SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI SEBAGAI SUBSTITUSI JAGUNG TERHADAP DAYA CERNA PROTEIN KASAR DAN BAHAN KERING AYAM PEDAGING JANTAN

  SKRIPSI

PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI

SEBAGAI SUBSTITUSI JAGUNG TERHADAP DAYA CERNA PROTEIN KASAR DAN BAHAN KERING

AYAM PEDAGING JANTAN

  Oleh : RAHMAWATI RIZKY HAPSARI NIM 060610188 FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2010

  

PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI SEBAGAI

SUBSTITUSI JAGUNG TERHADAP DAYA CERNA

PROTEIN KASAR DAN BAHAN KERING

AYAM PEDAGING JANTAN

  Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

  Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga

  Oleh RAHMAWATI RIZKY HAPSARI NIM 060610188

  Menyetujui Komisi Pembimbing,

  

PERNYATAAN

  Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi berjudul :

  

Pemanfaatan Tepung Limbah Tempe Fermentasi Sebagai Substitusi Jagung

terhadap Daya Cerna Protein Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantan

  Tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

  Surabaya, 19 Juli 2010 Rahmawati Rizky Hapsari

  NIM. 060610188 Telah dinilai pada Seminar Hasil Penelitian Tanggal : 9 Juli 2010 KOMISI PENILAI SEMINAR HASIL PENELITIAN Ketua : Dr. Dady S. Nazar, drh., M.Sc.

  Sekretaris : Herman Setyono, drh., M.S. Anggota : Retno Sri Wahyuni, drh., M.S. Pembimbing Utama : Dr. Hj. Sri Hidanah, Ir., M.S. Pembimbing Serta : Lilik Maslachah, drh., M.Kes.

  Telah diuji pada Tanggal : 15 Juli 2010 KOMISI PENGUJI SKRIPSI Ketua : Dr. Dady S. Nazar, drh., M.Sc.

  Anggota : Herman Setyono, drh., M.S.

  Retno Sri Wahyuni, drh., M.S. Dr. Hj. Sri Hidanah, Ir., M.S. Lilik Maslachah, drh., M.Kes.

  Surabaya, 19 Juli 2010 Fakultas Kedokteran Hewan

  Universitas Airlangga Dekan, Prof. Hj. Romziah Sidik, drh., PhD.

  NIP 195 312 161 978 062 001

  

THE USE OF FERMENTATION RECYCLE FLOUR SOYBEAN

FERMENTED CAKE (TEMPE) AS CORN SUBSTITUTION

TO CRUDE PROTEIN AND DRY MATTER

DIGESTIBILITY OF BROILER

  Rahmawati Rizky Hapsari

  

ABSTRACT

  The purpose of this study was to know the use of fermentation recycle flour soybean fermented cake (tempe) as corn substitution to crude protein and dry matter digestibility of broiler. This study used 24 samples of broiler and it was treated by fermentation recycle flour soybean fermented cake (tempe). The samples was classified into four groups and six replications. This research used Completely Randomized Design method. P0 as a control, did not use recycle flour soybean fermented cake (tempe), P1 used 5%, P2 used 10% and P3 used 15%. The time of this experiment was two weeks. The result of this research showed that the use of fermentation recycle flour soybean fermented cake (tempe) as corn substitution to crude protein and dry matter digestibility of broiler was not different significantly with control. The conclution of this research was recycle flour soybean fermented cake (tempe) could use as substitution of corn on maximal percentage mixed broiler feed.

  

Key word : recycle flour soybean fermentation, corn substitution, crude protein

digestibility, dry matter digestibility, broiler.

UCAPAN TERIMA KASIH

  Puji syukur Kehadirat Allah SWT atas karunia yang telah dilimpahkan

sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan skripsi dengan

judul Pemanfaatan Tepung Limbah Tempe Fermentasi Sebagai Substitusi

Jagung terhadap Daya Cerna Protein Kasar dan Bahan Kering Ayam

Pedaging Jantan.

  

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Allah SWT yang telah memberi rakhmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  

2. Prof. Hj. Romziah Sidik, drh., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga atas kesempatan mengikuti pendidikan di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga.

  3. Dr. Hj Sri Hidanah, Ir., M.S. sebagai pembimbing utama sekaligus project

  director penelitian ini yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

  ikut serta dalam penelitian dan juga memberi bimbingan, nasehat, motivasi serta masukan selama penyusunan skripsi ini.

  4. Lilik Maslachah, drh., M.Kes. sebagai pembimbing serta yang telah bersedia memberikan bimbingan, saran serta nasehat dalam penyusunan skripsi ini.

  5. Dr. Dady S. Nazar, drh., M.Sc., selaku ketua penguji, Herman Setyono, drh., M.S., selaku sekretaris penguji dan Retno Sri Wahyuni, drh., M.S., selaku

  6. Mochammad Lazuardi, drh., M.Si., selaku dosen wali yang telah memberi dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

  

7. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga atas

bimbingan dan dorongan semangat serta motivasi selama mengikuti pendidikan di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga.

