PENERAPAN KODE ETIK PROFESI POLRI TERHADAP ANGGOTA YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA (Studi Kasus Di Wilayah Hukum Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah)

  

PENERAPAN KODE ETIK PROFESI POLRI TERHADAP

ANGGOTA YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA

(Studi Kasus Di Wilayah Hukum Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah)

Deni Hendrawan

  

Ridwan Tahir

Harun Nyak Itam Abu

Abstrak

  

Penulisan ini menjelaskan tentang bagaimana bentuk dan jenis pelanggaran kode

etik profesi polri serta bagaimanakah penerapan sanksi kode etik profesi polri

terhadap anggota yang melakukan tindak pidana di wilayah hukum kepolisian

daerah sulawesi tengah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk

dan jenis pelanggaran kode etik profesi polri dan untuk memahami penerapan sanksi

kode etik profesi polri terhadap anggota yang melakukan tindak pidana di wilayah

hukum kepolisian daerah sulawesi tengah.

Untuk memperoleh data, penulis melakukan wawancara dengan Kepala Bidang

Profesi dan Pengamanan Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah dan anggotanya serta

penelusuran baik terhadap undang-undang maupun peraturan lainnya yang

berhubungan dengan Kode Etik profesi Polri sebagai bahan hukum primer, dan

menelusuri buku atau literatur serta pendapat para ahli dibidang etika profesi

khususnya terkait Kode Etik Profesi Polri sebagai bahan hukum sekunder.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya,

maka dapat diperoleh beberapa simpulan seperti: penerapan kode etik profesi polri

yang diatur dalam peraturan kapolri nomor 14 tahun 2011 tentang kode etik profesi

polri masih perlu ditingkatkan dalam hal penegakkan hukumnya oleh bidpropam

kepolisian daerah sulawesi tengah terutama bagi anggota polri yang melakukan

tindak pidana, peningkatan sarana dan prasarana untuk menunjang pelaksanaan

tugas bidpropam polda sulawesi tengah serta menghilangkan kesan masyarakat

terhadap penegakan hukum internal polri, sehingga masyarakat memperoleh

informasi secara komprehensif atas penyelesaian kasus-kasus yang dilakukan oleh

anggota polri.

  Kata kunci : Penerapan kode etik, Anggota Polri, Tindak Pidana

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

   Sebagai lembaga profesi yang

  melayani kepentingan publik Polri dituntut mampu melaksanakan tugasnya sesuai ketentuan perundang-undangan maupun Standard Operating Procedure (SOP) serta memiliki etika profesi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Disamping itu, sikap mental dan disiplin dari setiap anggota Polri, terus dibina, agar produk-produk pelayanan Polri senantiasa sesuai dengan standar profesi Polri.

  Untuk lebih memantapkan kedudukan serta pelaksanaan tugas Polri sebagai bagian integral dari reformasi, Polri telah memiliki undang-undang tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia yakni Undang-undang No. 2 tahun 2002 yang memuat fungsi, tujuan, peran, susunan, kedudukan, keanggotaan dan pembinaan profesi. Khusus yang terkait dengan pembinaan profesi diatur dalam Pasal 31 sampai dengan Pasal 36 undang-undang tersebut, yang dinyatakan bahwa pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya harus memiliki kemampuan profesi melalui pembinaan profesi. Pembinaan kemampuan profesi pejabat kepolisian negara Republik Indonesia diselenggarakan melalui pembinaan etika profesi dan pengembangan pengetahuan serta pengalamannya dibidang teknis kepolisian melalui pendidikan, pelatihan dan penugasan secara berjenjang dan berlanjut. Sedangkan untuk pembinaan disiplin anggota Polri diatur dalam Pasal 27.

  1 Kode Etik Profesi Polri

  berdasarkan rumusan Pasal 1 Angka 5 Peraturan Kapolri No. 14 tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi Polri merupakan norma-norma atau aturan- aturan yang merupakan kesatuan landasan etik atau filosofis yang berkaitan dengan prilaku maupun ucapan mengenai hal-hal yang diwajibkan, dilarang, patut atau tidak patut dilakukan oleh anggota Polri dalam melaksanakan tugas wewenang dan tanggungjawab jabatan.

  2

  1 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

  2 Peraturan Kapolri Nomor 14 Tahun 2011 Tentang Kode Etik Profesi Polri Beberapa contoh kasus tindak

  a. Keamanan dan Memelihara pidana yang dilakukan oleh anggota ketertiban masyarakat;

  Polri yang menjadi sorotan publik, baik b.

