
tangan yang berhak, dan pembagiannya menimbulkan berbagai masalah sosial.
Kebijakan yang ditempuh untuk meningkatkan pendapatan perkapita adalah
mengandalkan pembangunan infrastruktur massal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi serta

mengundang investor asing dengan janji memperbaiki iklim investasi. Salah satunya adalah
diadakannya Indonesian Infrastructure Summit pada bulan November 2006 lalu, yang
mempertemukan para investor dengan kepala-kepala daerah.
Menurut Keynes, investasi merupakan faktor utama untuk menentukan kesempatan kerja.
Mungkin ini mendasari kebijakan pemerintah yang selalu ditujukan untuk memberi kemudahan
bagi investor, terutama investor asing, yang salahsatunya adalah revisi undang-undang
ketenagakerjaan. Jika semakin banyak investasi asing di Indonesia, diharapkan jumlah
kesempatan kerja juga akan bertambah.