Determinan Tax Avoidance Perusahaan Manufaktur di Indonesia

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor faktor yang mempengaruhi praktik manajemen laba pada perusahaan perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2010-2014. Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling. Penelitian ini melibatkan 14 perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia dengan mengambil 5 tahun penelitian mulai tahun 2010-2014. Faktor faktor yang diuji adalah leverage , profitabilitas dan arus kas bebas. Penelitian ini mengadopsi pada penelitian yang dilakukan oleh Stubben (2010) dimana terdapat dua model pengukuran revenue discretionary model yang terdiri dari revenue model dan conditional revenue model. Alat analisis yang digunakan adalah moderate regresi analisis. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: leverage tidak berpengaruh terhadap manajemen laba revenue model tetapi leverage berpengaruh terhadap praktik manajemen laba conditional revenue model . Profitabilitas dan arus kas bebas tidak berpengaruh terhadap praktik manajemen laba baik revenue model maupun conditional revenue model. Interaksi antara arus kas bebas dengan leverage dan interaksi antara arus kas bebas dengan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap praktik manajemen laba baik revenue mode maupun conditional revenue model. Kontribusi penelitian ini dapat menunjukkan bahwa hubungan debt to asset ratio dengan conditional revenue model memberikan signal kepada para pemilik saham dimana manajemen mengurangi praktik manajemen laba terhadap suatu perusahaan.

*Email Korespondensi: 1 meroos76@yahoo.com, 2 nurmala@perbanas.ac.id

Melly Roosmayani, Nurmala Ahmar: Determinan atas Stubben ...

1. Pendahuluan

Offering (IPO) dan (vi) motivasi perjanjian Tujuan pendirian perusahaan adalah untuk

utang.

menjaga kelangsungan hidup perusahaan, Stubben (2010) mengembangkan model melakukan pertumbuhan dan meningkatkan laba

yang menggunakan komponen utama penda- agar terlihat stabil di mata pengguna laporan

patan yaitu piutang untuk memprediksi keuangan dari waktu ke waktu. Oleh sebab itu

manajemen laba. Dalam pendekatan Revenue muncul suatu strategi bisnis yang dinamakan

Descretionary Model, Stubben (2010) meng- manajemen laba. Sebagaimana disebutkan embangkan model pendapatan dan akrual pada dalam SFAC No.1 bahwa informasi laba pada

tingkat kuartalan karena model pendapatan umumnya merupakan perhatian utama dalam

kuartalan lebih kuat dan lebih baik. Pendapatan menaksir kinerja atau pertanggungjawaban perkuartalan digunakan untuk mempermudah

manajemen dan informasi laba membantu dalam mengontrol apabila terjadi manipulasi pemilik atau pihak lain melakukan penaksiran

karena pendapatam dianggap sebagai ukuran atas earning power perusahaan di masa yang

yang obyektif dari kegiatan operasi perusahaan. akan datang.

Stubben mengembangkan dua formula yang Menurut Hepworth (1953) yang didukung

berbeda yaitu Revenue Model dan Conditional Ashari, dkk (1994) dan Zuhroh (1996) dan

revenue Model.

Jatiningrum (2000), bahwa tindakan manajemen Agustia, D. (2013) dan Cahyani, N. D laba merupakan tindakan yang logis dan rasional

(2012) membuktikan bahwa risiko keuangan bagi manajer untuk meratakan laba dengan

yang diproksikan dengan leverage berpengaruh menggunakan cara atau metode akuntansi terhadap praktik manajemen laba. Hasil tertentu, alasannya antara lain pertama, rekayasa

penelitian Aji, D. Y., & Mita, A. F. (2010) untuk mengurangi laba dan menaikkan biaya

mengemukakan bahwa risiko keuangan pada periode berjalan dapat mengurangi berpengaruh positif terhadap praktik manajemen

hutang pajak. Kedua, tindakan manajemen laba. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian laba dapat meningkatkan kepercayaan investor,

yang dilakukan oleh Dewi, R. K. dan Zulaikha karena mendukung kestabilan penghasilan dan

(2010) dan Prayudi dan Daud (2013). kebijakan deviden sesuai dengan keinginan.

Penelitian yang dilakukan oleh Widana, N., Ketiga, tindakan manajemen laba dapat & Ari, I. N (2013), Cahyani, N. D (2013) dan

mempererat hubungan antara manajer dan Amertha, I. S. P. (2013) mengemukakan bahwa karyawan, karena dapat menghindari permintaan

profitabilitas yang diproksikan dengan return kenaikan upah/gaji oleh karyawan/pekerja. Dan

on asset ratio berpengaruh positif terhadap keempat, tindakan manajemen laba memiliki

praktik manajemen laba. Sedangkan penelitian dampak psikologis pada perekonomian, dimana

yang dilakukan Benny dan Karina (2014) kemajuan dan kemunduran dapat dibandingkan

menghasilkan bahwa profitabilitas berpengaruh dan gelombang optimisme dan pesimisme dapat

signifikan negatif terhadap praktik manajemen ditekan.

laba. Ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Aktivitas laba dapat terjadi karena tiga faktor

yang dilakukan oleh Dewi, R. K. dan Zulaikha yaitu dengan cara: pemanfaatan transaksi akrual,

(2010) dan Prayudi dan Daud (2013). perubahan metode akuntansi dan penerapan

Penelitian yang dilakukan oleh Agustia, D. suatu kebijakan. Scott (2006) mengemukakan

(2013) mengemukakan bahwa free cash flow beberapa motivasi terjadinya manajemen laba

berpengaruh negatif signifikan terhadap praktik sebagai berikut: (i) motivasi program bonus,

manajemen laba. Sedangkan hasil penelitian (ii) motivasi politik, (iii) motivasi perpajakan,

Oktaviana, W. V. (2015) menunjukkan bahwa (iv) motivasi perubahan CEO, (v) Initial Public

free cash flow berpengaruh positif terhadap

Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan JRAP Vo. 4, No. 1, Juni 2017, hal 46-62 ISSN 2339 - 1545

praktik manajemen laba. Ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Tampubolon, M (2012) dan Muhlisin (2014).

Penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati dan Tri (2008) menunjukkan hasil bahwa perusahaan yang mengalami kenaikan leverage dengan free cash flow yang tinggi tidak terbukti secara statistik melakukan praktik manajemen laba yang lebih rendah dibandingkan perusahaan yang mempunyai free cash flow rendah. Ini artinya bahwa free cash flow telah gagal sebagai pemoderasi.

Kontribusi penelitian dimana debt to asset ratio (DAR) terhadap manajemen laba conditional revenue model dapat memberikan signal terhadap para pemilik dana (shareholder) bahwa manajemen telah mengurangi praktik manajemen laba.