  Menegakan hukum; melalui media cetak dan elektronik dan c. Memberikan Perlindungan, kemudian penyelesaian status anggota pengayoman dan pelayanan kepada

  Polri yang bersangkutan melalui Sidang masyarakat. Komisi Kode Etik Polri, yaitu Kasus Korupsi Simulator Surat Izin II.

   PEMBAHASAN

  Mengemudi (SIM) Korps Lalulintas A.

   TINJAUAN UMUM TENTANG

  (Korlantas)Polri yang dilakukan oleh

  PENGERTIAN TINDAK

  3 Inspektur Jendral Pol Djoko Susilo dan PIDANA, PELANGGARAN

  kasus Informasi dan Transaksi

  DISIPLIN DAN PELANGGARAN

  Elektronik (ITE)dengan cara melakukan

  KODE ETIK PROFESI POLRI

  penyebaran foto bugil seorang anggota 1.

  4 Pengertian Kepolisian Negara Polwan Polda Sulawesi Tengah.

  Republik Indonesia

  Polisi sebagai garda terdepan Kepolisian Negara Republik dalam penegakan hukum memiliki

  Indonesia adalah alat negara yang tanggung jawab yang cukup besar untuk berperan dalam memelihara keamanan mensinergikan tugas dan wewenangnya. dan ketertiban masyarakat, menegakan

  Polri Sebagaimana yang telah diatur hukum, serta memberikan perlindungan, dalam undang-undangKepolisian Negara pengayoman, dan pelayanan kepada Republik Indonesia yaitu bahwa Polri masyarakat dalam rangka terpeliharanya memilik tugas : keamanan dalam negeri. Kepolisian 3 Negara Republik Indonesia (Polri)

  Icha Rastika, 2013, Irjen Djoko Susilo Divonis

  adalah Kepolisian Nasional di

  10 Tahun Penjara, Denda 500 juta, diakses tanggal 18

  yang bertanggung jawab langsung di 4 oktober 2015 Radar Sulteng (iwn), 2013, Tedakwa Akui bawah Polri mengemban Perbuatan, Tapi Tidak Menyesal, www.

  Radarsulteng.co.id, diakses tanggal 18 oktober

  tugas-tugas kepolisian di seluruh

  2015 wilayah Organisasi Polri Norma hukum memiliki tugas disusun secara berjenjang dari tingkat sangat penting yakni untuk menjaga pusat sampai ke kewilayahan. Organisasi kedamaian hidup bersama. Kedamaian Polri tingkat pusat disebut Markas Besar hidup bersama berarti di dalam Kepolisian Negara Republik Indonesia masyarakat terdapat ketertiban atau (Mabes Polri), sedang organisasi Polri keamanan dan ketentraman atau tingkat kewilayahan disebut ketenangan. Berbeda dengan norma- norma lainnya terdapat kemungkinan kepada tiap individu dalam masyarakat ini memiliki daya ikat bagi tiap individu; Polsek) di serta kemungkinan untuk dijatuhkannya wilayah kecamatan. sanksi bagi individu yang melakukan

  Kepolisian dalam UU No. 2 perbuatan yang bertentangan dengan Tahun 2002 Tentang Kepolisian norma hukum. diartikan sebagai segala hal-ihwal yang Pelaksanaan wewenang berkaitan dengan fungsi dan lembaga kepolisian didasarkan pada tiga asas

  5

  polisi sesuai dengan peraturan yakni: perundang-undangan.

  a) Asas legalitas

  Anggota Kepolisian Negara

  b) Asas plichmatigheid

  Republik Indonesia adalah pegawai

  c) Asas subsidiaritas negeri pada Kepolisian Negara Republik

  2. dan Wewenang Tugas

  Indonesia sedangkan Pejabat Kepolisian Kepolisian Negara Republik Negara adalah anggota Kepolisian Indonesia Negara Republik Indonesia yang berdasarkan undang-undang memiliki 5 Momo Kelana, Hukum Kepolisian, (Jakarta: wewenang umum kepolisian.

  PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia, 1994), Hlm. 98. Kepolisian adalah suatu institusi yang memiliki ciri universal yang dapat ditelusuri dari sejarah lahirnya polisi, baik sebagai fungsi maupun organ. Pada awalnya polisi lahir bersama masyarakat untuk menjaga sistem kepatuhan (konformitas) anggota masyarakat terhadap kesepakatan antar warga masyarakat itu sendiri khususnya terhadap kemungkinan adanya konflik kepentingan, penyimpangan perilaku dan perilaku kriminal dari masyarakat.

  Undang-undang Kepolisian menyebutkan bahwa tugas pokok kepolisian Negara Repubik Indonesia adalah: a.

  Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; b. Menegakkan hukum; dan c. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

  Wewenang Penyidik Menurut ketentuan dalam Pasal 6

  KUHAP: (1) Penyidik adalah:

  a. Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia;

  b. Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh UU. Sedangkan wewenang yang dimiliki oleh penyidik diatur di dalam pasal 7 KUHAP yang berbunyi:

  (1) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a karena kewajibannya mempunyai wewenang: a.

  Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak pidana; b.

  Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian c.

  Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka; d. Melakuan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan;

3. Tugas dan Wewenang Polri Menurut KUHAP

  e.

  b. Penahanan Melakuakan pemeriksaan dan penyitaan surat; Penahanan dapat dilakukan oleh f. penyidik atau penyidik pembantu atas

  Mengambil sidik jari dan memotret seorang; perintah penyidik untuk kepentingan g. suatu penyidikan. Penahanan dapat juga

  Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa dilakukan oleh Penuntut Umum untuk sebagai tersangka atau kepentingan penuntutan maupun oleh saksi; Hakim itu sendiri di sidang Pengadilan h. dengan penetapannya.

  Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam c. Penggeledahan hubungannya dengan

  Untuk kepentingan penyidikan, pemeriksaan perkara; penyidik dapat melakukan i. Mengadakan penghentian penyidikan; penggeledahan rumah atau j.

  Mengadakan tindakan lain penggeledahan pakaian atau menurut hukum yang penggeledahan badan menurut tata cara bertanggung jawab.

  a. Penangkapan yang ditentukan dalam Pasal

  37 Mengenai penangkapan KUHAP. disebutkan bahwa baik untuk

  d. Penyitaan kepentingan penyelidikan maupun KUHAP mendefinisikan penyidikan, penyidik memiliki penyitaan sebagai serangkaian tindakan wewenang untuk memerintahkan atau penyidik untuk mengambil alih dan/atau untuk melakukan penangkapan. menyimpan di bawah penguasaannya

  Penangkapan (atau perintah benda bergerak atau tidak bergerak, penangkapan) dilakukan terhadap berwujud atau tidak berwujud untuk seorang yang diduga keras melakukan kepnetingan pembuktian dalam tindak pidana berdasarkan bukti penyidikan, penuntutan dan peradilan. permulaan yang cukup.

  4. Penggunaan Kekuatan Dalam Tindakan Kepolisian

  Penggunaan kekuatan harus dilaksanakan secara seimbang antara ancaman yang dihadapi dan tingkat kekuatan atau respon anggota Polri, sehingga tidak menimbulkan kerugian/korban/penderitaan yang berlebihan. Persoalannya adalah kapan dan bagaimana seharusnya anggota kepolisian memutuskan untuk menembak atau tidak menembak, atau kalau terlambat, mungkin mereka yang menjadi korban penembakan. Untuk mencegah terjadinya salah tafsir di lapangan, telah diterbitkan Peraturan Kapolri No. 1 Tahun 2009 tentang Penggunaan Kekuatan dalam Tindakan Kepolisian. Peraturan tersebut memuat arahan teknis serta tahapan prosedural bagi anggota Polri dalam melakukan tindakan kepolisian, termasuk penembakan yang merupakan tahapan paling akhir, dalam banyak kondisi, Polisi dalam menjalankan tugasnya tidak harus selalu memerlukan menggunakan kekuatan.

  5. Pengertian Tindak Pidana

  Tindak pidana merupakan suatu istilah yang mengandung suatu pengertian dasar dalam ilmu hukum, sebagai istilah yang dibentuk dengan kesadaran dalam memberikan ciri tertentu pada peristiwa hukum pidana. Tindak pidana mempunyai pengertian yang abstrak dari peristiwa-peristiwa yang kongkrit dalam lapangan hukum pidana, sehingga tindak pidana haruslah diberikan arti yang bersifat ilmiah dan ditentukan dengan jelas untuk dapat memisahkan dengan istilah yang dipakai sehari-hari dalam kehidupan masyarakat.