  8. Seluruh staf Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu Peternakan dan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran Hewan, atas bantuan dalam proses penelitian ini.

  

9. Kedua orangtua penulis, Ayah Estu Wahjudi dan Ibu Endang Sri Hartati, Kakak

penulis Rahmat Heri Priyasatya dan Novita Indriastuti, serta segenap keluarga yang selalu memberikan bantuan doa, dukungan dan motivasi selama ini.

  10. Teman-teman penelitian Mbak Ustadzah, Lyla, Reny dan Putri. Teman-teman seperjuangan Agatha, Luluk, Linda, Indira, Dinar, Ria dan teman-teman angkatan 2006 lainnya yang telah banyak memberi dorongan dan semangat kepada penulis.

11. Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu-persatu yang telah banyak membantu penulis hingga selesainya penulisan ini.

  Akhirnya, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

  Surabaya, 19 Juli 2010 Penulis

  

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... i HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................... ii HALAMAN IDENTITAS ..............................................................................

  iii

  ABSTRACT ................................................................................................... v UCAPAN TERIMA KASIH ......................................................................... vi DAFTAR ISI .................................................................................................. viii DAFTAR TABEL ........................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG ...................................................... xii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................

  1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................. ........

  4 1.3 Landasan Teori ..............................................................................

  4 1.4 Tujuan Penelitian......... ..................................................................

  6 1.5 Manfaat Penelitian .........................................................................

  6 1.6 Hipotesis Penelitian .......................................................................

  7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Ayam Pedaging ..............................................................

  8 2.2 Tinjauan Ransum Ayam Pedaging ................................................

  10 2.3 Tinjauan Limbah Tempe ...............................................................

  12 2.4 Tinjauan Fermentasi ......................................................................

  13 2.4.1 Aspergillus niger ..................................................................

  13 2.4.2 Lactobacillus sp ...................................................................

  14 2.5 Tinjauan Jagung ...........................................................................

  16 2.6 Daya Cerna Bahan Pakan .............................................................

  16 2.6.1 Daya cerna bahan kering....................................................

  18 2.6.2 Daya cerna protein kasar............................................... .....

  20 BAB 3 MATERI DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................

  22 3.2 Materi Penelitian ...........................................................................

  22 3.2.1 Hewan percobaan ................................................................

  22 3.2.2 Bahan penelitian ...................................................................

  22 3.2.3 Alat penelitian .....................................................................

  23 3.3 Metode Penelitian .........................................................................

  24

  3.3.2 Persiapan hewan coba ..........................................................

  25 3.3.3 Perlakuan pada hewan coba .................................................

  25 3.4 Rancangan Penelitian ....................................................................

  28 3.5 Variabel Penelitian ........................................................................

  28 3.5.1 Variabel bebas ......................................................................

  28 3.5.2 Variabel tergantung ..............................................................

  28 3.5.3 Variabel kendali ...................................................................

  28 3.6 Parameter Penelitian .....................................................................

  28 3.7 Analisis Data ................................................................................

  30 3.8 Bagan Alur Penelitian ...................................................................

  31 BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Daya Cerna Protein Kasar .............................................................

  32 4.2 Daya Cerna Bahan Kering ...........................................................

  33 BAB 5 PEMBAHASAN 5.1 Daya Cerna Protein Kasar .............................................................

  34 5.2 Daya Cerna Bahan Kering ............................................................

  35 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ...................................................................................

  38 6.2 Saran .............................................................................................

  38 RINGKASAN .................................................................................................

  39 DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

  41 LAMPIRAN ....................................................................................................

  47

  DAFTAR TABEL Tabel Halaman

  2.1. Persyaratan mutu standar ransum ayam pedaging fase finisher

  10 sesuai SNI ……………….........................................................

  12 2.2. Komposisi kimiawi limbah tempe ….........…....................…...

  2.3. Komposisi kimiawi jagung .......................................................

  16

  3.1. Komposisi pakan perlakuan ayam pedaging fase finisher

  26 .…...

  3.2. Kandungan gizi masing-masing ransum perlakuan .

  26 ……..........

  4.1. Rata-rata dan simpangan baku daya cerna bahan kering beserta data t 32 ransformasi √y.....................................................................

  4.2. Rata-rata dan simpangan baku daya cerna protein kasar beserta data transformasi √y...….....……………………………….......... 33

  

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman 1. Proses fermentasi tepung limbah tempe ............................................

  48 2. Komposisi KBR 2 Produksi PT. Wonokoyo Jaya Corporindo ........

  49

  3. Prinsip, bahan, alat dan cara kerja analisis proksimat bahan kering.. 50 4. Prinsip, bahan, alat dan cara kerja analisis proksimat protein kasar..

  51 5. Komposisi multivitamin Vita Stress produksi PT. Medion.............

  53

  6. Komposisi pakan perlakuan fase finisher dengan kandungan tepung limbah tempe fermentasi yang berbeda .............................................

  54 7. Kandungan nutrisi bahan pakan perlakuan.......................................

  55

  8. Data rata-rata konsumsi pakan dua minggu terakhir penelitian per ekor per hari (gram)...................................................................... 56

  9. Data rata-rata berat ekskreta pada minggu terakhir penelitian per ekor per hari (gram) .....................................................................