2. Telaah Teori dan Pengembangan Hipotesis

Manajemen laba timbul ketika terjadi konflik kepentingan antara manajemen dengan pemilik dana dimana setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang menjadi harapannya. Teori agensi mendasarkan hubungan kontrak antara pemegang saham/pemilik dan manajemen/ manajer. Hubungan ini dapat mengarah pada ketidakseimbangan informasi (asymmetrical information) karena agent/manager berada pada posisi yang memiliki informasi yang lebih banyak tentang perusahaan dibandingkan dengan principal/pemilik perusahaan. Lambert (1984:165) juga menggunakan teori keagenan untuk memperlihatkan adanya perjanjian kompensasi optimal yang ditawarkan prinsipal sehingga menimbulkan dorongan bagi agen untuk melakukan tindakan manajemen laba.

Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya perusahaan memberikan sinya sinyal pada pengguna laporan keuangan. Menurut Jama´an (2008) signaling theory mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada

pengguna laporan keuangan. Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan manajer untuk mengurangi asimetri informasi. Penyampaian laba yang diperoleh perusahaan merupakan salah satu contoh sinyal yang menunjukkan apakah agent/manajer telah melakukan kewajibannya sesuai dengan kontrak yang telah disepakati dengan principal/pemilik perusahaan.

Teori akuntansi positif menjelaskan faktor faktor yang mempengaruhi dalam memilih prosedur akuntansi yang optimal dan mempunyai tujuan tertentu. Menurut Scott (2000) manajer mempunyai kecenderungan melakukan tindakan yang menurut teori akuntansi positif dinamakan sebagai tindakan opportunis (opportunistic behavior). Jika tindakan opportunis adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh perusahaan dalam memilih kebijakan akuntansi yang menguntungkan dan memaksimumkan kepuasan perusahaan tersebut. Menurut Watts dan Zimmerman (1986) teori akuntansi positif mengusulkan tiga (3) hipotesis motivasi manajemen laba yang dilakukan oleh suatu perusahaan dengan kaitannya tindakan oportunis. Ketiga hipotesa itu adalah hipotesis program bonus, hipotesis perjanjian hutang dan hipotesis biaya politik.

Stubben Earning Management Model

Manajeman laba merupakan suatu tindakan manajemen untuk mengelola perolehan laba suatu perusahaan. Manajemen laba seperti yang dikatakan oleh Healy (1993) bahwa para manajer memiliki dorongan yang cukup besar untuk melakukan manajemen laba yaitu suatu bentuk manipulasi atas laba yang dilakukan manajer untuk mengurangi fluktuasi laba perusahaan, sehingga diharapkan kinerja perusahaan akan terlihat lebih bagus dan investor akan lebih mudah memprediksi laba masa depan. Penelitian ini mengadopsi pada penelitian yang dilakukan oleh Stubben (2010) dimana terdapat dua model pengukuran untuk mendeteksi adanya manajemen laba akrual. Model pengukuran

Melly Roosmayani, Nurmala Ahmar: Determinan atas Stubben ...

tersebut adalah revenue discretionary model atau dana dimana untuk penggunaan tersebut yang terdiri dari revenue model dan condtional

perusahaan harus menutup biaya tetap atau revenue model. Stubben (2010) mengembangkan

membayar beban tetap dengan maksud agar model manajemen laba yang menggunakan

meningkatkan keuntungan potensial pemegang komponen utama pendapatan yaitu piutang.

saham. Jika semua biaya bersifat variabel maka Formula pertama yaitu revenue model, model

akan memberikan kepastian bagi perusahaan ini menitikberatkan pada pendapatan yang dalam menghasilkan laba. Tapi karena biaya memiliki hubungan langsung dengan piutang.

tetap maka untuk menghasilkan laba diperlukan Formula kedua yaitu conditional revenue tingkat penjualan minimum tertentu. Apabila model, model ini dikembangkan kembali leverage tinggi menunjukkan risiko keuangan dengan adanya penambahan ukuran perusahaan

atau risiko kegagalan perusahaan untuk (size), umur perusahaan (age) dan margin kotor

mengembalikan pinjaman akan semakin tinggi (GRM) yang diduga dapat digunakan dalam

dan sebaliknya.

mendeteksi manajemen laba akrual mengenai Menurut Agustia, D. (2013) dan Cahyani, N. pemberian kredit yang berhubungan dengan

D (2012) bahwa risiko keuangan yang diproksikan pemberian kredit yang berhubungan dengan

dengan leverage berpengaruh terhadap praktik piutang. Penelitian tersebut memberikan bukti

manajemen laba. Hasil penelitian Aji, D. Y., & bahwa model revenue biasanya lebih rendah,

Mita, A. F. (2010) mengemukakan bahwa risiko lebih spesifik dan lebih kuat dari model akrual.

keuangan berpengaruh positif terhadap praktik Perusahaan yang memiiki arus kas negatif

manajemen laba.

cenderung melebih lebihkan pendapatannya Berdasarkan penjelasan tersebut maka (Callen et all: 2008). Hal tersebut dilakukan

dirumuskan hipotesis sebagai berikut: dengan melakukan pengendalian terhadap H1a : Risiko keuangan berpengaruh terhadap kebijakan kredit yang dapat menyebabkan arus

manajemen laba revenue model. kas positif. Oleh karenanya auditor menjadikan

H1b : Risiko keuangan berpengaruh terhadap hal tersebut sebagai pelanggaran terhadap

manajemen laba conditional revenue ketentuan standar akuntansi yang berlaku umum.

model.

Risiko Keuangan Berpengaruh terhadap Profitabilitas Berpengaruh terhadap Praktik Praktik Manajemen Laba

Manajemen Laba

Risiko keuangan adalah kemungkinan tidak Dalam penelitian ini proksi yang digunakan berhasilnya pemilik perusahaan memperoleh

untuk mengukur profitabilitas adalah return on hasil yang diharapkan akibat perusahaan asset (ROA). Menurut Hanafi, M. M., & Halim, dibiayai dengan hutang atau akibat besarnya

A. (2003), Return on Assets (ROA) merupakan leverage keuangan. Makin tinggi hutang, makin

rasio keuangan perusahaan yang berhubungan tinggi beban bunga maka makin tinggi risiko

dengan profitabilitas mengukur kemampuan keuangan. Risiko keuangan yan digunakan perusahaan menghasilkan keuntungan atau laba dalam penelitian ini adalah perbandingan antara

pada tingkat pendapatan, aset dan modal saham total utang jangka panjang terhadap nilai buku

tertentu. Rasio ROA (return on assets) dalam total asset. Ukuran ini berkaitan dengan ketat

penelitian ini diukur dengan perbandingan antara dan tidaknya suatu perjanjian utang. Risiko

laba bersih sebelum pajak terhadap total asset keuangan dalam penelitian ini menggunakan

perusahaan (Martono, 2008). Dengan mengetahui proksi yang dinamakan leverage. Leverage