  Menurut Moeljatno yang menganut pandangan dualistis, unsur- unsur tindak pidana adalah:

  1. Perbuatan (manusia)

  2. Memenuhi rumusan dalam Undang- Undang (formil)

  3. Bersifat melawan hukum (syarat materiil).

  6

  6. Pengertian Pelanggaran Disiplin

  6 Bung Fajrin, 2012, Tindak Pidana, www.kitabpidana. Blogspot.co.id, diakses tanggal 20 Oktober 2015 Disiplin adalah ketaatan dan adalah sidang untuk memeriksa dan kepatuhan yang sungguh-sungguh memutus perkara pelanggaran disiplin terhadap peraturan disiplin anggota yang dilakukan anggota Kepolisian

  7 Kepolisian Negara Republik Indonesia, Negara Republik Indonesia.

  sedangkan pengertian Peraturan Disiplin Anggota Kepolisian Negara Republik

  7. Pengertian Pelanggaran

  Indonesia adalah serangkaian norma

  Kode Etik profesi Polri

  untuk membina, menegakkan disiplin Menurut para ahli maka etika dan memelihara tata tertib kehidupan tidak lain adalah aturan prilaku, adat anggota Kepolisian Negara kebiasaan manusia dalam pergaulan Republik Indonesia. antara sesamanya dan menegaskan mana Pelanggaran Peraturan Disiplin yang benar dan mana yang buruk. adalah ucapan, tulisan, atau perbuatan Perkataan etika atau lazim juga disebut anggota Kepolisian Negara Republik etik, berasal dari kata Yunani Ethos yang Indonesia yang melanggar peraturan berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah- disiplin. Apabila peraturan tersebut kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah dilanggar maka dapat dilakukan tindakan laku manusia yang baik. disiplin atau hukuman disiplin, sebagaimana pengertian tindakan

  B. BENTUK DAN JENIS SERTA

  disiplin yaitu serangkaian teguran lisan

PENERAPAN SANKSI

  dan/atau tindakan fisik yang bersifat PELANGGARAN KODE ETIK membina, yang dijatuhkan secara PROFESI POLRI langsung kepada anggota Kepolisian 1.

   Tugas Dan Fungsi Propam

  Negara RepublikIndonesia dan hukuman Sebagaimana tercantum dalam disiplin adalah hukuman yang dijatuhkan Pasal 61 dan Pasal 62 Peraturan Kapolri oleh atasan yang berhak menghukum No. 22 Tahun 2010 Tentang Susunan kepada anggota Kepolisian Negara Organisasi DanTata Kerja Pada Tingkat Republik Indonesia melalui Sidang 7 Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 Disiplin. Pengertian sidang disiplin Tentang Peraturan Disiplin Anggota Polri.

  Kepolisian Daerah, Bidang Profesi dan terjadi peningkatan pelanggaran yang Pengamanan (Bidpropam) yang dilakukan oleh anggota Polri Polda dipimpin oleh Kepala Bidang Profesi Sulteng yaitu 220 kasus. dan Pengamanan (Kabid Propam)

  3. Pelanggaran Kode Etik merupakan unsur pembantu pimpinan profesi Polri yang berada di bawah Kapolda dan Berdasarkan Perkap No. 14 tahun dalam pelaksanaan tugas sehari-hari 2011 tentang Kode Etik Profesi Polri, berada di bawah kendali Wakapolda. yang dimaksud dengan Kode Etik

  Profesi Polri yang selanjutnya disingkat 2.

   Data Pelanggaran Disiplin Dan

  KEPP adalah norma-norma atau aturan-

  Pelangaran Kode Etik Profesi

  aturan yang merupakan kesatuan

  Polri Di Wilayah Hukum

  landasan etik atau filosofis yang

  Kepolisian Daerah Sulawesi

  berkaitan dengan prilaku maupun ucapan

  Tengah Pada Tahun 2013 Dan

  menegani hal-hal yang di wajibkan,

  Tahun 2014

  dilarang, patut atau tidak patut dilakukan

  JUMLAH

  oleh Anggota Polri dalam melaksanakan

NO TAHUN KASUS

  tugas, wewenang, dan tanggung jawab 1. 2013 192 jabatan. 2. 2014 220

  Ruang lingkup pengaturan kode

  Sumber. BIDPROPAM POLDA

  etik profesi polri mencakup empat hal

  SULTENG

  yaitu :