  57

  10. Hasil analisis proksimat protein kasar dan bahan kering ekskreta per ekor per hari (%)..................................................................... .....

  58

  11. Data daya cerna protein kasar (%) dan data transformasi √y daya cerna protein kasar .............................................................................

  59

  12. Penghitungan statistik persentase daya cerna protein kasar ayam pedaging dengan Anova.....................................................................

  60

  13. Data daya cerna protein kasar (%) dan data transformasi √y daya cerna bahan kering.............................................................................

  62 14. Penghitungan statistik persentase daya cerna bahan kering ayam pedaging dengan Anova ....................................................................

  63

SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG

  ANOVA : Analysis of Variant RAL : Rancangan Acak Lengkap SD : Standart Deviation SPSS : Statistical Program and Service Solution º C : Derajat Celsius % : persentase BK : Bahan Kering kg : Kilogram pH : power of Hidrogen PK : protein kasar dkk : dan kawan-kawan

  et al. : et alii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Pertambahan populasi penduduk, urbanisasi serta peningkatan pendapatan masyarakat di negara berkembang termasuk Indonesia dalam dua dasa warsa ke depan akan sangat pesat. Hal ini berdampak terhadap peningkatan kebutuhan pangan termasuk produk peternakan (FAO, 2002). Peningkatan kebutuhan pangan bukan hanya disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan, namun juga disebabkan oleh perubahan pola konsumsi masyarakat termasuk diantaranya perubahan konsumsi protein nabati ke protein hewani (Kariyasa, 2003). Oleh sebab itu Pemerintah bersama industri pangan harus saling bekerjasama dalam membuat kebijakan serta rencana investasi jangka panjang yang memungkinkan terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan pangan, perbaikan nutrisi, dan pendapatan masyarakat serta menjaga kesehatan masyarakat luas (Purwanto, 2002).

  Menurut Pius (1999) semenjak munculnya krisis ekonomi moneter bulan Juli 1997, kondisi peternakan unggas yang merupakan salah satu penyedia kebutuhan pangan masyarakat mengalami penurunan drastis. Salah satu penyebab keruntuhan industri unggas tersebut adalah meningkatnya harga pakan ternak yang mempunyai kontribusi 70 - 80 % dari biaya produksi.

  Keuntungan yang memadai merupakan tujuan peternak, sehingga perlu dicari cara agar biaya produksi terutama masalah pakan dapat ditekan, diantaranya pertumbuhan ayam dan kontrol terhadap pemberian ransum di kandang. Selain itu peternak juga bisa menekan harga pakan dengan membuat ransum unggas sendiri (Arif, 2005).

  Ransum merupakan komponen penting dalam produksi ayam pedaging karena tingkat kualitas dan kuantitasnya menentukan produk akhir (Asmara dkk., 2009). Jagung merupakan bahan baku utama pembuatan pakan ayam ras dengan kontribusi mencapai 51,4 % total bahan baku yang digunakan (Tangendjaja dkk., 2002). Namun mengingat laju produksi jagung di Indonesia ini lambat, maka impor menjadi hal yang tidak bisa dihindari dan munculah dampak bahwa jagung impor bersaing dengan jagung produksi domestik ( Kariyasa, 2003).

  Perlu dilakukan suatu tindakan mencari bahan-bahan alternatif lain yang berpotensi menjadi bahan pakan penyusun ransum ayam pedaging. Syarat pemilihan bahan pakan yang dapat digunakan sebagai ransum ayam pedaging adalah mudah didapat, harga terjangkau, tidak bersaing dengan manusia, tidak beracun dan mengandung zat makanan yang dibutuhkan oleh ternak itu sendiri (Sunarso dan Christiyanto, 2009). Salah satu alternatif tersebut adalah dengan memanfaatkan limbah pabrik tempe berupa kulit biji kacang kedelai yang diolah menjadi bentuk tepung. Penggunaan tepung limbah tempe ini dikarenakan potensinya sebagai sumber energi dan mempunyai keunggulan dalam menekan kadar kolesterol dan akumulasi lemak tubuh pada ternak (Piliang, 1997). Di samping itu, serat yang dikandung dapat mengurangi absorbsi lemak sehingga simpanan lemak dan kadar kolesterol produk dapat ditekan, dapat meningkatkan densitas volume epitel dan vilus di daerah jejunum, ileum, dan usus halus (Lundin dkk., 1993).

  Penggunaan 15 % tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai penyusun ransum unggas (Sukada dkk ., 2006 ).

  K

  omposisi kimia tepung limbah tempe terdiri dari bahan kering 75 - 91 %, protein kasar 12.0 %, lemak kasar 1.9 %, abu 4.6 %, dan serat kasar 40 % (Murni dkk., 2008). Kandungan serat kasar yang tinggi merupakan salah satu faktor pembatas penggunaan tepung limbah tempe sebagai penyusun ransum unggas karena koefisiensi kecernaan serat kasar tidak lebih dari 4% (Siswantoro, 1999; Sukada dkk., 2006).