ROA, kita dapat menilai apakah perusahaan bisa juga diartikan sebagai penggunaan aktiva

telah efisien dalam menggunakan aktivanya

Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan JRAP Vo. 4, No. 1, Juni 2017, hal 46-62 ISSN 2339 - 1545

dalam kegiatan operasi untuk menghasilkan Hal ini menyebabkan perusahaan cenderung keuntungan. Perusahaan yang memiliki tingkat

untuk melakukan praktik manajemen laba. ROA yang tinggi lebih memungkinkan untuk

Berdasarkan penjelasan tersebut maka melakukan tindakan manajemen laba di masa

dirumuskan hipotesis sebagai berikut: mendatang, sehingga memudahkan manajemen

H2a : Profitabilitas berpengaruh terhadap untuk mempercepat laba. Tingkat profitabilitas

manajemen laba revenue model. yang tinggi akan memberikan keyakinan bagi

H2b : Profitabilitas berpengaruh terhadap investor bahwa perusahaan memiliki kinerja

manajemen laba revenue model dengan yang baik dan juga dapat mempengaruhi dalam

free cash flow sebagai pemoderasi. pengambilan keputusan investasi kedepannya,

H2c : Profitabilitas berpengaruh terhadap perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang

manajemen laba conditional revenue tinggi, akan mendorong manjemen untuk

model.

melakukan manajemen laba. H2d : Profitabilitas berpengaruh terhadap Penelitian yang dilakukan oleh Widana, N.,

manajemen laba conditional revenue & Ari, I. N (2013), Cahyani, N. D (2013) dan

model dengan free cash flow sebagai Amertha, I. S. P. (2013) mengemukakan bahwa

pemoderasi.

profitabilitas yang diproksikan dengan return on asset ratio berpengaruh positif terhadap

Free Cash Flow Berpengaruh terhadap

praktik manajemen laba. Sedangkan penelitian

Praktik Manajemen Laba

yang dilakukan Benny dan Karina (2014) Dalam penelitian ini menggunakan menghasilkan bahwa profitabilitas berpengaruh

variabel pemoderasi yaitu free cash flow. Suatu signifikan negatif terhadap praktik manajemen

variabel pemoderasi (VMO) adalah suatu laba.

variabel independen lainnya yang dimasukkan Belum ada penelitian yang meneliti ke dalam model karena mempunyai efek mengenai ada atau tidak pengaruh profitabilitas

kontingensi dari hubungan variabel dependen terhadap praktik manajemen laba dengan free

dan variabel indpenden sebelumnya. Free cash cash flow sebagai pemoderasi. Perusahaan flow merupakan kas perusahaan yang dapat yang memperoleh tingkat return on asset yang

didistribusikan kepada kreditur atau pemegang tinggi akan cenderung membayar deviden lebih

saham yang tidak diperlukan untuk modal besar sehingga bisa jadi menyebabkan arus

kerja atau investasi pada aset. Kas tersebut kas bebas kecil. Keputusan suatu perusahaan

biasanya menimbulkan konflik kepentingan untuk membagikan dividen serta besarnya antara manajer dan pemegang saham. Pemegang

dividen yang dapat dibagikan kepada para saham dan manajer selalu menghendaki agar pemegang saham sangat tergantung pada posisi

free cash flow yang dihasilkan perusahaan kas perusahaan tersebut. Meskipun perusahaan

selalu meningkat dari tahun ke tahun karena dapat memperoleh laba yang tinggi namun

dengan adanya peningkatan free cash flow yang apabila posisi kas menunjukkan keadaan yang

dihasilkan akan sejalan dengan meningkatnya tidak begitu baik, perusahaan mungkin tidak

kesejahteraan dan manfaat yang akan diperoleh dapat membayar dividen. Misalnya apabila

baik para pemegang sahan maupun bagi perusahaan membutuhkan dana yang cukup

manajer. Hipotesis free cash flow (Mardyanto, besar untuk membiayai investasinya atau 2009:281) menjelaskan bahwa perusahaan yang perusahaan tersebut sedang tumbuh sehingga

sanggup membagikan dividen lebih tinggi akan sebagian besar dananya tertanam dalam aktiva

naik harga sahamnya karena dipandang investor tetap dan modal kerja, maka kemampuannya

sebagai perusahaan yang mempunyai kelebihan untuk membayar dividen kas pun sangat terbatas.

kas.

Melly Roosmayani, Nurmala Ahmar: Determinan atas Stubben ...

Penelitian yang dilakukan oleh Agustia, D. teknik perhitungan manajemen laba akrual (2013) mengemukakan bahwa free cash flow

dengan pendekatan revenue discretionary berpengaruh negatif signifikan terhadap praktik

model. Jenis data dalam penelitian ini adalah manajemen laba. Sedangkan hasil penelitian

data sekunder yang diperoleh yang secara tidak Oktaviana, W. V. (2015) menunjukkan bahwa

langsung yaitu melalui website www.idx.co.id. free cash flow berpengaruh positif terhadap

Populasi penelitian ini adalah semua perusahaan praktik manajemen laba. Ini tidak sejalan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia dengan hasil penelitian Tampubolon, M (2012)

periode laporan keuangan tahun 2009-2014. dan Muhlisin (2014).

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri

Berdasarkan penjelasan tersebut maka atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh H3a : Free cash flow berpengaruh terhadap

peneliti (Sugiyono, 2007). Metode pengambilan manajemen laba revenue model.

sampel dalam penelitian ini adalah purposive H3b : Free cash flow berpengaruh terhadap

sampling. Kriteria pemilihan sampel adalah manajemen laba conditional revenue sebagai berikut: model.

1. Semua perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

Risiko Keuangan Berpengaruh terhadap

laporan Keuangan tahun 2009-2014.

Praktik Manajemen Laba dengan Free Cash

2. Semua perusahaan manufaktur yang

Flow sebagai Pemoderasi

mempublikasikan laporan keuangan triwulan dan akhir tahun secara lengkap dan

Penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati dalam bentuk mata uang rupiah (IDR).

dan Tri (2008) menunjukkan hasil bahwa Variabel independen yang digunakan

perusahaan yang mengalami kenaikan leverage dalam penelitian ini adalah risiko keuangan yan

dengan free cash flow yang tinggi tidak terbukti menggunakan tingkat leverage

secara statistik melakukan praktik manajemen dan profitabilitas

yang diproksikan dengan return on asset. Tingkat laba yang lebih rendah dibandingkan perusahaan

leverage dihasilkan dari hasil bagi total utang yang mempunyai free cash flow rendah. Ini jangka panjang dengan nilai buku total asset.

artinya bahwa free cash flow telah gagal sebagai Return on asset diukur dengan perbandingan

pemoderasi. antara laba bersih sebelum pajak terhadap total

Berdasarkan penjelasan tersebut maka

dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Free cash flow merupakan

asset perusahaan.

variabel pemoderasi dalam penelitian ini. Jika H4a : Resiko Keuangan berpengaruh terhadap

manajemen laba revenue model dengan free cash flow menunjukkan angka negatif

free cash flow sebagai pemoderasi. mengindikasikan bahwa perusahaan perlu mendapat kas dari sumber lain seperti meminjam