  1. Etika kenegaraan Dari data tersebut diatas dapat

  2. Etika kelembagaan kita lihat bahwa pada tahun 2013 jumlah

  3. Etika kemasyarakatan pelanggaran disiplin dan kode etik

  4. Etika kepribadian profesi Polri berdasarkan laporan Sebagaimana dimaksud dalam pangaduan di yanduan Bidpropam Polda

  Pasal 11 Ayat (1) Peraturan Kapolri No. Sulteng tercatat sebanyak 192 kasus,

  19 Tahun 2012 tentang Susunan namun kemudian pada tahun 2014 Organisasi Dan Tata Cara Kerja Komisi Kode Etik Kepolisian Negara Republik Indonesia diberhentikan tidak dengan Indonesia, bahwa tugas dan wewenang hormat dari dinas Kepolisian Negara Komisi Kode Etik Profesi Polri (KKEP) Republik Indonesia apabila dipidana melaksanakan pemeriksaan di penjara berdasarkan putusan pengadilan persidangan, membuat pertimbangan yang telah mempunyai kekuatan hukum hukum,dan memutuskan perkara tetap dan menurut pertimbangan pejabat pelanggaran Kode Etik Profesi Polri yang berwenang tidak dapat (KEPP) yang dilakukan oleh anggota dipertahankan untuk tetap berada dalam Polri terhadap : dinas Kepolisian Negara Republik a. Indonesia.

  Pelanggaran Pasal 6 sampai dengan Pasal 16 Peraturan Kemudian dalam Pasal 22 Ayat Kapolri No. 14 Tahun 2012 (1) huruf a, bahwa sanksi administratif Tentang Kode Etik Profesi berupa rekomendasi pemberhentian tidak Polri. dengan hormat dikenakan melalui sidang

  b. Komisi Kode Etik Profesi Polri (KKEP) Pelangaran Pasal 12, Pasal 13 dan Pasal

  14 Peraturan terhadap pelanggar yang dengan sengaja Pemerintah No. 1 Tahun 2003 melakukan tindak pidana dengan Tentang Pemberhentian ancaman hukuman pidana penjara 4 Anggota Polri. (empat) tahun atau lebih dan telah

  c. Pasal 13 diputus oleh pengadilan yang Pelanggaran Peraturan Pemerintah No. 2 berkekuatan hukum tetap.

  Tahun 2003 Tentang Seorang anggota Polri yang Peraturan Disiplin Anggota melakukan tindak pidana, sebagaimana Polri. diatur dalam Pasal

  2 Peraturan Sebagaimnan dimaksud dalam Pemerintah No. 3 Tahun 2003 Tentang

  Pasal 12 Ayat (1) huruf a Peraturan Pelaksanaan Teknis Institusional Pemerintah No. 1 Tahun 2003 Tentang Peradilan Umum Bagi Anggota Pemberhentian Anggota Polri, bahwa Kepolisian Negara Republik Indonesia, Anggota Kepolisian Negara Republik bahwa proses peradilan pidana bagi anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia secara umum dilakukan menurut hukum acara yang berlaku di lingkungan peradilan umum. Dengan demikian seorang anggota Polri yang telah dilaporkan melakukan tindak pidana diproses oleh Satuan Reskrim.

  Satuan Reskrim memberitahukan kepada Propam melalui surat dinas bahwa ada anggota Polri melakukan tindak pidana diproses oleh Satuan Reskrim, maka Propam juga turut melakukan penyelidikan dan pemeriksaan terhadap tindak pidana tersebut. Atau masyarakat yang merasa dirugikan oleh anggota Polri tersebut langsung melaporkan ke Yanduan Propam, sehingga Propam bersama-sama Reskrim melakukan penyelidikan dan pemeriksaan terhadap tindak pidana tersebut.

  Satuan Reskrim dan Propam bekerjasama dalam melakukan penyelidkan dan pemeriksaan tindak pidana tersebut sampai kasus tersebut telah cukup bukti untuk dilakukan pemberkasan.

  Namun dalam hal Propam melakukan sidang Kode Etik Profesi Polri, sebagaimana diatur dalam Pasal 22 Ayat (1) huruf a, bahwa sanksi administratif berupa rekomendasi pemberhentian tidak dengan hormat dikenakan melalui sidang Komisi Kode Etik Profesi Polri (KKEP) terhadap pelanggar yang dengan sengaja melakukan tindak pidana dengan ancaman hukuman pidana penjara 4 (empat) tahun atau lebih dan telah diputus oleh pengadilan yang berkekuatan hukum tetap, maka Propam harus menunggu putusan sidang pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap, dapat dilakukan sidang Komisi Kode Etik Profesi POLRI (KKEP) dan sanksinya berupa sanksi administratif rekomendasi pemberhentian tidak dengan hormat.