  Alternatif untuk menurunkan kadar serat kasar adalah dengan cara fermentasi, sehingga bahan makanan akan mengalami perubahan-perubahan fisik yang menguntungkan antara lain rasa, tekstur, kecernaan dan daya tahan terhadap penyimpanan (Rahayu dkk ., 2001).

  Proses fermentasi pada tepung limbah tempe dengan menggunakan

  6

  8 Aspergillus niger dan Lactobacillus sp (10 - 10 /cc) masing - masing sebanyak 0,5%

  dan 3% terbukti dapat meningkatkan protein kasar yang semula hanya 12% menjadi 15% dan menurunkan kadar serat kasar dari 44% menjadi 40% (Hidanah dkk, 2009).

  Berdasarkan hal tersebut di atas, timbul inisiatif untuk mengaplikasikan bahan pakan alternatif yaitu tepung limbah tempe hasil fermentasi sebagai substitusi jagung pada ransum sehingga dapat mengurangi pemakaian bahan pakan jagung namun tetap memberi pengaruh yang baik terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan yang pada akhirnya dapat menekan biaya produksi dalam usaha peternakan.

  1.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang dapat disajikan adalah :

  1. Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebanyak 5 % , 10 %, dan 15 % pada ransum unggas berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar pada ayam pedaging jantan ?

  2. Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebanyak 5 % , 10 %, dan 15 % pada ransum unggas berpengaruh terhadap daya cerna bahan kering pada ayam pedaging jantan ?

  1.3 Landasan Teori

  Limbah tempe merupakan salah satu hasil limbah industri yang masih belum banyak dimanfaatkan untuk kepentingan dunia peternakan dalam hal pakan ternak khususnya unggas. Tepung limbah tempe memiliki kandungan serat kasar yang cukup tinggi yaitu 44%, protein kasar 12%, bahan kering 95% dan kadar abu 3% (Hidanah dkk., 2009).

  Pakan ternak yang mengandung serat kasar tinggi dan protein kasar rendah dapat menurunkan produktivitas ternak sehingga perlu dilakukan pengolahan lebih lanjut (Rachmawan, 2001).

  Upaya untuk menurunkan kadar serat kasar dapat dilakukan dengan cara pengukusan dan fermentasi. Pengukusan dapat menurunkan serat kasar karena adanya perombakan ikatan lignoselulosa menjadi lignin dan selulosa (Basyir, 1999).

  Beberapa jenis kapang yang sering dipergunakan untuk fermentasi antara lain

  Aspergillus niger , Rhizopus oligosphorus (kapang tempe), dan Neurospora crassa

  (kapang oncom merah). Pada proses fermentasi, kapang merubah senyawa - senyawa yang terkandung dalam substrat untuk pertumbuhan dan pembentukan protein, sehingga produk fermentasi merupakan bahan pakan dengan kandungan protein yang lebih tinggi. Selain itu terjadi juga perombakan bahan - bahan yang kompleks menjadi lebih sederhana sehingga mudah dicerna dan diserap oleh ternak (Rokhmani, 2009).

  Proses fermentasi pada tepung limbah tempe menggunakan Aspergillus

  niger 0,5 % dan Lactobacillus sp 3% dapat meningkatkan protein kasar yang semula

  12 % menjadi 15 % , menurunkan kadar serat kasar yang semula 44 % menjadi 40 % ( Hidanah dkk., 2009 ).

  Tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kandungan serat kasar 40,1 %, protein kasar 15,2 %, bahan kering 94 % dan abu 3 % (Hidanah dkk., 2009).

  • – Kandungan serat kasar, protein kasar, bahan kering dan abu pada jagung berturut
turut 2,2 %, 8,9 %, 86,0 % dan 1,7 % (Setyono dkk, 2007). Kelemahan tepung limbah tempe fermentasi adalah kandungan serat kasarnya lebih tinggi dibandingkan dengan jagung sehingga ada kemungkinan lebih sulit dicerna oleh ayam, tetapi tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kelebihan pada kandungan protein dan bahan kering yang lebih tinggi dari jagung sehingga diharapkan tepung limbah tempe fermentasi layak dijadikan sebagai substitusi jagung (Sukada dkk.,2006).

1.4 Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk :

  1. Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5%, 10% dan 15% sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan.

  2. Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5%, 10% dan 15% sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan.

  1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada peternak bahwa tepung limbah tempe fermentasi dapat dimanfaatkan sebagai substitusi jagung untuk ransum ayam pedaging.

1.6 Hipotesis Penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka hipotesis penelitian yang dapat diajukan adalah:

  1. Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5%, 10% dan 15% sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan.

  2. Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5%, 10% dan 15% sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Ayam Pedaging

  Ayam pedaging yang disebut juga broiler merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari beberapa bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi terutama dalam memproduksi daging ayam. Ayam pedaging mempunyai beberapa sifat antara lain kualitas daging baik, laju pertumbuhan dan pertambahan berat badan cepat, warna kulit kekuningan, warna bulu putih, konversi pakan rendah, kaki tidak mudah cacat, cenderung tenang, daya hidup tinggi (95%), dan kemampuan membentuk karkas tinggi. Salah satu kelebihan ayam pedaging yang telah diketahui masyarakat saat ini adalah masa pemeliharaannya singkat yaitu lima sampai enam minggu dengan berat 1,8 – 2 kg per ekor (Jaelani, 2006).