H4b : Resiko Keuangan berpengaruh terhadap uang dari pemberi pinjaman atau mengeluarkan

manajemen laba conditional revenue saham biasa untuk membiayai investasinya

model dengan free cash flow sebagai di asset tetap dan pembayarn dividennya.

pemoderasi. Apabila jika free cash flow menunjukkan angka

positif mengindikasikan bahwa perusahaan menghasilkan cukup arus kas dari aktivitas

3. Metode

Penelitian ini merupakan penelitian operasi untuk membiayai belanja modal dan survey yaitu metode penelitian dengan cara

pembayaran dividen.

melakukan pengamatan terhadap laporan Adapun perumusan free cash flow menurut keuangan yang dipublikasikan dan melakukan

Garrison dkk (2003):

Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan JRAP Vo. 4, No. 1, Juni 2017, hal 46-62 ISSN 2339 - 1545

Free Cash Flow = Kas netto yang disediakan _SQ = kuadrat dari variabel oleh aktivitas operasi - Belanja modal – Dividen

e = error

Untuk variabel dependen, penelitian ini Langkah-langkah perhitungan: menggunakan manajemen laba stubben dengan

a. Mentabulasi data yang menjadi menggunakan pendekatan revenue discretionary

komponen data perhitungan model. Terdapat dua formula dalam revenue

manajemen laba akrual dengan discretionary model yaitu revenue model dan

revenue discretionary model conditional revenue model. Untuk mendapatkan

(Stubben, 2010). Data tersebut deskripsi tentang manajemen laba akrual dengan

mencakup:

menggunakan pendekatan revenue discretionary

Perubahan pendapatan (ΔR) model (Stubben 2010) serta analisis berdasarkan

Piutang pada tiga kuartal sektor industri manufaktur dilakukan dengan

pertama (R1_3) tahapan sebagai berikut:

Piutang pada kuartal ke-4

1. Mengukur dan menghitung manajemen

(R4)

laba akrual dengan menggunakan

Ukuran perusahaan dari total pendekatan revenue discretionary model

aset (SIZE) (Stubben 2010). Berikut ini adalah formula

Umur perusahaan (AGE) dari revenue discretionary model (Stubben

Margin kotor (GRM) 2010):

b. Setelah mentabulasi semua data

a. Revenue Model yang dibutuhkan, selanjutnya ΔARit = α + β1 ΔR1_3it+ β2 ΔR4it +e

menentukan besar-nya perubahan Dalam hal ini:

pendapatan dengan formula pada ΔAR = Piutang pada kuartal ke

masing-masing model. empat

c. Menentukan ukuran perusahaan ΔR1_3 = Pendapatan dalam tiga

(SIZE) yang diperoleh dari natural kuartal pertama

log total aset. ΔR4 = Pendapatan dikuartal

d. Menentukan umur perusahaan keempat.

yang di-gunakan dalam penelitian ε

= error yang diperoleh dari laporan

b. Conditional Revenue Model

keuangan.

ΔARit = α + β1ΔRit + β2ΔRit x SIZEit

e. Menentukan besarnya margin + β3ΔRit xAGEit + β4ΔRit xAGE_SQit

kotor (GRM) dengan formula: + β5ΔRit x GRMit +β6ΔRit xGRM_

GRM =

SQ it + e

Laba Kotor Penjualan

Dalam hal ini: ΔAR = piutang akhir tahun f. Menghitung kuadrat dari umur

ΔR1_3 = pendapatan perusahaan (AGE) dan margin pada tiga kotor (GRM).

kuartal pertama

g. Setelah semua komponen data R4 = pendapatan pada kuartal

diketahui, hitung besarnya resid- ke4

ual. Besarnya residual menun- SIZE = natural log dari total aset

jukkan besarnya manajemen laba akhir tahun

akrual.

AGE = umur perusahaan (tahun)

2. Melakukan pengelompokkan manajemen GRM = margin kotor

laba akrual berdasarkan sektor industri.

Melly Roosmayani, Nurmala Ahmar: Determinan atas Stubben ...

Pengelompokkan berdasarkan perhitungan

Dalam hal ini:

pada tahap pertama. RM = Revenue Model

3. Mengkaji dan menganalisis manajemen CRM = Conditional Revenue Model

laba akrual berdasarkan sektor industri.

LEV = Leverage

4. Melakukan pengklasifikasian nilai mana- ROA = Return on Assets jemen laba akrual dengan batasan -0,075

FCF = Free cash flow sampai dengan 0,075 yang dinyatakan tidak

LEV*FCF = Interaksi leverage terhadap free terindikasi manajemen laba akrual. Batasan

cash flow

tersebut disesuaikan dengan penelitian ROA*FCF = Interaksi Return on Assets yang dilakukan oleh Roychowdurry (2006)

terhadap free cash flow karena dianggap mendekati angka 0 dan

= Konstanta juga adanya kesamaan konsep perhitungan

β 1 -β 5 = Koefesien regresi nilai manajemen laba dengan penelitian

= Komponen error dalam model yang dilakukan Stubben (2010). Tehnik analisis data yang digunakan adalah

4. Hasil Penelitian dan Pembahasan

analisis deskriptif data, uji asumsi klasik dan Perusahaan yang menjadi subjek dalam

moderate regression analysis (MRA). MRA penelitian ini adalah perusahaan manufaktur

merupakan aplikasi khusus regresi linear yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada

berganda dimana mengandung unsur interaksi periode 2009-2014 yaitu sebanyak 144

persamaan regresi (perkalian dua atau lebih perusahaan. Berdasarkan kriteria sampel, maka

variabel independen). Perhitungan statistik terdapat 14 perusahaan manufaktur yang tercatat

dalam penelitian ini menggunakan program sampai dengan 31 Desember 2014.

SPSS (Statistic Program for Social Science) Dalam penelitian ini variabel dependen

21 for windows. Penelitian ini memiliki dua yang digunakan adalah manajemen laba stubben

persamaam regresi linear berganda, yaitu: model, yang terdiri dari dua formula yaitu revenue

Persamaan I model dan conditional revenue model. Variabel

RM = α + β 1 LEV + β 2 ROA + β 3 FCF +

independen yang digunakan adalah resiko

β 4 LEV*FCF + β 5 ROA*FCF + е

keuangan yang dirpoksikan dengan leverage dan Persamaan II

profitabilitas yang diproksikan dengan return on

CRM = α + β 1 LEV + β 2 ROA + β 3 FCF +

asset ratio. Free cash flow dalam penelitian ini

β 4 LEV*FCF + β 5 ROA*FCF + е

merupakan variabel pemoderasi.