  III. PENUTUP

  A. Kesimpulan

  1. Bentuk pelanggaran Kode Etik Polri berdasarkan data tahun 2013 adalah berhubungan dengan perilaku individu dari masing- masing personil Polri terkait dalam keseharian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sedangkan pelanggaran Kode Etik berdasarkan data tahun 2014 lebih banyak berkaitan dengan pelaksanaan tugas. Jenis pelanggaran yang terbanyak dilakukan adalah kasus penganiayaan, tidak melaksanakan tugas berdasarkan perintah kedinasan, penyalahgunaan wewenang dan ketidakprofesionalan dalam pelaksanaan tugas.

  2. Putusan sanksi Kode Etik bagi anggota Polri yang melakukan tindak pidana adalah :

  a) tahun 2013 Komisi Kode Etik Profesi Polri telah melaksanakan sidang sebanyak 2(dua) kali dengan sanksi pemberhentian dengan tidak hormat (PTDH) terhadap kasus pelanggaran tindak pidana yaitu kasus pencemaran nama baik melalui account facebook dan penyalahgunaan narkoba.

  b. tahun 2014 . Komisi Kode Etik Profesi

  Polri telah melaksanakan sidang sebanyak 2(dua) kali dengan sanksi pemberhentian dengan tidak hormat (PTDH) terhadap kasus pelanggaran tindak pidana penyalahgunaan narkoba.

  B. Saran

  1. Untuk meminimalisir pelanggaran Kode Etik, jajaran Bidpropam Polda Sulawesi Tengah harus lebih menggiatkan lagi sosialisasi tentang peranti lunak berkaitan dengan aturan, larangan dan kewajiban setiap anggota Polri agar dapat diketahui dan dipahami oleh setiap personil baik dalam pelaksanaan tugas ataupun dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

  2. Untuk lebih meningkatkan peran dan fungsi Propam, diharapkan penjatuhan hukuman atau sanksi dugaan pelanggaran yang akan dilakukan dengan tegas agar dilakukan oleh anggota Polri, menimbulkan efek jera bagi sehingga dapat menjadi bahan pelanggar dan dapat dijadikan masukan buat pimpinan untuk pembelajaran bagi personil mengambil langkah/upaya lainnya. pencegahan.

  3. Memaksimalkan peran pengawas internal untuk mendeteksi adanya

DAFTAR PUSTAKA A.

   Buku-buku

  C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, (PN Balai Pustaka, Jakarta : 1982)

  Momo Kelana, Hukum Kepolisian, (PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia, Jakarta: 1994)

  Parsudi Suparlan ,Jurnal Polisi Indonesia, (Edisi X , Jakarta: 2007) R. Seno Soeharjo, Serba-serbi tentang Polisi : Pengantar Usaha

  , (R. Schenkhuizen, Bogor : 1953)

  Mempeladjari Hukum Polisi

  Sadjijono, Etika profesi hukum, (Laksbang Mediatama, cetakan pertama , Jakarta. : 2008) B.

   Peraturan Perundang-undangan

  Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2). KUHAP (Lembaran Negara Republik Indonesia No. 76.1981). Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 Tentang Peraturan Disiplin Anggota Polri. Peraturan Kapolri Nomor 14 Tahun 2011 Tentang Kode Etik Profesi Polri

  Peraturan Kapolri Nomor 19 Tahun 2012 Tentang Tata Kerja Sidang Komisi Kode Etik Profesi Polri C.

   Situs-situs Internet

  Icha Rastika, 2013, Irjen Djoko Susilo Divonis 10 Tahun Penjara, Denda 500 Juta, ww.nasional.kompas.com, diakses tangal18 Oktober 2015 pukul 21.00 wita.

  Radar Sulteng (iwn), 2013, Terdakwa Akui Perbuatan, Tapi Tidak Menyesal, akses tangal 18 Oktober 2015 pukul 22.00 wita. Bung Fajrin, 2012, Tindak Pidanadiakses tanggal 20 Oktober 2015 pukul 20.00 wita.