  Sistem pencernaan unggas berbeda dari sistem pencernaan mammalia, unggas tidak mempunyai gigi untuk memecah makanan secara fisik. Lambung kelenjar pada unggas disebut proventrikulus. Antara proventrikulus dan mulut terdapat suatu pelebaran kerongkongan disebut tembolok. Makanan disimpan untuk sementara waktu dalam tembolok dengan tujuan makanan dilunakkan sebelum menuju ke proventrikulus. Makanan secara cepat melalui proventrikulus ke ventrikulus atau empedal. Fungsi utama empedal adalah untuk menghancurkan dan menggiling makanan kasar (Anggorodi, 1985).

  Unggas mengambil makanannya dengan paruh, makanan tersebut disimpan dalam tembolok untuk dilunakkan dan dicampur dengan getah pencernaan proventrikulus kemudian digiling dalam empedal. Tidak ada enzim pencernaan yang dikeluarkan oleh empedal unggas. Fungsi utama empedal adalah untuk memperkecil ukuran partikel makanan, kemudian makanan bergerak melalui lekukan usus yang disebut duodenum yang secara anatomis sejajar dengan pankreas. Pankreas mempunyai fungsi penting dalam pencernaan unggas seperti halnya pada spesies lainnya. Pankreas menghasilkan getah yang mengandung enzim amilolitik, lipolitik dan proteolitik yang memiliki fungsi masing-masing untuk menghidrolisa pati, lemak, proteosa dan pepton (Anggorodi, 1985).

  Bahan makanan bergerak melalui usus halus yang dindingnya mengeluarkan getah usus. Getah tersebut mengandung erepsin yang berfungsi menyempurnakan pencernaan protein dan menghasilkan asam amino. Penyerapan terjadi melalui villi usus halus (Anggorodi, 1985).

  Unggas tidak mengeluarkan urin cair. Urin pada unggas mengalir ke dalam kloaka dan dikeluarkan bersama feses. Saluran pencernaan pada unggas berlangsung dalam waktu kurang lebih empat jam (Anggorodi, 1985).

2.2 Tinjauan Ransum Ayam Pedaging

  Ransum adalah campuran dua bahan pakan atau lebih yang disusun untuk memenuhi kebutuhan ternak selama 24 jam. Dalam suatu ransum harus mengandung bahan-bahan pakan yang dapat dicerna dan diserap serta bermanfaat bagi tubuh unggas. Bahan-bahan pakan tersebut berfungsi menyediakan energi untuk berlangsungnya berbagai proses yang terjadi didalam tubuh unggas, menyediakan bahan-bahan untuk membangun dan memperbaharui jaringan serta mengatur kelangsungan proses-proses di dalamnya (Sunarso dan Christiyanto, 2009). Pedoman kebutuhan gizi pakan ayam pedaging fase finisher dapat dilihat dalam Tabel 2.1.

Tabel 2.1 ; Persyaratan Mutu Standar Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher sesuai SNI. No Parameter Satuan Persyaratan

  1. Kadar air (maks) % 14,0

  2 Protein kasar (min) % 18,0 - 22,0

  3. Lemak kasar (min) % 2,0

  • – 7,0
  • – 8,0
  • – 1,2
  • – 1,0
Selain protein, ayam juga membutuhkan energi yang berasal dari karbohidrat dan lemak. Karbohidrat selain berfungsi sebagai sumber energi, juga bermanfaat memelihara kesehatan serta fungsi normal pencernaan. Lemak berfungsi sebagai sumber air metabolik, insulator atau ikut berperan serta dalam mengatur suhu tubuh, memperbaiki konversi pakan, pelarut vitamin A, D, E dan K serta bahan baku pembentukan hormon steroid (Sunarso dan Christiyanto, 2009).

  4. Serat kasar (maks) % 5,5

  5. A b u (maks) % 5,0

  6. Kalsium (Ca) (min) % 0,9

  7. Forfor (P) (min) % 0,7

  8. Aflatoxin (maks) ppb 60,0

  9. Lisin (min) % 0,90

  10. Metionin (min) % 0,10 Sumber: SNI, 2003 Protein merupakan salah satu zat gizi yang esensial bagi keperluan tubuh unggas. Protein berfungsi sebagai bahan pembangun dan pengganti jaringan tubuh yang rusak, bahan baku pembuatan enzim, hormon dan zat kekebalan atau antibodi,

  Kecepatan pertumbuhan ayam pedaging mempunyai variasi cukup besar dan keadaan ini tergantung pada tipe ayam, strain, jenis kelamin, pakan, tata laksana dan temperatur lingkungan. Pertumbuhan ayam pedaging relatif lebih cepat terjadi pada umur satu hingga empat minggu, kemudian pada umur lima minggu kecepatan pertumbuhan berkurang sampai suatu saat berhenti (Siregar , 2002).