Tabel 1. Deskripsi

Variabel

N Minimum Maximum

Mean

Std. Deviation

.1243 .06041 Free cash flow

42 98373.76 32540016.00 3573344.1131 7959771.52970 Revenue Model

-116.4066 93.86185 Sumber: data diolah

Conditional Revenue Model 42 -429.75

Nilai minimum untuk debt to asset assetnya memiliki nilai minimum 9% dan ratio 0.09 dan nilai maksimum 0.70. Hal ini

maksimum 70%. Nilai rata rata debt to asset menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan

ratio sebesar 0.3921, artinya rata rata perusahaan untuk mengembalikan pinjaman dengan total

mampu mengembalikan pinjamannya sebesar

Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan JRAP Vo. 4, No. 1, Juni 2017, hal 46-62 ISSN 2339 - 1545

39.21%. Debt to asset ratio memiliki standar Selanjutnya dilakukan uji asumsi klasik, deviasi 0.15237, nilainya lebih kecil dari nilai

yang merupakan pengujian pada variabel rata rata sehingga menunjukkan bahwa tingkat

penelitian dengan model regresi, apakah dalam penyebaran datanya homogen.

variabel dan model regresinya terjadi kesalahan. Nilai ROA memiliki nilai minimum 0.02

Uji asumsi klasik pertama adalah uji normalitas. dan nilai maksimum 0.28. Hal ini menun-

Berikut adalah tabel hasil uji normalitas untuk jukkan bahwa kemampuan perusahaan untuk

regresi pertama dan kedua: memperoleh laba dengan menggunakan total

Tabel 2. Uji Normalitas

asset memiliki nilai terendah 2% dan nilai tertinggi 28%. Untuk nilai rata rata menghasilkan

One-Sample Kolmogorov- Remark

nilai 0.1243. Standard deviasi dari variabel ini

Smirnov Test

menunjukkan nilai 0.06041 nilainya lebih kecil

Revenue model

0.651 Berdistribusi Normal

dari nilai rata ratanya yang menunjukkan bahwa

0.100 Berdistribusi tingkat penyebaran datanya homogen.

Conditional revenue

Normal Pada tabel 2 nilai minimum untuk

model

free cash flow sebesar 98373.76 dan nilai Sumber: data diolah maksimum 32540016.00. Sedangkan nilai

Syarat dari uji normalitas adalah jika nilai rata rata 3573344.11 dengan nilai standard

Asymp. Sig. (2-tailed) diatas nilai signifikan 0.05 deviasi 7959771.52. Untuk variabel ini maka dikatakan bahwa data berdistribusi normal. standard devisiasinya lebih besar dari nilai

Dari hasil uji kedua regresi dalam penelitian rata-rata sehingga menunjukkan bahwa tingkat

ini diperoleh nilai 0.651 dan 0.100 sehingga penyebaran datanya heterogen.

dikatakan kedua regresi ini berdistribusi normal. Nilai minimum Revenue Model pada

Kemudian dilakukan uji multikolinearitas tabel 4.1 adalah -0.78 dengan nilai maksimum

yang merupakan uji yang dilakukan untuk

0.37. Selain itu memiliki nilai rara rata -0.1207 mengetahui ada tidaknya korelasi antar variabel dengan standar deviasi adalah 0.21040. Untuk

bebas. Regresi yang baik adalah jika tidak variabel manajemen laba revenue model

terjadi multikolinearitas. Ketentuan tidak terjadi standard deviasinya lebih besar dari nilai rata

multikolinearitas dilihat dari nilai tolerance rata sehingga menunjukkan bahwa tingkat lebih besar dari 0.10 dan nilai Variance Inflation penyebaran datanya heterogen.

Factor (VIF) lebih kecil dari 10. Berikut adalah tabel hasil pengujian uji multikolinearitas:

Tabel 3. Uji Multikolinearitas

Remark Revenue model

8.704 Tidak Terjadi Multikolinearitas ROA

6.059 Tidak Terjadi Multikolinearitas Free cash flow

7.559 Tidak Terjadi Multikolinearitas Interaksi free cash flow dengan DAR

151.120 Terjadi Multikolinearitas Interaksi free cash flow dengan ROA

140.017 Terjadi Multikolinearitas

Conditional revenue model

DAR

8.704 Tidak Terjadi Multikolinearitas ROA

6.059 Tidak Terjadi Multikolinearitas Free cash flow

7.559 Tidak Terjadi Multikolinearitas Interaksi free cash flow dengan DAR

151.120 Terjadi Multikolinearitas Interaksi free cash flow dengan ROA

140.017 Terjadi Multikolinearitas Sumber: data diolah

Melly Roosmayani, Nurmala Ahmar: Determinan atas Stubben ...

Langkah selanjutnya adalah melakukan yang dapat digunakan adalah uji Glejser. uji heteroskedastisitas yang merupakan uji Regresi yang baik adalah jika tidak terjadi yang dilakukan untuk melihat apakah terdapat

heteroskedastisitas. Ketentuannya adalah jika ketidaksamaan varian dari residual satu nilai signifikan lebih besar dari 0.05 maka pengamatan ke pengamatan lain. Uji statistik

tidak terjadi heteroskedastisitas dan sebaliknya. Berikut adalah hasil uji Glejser:

Tabel 4. Uji Heteroskedastisitas

Remark Revenue model

Sig

DAR

Terjadi Heteroskedastisitas ROA

Tidak terjadi Heteroskedastisitas Free cash flow

Tidak terjadi Heteroskedastisitas Interaksi free cash flow dengan DAR

Terjadi Heteroskedastisitas Interaksi free cash flow dengan ROA

Terjadi Heteroskedastisitas

Conditional revenue model

DAR

Tidak terjadi Heteroskedastisitas ROA

Tidak terjadi Heteroskedastisitas Free cash flow

Tidak terjadi Heteroskedastisitas Interaksi free cash flow dengan DAR

Tidak terjadi Heteroskedastisitas Interaksi free cash flow dengan ROA

Tidak terjadi Heteroskedastisitas Sumber: data diolah

Terakhir adalah uji autokorelasi dilakukan

Tabel 5. Uji Autokorelasi

untuk menguji apakah dalam model regresi

Durbin-

linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu

Remark Watson

pada periode t dengan periode sebelumnya (t-1).

2.528 Terjadi Autoko- Model regresi yang baik adalah jika tidak tidak

Revenue model

relasi terjadi autokorelasi. Uji statistik yang digunakan

2.284 Tidak terjadi adalah uji Durbin Watson (uji DW) dengan

Conditional

Autokorelasi ketentuan:

revenue model

Sumber: data diolah

a. Jika d lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL) maka hipotesis nol ditolak, yang

Selanjutkan dilakukan uji hipotesis yaitu uji berarti terjadi autokorelasi.

t dimana nilai signifikan yang digunakan adalah

b. Jika d terletak antara dU dan (4-dU) maka

0.10. Berikut adalah hasil uji t terlihat dalam hipotesis nol diterima yang berarti tidak

tabel berikut ini:

terjadi autokorelasi.

c. Jika d terletak antara dL dan dU atau diantara (4-dU) dan (4-dL) maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti. Berikut adalah hasik uji DW untuk kedua

persamaan regresi:

Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan JRAP Vo. 4, No. 1, Juni 2017, hal 46-62 ISSN 2339 - 1545