  Periode pemeliharaan ayam pedaging dibagi menjadi dua yaitu periode awal atau starter dimulai satu sampai 24 hari dan periode akhir atau finisher pada umur 25 hari hingga ayam dipasarkan (Rasyaf, 2002). Laju pertumbuhan ayam pedaging jantan lebih cepat dibanding ayam pedaging betina (Winantea, 1999). Hal ini disebabkan oleh konsumsi pakan ayam pedaging jantan lebih banyak dibanding konsumsi pakan ayam pedaging betina, demikian juga dengan efisiensi pakan, ayam pedaging jantan mempunyai efisiensi pakan yang lebih tinggi dari betina (Jull, 2000).

  Ayam pedaging jantan juga memilki sel leydig dalam jumlah besar yang berfungsi memproduksi hormon testosteron sehingga menghasilkan jumlah hormon androgen atau hormon pertumbuhan yang lebih banyak (Wahyu, 2002).

2.3 Tinjauan Limbah Tempe Tempe merupakan salah satu produk hasil olahan kedelai (Glycine max).

  Tempe adalah makanan khas Indonesia yang merupakan sumber protein nabati dan mempunyai nilai gizi tinggi sebagaimana bahan dasarnya (Anggrahini, 1983). Tempe dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat rata - rata empat sampai 20 gram /hari/orang (Lindajati dkk, 1991).

  Limbah tempe adalah limbah yang diperoleh dari proses pembuatan tempe, limbah ini berupa kulit biji kedelai yang terbuang pada saat proses pelepasan kulit setelah direndam air panas. Komposisi kimiawinya dapat dilihat dalam tabel 2.2.

Tabel 2.2 ; Komposisi Kimiawi Limbah Tempe

  Bahan kering (%) 94,93% Protein kasar (%) 12,69% Serat kasar (%) 44,61%

  Sumber: Hidanah dkk., 2009

  Setelah limbah tempe dibentuk menjadi tepung, sebaiknya difermentasi menggunakan beberapa bakteri non patogen sebelum diberikan pada ternak (Rifqiyah, 2005). Mikroba yang digunakan dalam proses fermentasi dapat berupa bakteri, kapang maupun khamir. Fermentasi dengan menggunakan kapang memungkinkan terjadinya perombakan komponen bahan yang sulit dicerna menjadi lebih mudah dicerna sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai nutrisinya (Supriyati dkk, 1998).

  Kualitas fermentasi tergantung pada jenis mikroba serta medium padat yang sebelumnya. Hidanah dkk. (2009) menyebutkan bahwa limbah tempe yang

  6

  8

  difermentasi oleh Aspergilllus niger (10 - 10 /cc) sebesar 0,5% dan Lactobacillus sp

  6

  8

  (10 - 10 /cc) sebesar 3% dapat meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya 12,69% menjadi 15,2% dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 44,61% menjadi 40,1%, bahan kering dari 95% menjadi 94% sedangkan kadar abu tetap pada kisaran 3%.

2.4 Tinjauan Fermentasi

  Fermentasi adalah suatu proses yang melibatkan kegiatan mikrobia dalam suatu bahan untuk menghasilkan produk tertentu yang dikehendaki dan mempunyai nilai tambah (Judoamidjoyo dkk., 1990). Menurut Muhammad and Oloyede (2009), fermentasi merupakan suatu cara untuk mengolah suatu bahan pakan yang bertujuan untuk meningkatkan jumlah protein kasar dan mineral anorganik serta menurunkan serat kasar dan zat anti-nutrient yang terkandung didalamnya.

  Kualitas fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor , diantaranya adalah air, suhu, pH, fermentator, susunan bahan dasarnya dan zat yang bersifat pendukung (Rahayu dan Sudarmadji, 1990).

2.4.1 Aspergillus niger

  Aspergillus niger adalah sejenis jamur yang berasal dari Phylum Ascomycota, Sub Phylum Pezizomycotina, Class Eurotiomycetes, Ordo Eurotiales, dan Family Trichocomaceae. Aspergillus niger merupakan salah

  

niger tumbuh cepat pada berbagai media buatan dan membentuk koloni-

  koloni yang terdiri dari bentukan putih seperti kapas, pada bagian dasarnya berwarna kuning dan tertutupi oleh lapisan tebal berwarna cokelat gelap sampai hitam pada bagian kepala konidianya. Hifa mycelia terdiri dari septa dan hialin. Spesies ini mempunyai konidiosfor yang panjangnya 900-1600 µm, berdinding halus dan berakhir pada bentukan bulat (vesikel) berwarna cokelat muda dengan diameter 40-60 µm (Kirk dkk., 2001).

  Aspergillus niger berperan dalam menghasilkan enzim selulase,

  dimana enzim ini berfungsi untuk mengubah selulosa menjadi glukosa sehingga dapat meningkatkan daya cerna dari suatu bahan pakan (Klich, 2002; Tzean dkk., 1990).