Tabel 6. Hasil Uji Hipotesis

Uji t

Revenue model t Sig Remark

.631 Tidak berpengaruh ROA

DAR .485

.390 Tidak berpengaruh

.599 Tidak berpengaruh Interaksi free cash flow dengan DAR

Free cash flow .531

.648 Tidak berpengaruh Interaksi free cash flow dengan ROA

.702 Tidak berpengaruh Conditional revenue model

.072 Berpengaruh ROA

DAR -1.854

.454 Tidak berpengaruh

.271 Tidak berpengaruh Interaksi free cash flow dengan DAR

Free cash flow -1.117

.458 Tidak berpengaruh Interaksi free cash flow dengan ROA

.575 Tidak berpengaruh

Pengaruh Risiko Keuangan Terhadap hutang jangka panjang mengalami penurunan

Manajemen Laba Revenue Model dan

maka perusahaan terindikasi melakukan

Conditional Revenue Model

praktik manajemen laba. Hal ini sejalan dengan penelitian dilakukan oleh Cahyani, N. D. (2012),

Pada tabel 6 hasil pengujian untuk regresi pertama menunjukkan nilai signifikan 0.631 > Aji, D. Y., & Mita, A. F. (2010) dan Agustia,

D. (2013) yang menyatakan bahwa semakin

0.10 sehingga disimpulkan debt to asset ratio tinggi risiko keuangan maka perusahaan akan

tidak berpengaruh terhadap manajemen laba cenderung untuk melakukan praktik manajemen

revenue model. Hal ini sejalan dengan penelitian laba. Ini disebabkan karena perusahaan berusaha

dilakukan oleh Dewi, R. K. dan Zulaikha (2010), untuk menghindari pelanggaran kontrak

Prayudi dan Daud (2013) dan Widaryanti (2009). perjanjian hutang yaitu perusahaan berusaha

Risiko keuangan merupakan salah satu hal untuk menjaga nilai leverage agar tidak berada

yang diperhatikan oleh masyarakat khususnya kreditur. Risiko keuangan berkaitan dengan

diatas satu (1) atau menjaga nilai profitabilitas agar tetap stabil.

kemampuan perusahaan untuk membiayai atau melunasi kewajiban perusahaan, yaitu perjanjian

utang dengan kreditur. Perjanjian tersebut Pengaruh Return On Asset Ratio Terhadap berbeda beda, kemungkinan perjanjian utang Manajemen Laba Revenue Model dan

Conditional Revenue Model

perusahaan dalam periode penelitian tidak terlalu

ketat sehingga tidak memicu terjadinya praktik Hasil pengujian untuk regresi pertama manajemen laba. Semakin ketat perjanjian

menunjukkan nilai signifikan 0.390 > 0.10 utang dengan kreditur maka semakin tinggi pula

sehingga disimpulkan return on asset ratio tidak praktik manajemen laba yang dilakukan oleh

berpengaruh terhadap manajemen laba revenue suatu perusahaan.

model. Hal ini sejalan dengan penelitian Pada tabel 6 hasil pengujian untuk regresi

dilakukan oleh Dewi, R. K. dan Zulaikha (2010), kedua menunjukkan nilai signifikan 0.072

Prayudi dan Daud (2013), Aji, D. Y., & Mita, A. < 0.10 dengan nilai t negatif 1.854 sehingga

F. (2010) dan Widaryanti (2009). disimpulkan debt to asset ratio berpengaruh

Hal ini menandakan bahwa semakin terhadap manajemen laba conditional revenue

tinggi tingkat profitabilitas maka perusahaan model. Nilai t negatif diartikan bahwa jika

akan cenderung untuk tidak melakukan praktik

Melly Roosmayani, Nurmala Ahmar: Determinan atas Stubben ...

manajemen laba karena perusahaan akan Pengaruh Free Cash flow Terhadap

menjadi soroton publik. Hal ini menyebab-

Manajemen Laba Revenue Model dan

kan kemungkinan peusahaan berusaha untuk

Conditional Revenue Model

tidak melakukan tindakan yang membahayakan Hasil pengujian untuk regresi pertama

kredibilitas perusahaan. menunjukkan nilai signifikan 0.599 > 0.10 Hasil pengujian untuk regresi kedua

sehingga disimpulkan free cash flow tidak menunjukkan nilai signifikan 0.454 > 0.10 berpengaruh terhadap manajemen laba revenue sehingga disimpulkan return on asset ratio

model. Hal ini sejalan dengan penelitian tidak berpengaruh terhadap manajemen laba

dilakukan oleh Tampubolon (2012) dan Muhlisin conditional revenue model. Hal ini sejalan

(2014). Hal ini dikarenakan bahwa free cash flow dengan penelitian dilakukan oleh Dewi dan

yang tersedia untuk pertumbuhan, pembayaran Zulaikha (2010), Prayudi dan Daud (2013),

hutang dan deviden sangat sedikit. Sehingga Aji& Mita (2010) dan Widaryanti (2009).

manajemen pun tidak dapat memanfaatkan free Seperti halnya penelitian pengaruh return

cash flow tersebut untuk kepentingan dirinya on asset terhadap manajemen laba revenue

sendiri dengan bertindak opportunis. Selain itu model. Semakin tinggi tingkat profitabilitas bisa jadi sumber dana perusahaan tidak hanya perusahaan maka perusahaan akan cenderung

berasal dari free cash flow, bisa jadi berasal untuk tidak melakukan praktik manajemen laba.

dari modal atau sumber pendanaaan yan lain Hal ini bisa jadi akan menyebabkan menurunkan

sehingga free cash flow tidak mempengaruhi tingkat kredibilitas perusahaan tersebut di mata

praktik manajemen laba.

publik. Hasil pengujian untuk regresi kedua

Hasil pengujian untuk regresi pertama menunjukkan nilai signifikan 0.271 > 0.10 menunjukkan nilai signifikan 0.702 > 0.10

sehingga disimpulkan free cash flow tidak sehingga profitabilitas tidak berpengaruh berpengaruh terhadap manajemen laba terhadap manajemen laba revenue model dengan

conditional revenue model. Hal ini sejalan free cash flow sebagai pemoderasi. Belum ada dengan penelitian dilakukan oleh Tampubolon, penelitian yang melakukannya. Perusahaan

M. (2012) dan Muhlisin (2014). Hal ini yang memiliki profitabilitas rendah dengan kemungkinan disebabkan oleh free cash free cash flow negatif tidak melakukan praktik

flow yang tersedia sangat sedikit sehingga manajemen laba kemungkinan karena yakin

manajemen tidak dapat memanfaatkan free memiliki sumber dana lain seperti penambahan

cash flow tersebut secara opportunis. Selain itu modal atau sumber dana yang lain.

kemungkinan perusahaan memiliki sumber dana Hasil pengujian untuk regresi kedua

lain di luar free cash flow misalnya dari modal menunjukkan nilai signifikan 0.575 > 0.10 atau sumber pendanaan lain sehingga free cash sehingga disimpulkan profitabilitas tidak

flow tidak mempengaruhi praktik manajemen berpengaruh terhadap manajemen laba

laba.