  Hidanah dkk. (2009) menyebutkan bahwa hasil ikutan tempe yang difermentasi oleh Aspergilllus niger 0,5% dan Lactobacillus sp 3% dapat meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya 12,69% menjadi 15,2% dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 44,61% menjadi 40,1% sehingga memperbaiki daya cernanya.

2.4.2 Lactobacillus sp

  Lactobacillus sp adalah bakteri gram positif yang berasal dari Phylum

Firmicutes, Class Bacilli, Ordo Lactobacillales dan Family Lactobacillaceae.

  

Lactobacillus sp bersifat fakultatif anaerob atau merupakan bakteri

  mikroaerofilik. Sebagian besar jenis bakteri ini disebut bakteri asam laktat karena dapat mengubah laktosa dan gula-gula lainnya menjadi asam laktat. Produksi asam laktat menyebabkan lingkungan menjadi asam, sehingga dapat mencegah pertumbuhan bakteri patogen.

  Bakteri asam laktat memiliki kemampuan menghasilkan enzim

proteolitik di sekitar dinding sel, membran sitoplasma, atau di dalam sel.

selama proses fermentasi selain memanfaatkan

  Lactobacillus acidophilus

peptida untuk pertumbuhannya, bakteri tersebut juga mampu menghidrolisis

kasein dengan menggunakan protease yang diekskresikan di sekitar permukaan

dinding selnya (Trisnajaya dan Subroto, 1996).

  Lactobacillus sp memiliki kemampuan tahan terhadap garam empedu,

  kondisi asam sehingga mampu menghambat bakteri patogen, antibiotik serta dapat mengikat kolesterol. Selain itu, Lactobacillus sp juga dapat bertindak sebagai probiotik (Hood dan Zottola, 1998).

  Menurut Abdulrahim dkk.(l996), bahwa penggunaan probiotik dalam ransum ternyata dapat menurunkan kandungan kolesterol telur. Manfaat probiotik lainnya pada unggas dilaporkan oleh Jin dkk. (l997) antara lain meningkatkan aktivitas enzim pencernaan, dan menurunkan aktivitas enzim bakteri yang merugikan sehingga dapat memperbaiki pencernaan.

  2.5 Tinjauan Jagung Jagung merupakan salah satu bahan penyusun ransum ayam pedaging.

  Jagung adalah sumber karbohidrat yang mempunyai proporsi cukup besar dalam penyusunan ransum. Karbohidrat mempunyai manfaat penting bagi tubuh ayam pedaging seperti menyediakan energi untuk proses metabolisme (Anggorodi, 1990).

  Vitamin A atau karotenoid dan vitamin E terdapat dalam komoditas ini, terutama pada jagung kuning. Selain fungsinya sebagai zat gizi mikro, vitamin tersebut berperan sebagai antioksidan alami yang dapat meningkatkan imunitas tubuh dan menghambat kerusakan degeneratif sel. Jagung juga mengandung berbagai mineral esensial, seperti K, Na, P, Ca, dan Fe. Faktor genetik sangat berpengaruh terhadap komposisi kimia dan sifat fungsional (Deptan, 2009).

  Komposisi kimiawi jagung lebih lengkap dapat dilihat dalam Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Komposisi kimiawi jagung

  Bahan pakan Bahan kering Protein kasar EE Serat kasar Abu BETN (%) (%) (%) (%) (%) (%)

  Jagung 86,0 8,9 4,0 2,2 1,7 68,8

  Sumber: Setyono dkk., 2007 Keterangan = EE = Ether Extract BETN = Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen

  2.6 Daya Cerna Bahan Pakan

  Daya cerna dapat diartikan sebagai jumlah zat makanan dari suatu bahan pakan yang diserap dalam traktus gastrointestinalis. Hal tersebut menyangkut proses tertentu sehingga dapat diserap usus. Daya cerna dapat ditentukan dengan mengukur secara teliti bahan pakan yang dikonsumsi dan feses yang dikeluarkan. Dari pengukuran yang didukung dengan analisis kimiawi zat makanan, maka dapat dihitung daya cernanya (Anggorodi, 1990).

  Menurut Tillman dkk (1991), faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna makanan adalah : (1) Komposisi makanan , daya cerna makanan berhubungan erat dengan komposisi kimiawi, serat kasar mempunyai pengaruh yang terbesar. Penambahan serat kasar dalam bahan pakan dapat menurunkan daya cerna (2) Keseimbangan protein, jika imbangan protein dalam pakan menurun akan menyebabkan bahan makanan cepat melewati saluran pencernaan, sehingga menyebabkan turunnya daya cerna dari bahan pakan tersebut (3) Perlakuan terhadap pakan, misalnya pemotongan, penggilingan dan pemanasan mempengaruhi daya cerna.. Bahan yang digiling untuk pakan unggas memberikan permukaan yang lebih luas terhadap getah pencernaan, sehingga dapat mempengaruhi daya cerna pakan (4) Jenis hewan, bahan pakan yang rendah serat kasarnya dapat dicerna dengan baik oleh hewan non- ruminansia dan hewan ruminansia. Tetapi bahan pakan yang tinggi serat kasarnya dicerna lebih baik oleh hewan ruminansia dibanding dengan hewan non- ruminannsia (5) Jumlah makanan, penambahan jumlah makanan yang dimakan mempercepat arus makanan dalam usus,sehingga mempengaruhi daya cerna.

  Jumlah air dalam tembolok juga mempengaruhi bergeraknya makanan dan daya cerna pakan. Pada keadaan kekurangan air, akan terjadi penurunan kecepatan pencernaan disebabkan makanan yang berada di tembolok akan mengalami penurunan kecepatan untuk mencapai usus halus (Wahju, 1992).

2.6.1 Daya cerna bahan kering

  Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan bermanfaat bagi ternak ( Widayati dan Widalestari, 1996). Pakan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan energi, protein, vitamin, dan mineral guna mendukung aktivitas metabolisme normal dalam tubuh (Allen, 1996).

  Ketidakseimbangan nutrisi pakan dapat mengganggu metabolisme tubuh. Semua bahan makanan mengandung air dan bahan kering yang terdiri dari bahan anorganik atau mineral dan bahan organik (Payne, 1993).

  Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah bahan pakan dipanaskan 105 °C selama satu malam sehingga kadar airnya menguap. Setelah pemanasan tersebut sampel makanan disebut sampel bahan kering dan pengurangannya dengan sampel makanan tadi disebut persen air atau kadar air (Tillman dkk., 1998).

  Diketahui bahwa kadar bahan pakan bila diberikan pada ternak sangat bervariasi. Kadar air atau bahan kering turut mengatur konsumsi, sehingga penyusunan ransum berdasarkan bahan kering akan lebih baik dibandingkan dengan pakan ternak yang diberikan apa adanya.

  Bagan berikut merupakan pembagian unsur bahan makanan ( Tillman dkk., 1993).

  Kecernaan bahan kering adalah tingkat kemudahan penyusun bahan kering dari makanan untuk dapat dipecah ikatan-ikatan senyawanya sehingga menjadi unit-unit yang lebih sederhana (Koswara dkk., 2009). Daya cerna bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan yang diserap tubuh. Melalui analisis dari jumlah bahan kering, baik dalam ransum maupun dalam feses. Jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah yang diekskresikan dapat dihitung dan selisihnya adalah yang dapat dicerna (Ranjhan, 1982; Tillman dkk.,1998).

2.6.2 Daya cerna protein kasar

  Protein merupakan bagian bahan makanan yang mengandung persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan non-esensial.. Protein mengandung atom-atom karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen. Beberapa macam protein juga mengandung sulfur, fosfor atau besi ( Frandson, 1993).

  Komposisi dasar protein antara lain yaitu Karbon 51% - 55%, Hidrogen 6,5 % - 7,3 %, Nitrogen 15,5 % - 18 %, Oksigen 21,5 % - 23,5 %, Sulfur 0,5 % - 2 %, Fosfor 0 – 1,5 % (Anggorodi, 1994).

  Protein merupakan materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang dibentuk. Fungsi protein dalam tubuh adalah memperbaiki jaringan, pertumbuhan jaringan baru, metabolisme untuk menghasilkan energi, metabolisme ke dalam fungsi tubuh, pembentukan enzim

  • – enzim yang esensial bagi tubuh dan hormon – hormon tertentu ( Anggorodi, 1994).

  Kekurangan protein dalam tubuh akan mengakibatkan hewan tidak mampu membuat dan memelihara jaringan tubuhnya sehingga mengakibatkan terganggunya pertumbuhan (Triakoso, 1996). Maka dari itu pemberian pakan harus dapat menjamin bahwa kandungan proteinnya cukup untuk keperluan pertumbuhan ( Gaman dan Sherington, 1992).

  Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian tubuh.Daya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara lain : (1) Jenis protein, protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein nabati , karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa (2) Perlakuan dari protein, protein yang mengalami pemanasan akan lebih mudah dicerna, karena ikatan

  • – ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan tersebut akan pecah. Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau tanpa mengalami pemanasan, memiliki daya cerna protein sebesar 77 %, sedangkan protein yang dipanaskan 130°C selama 30 menit daya cerna proteinnya meningkat menjadi 88 % ( Dvorak dan Bray, 1978) (3) Bentuk pakan, penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis, spesies, dan umur.

BAB 3 MATERI DAN METODE

  3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

  Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi. Perlakuan pada hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya. Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai awal September 2009.

  3.2 Materi Penelitian

  3.2.1 Hewan percobaan

  Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT. Charoen Pokphan. Hewan coba yang dipergunakan dalam keadaan sehat.

  3.2.2 Bahan penelitian

  Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya.

  Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger (10

  6

  8

  • 10
  • 10
Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari jagung, bekatul, dan konsentrat dari PT. Wonokoyo Jaya Corporindo, untuk lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2. Pakan perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase

  /cc) sebesar 0,5% dan Lactobacillus sp (10

  6

  8 /cc) sebesar 3%.

  Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak

  finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang

  berbeda-beda untuk substitusi jagung, perbandingan komposisi bahan pakan dapat dilihat dalam Tabel 3.1.