conditional revenue model dengan free cash flow sebagai pemoderasi. Belum ada penelitian

Pengaruh Risiko Keuangan Terhadap

yang melakukannya. Perusahaan yang memiliki

Manajemen Laba Revenue Model dan

profitabilitas rendah dengan free cash flow

Conditional Revenue Model dengan Free

negatif tidak melakukan praktik manajemen

Cash Flow Sebagai Pemoderasi

laba kemungkinan karena yakin memiliki sumber dana lain seperti penambahan modal

Hasil pengujian untuk regresi pertama atau sumber dana yang lain.

menunjukkan nilai signifikan 0.648 > 0.10 sehingga disimpulkan risiko keuangan tidak

Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan JRAP Vo. 4, No. 1, Juni 2017, hal 46-62 ISSN 2339 - 1545

berpengaruh terhadap manajemen laba revenue berpengaruh terhadap manajemen laba model dengan free cash flow sebagai pemoderasi.

conditional revenue model dengan free cash Hal ini sejalan dengan penelitian dilakukan oleh

flow sebagai pemoderasi. Hal ini sejalan dengan Rahmawati dan Tri (2010). Perusahaan yang

penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati mengalami kenaikan leverage dengan free cash

dan Tri (2010). Perusahaan yang mengalami flow tinggi tidak terbukti melakukan praktik

kenaikan leverage dengan free cash flow tinggi manajemen laba.

tidak terbukti melakukan praktik manajemen Hasil pengujian untuk regresi kedua laba. menunjukkan nilai signifikan 0.458 > 0.10

Berikut adalah tabel yang menggambarkan sehingga disimpulkan risiko keuangan tidak

hasil penelitian peneliti dengan penelitian terdahulu:

Tabel 7

Perbandingan dengan hasil peneltian sebelumnya

Tehnik Analisa Data Manajemen Laba

Sig

Remark

ROA - Widana, N., & Ari, I. N. (2013) 2.170

.030 Berpengaruh Uji Regresi Logistik Binari - Benny (2014)

.048 Berpengaruh Uji Regresi Linear Berganda - Cahyani, N. D. (2012)

.017 Berpengaruh Uji Regresi Logistik - Prasavitra (2013)

.017 Berpengaruh Uji Moderate Regression Analysis Leverage - Aji, D. Y., & Mita, A. F. (2010) 0.343

.058 Berpengaruh Uji Regresi Linear Berganda - Cahyani, N. D. (2012)

.026 Berpengaruh Uji Regresi Logistik - Agustia, D. (2013)

.013 Berpengaruh Uji Regresi Linear Berganda Free cash flow - Agustia, D. (2013)

.009 Berpengaruh Uji Regresi Linear Berganda - Oktaviana, W. V. (2015)

.001 Berpengaruh Uji Regresi Linear Berganda

Conditional revenue model

.072 Berpengaruh Uji Moderate Regression Analysis Sumber: data diolah

DAR

Langkah berikutnya dilakukan uji goodness Hasil uji regresi pertama menunjukkan of fit (uji kelayakan model). Uji ini dilakukan

nilai sig 0.239 > 0.10, ini membuktikan untuk mendeteksi secara keseluruhan apakah

bahwa variabel DAR, ROA, free cash flow, variabel independen berpengaruh terhadap

interaksi DAR dengan free cash flow dan variabel dependen. Berikut hasil pengujian

interaksi ROA dengan free cash flow secara tersebut:

silmultan tidak berpengaruh terhadap

praktik manajemen laba revenue model.

Tabel 8

Hasil regresi kedua menunjukkan nilai 0.015

Uji f

< 0.10, ini membuktikan bahwa variabel Revenue model 0.239 Tidak berpengaruh

Sig

Remark

DAR, ROA, free cash flow, interaksi DAR Conditional

0.015 Berpengaruh dengan free cash flow dan interaksi ROA

revenue model dengan free cash flow secara silmultan Sumber: data diolah

berpengaruh terhadap praktik manajemen laba conditional revenue model.

Melly Roosmayani, Nurmala Ahmar: Determinan atas Stubben ...

5. Simpulan, Keterbatasan dan Implikasi

dengan kesempatan bertumbuh yang rendah

Hasil Penelitian

cenderung melakukan praktik manajemen laba agar tidak melanggar perjanjian hutang.

Berdasarkan data yang telah dikumpulkan Pengujian selanjutnya adalah interaksi

dan pengujian yang telah dilakukan terhadap return on asset ratio dengan free cash flow permasalahan dengan menggunakan moderate

terhadap manajemen laba baik reveue model regression analysis (MRA) maka dapat ditarik

maupun conditional revenue model. Hasilnya kesimpulan bahwa variabel independen risiko menunjukkan bahwa tidak berpengaruh keuangan yang diproksikan dengan debt to signifikan. Ini mengindikasikan bahwa ROA asset ratio (DAR) tidak berpengaruh signifikan dan free cash flow secara bersama sama tidak terhadap manajemen laba revenue model. mempengaruhi adanya praktik manajemen laba Sedangkan variabel risiko keuangan yang baik revenue model maupun conditional revenue diproksikan dengan debt to asset ratio (DAR) berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba model.

Keterbatasan penelitian ini adalah penelitian conditional revenue model. Hal ini berarti jika ini hanya terbatas pada aspek keuangan saja hutang jangka panjang turun maka perusahaan yaitu leverage , profitabilitas dan free cash cenderung akan melakukan praktik manajemen flow. Tidak menggunakan aspek lain sehingga laba conditional revenue model.

penelitian ini tidak dapat menggambarkan situasi Variabel independen berikutnya adalah

profitabilitas yang diproksikan dengan return on secara keseluruhan. Kemudian penggunaan variabel profitabilitas dan free cash flow yang

asset (ROA) dalam penelitian ini menunjukkan kurang tepat dalam perusahan manufaktur dan bahwa variabel independen tersebut tidak hasilnya tidak berpengaruh terhadap praktik berpengaruh signifikan terhadap manajemen

manajemen laba stubben model. Selanjutnya laba baik revenue model maupun conditional

peneliti tidak memperoleh data secara lengkap revenue model. Tidak berpengaruhnya ROA

sehingga mengurangi obyek penelitian yang diduga karena investor cenderung mengabaikan

akan diteliti. Hal ini dikarenakan tidak banyak informasi ROA yang ada secara maksimal,

perusahaan yang mempublikasikan laporan sehingga manajemen pun menjadi tidak keuangan triwulanan dan tahunan selama

termotivasi untuk melakukan praktik manajemen

periode penelitian.

laba dengan variabel tersebut. Adapun implikasi dari penelitian ini antara

Penelitian ini menggunakan variabel lain menambahkan faktor lainnya seperti good

pemoderasi yaitu free cash flow. Hasil penelitian corporate governance, yang terdiri dari ukuran

menujukkan bahwa free cash flow tidak komite audit, proporsi dewan komisaris, berpengaruh signifikan terhadap manajemen

kepemilikan institusional dan kepemilikan laba revenue model maupun conditional revenue

manajerial. Tidak menggunakan variabel tingkat model. Free cash flow yang tersedia untuk

profitablitas pada penelitian yang obyeknya pertumbuhan, pembayaran utang dan dividen

perusahaan manufaktur, mengingat perusahaan sangat sedikit. Sehingga manajer pun tidak

manufaktur merupakan perusahaan yang padat dapat memanfaatkan kas bebas tersebut untuk

modal jadi kemungkinan asset yang digunakan kepentingan dirinya sendiri dengan bertindak

untuk menghasilkan laba sebagian besar dari opportunis.

aktiva tetap bukan aktiva lancar. Selain itu juga Untuk interaksi debt to asset ratio dengan

untuk setiap perusahaan yang terdaftar di Bursa free cash flow terhadap manajemen laba baik

Efek Indonesia sebaiknya menyajikan laporan revenue model maupun conditional revenue

keuangan triwulanan agar lebih bersifat terbuka model tidak berpengaruh signifikan. Padahal

dan dapat dijadikan bahan penelitian oleh pihak perusahaan yang mengalami kenaikan leverage

yang berkepentingan.

Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan JRAP Vo. 4, No. 1, Juni 2017, hal 46-62 ISSN 2339 - 1545

Daftar Referensi

Hepworth, Samuel R. 1953. “Smoothing Periodic Income”. The Accounting Review.

Agustia, D. (2013). Pengaruh Faktor Good

pp. 32-39.

Corporate Governance, Free Cash Flow, HM, J. (2007). Metodologi Penelitian Bisnis:

dan Leverage Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 15(1), 27- Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman.

42. Garrison, R. H., Noreen, E. W., & Brewer, P. C.

Aji, D. Y., & Mita, A. F. (2010). Pengaruh

profitabilitas, risiko keuangan, nilai (2003). Managerial accounting. New York: McGraw-Hill/Irwin.

perusahaan, dan struktur kepemilikan Jama’an. 2008. “Pengaruh Mekanisme Corporate

terhadap praktek perataan laba: studi empiris Governance dan Kualitas Kantor Akuntan

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Publik terhadap Integritas Informasi

BEI. Simposium Nasional Ankuntansi XIII Purwokerto. Laporan Keuangan (Studi pada Perusahaan

Publik di BEJ)”, Tesis Strata-2, Program Amertha, I. S. P. (2013). Pengaruh Return

on Asset Pada Praktik Manajemen Laba Studi Magister Sains Akuntansi Universitas

Diponegoro, Semarang. Dengan Moderasi Corporate Governance.

E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Jatiningrum. 2000.”Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Perataan

4(2), 373-387. Penghasilan Bersih/Laba pada Perusahaan

Benny Alexandri, Moh. 2014. “Income yang Terdaftar di BEJ”. Jurnal Bisnis dan

Smoothing: Impact fators, Evidence in Indonesia”. International Journal of Small

Akuntansi. Vol. 2. No. 2. h. 145—155. Lambert, D.M., Stock, J.R., (2001), Strategic

Business and Enterpreneurship Research. Logistic Manajement, Fourth Edition, Mc

Vol 3, No.1 pp. 21-27. Cahyani, N. D. (2012). Pengaruh Profitabilitas, Graw Hill, New York – USA.

Lind, D. A., Marchal, W. G., & Wathen, S. A. Risiko Keuangan, Nilai Perusahaan,

(2008). Student cd-rom to accompany: Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan

statistical techniques in business & dan Jenis Industri terhadap Praktek Perataan

economics.

Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Martono SU dan D. Agus Harjito. 2004.

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Manajemen Keuangan. Yogyakarta :

Tahun 2005-2010.

Ekonisia.

Dewi, R. K. (2011). Analisa Faktor-faktor yang Muhlisin. 2014. ”Pengaruh Arus Kas Bebas,

Mempengaruhi Praktik Perataan Laba Ukuran Perusahaan, Ukuran Kantor

(Income Smoothing) pada Perusahaan Akuntan Publik, Masa Perikatan Audit

Manufaktur dan Keuangan yang Terdaftar dan Piutang Tidak Tertagih terhaddap

di BEI (2006-2009) (Doctoral dissertation,

Universitas Diponegoro). Jurusan Akuntansi

Manajemen Laba”.

Hanafi, M. M., & Halim, A. (2003). Analisis Fakultas Ekonomi Universitas Pandanaran Semarang.

Laporan Keuangan. Edisi revisi. Oktaviana, W. V. (2015). Pengaruh Arus

Yogyakarta. UPP AMP YKPN. Kas Bebas, Perubahan Tarif PPh Badan,

Healy, Paul M. dan James M.W. (1998). “Review Kecakapan Manajerial Perusahaan,

of the Earnings Management Literature Konsentrasi Kepemilikan Perusahaan dan

and Its Implications for Standard Setting.” Working Paper. Kelley School of Business Aktivitas Komite Audt terhadap Manajemen

Laba. Journal of Accounting, 1(1). Indiana University.

Melly Roosmayani, Nurmala Ahmar: Determinan atas Stubben ...

Prayudi Dimas dan Daud Rachmawati. 2013. Tampubolon M. 2012. “Pengaruh Leverage, ”Pengaruh Profitabilitas, Risiko Keuangan,

Free Cash Flow, dan Good Corporate Gov- Nilai Perusahaan dan Struktur Kepemilikan

ernance terhadap Praktik Perataan Laba terhadap Praktik Perataan laba (Income

pada Perusahaan Manufaktur Sektor Indus- Smoothing) pada Perusahaan Manufaktur

tri Dasar dan Kimia di Bursa Efek Indone- yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

sia”. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi 2008-2011”. Femasi Vol. 9 No.2 Jul 2013.

Universitas Gunadarma. Sartono, R. A. (2001). Analisis kinerja keuangan.

Watts, R. L., & Zimmerman, J. L. (1986). Posi- Scott William R. 2006. Financial Accounting

tive accounting theory.

Theory. Edisi Keempat. USA: Prentice Widana, N., & Ari, I. N. (2013). Perataan Hall.

Laba Serta Faktor-Faktor Yang Stephen R. Stubben. 2010. Discretionary Rev-

Mempengaruhinya dI Bursa Efek Indonesia. enues as a Measure of Earnings Manage-

E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, ment. The Accounting Review Vol. 85, (2),

3(2), 297-317.

Pp. 695–717. Widaryanti, 2009. “Analisa Laba dan Fak- Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Bisnis. Ce-

tor-Faktor yang Mempengaruhi pada Peru- takan kesembilan. Bandung: CV Alvabeta.

sahaan Manufaktur di Bursa Efek Indone- sia”. Fokus Ekonomi Vol. 4 No.2 Desember, 2009:60-77.